• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HASIL KEGIATAN EVALUASI PROGRAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS HASIL KEGIATAN EVALUASI PROGRAM"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HASIL KEGIATAN EVALUASI PROGRAM KAMPANYE DI BIDANG KESEHATAN YANG DILAKUKAN OLEH

INSTANSI PEMERINTAH

(STUDI DESKRIPTIF KUALITATITF PADA PROGRAM KAMPANYE PENCEGAHAN HIV/AIDS ‘AKU BANGGA AKU TAHU’ TAHUN 2014 YANG

DIALKSANAKAN OLEH DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR) Rosita Hardiyanti

Jurusan Ilmu Komunikasi, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malang 2016

Email: rositahardiyanti@gmail.com Abstract

The purpose of this study is to access the campaign team of Health Department of East Java’s evaluation activity on the 2014 ‘Aku Bangga Aku Tahu’ campaign. Campaign evaluation activity was linked to four types of evalution according to Coffman. Four types of evaluation are formative evaluation, process evaluation, outcome evaluation, and impact evaluation.

A description qualitative method was used due to this research, it focused on collecting the data used in depth interview and documentation. The collecting data source method used was purposive sampling. While the data analysis of this research was using Miles and Huberman model. Also, this research used triangulation method and triangulation source for data validity.

Results indicated that four types of evaluation in general have been quite well done. But, during evaluation activity, campaign team did not use any theory or concept of evalution. Also, campaign team did not evaluate all of the goals as the main goal was to increase adolescents’ knowledge. However, at measuring knowledge change using pre test and post test, campaign team did not have scale to caterogize knowledge change. Message content and campaign media were not compatible enough to use among the adolescents. Less exposure because the campaign was only done once in every targeted place resulted the campaign not effective enough.

(2)

Pendahuluan

Human Immunodeficiency Virus

(HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan masalah kesehatan paling kompleks diabad ke 21 (Gao dkk., 2012).

Pada laporannya, National AIDS Commision Republic of Indonesia (2009) menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen yang kuat untuk pemasangan dan sustaning efektif dan mendukung berbagai kegiatan yang dijalankan banyak pihak dan dibutuhkan oleh orang-orang yang rentan terhadap dan telah terinfeksi HIV/AIDS.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia melaksanakan kampanye ‘Aku Bangga Aku Tahu’ untuk pertama kalinya pada tahun 2012. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2012) menjelaskan bahwa tujuan dari kampanye ‘Aku Bangga Aku Tahu’ untuk meratakan pengetahuan yang

benar dan komprehensif tentang HIV/AIDS di antara kaum muda usia 15-24 tahun. Penetapan segmentasi umur 15-24 tahun oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia ini karena berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2010 tingkat pengetahuan masyarakat umur 15-24 tahun tentang HIV/AIDS baru mencapai 16,8 persen.

Kampanye ‘Aku Bangga Aku Tahu’ diadakan di 33 provinsi di Indonesia dengan masa pelaksanaan kampanye tiga tahun terhitung sejak tahun 2012 hingga tahun 2014. Peneliti meneliti kampanye ABAT Jawa Timur karena Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur untuk diteliti karena terhitung sejak tahun 2012, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur telah melakukan kampanye ‘ABAT’ secara masalah di 12 kota dan kabupaten di Jawa Timur.

(3)

membutuhkan sentuhan manajemen yakni kemampuan merancang, melaksanakan, mengendalikan dan mengevaluasi suatu program kegiatan secara rasional, realistis, efisien dan efektif. Mengacu pada pernyataan Venus, evaluasi merupakan hal yang penting dalam proses kampanye.

Coffman (2002, h. 11) pada dasarnya menjelaskan bahwa terdapat tipe evaluasi kampanye yaitu formative evaluation, process evaluation, outcome

evaluation, dan impact evaluation. Schiavo (2007, h. 373). Menjelaskan bahwa formative evaluation adalah fase evaluasi yang menginformasikan, menuntun dan membantu untuk memvalidasi semua elemen pada program komunikasi kesehatan. Berdasarkan penjelasan tentang formative evaluation tersebut, elemen-elemen pada tahap perencanaan kampanye berdasarkan pemaparan Crawford & Okigbo (2014, h. 14) antara

lain yaitu analisis situasi, tujuan, target khalayak, strategi, taktik, media kampanye, waktu kampanye, biaya dan evaluasi yaitu evaluasi formatif itu sendiri.

Tipe evaluasi kedua adalah process evaluation yang dijelaskan Steckler & Lirunan dalam (Rice & Atkin, 2012, h. 13) sebagai evaluasi untuk menilai sejauh mana elemen-elemen yang telah didesain pada perencanaan diimplementasikan dan cara-cara pada program kampanye yang dapat dikembangkan untuk perancangan dan pelaksanaan kampanye berikutnya. Pada tipe evaluasi ini, Coffman (2004, h. 21) menjelaskan ada tiga aspek yang dievaluasi, yaitu distribution, placement, dan exposure (ingat dengan bantuan) atau ingat (dengan bantuan) kampanye tersebut.

(4)

menilai hasil kampanye (Rice dan Atkin, 2012, h. 13). Coffman (2004, h. 21) memaparkan setidaknya terdapat sebelas aspek yang dapat dieveluasi pada tipe evaluasi ini yaitu knowledge/awareness, saliency, sikap, norma, self efficacy, niat, tingkah laku, keterampilan, kendala lingkungan, media frames dan perubahan kebijakan.

Tipe evaluasi keempat yaitu impact evaluation yang didefiniskan oleh Venus (2004, h. x) sebagai “standar emas” evaluasi karena menghasilkan jawaban paling tepat tentang masalah apakah kampanye menimbulkan efek yang diharapkan. Pada tipe evaluasi terakhir ini, menurut Coffman (2004, h. 24) terdapat dua aspek yang dievaluasi yaitu jangka panjang hasil dari perilaku dan hasil sistem level.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu:

Bagaimana hasil kegiatan formative evaluation, process evaluation, outcome

evaluation, dan impact evaluation yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur pada kampanye ‘Aku Bangga Aku Tahu’ tahun 2014?

Tinjauan Pustaka

Empat Tipe Evaluasi Kampanye Menurut Coffman

Peneliti menggunakan empat tipe evaluasi milik Coffman. Coffman (2002, h. 11) membagi evaluasi menjadi empat tipe evaluasi kampanye yaitu formative evaluation, process evaluation, summative evaluation, dan impact evaluation.

(5)

Coffman (2002, h. 13) menjelaskan tujuan dari formative evaluation adalah untuk menilai kekuatan dan kelemahan materi dan strategi yang digunakan sebelum atau selama pelaksanaan kampanye.

Coffman (2002, h. 13) menjelaskan beberapa contoh pertanyaan untuk evaluasi formatif adalah “Bagaimana khalayak sasaran kampanye menanggapi tentang isu ini?”, “Pesan apa yang bisa digunakan untuk khalayak sasaran?”, dan “Siapa penyampai pesan terbaik?”. Venus (2004, h.146) menjelaskan bahwa terdapat beberapa elemen kampanye komunikasi, yaitu analisis situasi, tujuan, target khalayak, strategi, taktik, media kampanye, waktu kampanye, biaya dan evaluasi yaitu evaluasi formatif itu sendiri.

2. Process Evaluation

Steckler & Lirunan dalam (Rice & Atkin, 2012, h. 13) menjelaskan process evaluation menilai sejauh mana elemen-elemen yang telah didesain pada perencanaan diimplementasikan dan cara-cara pada program kampanye yang dapat dikembangkan untuk perancang dan pelaksana kampanye berikutnya. Coffman (2002, h. 21) menjelaskan terdapat tiga hal yang dievaluasi pada tahap process evaluation yaitu distribution, placement, exposure.

3. Outcome Evaluation

Outcomes evaluation atau juga yang biasa disebut summative evaluation. Riset summative evaluation dilakukan untuk menilai hasil kampanye (Rice dan Atkin, 2012, 13). Fouri (2001, h. 554) juga menjelaskan tujuan dari evaluasi sumatif untuk menentukan efektivitas sebuah kampanye secara keseluaruhan.

(6)

dievaluasi yaitu knowledge / awareness, saliency, attitudes, norms,

self efficacy, behavioral intentions,

behavior, skills, enviromental

contraints, media frames, dan policy change. Coffman (2002, h. 26) memaparkan bahwa metode yang paling sering digunakan untuk mengetahui hasil kampanye adalah polling yaitu jajak pendapat atau survey, namun ada tiga metode lain yang dapat digunakan yaitu direct response tracking, framming analysis dan rolling sampe surveys.

4. Impact Evaluation

Tipe evaluasi keempat yaitu impact evaluation yang didefiniskan oleh Venus (2004, h. x) sebagai “standar emas” evaluasi karena menghasilkan jawaban paling tepat tentang masalah apakah kampanye menimbulkan efek yang diharapkan. Pada tipe evaluasi terakhir ini, menurut Coffman (2002, h. 24) terdapat dua aspek yang dievaluasi

yaitu jangka panjang hasil dari perilaku dan sistem level hasil. Coffman (2002, h. 27) menambahkan bahwa metode evaluasi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pada tipe evaluasi ini adalah dengan cara penelitian experimental atau quasi experimental.

Teori Perencanaan Charles Berger

(7)

rencana adalah representasi kognitif dari tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain, rencana-rencana merupakan gambaran mental dari langkah-langkah yang akan diambil seseorang untuk memenuhi sebuah tujuan (Littlejohn, 2009, h. 189).

Berger dalam (Littlejohn, 2009, h. 184) menjelaskan bahwa:

“Teori perencanaan dikembangkan sebagai jawaban atas gagasan bahwa komunikasi merupakan proses mencapai tujuan. Manusia tidak terlibat dalam kegiatan komunikasi hanya karena mereka memang melakukakannya; mereka berkomunikasi untuk memenuhi tujuan. Rencana pesan yang canggung memungkinkan pelaku komunikasi mencapai tujuan mereka dengan lebih banyak dan lebih efisien; sehingga kompetensi komunikasi sangat tergantung pada kualitas rencana pesan individu.”

Dari pernyataan Berger tersebut, Littlejohn (2009, h. 189) memberikan kesimpulan bahwa perencanaan adalah proses rencana-rencana tindakan. Perencanaan merupakan perhatian utama karena komunikasi sangat

penting dalam meraih tujuan (Littlejohn, 2009, h. 189).

Model Komunikasi SMCR Berlo

Peneliti juga akan menganalisis menggunakan model komunikasi source – message – channel – receiver

(8)

unsur yang mempengaruhi komunikasi. Unsur dan karakteristik tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Source (Sumber)

Wok, Ismail, & Hussain (2005, h. 10) menjelaskan sumber sebai tempat bermulanya proses komunikasi. Dalam unsur sumber, terdapat beberapa karakteristik penting yaitu kemampuan komunikasi, sikap sumber pesan, pengetahuan, konteks sosial budaya.

b. Message (Pesan)

Wok, Ismail, & Hussain (2005, h. 10) menjelaskan pesan sebagai ide

atau perasaan yang ingin

ditransimisikan antara sumber dan penerima. Ball & Byrnes (1960, h. 31) menjelaskan bahwa model Berlo ini mencoba untuk merinci elem-elemen pesan menjadi sub elemen agar dapat lebih dimengerti secara komplit. Elemen-elemen tersebut adalah kode, konten pesan, treatment, elemen, struktur pesan.

a. Channel (Saluran)

Ball & Byrnes (1960, h. 32) menjelaskan bahwa model komunikasi Berlo menyarankan bahwa salah satu cara yang berguna dalam pendekatan terkait dengan pembelajaran tentang

proses komunikasi adalah

(9)

yaitu pengelihatan, pendengaran, sentuhan, perasa, dan penciuman.

c. Receiver (Penerima)

Carey (1999, h. 12) menjelaskan bahwa penerima pesan merupakan pihak yang menerima pesan dari sumber pesan yaitu kemampuan komunikasi, sikap sumber pesan, pengetahuan, konteks sosial budaya.

Metode

Penelitian ini menggunakan metode kualititatif karena penelitian kualititatif ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya (Kriyantono, 2006, h.56). Penggunaan jenis penelitian deskriptif dalam penelitian ini karena penelitian ini bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu, Suryabata (dalam Pujileksono, 2015, h.19).

Pada tipe penelitian ini, periset sudah mempunyai konsep (biasanya satu konsep) dan kerangka konseptual (Kriyantono, 2006, h. 69). Melalui kerangka konseptual (landasan teori), peneliti melakukan operasionalisasi konsep yang akan menghasilkan variabel beserta indikatornya (Kriyantono, 2006, h. 69). Penggunaan metode kualititaf deskriptif pada penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan hasil kegiatan formative evaluation, process

evaluation, outcome evaluation dan impact evaluation kampanye ABAT tahun 2014 secara sistematis, faktual dan akurat.

Fokus Penelitian

Fokus pada penelitian ini membahasa bagaimana hasil kegiatan formative evaluation, process

(10)

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur pada kampanye ‘Aku Bangga Aku Tahu’ tahun 2014. Peneliti menngaitkab kegiatan evaluasi kampanye dengan empat tipe evaluasi kampanye milik Coffman. Coffman (2002, h. 11) membagi evaluasi menjadi empat tipe evaluasi kampanye yaitu formative evaluation, process evaluation,

summative evaluation, dan impact evaluation.

Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer penelitian ini adalah data hasil wawancara mendalam. Jenis data primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang didapatkan melalui wawancara dengan informan penelitian.

Selain melengkapi data primer, Data sekunder pada penelitian ini meliputi foto, arsip, laporan pelaksanaan kampanye, berita di media

digital, cetak atau elektronik, hasil pre test dan post test.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Wawancara mendalam adalah suatu cara untuk mengumpulkan data dengan secara langsung dan bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam (Kriyantono, 2006, h.100).

(11)

pertanyaan umum dalam area studi (Daymon & Holloway, 2007, h. 264).

Langkah-langkah wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti adalah peneliti membuat interview giude atau yang biasa disebut panduan wawancara, peneliti membuat daftar pertanyaan yang akan ditanyakan pada informan untuk menggali data yang dibutuhkan peneliti, penelti menghubungi informan dan membuat janji untuk melakukan wawancara, peneliti melakukan wawancara sesuai dengan dengan panduan wawancara yang telah peneliti buat.

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan (Basrowi dan Suwandi, 2008, h.158). Pada penelitian

ini, peneliti menggunakan metode dokumentasi untuk mendapatkan data dan kumpulan arsip berupa foto, laporan kegiatan, atau data-data yang terakit dengan penelitian yang peneliti lakukan. Untuk mendapatkan dokumen-dokumen yang peneliti butuhkan untuk menunjang hasil penelitian, ada beberapa langkah dokumentasi yang peneliti lakukan yaitu mengumpulkan dokumen berupa laporan kegiatan yang berupa laporan pelakasanaan kampanye, berita mengenai kegiatan kampanye atau data-data lain yang terkait dengan penelitian. Selain laporan pelaksanaan kampanye, peneliti akan menggunakan data riset mengenai pengetahuan khalayak sebelum dilakukan kampanye dan data riset mengenai pengetahuan khalayak setelah dilakukan kampanye.

Teknik Analisis Data

(12)

teknik analisis selama di lapangan yaitu model Miles dan Huberman. Menurut Pujileksono (2015, h. 152) analisis data Miles dan Huberman dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:

a. Reduksi data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang penting, dicari polanya (Pujileksoono, 2015, h. 152). Reduksi merupakan bagian dari analisis, bukan terpisah (Basrowi & Suwandi, 2008, h. 209).

b. Penyajian data

Langkah selanjutnya adalah penyajian data berarti mendisplay/menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dsb (Pujileksoono, 2015, h. 152).

c. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi

Kesimpulan penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang disajikan berupa deskripsi atau berupa gambaran

yang awalnya belum jelas menjadi jelas

dan dapatberupa hubungan

kausal/interaktif dan hipotesis/teori (Pujileksoono, 2015, h. 152).

Hasil dan Pembahasan

(13)

saluran kampanye, alokasi waktu, dan biaya kampanye.

Dari data yang telah peneliti sajikan dan telah peneliti analisa, dapat disimpulkan bahwa pada tipe evaluasi proses ini tim kampanye ABAT Dinas Kesehatan telah melakukan evaluasi pada semua aspek yang disarankan Coffman untuk dievaluasi yaitu pada distribusi produk kampanye, penempatan berita tentang kampanye ABAT di media cetak dan televisi, dan juga exposure.

Ditinjau dari data yang didapatkan melalui wawancara dan dokumentasi yang telah dianalisa oleh peneliti, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada pelaksanaan kegiatan outcome evaluation ini tim kampanye ABAT Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tidak melakukan evaluasi pada seluruh aspek yang disarankan oleh Coffman. Dari data yang telah peneliti analisa, terdapat hasil bahwa tim kampanye ABAT Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Timur hanya melakukan evaluasi pada beberapa aspek yaitu knowlege, saliency, self efficacy,

behavior intention, enviromental

contraints, dan media frames. Sedangkan aspek yang tidak dievaluasi adalah attitudes, norms, behavior, skills, dan policy change karena alasan-alasan yang juga sudah peneliti jabarkan.

(14)

bahwa tim kampanye ABAT Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timut tidak melakukan kegiatan evaluasi pada aspek tersebut karena alasan-alasan yang juga susa peneliti jabarkan.

Berdasarkan hasil analisis yang peneliti lakukan, hanya ada tujuh halaman materi yang terkait dengan HIV/AIDS. Sedangkan 28 halaman lainnya terkait dengan tiga materi dasar yaitu kesehatan reproduksi, narkoba, dan gaya hidup dan seks bebas. Dianalisis menggunakan model SMCR dengan karakteristik konten pesan, peneliti menilai bahwa konten pesan yang digunakan oleh tim kampanye kurang efektif. Hal ini disebabkan karena inti dari kampanye ABAT adalah terkait dengan pencegahan HIV/AIDS namun terdapat banyak materi yang tidak langsung pada inti dari kampanye. Terlebih lagi sasaran kampanye adalah siswa siswi tingka SMP dan SMA sederajat dan mahasiswa. Materi yang

tidak langsung pada intinya ini berdasarkan hasil analisis peneliti dapat menimbulkan kejenuhan peserta kampanye. Jika jenuh melanda, peserta kampanye akan kehilangan konsentrasi untuk menimak materi.

Menggunakan model SMCR dengan karakteristik saluran, peneliti mendapatkan hasil analisa bahwa penggunaan media power point dirasa kurang tepat. Tidak hanya karena konten pesan yang terkesan berbelit-belit karena tidak langsung pada inti dari kampanye yaitu tentang

HIV/AIDS. Kurang tepatnya

(15)

yaitu power point, leaflet, film, poster, spanduk dan umbul-umbul. Tim kampanye tidak menggunakan media massa seperti radio, majalah, koran, atau telivisi. Menganalisis menggunakan model SMCR peneliti menemukan hasil bahwa penggunaan media power point yang konten pesannya tidak langsung pada inti kampanye juga kurang tepat jika disesuaikan dengan khalayak sasaran. Khalayak sasaran yang merupakan pemuda usia 15-24 tahun di Indonesia lebih sering menghabiskan waktunya untuk mengakses sosial media, sehinnga peneliti menemukan hasil bahwa penggunaan media sosial untuk

kampanye akan lebih tepat

dibandingkan media seperti power point.

Dalam melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan evaluasi tim kampanye ABAT Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur memang tidak

memiliki konsep khusus. Bahkan tidak tau bahwa beberapa hal bisa dievaluasi. Peneliti juga menilai, meskipun tim kampanye ABAT Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur melakukan evaluasi pada beberapa aspek, sebenarnya tim kampanye tidak mengetahui bahwa pada saat dia melakukan evaluasi pada suatu aspek, tim kampanye melakukan evaluasi pada aspek yang disarankan oleh para ahli melalui konsep evaluasi yang mereka tawarkan. Karena memang dari awal tim kampanye ABAT Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tidak berangkat dari konsep evaluasi atau teori tertentu dalam melakukan evaluasi.

(16)

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tidak memiliki laporan terkait dengan jumlah rencana produk kampanye yang akan disebarkan dan hasil jumlah produk kampanye yang telah tersebar.

Meskipun tim kampanye tidak menentukan indikator keberhasilan, namun sebenarnya dari data yang telah peneliti dapatkan melalui wawancara dan dokumentasi laporan evaluasi kampanye, tim kampanye telah menetapkan tujuan-tujuan kampanye yang telah dicapai. Tujuan khusus dari kampanye ABAT adalah agar kaum muda usia 15-24 tahun yang memiliki perilaku beresiko memahami kondisinya dan bersedia melakukan tes HIV/AIDS di Rumah Sakit agar mengetahui status HIV/AIDSnya. Tujuan umum kampanye ABAT di Jawa Timur yang merupakan kampanye turunan dari kampanye ABAT dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia ini memiliki tujuan untuk

meningkatkan pengetahuan kaum muda usia 15-24 tahun tentang HIV/AIDS dengan benar dan komprehensif. Lebih khusus, pengetahuan yang disebarkan ini terkait dengan cara penularan HIV dan bagaimana virus ini tidak ditularkan dan juga cara pencegahannya. Tujuan khusus lainnya yaitu untuk kaum muda usia 15-24 tahun yang sudah tertular segera mendapat pertolongan sehingga masih ada peluang untuk memperlambat penyebaran virus dan masih mendapatkan kesempatan untuk hidup dengan jangka waktu yang lebih lama. Selain itu, tujuan khusus lain dari pelaksanaan kampanye ABAT adalah untuk mencegah penularan HIV/AIDS pada kaum muda yang belum tertular.

(17)

peneliti menilai evaluasi yang dilakukan kurang maksimal. Hal ini dikarenakan tim kampanye tidak melakukan evaluasi dari seluruh tujuan yang telah ditetapkan. Dianalisis dengan menggunakan tipe evaluasi ketiga milik Coffman yaitu outcome evaluation, hasil analisis menunjukkan bahwa dari seluruh tujuan tersebut, tidak semua tujuan dievaluasi. Tim kampanye ABAT hanya melakukan evaluasi hasil terkait dengan tujuan peningkatan pengetahuan kaum muda. Sedangkan pada tujuan kampanye lainnya, tidak dilakukan evaluasi. Contohnya saja pada aspek attitudes, terakit dengan evaluasi sikap yang yang dimaksud oleh Coffman (2002, h. 22) adalah sikap seseorang yang terpengaruhi atau menentang objek yang dikampanyekan. Setelah melakukan penggalian data tentang evaluasi tujuan kemudian dianlisis menggunakan salah satu aspek evaluasi milik Coffman yaitu attitudes,

didapatkan hasil bahwa tim kampanye ABAT Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tidak melakukan evaluasi terkait dengan perubahan sikap khalayak. Padahal berdasarkan apa yang disampaikan informan pada saat wawancara, ada beberapa tujuan pelaksanaan kampamnye yang tujuannya adalah untuk merubah sikap khalayak. Tujuan kampanye yang merupakan tujuan untuk merubah sikap khalayak adalah tujuan untuk merubah sikap khalayak agar tidak melakukan diskriminasi pada penderita HIV/AIDS.

(18)

(Schiavo, 2007, h. 9) bahwa komunikasi kesehatan, seperti edukasi kesehatan adalah pendekatan yang digunakan untuk mengubah perilaku seseorang pada khalayak target sasaran dengan skala yang luas berkenaan dengan masalah tertentu pada periode waktu tertentu, peneliti mendapatkan hasil bahwa tujuan yang berkaitan dengan perubahan perilaku khalayak setelah terpapar kampanye tidak dievaluasi.

Beberapa tujuan yang berkaitan dengan perubahan perilaku adalah agar kaum muda usia 15-24 tahun yang memiliki perilaku beresiko memahami kondisinya dan bersedia melakukan tes HIV/AIDS di Rumah Sakit agar mengetahui status HIV/AIDSnya. Kaum muda usia 15-24 tahun yang sudah tertular segera mendapat pertolongan sehingga masih ada peluang untuk memperlambat penyebaran virus dan masih mendapatkan kesempatan untuk hidup dengan jangka waktu yang lebih

lama. Selain itu, tujuan khusus lain dari pelaksanaan kampanye ABAT adalah untuk mencegah penularan HIV/AIDS pada kaum muda yang belum tertular.

(19)

membuat eksperimen alami yang didasrarkan pada saat kejadian (perubahan sikap dan perilaku) diketahui atau saat liputan media akan berlangsung. Memang evaluasi perubahan perilaku ini terkesan memakan waktu yang lama, sehingga dapat disimpulkan bahwa alasan tidak dilakukannya evaluasi pada perubahan perilaku sesuai dengan pernyataan Coffman yang menejalaskan bahwa untuk mengevaluasi perubahan perilaku ini, evaluator harus melacak pergeseran sehari-hari dan hal ini dianggap tidak mungkin oleh tim kampanye ABAT Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Dari hasil analisis data tersebut, peneliti menilai bahwa pernyataan informan yang menyebutkan bahwa kampanye ini efektif kurang tepat. Karena kenyataan yang terjadi di lapangan, tim kampanye tidak melakukan evaluasi pada seluruh tujuan kampanye. Padahal seharusnya untuk

(20)

kontrasepsi dianggap efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan penggunaan alat kontrasepsi di Rural India. Dalam melakukan pengukuran efektivitas kegiatan kampanye, Sebastian, Khan, Kumari dan Idnani telah menetapkan indikator keberhasilan yaitu peningkatan pengetahuan kaum muda yang pengukurannya dilakukan dengan cara pre test dan post test, ketercapaian distribusi produk, jumlah wanita yang telah menerima konsultasi, laporan peningkatan jumlah pengguna kontrasepsi. Dalam menilai kampanye tersebut efektif, Sebastian, Khan, Kumari dan Idnani mengevaluasi hal-hal tersebut dan mengevaluasi seluruh indikator atau tujuan kampanye. Berbeda dengan tim kampanye ABAT yang tidak mengevaluasi seluruh tujuan. Tujuan yang dievaluasi hanya tujuan khusus. Sehingga dari hasil analisis data tersebut peneliti menilai bahwa meskipun tim kampanye ABAT telah

menyatakan bahwa hasil kampanye ini efektif, namun berdasarkan hasil analisis peneliti hasil kampanye belum efektif.

(21)

yang didapatkan khalayak hanya satu kali, dari hasil analisis data mendapatkan hasil bahwa kurangnya paparan pada khalayak kampanye juga menjadi salah satu faktor penyebab kampanye ABAT kurang efektif.

Dari hasil analisis data terkait dengan pelaksanaan pre test dan post test ini, peneliti menilai tim kampanye ABAT Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur mengevaluasi dengan ala kadarnya dan terkesan kurang serius. Padahal perubahan tingkat pengetahuan adalah tujuan utama dari dilaksanakan kampanye ABAT ini. Tim kampanye Dinas Kesehatan Provinisi jawa Timur hanya ingin mengetahui apakah terjadi peningkatan pengetahuan tidak peduli

berapa nilai peningkatan

pengetahuannya, yang terpenting jika sudah terjadi peningkatan pengetahuan maka hasil pre test dan post test sudah dianggap baik. Terlebih lagi dalam menyatakan terjadi peningkatan

pengetahuan yang cukup bermakna, tim kampanye harus memiliki dasar yang kuat. Misalnya saja jika terjadi perubahan nilai sebesar 5-10 maka perubahan pengetahuan dimasukkan kategori cukup, atau misalkan perubahan pengetahuan yang terjadi adalah 10-20 maka perubahan pengetahuan dapat dikategorikan cukup baik. Sehingga, pernyataan yang muncul ketika mengambil kesimpulan bahwa hasil pre test dan post test terdapat peningkatan cukup bermakna merupakan kesimpulan yang memiliki dasar yang jelas.

Kesimpulan

(22)

strategi, taktik, saluran kampanye, alokasi waktu, dan biaya kampanye. Hasil analisis pada evaluasi tahap formatif menunjukkan bahwa konteks pesan tidak sesuai sasaran dan tidak langsung pada pesan inti kampanye. Selain itu penggunaan media kurang tepat khalayak sasaran. Pada tipe process evaluation, evaluasi dilakukan distribution, placement dan exposure. Exposure hanya dilakukan satu kali di masing-masing tempat sasaran kampanye sehingga kampanye ini kurang efektif.

Pada tahap outcome evaluation, tim kampanye melakukan evaluasi pada elemen knowledge, saliency, self efficacy, behavior intention,

enviromental contraints, dan media framespada outcome evaluation. Sedangkan attitudes, norms, behavior, skills, dan policy change tidak dilakukan evaluasi karena keterbatasan sumber daya manusia, biaya dan waktu

untuk melakukan survey berkelanjutan paska kampanye. Pada tahap impact evaluation hanya dilakukan pada system level outcomes. Pada long term outcomes of behaviors, tidak dievaluasi juga dikarenakan keterbatasan keterbatasan sumber daya manusia, biaya dan waktu untuk melakukan pengamatan secara berlanjut pada khalayak kampanye yang jumlahnya tidak sedikit dan tersebar di berbagai tempat.

Ketika melakukan evaluasi kampanye ABAT tahun 2014, baik

kampanye program kampanye

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Gao, dkk. (2012). Effectiveness of school-based education on HIV/AIDS knowledge, attitude, and behavior among secondary school students in wuhan, china. Joint School on Education, Sociology, Technology, and Medicinie Reasearch Paper Project. 7(9), e44881. doi:10.1371/journal.pone.0044881

National Aids Commision. (2009). Republic of indonesia country report on the follow up to the declaration of commitment on hiv/aids (unggas). Jakarta: UNAIDS Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Pedoman pelaksanaan kampanye

hiv dan aids pada kauj muda usia 15-24 tahun. Jakarta: Kemenkes RI Venus, A. (2004). Manajemen kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Coffman, J. (2002). Public communication campaign evaluation. Harvard Family Project Reasearch

Rice, R. E., & Atkin, C. K. (2012). Public communication campaigns. Tersedia dalam https://books.google.com/books?isbn=1452255776

Schiavo, R. (2007). Health communication: from theory to practice. San Francisco: Jossey-Bass Publisher

Afifi, T., & Afifi, W. (2015). Uncertainty, information management, and disclosure

decisions: theories and applications. Tersedia dalam:

https://books.google.com/books?isbn=1135890560

Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2009). Teori komunikasi. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika

Antoni. (2004). Riuhnya persimpangan itu: profil dan pemikiran para penggagas kajian ilmu komunikasi. Solo: Tiga Serangkai

Carey, H. A. (1999). Communication in extension: a teaching and learning guide. Tersedia dalam: https://books.google.co.id/books?isbn=9251043574

Ball, J., & Byrnes, F. C. (1960). Reaserch, principles, and practices in visual communication. Tersedia dalam: https://books.google.co.id/books?id=9-2n4kpAWEIC&dq=smcr+model&source=gbs_navlinks_s

Wiman, R. V., & Meierhenry, W. C. (1969). Educational media: theory into practice. Tersedia dalam: https://books.google.co.id/books?id=g6odAAAAMAAJ

Wok, S., Ismail, N., & Hussain, M, Y. (2005). Teori-teori komunikasi. Tersedia dalam https://books.google.co.id/books?

(24)

Pujileksono, S. (2015). Metode penelitian komunikasi kualitatif. Malang: Kelompok Intrans Publishing

Daymon, C., & Holloway, I. (2007). Metode-metode riset kualitatif dalam public

relations dan marketing communications. Tersedia dalam

https://books.google.co.id/books?id=GO-PT5-RiKQC&pg=PA264&dq=wawancara+tidak+terstruktur&hl=en&sa=X&ved=0ah UKEwjdscP0xMrMAhXGUKYKHRqHCVgQ6AEIGjAA

Basrowi., S. (2008). Memahami penelitian kualitatif. Jakarta: PT. Adi Mahasatya

Referensi

Dokumen terkait

menyamakan laju perubahan energi partikel fluida dengan total laju kerja yang dilakukan pada partikel fluida dan total laju panas yang ditambahkan pada fluida dan laju

Imam Muslim didalam Muqoddimah Kitab shahihnya, beliau berkata: “ Ketahuilah, semoga Allah memberikan taufiq padamu, bahwasanya wajib atas setiap orang yang mengerti pemilahan

Cara mengurangi kecemasan yang dirasakan pasien operasi adalah Unit Pelayanan Islami memberikan motivasi seperti makna sakit sebenarnya, tidak mudah putus asa dalam menghadapi

Dalam Renstra ini akan dipaparkan semua aspek strategis yang akan dicapai oleh FMIPA Unesa, meliputi: (1) mengembangkan tridarma perguruan tinggi dalam bidang

Guru memberikan evaluasi ( Lembar Penilaian Produk ) terlampir 11. Guru memberikan penguatan pada hasil diskusi dan tugas individu. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi

Kerukunan yang terjalin antara umat Islam dan umat Kristen tercermin dalam berbagai kegiatan yang dilakukan di desa Durensewu, baik kegaiatan yang bersifat sosial ataupun kegaiatan

Pada verba geusuliek „memipil‟ terdapat dua argumen yakni AKTOR yang memiliki peran khusus sebagai agen yang diisi oleh mak „ibu‟ yang berperan mengendalikan

Pada model, menunjukan bahwa terdapat pengaruh simultan variabel tingkat pendidikan responden, pendapatan suami dan jumlah anggota keluarga terhadap partisipasi