• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karir berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karir berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karir berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan.

Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karir menjadi titik penting dalam perjalanan hidup manusia. Keputusan memilih suatu karir dimulai saat individu berada pada masa remaja. Pada usia remaja, sekolah merupakan aspek penting dalam kehidupan karena pendidikan menyiapkan mereka dalam kondisi siap untuk mengambil keputusan karir.

Menurut Santrock (2003), masa remaja adalah masa dimana pengambilan keputusan meningkat. Kebanyakan pengambilan keputusan dibuat oleh para remaja yang mengalami perubahan yang menyulitkan dan tidak berguna. Seringkali remaja hanya mengetahui bahwa mereka menginginkan sesuatu tetapi tidak mengetahui apa yang dibutuhkan, maka perlu bimbingan untuk mengarahkan keinginannya tersebut. Berkaitan dengan karir bahwa remaja mendambakan karir tertentu namun mereka belum memahami karir yang didambakan sesuai dengan kondisi diri, lingkungan serta segala sesuatu yang perlu dilakukan dalam pencapaiannya.

Banyak siswa SMA yang sulit mengambil keputusan karena tidak tahu apa bakat dan minatnya, dan banyak yang belum menemukan potensi dirinya, tidak terbiasa mengambil keputusan sendiri bahkan untuk hal-hal yang terkait dengan kepentingannya, sehingga bingung ketika harus memilih karir dan perguruan tinggi.

Kesalahan pemilihan karir seperti di atas dapat mengakibatkan kegagalan dalam belajar dan juga dapat berpengaruh terhadap keputusan dalam karirnya.

(2)

Karir merupakan urutan-urutan aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan dari perilaku, nilai serta aspirasi individu selama rentang hidup individu tersebut (Simamora, 2004). Efikasi diri memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan karir individu. Pada tahun 1983, Taylor dan Betz (dalam Ardiyanti, 2014), mempublikasikan artikel mengenai aplikasi efikasi diri dalam psikologi karir. Konsep efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir bukan mengenai konten atau gaya pengambilan keputusan individu tetapi mengacu pada kepercayaan diri individu terhadap kemampuannya untuk membuat keputusan karir dengan tepat. Efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan dirinya bahwa ia dapat sukses menyelesaikan tugas- tugas yang berhubungan dengan pengambilan keputusan karir.

Efikasi diri remaja mempengaruhi pilihan aktivitas, tujuan dan usaha serta persistensi remaja tersebut. Dengan kata lain, efikasi diri juga mempengaruhi pembelajaran dan prestasi akademiknya (Ormrod, 2009). Secara umum Ormrod (2009) menyatakan bahwa efikasi diri remaja sebagai penilaian remaja mengenai kemampuan sendiri untuk menjalankan perilaku tertentu atau mencapai tujuan tertentu. Remaja yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan mengerahkan segenap kemampuannya dalam menyelesaikan tugasnya. Berdasarkan hasil wawancara awal yang dilakukan Ardiyanti (2014) dalam penelitiannya terhadap 15 orang siswa kelas XII, diketahui bahwa 10 orang dari mereka mengalami keraguan dalam menentukan pilihan program studi. Ardiyanti juga melakukan survey terhadap 157 siswa kelas XI wilayah Yogyakarta, didapat 43% siswa yang masih belum yakin dan bingung dengan pilihan program studi di Perguruan Tinggi. Penyebab kurangnya

(3)

efikasi diri dalam pemilihan karir pada siswa adalah kurangnya pemahaman diri, kurangnya wawasan atau informasi karir dan ketidakmampuan dalam menetapkan tujuan dan rencana karir (Ardiyanti, 2014). Hal ini terjadi dikarenakan tidak semua siswa dapat dengan mudah membuat keputusan karir, banyak diantara mereka yang mengalami keraguan dalam mengambil keputusan karir.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh Pratiwi (2014) kepada tim konselor Detection, menunjukkan bahwa 167 siswa kelas XII masih belum memiliki kesiapan untuk melanjutkan jenjang pendidikan di Universitas. Berdasarkan hasil wawancara tersebut didapat hal-hal yang mengakibatkan belum adanya kesiapan dari para siswa tersebut dikarenakan tidak mengetahui informasi mengenai jurusan di Perguruan Tinggi, belum menentukan jurusan yang sesuai dengan minatnya, masih bingung ingin melanjutkan jurusan di Perguruan Tinggi, masih belum punya keyakinan dengan pilihan yang akan dipilih dan belum membuat rencana pilihan mengenai jurusan.

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa pengambilan keputusan berhubungan dengan efikasi diri. Pengambilan keputusan yang berhubungan dengan efikasi diri didukung dengan hasil penelitian Burns, Jasinski, Dunn dan Fletcher (2013) dengan judul penelitian Academic Support Services and Career Decision-Making Self-Efficacy in Student Athletes. Penelitian yang yang meneliti hubungan antara evaluasi layanan dukungan akademik dan self efficacy pengambilan keputusan karir atlet mahasiswa. Hasilnya menunjukkan bahwa evaluasi layanan dukungan akademik secara positif berhubungan pada tingkat self efficacy pengambilan keputusan karir. Suatu permasalahan juga dapat timbul karena

(4)

dipengaruhi oleh efikasi diri yang berhubungan secara tidak langsung terhadap pengambilan keputusan dalam melakukan sesuatu.

Menurut Taylor dan Betz (dalam Ardiyanti, 2014)), efikasi diri terhadap pengambilan keputusan karir mempengaruhi area-area dari perilaku pencapaian karir termasuk kemampuan untuk mengejar ketertarikan karir dan tingkatan ketekunan terhadap pencapaian suatu karir. Penelitian-penelitian para ahli mengenai efikasi dalam konteks karir menunjukkan bahwa aplikasi efikasi diri yang paling popular dalam perilaku karir adalah efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir (Betz, Klein & Taylor, 1996). Hal tersebut mengindikasikan bahwa peneliti lebih banyak melakukan penelitian terhadap efikasi diri yang lain dengan mempertimbangkan pentingnya efikasi diri yang dimiliki individu dalam membuat keputusan-keputusan karir.

Ketidakmampuan individu dalam membuat keputusan karir dapat dipengaruhi oleh efikasi diri terhadap pengambilan keputusan karir (Osipow, 1987; Betz et al, 1996). Efikasi diri yang rendah sehubungan dengan proses pembuatan keputusan karir terkait dengan kebimbangan dalam pembuatan keputusan karir, masalah- masalah dalam mengembangkan identitas vokasional yang jelas, dan ketidakpastian dalam menentukan pilihan yang ditunjukkan dengan seringnya individu berganti- ganti pekerjaan. Individu dengan efikasi diri yang rendah dalam membuat keputusan karir dapat ditandai dengan ketidaktahuan terhadap kelebihan dan kelemahan dirinya, tidak mendapatkan informasi-informasi yang berhubungan dengan pencapaian karirnya, tidak dapat membuat tujuan dalam pencapaian karirnya, tidak dapat membuat perencanaan karir dan tidak mengetahui bagaimana memecahkan

(5)

permasalahan yang berhubungan dengan perjalanan karirnya. Efikasi diri yang rendah dapat menghalangi individu untuk mewujudkan ketertarikannya terhadap suatu karir karena merasa tidak memiliki kemampuan yang penting bagi karirnya.

Mereka juga kurang dapat berkompetisi untuk mendapatkan pekerjaan, kurang berpengalaman dan tidak tahu apa yang harus mereka lakukan untuk mengatasi rintangan dalam mendapatkan pekerjaan dengan sukses (Collins dalam Lyon &

Kirby, 2000). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fukuyama, Probert, Neimeyer, Nevill dan Metzler, 1988; McNeill, 1990; Luzzo dan Taylor, 1994, menunjukkan efektivitas intervensi karir dalam meningkatkan efikasi diri dalam membuat keputusan karir (dalam Betz & Luzzo, 1996). Intervensi karir dapat berupa konseling (Betz, 2000), perencanaan karir (Lyon & Kirby, 2000), kursus pengembangan karir (Reese & Miller, 2006).

Kemampuan individu dalam pemilihan karir sangat diperlukan agar individu lebih terarah dan terfokus pada satu pilihan diantara banyak pilihan karir yang diperoleh dari berbagai pengenalan karir, sehingga individu memiliki wawasan yang luas dan tidak mengalami kebingungan dalam memilih karir yang dikehendaki.

Banyak remaja yang tidak cukup banyak mengembangkan pemilihan karir mereka sendiri dan juga hanya sedikit menerima bimbingan karir dari pembimbing di sekolah mereka (Santrock, 2003). Upaya dalam pencegahan dan mengatasi masalah kebingungan dalam merencanakan karir adalah bimbingan karir dari konselor dan guru bimbingan dan konseling di sekolah.

Bimbingan karir merupakan program yang dirancang untuk memfasilitasi perkembangan karir terutama pengelolaan karirnya. Bimbingan karir dapat dilakukan

(6)

secara individual dan kelompok kecil antara klien dan konselor, yang menggunakan alat-alat khusus dengan tujuan membantu individu untuk mendapatkan pengetahuan akan dirinya (self knowledge), pengetahuan lingkungan kerjanya dan mengembangkan keterampilan yang mengantarkan individu menghadapi masa transisi dari sekolah kedunia kerja.

Peneliti menggunakan bimbingan karir sebagai cara untuk meningkatkan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir siswa. Menurut Juntika (2006) bimbingan karir merupakan bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir. Bimbingan karir juga merupakan layanan pemenuhan kebutuhan perkembangan individu sebagai bagian integral dari program pendidikan.

Bimbingan karir diharapkan dapat membantu peserta didik dalam meningkatkan kemampuan perencanaan karir. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi untuk mengambil keputusan karir dapat teratasi manakala peserta didik memiliki informasi yang memadai tentang dunia karir, maka dari itu perlunya bimbingan untuk memperoleh pemahaman tentang berbagai kondisi dan karakteristik dirinya, baik bakat, minat, cita-cita, dan berbagai kelemahan dan kekuatan yang dimiliki.Sehingga pada gilirannya peserta didik mampu mengambil keputusan yang terbaik tentang kepastian rencana karir yang akan ditempuhnya kelak.

Penentuan pilihan karir pada SMA untuk siswa yang mempunyai tingkat kelas lebih tinggi diasumsikan memiliki pengetahuan yang lebih luas mengenai informasi karir, sehingga ia mempunyai sikap dan kemampuan yang lebih baik dalam pengambilan keputusan karir. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Glaize dan

(7)

Myrick (dalam Purnamasari, 2005) menyimpulkan bahwa siswa yang diberi informasi pekerjaan yang lengkap dapat melihat dunia kerja lebih realistik dan makin berusaha mengembangkan karirnya. Bandura dan Schunk (1984) membuktikan dengan sangat meyakinkan adanya hubungan antara peningkatan pemecahan masalah dengan sistem pemberian informasi pekerjaan bagi sekelompok siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Supatmi (2014) tentang Pengembangan Bahan Informasi Bimbingan Pemilihan Karir untuk Meningkatkan Kemampuan PengambilanKeputusan Karir mengindikasikan bahwa bimbingan karir bisa dilakukan dengan memberikan informasi karir. Bahan informasi bimbingan pemilihan karir dapat meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan karir bahan informasi bimbingan pemilihan karir efektif untuk meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan karir siswa sekolah menengah kejuruan rumpun jurusan ekonomi.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pentingnya bimbingan karir dalam membantu siswa dalam menentukan karir apa yang akan dipilih.

Kurangnya informasi yang berkaitan dengan pendidikan juga jabatan atau pekerjaan yang cocok dengan kemampuan siswa juga sebagai salah satu penghambat siswa tidak dapat mengambil keputusan karirnya secara tepat. Siswa bingung dengan jurusan yang akan diambilnya apabila akan melanjutkan pendidikannya serta apabila akan bekerja juga tidak tahu pekerjaan yang cocok baginya sehingga bagi siswa yang tidak melanjutkan banyak yang menganggur setelah siswa tersebut lulus dari bangku sekolah (Sukardi, 1994). Siswa yang mengalami hambatan tersebut membutuhkan bimbingan sehingga dapat menggunakan kemampuannya dalam proses penentuan karir. Dalam pemilihan karir

(8)

yang tepat tentunya harus disesuaikan dengan minat dan kemampuan dari siswa itu sendiri (Sukardi, 1994).

Pada dasarnya siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Begitu juga penanganan masalah yang dihadapi oleh siswa juga beragam. Ada siswa yang mengalami kesulitan yang dihadapi dengan baik tanpa bantuan orang lain, ada pula juga yang memerlukan bantuan orang lain. Disinilah peran efikasi diri itu memang sangat diperlukan dan bagaimana guru pembimbing diperlukan untuk membantu para siswa dalam melakukan keputusan pemilihan karir sesuai dengan kemampuan siswa. Hal ini berarti bimbingan karir secara tidak langsung sangat diperlukan oleh siswa SMA untuk meningkatkan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir, karena dapat memberikan berbagai kemampuan, keterampilan dan sikap yang sesuai dengan tuntutan perubahan masyarakat dan memberikan berbagai kemampuan dan ketrampilan khusus yang sesuai dengan potensi-potensi siswa dalam berbagai jenis pekerjaan tertentu yang secara langsung dapat diterapkannya (Sukardi, 1987).

Orientasi tujuan (goals orientation) pada pembelajaran memilliki pengaruh meningkatkan efikasi diri pada individu (Wisudaningrum, 2012). Hal ini disebabkan oleh orientasi tujuan pembelajaran akan memberikan pemahaman yang positif, sehingga individu dapat memproses informasi dengan baik. Orientasi tujuan memberikan kerangka mental yang seseorang gunakan untuk menafsirkan dan menanggapi pencapaiandan kegagalan situasi (Dweck & Leggett, 1988) dan perbedaan individu yang berguna untuk membangun pemahaman terhadap pembelajaran, pelatihan dan hasil kinerja (Zweig & Webster, 2004). Dweck dan

(9)

Leggett (1988), menyatakan bahwa orientasi tujuan (Goal Orientation) terbagi atas dua orientasi pada tujuan performa (Performance Goals) dan orientasi tujuan pada pembelajaran (Learning Goals). Berdasarkan preliminary study yang dilakukan oleh Wisudaningrum (2012), lebih mengarah pada orientasi tujuan pembelajaran (Learning Goals). Orientasi ini disebut juga dengan orientasi tujuan pada penguasaan, yang berfokus pada peningkatan kompetensi, mendapatkan keahlian dan mengerjakan yang terbaik. Individu memiliki orientasi tujuan seperti ini biasanya akan mencari tugas-tugas dengan tingkat kesulitan yang menantang. Hal ini dikarenakan individu tersebut mempersepsikan tugas-tugas sebagai suatu peluang untuk mengembangkan kompetensinya.

Garcia, Restubog, Toledano, Tolentino dan Rafferty (2012), menyatakan bahwa ada dua gambaran dari hasil penelitian yang didapatkan, yaitu gambar pertama, pada high levels of student rating of parental support, hasilnya adalah signifikan dan terdapat hubungan positif yang kuat antara orientasi tujuan (learning goal orientation) dan efikasi diri dalam pemilihan karir (career decision making self efficacy). Sedangkan pada low levels of student rating of parential support, hasilnya tidak signifikan. Pada gambar kedua dari hasil penelitian Garcia, restubog, Toledano, Tolentino dan Rafferty (2012), menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan hanya pada hubungan antara orientasi tujuan belajar (learning goal orientation) dan efikasi diri dalam pemilihan karir (career decision making self efficacy) untuk low parental ratings of support saja.

Berdasarkan dari permasalahan di atas, maka perlu kiranya dilakukan studi lebih lanjut mengenai pengaruh bimbingan karir terhadap efikasi diri dalam

(10)

pengambilan keputusan karir. Selain itu juga akan mengontrol orientasi tujuan penguasaan siswa dengan menjadikannya sebagai kovariabel agar hasil pengamatan menjadi cermat. Hal ini dilakukan sebab hasil penelitian di atas menunjukkan orientasi tujuan penguasaan siswa mempengaruhi efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir.

Guna mendalami masalah efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir yang hendak diteliti, peneliti melakukan preliminary study pada tanggal 9 Februari 2016. Studi awal ini dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada salah seorang pembimbing di SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta. Hasil preliminary study diketahui terdapat beberapa penyebab mereka belum memiliki keyakinan dalam menentukan pilihan karir, yang pertama siswa belum begitu mengetahui informasi mengenai pilihan karir yang akan dipilihnya. Kedua siswa kurang mampu membuat perencanaan karirnya, ketiga, tidak adanya jam masuk untuk bimbingan dan konseling, sehingga siswa harus mendatangi ruang konseling untuk mendapatkan informasi tentang karir. Keempat, kurangnya kesadaran siswa untuk datang ke ruang BK, sehingga hanya sebagian siswa yang mau datang ke ruang BK dan kelima, karir yang dipilih siswa karena keterpaksaan mengakibatkan orientasi tujuan mereka hanya pada nilai bukan pada penguasaan pelajaran.

. Menurut salah seorang konselor dan guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Depok, siswa SMA Negeri 1 Depok Babarsari Sleman Yogyakarta kelas XI, banyak yang mengalami kesulitan dan kebingungan dalam pemilihan karir, kenyataan yang nampak di sekolah yaitu siswa tidak bisa memilih karir dengan tepat karena siswa kebingungan dalam memilih karir karena mereka merasa bingung

(11)

dalam memilih karir. Sementara itu di SMA Negeri 1 Depok tidak ada jam khusus untuk BK, sehingga siswa kurang memperoleh informasi tentang karir. Tidak banyak siswa SMA Negeri 1 Depok kelas XI yang datang untuk berkonsultasi mengenai karir atau jurusan apa yang ingin diambilnya setelah lulus SMA. Bagi siswa yang tidak berkonsultasi mengenai karirnya padahal sebenarnya siswa membutuhkan informasi karir, masalah ini bisa menjadi masalah bila tidak dapat teratasi dengan baik.

Dari permasalahan di atas bimbingan karir yang kemungkinan akan mempengaruhi efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Depok, Babarsari, Sleman, Yogyakarta, sehingga peneliti ingin mengetahui perbedaan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir sebelum dan sesudah mendapatkan bimbingan karir. Selain bimbingan karir, peningkatan efkasi diri dalam pengambilan keputusan karir juga dipengaruhi oleh orientasi tujuan penguasaan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah apakah bimbingan karir berpengaruh terhadap peningkatkan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir dengan menyertakan orientasi tujuan penguasaan sebagai kovariabel?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bimbingan karir terhadap efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir dengan menyertakan orientasi tujuan penguasaan sebagai kovariabel.

(12)

2. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Bagi siswa

Bimbingan karir akan membantu siswa untuk meningkatkan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir siswa, dengan tetap mempertimbangkan orientasi tujuan penguasaan yang dimiliki siswa. Untuk meningkatkan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir, siswa diharapkan mampu mengenal dirinya sendiri dan mengetahui berbagai jurusan sehingga siswa mampu merencanakan karirnya dengan baik sesuai dengan potensi yang siswa miliki dan tentunya sesuai dengan minatnya.

b. Bagi Guru

Memberikan pengetahuan yang lebih kepada guru dalam pemberian bimbingan karir dengan mempertimbangkan orientasi tujuan penguasaan sebagai salah satu cara dalam meningkatkan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir siswa. Hendaknya guru memberikan bimbingan karir kepada siswa agar keputusan karir yang diambil siswa sesuai dengan kemampuan dan minat siswa.

D. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya

Secara umum, penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian ini ingin meneliti pengaruh bimbingan karir terhadap efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir dan orientasi tujuan penguasaan sebagai kovariabel. Penelitian sebelumnya mengenai variabel-variabel tersebut telah dilakukan peneliti-peneliti sebelumnya antara lain:

(13)

Penelitian yang dilakukan mengenai efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir telah banyak dilakukan, diantaranya penelitian yang dilakukan Purnamasari dan Kumara (2006), dengan judul Efektivitas Pelatihan Perencanaan Karir untuk Meningkatkan Kejelasan Arah Pilihan Bidang Minat Karir pada Mahasiswa Semester III Fakultas Psikologi. Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada efiktivitas pelatihan perencanaan karir untuk meningkatkan kejelasan arah pilihan bidang minat karir.Perbedaan dalam penelitian ini, Purnamasari dan Kumara (2006) menggunakan Skala Arah Pilihan Bidang Minat Karir, lembar wawasan karir.Sementara pada penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah Skala Efikasi Diri dalam Pengambilan Keputusan Karir dan Skala Orientasi Tujuan Penguasaan.

Subjek penelitian siswa SMA, sedangkan subjek penelitian Purnamasari dan Kumara (2006) adalah mahasiswa.

Penelitian Santoso dan Fathul (2014), tentang Pengaruh Berbagai Pengetahuan Perencanaan Karir terhadap Efikasi Diri dalam Keputusan Karir mendapatkan hasil bahwa berbagai pengetahuan mampu secara efektif meningkatkan efikasi diri dalam membuat keputusan karir para pencari kerja yang berdampak pada munculnya respon perilaku yang lebih positif terhadap tugas-tugas terkait karir pilihannya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Santoso dan Fathul (2014) terletak pada variabel Bimbingan Karir dan Orientasi Tujuan Penguasaan.

Penelitian Hartanto (2014), tentang keefektifan layanan bimbingan karir dengan melalui peta pikiran untuk meningkatkan kemampuan perencanaan karir.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa layanan bimbingan karir dengan melalui

(14)

peta pikiran efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan perencanaan karir pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 4 Wonogiri. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Hartanto (2014) terletak pada variabel Efikasi Diri dalam Pengambilan Keputusan Karir dan Orientasi Tujuan Penguasaan serta subjek yang di teliti oleh Purwa (2014) siswa kelas VIII SMP, sedangkan yang digunakan dalam penelitian ini siswa SMA.

Penelitian Setiyowati (2015) tentang hubungan efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan dengan keputusan karir remaja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara efektivitas bimbingan karir dengan pengambilan keputusan karir remaja, karena semakin tinggi efektivitas bimbingan karir semakin tinggi pula pengambilan keputusan karir.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa bimbingan karir sangat efektif membantu siswa untuk menentukan pilihan karirnya.Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Setyowati (2015) terletak pada variabel Efikasi Diri dalam Pengambilan Keputusan Karir dan Orientasi Tujuan Penguasaan.

Penelitian Garcia, Restubog, Toledano, Tolentino dan Rafferty (2012) dengan judul Defferential Moderating Effects of Student and Parent Rated Support in the Relationship between Learning Goal Orientation and Career Decision Making Self Efficacy. Pada penelitian ini, peneliti hendak memprediksi uji beda mengenai peranan moderasi dukungan orangtua dari sudut pandang siswa dan sudut pandangan orangtua dinilai dengan mempertimbangkan pengaruh orientasi tujuan belajar siswa pada efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir. Peserta terdiri dari 114 mahasiswa yang terdaftar di sebuah Universitas besar di Filipina. Data juga

(15)

dikumpulkan dari orangtua wali dan peserta, yang terdiri atas 53 ayah, 79 ibu, 3 nenek, 4 wali dan 2 orang tidak melaporkan hubungannya dengan peserta.

Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada subjeknya dan variabel Bimbingan Karir tidak ada. Subjek penelitian ini di SMA di daerah Yogyakarta, Indonesia.

Penelitian Bell dan Kozlowski (2002) yang berjudul Goal Orientation and Ability: Interactive Effects on Self Efficacy, Performance and Knowledge. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan secara langsung antara goal orientation dan cognitive ability serta interaksi diantara keduanya dengan efikasi diri, performansi dan pengetahuan didalam konteks pembelajaran. Partisipan sebanyak 125 mahasiswa dari Midwestern yang terdiri dari 58% adalah wanita dan sisanya pria yang berusia 18-21 tahun. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen dengan memberikan tugas berupa simulasi permainan yang berupa TANDEM (Computer Bases Radar Situation) serta pemberian skala goal orientation, selanjutnya akan diukur efikasi diri, performansi yang dihasilkan dan pengetahuan yang diperoleh. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan pembelajaran dengan performance goal orientation dari siswa. Learning goal orientation, berhubungan positif dengan efikasi diri, performansi dan pengetahuan siswa, selain itu ternyata performance goal orientation berhubungan secara negatif dengan salah satu hasil performansi.

Penelitian Wisudaningrum (2012) yang berjudul Pengaruh Orientasi Tujuan pada Pembelajaran terhadap Efikasi Diri Mengikuti Pelatihan Peningkatan Kompetensi. Tujuan penelitian di atas adalah untuk melihat orientasi tujuan pada pembelajaran terhadap efikasi diri dengan mengikuti pelatihan peningkatan

(16)

kompetensi. Subjek yang disertakan sebanyak 42 orang yang terbagi atas 21 orang kelompok eksperimen dan 21 orang sebagai kelompok kontrol. Penelitian ini memperoleh hasil peningkatan yang konsisten yaitu orientasi tujuan pada pembelajaran memiliki pengaruh untuk meningkatkan efikasi diri. Perbedaan penelitian ini adalah variabel Bimbingan Karir tidak disertakan dan subjek penelitian.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, terletak pada subyek penelitian, konteks penelitian, variabel yang digunakan dalam penelitian, objek penelitian, alat ukur penelitian dan lokasi penelitian. Jadi dapat dinyatakan bahwa penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya dan dapat dipertanggung jawabkan keasliannya.

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: pertama, keabsahan akta notaris meliputi bentuk isi, kewenangan pejabat yang membuat, serta pembuatannya harus memenuhi

Analisis stilistika pada ayat tersebut adalah Allah memberikan perintah kepada manusia untuk tetap menjaga dirinya dari orang-orang yang akan mencelakainya dengan jalan

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Menurut Sayuti (2002: 42) terdapat beberapa jenis pengalaman jiwa, yaitu pengalaman lapis kebendaan, pengalaman lapis tetumbuhan, pengalaman lapis kehewanan, pengalaman

Seringkali apabila tunggakan sewa berlaku ianya dikaitkan dengan masalah kemampuan yang dihadapi penyewa dan juga disebabkan faktor pengurusan yang lemah. Ada pula

Pada penelitian ini dilakukan pemisahan senyawa antioksidan secara kolom kromatografi dan fraksi-fraksi yang terkumpul dari diuji daya antioksidannya secara kualitatif dan