• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUE MAKSUBA WARISAN MASA LAMPAU YANG BERPOTENSI SEBAGAI DAYA TARIK WISATAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KUE MAKSUBA WARISAN MASA LAMPAU YANG BERPOTENSI SEBAGAI DAYA TARIK WISATAWAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

11

Nurul Sukma Lestari1, Grace Sella Winata2 Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Indonesia1,2

Email: nurul.lestari@binus.edu1 Abstract

Palembang is one of the oldest cities in Indonesia. Currently Palembang is the capital of South Sumatra Province. Besides being famous for its tourist attractions, Palembang is also famous for its abundance of local food ranging from salty snacks, cakes, main courses, and many others. One of the famous local food there is the Maksuba cake. This cake, which originates from the Darussalam Kingdom era, is made from duck eggs, sugar, margarine, and a little flour. This cake is always available on religious holidays, such as Eid and Chinese New Year and is one of the offerings in traditional Palembang weddings. This cake in Palembang symbolizes love and respect. The purpose of this research is to find out the history of the Maksuba cake, what is the meaning of this cake, the method of manufacture and its current existence. The method used is qualitative with a descriptive approach. The results obtained are the Maksuba Cake originating from the era of the Palembang Darussalam Sultanate, and has a meaning as a tribute to guests and elders.

The recipes and manufacturing methods used still follow traditions that have been passed down from generation to generation. And the existence of this cake is still very much sought after today. This traditional cake is recommended to be preserved so that future generations can still enjoy this cake, and this cake can be one of the objects that can attract tourists to visit Palembang.

Keywords: Palembang, Maksuba Cake, Tourism Object, Tribute

PENDAHULUAN

Pariwisata adalah industri yang berkembang sangat pesat dan menjadi penyumbang bagi pendapatan negara.

Banyak pekerjaan dan bisnis yang bergantung pada sektor pariwisata yang kuat dan terus berkembang. Pariwisata juga menjadi salah satu faktor pendorong dalam melindungi warisan alam dan budaya, dengan melestarikannya agar dapat terus

dinikmati oleh generasi mendatang (Pololikashvili, 2021).

Pariwisata dapat menjadi suatu kekuatan yang digunakan untuk kebaikan seluruh dunia, memainkan peran dalam melindungi planet beserta keanekaragaman hayatinya dan mendedikasikan untuk kesenangan manusia: dari menemukan tempat dan budaya baru hingga berhubungan dengan orang dan pengalaman baru (Guterres, 2021).

(2)

12 Indonesia merupakan negara

yang terdiri dari banyak suku-suku daerah yang memiliki budayanya masing-masing (Lestari (a), Wiastuti, &

Triana, 2019). Karena itu Indonesia memiliki banyak objek wisata yang dapat menarik minat para wisatawan untuk datang dan berkunjung untuk menikmati berbagai wisata seperti wisata alam, budaya maupun makanan tradisional (Suwandojo, 2020). Dan salah satu yang dapat menjadi andalan untuk Pariwisata Indonesia adalah wisata kuliner (Insanaputra, 2020).

Kuliner dari suatu daerah dapat menjadi daya tarik bagi daerah tersebut untuk menjaring wisatawan datang kesana (Harsana, Baiquni, Harmayani, & Widyaningsih, 2019).

Karena makanan dan minuman tradisional sangat terhubung dengan asal daerahnya (Lestari (b) & Natalina, 2019), fokus ini memungkinkan destinasi untuk menarik wisatawan yang ingin merasakan keunikan yang ada di daerah tersebut, karena banyak wisatawan yang datang kembali ke tempat yang sudah pernah didatangi untuk menikmati masakan yang sudah pernah mereka coba, dan gastronomi telah menjadi bagian sentral dari pengalaman Pariwisata saat ini (Rifai, 2012).

Gastronomi adalah wisata yang diperuntukan bagi wisatawan dan pengunjung yang merencanakan perjalanan mereka untuk mencicipi masakan suatu tempat atau untuk melakukan aktivitas yang berhubungan dengan gastronomi (Herrera, 2012).

Wisata gastronomi merupakan fenomena lokal dengan ruang lingkup

universal yang berada dalam fase pertumbuhan yang jelas, yang memiliki dampak positif pada ekonomi, lapangan kerja dan warisan lokal, sebagian wisatawan berusaha untuk mengenal tidak hanya makanan lokal tetapi juga untuk mengetahui asal dan proses produksinya (UNWTO, 2017). Salah satu daerah yang memiliki berbagai macam makanan tradisional sebagai warisan budaya adalah kota Palembang. Dapat dikatakan bahwa Palembang memiliki potensi untuk mengembangkan daerahnya menjadi daerah tujuan wisata kuliner ataupun wisata gastronomi, karena banyak makanan Palembang yang sudah terkenal bahkan sampai ke luar negeri (Primadia, 2017).

Berdasarkan prasasti Keduduk- an Bukit dari jaman Sriwijaya Kota Palembang sudah berumur sekitar 1337 tahun (Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Palembang, n.d.).

Merupakan salah satu kota terbesar di Pulau Sumatera dan telah menjadi kota perdagangan karena letaknya yang dekat dengan Sungai Musi. Kota Palembang merupakan kota yang memiliki pengaruh dari tiga budaya, yaitu Tionghoa, Melayu dan Timur tengah, karena menjadi persinggahan dari para pedagang asing yang kemudian menetap dan berakulturasi dengan budaya lokal (Batiqa Hotel, 2018).

Berdasarkan prasasti Keduduk- an Bukit dari jaman Sriwijaya Kota Palembang sudah berumur sekitar 1337 tahun (Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Palembang, n.d.).

Merupakan salah satu kota terbesar di

(3)

13 Pulau Sumatera dan telah menjadi kota

perdagangan karena letaknya yang dekat dengan Sungai Musi. Kota Palembang merupakan kota yang memiliki pengaruh dari tiga budaya, yaitu Tionghoa, Melayu dan Timur tengah, karena menjadi persinggahan dari para pedagang asing yang kemudian menetap dan berakulturasi dengan budaya lokal (Batiqa Hotel, 2018).

Sebagai Ibu kota dari Sumatera Selatan, Palembang memiliki kuliner tradisional dengan rasa yang gurih, pedas, segar sampai manis yang saying untuk dilewatkan jika berkunjung kesana (Primadia, 2017). Menurut Murdijati Gardjito kota Palembang memilik seratus empat macam masakan yang terdiri dari makanan utama, lauk pauk, makanan kudapan dan makanan penyerta (Gardjito, Putri, & Dewi, 2018).

Dengan banyaknya kuliner khas, Palembang dapat mengembangkan baik wisata kuliner maupun wisata gastronomi untuk menjadi daya tarik wisatawan agar mau berkunjung.

Makanan khas Palembang diantaranya adalah pempek, tekwan, model, laksan, celimpungan, sambal tempoyak, kemplang, pindang patin, mie celor, martabak han, kue kojo, kue maksuba, dadar jiwo dan masih banyak lagi yang lain (Astria, 2018).

Dari latar belakang yang sudah disebutkan sebelumnya, penelitian ini akan meneliti tentang Kue Maksuba.

Karena menurut sejarahnya Kue Maksuba merupakan salah satu hidangan yang disajikan di Kesultanan Palembang pada masa yang lampau, dan setiap tamu yang menerima kue ini

adalah merupakan tamu kehormatan (Maharani, 2016) Walaupun saat ini kue Maksuba sudah dapat dikonsumsi oleh semua kalangan, tetapi kue ini tidak mudah untuk ditemukan sehari-hari, karena kue ini hanya ada pada saat hari perayaan. Kue Maksuba biasa disajikan pada upacara keagamaan baik Lebaran (Idul Fitri) atau tahun baru Chinese, dan menjadi antaran/seserahan wajib dari adat pernikahan di masyarakat Palembang (Sabel , 2019). Kue Maksuba memiliki rasa yang manis dan legit dan berwarna kuning dengan garis-garis hitam sehingga mirip dengan kue lapis, disajikan untuk menghormati tamu atau kerabat yang datang berkunjung (Agustin, 2020).

Karenanya melalui penelitian ini penulis ingin menggali lebih dalam lagi tentang: (1) Sejarah atau asal usul (2) Makna dari Kue Maksuba, dan (3) Cara pembuatannya dan (4) Keberadaannya saat ini. Diharapkan melalui artikel ilmiah ini kue Maksuba yang sudah ada sejak masa lampau dapat lebih dikenal dan menjadi salah satu daya tarik Pariwisata.

TINJAUAN PUSTAKA Kota Palembang

Kota Palembang adalah kota tertua di Indonesia, bahkan masuk ke dalam sepuluh kota tertua di dunia (M, 2018). Kota Palembang merupakan pusat dari kerajaan Sriwijaya dan karena letaknya yang dekat dengan Sungai Musi, Palembang sudah memegang peranan penting sejak jaman dahulu (Farida, Rochmiatun, & Kalsum, 2019).

(4)

14 Palembang adalah ibukota dari

Sumatera Selatan dan merupakan kota terbesar setelah Medan. Sungai Musi melintasi kota ini sehingga membagi kota menjad dua bagian utara dan selatan. Terdapat Jembatan Ampera yang menjadi ikon dari kota ini (Mulya

& Yudana, 2018). Palembang yang mendapat julukan “Venice of East”, memiliki berbagai macam tujuan wisata yang dapat ditawarkan kepada wisatwan, seperti peninggalan sejarah, budaya setempat, dan wisata kuliner yang sudah terkenal dimana-mana bahkan sampai ke mancanegara (Kementerian Pariwisata Indonesia, 2018).

Makanan Tradisional Palembang Pada masa lampau banyak pedagang yang berasal dari Tiongkok dan Timur Tengah, India dan bangsa Melayu yang datang untuk melakukan bisnis di Palembang yang kemudian menetap dan berakulturasi dengan masyarakat Melayu setempat (Syarifuddin, Asmi, Safitri, & Abidin, 2020). Selain itu pada masa saat ini Palembang juga menjadi kota tujuan dari para perantau seperti dari Jawa, Kalimantan, Madura, dan lain-lain yang kemudian tinggal dan menetap disana (Nur, 2014). Hal inilah yang memberikan pengkayaan terhadap kuliner Palembang, yang merupakan perpaduan dari berbagai suku ataupun bangsa asing yang datang ke Palembang dan beradaptasi dengan citarasa masyarakat lokal (Julianda, 2017).

Makanan tradisional khas dari Sumatera Selatan ini tersebar di beberapa kota dan kabupaten,

diantaranya adalah kemplang, pempek, lakso, kue kojo, kue maksuba, mie celor, tempoyak, kue jongkong dan masih banyak lagi ragamnya (Sudarmanto &

Salim, 2019).

Gastronomi

Gastronomi adalah studi yang mempelajari berbagai komponen budaya dengan makanan sebagai pusatnya (Maligan, 2013). Secara umum gastronomi adalah suatu studi yang mempelajari tentang budaya dan hubungannya dengan maakanan dan minuman dari suatu daerah (Sufa, Subiakto, Octavianti, & Kusuma, 2020).

Ada empat komponen yang harus dipenuhi jika mendalami ilmu gastronomi (Ketaren, 2017), yaitu : (1) Budaya: termasuk unsur agama, kepercayaan, adat istiadat dan tradisi dan nilai-nilai kearifan lokal, (2) Sejarah:

asal mula, bahan mentah yang digunakan untuk memasak dan kemampuan untuk berinovasi dalam komponen, tekstur, dan rasa dalam makanan, (3) Lanskap geografis:

termasuk diantaranya adalah geografis dan iklim serta tingkat keragaman pendatang lokal dan etnis, (4) Metode memasak: teknik memasak dan proses yang digunakan.

Gastronomi digunakan dalam penelitian ini untuk meneliti sejarah/asal usul dari Kue Maksuba, makna serta cara pembuatan yang berkaitan dengan budaya setempat.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuliatatif dengan pendekatan deskriptif. Penggunaan

(5)

15 metode ini adalah untuk mendapatkan

pemahaman secara lebih terinci dari objek yang diteliti (Walidin, Saifullah, &

Tabrani, 2015).

Pada penelitian kualitatif peneliti adalah instrumen kunci, dimana data yang digunakan dalam penelitian menggambarkan semua fakta yang dapat dijadikan bahan untuk membuat informasi yang dituangkan dalam bentuk tulisan atau laporan (Nurdin & Hartati, 2019). Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder.

Data primer adalah data yang didapat melalui hasil dari interview/

wawancara dan penyebaran kuisioner.

Sedangkan data sekunder adalah data yang didapatkan melalui studi Pustaka.

Kedua data kemudian diolah dan disajikan menjadi penjelasan secara deskriptif untuk menjawab tujuan dari penelitian ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Narasumber

Di dalam penelitian ini untuk peneliti mewawancarai pemilik took kue di Palembang, ada tiga nara sumber, yaitu Ibu Simporosa (S), pemilik dari toko kue tradisional Cik Sim, Ibu Yulia (Y) pemilik toko Authentic Cake Yullia dan Ibu Vanny (V) pemilik Toko Vanz Cake.

Ketiga narasumber lahir dan besar di Palembang dan memiliki usaha kuliner, khususnya kue tradisional Palembang. Ketiga narasumber selain menjual kue-kue tradisional setiap hari, mereka juga menerima pesanan kue tradisional untuk perayaan-perayaan atau acara khusus.

Sejarah Kue Maksuba

Menurut Ibu S, Kue Maksuba adalah kue yang berasal dari jaman nenek moyang yaitu Kesultanan Palembang. Untuk orang Palembang kue ini merupakan kue kudapan dan karena pada jaman dahulu belum adanya lemari es, maka dibuatlah makanan yang dapat tahan lama.

Seperti kue Maksuba ini yang dapat bertahan sampai dengan lima hari karena kandungan gulanya.

Kue Maksuba merupakan makanan kudapan sebagai pendamping mium teh atau kopi pada saaat ada tamu yang berkunjung atau juga dapat dijadikan bekal perjalanan. Kue ini hanya dikonsumsi oleh para bangsawan dan orang-orang mampu (Simporosa, 2020).

Ibu Y mengatakan bahwa beliau hanya mendapatkan informasi bahwa kue Maksuba merupakan warisan dari Kesultanan Palembang Darussalam.

Untuk membuat kue Maksuba dibutuhkan telur bebek dalam jumlah besar, sehingga hanya kalangan bangsawan dan orang mampu yang dapat membuat kue ini. Kue ini biasanya disajikan sebagai kudapan atau makanan ringan (Yulia, 2020).

Sedangkan Ibu V kurang mengetahui tentang asal usul dari kue Maksuba. Beliau hanya mengetahui bahwa kue ini disajikan oleh kalangan tertentu karena mahalnya bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatannya (Vanny, 2020).

Dari ketiga narasumber didapatkan informasi bahwa kue Maksuba ini sudah ada sejak jaman nenek moyang, yaitu jaman kesultanan

(6)

16 Palembang Darussalam. Dimasanya

kue Maksuba ini dimasak oleh

“Panggong” atau juru masak yang memiliki keahliannya secara turun menurun (DaerahKita, 2019).

Pada masa lampau kue Maksuba hanya dibuat dan disajikan untuk orang yang mampu atau para bangsawan, karena mahalnya bahan pembuatan untuk membuat kue ini.

Makna Kue Maksuba

Kue Maksuba memiliki makna sebagai penghormatan. Karena mahalnya pembuatan kue ini, maka akan menjadi suatu kehormatan bagi tamu jika berkunjung ke suatu tempat dan disajikan kue Maksuba. Selain itu Kue Maksuba juga menjadi tolak ukur bagi seorang wanita yang sudah siap untuk melangsungkan pernikahan.

Pada masa kesultanan kue ini disajikan pada bulan puasa sebagai sajian berbuka puasa atau disajikan pada suatu tradisi bersilahturahmi yaitu tradisi Sanjo. Dan pada hari Lebaran kue ini adalah salah satu kue yang harus selalu ada (Simporosa, 2020).

Secara turun menurun kue Maksuba merupakan syarat bagi seorang wanita yang akan dilamar, dimana calon mertua akan mengirimkan bahan-bahan mentah untuk pembuatan kue ini dan sang wanita harus memasaknya dan mengirimkan sebagai hantaran. Selain itu makna dari kue ini adalah penghormatan. Kue Maksuba menjadi symbol penghormatan terhadap tamu yang datang dengan menyajikan kue ini. Jadi kue ini biasa ada di setiap acara pernikahan adat Palembang. Selain itu

biasanya disajikan pada hari raya atau syukuran, dan dimasa kini bisa juga menjadi hidangan sehari-hari (Yulia, 2020).

Kue Maksuba merupakan makanan penghormatan bagi masyarakat Palembang. Menyajikan kue ini suatu kehormatan bagi tamu yang datang. Dan kue ini biasa disajikan pada hari raya lebaran. Tidak semua rumah menyajikan kue Maksuba, kalaupun ada biasanya hanyalah ada di rumah kerabat atau saudara. Kue Maksuba selalu ada pada acara pernikahan dengan adat Palembang ataupun di stan-stan kue pada saat ada pameran (Vanny, 2020).

Makna dari kue Maksuba adalah merupakan penghormatan bagi tamu, kerabat, saudara, orang tua, mertua (DaerahKita, 2019) yang berkunjung untuk bersilahturahmi, selain itu juga menjadi tolak ukur bagi seorang wanita apakah sudah siap untuk menjadi seorang istri yang dibuktikan dengan membuat kue Maksuba, dimana kue ini akan menjadi suatu hantaran kepada calon mertua menjelang hari lebaran (Agustin, 2020). Kue Maksuba dapat ditemukan pada hari-hari besar seperti acara “Kambangan”, yaitu salah satu seserahan acara adat pernikahan Palembang, perayaan hari besar Tionghoa dan lebaran (Selvi, 2015).

Cara Pembuatan Kue Maksuba Dalam membuat kue Maksuba ibu S menggunakan resep yang sudah digunakan secara turun menurun.

Bahan yang digunakan adalah telur bebek, dula, margarin, dan terigu, serta ada penambahan susu kental manis

(7)

17 sebagai penambah rasa. Di dalam

pembuatannya adakalanya ada yang meminta tidak menggunakan terigu.

Gambar 1 Bahan Kue Maksuba

(Sumber: Dokumentasi peneliti, 2020)

Gambar 2

Pembuatan Adonan Kue Maksuba (Sumber: Dokumentasi peneliti, 2020)

Gambar 3

Proses Memasak Kue Maksuba (Sumber: Dokumentasi peneliti, 2020)

Selanjutnya, campurkan adonan menggunakan tangan atau alat kocokan kue yang masih menggunakan kawat.

Yang dicampurkan pertamakali adalah gula dan telur, setelah semua gula larut adonan disaring dan ditambahkan margarine yang sudah dicairkan dan susu kental manis dan terakhir adalah penambahan tepung terigu.

Gambar 4

Proses Memanggang Kue Maksuba (Sumber: Dokumentasi peneliti, 2020)

Gambar 5 Proses Lanjutan

(Sumber: Dokumentasi peneliti, 2020)

Setelah itu dipanggang dengan cara berlapis-lapis sampai dengan adonan habis. Tidak ada Teknik khusus, hanya diperlukan kesabaran dalam membuat kue ini. Karena cara pemanggangan yang harus dilakukan berulang-ulang. Pertama tuangkan

(8)

18 adonan dalam Loyang kemudian

dipanggang sampai matang, setelah itu dikeluarkan dari oven dan diolesi dengan margarin dan tuangkan adonan lagi dan masukan Kembali kedalam oven untuk pemanggangan. Proses ini terus dilakukan sampai adonan habis.

Adapun Loyang yang dipakai adalah ukuran 22x22 cm (Simporosa, 2020).

Gambar 6

Proses Memanggang Ulang (Sumber: Dokumentasi peneliti, 2020)

Ibu Y menggunakan telur bebek didalam membuat kue Maksuba. Hal ini sudah dilakukan secara turun menurun, selain itu bahan yang lain adalah terigu, margarin, gula dan susu kental manis. Proses pembuatan dimulai dengan mengocok gula dan telur sampai gula larut seluruhnya kemudian dilakukan penyaringan.

Barulah ditambahkan bahan-bahan yang lain dan diaduk sampai semua bahan menyatu. Setelah itu adonan dipanggang selapis demi selapis dan lapisannya haruslah tipis. Tekniknya adalah kesabaran dan ketelitian, karena lapisan haruslah berlapis dan tipis, sehingga dalam membuat kue Maksuba tidak dapat ditinggal-tinggal (Yulia, 2020).

Resep yang digunakan oleh ibu V adalah resep yang didapatkan dari neneknya. Yang paling penting harus digunakan adalah telur bebek dan dengan penambahan bahan lain seperti gula, margarin, dan perisa vanilla. Cara pembuatan adalah gula dan telur dengan takaran yang sama diaduk sampai mengembang kemudian tambahkan margarin cair dan perisa vanilla, teruskan pengadukan sampai semua bahan menyatu. Kemudian panggang di oven dengan cara berlapis- lapis dan tiap lapisannya adalah tipis, proses terus diulang sampai loyang penuh. Tidak ada teknik khusus hanya memerlukan kesabaran karena proses pembuatan yang berlapis-lapis dan tipis (Vanny, 2020).

Gambar 7

Hasil Jadi Kue Maksuba (Sumber: Dokumentasi peneliti, 2020)

Ketiga narasumber mengguna- kan resep yang sudah digunakan secara turun menurun dan bahan yang digunakan adalah sama, hanya ada perbedaan pada ibu V yang tidak menggunakan terigu dan adanya penambahan perisa Vanila. Kue Maksuba dikenal juga sebagai kue lapis Palembang, hamper mirip dengan lapis

(9)

19 legit karena teksturnya yang berlapis

(Febriyani, 2018).

Perkembangan Produk Kue Maksuba Pada saat ini banyak juga pemesanan untuk makanan ringan sehari-hari, selain itu ada pemesanan untuk acara seperti ulang tahun, selamatan, dan hari raya tentunya.

Ditinjau dari segi harga, kue ini termasuk mahal sehingga sampai saat ini pun hanya orang-orang mampu yang dapat membeli. Tetapi walaupun kue ini adalah kue tradisional Palembang banyak orang diluar Palembang yang memesan kue ini untuk dijadikan oleh-oleh. Sehingga Kue maksuba bisa menjadi salah satu daya tarik wisata kuliner ataupun wisata gastronomi jika wisatawan ingin lebih mengetahui cara dari pembuatan kue ini dan tidak hanya sekedar mencicipinya (Simporosa, 2020).

Gambar 8

Kue Maksuba Yang Berlapis-Lapis Bermakna Juga Agar Rejeki Di Tahun

Berjalan Juga Akan Berlapis-Lapis Banyaknya

(Sumber: Dokumentasi peneliti, 2020)

Di era modern saat ini tetap hanya kalangan tertentu yang sanggup

untuk membeli kue ini, dikarenakan harganya yang mahal. Banyak terjadi pembelian pada hari-hari menjelang hari raya, seperti lebaran. Karena kue ini adalah kue yang sudah ada sejak jaman dahulu dan merupakan salah satu ciri khas dari adat Palembang, karenanya banyak juga orang di luar Palembang yang ingin mencoba karena penasaran dengan rasa dari kue ini. Kue Maksuba menjadi salah satu yang dicari orang pada saat datang berkunjung ke kota Palembang (Yulia, 2020).

Menurut ibu V, karena berbahan dasar telur bebek yang mulai sulit untuk dicari dan harganya yang mahal, maka kue ini hanya dapat dinikmati oleh kalangan tertentu saja. Anak-anak muda jaman sekarang lebih menyukai kue-kue kekinian dengan rasa yang lebih ringan dan harga yang lebih murah. Yang banyak menyukai kue ini adalah masyarakat Palembang yang sudah agak berumur atau mereka yang memerlukannya untuk acara adat.

Tetapi banyak juga orang diluar Palembang yang mencari kue ini untuk dijadikan oleh-oleh Ketika habis berkunjung dari Palembang (Vanny, 2020).

Keberadaan kue Maksuba di jaman modern ini masih sangat terasa, terutama di dalam perayaan-perayaan keagamaan dan upacara adat masih menyajikan kue ini. Dan karena kue ini merupakan kue tradisional yang terkenal maka banyak wisatawan yang datang berkunjung dan mencari kue ini baik untuk dicoba sendiri ataupun untuk dijadikan buah tangan. Pada gambar dibawah ini adalah sajian kue

(10)

20 Maksuba pada saat Perayaan Imlek atau

Tahun Baru Cina.

Gambar 8

Sajian Kue Maksuba Pada Perayaan Tahun Baru Imlek

(Sumber: Dokumentasi peneliti, 2020)

Saat ini Pemerintah Kota Palembang sedang menggiatkan acara- acara seperti festival dan pembuatan katalog kuliner Palembang sebagai salah satu cara untuk menjadikan wisata kuliner sebagai wisata utama yang juga dapat mendampingi wisata MICE yang menjadi unggulan saat ini (Suherlan &

Hidayah, 2015).

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan kepada para pembuat dan pemilik dari toko kue yang menjual Kue Maksuba, didapatkan bahwa sejarah atau asal usul dari kue ini adalah sejak jaman Kesultanan Palembang Darussalam.

Dimana makna yang dimiliki adalah makanan yang menjadi tanda penghormatan untuk seseorang, baik itu tamu, ataupun orang yang lebih tua.

Selain itu kue ini menjadi suatu tolak ukur bagi seorang wanita apakah bisa memasak dan sudah pantas untuk dijadikan istri.

Resep dan cara pemasakan yang digunakan masih menggunakan resep

yang diturunkan dari generasi lama ke generasi yang baru. Karenanya rasa yang dihasilkan tidak ada perubahan, yaitu manis legit dan sangat cocok menjadi teman minum kopi atau teh.

Biasa disajikan pada bulan puasa sebagai sajian berbuka puasa, ataupun pada acara silahturahmi yang biasa diadakan setiap perayaan hari raya, lebaran ataupun tahun baru Chinese.

Juga menjadi salah satu antaran wajib pada acara pernikahan adat Palembang.

Keberadaan dari kue Maksuba sampai sekarang masih sangat dicari orang. Baik masyarakat Palembang ataupun orang luar yang datang berkunjung ke Palembang. Walaupun harganya yang mahal kue ini masih tetap menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Palembang. Walaupun untuk generasi muda tidak terlalu menyukainya. Tetapi begitu mereka dihadapkan dengan upacara atau perayaan adat setempat mereka pasti akan menemukan atau mencicipi kue ini.

SARAN

Disarankan adalah untuk tetap menjalankan tradisi dalam pembuatan kue Maksuba dan tetap mempertahan- kannya. Karena kue ini sudah banyak yang dikenal di luar Palembang, maka sebaiknya sudah harus dikenalkan sejak dini kepada generasi muda setempat, supaya mereka mengenal dan mengetahui tentang makanan-makanan tradisional daerahnya dan dapat ikut serta dalam mengembangkan Wisata Kota Palembang.

Sebaiknya ada penjelasan dari sejarah dan makna dari kue ini di kotak

(11)

21 kue atau disediakan semacam kartu

atau pamflet yang tersedia untuk orang yang datang dan membeli kue ini.

Sehingga wisatwan atau orang diluar Palembang dapat mengetahui tentang kue ini dan tidak hanya sekedar menikmati rasanya yang enak.

Pada saat ini dengan semakin berkembangnya teknologi, pemasaran untuk kue Maksuba bisa semakin ditingkatkan dengan cara pemesanan online sehingga pemasarannya dapat menjangkau daerah yang lebih luas dari Palembang atau wisatawan tidak perlu mendatangi toko kue secara langsung.

Pemerintah daerah yang sudah mulai membuat festival-festival untuk kuliner tradisional Palembang, bisa melakukannya di kota-kota lain tidak hanya di kota Palembang. Agar lebih banyak lagi orang-orang dapat mengetahui tentang kuliner Palembang dan kue Maksuba pada khususnya.

Dapat meembuat suatu web tersediri yang dikhususkan untuk Kuliner Khas Palembang dan serta diberikan penjelasan mengenai sejarah, makna dan cara pembuatannya, sehingga informasi dapat menjangkau sampai ke generasi muda. Karena generasi muda juga harus dapat membantu dalam melestarikan warisan budaya dari nenek moyang.

Sangat disayangkan jika suatu warisan kuliner yang sudah ada sejak masa lampau hilang ditelan jaman, jika tidak dapat memupuk rasa sayang dan keinginan untuk melestarikan makanan tradisional bagi generasi muda.

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, F. (2020, May 23). Yuk Bikin Maksuba, Kue 15 Lapis Khas

Palembang yang Melegenda.

Retrieved from

sumsel.idntimes.com:

https://sumsel.idntimes.com/f ood/recipe/feny-agustin/yuk- bikin-maksuba-kue-15-lapis- khas-palembang-yang- melegenda/1

Astria, S. (2018). Kampong Kuliner Palembang di Sumatera Selatan.

Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.

Batiqa Hotel. (2018). Palembang : Akulturasi Tiga Budaya Penuh Nilai Eksotika. Retrieved February 02, 2021, from Batiqa.com:

https://www.batiqa.com/id/h otels/palembang/read-

article/Palembang%20:%20Aku lturasi%20Tiga%20Budaya%20P enuh%20Nilai%20Eksotika DaerahKita. (2019, July 23). Kue Maksuba

Kue Lapis Khas Palembang.

Retrieved from Daerahkita.com:

https://www.daerahkita.com/

artikel/127/kue-maksuba-kue- lapis-khas-palembang

Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Palembang. (n.d.). Sejarah Kota Palembang. Retrieved February 02, 2021, from Palembang.go.id:

https://palembang.go.id/new/

beranda/sejarah

Farida, I., Rochmiatun, E., & Kalsum, N.

(2019). Peran Sungai Musi dalam Perkembangan Peradaban Islam di Palembang: dari Masa Kesultanan sampai Hindia- Belanda. JUSPI ((Uurnal Sejarah Peradaban Islam), 3(1), 50-57.

Febriyani, C. (2018, Agustus 15). Kue Maksuba, Simbol Manisnya Orang Palembang Sambut Tamu.

Retrieved from Akurat.com:

https://akurat.co/gayahidup/i d-282671-read-kue-maksuba- simbol-manisnya-orang-

(12)

22 palembang-sambut-tamu

Gardjito, M., Putri, R., & Dewi, S. (2018).

Profil Struktur, Bumbu, dan Bahan dalam Kuliner Indonesia.

Yogyakarta: UGM Press.

Guterres, A. (2021). AM News. Madrid:

UNWTO.

Harsana, M., Baiquni, M., Harmayani, E., & Widyaningsih, Y. (2019).

Potensi Makanan Tradisional Kue Kolombeng Sebagai Daya Tarik Wisata Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Home Economics Journal, 2(2), 40-47.

Herrera, C. (2012). Global Report on Food Tourism. Madrid: UNWTO.

Insanaputra, Y. (2020). Ayam Taliwang sebagai Wisata Kuliner Unggulan di Kota Mataram Lombok Nusa Tenggara Barat.

Kepariwisataan, 14(2), 112 - 122.

Julianda, N. (2017). Peran Dinas Pariwisata dalam Pengembangan Potensi Wisata Kuliner di Kota Palembang (Studi Kasus Wisata Kuliner Di Tepian Sungai Musi Jembatan Ampera). Palembang:

Politeknik Negeri Sriwijaya.

Kementerian Pariwisata Indonesia.

(2018). Desain Strategi dan Rencana aksi Pengembangan Destinasi Wisata Kuliner dan Belanja Kota Palembang. Jakarta:

Kementerian Pariwisata.

Ketaren, I. (2017). Gastronomi Upaboga Indonesia. Jakarta: Indonesian Gastronomy Association.

Lestari (a), N. S., Wiastuti, R. D., &

Triana, I. (2019). Implementasi Accessible Tourism di TMII Jakarta. IPTA, 7(2), 96-106.

Lestari (b), N. S., & Natalina, H. D.

(2019). Kawa Daun, Kopi yang Bukan Berasal dari Biji Kopi.

Jurnal Sains Terapan Pariwisata, 4(2), 262-276.

M, B. (2018, December 22). 5 Fakta Sejarah Kota Palembang yang Wajib Kamu Tahu. Retrieved from

BUka Review:

https://review.bukalapak.com/

travel/5-fakta-sejarah-kota- palembang-yang-wajib-kamu- tahu-92041

Maharani, M. (2016). Product Innovation:

Kue Maksuba using Sorghum Flour and Durian. Palembang: State Polytechnic of Sriwijaya.

Maligan, J. (2013). Indonesian Gastronomy (Food, Culture & Local Wisdom).

Malang: Universitas Brawijaya.

Mulya, Q., & Yudana, G. (2018). Analisis Pengembangan Potensi Kawasan Wisata Sungai Musi sebagai Tujuan Wisata di Kota Palembang. Cakra Wisata Vol 19 Jilid 2 Tahun 2018, 19(2), 41-54.

Nur, M. (2014). Hikayat Martalaya:

Potret Akulturasi Budaya Lokal dengan Agama di Palembang.

Jurnal Penamas (Penelitian Agama dan Masyaraka), 27(1), 1-21.

Nurdin, I., & Hartati, S. (2019).

Metodologi Penelitian Sosial.

Surabaya: Media Sahabat Cendekia.

Pololikashvili, Z. (2021, January 18-19).

Executive Council–113th Session.

Retrieved February 02, 2021,

from UNWTO.org:

https://www.unwto.org/event s/executive-council-113th- session

Primadia, A. (2017, June 7). Sejarah Makanan Khas Palembang Yang Mendunia (Paling Lengkap).

Retrieved from

sejarahlengkap.com:

https://sejarahlengkap.com/in donesia/sejarah-makanan-khas- palembang

Rifai, T. (2012). Global Report on Food Tourism. Madrid: UNWTO.

Sabel , N. (2019, January 5). Bukan Lapis Legit, Kue Maksuba Makanan Para Raja Palembang. Retrieved from Akurat.com:

https://akurat.co/gayahidup/i

(13)

23 d-467201-read-bukan-lapis-

legit-kue-maksuba-makanan- para-raja-palembang

Selvi. (2015, Juli 10). Legitnya Kue Maksuba. Retrieved from Palembangtourism.com:

https://www.palembang- tourism.com/media.php?modul e=detailberita&id=419-legitnya- kue

Simporosa. (2020, May 10). Pemilik Toko Kue Tradisional Cik Sim.

(G. S. Winata, Interviewer) Sudarmanto, B., & Salim, A. (2019).

Makanan Tradisional, Bahasa, dan revolusi Industri 4.0.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang (pp.

120-131). Palembang:

Universitas PGRI Palembang . Sufa, S., Subiakto, H., Octavianti, M., &

Kusuma, E. (2020). Wisata Gastronomi sebagai Daya Tarik Pengembangan Potensi Daerah Kabupaten Sidoarjo. Mediakom:

Jurnal Ilmu Komunikasi , 4(1), 75- 86.

Suherlan, H., & Hidayah, N. (2015).

Sikap Wisatawan Nusantara Terhadap Produk Wisata Kuliner di Kota Palembang.

Jurnal Ilmiah Pariwisata-STP Trisakti, 20(2), 1-13.

Suwandojo, D. (2020). Nasi Boranan sebagai daya Tarik Wisata Kuliner Lamongan Jawa Timur.

Kepariwisataan, 14(2), 123 – 138.

Syarifuddin, Asmi, A., Safitri, S., &

Abidin, N. (2020). Cuisine as Cultural Identity of Palembang Residents. 4th Sriwijaya University Learning and Education International Conference (SULE-IC 2020) (pp. 474-481). Palembang:

Atlantis Press.

UNWTO. (2017). Second Global Report on Gastronomy Tourism. Madrid:

UNWTO.

Vanny. (2020, May 20). Pemilik Toko Vanz Cake. (G. S. Winata, Interviewer)

Walidin, W., Saifullah, & Tabrani.

(2015). Metodologi Penelitian Kualitatif & Grounded Theory.

Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press.

Yulia. (2020, May 01). Pemilik toko Authentic Cake Yullia. (G. S.

Winata, Interviewer).

Gambar

Gambar 1  Bahan Kue Maksuba

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kenaikan suhu kalsnasi menyebabkan penurunan nilai parameter kisi dan ukuran kristal... dan

Menurut penulis dari hasil observasi dan wawancara upaya yang telah dilakukukan kepala madrasah dalam Memotivasi dan memberi informasi sudah dilaksankan dengan

Biak Numfor, diperoleh beberapa point sebagai rangkuman dari hasil penelitian yaitu: (1).Pengetahuan Komunikasi memberikan efektifitas kepada komunikasi yang

Sampel penelitian yang digunakan adalah purposive sampling, dengan populasi 14 saham LQ-45 Periode Pebruari 2012-Januari 2015 dengan teknik analisis yang digunakan yaitu

Pada saat Peraturan Desa ini mulai berlaku, maka RPJM Desa menjadi pedoman penyusunan rencana pembangunan sampai dengan Tahun 2025, dan dapat diberlakukan sebagai

Kawasan peruntukan bagi kegiatan sektor informal sebagaimana dimaksud pada Pasal 28 ayat (3) huruf h di wilayah Kota Kotamobagu diperuntukan pedagang kaki lima

Situs Kerta Gosa merupakan jatidiri masyarakat Klungkung yang nampak dari bentuk kearifan lokal berupa arsitektur yang menunjukkan perpaduan bangunan dalam satu kompleks

Untuk makluman Yang Berhormat, dalam tempoh 10 tahun jumlah perbelanjaan untuk tujuan pengangkutan dan kos asrama bagi murid Orang Asli ke sekolah rendah dan