• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRUKTUR DAN POLA GERAK TARI BELLO MESUSUN PADA MASYARAKAT ALAS DI KABUPATEN ACEH TENGGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS STRUKTUR DAN POLA GERAK TARI BELLO MESUSUN PADA MASYARAKAT ALAS DI KABUPATEN ACEH TENGGARA"

Copied!
194
0
0

Teks penuh

(1)

T E S I S Oleh EWIDIANI NIM. 107037005

PROGRAM STUDI

MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 2

(2)

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Seni (M.Sn) Dalam Program Studi Magister (S2) Penciptaan Dan Pengkajian Seni Pada Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Oleh EWIDIANI NIM 107037005

PROGRAM STUDI MAGISTER ( S2 ) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2 0 1 2

(3)

Nama : Ewidiani Nomor Pokok : 107037005

Program studi : Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni

Menyetujui Komisi Pembimbing

Dra. Rithaony, M.A. Yusnizar Heniwaty, SST.M. Hum NIP. 196311161997032001 NIP. 196510211992032003

Ketua, Anggota,

Program Studi Magister ( S2 ) Fakultas Ilmu Budaya Penciptaan Dan Pengkajian Seni Dekan,

Ketua,

Drs. Irwansyah, M.A. Dr.Syahron Lubis, M.A.

NIP. 196212211997031001 NIP. 195110131976031001

Tanggal Lulus : 15 Agustus 2012

(4)

PANITIA PENGUJI UJIAN TESIS

Ketua : Drs. Irwansyah, M. A. (...)

Sekretaris : Drs. Torang Naiborhu., M. Hum (...)

Anggota I : Dra. Rithaony, M.A (...)

Anggota II : Yusnizar Heniwaty., SST. M. Hum (...)

Anggota III : Drs. Kumalo Tarigan, M. A. (...)

(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu naskah ini dan disebutkan didalam daftar pustaka.

Medan, 2012

Ewidiani

(6)

IDENTITAS DIRI

1. Nama : Ewidiani

2. Tempat / Tanggal Lahir : Mamas, 12 Juli 1975 3. Jenis kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Kewarganegaraan : Indonesia 6. No Telephon : 085261359534

7. Alamat : Batumbulan Asli Aceh Tenggara 8. Pekerjaan : Guru S.M.A Negeri I Kutacane

Aceh Tenggara

PENDIDIKAN

1. Sekolah Dasar Negeri Mamas Lulus Tahun 1997 2. Sekolah Menengah Pertama Lulus Tahun 1990 3. Sekolah Menengah Kesenian Indonesia Lulus Tahun 1994

4. IKIP Medan Lulus Tahun 1999

5. Saat ini sedang kuliah S2, Pascasarjana Penciptaan dan Pengkajian Seni di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara ( USU ).

PENGALAMAN KERJA 1. Tahun 1992 s/d 1997

Mengajar di Sanggar Tari Patrian dan Semenda di Taman Budaya medan 2. Tahun 1999 s/d 2002

Mengajar di Sanggar Seni di P. Ramle Pulau Pinang Malaysia dan di Dewan Budaya USM (Universitas Sain Malaysia) Pulau Pinang Malaysia.

3. Mengajar 2009/2011 di PGSD di Kabupaten Aceh Tenggara

Sekarang Mengajar di S.M.A. N. I Kutacane Aceh Tenggara

(7)

This research would be to assess the move structure of Bello Mesusun dance in Alas ethnic of Tenggara. In perspective of meaning and function of Bello Mesusun dance it would be to preserve the Dance art of Belo Mesusun recently and in the future

The result of this research could express the presentation type of dance by using simple moves in perspective move elements by dance concept carrying the items prepared. The elements of move presented used move motifs and variety of move through dance pattern, thus it is difficult to find the aesthetic values of the variety of the move. For the reason aesthetic values should be related to concept of creation and the resulting atmosphere of the performance.

This Bello Mesusun dance is performed to welcome for the quests of Alas ethnic of Aceh Tenggara. This dance is also presented in marriage event and rasul circumcision. But generally recently this Bello Mesusun dance was more often presented to welcome for the quests. The Bello Mesusun dance was included into entertainment event and secular form for people of Alas ethnic.

Keywords: Bello Mesusun dance, in structure and move pattern of the dance.

(8)

Penelitian ini mengkaji tentang Struktur gerak tari Bello Mesusun pada masyarakat suku Alas Kabupaten Aceh Tenggara, dilihat juga dari makna dan fungsi Tari Bello Mesusun semua ini bertujuan untuk menjaga kelestarian seni Tari Bello Mesusun sekarang dan dimasa yang akan datang, dan berkembang menurut perkembangan zaman.

Hasil penelitian dapat mengungkapkan bentuk penyajian tari yang menggunakan gerakan-gerakan yang sangat sederhana, jika ditinjau dari unsur- unsur gerak dengan konsep tari yang harus membawa perlengkapan yang sudah disediakan, unsur-unsur gerak yang ditampilkan menggunakan motif-motif gerak dan ragam-ragam gerak dengan menggunakan pola-pola tari dan tidak banyak menggunakan variasi gerak, sehingga sulit untuk menemukan nilai entetis dari aspek ragam gerak. Oleh karena itu nilai estetisnya harus dikaitkan dengan konsep penciptaanya serta suasana yang muncul dari pertunjukan yang diselenggarakan.

Tari Bello Mesusun ini bentuk tari dalam rangka penyambutan tamu bagi

suku Alas Kabupaten Aceh Tenggara, tarian ini juga bisa ditampilkan diacara-

acara pesta perkawinan dan sunatan rasul, tapi pada umumnya untuk saat sekarang

Tarian Bello Mesusun ini lebih sering ditampilkan diacara penyambutan

tamu.Tari Bello Mesusun ini termasuk tari hiburan atau bentuk skuler bagi

masyarakat Alas. Kata Kunci : Tari Bello Mesusun, dalam bentuk struktur dan

pola gerak tari.

(9)

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tesis ini sebagai mana mestinya. Berikut selawat dan salam saya junjungkan ke Nabi Besar Muhammad S.W.T, yang telah membimbing dan mengarahkan kita ke jalan yang benar.

Pada kesempatan ini perkenankan saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Syahri Pasaribu., DTM & H, M.sc. (CTM), Sp.A (K)., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., sabagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya, yang telah memberi fasilitas dan sarana pembelajaran bagi penulis sehingga dapat menuntut ilmu di kampus Universitas Sumatera Utara ini dalam kondisi yang nyaman dan tenteram.

2. Bapak Drs. Irwansyah, M.A., selaku Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sumatera Utara (USU), selaku penguji yang telah memberikan masukan dan dorongan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

3. Bapak Drs. Torang Naiborhu., M,Hum, selaku Sekretaris Program Studi

Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas

Sumatera Utara (USU), dan juga selaku penguji yang telah begitu banyak

memberi masukan dan materi dalam hal teknik penulisan yang benar demi

sempurnanya tesis ini.

(10)

membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan seni.

5. Ibu Yusnizar Heniwaty, SST. M. Hum. Atas semua masukan dan bimbingan dua atas masukan dan saran-saran yang berarti bagi terselesainya tesis ini.

6. Staf bagian Tata Usaha Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara (USU), yang selama proses pembuatan tesis sehingga mendapatkan informasi yang berharga dalam penyusunan penelitian ini.

7. Bapak Abdul Rakib (Aceh Tenggara) selaku ketua adat dan tokoh seni Suku Alas, yang telah banyak membantu memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam penelitian Tari Bello Mesusun di Suku Alas Kabupaten Aceh Tenggara.

8. Bapak Imam Nawawi, Mamas, selaku ketua seni dan tokoh adat, yang telah banyak membantu dalam penulisan ini dengan arahan arahan dan bantuan beliau penulis dapat menyesaikan tesis ini.

9. Selanjutnya penghargaan dan ucapan terimakasih yang tak terhingga

penulis sampaikan kepada keluarga tercinta, terutama kepada, Suami

Sopian Sori, ayahanda Abdul Rakib Yuhaidi, Ibunda Salimah, kakanda

Elidiani, Kakanda Etidiani Sp, Adinda Evianto, Adinda Enidiani, Adinda

Esi Murni, Adinda Rafiki, May S.E, Adinda Refi, Kakanda Yus, kakanda

(11)

yang selalu mengarahkan dan memberikan kesabaran kepada penulis, yang lainya, tidak dapat penuliskan sebutkan satu persatu, yang selama ini telah banyak membantu penulis baik dalam suka maupun duka.

10. Kepada rekan-rekan perjuangan mahasiswa Pascasarjana Penciptaan dan Pengkajian seni angkatan ke-2 Fakultas Ilmu Budaya, Ade Hardiyat, S.Sn, Wiwinyah Putra Nasution S,pd. Wonter S.Sn. Drs. Jamal Kaban, Drs.

Usaha Ginting, Drs. Ahmad Nasution, Universita Sumatera Utara ( USU ), tahun 2010.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kelemahan dan kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritikanya. Semoga karya ini dapat berguna bagi yang lainya. Amin.

Medan

Penulis

(12)

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ABSTRAK ... vii

PRAKATA ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 13

1.2 Pokok Masalah ... 15

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 15

1.3.1 Tujuan Kajian ... 15

1.3.2 Manfaat Kajian ... 16

1.3.3 Tinjauan Pustaka ... 16

1.4 Konsep dan Landasan Teori ... 20

1.4.1 Konsep ... 20

1.5 Landasan Teori ... 22

1.6 Metode Penelitian ... 31

1.7 Teknik Pengumpulan Data dan Menganalisis Data ... 33

1.7.1 Teknik Pengumpulan Data ... 33

1.7.2 Teknik Analisa Data ... 34

1.7.3 Validitas Data ... 34

1.8 Lokasi Penelitian 35 1.9 Sistematika Penulisan ... 36

BAB II SUKU ALAS ... 40

2.1 Sejarah Suku Alas... 40

2.1.1 Mitologi ... 44

2.2 Geografis ... 45

2.2.1 Ekologi dan Batas Wilayah ... 49

2.3 Bahasa... 51

2.4 Mata Pencaharian ... 51

2.5 Kampung Dan Desa Di Kabupaten Aceh Tenggara ... 52

2.6 Pendidikan Masyarakat Kabupaten Aceh Tenggara ... 53

2.7 Agama Dan Kepercayaan Suku Alas ... 55

2.8 Budaya Seni ... 56

2.8.1 Seni Tari ... 56

2.8.2 Seni Suara ... ... 59

2.8.3 Seni Rupa ... 62

2.8.4 Seni Sastra ... 66

(13)

BAB III TARI BELLO MESUSUN ... 70

3.1 Latar Belakang Sejarah... 70

3.2 Tarian dan Memuliakan tamu dalam sudut pandang Islam ... 72

3.3 Falsafah... 74

3.3.1 Simbol Warna 75 3.4 Estetika ... 76

3.4.1 Estetika bentuk ... 78

3.4.2 Estetika gerak ... 79

3.4.3 Estetika Moral ... 79

3.4.4 Estetika Islam ... 80

3.5 Etika ... 81

3.5.1 Etika Gerak ... 81

3.5.2 Etika Busana ... 82

3.6 Keberadaan dan Perkembangan ... 83

3.7 Makna Bello ... 85

3.8 Makna Tari ... 88

3.9 Fungsi Tari Bello Mesusun ... 96

3.10 Kriteria Penari... 98

BAB IV BENTUK DAN STRUKTUR TARI BELLO MESUSUN ... 99

4.1 Bentuk Tari Bello Mesusun ... 99

4.2 Motif Gerak Dasar dalam Tari Bello Mesusun ... 100

4.3 Simbol Gerak Tari Bello Mesusun ... 101

4.4 Jangka Masa Persembahan ... 102

4.5 Properti ... 102

4.6 Busana dan Tata Rias Tari Mesusun ... 105

4.7 Tempat Persembbahan Tari Bello Mesusun ... 109

4.8 Iringan Tari Bello Mesusun ... 111

4.9 Bentuk dan Jenis Tari Bello Mesusun ... 114

4.9.1 Bentuk Tari Bello Mesusun ... 114

4.9.2 Jenis Tari Bello Mesusun ... 115

4.10 Fungsi Tari Bello Mesusun ... 116

4.11 Persembahan Tari Bello Mesusun ... 117

4.11.1 Pelaku ... 117

4.11.2 Ragam ... 118

4.11.3 Pola Lantai ... 118

4.11.4 Gerak ... 118

4.11.5 Busana ... 119

4.11.6 Alat Musik ... 119

4.12 Bentuk Penyajian Tari Bello Mesusun ... 120

4.13 Urutan Gerak Tari Bello Mesusun ... 121

4.14 Nama-nama Ragam Tari Bello Mesusun ... 127

4.15 Teknik Gerak Tari Bello Mesusun ... 128

4.15.1 Pola Gerak ... 129

(14)

4.15.5 Gerak Tangan ... 130

4.15.6 Level ... 130

4.15.7 Level Tinggi ... 131

4.15.8 Level Sedang ... 131

4.15.9 Level Rendah ... 132

4.16 Pola Lantai Tari Bello Mesusun ... 132

4.16.1 Simetris ... 132

4.16.2 Garis Lurus Mendatar ... 133

4.17 Danskrip Gerak Tari Bello Mesusun... 134

4.18 Pola Lantai Penari Bello Mesusun ... 142

4.19 Pola Gerak dalam Penyajian ... 146

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 168

5.1 Kesimpulan ... 168

5.2 Saran ... 170

DAFTAR PUSTAKA ... 172

(15)

Tabel 2.1. Luas Kecamatan, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk ... 48

(16)

Gambar 3.1 Makna Gerak Tari Bello Mesusun ... 90

Gambar 4.1 Properti Cerane Dan Perlengkapanya ... 104

Gambar 4.2 Khadam Dan Celapah...104

Gambar 4.3 Bello Atau Daun Sirih Dan Perlengkapanya ... 105

Gambar 4.4 Busana Dan Tata Rias Penari Bello Mesusun ... 107

Gambar 5.5 Baju Meshirat ... 107

Gambar 5.5 Kain Songke ... 108

Gambar 5.5 Jilbab Penutup Kepala ... 108

Gambar 5.5 Alat Musik Bangsi ... 113

Gambar 5.5 Pemusik ... 114

Gambar 5.5 Danskripsi Gerak Tari Bello Mesusun ... 134

Gambar 5.5 Pola Lantai Tari Bello Mesusun ... 147

Gambar 5.5 Pola Gerak Dan Penyajian Tari Bello Mesusun ... 151

(17)

I.I Latar Belakang

Masyarakat Aceh tinggal di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

1

Pada masa kerajaan, Aceh Rayeuk (Aceh Besar) menjadi pusat ibu kota Kerajaan (Aceh Populer). Daerah inilah yang menjadi titik awal perkembangan penduduk sampai ke daerah lain disekitarnya. Sebahagian daerah yang takluk pada Belanda dinamakan Onderhorigheden. Sebutan Aceh juga digunakan oleh orang-orang diluar Aceh Rayeuk (Aceh Besar). Mereka yang mendiami Pesisir Timur, Barat dan Selatan jika mau ke ibukota kerajaan (Banda Aceh) selalu mengatakan mau pergi ke Aceh, dan sebutan ini masih ada yang menggunakanya sampai sekarang.

yang terletak dibagian paling utara Pulau Sumatera. Aceh adalah nama sebuah daerah di Indonesia yang populer dengan sebutan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Pada waktu masih sebagai sebuah kerajaan dikenal dengan nama Aceh Besar yang di dalam istilah Aceh disebut Aceh Rayeuk, yaitu salah satu Kabupaten atau Tingkat II di Nanggroe Aceh Darussalam.

2

1 Penyebutan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam baru dilaksanakan pada tahun 2001 (lihat undang-undang No. 18 tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi Propinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam), sebelumnya disebut sebagai Propinsi daerah istimewa Aceh. Oleh karena itu, penulisan nama propinsi ini disesuaikan dengan konteks tahunya.

2Drs. Rusdi Sufi dan Drs. Agung Wibowo, M.Si. dalam “Ragam Sejarah Aceh” Badan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Cetakan Pertama Tahun (2004:1).

(18)

Selain sebagai nama daerah, Aceh juga merupakan nama dari salah satu masyarakat atau etnis yang mendiami provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sekarang ini terdapat 20 (dua puluh) daerah tingkat II yang didiami oleh delapan etnis, yaitu etnis Aceh, Gayo, Alas, Tamiang, Aneuk Jamee, kluet, Semeulu, dan Singkil. Mereka telah eksis semenjak Aceh masih sebagai sebuah kerajaan. Diantara ke delapan etnis ini, etnis Aceh yang paling dominan dan mendiami hampir seluruh daerah tingkat II di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Namun wilayah atau daerah yang paling banyak dihuni etnis Aceh adalah Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie, Kabupaten Aceh Jeumpa, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Barat, dan sebagian Kabupaten Aceh Timur (di sini juga didiami oleh etnis Tamiang), sebagian Aceh Selatan, (di sini juga didiami oleh etnis Aneuk jamee dan Kluet), Kota Banda Aceh, dan Kota Sabang. Sementara di Aceh Tengah didominasi oleh etnis Gayo, di Kabupaten Aceh Tenggara oleh etnis Alas dan Gayo, di Kabupaten Singkil oleh etnis Singkil, dan Kabupeten Simeulue oleh etnis Simeulue.

3

Gambaran nilai budaya Aceh memang sangat menarik, tidak terbatas pada hal-hal yang bersifat subtansial, tetapi juga menyangkut esensi dari nilai budaya

Masing-masing etnis memiliki ciri budaya yang khas. Kekhasanaan ini menjadikan Aceh mempunyai satu mosaik budaya dengan Islam sebagai perekatnya. Pengaruh budaya Islam terhadap etnis yang ada di Aceh, menjadikan Aceh kaya akan budaya. budaya-budaya daerah yang tidak bertentangan dengan kaidah agama Islam, dapat terus dihidupkan dan malah diperkaya oleh budaya Islam, sehingga terjadi hubungan timbal balik antara Islam dan budaya daerah.

3 Idem no 1

(19)

itu sendiri. Di Aceh nilai-nilai budaya lokal (Aceh) telah berakulturasi dengan nilai-nilai budaya asing (utamanya budaya Islam) yang masuk kedaerah ini.

Diantara keduanya tidak ada lagi jurang pemisah, melainkan telah menyatu bagaikan dua sisi dalam mata uang yang sama.

Seni tari adalah salah satu unsur budaya yang menarik pada masyarakat Aceh. Berlatar belakang budaya lokal dan pengaruh Islam menjadikan tari-tarian Aceh sangat ketat terhadap falsafah, adab, adat serta syariah Islam.

Tari Bello Mesusun adalah salah satu tarian pada masyarakat Kabupaten Aceh Tenggara yang merupakan produk masa lalu, dan telah menjadi salah satu genre seni tari yang berlanjut sampai saat ini. Tari Bello Mesusun adalah tradisi seni untuk pertunjukan rakyat, sekaligus hiburan bagi masyarakat Alas.

Tarian Bello Mesusun ini sarat dengan unsur-unsur seni yang mencakup ragam gerak tari, musik (ritme) yang mengiringi tarian Bello Mesusun. Seperti dikatakan oleh Abdul Rakib Yuhaidi

4

4 Wawancara dengan Abdul Rakib Yuhaidi, sebagai tokoh seni Aceh Tenggara

, bahwa struktur tari Bello Mesusun harus

sudah dibakukan akan dijadikan tarian tradisi masyarakat Alas, karena tarian ini

melambangkan persatuan budaya dan lambang persaudaraan masyarakat Alas, di

dalam gerak tari mempunyai fungsi, makna dengan nilai yang tinggi

melambangkan bentuk tarian ini sebagai penyambutan dan kemuliaan para tamu.

(20)

Dalam dunia seni tari Bello Mesusun memainkan peran yang begitu sentral dalam kegiatan penyambutan tamu pada masyarakat Alas. Seperti tari Bello Mesusun sebagai tarian memuliakan tamu. Tarian ini menggunakan Bello (daun sirih) dalam pertunjukan, arti kata Bello ialah daun sirih, Mesusun berarti menyusun. Bello yang disusun diatas cerane / puan

4

Bello ini juga sangat berperan di dalam acara adat, baik dalam penyambutan tamu, maupun dalam menyuguhkan bello, sebagai lambang penghormatan kepada tamu yang datang. Tari ini berlatar belakang adat-istiadat yang hidup dan tetap terpelihara dimasyarakat Alas. Khususnya adat menerima dan menghormati tamu, biasanya tamu diterima dengan penuh hikmat.

(cerano). Bello Mesusun secara harafiah berarti Bello yang sudah disusun diatas cerane.

Dalam kehidupan masyarakat Alas, tari Bello Mesusun mempunyai peranan penting dalam aktivitas kehidupan mereka yang berkaitan dengan kegiatan keseharian dan juga hubungan sosial kemasyarakatannya, tari Bello Mesusun dilakukan pada upacara-upacara adat seperti acara pesta penyambutan tamu, acara-acara resmi, hari-hari besar, perkawinan, sunatan rasul dan acara hiburan untuk masyarakat setempat.

Seni tari menggunakan tubuh manusia yang digerakan berdasarkan pada aksi-aksi gerak keseharian dalam aktivitas hidup manusia. Gerakan manusia berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

bermain, bekerja, dan berkesenian. (a) Bermain, yaitu yang dilakukan untuk

kepentingan sipelaku artinya, aktivitas gerak yang dilakakukan untuk kesenangan

(21)

yang dalam kehidupan sehari-hari sering tidak bermanfaat. (b) Bekerja, adalah yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi keperluan hidupnya, dimana naluri emosionalnya jauh-jauh ditinggalkan. Contohnya adalah gerakan manusia dalam mencari ikan, menanam padi, memetik buah, menebang pokok dan aktivitas kerja lainya. (c) Berkesenian, adalah gerak yang dilakukan untuk mengungkapkan pengalaman bathin dan perasaan seseorang dengan harapan untuk mendapat tanggapan orang lain (Murgianto,1986 : 6). Hal ini terlihat melalui simbolik gerak tari penari, perlengkapan tari dan bello yang disuguhkan kepada tamu. Melalui tari terlihat gerak yang tertib dan lembut sebagai ungkapan kehikmatan mempersilakan tamu duduk, dan suguhan bello adalah lambang persaudaran, sebagai mukaddimah dari setiap hajat dalam pergaulan hidup masyarakat setempat.

Tarian Bello Mesusun ini umumnya ditarikan 7 (tujuh) atau 9 (sembilan) penari wanita usia remaja, biasa tarian selalu tampil dengan penari yang memang harus ganjil. Menurut Imam Nawawi

5

Defenisi seni pertunjukan adalah suatu bentuk ekspresi komunal yang penting dan berfungsi sebagai komunikasi : (a) antara tuhan dan ciptaannya, (b)

bahwa didalam petunjuk Islam Allah itu satu tidak bisa diduakan, begitu pula dengan perbuatan dan tingkah laku kita sehari-hari juga diiringi dengan kebaikan, dengan arti kata kebaikan maka dari itu masalah budaya kita pun berkaitan dengan kebaikan jadi dilakukan dengan ganjil itu yang terbaik.

antara pemuka adat dan masyarakatnya, dan (c) antara sesama manusia. Seni pertunjukan tradisional terbagi atas dua bagian : (1) seni pertunjukan sakral, yaitu seni pertunjukan yang masih memiliki hubungan dengan upacara keagamaan, baik

5

Wawancara dengan Imam Nawawi, sebagai tokoh adat Aceh Tenggara.

(22)

bersifat komunal sakral, (2) Seni pertunjukan sekuler, seni pertunjukan yang memiliki seni hiburan, pergaulan, serta penonton dapat terlibat dalam pertunjukan (Soedarsono,1999 : 49 – 50).

Menurut paparan di atas dapat dilihat bahwa tari Bello Mesusun adalah salah satu seni pertunjukan dan sekaligus suatu bentuk hiburan bagi masyarakat Alas.

Jadi mengingat adanya semangat untuk menunjukan keunikan dan kekreatifitasan, maka selalu ada variasi gerak yang khas yang menggambarkan makna-makna dari setiap ragam gerak dan fungsi dari tari Bello Mesusun.

Menurut (Murgiyanto, 2010 : 1) tari adalah salah satu saka guru seni pertunjukan tradisi Indonesia. Tari yang merupakan cabang seni pertunjukan tertua lahir bersama dengan lahirnya kebudayaan manusia. Tari adalah suatu ekspresi budaya yang sangat kaya, tetapi sangat sulit untuk dianalisis dan diekspresikan. Tari dapat diinterpretasikan dalam berbagai tingkat persepsi, untuk memahami maksud yang hendak dikomunikasikan dari sebuah tarian orang perlu tau tentang kapan, kenapa, dan oleh siapa tari dilakukan dalam mengukir ke dalam sebuah tarian atau menjelaskan setiap pertunjukan dan kebudayaan lebih dituntut pemahaman dan cara pandang hidup masyarakat yang diciptakan dan menerima tarian tersebut (Kuper, 1986 : 5).

Tari dalam kehidupan masyarakat Alas menjadi bagian penting dalam upacara. Tari merupakan suatu bentuk keindahan dalam proses upacara adat salah satunya seperti tari Bello Mesusun nilai keindahannya sangat jelas dilihat dari unsur gerak, musik, pakaian penari, serta properti yang dibawakan penari, seperti cerane (cerano).

(23)

Selanjutnya dalam pembicaraan estetika atau keindahan tari, jenis-jenis tari yang dilakukan sebagai pelepasan kekuatan emosional fisik tidak akan dibahas, didalam seni tari selalu menegaskan bahwa tujuan seni yang utama tidak lain hanyalah masalah “ keindahan “. Keindahan itu seolah-olah mutlak harus ada dalam seni termasuk seni tari. Seni tari selalu dihubung-hubungkan dengan unsur keindahan, contoh tari Bello Mesusun didalam gerakanya pasti terselip nilai estetika atau nilai keindahan, karena tari adalah suatu bentuk keindahan yang selalu dibahas kebentuk keindahan.

Dalam pembicaraan ini tidak bermaksud akan mengungkap secara panjang lebar mengenai kaidah-kaidah filsafat ini, tetapi wacana ini dapat memberi keterangan singkat makna keindahan dalam seni tari terutama dengan hubungan keberadaan tari dalam masyarakat (Sumandiyo Hadi,1983 : 6).

Defenisi itu jelas mengandung makna dalam keindahan tari tidak hanya keselarasan gerakan-gerakan badan dengan iringan musik saja, tetapi seluruh ekspresi itu harus mengandung maksud-maksud isi tari yang dibawakan. Dengan

Sebagian besar orang, sekalipun awam dalam hal “Tari“, secara garis besar

mengenai apa yang dimaksud seni tari itu. Apabila ditanya apakah tari itu, mereka

akan menjawab bahwa seni tari adalah ciptaan manusia berupa gerak-gerak ritmis

yang indah. Itulah rata-rata jawaban seperti itu tepat, dan sungguh tidak salah atau

berbeda dengan jawaban seorang ahli tari. Memang, keindahan menjadi unsur

pokok dalam membicarakan masalah tari, walaupun beberapa ilmuan maupun

seniman kadang-kadang sudah tidak perlu membicarakan lagi tentang unsur

keindahan itu.

(24)

demikian yang dimaksudkan dengan “keindahan” seni tari, ternyata harus mengandung isi , makna atau pesan tertentu. Hal-hal yang terperinci seperti struktural, bentuk, kerumitan, kehalusan, keselarasan, dan sebagainya. Mungkin tidak indah, namun sebagai keseluruhan wujud, dengan segala isi, makna dan pesannya, seringkali karya tersebut dapat dikatakan indah. (Read, 1990) memberi defenisi keindahan yang lebih eklusif Beauty is a unity of formal relations among our sense-perceptions.

Begitu juga kaitan keindahan dengan tari Bello Mesusun sangat sejalan karena didalam tarian ini juga terdapat unsur-unsur gerak yang ritmis dan indah dan juga mengandung makna dan bentuk serta isi pesan yang akan disampaikan kepada penonton dari setiap gerakan-gerakan tari tersebut.

Defenisi itu jelas mengandung makna bahwa keindahan tari tidak hanya keselarasan gerakan-gerakan badan dengan iringan musik, tetapi seluruh ekspresi itu harus mengandung maksud-maksud isi tari yang dibawakan.

Gerak-gerak tari bukan keseharian tetapi merupakan ungkapan perasaan atau kehendak manusia secara individu maupun kelompok. Berdasarkan pemahaman ini pengertian tari bisa didefenisikan sebagaimana yang disampaikan (Soedarsono, 1977:17) mengatakan bahwa : “Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui media gerak gerak yang ritmis yang indah “.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulakan bahwa tari berpangkalan dari

gerak yang memiliki dimensi ruang dan waktu (Sumandiyo Hadi,1983 : 6)

mengatakan bahwa :

(25)

“ Gerak ruang dan waktu adalah faktor fundamental yang bersifat hakiki dari tari. Pengertian waktu dapat dikatakan sebagai unsur perubahan dan terikat elemen yaitu : gerak, ruang dan waktu saling dalam kehadiran suatu bentuk tari, tari menggunakan tenaga untuk mengisi ruang tetapi itu dapat dilakukan kalau ada waktu.

Secara natural, gerak adalah manusiawi. Gerak ada semenjak manusia lahir kebumi sebagai mahkluk yang setiap harinya selalu banyak dengan aksi-aksi gerak. Gerak yang dilakukan secara sadar merupakan suatu keperluan untuk memenuhi tuntunan dalam kehidupan manusia. Seperti contoh, ketika manusia berjalan ia harus menggerakkan anggota kaki dan melenggangkan tangan yang pada akhirnya baru dapat sampai ketempat tujuan. Begitu juga dengan makan, minum, bersenang dan aktivitas lainya selalu diawali dengan aksi-aksi gerak.

Demikian, apabila tidak ada lagi gerak dalam hidup manusia suatu pertanda bahwa ia telah berakhir dari kehidupan lebih jelas dinyatakan (Murgiyanto, 2003), seorang pakar tari dari Indonesia menegaskan bahwa :

“ Gerak adalah pertanda kehidupan. Reaksi pertama dan terakhir manusia terhadap hidup, situasi dan kondisi lainya dilakukan dalam bentuk gerak perasaan puas, kecewa. Cinta, takut dan sakit selalu dialami lewat perubahan – perubahan yang harus dari gerakan tubuh manusia.

14

Pendapat senada juga diungkapkan (Soedarsono,1977) bahwa:

Gerak merupakan azas yang paling perimer dari manusia dan gerak merupakan media yang paling tua dari manusia untuk menyatakan keinginan-keinginan atau merupakan bentuk refleksi spontan dari gerak batin manusia “

Pendapat (Doris Humprey, 2004), seorang tokoh tari dari barat mengatakan

pula di dalam tulisan Walter Sorell mengenai bentuk gerak sebagai hasil dari aksi

tubuh manusia berjudul “ The Dance has Many Faces”, bahwa gerak merupakan

(26)

bahasa yang dapat melahirkan berbagai ekspresi. Doris Humprey menegaskan bahwa :

“ Nothing so clearly and inevitbly reveals the inner man than movement and gesture. It is quite possible, if one chooses, to conceal and dissimulate behind words or paintings or statues or other forms of human expression, but the moment you move you stand revealed, for good or ill, for what you are “.

Dari ketiga tokoh diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa gerak adalah bahasa universal yang dapat mewakili jiwa dan perasaan manusia melalui reaksi- reaksinya.

Tari suatu bentuk gerak manusia yang bermakna. Untuk itu makna dari tari Bello Mesusun dapat digambarkan dari setiap gerakan atau ragam yang mempunyai arti tersendiri, dari ragam awal sampai akhir dan dari setiap motif- motif gerakan dijelaskan makna serta pengertianya. Dari setiap gerakan tari mempunyai arti dan makna yang sesungguhnya, setiap motif dan ragam gerak mengandung pengertian-pengertian yang sesui dengan kondisi alam dan lingkungan setempat. Tari Bello Mesusun bagi masyarakat Alas adalah sebagai kekuatan, untuk menunjukan serta membentuk gaya hidup dalam masyarakat dan juga sebagai hiburan, tari juga termasuk dalam lingkungan budaya sosial dalam rangka memuaskan kebutuhan naluri akan keindahan dan makna kehidupan daerah setempat.

Tarian Bello Mesusun ini dilakukan oleh penari wanita yang penyajianya

dilakukan oleh beberapa penari dengan gerakan yang sangat sederhana, harmonis

dan kompak. Menurut Imam Nawawi

6

berdasarkan katagorilisasinya tari Bello

Mesusun ini termasuk tari yang disajikan dan diselenggarakan dalam rangka

(27)

6

Wawancara dengan Imam Nawawi, sebagai tokoh adat Aceh Tenggara

upacara resmi untuk penyambutan tamu dan sebagai hiburan pada masyarakat

6

Dalam seni pertunjukan, pentingnya peranan Bello dapat terlihat pada tari Bello Mesusun, salah satu tarian tradisi masyarakat Alas yang menggambarkan

Wawancara dengan Imam Nawawi, sebagai tokoh adat Aceh Tenggara.

setempat. Tari Bello Mesusun berfungsi sebagai perangkat kelengkapan upacara penyambutan tamu pada masyarakat Alas.

Dari aspek perkembangan budaya, bello digunakan sejak dahulu ia menjadi simbol kebudayaan dan masih menjadi sigmen didalam adat-istiadat budaya hingga kini kegunaan bello mulai dari aspek budaya seperti memakan bello, dalam tarian inipun bello disuguhkan ketamu-tamu yang dimuliakan sudah dalam keadaan diramu, dan langsung diberikan kepada tamu yang dimuliakan untuk dimakan, sebagai pertanda persaudaraan antara tamu dan masyarakat setempat.

Penggunaan media bello dalam dunia seni bagi masyarakat Alas telah menunjukan perkembangan yang begitu tinggi. Dalam khasanah seni pertunjukan, bello memiliki peranan yang cukup istimewa.

i5

Tamu adalah sebagai lambang rezeki menurut masyarakat Alas, dengan itu tamu bagi masyarakat setempat harus dihargai sebagaimana mestinya, masyarakat estetika dan etika yang tinggi dikalangan masyarakat Alas dalam memberikan penghormatan kepada tamu.

5 Wawancara dengan Imam Nawawi, sebagai tokoh adat Aceh Tenggara.

(28)

Alas sangat terbuka sifatnya, siapa saja yang datang ke daerah ini diterima dengan baik dan tidak ada masalah, maka dari itu para tokoh adat berusaha menciptakan bentuk kesenian yang dicurahkan melalui persembahan dalam bentuk tarian Bello Mesusun.

Tari Bello Mesusun ini sebagai lambang penghargaan dan pemuliaan bagi para tamu-tamu yang datang dan berkunjung ke daerah ke Aceh Tenggara. Karya tari yang berlatar belakang adat istiadat masyarakat Alas, khususnya adat dalam penyambutan tamu. Secara koreografi tari ini menceritakan bagaimana seorang remaja (perempuan). Masyarakat Alas menghidangkan bello kepada tamu yang datang yang geraknya menceritakan proses memetik, membungkus, meletakan daun bello ke dalam cerane puan (cerano), sampai menyuguhkan bello kepada tamu yang datang.

Salah satu unsur kebudayaan yang paling dilestarikan adalah tari Bello Mesusun dilingkungan masyarakat Alas. Tari Bello Mesusun ini merupakan salah satu kesenian dari berbagai macam kesenian yang dipertunjukan, mempunyai arti tersendiri dan merupakan cermin kehidupan masyarakat Alas.

Tari Bello Mesusun ini merupakan salah satu kesenian dari berbagai macam kesenian yang dipertunjukan, Mempunyai arti tersendiri dan merupakan cermin kehidupan masyarakat Alas. Tarian Bello Mesusun ini dijaga rapi dan diharapkan untuk generasi yang akan datang tetap berkembang dan dibudayakan kerena tari Bello Mesusun inilah salah satu ciri khas dan tradisi masyarakat.

Selanjutnya kajian ini dilihat dari struktural, Dalam analisis struktural tari

tertentu, (Martin dan Pesovar, 1961) membuat sejumlah persyaratan yang

(29)

melahirkan hubungan antara mortofologi dan struktur. Secara awal, keduanya menyatakan bahwa konstruksi organik tari biasa terungkap hanya dengan memecahkanya ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil. Hal ini dianggap sebagai prasyarat untuk analisis struktural dalam mengenali dan membedakan bagian- bagian dan unit-unit dari sebuah susunan tari Bello Mesusun, dan juga motif-motif gerakanya, kalau kita melihat dari segi struktur tari adalah mengarah kepada bentuk gerak. Kajian struktural tari biasanya berkenaan dengan sesuatu yang menghasilkan “ tata bahasa “ dari gaya-gaya tari tertentu.

Dalam gaya-gaya tari ada cepat lambat dan intonasi suara agar dapat menghadirkan kalimat yang bermakna. Demikian juga dalam tari pun, gerak sebagai penyusun ragam tari dapat dihasilkan karena pengaturan irama cepat dan lambat, awal pengembangan, dan klimaks dari tiga unsur gerak (ruang ,waktu dan tenaga). Struktur tari ini dapat kita lihat dalam penyajian tari Bello Mesusun pada kehidupan masyarakat Alas yang terdiri dari makna gerakan, motif gerakan pola lantai, pola edar, busana yang dipergunakan dalam tarian Bello Mesusun. Dalam tarian Bello Mesusun ini semua gerakan dilakukan menurut aturan-aturan tertentu, gerakan tidak boleh terlalu menyolok. Maksudnya, melakukan gerakan halus dan lebut menurut ajaran-ajaran Islam, dan sesuai dengan keinginan masyarakat setempat.

1.2 Pokok Permasalahan

Bagaimana sejarah dan latar belakang tari Bello Mesusun dalam budaya

masyarakat Alas, dengan sejarah yang dimaksud penulis akan mengarahkan

(30)

bagaimana sejarah Alas, dikaji dari mana asal orang alas, abad, tahun, bulan, hari dan seterusnya, dan dikaji juga dari sisi terhadap koreografi tari, pemusik penari, busana, aksisoris dan tempat pertunjukan tari Bello Mesusun bagi masyarakat Alas. Kemudian bagaimana tehnik penyajian tari Bello Mesusun digunakan sebagai tari penyambutan tamu, pada masyarakat Alas, kenapa harus tarian Bello Mesusun yang dianggap sebagai tarian penyambutan tamu, diantara tarian yang ada di masyarakat Alas masih banyak terdapat bentuk-bentuk tarian yang lain, yang kita jumpai di daerah masyarakat Alas. Tetapi dalam kajian ini saya akan fokuskan kepada bentuk tarian Bello Mesusun pada acara penyambutan tamu, pada masyarakat Alas di Kabupaten Aceh Tenggara.

Bagaimana pula yang dimaksud dengan fungsi dan makna tari Bello

Mesusun pada masyarakat setempat, fungsi tari Bello Mesusun bagi masyarakat

Alas. yaitu untuk keperluan acara hari-hari besar, acara adat dan sekaligus sebagai

hiburan masyarakat setempat, dan begitu juga dengan makna tari Bello Mesusun

pada masyarakat Alas adalah sesuai dengan konsep yang ditawarkan (Anya

Peterson Royce, 2007), memberikan pendapat ketika kita berbicara tentang makna

tari, kita secara tersirat sedang membandingkan aspek-aspek komunikasi dari

prilaku tari dengan media ekspresi yang lain. Kita akan menanyakan tentang

kapasitas ekspresi tari yang kadang-kadang membuatnya menjadi paling efektif

sebagai pembawa makna. Meskipun demikian, sampai dengan hampir belum lama

berselang ini, kebanyakan pernyataan tentang tari dan komunikasi telah berjalan

diatas analog yang mengesankan antara tari dan bahasa. Analog ini memberikan

(31)

dugaan bahwa tari berfungsi sama sebagaimana bahasa dan juga memiliki kapasitas-kapasitas yang sama (Anya, 2007 : 2009).

Bagaimana struktur tari Bello Mesusun dalam persembahan yang dilaksanakan, strukturnya adalah dilihat dari unsur tarinya dibentuk oleh ruang dan waktu dan tenaga. Dimensi waktu dalam tarian Bello Mesusun adalah ruang tari, siklus tari, ritme tari, tehnik gerak tari, ritme dan perubahan ritme. Sedangkan dalam dimensi ruang tari terbagi dari pola-pola tari, pola edar, pola lantai, deskripsi gerak tari, ragam gerak tari motif gerak tari, frase, bentuk, transisi tari, dan sebagainya. Sementara dimensi tenaga adalah melihat sekuat apa tekanan- tekanan dan kekuatan, tenaga dalam gerakan tari

Bagaimana bentuk persembahan atau penyajian tari Bello Mesusun dalam acara adat penyambutan tamu. Persembahan tari Bello Mesusun diadakan dalam acara adat atau upacara-upacara tertentu atau acara resmi seperti penyambutan tamu, kepala desa, camat, bupati, dan juga tamu negara, dan tarian ini juga mengandung nilai-nilai keindahan yang sangat tinggi.

1.3 Tujuan Dan Manfaat Kajian 1.3.1 Tujuan Kajian

Kajian ini mempunyai beberapa tujuan yang akan dicapai :

Untuk mengetahui sejarah masyarakat Alas dan latar belakang munculnya

tradisi tari Bello Mesusun pada masyarakat Alas. untuk mengetahui bagaimana

tari Bello Mesusun disebut sebagai tari penyambutan tamu. Pada masyararakat

(32)

Alas. Untuk mengetahui fungsi dan makna gerak tari Bello Mesusun pada masyarakat Alas.

Mengetahui sejauh mana bentuk musik, ragam gerak dan struktur tari Bello Mesusun, bagi masyarakat Alas. Mengetahui bagaimana bentuk keindahan dalam penyajian atau bentuk persembahan tari Bello Mesusun pada masyarakat Alas.

1.3.2 Manfaat Kajian

Ada beberapa manfaat yang diharapkan dari hasil kajian ini. Terutama adalah didalam bidang pendidikan dan pengajaran serta untuk menambah wawasan kepada masyarakat dan anak-anak remaja, dan masyarakat setempat yang harus paham dengan seni budaya setempat. Selain itu juga sebagai penambah wacana dalam studi etnografi khususnya yang ada pada masyarakat tertentu atau secara spesifik, kajian ini juga diharapakan dapat memberi sumbangan bagi upaya-upaya pelestarian adat budaya Aceh yang memanfaatkan tari Bello Mesusun sebagai media dalam hal ini tari sebagai budaya materi selain itu juga diharapakan memberikan sumbangan bagi penyambungan Aceh Tenggara sebagai Bandar Wisata Relegi.

Kajian ini akan sangat bermanfaat sebagai bahan masukan bagi pemerintah.

Lembaga pendidikan formal dan masyarakat seni untuk tetap menjaga kesatuan dan pelestarian tari tradisi serta menanamkan kreatifitas pada masyarakat.

Disamping itu sebagai bahan dapat membantu para seniman dan pengamat tari

dalam mengolah tari tradisi khususnya masyarakat Alas.

(33)

1.3.3 Tinjauan Pustaka

Sebelum penulis mengadakan studi lapangan, terlebih dahulu penulis mengadakan studi keperpustakaan antara lain : kajian tentang tari Bello Mesusun masih sangat minim sekali, belum banyak yang melakukan kajian-kajian tentang tarian ini. Akan tetapi buku tentang seni tari telah banyak ditulis oleh pakar-pakar seni tari baik di Barat maupun di Indonesia yang terkadang digunakan sebagai bahan panduan dan bahan informasi terhadap kajian ini. Maka dari itu sebelum melangkah kepada kajian yang dijalankan tahap yang penulis lakukan adalah studi keperpustakaan untuk mempelajari literature yang berkaitan dengan objek kajian.

Topik kajian sudah pernah ditulis sebelumnya, walaupun kajian ini mengupas masalah yang sama, namun topik permasalahan dalam kajian ini jelas berbeda. Kajian ini akan mengupas dari sisi lain yang belum pernah dilakukan oleh pengkaji-pengkaji sebelumnya.

Dari hasil studi literature tulisan ini akan menggunakan buku-buku yang berkaitan dengan penulisan ini antara lain :

Buku yang berjudul “ Antropologi Tari “ (Anya Peterson Royce, terjemahan F.X. Widaryanto , 2007), “Antropologi Tari”, didalam buku ini membahas tentang makna-makna dari setiap gerakan tari, pengertian tari, persepektif antropologi tari, metode dan tehnik tari, struktur dan fungsi tari, simbol dan gaya tari, metode dan perbandingan tari, sudut pandang sejarah tari serta makna tari.

Dalam arti kajian makna, disetiap gerakan tari mempunyai makna-makna

tersendiri dengan adanya panduan buku ini maka kajian tentang makna tari Bello

Mesusun lebih bisa mengarahkan penulisan kajian ini.

(34)

Dalam bukunya yang berjudul “Sosiologi Tari” sebagai panduan penulis untuk mengkaji tari Bello Mesusun mengarah kepada tulisan (Sumandiyo Hadi, 2005). Mengenai sebuah telaah kritis yang mengulas tari dari zaman ke zaman primitive, tradisional, modern, hingga kontemporer, pengertian tentang, tari adalah sebagai keindahan, tari sebagai kesenangan, tari sebagai sarana komunikasi, tari sebagai sistem simbol, tari sebagai supraorganik, tulisan ini membantu penulis menganalisa tentang tari-tarian yang akan dimunculkan dalam kajian ini, dan membantu penulis mengarahkan kemakna-makna gerak-gerak tari yang akan dideskripsikan, mengenai arti-arti dari setiap motif-motif gerakan dari tari Bello Mesusun.

Buku yang berjudul “Ragam Sejarah Aceh”(Rusdi Sufi Dkk, 2004) dan buku

“Sejarah adat-istiadat dan seni pada masyarakat masyarakat Alas di Aceh Tenggara,“ menyatakan sejarah dan asal-usul masyarakat Bangsa Alas, mitos asal- usul Bangsa masyarakat Alas dan adat-istiadat tradisi masyarakat Alas. Buku ini sangat membantu penulisan dalam kajian ini terutama masalah gambaran masyarakat Alas.

Selanjutnya (Agung Suryo Setyataro, 2009), “ Ranup Pada Masyarakat Aceh “ dalam buku ini menyatakan tentang tari persembahan adalah salah satu yang terpenting dalam budaya Aceh, serta kegunaan daun sirih pada masyarakat Aceh, serta makna daun sirih bagi masyarakat Aceh, dan sosial budaya Aceh.

Buku ini sangat menunjang dalam mengarahkan tulisan ini.

Dalam kajian sebagai bahan acuan penulis untuk lebih fokus mendalami

tentang tari Bello Mesusun yang telah pernah ditulis (Ewidiani, 1999)”

(35)

Keberadaan Tari Bello Mesusun Pada Upacara Penyambutan Tamu Pada Masyarakat Alas Di Desa Mamas Kecamatan Badar Kutacane Aceh Tenggara”, mengenai sejarah tari Bello Mesusun bagi masyarakat Alas, dan apakah tari yang diteliti pada (tahun 1997) masih sama dengan sekarang pada dekade (tahun 2000 an), dan tulisan ini sebagai data awal untuk melanjutkan kajian ini.

Selanjutnya buku yang berjudul Komisi A. Adat Alas (2004) “ Musawarah Adat Alas dan Gayo,“ mengenai seni suara dan seni tari masyarakat Alas. Tulisan ini menegaskan tentang adat sesungguhnya dalam masyarakat masyarakat Alas dan juga tutur kerabat serta sejarah adat-adat masyarakat Alas.

Menurut (Dr. Thalib Akbar, M.Sc, dan Sri Kartini, SH, M. Hum, 2000), “ Sanksi dan Denda Tindak Pidana Adat Alas “. Beliau ini sudah banyak menulis tentang adat-istiadat yang ada di daerah Aceh Tenggara salah satunya adalah mengenai sejarah masyarakat Alas dan sejarah adat Alas. Didalam tulisan ini sangat mengharapkan arahan-arahan mengenai buku-buku yang berkaitan dengan tulisan ini.

Pendapat (La Meri, sebuah buku yang berjudul “ Dance Composition : The

Basic Element “, 1975), yang diterjemahkan oleh Soedarsono kedalam bahasa

Indonesia berjudul “ Elemen-Elemen Dasar Komposisi Tari “, (1986). Buku ini

menguraikan pengetahuan tentang komposisi tari yang ditekankan kepada bentuk-

bentuk desain dalam tari baik desain lantai, desain atas, desain musik, dan desain

dramatik dalam sebuah karya tari. Dalam buku ini terdapat informasi tentang seni

tari yang dikembangkan melalui desain bentuk dalam komposisi tari. Membantu

(36)

penulis dalam menegaskan dan mengungkapkan permasalahan dalam penelitian ini, seperti bagaimana proses dalam menggali suatu bentuk tari tradisi.

Soedarsono “ Tarian-Tarian Indonesia I “. Berkembang di Indonesia menurut (Soedarsono,1977) berdasarkan pada pola garapannya. Tari terbagi pada dua jenis yaitu tari tradisional adalah semua tarian yang telah mengalami perjalanan sejarah yang cukup lama, yang selalu bertumpuk pada pola-pola tradisi yang telah ada, sedangkan tari kreasi baru ialah tari yang mengarah kepada kebebasan dalam mengungkap ekspresi, tidak berpijak pada pola tradisi lagi. Didalam tari ada sistem kebebasan dalam melakukan gerakan-gerakan yang sesuai dengan yang telah ditentukan didalam hal ini tarian tradisi juga ada pengembangan yang harus dilakukan tetapi sesuai dengan daerah tempatan. Begitu juga dengan kajian ini banyak berpengaruh pada garapan tradisi walaupun tarian ini termasuk tari kreasi baru tapi tetap berpola tradisi, buku ini sangat membantu dalam kajian ini untuk mendalami perbedaan tari tradisional dengan tari kreasi.

1.4 Konsep Dan Landasan Teori 1.4.1 Konsep

Dalam rangka memperjelas makna-makna peristilahan yang digunakan

dan berhubungan dengan topik tesis ini, maka penulis akan menjelaskan apakah

konsep dan teori itu. Penulis mengunakan ini agar tidak terjadi pendistorsian

makna. Konsep adalah rancangan ide atau pengertian yang diabstrakan dari

peristiwa kongkret (Poerwadarminta, 2005:588).

(37)

Dalam penulisan tesis ini konsep yang akan diuraikan adalah tentang: (1) Tari, (2) Bello Mesusun, (3) Struktur, dan (4) Analisis. Konsep ini terutama mengacu kepada pandangan para ahli didunia ilmu pengetahuan seni dan dari kalangan masyarakat pendukungnya.

(1) Tari pada masyarakat Alas biasa disebut nari atau sering juga disebut dengan landok, istilah ini di daerah lain pun ada kita jumpai seperti di Tanah Karo sebutan tari juga dikatakan landok.

(2) Bello Mesusun secara etimologi berarti sirih yang disusun. Selanjutnya sirih yang disusun tersebut dipergunakan dalam tarian penyambutan tamu oleh masyarakat Alas.

(3) Struktur adalah bangunan (teoretis) yang terdiri atas unsur-unsur yang berhubungan satu sama lain dalam satu kesatuan. Struktur ini bisa dikaitkan dengan pengertian struktur sosial atau struktur masyarakat.

Begitu juga dengan struktur gedung atau bangunan. Struktur juga

bermakna sebagai bangunan bisa saja bangunan musik, bangunan sejarah,

bangunan tari, bangunan atom, dan lain-lain. Atau bisa juga sebagai

kerangka yang membentuk bidang-bidang apa saja. Misalnya kerangka

karangan, kerangka layang-layang, dan seterusnya (Poerwadarminta,

2005). Dalam kaitannya dengan tulisan ini, struktur yang dimaksud adalah

merujuk kepada struktur pertunjukan tari. Struktur ini terdiri dari unsur-

unsur, pola gerak, gerak kaki, gerak badan, gerak kepala dan gerak tangan

dengan menggunakan level tinggi, level sedang dan level rendah.

(38)

(4) Konsep mengenai analisis. Istilah ini berasal dari kata analisa atau kajian, yaitu penyelidikan dan penguraian terhadap satu masalah untuk mengetahui keadaan yang sebenar-benarnya serta proses pemecahan masalah yang dimulai dengan dugaan akan sebenarnya (Poerwadarminta, 2005).

1.5 Landasan Teori

Sebelum mengutarakan teori yang akan dipergunakan, terlebih dahulu penulis akan mengulas tentang apa itu teori. Teori adalah pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, yang didukung oleh data dan argumentasi (Poerwadarminta, 2005:177).

Untuk mengkaji sebuah fenomena alam fisik atau sosial, dengan latar belakang masalah tertentu, ada yang relatif sederhana dan ada pula yang kompleks, maka para ilmuwan biasanya menggunakan teori-teori.

Teori menurut pendapat Marckward et al., memiliki tujuh pengertian,

yaitu: (1) sebuah rancangan atau skema yang terdapat dalam pikiran saja,

namun berdasar pada prinsip-prinsip verifikasi dengan cara eksperimen atau

pengamatan; (2) sebuah bentuk prinsip dasar ilmu pengetahuan atau penerapan

ilmu pengetahuan; (3) abstrak pengetahuan yang selalu dilawankan dengan

praktik; (4) penjelasan awal atau rancangan hipotesis untuk menangani

berbagai fenomena; (5) spekulasi atau hipotesis, sebagai ide atau yang

mengarahkan seseorang; (6) dalam matematika berarti sebuah rancangan hasil

atau sebuah bentuk teorema, yang menghadirkan pandangan sistematis dari

beberapa subjek; dan (7) ilmu pengetahuan tentang komposisi musik, yang

membeda-kannya dengan seni yang dilakukan atau seni yang dieksekusi

(Marckwardt et al. 1990:302).

(39)

Dengan demikian jelaslah bahwa yang dimaksud teori itu biasanya mengandung pengertian dalam tahapan yang abstrak. Teori mengarahkan ilmuwan untuk melakukan kerjanya dalam menganalisis permasalahan keilmuan yang ditemuinya.

Dalam pelaksanaannya, terutama untuk mencapai tujuannya, penelitian ini menggunakan sejumlah perangkat teori, prinsip pendekatan dan prosedur pemecahan masalah yang relevan yaitu sebagai berikut.

Untuk mengkaji sejarah tari Bello Mesusun yang ada di masyarakat Alas, penulis mempergunakan teori fenomenologis historis. Menurut Garraghan (1957), yang dimaksud sejarah itu memiliki tiga makna yaitu: (1) peristiwa-peristiwa mengenai manusia pada masa lampau; aktualitas masa lalu; (2) rekaman manusia pada masa lampau atau rekaman tentang aktualitas masa lampau;dan (3) proses atau tekhnik membuat rekaman sejarah tersebut berkaitan erat dengan disiplin ilmu pengetahuan. Lengkapnya sebagai berikut.

The term history stands for three related but sharply differentiated concepts: (a) past human events; past actuality; (b) the record of the same; (c) the process or technique of making the record. The Greek ιστορια, which gives us the Latin historia, the French histoire, and English history, originally meant inquiry, investigation, research, and not a record of data accumulated thereby—the usual present-day meaning of the term. It was only at a later period that the Greeks attached to it the meaning of “a record or narration of the results of inquiry.” In current usage the term history may accordingly signify or imply any one of three things: (1) inquiry; (2) the objects of inquiry;

(3) the record of the results of inquiry, corresponding respectively to (c), (a), and (b) above (Garraghan 1957:3).

Untuk menganalisis struktur tari Bello Mesusun dalam masyarakat Alas,

penulis menggunakan teori morfologi struktural (Martin dan Pesovar,1961)

Martin membuat sejumlah persyaratan yang melahirkan hubungan antara

(40)

morfologi dan struktural. Secara awal, keduanya menyatakan bahwa konstruksi organik tari bisa terukap hanya dengan memecahkannya ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil hal ini dianggap sebagai prasyarat untuk analisis struktural dalam mengenali dan membedakan bagian-bagian dan unit-unit dari sebuah susunan tari.

sesuatu yang mereka sebut elemen kinetik. Unit ini tak pernah muncul sendiri namun merupakan bagian organik dari suatu proses tari dan bisa dipandang sebagai hasil dari langkah deduksi semu. Elemen kinetik ini berfungsi dalam dua cara (1) beberapa elemen kinetik menyatu membentuk unit kecil tari, dan (2) elemen kinetik bisa disisipkan diantara unit-unit yang ada untuk menyambungkanya atau membentuk unit yang lebih besar. Dalam struktur tari, elemen kinetik bersama unit-unit lain yang mirif membentuk suatu katagori yang oleh Martin dan Pesovar disebut “bagian”. Didalam tingkatan berikutnya kita dapatkan “motif-motif,” yang merupakan unit organik tari terkecil, yaitu unit-unit terkecil yang bentuk pola ritmik dan kinetiknya tertutup serta strukturnya bisa diulang-ulang. Motif-motif yang ada dalam kesadaran penarinya, dapat diingat, dan diulangi didalam tari.

Aspek kreatif dari kajian Martin dan Pesover terletak dalam analisis

struktural yang merupakan perkembangan dari analisi morfologi rinci yang

dilakukannya. Pada saat mereka melihat hubungan-hubungan antar bagian,

mereka mempertanyakan tata aturan yang mengatur penggabungan antar bagian

dan unit yang menghasilkan aturan-aturan pola tari yang ada. Begitu tata aturan

didapatkan, mereka tertarik dengan variasi dan proses kreatif yang ada pada tari.

(41)

Untuk melihat makna yang terkandung dalam tari Bello Mesusun penulis menggunakan teori makna dalam tari, (Perteson Royee, 2007), ketika berbicara mengenai makna tari, perteson menawarkan hal hal yang tersirat di dalam tari dengan membandingkan aspek-aspek komunikasi dari perilaku tari melalui media ekspresi yang lain. Kapasitas ekspresi tari yang kadang-kadang membuatnya menjadi efektif sebagai pembawa makna.

Semiotik juga selalu digunakan oleh para ilmuwan seni dan budaya didalam pengkajian seni pertunjukan. itu sendiri merupakan wahana komunikasi yang begitu kompleks, karena ia melibatkan hubungan diantara para pemain dengan para penonton. Proses menghasilkan makna dalam pertunjukan seni, ini mengacu sepenuhnya kepada sistem-sistem tertentu yang biasanya akan melibatkan gabungan dari pada berbagai lambang lisan dan lambang bukan lisan.

Oleh karena seni persembahan merupakan media yang unidimensional,

satu-satu unit lambang itu tidak boleh berdiri dengan sendirinya untuk

menggambarkan sesuatu pesan. Ia harus dilihat sebagai satu gabungan yang

menyeluruh dengan lambang-lambang lain dalam konteks tertentu. Misalnya

gerak isyarat, mimik muka dan bahasa digabung dan digunakan serentak untuk

menampakkan makna secara keseluruhan. Satu lagi contoh ialah penggunaan

keris. Bagi masyarakat Melayu, keris bukan saja merupakan senjata untuk

mempertahankan diri, tetapi juga melambangkan kekuatan dan kuasa. Jika

diselipkan dipinggang, keris itu bisa ditafsirkan sebagai lambang kegagahan

karena gambaran pakaian seorang perwira Melayu dalam masyarakat Melayu

(42)

tradisional tidak lengkap jika tidak ada keris dipinggang. Pemancaran makna keris itu juga tertuju kepada cara ia dipergunakan.

Kajian dengan menggunakan pendekatan semiotik mengupas segala unsur simbolik yang terdapat dalam sesebuah karya. Dalam hal yang berkaitan dengan kampil dan cerane tari Bello Mesusun, bukan saja cara pemakaiannya, tetapi rupa bentuknya juga berkaitan dengan kepercayaan dalam masyarakat Alas.

Mukarovsky,(1975) telah memulakan kajian semiotik dalam teater (Elam,

1983). Bagi Mukarovsky sesebuah teks persembahan merupakan lambang makro

yang maknanya hanya dapat difahami dalam rentetan lambang-lambang lain

secara keseluruhan. Dalam teater, lambang atau isyarat memberikan makna yang

simbolik. Oleh karena semua yang terdapat diatas pentas merupakan lambang

(Jiri Veltrusky, dipetik dalam Elam, 1983:7), maka segala objek dan perlakuan

penyaji diatas pentas harus mempunyai hubungan dengan objek yang

dimaksudkan. Ini bermakna, lambang bukan literal harus dapat berfungsi seperti

yang literal supaya khalayak mampu menafsirkan pesan yang disampaikan. Suatu

objek mungkin boleh diwakili oleh penggunaan beberapa lambang jika lambang-

lambang itu mampu menunjukkan kehadiran objek tersebut (Brusak dipetik dalam

Elam, 1983:9). Misalnya, lambang-lambang yang dihasilkan melalui pergerakan

anggota badan boleh digantikan seorang pemain atau penari menjadi benda lain

seperti seekor burung garuda yang sedang terbang, sepohon pokok yang

bergoyang ataupun seekor gajah yang garang. Disebabkan makna sesuatu

lambang tidak sama bagi semua orang, maka kembali kepada kreativitas pihak

(43)

sumber untuk memilih lambang yang sesuai untuk menggambarkan pesan yang dikehendaki.

Sejauh mana penggunaan lambang-lambang dapat menjelaskan makna sebenar bergantung kepada konvensi semantik yang terdapat dalam lambang- lambang yang dipilih. Makna lambang-lambang ditentukan oleh cara perlambangan. Jika lambang yang digunakan jelas hubungannya dengan objek yang diwakilinya, maka jelas makna yang dimaksudkan. Sebaliknya jika hubungan lambang dengan objek atau rujukan tidak jelas, maka akan menjadi kabur. Dengan itu setiap aspek persembahan dalam teater seperti setting, perlakuan dan pertuturan saling bergantungan untuk menyumbang kepada pemaparan makna.

Mengikut Elam (1983) tidak ada hubungan yang mutlak antara sesuatu

lambang dengan apa yang dilambangkan, karena lambang itu merupakan sesuatu

yang dinamik. Pada prinsipnya lambang-lambang yang digunakan diatas pentas

boleh digunakan untuk mewakili fenomena apa saja. Misalnya, adegan yang

dramatik tidak semestinya digambarkan menerusi ruang, seni bina ataupun

gambar, tetapi boleh ditunjukkan dengan gerak isyarat (seperti mimos), lisan dan

juga kesan bunyi. Makna juga dikaitkan dengan konteks. Sesuatu lambang akan

memberikan makna yang lain dalam konteks yang berbeda. Misalnya gerak tari

yang meniru gaya burung terbang boleh melambangkan seekor burung. Dalam

konteks yang lain gerak itu melambangkan kebebasan. Dalam shamanisme, gerak

itu dikaitkan dengan air dan semangat yang hilang (Danaan, 1985:50). Dengan

kata lain, pergerakan yang menggambarkan seekor burung, mempunyai makna

(44)

berlainan dalam konteks yang berbeda. Pentas lazimnya merupakan lambang ruang alam. Begitu juga dengan pedang yang selalu digunakan dalam cerita-cerita klasik Inggeris lazimnya digunakan untuk menentang musuh. Pada masa yang lain boleh digunakan sebagai pengayuh perahu, dengan hanya menukarkan cara memegangnya. Sifat arbitrari lambang membenarkan berbagai sistem lambang dikombinasikan untuk memberikan gambaran yang hampir serupa dengan objek atau pesan yang dimaksud.

Dalam teater, lambang bukan lisan itu terdapat dalam sistem-sistem lambang yang merangkumi ciri-ciri fisik, mimik muka, gerak-gerik, sentuhan, artefak, serta penggunaan ruang dan waktu. Semua ciri ini menjadikan tarian sebagai lambang yang penting dalam teater. Selain untuk menarik perhatian khalayak, tarian juga digunakan untuk menyampaikan pesan, karena tarian merupakan himpunan lambang-lambang komunikasi yang kompleks (Hanna, 1979:26). Mengikut pendapat Hanna, semua tarian mempunyai tujuan. Sekurang- kurangnya tarian berupa hasil pergerakan yang melahirkan gagasan tertentu dengan menggunakan anggota badan sebagai mediumnya, (Bagi Hanna,1979:25- 26) tarian itu boleh mengatasi kemampuan media audiovisual dalam menyampaikan maklumat kepada khalayak.

De Danaan (1985) yang mengkaji tarian Menghadap Rebab mendapati gerak tari dan lirik dalam lagu tersebut saling melengkapi. Lambang-lambang gerak tari dalam menghadap rebab menggambarkan “beberapa perenggan”

penyataan. Integrasi lirik lagu dan gerak tarinya menghasilkan satu penyataan

yang lengkap karena lirik menggambarkan pergerakan dan seterusnya pergerakan

(45)

menampakkan makna pada lirik. Menurut (Danaan,1985) hubungan antara lirik dengan pergerakan dalam tarian Menghadap Rebab sangat rapat. Sukar bagi seseorang untuk memahami pesan dalam tarian tersebut jika tidak meneliti gerak tarian dan lirik lagunya.

Dengan mengikuti pendekatan semiotik, dua pakar persembahan budaya, Tadeuz Kowzan dan Patrice Pavis daripada Perancis, mengaplikasikannya dalam persembahan. Kowzan menawarkan 13 (tiga belas) sistem lambang dari sebuah persembahan teater. 8 (delapan) berkaitan langsung dengan pemain dan 5 (lima) berada di luarnya. Ketiga belas lambang itu adalah: kata-kata, nada bicara, mimik, gestur, gerak, make-up, gaya rambut, kostum, properti, setting, lighting, musik dan efek suara.

Pavis menyusun daftar pertanyaan yang lebih lentur dan terperinci untuk

mengkaji sebuah persembahan. Pertanyaan-pertanyaannya menekankan perlunya

dijelaskan bagaimana makna dibangun dan mengapa demikian. Pertanyaan ini

menekankan pentingnya sebuah proses persembahan. Adapun pertanyaan-

pertanyaan itu adalah yang mencakup: (1) diskusi mengenai persembahan, yang

meliputi: (a) unsur-unsur apa yang mendukung persembahan, (b) hubungan di

antara sistem-sistem persembahan, (c) koherensi dan inkoherensi, (d) prinsip-

prinsip estetis produksi, (e) kendala-kendala apa yang dijumpai tentang produksi

seni, apakah momennya kuat, lemah atau membosankan; (2) skenografi, yang

meliputi: (a) bentuk ruang pertunjukan-mencakup: seni bina, gestural, keindahan,

imitasi tata ruang, (b) hubungan antara tempat penonton dengan panggung

persembahan, (c) sistem pewarnaan dan konotasinya, (d) prinsip-prinsip

(46)

organisasi ruang yang meliputi hubungan diantara on-stage dan off-stage dan

keterkaitan antara ruang yang diperlukan dengan gambaran panggung pada teks

drama; (3) sistem tata cahaya; (4) properti panggung: tipe, fungsi, hubungan

diantara ruang dan para pemain; (5) kostum: bagaimana mereka mengerjakannya

serta bagaimana hubungan kostum antar pemain; (6) persembahan: (a) gaya

individu atau konvensional, (b) hubungan diantara pemain dan kelompok, (c)

hubungan diantara teks yang tertulis dengan yang dilakukan, antara pemain dan

lakonan, (d) kualiti gestur dan mimik, (e) bagaimana dialog dikembangkan; (7)

fungsi musik dan efek suara; (8) tahapan persembahan: (a) tahap keseluruhan, (b)

tahap-tahap tertentu sebagai sistem tanda seperti tata cahaya, kostum, gestur, dan

lain-lain, tahap persembahan yang tetap atau berubah tiba-tiba; (9) interpretasi

cerita dalam persembahan: (a) cerita apa yang akan dipentaskan, (b) jenis

dramaturgi apa yang dipilih, (c) apa yang menjadi ambiguiti dalam persembahan

dan hal-hal apa yang dijelaskan, (d) bagaimana struktur plot, (e) bagaimana cerita

dikonstruksikan oleh para pemain dan bagaimana pementasannya, (f) termasuk

genre apakah teks dramanya; (10) teks dalam persembahan: (a) terjemahan

skenario, (b) peranan yang diberikan teks drama dalam produksi, (c) hubungan

antara teks dan pesan; (11) penonton: (a) dimana pertunjukan dilaksanakan, (b)

perkiraan penonton tentang apa yang akan terjadi dalam pertunjukan, (c)

bagaimana reaksi penonton, dan (d) peranan penonton dalam konteks

menginterpretasikan makna-makna; (12) bagaimana mencatat produksi

persembahan secara teknikal, (b) pesan apa yang menjadi fokus; (13) apa yang

tidak dapat diuraikan dari tanda-tanda persembahan: (a) apa yang tidak dapat

(47)

diinterpretasikan dari sebuah persembahan, (b) apa yang tidak dapat direduksi tentang tanda dan makna persembahan (dan mengapa), (14) apakah ada masalah- masalah khusus yang perlu dijelaskan serta berbagai-bagai komentar dan saran lebih lanjut untuk melengkapi sejumlah pertanyaan dan memperbaiki produksi persembahan.

Untuk menganalisis bentuk tari Bello Mesusun dan hubungannya dengan budaya masyarakat Alas penulis menggunakan teori antropologi tari Getrude Prokosch Kurath, Kurath menggunakan 20 tahun pertama karirnya sebagai penari dan produser pertunjukan budaya, tetapi kemudian menceburkan dirinya dibidang penelitian etnologi tari. Menurutnya, metode penelitian etnologi tari terdiri dari tiga tahap: (1) melakukan studi secara aktif dan mendatangi upacara-upacara masyarakat yang diteliti; (2) mentransfer pola-pola tari ke dalam bentuk tulisan seperti pola gerak, motif, garis, arah, dan repetisi tari, dengan deskripsi verbal dan layout visual; dan (3) menginterpretasikan fakta-fakta yang telah diorganisasikan.

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan studi tentang kebudayaan yang kualitatif dan

merupakan studi tentang kebudayaan maka digunakan pendekatan yang

mengkombinasikan tehnik-tehnik etnografi dan analisis interpretative yang

bertujuan membangun makna berdasarkan kepada data-data lapangan sebagai

sebuah studi etnografi maka mengungkapkan sudut pandangan, pelaku

kebudayaan merupakan tujuan utama. Untuk digunakan metode observasi terbatas

(48)

serta in-depth interview atau wawancara mendalam dengan para informan yang merupakan para pelaku kebudayaan tersebut.

Subjek penelitian adalah masyarakat Alas yang masih memperaktekan tradisi tari dalam adat-istiadat setempat, sebagai representase, akan diambil beberapa orang sebagai informan utama yang mengerti dengan budaya masyarakat Alas khususnya tentang tradisi yang berhubungan dengan seni tradisi.

Selama dilapangan, peneliti melakukan kegiatan wawancara dengan informan dengan mewawancarai lebih berfokus dan tidak berkembang pada data yang kurang relevan. Digunakan pedoman wawancara (interview guide) yang telah disusun sebelumnya proses wawancara sifatnya tidak mengikuti, karena dapat juga terjadi penelitian memperoleh data yang tidak dipekirakan sebelumnya.

Untuk keperluan analisis, hasil wawancara perlu didokumentasikan baik dengan pencatatan (transkripsi) maupun dengan bantuan alat rekam (Tape recorder, video).

Selama pengambilan data, peneliti juga melakukan pengamatan terhadap apa

yang terjadi dilapangan, kegiatan pengamatan selain untuk mengungkap apa yang

belum diperoleh dari wawancara juga merupakan penguat (kompirmasi langsung)

terhadap data yang diperoleh dari proses wawancara, untuk itu diperlukan catatan

lapangan (fieid Notes) yaitu catatan yang ditulis apa yang didengar, dilihat,

dialami dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refpleksi terhadap

data dalam penelitian kualitatif, catatan lapangan merupakan salah satu

instrument, yang sangat penting penelitian kualitatif.

(49)

Selain data primer, juga dilakukan pencarian data-data tambahan (data skunder), yang dapat beberapa informan dari pendukung maupun data dokumen yang lain mendukung, semua data yang diperoleh akan dianalisis interpretasi deskriptif untuk lebih memperkuat data dijamin lebih akurat dari data lapangan.

Semua data baik dari pengamatan, wawancara dengan subyek maupun data dari skunder diperifikasi.

Penelitian ini mengutamakan wawancara langsung terhadap tokoh-tokoh adat yang paham dengan budaya dan seni daerah masyarakat Alas Kabupaten Aceh Tenggara. Penelitian ini menggunakan rekaman dilakukan melalui kamera foto dan video untuk merekam wujud tarian Bello Mesusun yang akan dikaji.

Manakala tehnik wawancara pula akan dijalankan dengan menjumpai para tokoh- tokoh adat dan masyarakat setempat yang paham dengan seni budaya daerah.

Selain dari keterangan-keterangan yang dilakukan diatas, kajian ini juga dijalankan melalui pembacaan dan berkaitan dengan buku-buku topik kajian.

1.7 Tehnik Pengumpulan Data Dan Menganalisis data 1.7.1 Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dari sumber-sumber yang ada dilakukan dengan tehnik

wawancara dan observasi langsung. Wawancara dilakukan dengan seniman tari

dan tokoh adat dan masyarakat yang mengerti tentang seni dan budaya

masyarakat Alas Kabupaten Aceh Tenggara. Untuk memperoleh gambaran

tentang pelaksanaan penelitian dalam upacara adat penyambutan tamu yang dalam

acara persembahan tari Bello Mesusun dan latar belakang yang mendasari tatanan

nilai simbolisnya.

Gambar

Gambar 4 Busana Penari Dan Tata Rias
Gambar Pola Lantai Ke Empat
Gambar Pola lantai Ke Enam

Referensi

Dokumen terkait

Bagi semua pihak di Aceh Tenggara disarankan dapat memberikan informasi, pelatihan dan pendekatan kepada masyarakat Alas, untuk pelaksanaan sunat perempuan yang dilakukan oleh

Pada dasarnya bentuk Tari Trayutama merupakan serentetan dan serangkaian dari tataran gerak tari yang dimulai dari tataran satuan yang terkecil hingga satuan yang

Alasan peneliti tertarik untuk menganalisis bentuk sajian dan struktur gerak tari, karena pada bentuk sajian Tari Jepin Langkah Simpang memiliki pola garapan yang unik

Maksud dalam penelitian ini adalah: untuk mendeskripsikan tradisi pemamanen ‘paman’ pada Rezeki (khitanan) di masyarakat Alas di Aceh Tenggara atau yang dikenal

Kecamatan lawe alas kabupaten aceh tenggara merupakan salah satu daerah yang menerapkan hukuman pidana tertentu dengan cara penyelesaian secara

Secara struktural bentuk gerak tari bisa diamati berdasarkan watak gerak yaitu gerak feminim dan gerak maskulin, jenis gerak yaitu gerak murni dan gerak maknawi,

Pada dasarnya bentuk suatu tari merupakan serentetan dan serangkaian dari tataran gerak tari dan dimuali dari tataran satuan yang terkecil hingga tataran satuan yang

Alasan peneliti tertarik untuk menganalisis bentuk sajian dan struktur gerak tari, karena pada bentuk sajian Tari Jepin Langkah Simpang memiliki pola garapan yang unik