T E S I S Oleh EWIDIANI NIM. 107037005
PROGRAM STUDI
MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
2 0 1 2
T E S I S
Untuk Memperoleh Gelar Magister Seni (M.Sn) Dalam Program Studi Magister (S2) Penciptaan Dan Pengkajian Seni Pada Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara
Oleh EWIDIANI NIM 107037005
PROGRAM STUDI MAGISTER ( S2 ) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2 0 1 2
Nama : Ewidiani Nomor Pokok : 107037005
Program studi : Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni
Menyetujui Komisi Pembimbing
Dra. Rithaony, M.A. Yusnizar Heniwaty, SST.M. Hum NIP. 196311161997032001 NIP. 196510211992032003
Ketua, Anggota,
Program Studi Magister ( S2 ) Fakultas Ilmu Budaya Penciptaan Dan Pengkajian Seni Dekan,
Ketua,
Drs. Irwansyah, M.A. Dr.Syahron Lubis, M.A.
NIP. 196212211997031001 NIP. 195110131976031001
Tanggal Lulus : 15 Agustus 2012
PANITIA PENGUJI UJIAN TESIS
Ketua : Drs. Irwansyah, M. A. (...)
Sekretaris : Drs. Torang Naiborhu., M. Hum (...)
Anggota I : Dra. Rithaony, M.A (...)
Anggota II : Yusnizar Heniwaty., SST. M. Hum (...)
Anggota III : Drs. Kumalo Tarigan, M. A. (...)
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu naskah ini dan disebutkan didalam daftar pustaka.
Medan, 2012
Ewidiani
IDENTITAS DIRI
1. Nama : Ewidiani
2. Tempat / Tanggal Lahir : Mamas, 12 Juli 1975 3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Kewarganegaraan : Indonesia 6. No Telephon : 085261359534
7. Alamat : Batumbulan Asli Aceh Tenggara 8. Pekerjaan : Guru S.M.A Negeri I Kutacane
Aceh Tenggara
PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar Negeri Mamas Lulus Tahun 1997 2. Sekolah Menengah Pertama Lulus Tahun 1990 3. Sekolah Menengah Kesenian Indonesia Lulus Tahun 1994
4. IKIP Medan Lulus Tahun 1999
5. Saat ini sedang kuliah S2, Pascasarjana Penciptaan dan Pengkajian Seni di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara ( USU ).
PENGALAMAN KERJA 1. Tahun 1992 s/d 1997
Mengajar di Sanggar Tari Patrian dan Semenda di Taman Budaya medan 2. Tahun 1999 s/d 2002
Mengajar di Sanggar Seni di P. Ramle Pulau Pinang Malaysia dan di Dewan Budaya USM (Universitas Sain Malaysia) Pulau Pinang Malaysia.
3. Mengajar 2009/2011 di PGSD di Kabupaten Aceh Tenggara
Sekarang Mengajar di S.M.A. N. I Kutacane Aceh Tenggara
This research would be to assess the move structure of Bello Mesusun dance in Alas ethnic of Tenggara. In perspective of meaning and function of Bello Mesusun dance it would be to preserve the Dance art of Belo Mesusun recently and in the future
The result of this research could express the presentation type of dance by using simple moves in perspective move elements by dance concept carrying the items prepared. The elements of move presented used move motifs and variety of move through dance pattern, thus it is difficult to find the aesthetic values of the variety of the move. For the reason aesthetic values should be related to concept of creation and the resulting atmosphere of the performance.
This Bello Mesusun dance is performed to welcome for the quests of Alas ethnic of Aceh Tenggara. This dance is also presented in marriage event and rasul circumcision. But generally recently this Bello Mesusun dance was more often presented to welcome for the quests. The Bello Mesusun dance was included into entertainment event and secular form for people of Alas ethnic.
Keywords: Bello Mesusun dance, in structure and move pattern of the dance.
Penelitian ini mengkaji tentang Struktur gerak tari Bello Mesusun pada masyarakat suku Alas Kabupaten Aceh Tenggara, dilihat juga dari makna dan fungsi Tari Bello Mesusun semua ini bertujuan untuk menjaga kelestarian seni Tari Bello Mesusun sekarang dan dimasa yang akan datang, dan berkembang menurut perkembangan zaman.
Hasil penelitian dapat mengungkapkan bentuk penyajian tari yang menggunakan gerakan-gerakan yang sangat sederhana, jika ditinjau dari unsur- unsur gerak dengan konsep tari yang harus membawa perlengkapan yang sudah disediakan, unsur-unsur gerak yang ditampilkan menggunakan motif-motif gerak dan ragam-ragam gerak dengan menggunakan pola-pola tari dan tidak banyak menggunakan variasi gerak, sehingga sulit untuk menemukan nilai entetis dari aspek ragam gerak. Oleh karena itu nilai estetisnya harus dikaitkan dengan konsep penciptaanya serta suasana yang muncul dari pertunjukan yang diselenggarakan.
Tari Bello Mesusun ini bentuk tari dalam rangka penyambutan tamu bagi
suku Alas Kabupaten Aceh Tenggara, tarian ini juga bisa ditampilkan diacara-
acara pesta perkawinan dan sunatan rasul, tapi pada umumnya untuk saat sekarang
Tarian Bello Mesusun ini lebih sering ditampilkan diacara penyambutan
tamu.Tari Bello Mesusun ini termasuk tari hiburan atau bentuk skuler bagi
masyarakat Alas. Kata Kunci : Tari Bello Mesusun, dalam bentuk struktur dan
pola gerak tari.
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tesis ini sebagai mana mestinya. Berikut selawat dan salam saya junjungkan ke Nabi Besar Muhammad S.W.T, yang telah membimbing dan mengarahkan kita ke jalan yang benar.
Pada kesempatan ini perkenankan saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Syahri Pasaribu., DTM & H, M.sc. (CTM), Sp.A (K)., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., sabagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya, yang telah memberi fasilitas dan sarana pembelajaran bagi penulis sehingga dapat menuntut ilmu di kampus Universitas Sumatera Utara ini dalam kondisi yang nyaman dan tenteram.
2. Bapak Drs. Irwansyah, M.A., selaku Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sumatera Utara (USU), selaku penguji yang telah memberikan masukan dan dorongan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
3. Bapak Drs. Torang Naiborhu., M,Hum, selaku Sekretaris Program Studi
Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas
Sumatera Utara (USU), dan juga selaku penguji yang telah begitu banyak
memberi masukan dan materi dalam hal teknik penulisan yang benar demi
sempurnanya tesis ini.
membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan seni.
5. Ibu Yusnizar Heniwaty, SST. M. Hum. Atas semua masukan dan bimbingan dua atas masukan dan saran-saran yang berarti bagi terselesainya tesis ini.
6. Staf bagian Tata Usaha Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara (USU), yang selama proses pembuatan tesis sehingga mendapatkan informasi yang berharga dalam penyusunan penelitian ini.
7. Bapak Abdul Rakib (Aceh Tenggara) selaku ketua adat dan tokoh seni Suku Alas, yang telah banyak membantu memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam penelitian Tari Bello Mesusun di Suku Alas Kabupaten Aceh Tenggara.
8. Bapak Imam Nawawi, Mamas, selaku ketua seni dan tokoh adat, yang telah banyak membantu dalam penulisan ini dengan arahan arahan dan bantuan beliau penulis dapat menyesaikan tesis ini.
9. Selanjutnya penghargaan dan ucapan terimakasih yang tak terhingga
penulis sampaikan kepada keluarga tercinta, terutama kepada, Suami
Sopian Sori, ayahanda Abdul Rakib Yuhaidi, Ibunda Salimah, kakanda
Elidiani, Kakanda Etidiani Sp, Adinda Evianto, Adinda Enidiani, Adinda
Esi Murni, Adinda Rafiki, May S.E, Adinda Refi, Kakanda Yus, kakanda
yang selalu mengarahkan dan memberikan kesabaran kepada penulis, yang lainya, tidak dapat penuliskan sebutkan satu persatu, yang selama ini telah banyak membantu penulis baik dalam suka maupun duka.
10. Kepada rekan-rekan perjuangan mahasiswa Pascasarjana Penciptaan dan Pengkajian seni angkatan ke-2 Fakultas Ilmu Budaya, Ade Hardiyat, S.Sn, Wiwinyah Putra Nasution S,pd. Wonter S.Sn. Drs. Jamal Kaban, Drs.
Usaha Ginting, Drs. Ahmad Nasution, Universita Sumatera Utara ( USU ), tahun 2010.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kelemahan dan kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritikanya. Semoga karya ini dapat berguna bagi yang lainya. Amin.
Medan
Penulis
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK ... vii
PRAKATA ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 13
1.2 Pokok Masalah ... 15
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 15
1.3.1 Tujuan Kajian ... 15
1.3.2 Manfaat Kajian ... 16
1.3.3 Tinjauan Pustaka ... 16
1.4 Konsep dan Landasan Teori ... 20
1.4.1 Konsep ... 20
1.5 Landasan Teori ... 22
1.6 Metode Penelitian ... 31
1.7 Teknik Pengumpulan Data dan Menganalisis Data ... 33
1.7.1 Teknik Pengumpulan Data ... 33
1.7.2 Teknik Analisa Data ... 34
1.7.3 Validitas Data ... 34
1.8 Lokasi Penelitian 35 1.9 Sistematika Penulisan ... 36
BAB II SUKU ALAS ... 40
2.1 Sejarah Suku Alas... 40
2.1.1 Mitologi ... 44
2.2 Geografis ... 45
2.2.1 Ekologi dan Batas Wilayah ... 49
2.3 Bahasa... 51
2.4 Mata Pencaharian ... 51
2.5 Kampung Dan Desa Di Kabupaten Aceh Tenggara ... 52
2.6 Pendidikan Masyarakat Kabupaten Aceh Tenggara ... 53
2.7 Agama Dan Kepercayaan Suku Alas ... 55
2.8 Budaya Seni ... 56
2.8.1 Seni Tari ... 56
2.8.2 Seni Suara ... ... 59
2.8.3 Seni Rupa ... 62
2.8.4 Seni Sastra ... 66
BAB III TARI BELLO MESUSUN ... 70
3.1 Latar Belakang Sejarah... 70
3.2 Tarian dan Memuliakan tamu dalam sudut pandang Islam ... 72
3.3 Falsafah... 74
3.3.1 Simbol Warna 75 3.4 Estetika ... 76
3.4.1 Estetika bentuk ... 78
3.4.2 Estetika gerak ... 79
3.4.3 Estetika Moral ... 79
3.4.4 Estetika Islam ... 80
3.5 Etika ... 81
3.5.1 Etika Gerak ... 81
3.5.2 Etika Busana ... 82
3.6 Keberadaan dan Perkembangan ... 83
3.7 Makna Bello ... 85
3.8 Makna Tari ... 88
3.9 Fungsi Tari Bello Mesusun ... 96
3.10 Kriteria Penari... 98
BAB IV BENTUK DAN STRUKTUR TARI BELLO MESUSUN ... 99
4.1 Bentuk Tari Bello Mesusun ... 99
4.2 Motif Gerak Dasar dalam Tari Bello Mesusun ... 100
4.3 Simbol Gerak Tari Bello Mesusun ... 101
4.4 Jangka Masa Persembahan ... 102
4.5 Properti ... 102
4.6 Busana dan Tata Rias Tari Mesusun ... 105
4.7 Tempat Persembbahan Tari Bello Mesusun ... 109
4.8 Iringan Tari Bello Mesusun ... 111
4.9 Bentuk dan Jenis Tari Bello Mesusun ... 114
4.9.1 Bentuk Tari Bello Mesusun ... 114
4.9.2 Jenis Tari Bello Mesusun ... 115
4.10 Fungsi Tari Bello Mesusun ... 116
4.11 Persembahan Tari Bello Mesusun ... 117
4.11.1 Pelaku ... 117
4.11.2 Ragam ... 118
4.11.3 Pola Lantai ... 118
4.11.4 Gerak ... 118
4.11.5 Busana ... 119
4.11.6 Alat Musik ... 119
4.12 Bentuk Penyajian Tari Bello Mesusun ... 120
4.13 Urutan Gerak Tari Bello Mesusun ... 121
4.14 Nama-nama Ragam Tari Bello Mesusun ... 127
4.15 Teknik Gerak Tari Bello Mesusun ... 128
4.15.1 Pola Gerak ... 129
4.15.5 Gerak Tangan ... 130
4.15.6 Level ... 130
4.15.7 Level Tinggi ... 131
4.15.8 Level Sedang ... 131
4.15.9 Level Rendah ... 132
4.16 Pola Lantai Tari Bello Mesusun ... 132
4.16.1 Simetris ... 132
4.16.2 Garis Lurus Mendatar ... 133
4.17 Danskrip Gerak Tari Bello Mesusun... 134
4.18 Pola Lantai Penari Bello Mesusun ... 142
4.19 Pola Gerak dalam Penyajian ... 146
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 168
5.1 Kesimpulan ... 168
5.2 Saran ... 170
DAFTAR PUSTAKA ... 172
Tabel 2.1. Luas Kecamatan, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk ... 48
Gambar 3.1 Makna Gerak Tari Bello Mesusun ... 90
Gambar 4.1 Properti Cerane Dan Perlengkapanya ... 104
Gambar 4.2 Khadam Dan Celapah...104
Gambar 4.3 Bello Atau Daun Sirih Dan Perlengkapanya ... 105
Gambar 4.4 Busana Dan Tata Rias Penari Bello Mesusun ... 107
Gambar 5.5 Baju Meshirat ... 107
Gambar 5.5 Kain Songke ... 108
Gambar 5.5 Jilbab Penutup Kepala ... 108
Gambar 5.5 Alat Musik Bangsi ... 113
Gambar 5.5 Pemusik ... 114
Gambar 5.5 Danskripsi Gerak Tari Bello Mesusun ... 134
Gambar 5.5 Pola Lantai Tari Bello Mesusun ... 147
Gambar 5.5 Pola Gerak Dan Penyajian Tari Bello Mesusun ... 151
I.I Latar Belakang
Masyarakat Aceh tinggal di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
1Pada masa kerajaan, Aceh Rayeuk (Aceh Besar) menjadi pusat ibu kota Kerajaan (Aceh Populer). Daerah inilah yang menjadi titik awal perkembangan penduduk sampai ke daerah lain disekitarnya. Sebahagian daerah yang takluk pada Belanda dinamakan Onderhorigheden. Sebutan Aceh juga digunakan oleh orang-orang diluar Aceh Rayeuk (Aceh Besar). Mereka yang mendiami Pesisir Timur, Barat dan Selatan jika mau ke ibukota kerajaan (Banda Aceh) selalu mengatakan mau pergi ke Aceh, dan sebutan ini masih ada yang menggunakanya sampai sekarang.
yang terletak dibagian paling utara Pulau Sumatera. Aceh adalah nama sebuah daerah di Indonesia yang populer dengan sebutan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Pada waktu masih sebagai sebuah kerajaan dikenal dengan nama Aceh Besar yang di dalam istilah Aceh disebut Aceh Rayeuk, yaitu salah satu Kabupaten atau Tingkat II di Nanggroe Aceh Darussalam.
2
1 Penyebutan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam baru dilaksanakan pada tahun 2001 (lihat undang-undang No. 18 tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi Propinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam), sebelumnya disebut sebagai Propinsi daerah istimewa Aceh. Oleh karena itu, penulisan nama propinsi ini disesuaikan dengan konteks tahunya.
2Drs. Rusdi Sufi dan Drs. Agung Wibowo, M.Si. dalam “Ragam Sejarah Aceh” Badan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Cetakan Pertama Tahun (2004:1).
Selain sebagai nama daerah, Aceh juga merupakan nama dari salah satu masyarakat atau etnis yang mendiami provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sekarang ini terdapat 20 (dua puluh) daerah tingkat II yang didiami oleh delapan etnis, yaitu etnis Aceh, Gayo, Alas, Tamiang, Aneuk Jamee, kluet, Semeulu, dan Singkil. Mereka telah eksis semenjak Aceh masih sebagai sebuah kerajaan. Diantara ke delapan etnis ini, etnis Aceh yang paling dominan dan mendiami hampir seluruh daerah tingkat II di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Namun wilayah atau daerah yang paling banyak dihuni etnis Aceh adalah Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie, Kabupaten Aceh Jeumpa, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Barat, dan sebagian Kabupaten Aceh Timur (di sini juga didiami oleh etnis Tamiang), sebagian Aceh Selatan, (di sini juga didiami oleh etnis Aneuk jamee dan Kluet), Kota Banda Aceh, dan Kota Sabang. Sementara di Aceh Tengah didominasi oleh etnis Gayo, di Kabupaten Aceh Tenggara oleh etnis Alas dan Gayo, di Kabupaten Singkil oleh etnis Singkil, dan Kabupeten Simeulue oleh etnis Simeulue.
3Gambaran nilai budaya Aceh memang sangat menarik, tidak terbatas pada hal-hal yang bersifat subtansial, tetapi juga menyangkut esensi dari nilai budaya
Masing-masing etnis memiliki ciri budaya yang khas. Kekhasanaan ini menjadikan Aceh mempunyai satu mosaik budaya dengan Islam sebagai perekatnya. Pengaruh budaya Islam terhadap etnis yang ada di Aceh, menjadikan Aceh kaya akan budaya. budaya-budaya daerah yang tidak bertentangan dengan kaidah agama Islam, dapat terus dihidupkan dan malah diperkaya oleh budaya Islam, sehingga terjadi hubungan timbal balik antara Islam dan budaya daerah.
3 Idem no 1
itu sendiri. Di Aceh nilai-nilai budaya lokal (Aceh) telah berakulturasi dengan nilai-nilai budaya asing (utamanya budaya Islam) yang masuk kedaerah ini.
Diantara keduanya tidak ada lagi jurang pemisah, melainkan telah menyatu bagaikan dua sisi dalam mata uang yang sama.
Seni tari adalah salah satu unsur budaya yang menarik pada masyarakat Aceh. Berlatar belakang budaya lokal dan pengaruh Islam menjadikan tari-tarian Aceh sangat ketat terhadap falsafah, adab, adat serta syariah Islam.
Tari Bello Mesusun adalah salah satu tarian pada masyarakat Kabupaten Aceh Tenggara yang merupakan produk masa lalu, dan telah menjadi salah satu genre seni tari yang berlanjut sampai saat ini. Tari Bello Mesusun adalah tradisi seni untuk pertunjukan rakyat, sekaligus hiburan bagi masyarakat Alas.
Tarian Bello Mesusun ini sarat dengan unsur-unsur seni yang mencakup ragam gerak tari, musik (ritme) yang mengiringi tarian Bello Mesusun. Seperti dikatakan oleh Abdul Rakib Yuhaidi
44 Wawancara dengan Abdul Rakib Yuhaidi, sebagai tokoh seni Aceh Tenggara
, bahwa struktur tari Bello Mesusun harus
sudah dibakukan akan dijadikan tarian tradisi masyarakat Alas, karena tarian ini
melambangkan persatuan budaya dan lambang persaudaraan masyarakat Alas, di
dalam gerak tari mempunyai fungsi, makna dengan nilai yang tinggi
melambangkan bentuk tarian ini sebagai penyambutan dan kemuliaan para tamu.
Dalam dunia seni tari Bello Mesusun memainkan peran yang begitu sentral dalam kegiatan penyambutan tamu pada masyarakat Alas. Seperti tari Bello Mesusun sebagai tarian memuliakan tamu. Tarian ini menggunakan Bello (daun sirih) dalam pertunjukan, arti kata Bello ialah daun sirih, Mesusun berarti menyusun. Bello yang disusun diatas cerane / puan
4Bello ini juga sangat berperan di dalam acara adat, baik dalam penyambutan tamu, maupun dalam menyuguhkan bello, sebagai lambang penghormatan kepada tamu yang datang. Tari ini berlatar belakang adat-istiadat yang hidup dan tetap terpelihara dimasyarakat Alas. Khususnya adat menerima dan menghormati tamu, biasanya tamu diterima dengan penuh hikmat.
(cerano). Bello Mesusun secara harafiah berarti Bello yang sudah disusun diatas cerane.
Dalam kehidupan masyarakat Alas, tari Bello Mesusun mempunyai peranan penting dalam aktivitas kehidupan mereka yang berkaitan dengan kegiatan keseharian dan juga hubungan sosial kemasyarakatannya, tari Bello Mesusun dilakukan pada upacara-upacara adat seperti acara pesta penyambutan tamu, acara-acara resmi, hari-hari besar, perkawinan, sunatan rasul dan acara hiburan untuk masyarakat setempat.
Seni tari menggunakan tubuh manusia yang digerakan berdasarkan pada aksi-aksi gerak keseharian dalam aktivitas hidup manusia. Gerakan manusia berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
bermain, bekerja, dan berkesenian. (a) Bermain, yaitu yang dilakukan untuk
kepentingan sipelaku artinya, aktivitas gerak yang dilakakukan untuk kesenangan
yang dalam kehidupan sehari-hari sering tidak bermanfaat. (b) Bekerja, adalah yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi keperluan hidupnya, dimana naluri emosionalnya jauh-jauh ditinggalkan. Contohnya adalah gerakan manusia dalam mencari ikan, menanam padi, memetik buah, menebang pokok dan aktivitas kerja lainya. (c) Berkesenian, adalah gerak yang dilakukan untuk mengungkapkan pengalaman bathin dan perasaan seseorang dengan harapan untuk mendapat tanggapan orang lain (Murgianto,1986 : 6). Hal ini terlihat melalui simbolik gerak tari penari, perlengkapan tari dan bello yang disuguhkan kepada tamu. Melalui tari terlihat gerak yang tertib dan lembut sebagai ungkapan kehikmatan mempersilakan tamu duduk, dan suguhan bello adalah lambang persaudaran, sebagai mukaddimah dari setiap hajat dalam pergaulan hidup masyarakat setempat.
Tarian Bello Mesusun ini umumnya ditarikan 7 (tujuh) atau 9 (sembilan) penari wanita usia remaja, biasa tarian selalu tampil dengan penari yang memang harus ganjil. Menurut Imam Nawawi
5Defenisi seni pertunjukan adalah suatu bentuk ekspresi komunal yang penting dan berfungsi sebagai komunikasi : (a) antara tuhan dan ciptaannya, (b)
bahwa didalam petunjuk Islam Allah itu satu tidak bisa diduakan, begitu pula dengan perbuatan dan tingkah laku kita sehari-hari juga diiringi dengan kebaikan, dengan arti kata kebaikan maka dari itu masalah budaya kita pun berkaitan dengan kebaikan jadi dilakukan dengan ganjil itu yang terbaik.
antara pemuka adat dan masyarakatnya, dan (c) antara sesama manusia. Seni pertunjukan tradisional terbagi atas dua bagian : (1) seni pertunjukan sakral, yaitu seni pertunjukan yang masih memiliki hubungan dengan upacara keagamaan, baik
5
Wawancara dengan Imam Nawawi, sebagai tokoh adat Aceh Tenggara.
bersifat komunal sakral, (2) Seni pertunjukan sekuler, seni pertunjukan yang memiliki seni hiburan, pergaulan, serta penonton dapat terlibat dalam pertunjukan (Soedarsono,1999 : 49 – 50).
Menurut paparan di atas dapat dilihat bahwa tari Bello Mesusun adalah salah satu seni pertunjukan dan sekaligus suatu bentuk hiburan bagi masyarakat Alas.
Jadi mengingat adanya semangat untuk menunjukan keunikan dan kekreatifitasan, maka selalu ada variasi gerak yang khas yang menggambarkan makna-makna dari setiap ragam gerak dan fungsi dari tari Bello Mesusun.
Menurut (Murgiyanto, 2010 : 1) tari adalah salah satu saka guru seni pertunjukan tradisi Indonesia. Tari yang merupakan cabang seni pertunjukan tertua lahir bersama dengan lahirnya kebudayaan manusia. Tari adalah suatu ekspresi budaya yang sangat kaya, tetapi sangat sulit untuk dianalisis dan diekspresikan. Tari dapat diinterpretasikan dalam berbagai tingkat persepsi, untuk memahami maksud yang hendak dikomunikasikan dari sebuah tarian orang perlu tau tentang kapan, kenapa, dan oleh siapa tari dilakukan dalam mengukir ke dalam sebuah tarian atau menjelaskan setiap pertunjukan dan kebudayaan lebih dituntut pemahaman dan cara pandang hidup masyarakat yang diciptakan dan menerima tarian tersebut (Kuper, 1986 : 5).
Tari dalam kehidupan masyarakat Alas menjadi bagian penting dalam upacara. Tari merupakan suatu bentuk keindahan dalam proses upacara adat salah satunya seperti tari Bello Mesusun nilai keindahannya sangat jelas dilihat dari unsur gerak, musik, pakaian penari, serta properti yang dibawakan penari, seperti cerane (cerano).
Selanjutnya dalam pembicaraan estetika atau keindahan tari, jenis-jenis tari yang dilakukan sebagai pelepasan kekuatan emosional fisik tidak akan dibahas, didalam seni tari selalu menegaskan bahwa tujuan seni yang utama tidak lain hanyalah masalah “ keindahan “. Keindahan itu seolah-olah mutlak harus ada dalam seni termasuk seni tari. Seni tari selalu dihubung-hubungkan dengan unsur keindahan, contoh tari Bello Mesusun didalam gerakanya pasti terselip nilai estetika atau nilai keindahan, karena tari adalah suatu bentuk keindahan yang selalu dibahas kebentuk keindahan.
Dalam pembicaraan ini tidak bermaksud akan mengungkap secara panjang lebar mengenai kaidah-kaidah filsafat ini, tetapi wacana ini dapat memberi keterangan singkat makna keindahan dalam seni tari terutama dengan hubungan keberadaan tari dalam masyarakat (Sumandiyo Hadi,1983 : 6).
Defenisi itu jelas mengandung makna dalam keindahan tari tidak hanya keselarasan gerakan-gerakan badan dengan iringan musik saja, tetapi seluruh ekspresi itu harus mengandung maksud-maksud isi tari yang dibawakan. Dengan
Sebagian besar orang, sekalipun awam dalam hal “Tari“, secara garis besar
mengenai apa yang dimaksud seni tari itu. Apabila ditanya apakah tari itu, mereka
akan menjawab bahwa seni tari adalah ciptaan manusia berupa gerak-gerak ritmis
yang indah. Itulah rata-rata jawaban seperti itu tepat, dan sungguh tidak salah atau
berbeda dengan jawaban seorang ahli tari. Memang, keindahan menjadi unsur
pokok dalam membicarakan masalah tari, walaupun beberapa ilmuan maupun
seniman kadang-kadang sudah tidak perlu membicarakan lagi tentang unsur
keindahan itu.
demikian yang dimaksudkan dengan “keindahan” seni tari, ternyata harus mengandung isi , makna atau pesan tertentu. Hal-hal yang terperinci seperti struktural, bentuk, kerumitan, kehalusan, keselarasan, dan sebagainya. Mungkin tidak indah, namun sebagai keseluruhan wujud, dengan segala isi, makna dan pesannya, seringkali karya tersebut dapat dikatakan indah. (Read, 1990) memberi defenisi keindahan yang lebih eklusif Beauty is a unity of formal relations among our sense-perceptions.
Begitu juga kaitan keindahan dengan tari Bello Mesusun sangat sejalan karena didalam tarian ini juga terdapat unsur-unsur gerak yang ritmis dan indah dan juga mengandung makna dan bentuk serta isi pesan yang akan disampaikan kepada penonton dari setiap gerakan-gerakan tari tersebut.
Defenisi itu jelas mengandung makna bahwa keindahan tari tidak hanya keselarasan gerakan-gerakan badan dengan iringan musik, tetapi seluruh ekspresi itu harus mengandung maksud-maksud isi tari yang dibawakan.
Gerak-gerak tari bukan keseharian tetapi merupakan ungkapan perasaan atau kehendak manusia secara individu maupun kelompok. Berdasarkan pemahaman ini pengertian tari bisa didefenisikan sebagaimana yang disampaikan (Soedarsono, 1977:17) mengatakan bahwa : “Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui media gerak gerak yang ritmis yang indah “.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulakan bahwa tari berpangkalan dari
gerak yang memiliki dimensi ruang dan waktu (Sumandiyo Hadi,1983 : 6)
mengatakan bahwa :
“ Gerak ruang dan waktu adalah faktor fundamental yang bersifat hakiki dari tari. Pengertian waktu dapat dikatakan sebagai unsur perubahan dan terikat elemen yaitu : gerak, ruang dan waktu saling dalam kehadiran suatu bentuk tari, tari menggunakan tenaga untuk mengisi ruang tetapi itu dapat dilakukan kalau ada waktu.
Secara natural, gerak adalah manusiawi. Gerak ada semenjak manusia lahir kebumi sebagai mahkluk yang setiap harinya selalu banyak dengan aksi-aksi gerak. Gerak yang dilakukan secara sadar merupakan suatu keperluan untuk memenuhi tuntunan dalam kehidupan manusia. Seperti contoh, ketika manusia berjalan ia harus menggerakkan anggota kaki dan melenggangkan tangan yang pada akhirnya baru dapat sampai ketempat tujuan. Begitu juga dengan makan, minum, bersenang dan aktivitas lainya selalu diawali dengan aksi-aksi gerak.
Demikian, apabila tidak ada lagi gerak dalam hidup manusia suatu pertanda bahwa ia telah berakhir dari kehidupan lebih jelas dinyatakan (Murgiyanto, 2003), seorang pakar tari dari Indonesia menegaskan bahwa :
“ Gerak adalah pertanda kehidupan. Reaksi pertama dan terakhir manusia terhadap hidup, situasi dan kondisi lainya dilakukan dalam bentuk gerak perasaan puas, kecewa. Cinta, takut dan sakit selalu dialami lewat perubahan – perubahan yang harus dari gerakan tubuh manusia.
14”
Pendapat senada juga diungkapkan (Soedarsono,1977) bahwa:
Gerak merupakan azas yang paling perimer dari manusia dan gerak merupakan media yang paling tua dari manusia untuk menyatakan keinginan-keinginan atau merupakan bentuk refleksi spontan dari gerak batin manusia “
Pendapat (Doris Humprey, 2004), seorang tokoh tari dari barat mengatakan
pula di dalam tulisan Walter Sorell mengenai bentuk gerak sebagai hasil dari aksi
tubuh manusia berjudul “ The Dance has Many Faces”, bahwa gerak merupakan
bahasa yang dapat melahirkan berbagai ekspresi. Doris Humprey menegaskan bahwa :
“ Nothing so clearly and inevitbly reveals the inner man than movement and gesture. It is quite possible, if one chooses, to conceal and dissimulate behind words or paintings or statues or other forms of human expression, but the moment you move you stand revealed, for good or ill, for what you are “.
Dari ketiga tokoh diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa gerak adalah bahasa universal yang dapat mewakili jiwa dan perasaan manusia melalui reaksi- reaksinya.
Tari suatu bentuk gerak manusia yang bermakna. Untuk itu makna dari tari Bello Mesusun dapat digambarkan dari setiap gerakan atau ragam yang mempunyai arti tersendiri, dari ragam awal sampai akhir dan dari setiap motif- motif gerakan dijelaskan makna serta pengertianya. Dari setiap gerakan tari mempunyai arti dan makna yang sesungguhnya, setiap motif dan ragam gerak mengandung pengertian-pengertian yang sesui dengan kondisi alam dan lingkungan setempat. Tari Bello Mesusun bagi masyarakat Alas adalah sebagai kekuatan, untuk menunjukan serta membentuk gaya hidup dalam masyarakat dan juga sebagai hiburan, tari juga termasuk dalam lingkungan budaya sosial dalam rangka memuaskan kebutuhan naluri akan keindahan dan makna kehidupan daerah setempat.
Tarian Bello Mesusun ini dilakukan oleh penari wanita yang penyajianya
dilakukan oleh beberapa penari dengan gerakan yang sangat sederhana, harmonis
dan kompak. Menurut Imam Nawawi
6berdasarkan katagorilisasinya tari Bello
Mesusun ini termasuk tari yang disajikan dan diselenggarakan dalam rangka
6
Wawancara dengan Imam Nawawi, sebagai tokoh adat Aceh Tenggara
upacara resmi untuk penyambutan tamu dan sebagai hiburan pada masyarakat
6
Dalam seni pertunjukan, pentingnya peranan Bello dapat terlihat pada tari Bello Mesusun, salah satu tarian tradisi masyarakat Alas yang menggambarkan
Wawancara dengan Imam Nawawi, sebagai tokoh adat Aceh Tenggara.
setempat. Tari Bello Mesusun berfungsi sebagai perangkat kelengkapan upacara penyambutan tamu pada masyarakat Alas.
Dari aspek perkembangan budaya, bello digunakan sejak dahulu ia menjadi simbol kebudayaan dan masih menjadi sigmen didalam adat-istiadat budaya hingga kini kegunaan bello mulai dari aspek budaya seperti memakan bello, dalam tarian inipun bello disuguhkan ketamu-tamu yang dimuliakan sudah dalam keadaan diramu, dan langsung diberikan kepada tamu yang dimuliakan untuk dimakan, sebagai pertanda persaudaraan antara tamu dan masyarakat setempat.
Penggunaan media bello dalam dunia seni bagi masyarakat Alas telah menunjukan perkembangan yang begitu tinggi. Dalam khasanah seni pertunjukan, bello memiliki peranan yang cukup istimewa.
i5
Tamu adalah sebagai lambang rezeki menurut masyarakat Alas, dengan itu tamu bagi masyarakat setempat harus dihargai sebagaimana mestinya, masyarakat estetika dan etika yang tinggi dikalangan masyarakat Alas dalam memberikan penghormatan kepada tamu.
5 Wawancara dengan Imam Nawawi, sebagai tokoh adat Aceh Tenggara.