• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Tentang Pembelajaran SKI di Madrasah Ibtida iyah. 1. Hakikat Pembelajaran SKI di Madrasah Ibtida iyah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Tentang Pembelajaran SKI di Madrasah Ibtida iyah. 1. Hakikat Pembelajaran SKI di Madrasah Ibtida iyah"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

14

A. Kajian Tentang Pembelajaran SKI di Madrasah Ibtida’iyah

1. Hakikat Pembelajaran SKI di Madrasah Ibtida’iyah

a. Definisi Pembelajaran SKI di Madrasah Ibtida’iyah

SKI merupakan kata sejarah berasal dari bahasa arab, yaitu kata syajarah dan Syajara, Syajarah berarti pohon, sesuatu yang mempunyai akar, batang, dahan, ranting, daun, bunga dan buah. Sebagaimana pohon, sejarah yang sering di pahami sebagai cerita masa lalu, mempunyai akar yang menjadi asal-muasal peristiwa atau sumber kejadian yang begitu penting sampai di kenang sepanjang waktu. Akar pohon yang baik akan menumbuhkan batang yang besar, kokoh dan tinggi yang di ikuti dengan pertumbuhan dahan, ranting, daun bunga dan buah yang bermanfaat bagi manusia.

(2)

bisa di pahami sebagai berita atau cerita peristiwa masa lalu yang mempunyai asal muasal tertentu.1

b. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Pendidikan agama Islam di Madrasah Ibtida’iyah terdiri atas empat mata pelajaran yang memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Aspek aqidah menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan atau keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai asma’ul husna. Aspek akhlak menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjahui akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.

Aspek Al-Qur’an Hadits menekankan pada kemampuan baca tulis Al-Qur’an yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Aspek Fiqih menekankan pada kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang baik dan benar. Sedangkan asppek sejarah kebudayaan islam menekankan pada kemampuan mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah islam, meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, politik, budaya, ekonomi, iptek, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

Mata pelajaran sejarah kebudayaan islam memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan watak dan kepribadian anak, tetapi

(3)

secara subtansial mata pelajaran sejarah kebudayaan islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.2

Adapun tujuan dari pembelajaran SKI di Madrasah Ibtida’iyah adalah sebagai berikut:

1) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma islam yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW. Dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban islam.

2) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.

3) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.

4) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah islam sebagai bukti peradaban umat islam di masa lampau.

(4)

5) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah islam, dan meneladani tokoh-tokoh berprestasi serta mengaitkannya.3

2. Pembelajaran Pokok Bahasan Hijrah ke Thaif

Pada pembelajaran pokok bahasan hijrah ke Thaif terdapat beberapa indikator yaitu membahas tentang peristiwa hijrah Nabi Muhammad Saw ke Thaif, menceritakan sebab-sebab Nabi Muhammad Saw hijrah ke Thaif, dan kesabaran Nabi Muhammad Saw dalam peristiwa hijrah ke Thaif.4

Kota Thaif merupakan sebuah kota yang terletak kurang lebih 65 km di sebelah tenggara kota mekah. Kota Thaif memiliki udara yang sejuk dan tanahnya yang subur. Penduduknya menanam kurma, anggur, semangka, persik, badam dan madu.Kota thaif termasuk kota penting dalam sejarah islam. Kota thaif di ceritakan dalam Al-Quran surah az-Zuhruf Ayat 31. Pada waktu itu, thaif di diami penduduk bani dari bani saqif. Mereka terdiri atas dua suku yaitu Bani Ahlaf dan Bani Malik. Bani Ahlaf menguasai bidang diplomasi, militer dan penyembahan berhala. Adapun bani malik menguasai bidang ekonomi dan pertahanan.5

a. Peristiwa hijrah Nabi Muhammad ke thaif

Nabi muhammad hijrah pada bulan syawal tahun ke sepuluh kenabian. Rosulullah hijrah di temani oleh anak angkatnya yang bernama

3

Department Agama, Kurikulum KTSP 2006..., hal. 25

4 Sugeng Sugiharto, Bingkai Sejarah Kebudayaan Islam, (solo : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2014), hal.63

(5)

Zaid bin Harisah. Setelah sampai di Thaif nabi menemui beberapa penguasa di kota Thaif. Nabi hijrah ke Thaif untuk meminta bantuan keluarganya yang ada di thaif yaitu kinnah yang bergelar Abu Jalil dan mas’ud yang bergelar Abu Kuhal dan Habib.tanggapan penduduk thaif terhadap Nabi, mereka menolak secara mentah-mentah dengan menjawab dengan kasar. Penduduk thaif mengerahkan kaum penjahat serta para budak untuk menyerang dan melempari Nabi dengan batu. Hal itu mengakibatkan cindera pada kedua kaki Nabi Muhammad SAW. Zaid bin Harisah berusaha keras melindungi beliau, tetapi ia sendiri juga terluka.6 b. Sebab-Sebab Nabi Muhammad Saw. Hijrah ke Thaif

Karena tekanan kaum kafir Quraisy , kaum kafir Quraisy semakin sering menganggu dan menyakiti Nabi Muhammad Saw. setelah Abu Thalib dan Khatijah wafat mereka menganggap tidak ada lagi orang yang di segani yang melindungi beliua. Kemudian Nabi Muhammad Saw. hijrah ke Thaif dengan harapan dapat menyebarkan Agama islam dengan tenang dan damai.

c. Kesabaran Nabi Muhammad Saw dalam peristiwa hijrah di Thaif. Kesabaran Nabi Muhammad Saw. selalu di uji. Pada awalnya beliau mendapat ujian harus berpisah dengan orang yang begitu berarti baginya. Yaitu istri dan pamannya. Meski dalam keadaan sedih yang mendalam, namun Nabi Muhammad tetap melanjutkan dakwahnya. Ujian dan cobaan kembali datang ketika Nabi Muhammad hijrah ke Thaif. Nabi

(6)

muhammad memperoleh perlakuan kasar, hinaan dan pengusiran bahkan beliau di serang hingga terluka.7

B. Kajian Tentang Model Pembelajaran

1. Hakikat Model Pembelajaran

a. Definisi Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat di artikan pula sebagai pola yang di gunakan untuk menyusun kurikulum, pengatur materi, dan pemberi petunjuk guru di kelas.8

Mills berpendapat bahwa model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok yang mencoba bertindak berdasarkan model itu.9 Joyce dan weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat di gunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain)10

Model pembelajaran perlu di pahami guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran.

7 Ibid, hal. 66

8 Agus Suprijono, Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi Paikem, (yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2012) hal. 45-46

9 Ibid..., hal.45

(7)

Dalam penerapanya, model pembelajaran harus di lakukan sesuai dengan kebutuhan siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan prinsif dan tekanan utama yang berbeda-beda.11

Model pembelajaran adalah kerangka dalam suatau pembelajaran agar pembelajaran dapat di laksanakan dengan efektif dan efisien. Dalam penerapanya, model pembelajaran yang di gunakan harus sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Untuk model yang tepat maka perlu di perhatikan relevansi dengan pencapaian tujuan pengajaran.

b. Ciri-ciri Model Pembelajaran

Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut :12 a) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar para ahli tertentu. b) Mempunyai misi satu tujuan pendidikan tertentu.

c) Dapat di jadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas.

d) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan urutan

langkah-langkah pembelajaran (syntax), adanya prinsif-prinsif reaksi, sistem sosial dan sistem pendukung.

e) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran damapk tersebut meliputi dampak pembelajaran dan dampak pengiring.

f) Membuat persiapan mengajar (desain istruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang di pilihnya.

11Isjoni, Cooperative Learning :Efektifitas pembelajaran Kelompok, (Bandung : Alfabeta,2012) hal.49

(8)

Dari ciri-ciri model pembelajaran tersebut, dapat di ketahui bahwa model pembelajaran harus berdasarkan teori pendidikan, memiliki tujuan, menjadi pedoman perbaikan pembelajaran, ada langkah-langkah pembelajaran, serta memiliki dampak terhadap pembelajaran.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Definisi Model Pembelajaran Kooperatif

Cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja ataupun membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih. Keberhasilan kerja sangat di pengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat di artikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok.13

Pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan peserta didik di kelas dalam satu kelompok kecil agar peserta didik dapat bekerjasama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain.14 Pada hakikatnya pembelajaran kooperatf (cooperative learning) sama dengan kerja kelompok. Oleh karena itu, banyak guru yang menyatakan tidak ada suatu yang aneh

13

Etin Solihatin, Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta : Bumi Aksara), cet. IV, hal.4

14 Isjoni, Pembelajaran kooperatife :Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta

(9)

dalam cooperative learning karena mereka beranggapan telah biasa melakukan pembelajaran cooperative learning dalam bentuk belajar kelompok. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok di katakan cooperative learning.15

Stavin menyatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang peserta didiknya belajar dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil, secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang besifat hiterogen. Selanjutnya di katakan pula, keberhasilan dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktifitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok.16

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat di tarik pengertian sendiri bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah model pembelajaran yang menggunakan kelompok-kelompok kecil, serta peserta didik dalam satu kelompok terdiri dari 4-6 anak yang bersifat heterogen, saling bekerjasama dalam memecahkan masalah untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan.

Model pembelajaran akan efektif di gunakan apabila :

a) Guru menekankan pentingnya usaha bersama di samping usaha secara individual.

b) Guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar.

(10)

c) Guru ingin menanam tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri.

d) Guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif peserta didik.

e) Guru menghendaki kemampuan peserta didik dalam memecahkan berbagai permasalahan.

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak di gunakan dan menjadi perhatian serta di anjurkan oleh para ahli pendidikan. Berikut merupakan realita dalam pembelajaran kooperatif yaitu :17

a) Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain.

b) Pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan peserta didik dalam berfikiran kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman.

Dengan alasan tersebut, model pembelajaran kooperatif diharapkan mampu meningkatkan kualitas belajar peserta didik dan meningkatkan keaktifan peserta didik.

b. Tujuan model pembelajaran kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran kooperatif, yaitu : hasil

(11)

belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial.18

a) Hasil belajar akademik

Pembelajaran kooperatif merupakan metode alternatif untuk mencapai tujuan pembelajaran antara lain, meningkatkan kemampuan peserta didik untuk bekerja sama dengan orang lain, dan pada saat yang sama dapat meningkatkan prestasi akademik.

Ada beberapa dugaan tantang faktor yang menyebabkan lebih tingginya prestasi akdemik dalam metode pembelajaran kooperatif jika dibandingkan dengan metode lainnya.Dari perspektif perkembangan metode pembelajaran kooperatif, pengaruh pembelajaran kooperatif pada prestasi peserta didik sebagian besar disebabkan oleh penggunaan tugas terstruktur. Dalam pandangan ini kesempatan bagi peserta didik untuk berdiskusi, berdebat, mengemukakan pendapat dan mendengarkan pendapat orang lain merupakan unsur penting dari pembelajaran kooperatif yang menyebabkan meningkatnya prestasi akademik. Dalam kegiatan tersebut peserta didik lebih banyak dirangsang dengan membaca, mendengar, dan berdiskusi.Informasi yang diulang-ulang dengan bantuan teman dengan bahasa yang mudah dipahami dapat menyebabkan peserta didik banyak terlibat dalam penerimaan informasi.

(12)

b) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Metode pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada peserta didik yang berbeda latar belakang dalam kondisi untuk saling bekerja, saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif dan belajar untuk menghargai satu sama lain. Maka, untuk dapat merealisasikan hal tersebut dalam metode Pembelajaran kooperatif dibentuk kelompok kooperatif yang heterogen, yang berfungsi untuk penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidak mampuan.

c) Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan utama pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan peserta didik terampilan bekerja sama dan berkolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki dalam masyarakat, karena sebagai manusia kita membutuhkan orang lain dan perlu bekerja sama dengan orang lain.

c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

(13)

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa karakteristik, antara lain: 19

a) Pembelajaran Secara Tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapi tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap peserta didik belajar. semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran di tentukan oleh keberhasilan tim.

Setiap kelompok bersifat heterogen. Artinya kelompok terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang sosial yang berbeda- beda20. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima, sehingga di harapkan setiap anggota dapat memberikan konstribusi terhadap keberhasilan kelompok.

b) Di dasarkan pada manajemen kooperatif

Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi pokok, yaitu :21

1) Fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai

19

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran : Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana Predana Media Grup), hal. 242-244

20 Ibid, hal. 245

(14)

dengan perencanaan pelaksanaan. Maksudnya, pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan,

dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan.

2) Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperaif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif.

3) Fungsi manajemen sebagai pelaksanaan, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah di tentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama.

4) Fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.22

c) Kemauan Untuk Bekerjasama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif di tentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsif kebersamaan atau kerjasama perlu di tekankan pada pembelajaran kooperatif . tanpa kerjasama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang maksimal.23

(15)

d. Kelebihan dan kelemahan pembelajaran Kooperatif :24

Kelebihan pembelajaran kooperatif adalah:

1) Melalui model pembelajaran kooperatif, peserta didik tidak terlalu menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari peserta didik yang lain.

2) Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan, mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. 3) Model pembelajaran kooperatif dapat membantu peserta didik

untuk menhargai orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

4) Model pembelajaran kooperatif dapat memberdayakan setiap peserta didik untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar

5) Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan orang lain, mengembangkan keterampilan, dan sikap positif terhadap sekolah.

6) Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menguji ide dan pemahaman

(16)

sendiri, menerima umpan balik. Peserta didik dapat memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.

7) Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan peserta didik mengelola informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.

8) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan berfikir. Hal ini berguna untuk pendidikan jangka panjang.

Sedangkan kelemahan pembelajaran kooperatif antara lain :25

1) Dalam pembelajaran kooperatif apabila kelompoknya tidak dapat bekerjasama dengan baik dan kompak maka akan terjadi perselisihan karena adanya berbagai perbedaan yang dapat menyebabkan perselisihan.

2) Terkadang ada anggota yang lebih mendominasi kelompok dan ada yang hanya diam, sehingga pembagian tugas tidak merata. 3) Dalam pembelajarannya memerlukan waktu yang cukup lama

sebab harus saling berdiskusi bersama teman-teman lain untuk menyatukan pendapat dan pandangan yang dianggap benar. 4) Karena sebagian pengetahuan didapat dari teman dan yang

menerangkan teman maka terkadang agak sulit dimengerti, sebab pengetahuan terbatas.

(17)

C. Kajian Tentang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and

Share

1. Kakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

a. Definisi Model Pembelajaran Tipe Thik- Pair-Share (TPS)

Think-Pair-Share (TPS) adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang memberi siswa waktu untuk berfikir dan merespons serta saling bantu satu sama lain. Model ini memperkenalkan waktu berfikir atau waktu tunggu yang menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespons pertanyaan. Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) ini relative sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk mengatur tempat duduk maupun mengelompokkan siswa.26 Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya. Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah di jelaskan dan dan dialami. Guru memilih menggunakan think pair share untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan.27

Teknik think pair share adalah teknik yang memberikan pertanyaan atau soal kepada peserta didik untuk mereka pikirkan sendiri-sendiri kurang lebih 2-5 menit (think) kemudian peserta didik diminta untuk mendiskusikan jawaban atau pendapatnya secara berpasangan dengan teman sebangkunya (pair). setelah itu, guru dapat menunjuk satu

26

Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2014), hal. 208

(18)

atau lebih peserta didik untuk menyampaikan pendapatnya atas pertanyaan tersebut ke seluruh peserta didik di kelas (Share). teknik ini di lakukan setelah menyelesaikan pembahasan satu topik selama 10-20 menit. setelah itu di lanjutkan dengan membahas materi berikutnya dengan penerapan cara ini kembali.28

Metode Think Pair and Share (TPS) Pertama kali ini dikembangkan oleh Frang Lyman di Universitas Maryland pada tahun 1981.29

b. Langkah-Langkah Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS)

Dalam Think-Pair-Share (TPS) menggunakan 3 langkah (fase). Yaitu30 :

a) Berfikir (Thinking)

Guru melanjutkan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian akhir.

b) Berpasangan (Pairing)

Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang di sediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang

28 Ameliasari Tauresia Kesuma, Penyusunan PTK itu Gampang, (Erlangga Grub : PT Gelora Aksara Pratama), hal. 13

29

Miftahul Huda, Model-Model Pembelajaran dan Pengajaran (Isu-isu metodis dan

paradigmatis), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hal. 206

(19)

diajukan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

c) Berbagi (Sharing)

Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Think-Pair-Share (TPS) mempunyai 3 langkah yaitu think atau berfikir secara individu, Pair atau berpasangan dan mendiskusikan masalah yang telah di kerjakan secara individu serta Share atau berbagi kepada seluruh anggota temanya.

c. Kelebihan Think-Pair-Share (TPS)

Secara Spesifik kelebihan dari strategi Think-Pair-Share (TPS) adalah:31

1) Mempermudah siswa dalam mengungkapkan pendapat serta gagasannya, sebab terdapat kerjasama (cooperative) antara teman satu dengan teman yang lain.

31 Aninditya Sri Nugraheni, Penerapan Strategi Cooperative Learning : Dalam

(20)

2) Siswa terampil berbicara serta berpasang-pasangan sehingga di harapkan siswa tidak merasa takut ataupun malu serta lupa dengan apa yang akan di samapaikan karena dapat saling mengingatkan. 3) Menumbuhkan semangat kebersamaan atau kersama, tanpa adanya

ketergantungan, sebab siswa berdiskusi secara bergantian, tidak bersama-sama tujuanya adalah untuk memaksimalkan partisipasi siswa.

4) Strategi Think-Pair-Share (TPS) dapat mempertinggi kemampuan siswa untuk berkomunikasi menyampaikan pendapat atau gagasanya secara lisan kepada teman yang lain.

5) Strategi ini dapat dipermudah untuk membantu siswa dalam berpartisipasi aktif sekaligus menambah pengetahuan siswa dalam berdiskusi.

d. Kekurangan Think-Pair-Share (TPS)

Kekurangan atau kelemahan Think-Pair-Share (TPS) antara lain32:

1) Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas. 2) Membutuhkan perhatian khusus dalam menggunakan ruangan kelas. 3) Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu

pengajaran yang berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.

32 Muhammad Thobroni, Belajar dan Pembelajaran : Pengembangan Wacana dan Praktek

(21)

4) Jika ada perselisian tidak ada penengah.

5) Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada siswa yang tidak memiliki pasangan.

6) Saat memerlukan kemampuan atau keterampilan guru, waktu pelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal.

D. Kajian Tentang Hasil Belajar

1. Hakikat Hasil Belajar

a. Definisi Hasil Belajar

Pengertian hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya yaitu “hasil” dan “belajar”. pengertian hasil (Product), yaitu menunjuk pada suatu perolehan akibat di lakukanya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya adanya perubahan perilaku pada individu. 33

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. menurut keller dalam nashar memandang hasil belajar keluaran dari berbagai masukan. Beberapa masukan tersebut menurut keller dapat di bedakan menjadi dua kelompok, masukan pribadi (personal input) dan masukan yang berasal dari lingkungan (environmental inputs).34

Hasil belajar sering kali di gunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai materi yang sudah di

(22)

ajarkan. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada peserta didik yang mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar adalah perbuatan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.35

Hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.36 Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh setelah melalui kegiatan belajar. Dengan belajar seseorang dapat memperoleh suatu perbuatan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dengan interelasi dengan lingkunganya.

Hasil belajar (achievement) merupakan realisasi atau pemakaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang di miliki seseorang. Penguasaan hasil oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian prilaku yang di perlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. di sekolah hasil belajar dapat dilihat dari penguasaan pelajaran atau hasil belajar dalam mata pelajaran tersebut di sekolah

35 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dan Praktek. (Jakarta :prestasi Pustaka, 2007), hal. 100

(23)

di lambangkan dengan angka-angka atau huruf A, B, C pada pendidikan tinggi.37

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberi nilai terhadap hasil-hasil belajar yang di capai siswa dengan kriteria tertentu. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup tiga ranah yaitu aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik.

Menurut Benjamin Bloom mengaplikasi hasil belajar menjadi tiga ranah tersebut. Antara lain :

1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis dan evaluasi. Kedua aspek pertama di sebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat sedang.

2) Ranah afektif. Berkenaan dengan sikap, yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

3) Ranah psikomotorik. Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek psikomotoris, yakni : gerakan refleks, keterampilan gerakan kasar, kemampuan perseptual,keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan

(24)

interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar.38

b. Pentingnya Penilaian hasil Belajar

Menurut Suharsimi, guru maupun pendidik lainnya perlu mengadakan penilaian terhadap hasil belajar peserta didik karena dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan penilaian hasil belajar mempunyai makna yang penting, baik bagi peserta didik, guru maupun sekolah. Adapun makna penilaian bagi ketiga pihak tersebut adalah39 :

1) Makna bagi peserta didik

Dengan di adakanya penilaian hasil belajar, maka peserta didik dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang di sajikan oleh guru. Hasil yang diperoleh peserta didik dari penilaian hasil belajar ini ada dua kemungkinan40 :

a) Memuaskan. jika peserta didik memperoleh hasil yang memuaskan dan hasil itu menyenangkan, tentu kepuasan itu ingin diperolehnya lagi pada kesempatan lain waktu. Akibatnya, peserta didik akan mempunyai motivasi yang cukup besar untuk belajar yang lebih giat, agar lain kali mendapat hasil yanglebih memuaskan. Keadaan sebaliknya dapat juga terjadi, yakni peserta didik susah merasa puas

38 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal.34

39 Eko Putra Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, (Yogyakarta :Pustaka pelajar, 2012), hal.36

(25)

dengan hasil yang diperoleh dan usahanya menjadi kurang gigih untuk lain kali.

b) Tidak memuaskan, jika peserta didik tidak puas dengan hasil yang di peroleh, ia akan berusaha agar lain kali kedaan itu tidak berulang lagi. Maka ia selalu belajar giat. Namun demikian, dapat juga sebaliknya. Bagi peserta didik yang lemah kemauanya, akan terjadi putus asa dengan hasil kurang memuaskan yang telah di terimanya.

2) Makna bagi guru41

Berdasarkan hasil penilaian yang di peroleh, guru akan dapat mengetahui peserta didik manakah yang sudah berhak melanjutkan pelajaranya karena sudah berhasil mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) kopetensi yang diharapkan, maupun mengetahui peserta didik yang belum berhasil mencapai KKM kopetensi yang diharapkan.

Berdasarkan hasil penilaian yang di peroleh ,guru akan dapat mengetahui apakah strategi pembelajaran yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika sebagian besar dari peserta didik memperoleh hasil penilaian yang kurang baik maupun jelek pada penilaian yang di adakan, mungkin hal ini disebabkan oleh strategi atau metode pembelajaran yang kurang tepat. Apabila demikian halnya, maka guru harus intropeksi diri dan mencoba

(26)

mencari strategi lain dalam kegiatan pembelajaran yang di laksanakan.

3) Makna bagi sekolah42

Apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana hasi belajar anak-anak didiknya, maka akan dapat di ketahui pula apakah kondisi belajar maupun kultur akademik yang di ciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum. Hasil belajar peserta didik cermin kualitas suatu sekolah. Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah untuk mengetahui apakah yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar pendidikan sebagaimana di tuntut standar Nasional Pendidikan (SNP) atau belum. Pemenuhan sebagai standar akan terlihat dari bagusnya hasil penilaian belajar peserta didik.

Informasi hasil penilaian yang diperoleh dapat di jadikan sebagai pertimbangan bagi sekolah untuk menyusun berbagai program pendidikan disekolah untuk masa-masa yang akan datang.

(27)

E. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan Model Kooperatif

Tipe Think Pair and Share.

Model pembelajaran Tipe Think-Pair-Share ini diharapkan peserta didik tidak terlalu menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, serta menumbuhkan semangat kebersamaan atau kersama, tanpa adanya ketergantungan, sebab siswa berdiskusi secara bergantian. Sebagai upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IV MI Roudlotul Ulum dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pokok bahasan hijrah ke Thaif, maka peserta didik di libatkan secara aktif dalam pembelajaran, baik dalam pembelajaran individu maupun kelompok.

Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam metode Think Pair and share :43

a) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai. b) Peserta didik diminta untuk berfikir tentang meteri/permasalahan yang

disampaikan guru.

c) Peserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikirannya masing-masing.

d) Guru mempimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.

(28)

e) Berawal dari kegiatan tersebut, mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para peserta didik.

f) Guru memberikan kesimpulan. g) Penutup.

Sedangkan penerapan metode pembelajaran Think Pair and Share dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam diuraikan sebagai berikut :

Tahap penyampaian kompetensi yang akan dicapai, kegiatan ini diawali dengan penyampaian kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik dalam pembelajaran. kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik yaitu mengidentifikasi sebab-sebab Nabi Muhammad hijrah ke Thaif, menceritakan peristiwa hijrah Nabi Muhammad ke Thaif dan meneladani kesabaran Nabi Muhammad SAW.

(29)

Tahap berbagi yaitu dari hasil diskusi kelompok, dipresentasikan oleh tiap kelompok didepan kelas. Peneliti memimpin pleno kecil dan mengarahkan proses diskusi, peserta didik dari kelompok lain dapat memberikan pertannyaan kepada anggota kelompok yang maju didepan kelas. Sehingga peserta didik yang aktif tidak hanya yang sedang presentasi melainkan peserta didik yang mendengarkan juga dapat menanggapi ataupun bertanya.

Tahap penambahan materi atau konsep yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Berawal dari kegiatan berdiskusi, peneliti mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para peserta didik mengenai materi hijrah ke Thaif. Peneliti juga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui peserta didik atau terkait materi yang belum dipahami. Tahap kesimpulan, yaitu peneliti dengan peserta didik menyimpulkan pelajaran yang telah dilaksanakan. Peneliti juga memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk memberikan kesimpulan terkait materi hijrah ke Thaif.

F. Kajian Penelitian Terdahulu

Sebelum adanya penelitian ini, sudah ada penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti yang membahas tentang berbagai mata pelajaran denggan menggunakan metode Think Pair and Share. Diantaranya:

(30)

Tipe Think Pair And Share (TPS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kleas IV MI Thoriqul Huda Komasan Ngunut Tulungagung”. Pada siklus I melalui tiga kali pertemuan, ketuntasan belajar siswa meningkat dari siklus I yaitu pertemuan pertama 10 peserta didik (52%), pertemuan kedua 13 peserta didik (61%) dan pertemuan ketiga menjadi 17 peserta didik (70%) yang telah tuntas. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat lagi pertemuan pertama 21 peserta didik (96%), pertemuan kedua 20 peserta didik (91%), dan pertemuan ketiga meningkat menjadi 22 peserta didik (95%).44

2. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Zulfa Finis Triani dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) untuk Meningkatkan Aktifitas Siswa dan Ketuntasan Belajar Matematika Materi Bangun Ruang pada Siswa Kelas VIII MTsN Aryojeding Rejotangan Tulungagung”. Untuk aktivitas siswa dalam kelompok prosentasinya mengalami kenaikan, yaitu pada siklus I adalah 85% masuk kategori baik, untuk siklus II prosentase naik menjadi 96,9 % masuk pada kategori sangat baik. Sedangkan aktivitas individu siswa per indikator yang mengalami peningkatan dari siklus I dan II yaitu aktivitas diskusi dengan pasangannya masing-masing sebesar 81,25% dan 83,125%, aktivitas pengerjaan tugas siswa berturut-turut 75,625% dan 88,125% dari kategori cukup menjadi sangat baik. Untuk aktivitas

44

Rinda Purwaningsih, Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Pair And Share (TPS)

(31)

betanya dan presentasi mengalami sedikit kenaikan, aktivitas bertanya dari 68,125% naik menjadi 73,125% dan aktivitas presentasi dari 60,625% naik menjadi 73,75% amsuk pada kategori cukup. Aktivitas siswa yang mengalami penurunan adalah perhatian siswa yaitu dari 86,25% menjadi 78,75%. Dengan pembelajaran kooperatif tipe think pair and share ini siswa dapat dilihat dari nilai tes akhir siswa pada siklus I adalah 35 dari 40 siswa dikatakan tuntas belajar atau mencapai rata-rata ketuntasan belajar 87,5%, sedangkan pada siklus II adalah38 dari 40 siswa dikatakan tuntas belajar atau mencapai rata-rata 95% siswa dikatakan tuntas dalam belajar.45

3. Penelitian yang dilakukanolehFinda Nanda sari dengan judul “Pengaruh Model Kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) Terhadap Hasil Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Bangun Datar Segitiga Siswa Kelas VII SMP Islam Gandusari Trenggalek Tahun 2011/2012”. Hasil penelitian dikemukakan sebagai berikut : dengan menggunakan uji t, diketahui nilai t hitung lebih besar daripada tabel yaitu 7,401145 > 2,00315 yang berarti bahwa dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran Think Pair and Share (TPS) terhadap hasil belajar matematika pokok bahasa bangun ruang segitiga

45

(32)

pada siswa kelas VII, sedangkan pengaruh pada perhitungan yang telah dilakukan adalah 8,52% yang berintrepretasi rendah. 46

Dari ketiga uraian penelitian terdahulu yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti akan mengkaji persamaan dan perbedaan antar penelitian terdahulu. Untuk mempermudah pemaparan, maka akan diuraikan dalam tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian

Aspek Penelitian Penelitian Terdahulu 1 2 3 Peneliti Rinda Purwaningsih

Zulfa Finis Triani Finda Nanda sari

Judul Penelitian Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Pair And

Share (TPS)

Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kleas IV MI Thoriqul Huda Komasan Ngunut Tulungagung Penerapan Pembelajaran

Kooperatif tipe Think

Pair and Share

(TPS) untuk

Meningkatkan Aktifitas Siswa dan Ketuntasan Belajar Matematika Materi Bangun Ruang pada Siswa Kelas VIII MTsN Aryojeding Rejotangan

Tulungagung.

Pengaruh Model

Kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) Terhadap Hasil Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Bangun Datar Segitiga Siswa Kelas

VII SMP Islam Gandusari Trenggalek Metode Penelitian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Kuantitatif

Lokasi MI Thoriqul Huda

Komasan Ngunut Tulungagung MTsN Aryojeding Rejotangan Tulungagung SMP Islam Gandusari Trenggalek Subjek Penelitian

Siswa Kelas IV Siswa Kelas VIII Siswa Kelas VII

Pokok Bahasan

IPS Bangun ruang Bangun datar

46Finda Nanda sari, Pengaruh Model Kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) Terhadap

(33)

Fokus Penelitian Hasil Belajar Aktifitas Siswa dan Ketuntasan Belajar Hasil belajar Hasil Penelitian Penelitian ini dengan hasil Pada siklus I melalui

tiga kali

pertemuan, ketuntasan belajar siswa meningkat dari siklus I yaitu pertemuan pertama 10 peserta didik (52%), pertemuan kedua 13 peserta didik (61%) dan pertemuan ketiga menjadi 17 peserta didik (70%) yang telah tuntas. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat lagi pertemuan pertama 21 peserta didik (96%), pertemuan kedua 20 peserta didik (91%), dan pertemuan ketiga meningkat menjadi 22 peserta didik (95%)

Dengan hasil untuk aktivitas siswa dalam kelompok

prosentasinya

mengalami kenaikan, yaitu pada siklus I adalah 85% masuk kategori baik, untuk siklus II prosentase naik menjadi 96,9 % masuk pada kategori

sangat baik.

Sedangkan aktivitas individu siswa per

indikator yang

mengalami

peningkatan dari siklus I dan II yaitu aktivitas diskusi dengan pasangannya masing-masing sebesar 81,25% dan 83,125%, aktivitas pengerjaan tugas siswa berturut-turut 75,625% dan 88,125% dari kategori cukup

menjadi sangat baik. Untuk aktivitas betanya dan presentasi mengalami sedikit kenaikan, aktivitas bertanya dari 68,125% naik menjadi 73,125% dan aktivitas presentasi dari 60,625% naik menjadi 73,75%

amsuk pada kategori cukup. Aktivitas

siswa yang

mengalami

penurunan adalah perhatian siswa yaitu

Dengan hasil dengan menggunakan uji t, diketahui nilai t hitung lebih besar daripada t tabel yaitu 7,401145 > 2,00315 yang berarti bahwa dari hasil

penelitian dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran Think Pair

and Share (TPS)

terhadap hasil belajar

matematika pokok

bahasa bangun ruang segitiga pada siswa kelas VII, sedangkan

pengaruh pada

(34)

dari 86,25% menjadi 78,75%.

Tahun Penelitian 2013 2012 2011

Terdapat perbedaan penelitian yang saya lakukan dengan ketiga penelitian terdahulu tersebut adalah lokasi penelitian saya adalah MI Roudlotul Ulum Jabalsari Tulungagung, subjek penelitian peserta didik kelas IV pelajaran SKI, pokok bahasan hijrah ke thoif, permasalahan penelitian adalah hasil belajar peserta didik. Walaupun terdapat persamaan metode, namun tetap terdapat perbedaan pada lokasi penelitian dan tahun penelitian.

G. Kerangka Pemikiran

(35)

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran

Dalam pembelajaran SKI, selama ini guru masih menerapkan metode ceramah dan tanya jawab. Hal ini mengakibatkan kualitas pembelajaran kurang maksimal dan hasil belajar peserta didik menurun. Dengan permasalahan itu, maka guru hendaknya memilih model dan metode yang tepat guna mendongkrak hasil belajar peserta didik agar dapat mencapai KKM. Salah satu model yang mungkin dapat membantu peserta didik dalam meningkatkan hasil belajar yakni model Kooperatif tipe TPS. Metode Think Pair Share merupakan metode yang cara kerjanya melibatkan peserta didik

Metode ceramah dan tanya jawab Hasil belajar menurun Meningkatkan Hasil Belajar SKI dan Siswa

(36)

Gambar

Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian  Aspek  Penelitian  Penelitian Terdahulu 1 2  3  Peneliti  Rinda  Purwaningsih
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

agama serta menjadi teladan bagi peserta didik, 4) Sholat Tahajud Berjamaah, yang berorientasi kpeningkatan kompetensi guru dalam membantu peserta didik meningkatkan

Jika Dua Unsur Dapat Membentuk Lebih Dari Dua Jenis Senyawa, Dan Jika Massa Salah Satu Unsur Dalam Senyawa –Senyawa Itu Sama.. Pernyataan Diatas Merupakan Definisi Dari

Tanggal periode pernyataan kehendak pemegang saham publik LPPF 21 – 27 September 2011 yang beniat untuk menjual sahamnya. Tanggal perdagangan terakhir saham LPPF sebelum Penggabungan

Setelah didapatkan jumlah/nilai kategori Kano tiap-tiap atribut terhadap semua responden maka dilakukan penetuan kategori Kano dengan menggunakan rumus Baluth’s Formula,

Pada tahap improve, dilakukan pembuatan alternatif- alternatif perbaikan yang sesuai dengan akar permasalahan kritis dari tiap jenis defect.. Diharapkan usulan

Di lingkungan sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, kegiatan pengembangan diri atau ekstrakulikuler amat dibutuhkan oleh siswa-siswi sebagai sarana penyaluran minat

Data juga menunjukkan bahwa tingkat kepemimpinan transformasional dan kinerja karyawan untuk responden dengan lama kerja 3 – 5 tahun masuk dalam kategori tinggi,

adalah realitas yang tidak bisa dihindari. Salah satu diantara kesulitan belajar siswa yaitu pada aspek ”kemandirian belajar”. Apa yang dimaksud kemandirian belajar