• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan karena banyak orang yang merasa tidak percaya diri ketika tersenyum dan berbicara. Mereka yakin bahwa gigi yang putih mampu membuat mereka merasa tampak lebih cantik dan percaya diri (Vanable dan Lo Presti, 2004). Oleh karena itu, dalam dunia kedokteran gigi telah ditemukan solusi yang mudah untuk menanggulangi perubahan warna pada gigi yang saat ini sedang banyak diminati oleh masyarakat yaitu dengan cara pemutihan gigi (bleaching) (Herry, 2006).

Terdapat dua macam metode bleaching yang saat ini dapat dilakukan, yaitu intrakoronal dan ekstrakoronal. Bleaching intrakoronal merupakan metode pemutihan gigi nonvital yang sudah dilakukan perawatan saluran akar dengan meletakkan bahan oksidator kuat dalam kamar pulpa, sedangkan bleaching ekstrakoronal merupakan metode pemutihan gigi vital yang mengalami perubahan warna dengan mengaplikasikan bahan bleaching pada permukaan luar gigi. Secara umum bleaching ekstrakoronal dapat dilakukan secara in-office bleaching yaitu dilakukan oleh dokter gigi di klinik dan home bleaching yaitu dilakukan pasien sendiri di rumah dengan pengawasan dokter gigi (Herry, 2006).

Bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai bahan bleaching menurut Walton dan Torabinejad (2002) antara lain hidrogen peroksida, natrium hipoklorit, natrium perborat, karbamid peroksida, natrium oksiborat dan sebagainya. Bahan bleaching intrakoronal yang sering digunakan adalah natrium perborat dan

(2)

hidrogen peroksida. Sedangkan bahan bleaching ekstrakoronal adalah karbamid peroksida dan hidrogen peroksida.

Sampai saat ini diketahui hidrogen peroksida sebagai bahan bleaching tersedia dalam 2 bentuk, yaitu berupa cairan dan gel. Hidrogen peroksida dalam bentuk cair merupakan zat berbentuk cairan yang jernih, sangat tidak stabil, tidak berbau dan bersifat asam. Hidrogen peroksida dalam bentuk gel merupakan bahan pemutih yang dicampurkan dengan beberapa bahan tambahan seperti potasium nitrat yang berfungsi untuk menurunkan sensitivitas gigi dan fluoride yang berfungsi sebagai pencegah karies dan penguat email gigi. Seluruh bahan tersebut dicampur menggunakan alat yang disebut mix syringe (Anonim, 2014). Dipasaran, hidrogen peroksida bentuk gel tersedia dalam berbagai merk seperti opalescense, everbrite dan sebagainya.

Konsentrasi hidrogen peroksida yang digunakan sebagai bahan bleaching tersedia dari konsentrasi rendah hingga tinggi. Namun saat ini di klinik kedokteran gigi, hidrogen peroksida yang sering digunakan adalah konsentrasi 40%. Hidrogen peroksida dengan konsentrasi 40% merupakan konsentrasi tinggi sehingga dalam pemakaiannya harus berhati-hati karena bersifat kaustik dan sangat mengiritasi jaringan lunak, sehingga dibutuhkan alat untuk melindungi jaringan lunak pada saat pengaplikasian yang disebut opaldam. Daerah yang terkontak langsung dengan hidrogen peroksida harus segera dicuci dengan air.

(Herry, 2006; Anonim, 2014).

Mekanisme reaksi hidrogen peroksida dalam pemutihan gigi sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun diduga terjadi penetrasi hidrogen peroksida

(3)

(H2O2) ke dalam email dan dentin. H2O2 akan dipecah menjadi air (H2O) dan ion Onasen (On) yang kemudian akan mengoksidasi pigmen-pigmen gigi melalui reaksi oksidasi dan reduksi sehingga gigi tampak lebih putih (Haywood dan Heymann, 1991). Pendapat lain yang dikemukakan oleh Goldstein dan Garber (1995), bahwa hidrogen peroksida akan menghasilkan radikal bebas yang berpenetrasi kedalam email dan dentin dan memutus ikatan rantai panjang molekul kromofor menjadi molekul-molekul yang lebih kecil. Molekul-molekul yang lebih kecil tersebut dapat berdifusi ke dalam email dan dentin, sehingga memberi efek pemutihan pada gigi. Namun efek pemutihan gigi ini tergantung dari besarnya konsentrasi, durasi, jumlah dan lama aplikasi dari bahan bleaching yang berkontak dengan molekul stain gigi.

Konsentrasi hidrogen peroksida mempengaruhi keberhasilan prosedur bleaching dan berhubungan dengan durasi dan lama aplikasi (Gursoy dkk., 2008).

Produk dengan konsentrasi yang sama tapi berbeda bahan aktifnya akan memberi reaksi berbeda pada jaringan keras gigi (Miranda dkk., 2005). Tetapi hasil akhirnya (pemutihan) adalah sama. Howell (1981) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa terjadi peningkatan secara progresif perubahan warna gigi menjadi lebih putih setelah perawatan bleaching yang berulang selama 1 tahun dengan cara mengevaluasi setiap bulannya. Hal ini membuktikan bahwa prosedur bleaching membutuhkan pengulangan agar pemutihan gigi dapat berhasil sesuai

keinginan pasien.

Pengulangan prosedur bleaching harus dilakukan dengan hati-hati karena bahan bleaching dapat meningkatkan sensitivitas pada gigi terutama bahan

(4)

bleaching dengan konsentrasi tinggi (Boksman, 2006). Oleh karena itu, dalam

setiap kemasan produk bahan bleaching terdapat aturan pakai dimana terdapat maksimum durasi dan lama pengaplikasian agar menghindari resiko yang dapat ditimbulkan. Bahan bleaching hidrogen peroksida konsentrasi 40% dalam aturan pemakaianya disebutkan bahwa dapat dilakukan pengulangan aplikasi hingga 2-3 kali pengolesan agar hasil pemutihan lebih optimal, namun tidak boleh lebih dari 3 kali dalam satu kunjungan. Sekali pengolesan dibutuhkan waktu selama 20 menit, kemudian dibersihkan. Sehingga maksimum lama pengaplikasian (3 kali pengolesan) adalah 60 menit (Anonim, 2014). Karena apabila pengaplikasian melebihi 3 kali, maka akan sampai pada kondisi yang disebut over bleaching, yaitu keadaan dimana bahan bleaching akan menyebabkan matriks email terdegradasi (Pretty dkk., 2005).

Disamping dampak positif yang ditimbulkan hidrogen peroksida sebagai pemutih gigi, hidrogen peroksida juga memiliki dampak negatif terhadap email dan dentin gigi. Hidrogen peroksida merupakan bahan oksidator kuat yang dapat menyebabkan denaturasi protein serta hilangnya kalsium dan fosfor pada komponen anorganik gigi (Jacob dan Kumar, 2007). Hal ini menyebabkan dentin lebih rentan akan pengaruh bahan bleaching karena berkurangnya mineral dan material anorganik, sehingga dapat meningkatkan sensitivitas pada gigi (Sprydes dkk., 2000)

Pada umumnya didalam rongga mulut sering ditemukan gigi yang sudah dilakukan suatu restorasi. Sehingga pada saat dilakukan bleaching, bahan bleaching juga akan berkontak dengan bahan restorasi tersebut. Terdapat berbagai

(5)

macam jenis restorasi digunakan dalam klinik kedokteran gigi. Salah satunya adalah resin komposit. Resin komposit adalah restorasi sewarna gigi yang digunakan karena estetiknya yang bagus dan sesuai dengan warna alami gigi (Baum dkk., 1997). Resin komposit diperkenalkan dalam kedokteran gigi pada awal tahun 1960, dan saat ini sudah sangat luas digunakan sebagai bahan tumpatan yang mementingkan estetik (Powers dan Sakaguchi, 2006). Bahan ini juga digunakan karena bebas merkuri, tidak menghantarkan panas dan memiliki ikatan adhesif yang baik dengan struktur gigi (Jordan dan Suzuki, 1991; O’Brien, 2002).

Dewasa ini resin komposit sering digunakan untuk merestorasi lesi karies, mengganti struktur gigi yang hilang, memodifikasi warna dan bentuk gigi sehingga menambah estetika dan dapat mengembalikan fungsinya (Powers dan Sakaguchi, 2006). Resin komposit dibentuk oleh tiga komponen utama yaitu matriks resin, partikel bahan pengisi dan coupling agent. Berdasarkan ukuran partikel dan jenis bahan pengisinya, resin komposit dapat diklasifikasikan menjadi resin komposit makrofil (konvensional), resin komposit mikrofil, dan resin komposit hibrida.

Resin komposit hibrida merupakan resin komposit kombinasi bahan partikel makro dan mikro yang digabungkan untuk mengoptimalkan kekuatan dan kehalusan permukaan sebagai bahan tumpatan. Resin komposit hibrida saat ini sering digunakan karena penyerapan airnya yang rendah, shrinkage minimal, compressive strength yang tinggi dan kehalusan permukaannya yang lebih baik dari jenis resin komposit berbahan mikro. Oleh karena itu, resin komposit hibrida

(6)

dapat digunakan sebagai bahan tumpatan gigi posterior maupun anterior (Annusavice, 2003).

Resin komposit yang digunakan sebagai bahan restorasi gigi juga memiliki dampak apabila berkontak dengan bahan bleaching. Dampak yang ditimbulkan bisa saja merugikan keawetan restorasi resin komposit. Diduga hal ini dikarenakan terdapat sisa agen hidrogen peroksida (H2O2) sebagai bahan bleaching yang tidak bereaksi sempurna menempel pada email dan dentin, sisa

agen ini disebut sebagai residu H2O2. Residu H2O2 dapat mengganggu polimerisasi resin komposit terhadap gigi (Paul dkk., 2007; Dabas dkk., 2011;

Danesh-Sani, 2011).

Gangguan polimerisasi dapat mengakibatkan penurunan kekuatan pelekatan resin komposit pasca bleaching. Pelekatan resin yang kurang baik mengakibatkan terbentuknya celah pada interfasial restorasi dan dinding kavitas yang disebut sebagai kebocoran mikro. Hal ini dapat mempengaruhi keawetan restorasi (Cavalli dkk., 2005; Polydorou dkk., 2007; Hubbezoglu dkk., 2008).

Bahan bleaching hidrogen peroksida dapat menyebabkan larutnya material anorganik pada email dan dentin akibat denaturasi protein. Perubahan mikrostruktur pada email dan dentin yang terjadi dapat menyebabkan penurunan kekuatan pelekatan antara resin komposit dengan gigi. Hal ini menyebabkan terbentuknya celah pada interfasial gigi dan restorasi resin komposit yang disebut juga sebagai kebocoran mikro (Perdiago dkk., 1998; Jacob dan Kumar, 2007;

Sartori dkk., 2009).

(7)

Terdapat penelitian terdahulu yang mengemukakan terjadinya penurunan kekuatan pelekatan resin komposit 2 minggu pasca perawatan bleaching sehingga mengakibatkan kebocoran mikro (Cullen dkk., 1993; Sung dkk., 1999). Penelitian Wisithprom (2011) mengemukakan adanya peningkatan kebocoran mikro pada resin komposit mikrohibrida pasca pengaplikasian karbamid peroksida 10%

selama 1, 7, 14 dan 28 hari. Terlihat kebocoran mikro lebih besar pada gigi yang diaplikasikan karbamid peroksida 10% selama 28 hari. Penelitian ini menunjukkan bahwa kemungkinan lama pengaplikasian berpengaruh pada besarnya kebocoran mikro yang terjadi. Namun belum terdapat penelitian yang menunjukkan besarnya kebocoran mikro yang diakibatkan bahan bleaching hidrogen peroksida 40% dengan perbedaan lama pengaplikasian 20 menit dan 60 menit pada resin komposit hibrida, sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

Dalam aturan pemakaiannya, dibutuhkan waktu 20 menit dalam sekali pengaplikasian hidrogen peroksida 40%. Aplikasi dapat diulang 2-3 kali namun tidak boleh lebih dari 3 kali (Anonim, 2013). Apabila sekali pengaplikasian adalah selama 20 menit maka maksimum pengaplikasian (3 kali pengolesan) adalah selama 60 menit, oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan lama aplikasi 20 menit sebagai waktu minimum dan 60 menit sebagai waktu maksimum.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas timbul permasalahan : apakah terdapat pengaruh lama aplikasi bahan bleaching hidrogen peroksida 40% terhadap kebocoran mikro restorasi resin komposit hibrida.

(8)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama waktu aplikasi bahan bleaching hidrogen peroksida 40% terhadap kebocoran mikro restorasi resin komposit hibrida.

D. Keaslian Penelitian

Terdapat penelitian sebelumnya oleh Rahmat dkk (1997), mengevaluasi dampak negatif bahan bleaching hidrogen peroksida 30% dan sodium perborat yang menyebabkan kebocoran mikro resin komposit hibrida. Tingkat kebocoran mikro tertinggi didapatkan setelah pengaplikasian selama 7 hari.

Penelitian lain oleh Wisithprom (2011), mengevaluasi terjadinya peningkatan kebocoran mikro pada aplikasi bahan bleaching karbamid peroksida 10% selama 1, 7, 14 dan 28 hari. Kebocoran mikro meningkat secara signifikan pada pengaplikasian selama 28 hari.

Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa terdapat perbedaan dari penelitian ini. Penelitian ini menggunakan bahan bleaching yang berbeda, yaitu hidrogen peroksida 40%, dan lama pengaplikasian yang berbeda, yaitu 20 menit dan 60 menit.

E. Manfaat Penelitian

1. Referensi pengetahuan dan pertimbangan klinis bagi dokter gigi untuk melakukan pemutihan gigi menggunakan bahan hidrogen peroksida konsentrasi 40% pada pasien dengan restorasi resin komposit hibrida.

(9)

2. Sebagai sumber informasi ilmiah yang dapat berguna dalam bidang kedokteran gigi pada khususnya dan dunia ilmu pengetahuan pada umumnya.

3. Sebagai dasar acuan untuk penelitian lebih lanjut.

Referensi

Dokumen terkait

Work family conflict berpengaruh terhadap stres kerja dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wirakristama (2011) bahwa konflik peran ganda berpengaruh

Proses ini akan menghasilkan hasil dari sebuah klasifikasi pada dokumen rekam medis untuk digunakan proses informasi ekstraksi teks kedalam database yang akan

20 Tahun 2001 Tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing yakni dalam rangka lebih mempercepat peningkatan dan perluasan kegiatan

Sesuai dengan landasan teoritis dan kerangka konseptual maka bentuk penyajian pada Silat Song-song pada upacara perkawinan di Kabupaten Aceh Tamiang dikelompokkan

Peubah biologi yang diamati meliputi: 1) lama waktu perkembangan yang dibutuhkan sejak telur diletakkan oleh imago betina sampai menetas menjadi nimfa instar

Kenyataan ini dapat menjadi peluang bagi Institusi Pendidikan untuk menyelenggarakan proses pembelajaran dengan memanfaatkan perangkat bergerak sebagai media atau yang

KIMIA BILL PROF... OTOMOTIF

strain BT3CL (Perlakuan P1) 23,08% berbeda nyata (P<0,05) lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan P0 (30%), sedangkan tekstur daging itik bali betina yang diberi