• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PEMANEN KELAPA SAWIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PEMANEN KELAPA SAWIT"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PEMANEN

KELAPA SAWIT

(Kasus : Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari, Desa Sungai Sarik, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten

Kampar, Provinsi Riau)

SKRIPSI

OLEH :

JOHAN MAREZA ILHAM GINTING 160304080

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PEMANEN

KELAPA SAWIT

(Kasus : Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari Desa Sungai Sarik, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten

Kampar, Provinsi Riau)

SKRIPSI

OLEH :

JOHAN MAREZA ILHAM GINTING 160304080

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Johan Mareza Ilham Ginting (160304080) dengan judul penelitian

“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Pemanen Kelapa Sawit (Kasus : Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari, Desa Sungai Sarik, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau)”.

Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan produktivitas tenaga kerja pemanen kelapa sawit dan menganalisis pengaruh usia, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, gaji, premi, dan sarana pendukung terhadap produktivitas tenaga kerja pemanen kelapa sawit. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda dengan alat bantu SPSS. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa produktivitas tenaga kerja pemanen kelapa sawit masuk kedalam kategori relatif tinggi, karena hasil panen kelapa sawit yang dicapai melebihi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Hasil estimasi regresi berganda menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja pemanen kelapa sawit dipengaruhi secara nyata oleh usia, pengalaman bekerja, dan premi sedangkan faktor tingkat pendidikan, gaji dan sarana pendukung tidak berpengaruh secara nyata.

Kata Kunci : Produktivitas, Tenaga Kerja Pemanen Kelapa Sawit.

(6)

ABSTRACT

Johan Mareza Ilham Ginting (160304080) study entitled is “The Affecting Factors of The Productivity of Palm Oil Harvesting Labour (Case : Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari, Desa Sungai Sarik, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau)”. This study was supervised by Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec as the head of supervisor commission and Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si the member of supervisor commission.

The aim of this study was to describe the productivity of palm oil harvesting labour and to analyze the age impact, education level, working experience, wage, bonus, and supporting facilities toward the productivity of palm oil harvesting labour. The analysis method of this study was the descriptive method and multiple linear regression analysis with the help of SPSS. The study result concludes that the productivity of palm oil harvesting labour categorized as relatively high, inasmuch as the achieved palm oil harvesting result surpass the company standard which has been determined by the company it self. The estimation results of the multiple regression showed that the productivity of palm oil harvesting labour significantly influenced by age, working experience, and bonus whilst the education level, wage and supporting facilities are not having real influence.

Keywords : Productivity, Palm Oil Harvesting Labour.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Johan Mareza Ilham Ginting, lahir di Kota Medan, Sumatera Utara pada tanggal 5 Maret 1999. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, Putra dari Bapak Johannes Albert Ginting, S.E dan Ibu Herny Widiyanti, S.E.

Pendidikan formal yang pernah diikuti penulis sebagai berikut : 1. Tahun 2004-2010 di SD Negeri 029 Pandau Jaya 2. Tahun 2010-2013 di SMP Negeri 13 Pekanbaru 3. Tahun 2013-2016 di SMA Negeri 9 Pekanbaru

4. Tahun 2016 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur SBMPTN Kegiatan yang pernah diikuti penulis selama masa perkuliahaan antara lain

sebagai berikut :

1. Anggota Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

2. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Perkebunan Tambunan, Kec. Salapian, Kab. Langkat, Prov. Sumatera Utara

3. Melakukan Penelitian Skripsi di Perkebunan Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari, Desa Sungai Sarik, Kec. Kampar Kiri, Kab. Kampar, Prov. Riau

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Pemanen Kelapa Sawit (Kasus : Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari Desa Sungai Sarik, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau)”. Yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua Orang Tua penulis, Johannes Albert Ginting, S.E dan Herny Widiyanti, S.E untuk restu, dan pengorbanan serta kasih sayang yang tidak pernah putus kepada penulis.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segenap kerendahan hati izinkan penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum. Selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Ir. Hasanuddin, MS. Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. Selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sekaligus menjadi Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, memberikan saran yang membangun dan memotivasi penulis dengan penuh

(9)

semangat tanpa mengenal lelah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si. Selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan kesediaan waktu dalam membimbing, mengarahkan dan memberikan kemudahan serta memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan dan Emalisa, S.P, M.Si. Selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, khususnya di Program Studi Agribisnis yang telah memberikan ilmu - ilmu yang bermakna bagi penulis untuk menjadi bekal penulis di masa yang akan datang.

7. Seluruh Staf dan Pegawai di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, khususnya di Progran Studi Agribisnis yang telah membantu penulis dalam memudahkan urusan administrasi akademik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh instansi yang terkait dengan penulisan skripsi ini yang telah meluangkan waktu dan kesempatannya untuk membantu penulis dalam mengumpulkan data demi kesempurnaan penelitian penulis.

9. Teman - teman seperjuangan Fakultas Pertanian stambuk 2016 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak direpotkan, dalam memberikan motivasi, meluangkan waktu kepada penulis selama masa perkuliahan sampai penulisan skripsi ini.

(10)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis menyampaikan terima kasih dan berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

Medan, Januari 2021

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Tinjauan Pustaka ... 8

2.2 Landasan Teori ... 10

2.2.1 Produktivitas Tenaga Kerja ... 10

2.2.2 Pengukuran Produktivitas Tenaga Kerja ... 11

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja ... 12

2.3 Penelitian Terdahulu ... 15

2.4 Kerangka Pemikiran ... 17

2.5 Hipotesis Penelitian ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 20

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 20

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 20

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 20

3.4 Metode Analisis Data ... 21

3.5 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 21

3.5.1 Uji Normalitas ... 21

3.5.2 Uji Multikolinieritas ... 22

3.5.3 Uji Heteroskedastisitas ... 22

3.6 Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit) ... 23

2

(12)

3.6.2 Uji Serempak (Uji F) ... 23

3.6.3 Uji Parsial (Uji - t) ... 24

3.7 Definisi dan Batasan Operasional ... 24

3.7.1 Definisi ... 24

3.7.2 Batasan Operasional ... 25

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 26

4.1 Gambaran Umum Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari Desa Sungai Sarik Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau ... 26

4.2 Letak Geografis Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari Desa Sungai Sarik Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau ... 27

4.3 Karakteristik Responden ... 28

4.3.1 Status ... 28

4.3.2 Jumlah Tanggungan ... 28

4.3.3 Usia ... 29

4.3.4 Tingkat Pendidikan ... 30

4.3.5 Pengalaman Bekerja ... 31

4.3.6 Gaji ... 31

4.3.7 Premi ... 32

4.3.8 Sarana Pendukung ... 33

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

5.1 Produktivitas Tenaga Kerja Pemanen Kelapa Sawit ... 34

5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Pemanen Kelapa Sawit pada Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari Desa Sungai Sarik Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar ... 34

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

6.1 Kesimpulan ... 47

6.2 Saran ... 47 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 Penduduk yang Bekerja di Subsektor Perkebunan Menurut

Provinsi Tahun 2017 – Februari 2018 3

3.1 Jumlah Karyawan Pelaksana Kelompok Tani Setingkai Maju

Lestari 20

4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pernikahan 28 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan 28

4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Usia 29

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 30 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Bekerja 31

4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Gaji 31

4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Premi 32

4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Sarana Pendukung 33

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Skema Kerangka Pemikiran 18

5.1 Hasil Uji Hetrokedastisitas 38

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Karakteristik Tenaga Kerja Pemanen Kelapa Sawit Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari Desa Sungai Sarik Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau

2 Gaji dan Premi Tenaga Kerja Pemanen Kelapa Sawit Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari Desa Sungai Sarik Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau

3 Produktivitas Tenaga Kerja Pemanen Kelapa Sawit Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari Desa Sungai Sarik Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau

4 Hasil Uji Asumsi Klasik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Pemanen Kelapa Sawit Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari Desa Sungai Sarik Kecamatan Kampar Kiri , Kabupaten Kampar, Provinsi Riau

5 Hasil Uji Goodness of Fit Test Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Pemanen Kelapa Sawit Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari Desa Sungai Sarik Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia.

Kelapa sawit juga salah satu komoditas ekspor Indonesia yang cukup penting sebagai penghasil devisa negara selain minyak dan gas. Indonesia merupakan negara produsen dan eksportir kelapa sawit terbesar dunia (BPS – Statistic Indonesia, 2015).

Gambar 1.1 Luas Lahan Kelapa Sawit Menurut Kepemilikan

Sumber : Pusat Data Dan Sistem Informasi Pertanian,2019

Lahan perkebunan sawit rakyat tumbuh paling kencang, yaitu lebih dari 94,02% sepanjang periode 1980-2019 atau rata-rata sebesar 2,41% per tahun.

Luas lahan sawit terbesar dikuasai oleh perkebunan besar swasta, yakni lebih dari 8 ribu ha atau sekitar 55% dari total. Jumlah lahan sawit perkebunan besar swasta tumbuh lebih dari 4.700% atau 122% per tahun. Adapun lahan sawit milik perkebunan besar negara hanya bertambah 218% dalam empat dekade terakhir atau sekitar 5,5% per tahun (Kementrian Pertanian, 2019).

Dalam suatu organisasi, baik itu milik pemerintah , swasta, maupun rakyat selalu berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan untuk mencapainya dibutuhkan faktor - faktor produksi yang memadai. Diantara faktor produksi

(17)

2

tersebut, manusia sebagai faktor tenaga kerja merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan suatu kerjasama untuk mencapai tujuan. Sumber daya manusia digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa terdiri dari berbagai faktor seperti, tenga kerja, tanah, modal termasuk mesin, peralatan, bahan mentah, tenaga listrik, kemajuan teknologi, dan lain - lain. Namun diantara semua faktor produksi tersebut, sumber daya manusia memegang peranan utama dalam peningkatan produksi, karena alat produksi dan teknologi pada hakekatnya adalah hasil karya manusia (William, dkk, 2013).

Melihat kenyataan yang ada bahwa tenaga kerja melalui segala bentuknya, potensinya merupakan faktor utama pembentukan keunggulan dan sekaligus menjadi kunci kemajuan suatu perusahaan. Oleh karena itu, tenaga kerja menajadi sangat penting bagi usaha tersebut sehingga harus diperhatikan segala faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja (Sinungan, 2007).

(18)

Tabel 1.1. Penduduk yang Bekerja di Subsektor Perkebunan Menurut Provinsi Tahun 2017 – Februari 2018

Tahun

No Provinsi 2017 2018

Februari Agustus Februari

1 Aceh 409.621 345.466 481.722

2 Sumatera Utara 1.488.719 1.275.067 1.423.453

3 Sumatera Barat 346.928 283.055 310.915

4 Riau 973.572 922.168 958.220

5 Jambi 683.459 669.207 638.071

6 Sumatera Selatan 1.495.585 1.450.029 1.398.434

7 Bengkulu 339.673 326.460 335.848

8 Lampung 923.574 786.628 883.219

9 Bangka Belitung 188.476 175.343 173.819

10 Kepulauan Riau 37.259 18.238 24.366

11 DKI Jakarta - 5.886 -

12 Jawa Barat 198.931 193.260 211.418

13 Jawa Tengah 374.204 542.989 417.822

14 D.I Yogyakarta 26.309 27.583 6.029

15 Jawa Timur 612.857 1.445.610 660.851

16 Banten 39.477 39.194 19.565

17 Bali 63.163 81.383 69.411

18 NTB 54.544 194.294 27.050

19 NTT 136.263 307.289 151.895

20 Kalimantan Barat 722.182 805.613 834.834

21 Kalimantan Tengah 355.465 263.786 292.235

22 Kalimantan Selatan 350.934 265.649 289.169

23 Kalimantan Timur 124.087 137.587 122.348

24 Kalimantan Utara 18.887 21.968 12.783

25 Sulawesi Utara 133.915 82.392 122.848

26 Sulawesi Tengah 353.367 295.282 255.524

27 Sulawesi Selatan 269.522 308.897 279.177

28 Sulawesi Tenggara 249.282 220.061 252.683

29 Gorontalo 18.757 26.154 23.286

30 Sulawesi Barat 117.746 166.750 128.712

31 Maluku 60.354 51.597 47.952

32 Maluku Utara 129.479 128.412 128.318

33 Papua Barat 6.706 10.530 12.354

34 Papua 37.002 22.889 51.101

Indonesia 11.313.299 11.895.716 11.045.432 Sumber : Pusat Data Dan Sistem Informasi Pertanian,2019

Tenaga kerja sebagai sumber daya aktif merupakan salah satu faktor bagi kelancaran suatu proses produksi dalam suatu perusahaan atau organisasi.

(19)

4

Keberadaan tenaga kerja dalam menjalankan aktivitasnya, seharusnya didukung oleh sarana dan prasarana serta bentuk manajemen yang baik dan manusiawi, agar tenaga kerja tersebut dapat bekerja dengan baik dan sesuai dengan harapan perusahaan tanpa rasa kecewa, ketidakpuasan dan kecemasan. Tenaga kerja sebagai faktor produksi mempunyai arti yang besar. Karena semua kekayaan alam tidak berguna bila tidak dieksploitasi oleh manusia dan diolah oleh buruh. Alam telah memberikan kekayaan yang tidak terhitung, tetapi tanpa usaha manusia semua akan tersimpan (Sari, 2016).

Produktivitas tenaga kerja merupakan suatu ukuran sampai sejauh mana manusia atau angkatan kerja dipergunakan dengan baik dalam suatu proses produksi untuk mewujudkan hasil (output) yang diinginkan. Oleh karena itu, dibutuhkan tenaga kerja yang professional atau kompetitif supaya perusahaaan dapat melakukan aktivitasnya secara maksimal, meskipun semua peralatan modern yang diperlukan telah tersedia. Tenaga kerja diharapkan dapat bekerja lebih produktif dan profesional dengan didorong oleh rasa aman dalam melakukan segala aktivitasnya. Untuk meningkatkan produktivitas para tenaga kerja, maka diperlukan penghargaan serta pengakuan keberadaan para tenaga kerja tersebut (Haryadi, dkk, 2018).

Dalam mencapai tujuan perusahaan/organisasi yaitu meningkatnya produktivitas, karyawan bukan hanya sebagai objek tetapi juga sebagai subjek (pelaku). Karyawan/Pegawai adalah seorang pekerja tetap yang bekerja dibawah perintah orang lain yang mendapatkan kompensasi serta jaminan dan setiap yang bekerja menjual tenaganya kepada suatu perusahaan dan mendapatkan balas jasa sesuai peraturan atau perjanjian. Karyawan dapat menjadi perencana, pelaksana

(20)

dan pengendali yang selalu berperan aktif dalam pencapaian tujuan perusahaan, serta mempunyai pikiran, perasaan dan keinginan yang dapat mempengaruhi sikapnya terhadap pekerjaan. Karyawan memberikan kontribusi kepada perusahaan berupa kemampuan, keahlian dan keterampilan yang dimiliki, sedangkan perusahaan diharapkan memberikan imbalan dan penghargaan kepada karyawan secara adil sehingga dapat memberikan kepuasan. Dan akhirnya karyawan tersebut mampu meningkatkan produktivitas kerjanya dalam pencapaian tujuanperusahaan (Manurung, 2012).

Di era industri 4.0 ini menuntut pengembangan teknologi di berbagai industri termasuk pada sektor pertanian/perkebunan, sehingga dapat mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja karena tergantikan oleh mesin atau teknologi. Namun, pada sektor perkebunan terkhusus pada kegiatan pemanenan, peran manusia atau tenaga kerja belum dapat tergantikan oleh mesin maupun teknologi. Sehingga manusia masih menjadi faktor utama dalam meningkatkan produksi kelapa sawit nasional, maka dari itu sangat penting bagi suatu perusahaan untuk mengukur produktivitas tenaga kerjanya.

Terkait dengan pencapaian produktivitas yang baik, maka manajemen perlu memperhatikan faktor – faktor apa sajakah yang dapat meningkatkan dan mempertahankan produktivitas kayawannya. Sebab produktivitas tidak serta merta timbul tanpa adanya rencana yang baik dari manajemen untuk mewujudkannya (Thamrin, dkk, 2014).

Perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau terdiri dari perkebunan rakyat, perkebunan swasta dan perkebunan milik pemerintah. Salah satu perkebunan kelapa sawit milik rakyat adalah Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari, Desa

(21)

6

Sungai Sarik yang berada di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari merupakan perkebunan rakyat, sehingga dalam memproduksi hasil perkebunannya, tidak hanya menggunakan banyak sarana produksi, seperti pupuk, pestisida, tenaga kerja dan lainnya, tetapi sudah memiliki manajemen yang mengatur sistem produksi kelapa sawit, serta penggunaan tenaga kerja.

Dalam manjalankan aktivitasnya, perusahaan dituntut untuk melakukan penempatan karyawan dengan baik dengan memperhatikan kriteria- kriteria yang telah ada seperti pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan tuntutan pekerjaan serta yang lainnya, sehingga timbul timbal balik yang baik pula terhadap perusahaan yaitu produktivitas kerja karyawan akan meningkat. Bahwa penempatan karyawan yang benar bermanfaat, diantaranya mencegah tingginya angka keluar masuk karyawan, keselamatan karyawannya terjaga, tidak menimbulkan konflik, semangat dan kegairahan kerja, prestasi kerja yang tinggi, produktivitas meningkat dan lain sebagainya.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana produktivitas tenaga kerja pemanen kelapa sawit di Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari, Desa Sungai Sarik, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau ?

2. Bagaimana pengaruh faktor sosial ekonomi (usia, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, gaji, premi, dan sarana pendukung) terhadap

(22)

produktivitas tenaga kerja pemanen kelapa sawit di Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari, Desa Sungai Sarik, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis produktivitas tenaga kerja pemanen kelapa sawit di Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari, Desa Sungai Sarik, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

2. Untuk menganalisis pengaruh faktor sosial ekonomi (usia, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, gaji, premi, dan sarana pendukung) terhadap produktivitas tenaga kerja pemanen kelapa sawit di Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari, Desa Sungai Sarik, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan masukan dan referensi bagi Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari dalam mengetahui produktivitas tenaga kerja pemanen kelapa sawit dan apa saja faktor yang mempengaruhinya.

2. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah dan Instansi terkait lainnya dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerjanya, terkhusus pada tenaga kerja pemanen kelapa sawit.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi yang dapat menambah bahan kajian teori untuk peneliti selanjutnya.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN,DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Manajemen sumber daya manusia diperlukan untuk meningkatkan efektivitas sumber daya manusia dalam organisasi. Tujuannya adalah memberikan kepada organisasi satuan kerja yang efektif. Untuk mencapai tujuan ini, studi tentang manajemen personalia akan menunjukkan bagaimana seharusnya perusahaaan mendapatkan, mengembangkan, mengevaluasi dan memelihara karyawan dalam jumlah (kuantitas) dan tipe (kualitas) yang tepat. Manajemen sumber daya adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer, dan tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Bagian unit yang biasa mengurusi SDM adalah Departemen Sumber Daya Manusia atau dalam bahasa inggris disebut HRD atau Human Resource Departement. Manajemen sumber Daya Manusia adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan dengan orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya (Stoner, 2005).

Sumber Daya Manusia (SDM) dalam konteks bisnis merupakan orang yang bekerja dalam suatu organisasi yang sering pula disebut karyawan. SDM merupakan aset paling berharga dalam perusahaan, tanpa manusia maka sumber daya perusahaan tidak akan dapat mengahasilkan laba atau menambah nilainya sendiri. Manajemen SDM didasari pada suatu konsep bahwa setiap karyawan

(24)

adalah manusia, bukan mesin, dan bukan semata menjadi sumber daya bisnis.

Manajemen Sumber Daya Manusia –untuk selanjutnya disebut MSDM berkaitan dengan kebijakan dan praktik-praktik yang perlu dilaksanakan oleh manajer, mengenai aspek-aspek SDM dari Manajemen Kerja (Taufiqurokhman, 2009).

Sumber produktivitas kerja adalah manusia sebagai tenaga kerja, baik secara individual maupun secara kelompok, yang sepenuhnya terarah pada upaya mencari cara yang memungkinkan manusia meningkatkan produktivitasnya dalam bekerja, terutama berkenaan dengan peningkatan kualitas dalam melaksanakan pekerjaannya (Halimah, 2014).

Menurut (Halimah, 2014) produktivitas kerja karyawan memiliki pengaruh pada tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Maka dari itu setiap perusahaan harus melakukan pengukuran pada produktivitas kerja karyawan. Untuk dapat mengevaluasi para karyawan secara objektif dan akurat kita harus mampu mengukur tingkat produktivitas kerja mereka.

Menurut (Halimah, 2014) tentang pengukuran produktivitas kerja, berpendapat bahwa cara pengukuran produktivitas kerja perlu mempertimbangkan hal- hal sebagai berikut:

a.Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan

Pengukuran kuantitatif melibatkan perhitungan dari proses atau pelaksanaan kegiatan. Hal ini berkaitan dengan jumlah keluaran (output) yang dihasilkan.

b.Kualitas, yaitu mutu yang dihasilkan

Pengukuran kualitatif keluaran (output) menceriminkan “tingkat kepuasan”, yaitu seberapa baik penyelesaian dari suatu pekerjaan.

(25)

10

c.Ketepatan waktu, yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang telah direncanakan Pengukuran ketepatan waktu merupakan jenis khususdari pengukuran kuantitatif yang menentukan ketepatan waktu penyelesaian suatu kegiatan.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Produktivitas Tenaga Kerja

Produktivitas kerja berasal dari bahasa inggris, product: result, outcome berkembang menjadi kata productive, yang berarti menghasilkan, dan productivity: having the ability make or kreate, creative. Perkataan itu dipergunakan di bahasa Indonesia menjadi produktivitas yang berarti kekuatan atau kemampuan menghasilkan sesuatu, karena dalam organisasi. Kerja yang akan dihasilkan adalah perwujudan tujuannya (Anastasia, 2014).

Produktivitas memiliki aspek dua dimensi yaitu pertama, efektivitas yang mengarah pada pencapaian untuk kerja yang maksimal (pencapaian target kualitas, kuantitas serta waktu) dan kedua,, efisiensi yang berhubungan dengan usaha untuk membandingkan input dengan realisasi pemanfaatan atau pelaksanaan pekerjaan. Tinggi rendahnya suatu efisiensi ditentukan besaran dari nilai input dan ouput, sedangkan nilai efektivitas itu sangat ditentukan oleh pencapaian target (Mahanggoro, 2018).

Dewan Produktivitas Nasional Indonesia telah merumuskan definisi produktivitas secara lengkap yaitu sebagai berikut (Fata, 2013):

a.Produktivitas pada dasarnya merupakan suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.

(26)

Produktivitas = Keluaran (Output) Masukan (Input)

b.Secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input).

c.Produktivitas mempunyai dua dimensi, yaitu efektivitas yang mengarah pada pencapaian unjuk kerja yang maksimal yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Yang kedua efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebutdilaksanakan.

2.2.2. Pengukuran Produktivitas Tenaga Kerja

Produktivitas menurut (Putti, 2010) adalah suatu tingkat perbandingan antara besarnya keluaran dengan besarnya masukan. Dengan demikian hal ini menjelaskan kepada kita kuantitas keluaran yang dapat dihasilkan dari sejumlah masukan tertentu. Hubungan ini dapat digambarkan sebagai persamaan sebagai berikut :

Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut sistem pemasukan fisik perorangan/ per-orang atu per jam kerja orang diterima secara luas, namun dari sudut pandangan/ pengawasan harian, pengukuran-pengukuran tersebut pada umumnya tidak memuaskan, dikarenakan adanya variasi dalam jumlah yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk yang berbeda. Oleh karena itu, digunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari atau tahun).

Pengeluaran diubah ke dalam unit-unit pekerja yang biasanya diartikan sebagai jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam satu jam oleh pekerja yang terpercaya yang bekerja menurut pelaksaan standar (Sinungan, 2007).

(27)

12

Produktivitas kerja merupakan masalah yang penting dalam industridan menentukan kelangsungan usaha suatu perusahaan.Dua aspek vital dari produktivitas adalah efisiensi yang berkaitan dengan berbagai masukan tersebut dikombinasikan atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanaan dan efektifitas yang berkaitan dengan suatu kenyataan apakah hasil-hasil yang diharapkan atau tingkat keluaran itu dapat tercapai. Sehingga, produktivitas kerja sangat tergantung dari sumber daya manusiayang bekerja dan memiliki ruang lingkup yang lebih baik (Namira, 2018).

Pengukuran produktivitas ini mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengetahui produktivitas kerja sesuai dengan yang diharapkan perusahaan.

Dengan adanya pengukuran produktivitas dapat diketahui produktivitasnya menurun atau meningkat untuk selanjutnya perusahaan menentukan kebijakan yang tepat apabila produktivitasnya menurun maupun memberikan penghargaan apabila produktivitasnya meningkat secara intensif (Halimah, 2014).

2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja

Adapun Tiffin dan Cormick (Soetrisno, 2009), mengatakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja dapat disimpulkan menjadi dua golongan yaitu:

a. Faktor yang ada pada diri individu, yaitu umur, temperamen, keadaan fisik individu, kelelahan dan motivasi.

b. Faktor yang ada diluar individu, yaitu kondisi fisik seperti suara, penerangan, waktu istirahat, lama kerja, upah, bentuk organisasi, lingkungan sosial dan keluarga.

(28)

2.2.3.1. Usia

Secara fisik, kemampuan bekerja diukur dengan usia, artinya orang yang berada dalam usia kerja dianggap mampu bekerja. Kelompok penduduk dalam usia kerja tersebut dinamakan tenaga kerja atau manpower (Simanjuntak, 1985).

Sumber daya manusia yang tergolong sebagai tenaga kerja (manpower) adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) yang memiliki kemampuan untuk mengeluarkan usaha tiap satuan waktu guna menghasilkan barang atau jasa, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain (Idris, 2016).

2.2.3.2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dan latihan merupakan factor penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan dan latihan tidak saja menambah pengetahuan tetapi juga meningkatkan keterampilan bekerja sehingga meningkatkan produktivitas kerja (Idris, 2016).

Hubungan pendidikan dengan produktivitas kerja dapat tercermin dalam tingkat penghasilan. Pendidikan yang lebih tinggi mengakibatkan produktivitas kerja yang lebih tinggi dan memungkinkan penghasilan yang lebih tinggi juga (Idris, 2016).

2.2.3.3 Pengalaman Bekerja

Lama kerja adalah jangka waktu yang telah dilalui seseorang sejak menekuni pekerjaan. Lama kerja dapat menggambarkan pengalaman seseorang dalam menguasai bidang tugasnya. Pada umumnya, petugas dengan pengalaman kerja yang banyak tidak memerlukan bimbingan dibandingkan dengan petugas yang pengalaman kerjanya sedikit. Semakin lama seseorang bekerja pada suatu

(29)

14

organisasi maka akan semakin berpengalaman orang tersebut sehingga kecakapan kerjanya semakin baik.

Banyaknya pengalaman seseorang akan memperluas wawasannya, dengan demikian hal tersebutakan meningkatkan pengetahuan, kecerdasan, keterampilan dan perilakunya serta kepribadian seseorang terhadap hal-hal baru . Semakin lama dan intensif nya pengalaman kerja seseorang maka akan semakin besar kemungkinan orang tersebut akan menghasilkan barang dan jasa yang semakin banyak, beragam dan bermutu (Suroto, 1992).

2.2.3.4. Gaji

Sejauh ini belum ada kesepakatan baku dengan upah rill dan dengan produktivitas tenaga kerja. Kalau produktivitas tenaga kerja meningkat maka output juga diharapkan meningkat (demikian juga dengan tingkat laba perusahaan). Dengan meningkatnya laba perusahaan, diharapkan upah yang dibayarkan juga meningkat (Hikam, 1997).

2.2.3.5. Premi

Premi adalah imbalan yang diperoleh pekerja apabila telah melampaui batas ketentuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan Premi ini diberikan agar karyawan dapat memotivasi dirinya untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi (Panggabean, 2002). Jadi, semakin tinggi premi yang diterima, maka semakin tinggi produktivitas kerja. Dengan demikan premi berhubungan positif terhadap produktivitas kerja.

2.2.3.6. SaranaPendukung

Sarana pendukung atau peningkatan produktvitas kerja karyawan dapat dikelompokkan pada dua golongan, yaitu : 1) menyangkut lingkungan kerja,

(30)

termasuk teknologi dan cara produk si sarana, dan peralatan produksi, tingkat keselematan dan kesehatan serta suasana di lingkungan kerja itu sendiri, 2) menyangkut kesejahteraan karyawan yang tercermin di system pengupahan dan jaminan kelangsungan kerja (Darmadi, 2018).

2.3. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Menurut hasil penelitian Nugraha, Dede Patria (2019) yang berjudul Analisis Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Karyawan Pemanen Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara II (Kasus: Kebun Limau Mungkur, Desa Lau Barus Baru, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang) dengan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui produktivitas tenaga kerja karyawan pemanen, untuk menganalisis pengaruh umur, lama pendidikan formal, jumlah tanggungan, gaji dan premi terhadap produktivitas tenaga kerja karyawan pemanen. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif melalui pembagian kuesioner dilapangan dan analisis regresi linear berganda dengan alat bantu SPSS 17. Jumlah sampel yang adalah 33 orang pemanen. Hasil penelitian yang diperoleh adalah produktivitas tenaga kerja pemanen rata rata per ha adalah sebesar 670,09 Kg/HKP/bulan. Umur, lama pendidikan formal, jumlah tanggungan, gaji, dan premi secara serempak berpengaruh nyata terhadap produktivitas karyawan pemanen. Sedangkan secara parsial hanya faktor umur dan premi yang berpengaruh.

2. Menurut hasil penelitian William, dkk (2013) yang berjudul Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja di PT Eeastern Sumatera Indonesia, Kebun Bukit Maradja Estate (Kabupaten

(31)

16

Simalungun) dengan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pola kegiatan panen, produktivitas tenaga kerja, pengaruh faktor-faktor seperti tingkat pendidikan, pengalaman kerja, umur, dan pengaruh insentif terhadap produktivitas tenaga kerja di lokasi penelitian. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan metode Cobb Douglas untuk menguji pengaruh dan untuk melihat produktivitas dan pola kegiatan panen dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola kegiatan panen dilakukan dengan menggunakan tenaga kerja tambahan, produktivitas tenaga kerja tinggi, faktor yang berpengaruh secara nyata adalah tingkat pendidikan, sedangkan umur dan pengalaman kerja tidak berpengaruh secara signifikan, insentif berpengaruh secara nyata terhadap produktivitas.

3. Menurut hasil penelitian Septi Nur Afifah (2013) yang berjudul Faktor Penentu Produktivitas Tenaga Kerja Panen Kelapa Sawit PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation, Kalimantan Timur dengan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja panen kelapa sawit. Populasi dalam penelitian berjumlah 76 orang tenaga kerja panen kelapa sawit. Data dianalisis dengan regresi linier berganda.

Hasil analisis penelitian ini adalah pengujian regresi secara simultan menunjukkan tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, umur dan lama kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja panen. Secara parsial lama kerja ialah faktor yang paling signifikan berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja panen kelapa sawit di bandingkan faktor lain dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,519 dan nilai P sebesar 0,001.

(32)

4. Menurut hasil penelitian Adyguna Simamora, dkk (2016) yang berjudul Produktivitas Tenaga Kerja Pemanen di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Kebun Kelapa Sawit Rejosari dengan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui produktivitas tenaga kerja pemanen kelapa sawit di lokasi penelitian tahun 2015, dan mengetahui faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja pemanen kelapa sawit di lokasi penelitian.

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), dengan jumlah sampel tenaga kerja pemanen yang digunakan dalam penelitian ini adalah 54 orang, yang ditentukan dengan menggunakan metode sampel acak sistematik (systematic randomsampling). Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif dan verifikatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Produktivitas tenaga kerja pemanen kelapa sawit di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Kebun Kelapa Sawit Rejosari tahun 2015 adalah sebesar 732,68 kilogram per hari atau sebesar 106,71 persen dan masuk kategori cukup. Faktor–faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pemanen kelapa sawit di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Kebun Kelapa Sawit Rejosari adalah gaji dan insentif, gizi dan kesehatan, pendidikan dan pelatihan, sedangkan motivasi, umur dan masa kerja tidak berpengaruh nyata.

2.4. Kerangka Pemikiran

Produktivitas kerja yang tinggi merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan, tercapai atau tidaknya tujuan perusahaan itu tergantung dari sumberdaya manusia yang ada pada perusahaan itu. Perusahaan yang produktif adalah perusahaan yang memiliki produktivitas kerja yang tinggi.

Meningkatkan produktivitas melalui orang berarti menciptakan iklim kebersamaan dalam perusahaan.

(33)

18

Kelompok Tani Setingkai Maju

Lestari

Faktor Sosial Ekonomi 1. Usia (X1)

2. Tingkat Pendidikan (X2) 3. Pengalaman Bekerja (X3) 4. Gaji (X4)

5. Premi (X5)

6. Sarana Pendukung (X6)

Hasil Panen TBS Tenaga Kerja

Pemanen

Peningkatan kinerja tenaga kerja pemanen akan meningkatkan kinerja perusahaan. Kinerja itu sendiri dapat diartikan sebagai prestasi kerja atau hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai tenaga kerja persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Aspek yang akan dinilai dalam kinerja antara lain: kuantitas dari hasil dan kehadiran.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah usia, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, gaji dan premi, sarana pendukung dan topografi. Gambaran tentang kerangka pemikiran dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran dibawah ini:

Keterangan :

: Menyatakan pengaruh

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

(34)

2.5. Hipotesis Penelitian

Untuk mengarahkan analisis dalam penelitian ini, maka diajukan beberapa hipotesis sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu:

Faktor sosial ekonomi (usia, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, gaji, premi, dan sarana pendukung) berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenaga kerja pemanen kelapa sawit di Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari, Desa Sungai Sarik, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari, Desa Sungai Sarik, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Penentuan daerah penelitian ini dilakukan secara purposive (sengaja) berdasarkan pertimbangan tertentu.

Tabel 3.1. Jumlah Karyawan Pelaksana Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari

No Kegiatan Jumlah Karyawan

Sumber : Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari, 2019

3.2. Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel digunakan dalam penelitian ini adalah metode sampel jenuh. Metode sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan menjadi sampel. Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasi. Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini seluruh karyawan pemanen Kelompok Tani Setingkat Maju Lestari, yaitu berjumlah 30 orang.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dan hasil pengumpulan data secara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner serta pengamatan dan diskusi dilapangan. Data sekunder merupakan

(Orang)

1 Pemeliharaan 13

2 Pemanen 30

3 Herbisida 9

Total 52

(36)

data yang diperoleh dari Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari, Desa Sungai Sarik, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau dan instansi-instansi yang bersangkutan dengan penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini untuk masalah (I), dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif untuk mengamati tingkat produktivitas tenaga kerja pemanen kelapa sawit. Produktivitas dihitung dari perbandingan output dan input, dimana output adalah produksi tenaga kerja pemanen kelapa sawit (kg) dan input adalah lama bekerja (HKP).

Untuk hipotesis atau masalah (II), dianalisis dengan metode analisis regresi linear berganda dengan alat bantu SPSS 24.0 untuk melihat pengaruh faktor sosial, yaitu usia (X1), tingkat pendidikan (X2), pengalaman bekerja (X3), gaji (X4), premi (X5), dan sarana pendukung (X6) terhadap produktivitas tenaga kerja pemanen kelapa sawit didaerah penelitian.

3.5. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.5.1. Uji Normalitas

Tujuan dari Uji Normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau ke kanan. Adapun kriteria pengujian (Santoso, 2018):

a. Angka signifikansi (Sig) > 0,05, maka data berdistribusi normal.

b. Angka signifikansi (Sig) < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal.

(37)

22

3.5.2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai tolerance. Jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance> 0,10 maka tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95% sehingga model tersebut bebas dari multikolinieritas (Wijaya, 2011).

3.5.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas merupakan uji untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi dalam penelitian, terjadi ketidaksamaan varian dari residual yang diamati. Beberapa cara untuk melihat indikasi heteroskedastisitas, yaitu : (1) Dengan menggunakan program SPSS, mengamati scatter plot antara nilai prediksi terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID). Apabila titik-titik membentuk pola teratur pada sumbu X dan Y, data terindikasi terjadi heteroskedastisitas.

(2) Dengan menggunakan rumus uji statistik diantaranya : Uji Park, Uji Glejser, Uji White, Uji Goldfeld – Quandt dan Uji Korelasi Peringkat Spearman.

Berikut persamaan untuk pengujian masalah :

LogY= β0+ β1LogX1 + β2LogX2 + β3LogX3 + β4LogX4 + β5LogX5 + β6LogX6 + μ Dimana:

LogY= Produktivitas tenaga kerja pemanen (Kg/HKP/Bulan) β0 = Koefisien Intersep

β1 = Koefisien Usia

β2 = Koefisien Tingkat Pendidikan β3 = Koefisien Pengalaman Bekerja β4 = Koefisien Gaji

β5 = Koefisien Premi

β6 = Koefisien Sarana Pendukung

(38)

R LogX1 = Usia (tahun)

LogX2 = Tingkat Pendidikan (tahun) LogX3 = Pengalaman Bekerja (tahun) LogX4 = Gaji (Rp/Bulan)

LogX5 = Premi (Rp/Bulan) LogX6 = Sarana Pendukung (unit) μ = random error

3.6. Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit)

23.6.1. Koefisien Determinasi (R )

2Koefisien determinasi (R ) merupakan besaran untuk menunjukkan tingkat

kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam bentuk persen (%) atau menunjukkan seberapa besar persentase Y yang dapat dijelaskan oleh variasi X.

2 2

Besarnya nilai yaitu antara nol sampai dengan satu (0 < R ≤). Semakin dekat

2R dengan nilai satu, maka semakin cocok garis regresi untuk meramalkan

(Supangat, 2010).

3.6.2. Uji Serempak (Uji F)

Digunakan untuk menunjukkan apakah keseluruhan variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Untuk mengujisecara serempak hipotesis yang digunakan adalah :

Ho = Usia, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, gaji, premi, dan sarana pendukung berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas karyawan pemanen kelapa sawit.

H1 = Usia, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, gaji, premi, dan sarana pendukung berpengaruh nyata terhadap produktivitas karyawan pemanen kelapa sawit.

(39)

24

1. Apabila F hitung signifikan < signifikansi α = 5%, maka H0 ditolak dan H1

diterima.

2. Apabila F hitung signifikan > signifikansi α = 5%, maka H0 diterima dan H1

ditolak.

3.6.3. Uji Parsial (Uji - t)

Uji t dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.

Ho = Usia, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, gaji, premi, dan sarana pendukung berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas karyawan pemanen kelapa sawit.

H1 = Usia, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, gaji, premi, dan sarana pendukung berpengaruh nyata terhadap produktivitas karyawan pemanen kelapa sawit.

Sedangkan kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :

1. Apabila t hitung signifikan < signifikansi α = 5%, maka H0 ditolak dan H1

diterima.

2. Apabila t hitung signifikan > signifikansi α = 5%, maka H0 diterima dan H1

ditolak.

3.7. Definisi dan Batasan Operasional

3.7.1. Definisi

1. Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan hasil yang dicapai dari tenaga kerja pemanen per satuan waktu. Produktivitas tenaga kerja ini diukur dalam kg/HKP/bulan.

(40)

2. Tenaga kerja pemanen adalah karyawan pemanen yang bekerja di kelapa sawit Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari, Desa Sungai Sarik, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. dan melakukan kegiatan memotong tandan buah segar kemudian mengutip tandan dan brondolan yang berceceran di dalam dan diluar piringan.

3. Usia adalah usia tenaga kerja pemanen (tahun)

4. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal tenaga kerja pemanen, yaitu jenjang pendidikan SD, SMP, SMA.

5. Pengalaman bekerja adalah masa kerja yang telah ditempuh karyawan pemanen dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai pemanen kelapa sawit.

6. Gaji adalah pendapatan pokok yang diterima tenaga kerja pemanen kelapa sawit setiap bulan (Rp/bulan).

7. Premi adalah pendapatan yang diperoleh pekerja apabila hasil pekerjaan telah melampaui batas ketentuan yang telah ditetapkan/basis borong (Rp/bulan).

8. Sarana pendukung adalah kelengkapan alat-alat yang digunakan karyawan dalam melakukan proses pemanenan kelapa sawit.

3.7.2. Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian adalah di Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari, Desa Sungai Sarik, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

2. Sampel penelitian adalah tenaga kerja pemanen kelapa sawit di Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari, Desa Sungai Sarik, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau 3. Penelitian dilakukan pada tahun 2020.

(41)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari Desa Sungai Sarik Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau

Kelompok tani merupakan suatu wadah bagi para petani untuk berkumpul, bertukar pikiran, dan bekerjasama dalam mengembangkan usaha tani di Desa Sungai Sarik Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

Kelompok tani dibentuk berdasarkan surat keputusan Kepala Desa, guna meningkatkan sektor pertanian desa melalui swadaya masyarakat. Di Desa Sungai Sarik sendiri terdapat beberapa kelompok tani yang menaungi jenis unit usahanya masing-masing, mulai dari kelapa sawit, pertanian, peternakan, perikanan dan lain-lain. Kelompok tani ini dibuat dan dikembangkan oleh masyarakat sesuai dengan minat dan tujuan bersama dalam mengembangkan usahanya masing- masing.

Adapun fungsi dan kegiatan dalam kelompok tani tersebut diantaranya adalah :

1. Sebagai kelas belajar

Kelompok tani difungsikan sebagai kelas belajar bagi para petani dan peternak dalam menggali infomasi untuk mengembangkan usaha tani mereka.

Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan diantaranya seperti pelatihan/penyuluhan, diskusi, dan saling bertukar ilmu. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan para petani agar dapat membantu meningkatkan hasil usaha tani mereka.

(42)

2. Wahana kerja sama

Kelompok tani juga bisa menjadi media/tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan.

3. Unit produksi

Usaha tani yang dilaksanakan oleh masing masing anggota kelompok tani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.

Dengan adanya kelompok tani di Desa Sungai Sarik Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. ini diharapkan dapat meningkatkan sektor pertanian desa serta dapat memberikan sumbangsihnya untuk memajukan Desa.

4.2 Letak Geografis Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari Desa Sungai Sarik Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau

Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari Desa Sungai Sarik Kecamatan Kampar Kiri secara geografis berlokasi di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

Kondisi Geografi kontur tanah berupa tanah datar dengan areal seluas 255 Ha dengan batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Sarik

b. Sebelah Selatan, berbatasan dengan kebun masyarakat (Haji Idris) c. Sebelah Barat, berbatasan dengan kebun masyarakat (Rino)

d. Sebelah Timur, berbatasan dengan kebun Kelompok Tani Setingkai Lestari

(43)

28

4.3. Karakteristik Responden 4.3.1. Status

Distribusi responden berdasarkan status pernikahan tenaga kerja pemanen kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Status Pernikahan

Status Jumlah (Orang) Persentase (%)

Belum menikah 18 60,0

Menikah 12 40,0

Total 30 100,0

Sumber: Diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja pemanen kelapa sawit memiliki status belum menikah, yaitu sebanyak 18 orang (60,0%). Status pemanen yang belum menikah tidak dibebani tanggungan keluarga, sehingga tidak terlalu berambisi untuk meningkatkan produktivitas kerja.

4.3.2. Jumlah Tanggungan

Distribusi responden berdasarkan jumlah tanggungan tenaga kerja pemanen kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan

Jumlah Tanggungan Jumlah (Orang) Persentase (%)

0 Orang 18 60,0

1 Orang 4 13,3

2 Orang 7 23,4

3 Orang 1 3,3

Total 30 100,0

Sumber: Diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja pemanen kelapa sawit tidak memiliki jumlah tanggungan, yaitu sebanyak 18 orang (60,0%). Status pemanen yang tidak memiliki jumlah tanggungan tidak

(44)

dibebani tanggungan keluarga. Jumlah tanggungan akan mempengaruhi perekonomian keluarga. Hal ini berakibat pada meningkatnya kebutuhan ekonomi yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (Kurniawati et al.

2008). Pemanen yang mempunyai jumlah tanggungan lebih banyak akan lebih bertanggungjawab untuk meningkatkan kualitas hidup dan menyejahterakan kehidupan keluarga, sehingga memacu kerja lebih keras agar mendapat premi yang lebih banyak. Dalam penelitian ini ditemukan pemanen dengan jumlah tanggungan 1-3 orang memiliki rata-rata upah dan premi yang lebih besar dibandingkan pekerja yang belum memiliki tanggungan.

4.3.3. Usia

Distribusi responden berdasarkan kelompok usia tenaga kerja pemanen kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Kelompok Usia Jumlah (Orang) Persentase (%)

21-32 Tahun 17 56,6

33-44 Tahun 11 36,7

45-53 Tahun 2 6,7

Total 30 100,0

Sumber: Diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja pemanen kelapa sawit berada pada kelompok usia 21-32 tahun, yaitu sebanyak 17 orang (56,6%). Usia memiliki peran penting dalam melakukan pekerjaan panen kelapa sawit. Kegiatan panen kelapa sawit merupakan jenis pekerjaan yang berat dan memerlukan kondisi fisik yang prima. Kondisi fisik erat kaitannya dengan tingkat usia. Pada umumnya produktivitas tenaga kerja akan menurun seiring dengan meningkatnya usia. Tenaga kerja pemanen berusia muda umumnya memiliki fisik kuat, akan tetapi sebagian belum menikah, sehingga

(45)

30

tidak terlalu berambisi untuk meningkatkan kinerja. Premi yang didapat sudah mencukupi kehidupannya.

4.3.4. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi produktivitas kerja seorang karyawan.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha yang secara sadar dalam menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran maupun dengan pelatihan bagi peranannya di masa mendatang. Kegiatan ini diharapkan mampu membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki pengetahuan luas, berpengalaman dan berkualitas. Adapun distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Tidak Tammat SD 2 6,7

Tammat SD 13 43,3

Tammat SMP 11 36,7

Tammat SMA 4 13,3

Total 30 100,0

Sumber: Diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja pemanen kelapa sawit memiliki tingkat pendidikan tammat SD, yaitu sebanyak 13 orang (43,3%). Keterampilan, kekuatan fisik, dan ketelitian sangat diutamakan dalam kegiatan panen kelapa sawit. Pemanen harus melakukan panen dengan cara yang tepat serta mengetahui tingkat kematangan buah agar mendapat hasil yang maksimal. Panen dengan cara yang tepat dapat mempengaruhi kuantitas output yang dihasilkan sedangkan panen dengan waktu yang tepat dapat mempengaruhi kualitas output yang dihasilkan (Suyastiri et al. 2007).

(46)

4.3.5. Pengalaman Bekerja

Produktivitas tenaga kerja panen kelapa sawit dipengaruhi oleh lama kerja.

Lama kerja akan mempengaruhi tingkat ketrampilan dan pengalaman bekerja.

Bertambahnya lama kerja akan diikuti dengan peningkatan kinerja, sehingga produktivitas kerja akan meningkat. Adapun distribusi responden berdasarkan pengalaman bekerja dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Bekerja

Pengalaman Bekerja Jumlah (Orang) Persentase (%)

1-4 Tahun 20 66,7

5-8 Tahun 10 33,3

Total 30 100,0

Sumber: Diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja pemanen kelapa sawit memiliki pengalaman bekerja 1-4 Tahun, yaitu sebanyak 20 orang (66,7%), sementara terdapat sedikit pekerja dengan pengalaman bekerja yang lama. Pekerja dengan pengalaman bekerja yang lama memiliki banyak pengalaman, lebih terampil menyelesaikan pekerjaannya, lebih paham akan tugasnya dan lebih taat terhadap peraturan yang diterapkan perusahaan, sehingga dapat meningkatkan kinerja.

4.3.6. Gaji

Gaji adalah pendapatan pokok yang diterima tenaga kerja pemanen kelapa sawit setiap bulannya (Rp/bulan). Adapun distribusi responden berdasarkan gaji dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Gaji

Gaji Jumlah (Orang) Persentase (%)

Rp.1.200.000-1.386.000 4 13,3

Rp.1.386.001-1.572.000 9 30,0

Rp.1.572.001-1.800.000 17 56,7

Total 30 100,0

Sumber: Diolah dari Lampiran 1

(47)

32

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja pemanen kelapa sawit memiliki gaji berkisar Rp.1.572.001-1.800.000, yaitu sebanyak 17 orang (56,7%). Tenaga panen umumnya mendapat basis panen, sehingga produktivitas kerja sebesar 1.650 Kg/HK yang didapat dari 150 janjang dikali Berat Janjang Rata-Rata (BJR) 11 Kg.

4.3.7. Premi

Premi adalah pendapatan yang diperoleh tenaga kerja pemanen kelapa sawit apabila hasil pekerjaan telah melampaui batas ketentuan yang telah ditetapkan perusahaan (Rp/bulan). Adapun distribusi responden berdasarkan premi dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Premi

Premi Jumlah (Orang) Persentase (%)

Rp.100.800-347.200 22 73,3

Rp.347.201-593.600 6 20,0

Rp.593.601-840.000 2 6,7

Total 30 100,0

Sumber: Diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja pemanen kelapa sawit memiliki premi berkisar Rp.100.800-347.200, yaitu sebanyak 22 orang (73,3%). Tenaga kerja pemanen umumnya mendapat premi apabila hasil panen yang diperoleh melebihi basis panen, yang didapat dari lebih basis dikali Rp. 800 per janjang. Kondisi buah yang banyak dan basis panen yang tinggi menyebabkan pemanen meninggalkan buah lepas di piringan untuk memenuhi basis panen. Saat terjadi panen puncak maka dilakukan sistem family harvesting yang mengikutsertakan istri pemanen untuk membantu pemanen dengan catatan basis panen menjadi dua kali lipat, yaitu harus mendapat 300

(48)

janjang. Sistem ini lebih efektif karena perusahaan tidak perlu menyediakan atau melakukan penambahan fasilitas.

4.3.8. Sarana Pendukung

Sarana pendukung adalah kelengkapan alat-alat yang digunakan pemanen dalam melakukan proses memanen kelapa sawit. Adapun distribusi responden berdasarkan sarana pendukung dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Sarana Pendukung

Sarana Pendukung Jumlah (Orang) Persentase (%)

Tidak Lengkap 5 16,7

Lengkap 25 83,3

Total 30 100,0

Sumber: Diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja pemanen kelapa sawit memiliki sarana pendukung kategori lengkap, yaitu sebanyak 25 orang (83,3%). Pemanen diwajibkan membawa peralatan panen dan menggunakan alat perlindungan diri (APD) secara lengkap agar pelaksanaan panen berjalan lancar dan keselamatan kerja pun terjaga, sehingga mendapatkan hasil pasnen yang maksimal. Alat-alat panen disediakan semua oleh pihak perusahaan, kecuali kereta sorong dimana pengadaannya oleh perusahaan akan tetapi pemanen harus menanggung setengah harga. Pemanen di lapangan kerap melanggar peraturan, peralatan panen sering ditinggalkan di rumah dan APD tidak dikenakan secara lengkap yang dapat menyebabkan pemanen terluka akibat kecelakaan kerja, sehingga kegiatan panen menjadi terhambat.

(49)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Produktivitas Tenaga Kerja Pemanen Kelapa Sawit

Tenaga kerja panen bertugas memotong TBS (Tandan Buah Segar), memungut / mengumpulkan berondolan dan mengangkut ke TPH (Tempat Pengumpulan Hasil). Pemanen kelapa sawit pada Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari Desa Sungai Sarik Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau mulai apel kerja pada pukul 06.30 s/d 07.00 Wib, dan mulai bekerja pada jam 07.00 s/d 16.00 Wib (rata- rata 10 jam kerja).

Persiapan panen yang perlu dilakukan ialah taksasi atau taksiran produksi harian, peralatan panen yang digunakan, Alat Pelindung Diri (APD), pembagian seksi panen, hancak panen dan kebutuhan pemanen. Tugas asisten adalah mengarahkan dan menghimbau agar tenaga kerja pemanen bekerja sesuai prosedur dan aturan yang telah ditetapkan, membahas dan mengevaluasi hasil kerja pemanen. Seksi panen ialah luasan areal yang harus di panen dan diselesaikan dalam satu hari panen, sehingga rotasi panen normal, memudahkan pindah hancak dari satu blok ke blok yang lain, memudahkan kontrol mandor dan asisten, transportasi buah lebih efisien, serta hasil kerja tenaga kerja pemanen lebih optimal. Rotasi yang digunakan adalah 10 hari yang berarti selama 10 hari kerja harus dapat menyelesaikan satu seksi panen.

Kriteria matang panen, yaitu indikator buah sawit yang layak untuk dipanen secara tepat. Buah layak panen menurut perusahaan ialah terdapat minimal ada 5 buah berondolan lepas per TBS di piringan. Pemotongan buah mentah akan merugikan perusahaan sebab minyak yang dihasilkan sedikit dan

(50)

dapat menyerap minyak yang sudah diolah, sehingga meningkatkan losses minyak di pabrik, sementara itu juga menyebabkan pokok sawit mengalami cekaman akibat buah dipanen sebelum waktunya. Penerapan satu buah lepas per tandan sebagai kriteria matang panen ditujukan untuk menjaga rotasi panen tetap normal.

Tangkai buah dipotong rapat dan tidak melukai tandan. Kemudian TBS dan berondolan yang sudah jatuh diangkut menggunakan kereta sorong dan diletakkan di TPH.

Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari Desa Sungai Sarik Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau menetapkan target produktivitas pemanen, yaitu sebesar 1.650 Kg. dan memberikan premi untuk memotivasi pemanen dalam meningkatkan produktivitas, yang terdiri atas premi panen dan premi brondolan. Premi panen dan brondolan diberikan secara terpisah dengan harga yang berbeda. Premi panen diberikan secara perorangan berdasarkan jumlah tandan lebih basis borong sesuai dengan tahun tanam TBS. Sementara basis borong adalah batas minimum TBS yang harus dipanen oleh pemanen setiap hari tanpa diberi premi. Basis borong untuk pemanen adalah 150 janjang atau 1.650 Kg/TBS.

Berdasarkan sistem panen dan sistem premi yang ditetapkan pada Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari Desa Sungai Sarik Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau maka hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas pemanen relatif tinggi, yaitu melebihi target dari produktivitas perusahaan. Produktivitas Rata-Rata Tenaga Kerja Pemanen Kelapa Sawit dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Gambar

Gambar 1.1 Luas Lahan Kelapa Sawit Menurut Kepemilikan
Gambar 5.1 Hasil Uji Hetrokedastisitas

Referensi

Dokumen terkait

Agar pembelajaran lebih efektif dan mudah dipahami siswa, maka harus disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran keterampilan proses dan penemuan terbimbing di Madrasah

Pada dasarnya pembelajaran IPS berupaya mengembangkan kesadaran siswa dalam berhubungan dengan orang lain disekitarnya. Siswa diharapkan mampu memahami kondisi sosial

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa metode kecerdasan kinestetis dalam upaya perbaikan teknik pernapasan dan

Pemeriksaan penyakit jamur dalam kegiatan Praktek Kerja Lapang ini dilakukan di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas II Semarang, Jawa Tengah

1) Manajemen berbasis sekolah (MBS) pada dasarnya merupakan suatu model atau strategi pengelolaan penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang menekankan kepada kemandirian

Berdasarkan data yang diperoleh melalui kuisioner yang telah disebar terkait pengetahuan tentang plastik dikalangan siswa SMA Tegar Kelana Desa Suranadi menunjukan fakta-fakta yang

bersamaan. Sebagai contoh : anda dapat menunjukkan bahwa sesuatu adalah sejenis dengan mengumpulkan mereka bersama di bawah judul, menampilkan mereka dengan gaya

Produk kelapa yang paling berharga adalah minyak kelapa, yang dapat diperoleh dari daging buah kelapa segar atau dari kopra [1].. Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) merupakan