• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang padat, yaitu mencapai 248,8 juta jiwa dengan jumlah penduduk berusia 10 sampai 19 tahun mencapai 44,87 juta (18,03%).1 Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), usia 10-19 tahun merupakan batasan usia remaja.

Remaja merupakan aset Sumber Daya Manusia (SDM) yang besar untuk Indonesia. Makin besar jumlah remaja, makin besar pula potensi SDM yang dimiliki oleh suatu bangsa.2 Remaja yang merupakan generasi penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat secara jasmani, rohani, mental, dan spiritual.3 Namun, penelitian yang telah dilakukan oleh UNICEF yang bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta penelitian dari Australian Consortium For In Country Indonesian Studies menunjukkan bahwa remaja mempunyai permasalahan yang sangat kompleks seiring dengan masa transisi yang dialami remaja.4,5

(2)

Permasalahan yang menonjol dikalangan remaja yaitu seputar seksualitas (47,8%), HIV/ AIDS (laju kasus AIDS nasional per 100 ribu adalah 2,08), dan narkoba suntik (59,9%).4 Kejadian aborsi remaja (15-19 tahun) mencapai 43% per 100 kelahiran hidup dengan kejadian di perkotaan (78%) dan di pedesaan (40%). Umumnya, penyebab kejadian aborsi adalah kehamilan yang tidak diinginkan.5 Median usia kawin pertama perempuan relatif masih rendah yaitu 19,8 tahun.3

Timbulnya permasalahan tersebut dikarenakan masa remaja merupakan pencarian jati diri sehingga sangat mudah menerima informasi termasuk yang berkaitan dengan organ reproduksinya. Namun, tidak semua informasi yang didapatkan adalah benar. Hal tersebut dibuktikan dengan kurangnya pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi. Hanya 34%

(perempuan) dan 21% (laki-laki) yang mempunyai tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi yang baik.4

Hal tersebut menunjukkan pentingnya pendidikan kesehatan untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan reproduksi. Melalui Instruksi Presiden, Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) telah dikembangkan sejak tahun 2003. Puskesmas yang memiliki PKPR memberikan layanan baik di dalam maupun di luar Puskesmas agar dapat menjangkau semua kelompok remaja. Program ini bertujuan khusus untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja tentang kesehatan

(3)

reproduksi dan perilaku hidup sehat serta memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada remaja.

Layanan PKPR merupakan upaya komprehensif yang menekankan pada langkah promotif/ preventif berupa pembekalan kesehatan dan peningkatan keterampilan psikososial dengan Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS). Layanan konseling menjadi ciri dari PKPR mengingat permasalahan remaja yang tidak hanya berhubungan dengan fisik, tetapi juga psikososial. Upaya penjangkauan terhadap kelompok remaja ini dilakukan melalui kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), diskusi, penyuluhan ke sekolah-sekolah dan kelompok remaja lainnya.6

Dalam proses pembelajaran, diskusi dapat menumbuhkan aktivitas belajar siswa.7 Guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar, media dapat digunakan sebagai alat komunikasi. Media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya.8 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Permatasari, media audiovisual mempunyai pengaruh (p=0,001) dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP).9 Pendidikan kesehatan reproduksi di Indonesia umumnya dilakukan oleh lembaga-lembaga di luar sekolah, seperti BKKBN dan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang lebih banyak dilaksanakan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dibandingkan dengan Sekolah

(4)

Menengah Pertama (SMP).6 Pendidikan kesehatan reproduksi juga perlu dimulai dari SMP, tidak hanya pada SMA saja.5

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilaksanakan, SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta merupakan salah satu sekolah yang belum mempunyai program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR). Puskesmas Jetis Yogyakarta telah melaksanakan program pemeriksaan kesehatan mata dan golongan darah di SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta. Pihak sekolah sedang mengusulkan Puskesmas Jetis untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi remaja pada para siswanya. Selama ini, guru Bimbingan Konseling (BK) hanya memberikan KIE kepada siswa yang mempunyai masalah kenakalan remaja saja.

Selain itu, materi sistem reproduksi manusia pernah dijelaskan secara garis besar oleh guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saat mengajar di kelas dengan metode ceramah. Namun, belum spesifik mengarah pada materi kesehatan reproduksi siswa/ remaja. Berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada sepuluh siswa kelas VIII mengenai kesehatan reproduksi, dua menjawab benar (20%), empat menjawab tidak tahu (40%), dan empat diantaranya menjawab kurang tepat (40%).

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul, “Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Metode Diskusi dan Media Audiovisual terhadap

(5)

Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Siswa SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode diskusi dan media audiovisual terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi siswa SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode diskusi dan media audiovisual terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi siswa SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik siswa SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta.

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi siswa SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta sebelum dan sesudah dilakukan

(6)

pendidikan kesehatan dengan metode diskusi dan media audiovisual pada kelompok eksperimen.

c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi siswa SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah pada kelompok kontrol.

d. Untuk mengetahui perbedaan antara tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi siswa sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan reproduksi antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Terkait dengan peran bidan sebagai pendidik, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk pengembangan pendidikan kesehatan reproduksi siswa.

b. Merupakan bahan kajian yang dapat dikembangkan oleh para peneliti selanjutnya.

(7)

2. Manfaat Praktis

a. Siswa SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja dengan mengikuti pendidikan kesehatan reproduksi.

b. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta

Sebagai bahan pertimbangan bagi OSIS dalam membuat program pendidikan kesehatan remaja seperti PIK-KRR dan menjadi kader pendidikan kesehatan reproduksi.

c. Pengelola SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta

Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak sekolah dalam merencanakan program pendidikan kesehatan reproduksi remaja dengan metode diskusi dan media audiovisual.

d. Peneliti

Sebagai pengalaman ilmiah dalam melakukan penelitian dan pemberian pendidikan kesehatan reproduksi remaja yang dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang kesehatan reproduksi remaja.

e. Profesi Bidan di Puskesmas Jetis Yogyakarta

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi profesi bidan dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi remaja dengan metode diskusi disertai media audiovisual.

(8)

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang serupa dengan penelitian ini telah dilakukan oleh Permatasari dengan judul “Pengaruh Multimedia Audio Visual Sebagai Penyuluhan Interaktif Dalam Meningkatkan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Siswa SMP Negeri 2 Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2010”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa multimedia audio visual sebagai penyuluhan interaktif mempunyai pengaruh dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi siswa SMP Negeri 2 Wonosegoro tahun 2010 dengan nilai p= 0,001. Terdapat persamaan pada metode penelitian yaitu quasi experiment pre test-post test with control group design. Teknik

pengambilan sampel pada penelitian tersebut menggunakan quota sampling, teknik penelitian yang akan peneliti lakukan menggunakan cluster sampling.

Variabel independen dalam penelitian tersebut adalah multimedia audio visual sebagai penyuluhan interaktif, sedangkan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi siswa sebagai variabel dependen. Sedangkan, variabel independen pada penelitian ini yakni metode diskusi disertai media audiovisual dan variabel dependen yaitu tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi siswa kelas VII. Perbedaan lainnya terdapat pada tempat penelitian, sebelumnya dilakukan di Kabupaten Boyolali, sedangkan penelitian ini dilakukan di Kota Yogyakarta tahun 2015.9

(9)

Penelitian yang lain dilakukan oleh Widiarini dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Metode Pembelajaran Aktif Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pendidik Sebaya Usia 10-14 Tahun.” Hasil penelitian tersebut adalah pendidikan kesehatan reproduksi melalui proses pembelajaran aktif secara signifikan dapat meningkatkan pengetahuan pendidik remaja sebaya dengan nilai p= 0,015. Persamaan terdapat pada metode penelitian dan tahun penelitian. Perbedaan terdapat pada rancangan penelitian yakni non-equivalent control group with pretest-postest design. Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di Kabupaten Bondowoso.

Variabel independen penelitian tersebut yakni pendidikan kesehatan dengan metode pembelajaran aktif, sedangkan peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi pendidik sebaya usia 10-14 tahun sebagai variabel dependen.10

Dengan demikian diharapkan diharapkan penelitian ini dapat melengkapi penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

Perbaikan dalam prioritas yang lebih rendah dapat dilakukan pada titik kepuasan terhadap gaji yang diterima terkait dengan tanggung jawab yang diemban dan

(2) Bank Indonesia mencabut status BDP apabila Bank Indonesia telah menerima surat penetapan dari BPPN yang menyatakan program penyehatan terhadap Bank yang bersangkutan telah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri degan penyesuaian diri mahasiswa baru fakultas psikologi universitas Bhyangkara Jakarta Raya

diakses pada 9 Januari 2014.. Informasi ini berkaitan dengan presentasi perusahaan, produk baru atau layanan dari perusahaan yang menawarkan, atau perubahan nama

Hasil penelitian yang diperoleh adalah kasus spondilitis tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2014 sebanyak 44 pasien.. Penyakit ini dapat menyerang segala jenis kelamin dan

Pengukuran kadar kalsium tulang tikus putih (Rattus norvegicus) model ovariektomi dengan terapi pemberian tepung tulang ikan tuna madidihang (Thunnus albacares) pada 4

Estimasi biaya dan waktu yang diperoleh dialokasikan ke dalam fase-fase yang terjadi selama pengembangan, sehingga menghasilkan penjadwalan.Pada akhir penelitian