o
Kamis.
Jumat8 9 10 11
23 24 25 26
OJun OJul 0 Ags
KOMPAS
o
Se/asa0
Rabu4
Q)
6 720 21 22
.Mar OApr OMei
o Sen;n
123
17
18
19
OJan
OPeb
o
Sabtu0
M;nggu12
13
14
15
16
27
28
29
30
31
o
Sep0
Okt0
Nov0
DesBahasa dan
--~
--
~:-:
KeanekaragamanHayati
Oleh
JOHAN
ISKANDAR
B
ahasa Sunda cenderungtidakterancam
Namun, bahasa ibu di Tatar Sunda tersebut ~ende-
kepunahan.
rung mengalami erosi pada genenisi mudanya. Hal
tersebut dapat berpengaruh terhadap erosi pengetahuan
dan konservasikeanekaragaman
hayati. Berbagai kalangan
ahli etnobiologi menyadari bahwa terdapathubungan
yang
sangaterat di antara bahasa Oinguistik), budaya, dan
konser-vasi keanekaragaman hayati.
Berdasarkan lintas budaya di-kenal ada beberapa faktor penye-bab kepunahan bahasa ibu di ber-bagai negara, antara lain akibat berbagai tekanan untuk mengasi-milasi bahasa mayoritas masyara-kat. Akibatnya,banyak bahasa mi-noritas memiliki risiko kepunahan akibat pengurangan secara drastis pengguna bahasatersebut, dengan generasi muda kian berkurang atau sama sekali tidak belajar lagi bahasa warisan budaya leluhur mereka.
Punahnya bahasa ibu dapat ber-pengaruh terhadap erosi pengeta-huan penduduk asli.Selain itu, hi-langnyabahasa tradisional dan bu-daya dapat pUlamempercepat de-gradasi lingkungan dan penurun-an kepenurun-anekaragampenurun-an hayati, penurun-antara lain diakibatkan oleh kerusakan hutan, gangguan aktivitas penam-bangan, dan kegiatan agrobisnis modern.
Konsekuensinya, banyak pen-duduk lokal kehilangan kontro~ terhadap sumber daya alam yang biasa dikelola oleh mereka dengan berlandaskan spiritualitas, dengan tradisi budaya, dan biasa dilaku-kan dengan berbagai upacara adat sebagai rasa hormat kepada alamo Semua kegiatan tersebut biasanya dilakukan secara khas dengan menggunakan bahasa ibu.
Petani tradisional dalam berco-cok tanam biasa menerapkan sis-tern kultivasiberaneka ragamjenis dan varietas tanaman. Karena itu, tak heran terdapat hubungan yang erat antara keanekaragaman bu-daya (biokultural) dan keanekara-gamanhayati (biodiversitas).
Kalangan konservasi interna-sional dewasa ini sepakat bahwa perlindungan keanekaan bahasa ibu dan aneka ragam pengetahuan penduduk aslitelah diintegrasikan menjadi suatu tujuan pokok dalam berbagai program konservasi yang diorentasikan pada keanekaan biokultural (Maffi,1999:21).
Pudarnya budaya huma
Berdasarkan sejarah, di kawas-an Tatar Sunda dkawas-an Bkawas-anten pada masa pra-Islam, sebelum masa ke-sultanan, seperti masa Kerajaan Pajajaran, walaupun sistem sawah telah dikenal masyarakat, pendu-duk pedesaan pedalaman di ka-wasan pegunungan Tatar Sunda dan Banten memiliki mata penca-rian utama berladang atau
ngahu-ma (Haan, 1910).
Di dalam budaya huma tersebut telah berkembang berbagai lan-skap binaan dengan keanekara-gaman hayatinya. Lanskap binaan tersebut berupa huma Oadang),
reuma ngora(hutan sekunder
mu-da bekas lamu-dang), reuma kolot(hu-tan sekunder tua), dan leuweung
kolot(hutan cadangan tidak untuk
dijadikan ladang). Jadi, dalam bu-daya huma, beraneka ragam lan-skap hutan dengan keanekara-gaman hayatinya sesungguhnya bukanlah lanskap alami dan "kehi-dupan liar".
Namun, terbentuknya keane-karagaman lanskap dan keaneka-ragaman hayati tersebut hasil dari campur tangan pengelolaan pen-duduk lokal.Dalam hal ini tindak-an penduduk lokal telah berpertindak-an
..~3ID meningkatkan
~
(
l
SALOMO
gaman hayati sebagai "agen-agen kreatif pengganggu".Maka,tercip-ta berbagailanskap budaya sebagai bentuk-bentuk bahasa dengan berwawasan antropogenik ling-kungan.
Secara antropogenik, berbagai lanskap pedesaan urang Sunda tersebut dapat menjadi sumber cerita-cerita, legenda-Iegenda,dan nyanyian-nyanyian berupa seja-rah hubungan penduduk lokal de-ngan keanekaragaman lanskap be-serta keanekaragaman hayatinya, yang semuanya disampaikan de-ngan kata-kata dalam bahasa ibu.
Dari sisi budaya, umumnya urang Sunda pada masa silam da-lam bercocok tanam padi huma
(Oriza sativa) biasa mencampur
beraneka ragam tanaman lain, se-perti kacang hiris (Cajanus cajan), kacang penyut (Vigna sinensis), kacang roay (Dolichos lablab),jaat
(Psopocarpus tetragonolobus),
hanjeli (CoVelacrima-jobI),wijen
(Sesamum orientale),tiwu
(Sacha-"
Punahnya bahasa ibu
dapat berpengaruh
terhadap
erosi pengetahuan
penduduk asli.
rum offlcinarum), hui boled
(Ipo-moea batatas),gadung (Dioscorea hispida), singkong (Ipomoea bata-tas), talas (Colocasia esculenta),
kumili (Plecanthus rotundifolius), koneng (Curcuma domestica), pi-sang (Musa paradisiaca), terong
(Solanum melongena), cengek (Capsicum prutescens), bonteng (Cucarbita IlW$c;l]ata),bonteng
suri (Cucurbita sp), dan waluh
(Cucurbita moschata).
Selain itu, penduduk pun sangat memahami perkembangan per-tumbuhan tanaman padi di huma dengan berbagai peristilahannya
dalam bahasa ibu.
Misalnya, dalam perkem-bangan pertumbuhan padi hu-ma dikenal sumihung(biji pa-di muIai muncuI tunas seperti
,
jarum), buni tikukur(tana-t man padi muIai berdaun rim-bun sehingga burung tikukur di huma tidak tampak), gede pare (pohon-pohon padi sudah besar),
ngadiukeun (pohon-pohon padi
muIai berbuku pendek-pendek),
reuneuh laki (pada bagian atas
ba-tang padi hamil), reuneuh (semua pohon padi hamil), culcel (pohon padi muIai berpadi), rampak beukah (semua batang batangpadi
berpadI), beuneur hejo (buah padi sudah berisi, tetapi masih hijau), koneng (buIir-buIir padi matang ujungnya dan berwarna kuning), dan beurat sangga (semua padi hampir merata matang, tetapi be-lummatangbenar).
Partlslpaslmasyarakat
Sayangnya, kini sistem huma dan pengetahuan lokalurang Sun-da tentang keanekaragaman ha-yati huma, tata cara pengelolaan-nya, dan berbagai peristilahannya dalam bahasa ibu hampir punah karena terjadinya erosi bahasa ibu
dan pudarnya budaya
ngahuma. Padahal, seyogianya berbagai pe-ngetahuan ekologi tradisional urang' Sunda yang kaya tersebut dapat diintegrasikan dengan ben-tuk-bentuk pengetahuan lain, ter-masuk pengetahuan ilmiah Barat. Hal tersebut sangat penting da-lam upaya menemukan berbagai solusi bam upaya konservasi dan sistem pengelolaan sumber daya keanekaragaman hayati secara ke-berlanjutan, dengan melibatkan partisipasi masyarakat lokal seca-ra mandiri.JOHAN ISKANDAR
DosenEtnobiologi FMIPAdan Peneliti PPSDALLPPM Unpad