viii
ABSTRAK
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENT (TGT) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATERI
PEMBELAJARAN AKUNTANSI
Penelitian Dilaksanakan di Kelas XI IPS4 SMA BOPKRI 1 Yogyakarta Sarawati Ika Nugraheni
Universitas Sanata Dharma 2012
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa kelas XI IPS 4 SMA BOPKRI 1 Yogyakarta pada mata pembelajaran akuntansi materi posting dari jurnal ke buku besar melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT).
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 4 SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 yang terdiri dari 25 orang siswa. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam satu siklus yang meliputi empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah analisis deskriptif dan analisis komparatif.
ix
ABSTRACT
COOPERATIVE IMPLEMENTATION OF LEARNING MODEL TYPE GAMES-TEAMS-TOURNAMENT (TGT) AS EFFORTS TO IMPROVE STUDENT LEARNING MOTIVATION IN LEARNING ACCOUNTING
A Research Conducted at the Eleventh Grade Students of BOPKRI 1 Senior High School Yogyakarta
Sarawati Ika Nugraheni Sanata Dharma University
2012
The purpose of this research is to find out the increase of students motivation of the eleventh grade students of the Social and Sciences Department of BOPKRI 1 Senior High School Yogyakarta in accounting with the topic: “posting” material from the journal to the ledger through the implementation of cooperative learning model type Teams-Games-Tournament (TGT).
This type of research is a classroom action research. Subjects of the study were 25 students of the 11th grade of Social Sciences Department of BOPKRI 1 Senior High School Yogyakarta academic year 2011/2012. The implementation of classroom action research was conducted in one cycle that includes four phases: planning, action, observation, and reflection. The data were collected by the method of observation, interviews, questionnaires and documentation. Data analysis is descriptive analysis and comparative analysis.
i
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE
TEAMS-GAMES-TOURNAMENT (TGT)
SEBAGAI
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
PADA MATERI PEMBELAJARAN AKUNTANSI
Penelitian Dilaksanakan di Kelas XI IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
SARAWATI IKA NUGRAHENI
081334029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya ini kepada:
Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan
anugrah yang telah diberikan kepada penulis
Ayahku Al. Jumbadi dan ibuku Irene
Sumarni, terimakasih atas kasih sayang,
cinta, dan pengorbanannya selama ini,
kupersembahkan karyaku untuk membalas
semua pengorbanan kalian yang tak
terhingga
v
MOTTO
“Aja Dumeh”
: menentukan manusia untuk
selalu iling pada titahnya
Banyak yang terdahulu akan menjadi yang
terakhir, dan yang terakhir akan menjadi
viii ABSTRAK
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENT (TGT) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATERI
PEMBELAJARAN AKUNTANSI
Penelitian Dilaksanakan di Kelas XI IPS4 SMA BOPKRI 1 Yogyakarta
Sarawati Ika Nugraheni Universitas Sanata Dharma
2012
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa kelas XI IPS 4 SMA BOPKRI 1 Yogyakarta pada mata pembelajaran akuntansi materi posting dari jurnal ke buku besar melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament
(TGT).
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 4 SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 yang terdiri dari 25 orang siswa. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam satu siklus yang meliputi empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah analisis deskriptif dan analisis komparatif.
ix ABSTRACT
COOPERATIVE IMPLEMENTATION OF LEARNING MODEL TYPE GAMES-TEAMS-TOURNAMENT (TGT) AS EFFORTS TO IMPROVE STUDENT LEARNING MOTIVATION IN LEARNING ACCOUNTING A Research Conducted at the Eleventh Grade Students of BOPKRI 1 Senior High
School Yogyakarta
Sarawati Ika Nugraheni Sanata Dharma University
2012
The purpose of this research is to find out the increase of students motivation of the eleventh grade students of the Social and Sciences Department of BOPKRI 1 Senior High School Yogyakarta in accounting with the topic: “posting” material from the journal to the ledger through the implementation of cooperative learning model type Teams-Games-Tournament (TGT).
This type of research is a classroom action research. Subjects of the study were 25 students of the 11th grade of Social Sciences Department of BOPKRI 1 Senior High School Yogyakarta academic year 2011/2012. The implementation of classroom action research was conducted in one cycle that includes four phases: planning, action, observation, and reflection. The data were collected by the method of observation, interviews, questionnaires and documentation. Data analysis is descriptive analysis and comparative analysis.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih penulis haturkan kehadirat Allah Bapa Yang
Maha Kuasa atas segala berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT) Sebagai Upaya
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Pembelajaran
Akuntansi”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan, halyang seperti inipun
bukan hanya semata-mata hasil karya, kemampuan penulis sendiri, tetapi banyak
sekali bantuan dan dorongan serta pembinaan dari beberapa pihak. Untuk itu
penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. R. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan sosial Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing, yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk mengarahkan dan membimbing
xi
5. Segenap dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Akuntansi
Universitas Sanata Dharma.
6. Bapak Drs. Andar Rujito, M.H. selaku kepala sekolah SMA BOPKRI 1
Yogyakarta
7. Ibu Yuliana Ambar. N.K. selaku guru mitra dan seluruh keluarga besar SMA
BOPKRI 1 Yogyakarta, terima kasih atas kerja samanya selama ini.
8. Siswa dan Siswi kelas XI IPS 4 SMA BOPKRI 1 Yogyakarta, terimakasih
untuk kerja sama serta bantuannya selama pelaksanaan penelitian.
9. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak AL. Jumbadi, S.Ag. dan Ibu Irene
Sumarni yang tidak pernah lelah memberikan kasih sayang, doa, dan
dukungan moril maupun material, serta semangat kepada penulis. Berkat
Allah Bapa selalu menyertai Ayah dan Ibu tercinta.
10. Adikku Valentinus Tri Prabowo terimakasih atas dukungan, doanya, belajar
yang sungguh-sungguh dik dan Yesus Memberkati langkahmu.
11. Sahabatku Yustina Reni Swastika, Monica Ervina, dan Noviana Sitarusmi,
terima kasih atas kebersamaanya dan dukungannya selama ini.
12. Margareta Yunita, Stevany Ellia, Tri Hartati, Yustina Dwi Riyanti, Florentina
Sita Puspitasari, Noviana Sitarusmi, dan Beny Wijaya terimakasih untuk
bantuan dan dukungannya selama penelitian.
13. Teman-temanku, Ivena Lemmuela Anindita, Laurentius Dwi Hasto,
Margareta Weny, Rosa Delima Nindia Reni, Nurul Kurniasih, Fransisca Dias,
Robertus Prasetya Jati, Gregorius Yudha, Bayu Nugraha, Yosef Tundra Tri
xii
Wahyu Indriani, Novita Sari, dan semua teman-teman angkatan 2008 yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas semangat, canda
dan tawa selama ini, suatu kebanggaan buat hidupku karena sudah pernah
mengenal kalian semua.
14. Teman-teman OMK St.Antonius Padua Gombang atas dukungan, toleransi,
dan doanya selama ini.
15. Teman-teman Kost Amelia 20F terima kasih untuk canda, tawa, bantuan dan
dukunganya selama ini.
16. Sahabat sejatiku, Paulus Teguh Budiman, Martinus Tega Ardhi Pramarta,
Bambang Suwita Jati, Nugroho Widi, Alloysia Hesti irmawati, Ester Dwi,
terima kasih atas semangat, waktu, kebersamaan kalian, saran, perhatian,
dukungan, doa, dan bantuan kalian yang sangat berarti sehingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi ini. Kalian adalah keluarga kecil ku, Berkah
Allah Bapa selalu menyertai.
17. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada
penulis yang tidak dapat disebut satu persatu.
Suatu pepatah mengatakan bahwa tak ada gading yang tak retak. Penulis
sangat menyadari, bahwa disana sini skripsi ini akan banyak ditemui kekurangan,
kekeliruan, kesalahan, ketidak sempurnaan juga ketidaktepatan penggunaan kata,
kalimat, maupun ungkapan untuk mengutarakan buah pikiran. Untuk itu bagi para
pembaca penulis mengharapkan tegur sapa, koreksi, perbaikan maupun kritik dan
xiii
Akhirnya penulis sedikit menebarkan harapan, semoga segala kebaikan
dan tumpahan kasih sayang semua pihak tersebut diatas mendapatkan berkat yang
melimpah dari Allah Bapa Yang Maha Kuasa. Akhir kata semoga skripsi ini
bermanfaat dan dapat menjadi bahan masukan bagi rekan-rekan dalam menyusun
skripsi.
Yogyakarta, 02 Juli 2012
xiv DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xiiiv
DAFTAR GAMBAR ... xvv
DAFTAR LAMPIRAN ... xviv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Batasan Masalah... 3
C. Rumusan Masalah ... 3
D. Tujuan Penelitian ... 4
xv BAB II TINJAUAN TEORETIK
A. Penelitian Tindakan Kelas... 6
B. Model Pembelajaran Kooperatif ... 12
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT) ... 21
D. Motivasi Belajar ... 23
E. Mata Pelajaran Akuntansi ... 28
F. Kerangka Teoretik ... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 36
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 37
D. Prosedur Penelitian... 37
E. Instrumen Penelitian... 44
F. Teknik Pengumpulan Data ... 53
G. Teknik Analisis Data ... 54
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Sejarah Berdirinya SMA BOPKRI 1 Yogyakarta ... 59
B. Visi dan Misi SMA BOPKRI 1 Yogyakarta ... 61
C. Tujuan SMA BOPKRI 1 Yogyakarta ... 63
D. Sistem Pendidikan SMA BOPKRI 1 Yogyakarta ... 64
E. Kurikulum SMA BOPKRI 1 Yogyakarta ... 64
F. Struktur Organisasi SMA BOPKRI 1 Yogyakarta... 66
xvi
H. Fasilitas Sekolah ... 77
I. Majelis Sekolah dan Komite Sekolah ... 80
J. Sumber Daya Manusia SMA BOPKRI 1 Yogyakarta ... 85
K. Siswa SMA BOPKRI 1 Yogyakarta ... 86
L. Proses Belajar Mengajar SMA BOPKRI 1 Yogyakarta ... 87
M. Hubungan SMA BOPKRI 1 Yogyakarta Dengan Instansi Lain ... 88
N. Usaha-Usaha Peningkatan Kualitas Lulusan ... 90
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data ... 94
B. Analisis Data Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT ... 138
C. Pembahasan ... 144
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 147
B. Keterbatasan Penelitian ... 147
C. Saran ... 148
DAFTAR PUSTAKA ... 151
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Kooperatif ... 16
Tabel 2.2 Kriteria Penghargaan Kelompok ... 22
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 49
Tabel 3.2 PenilaianAcuan Patokan Tipe II (PAP II) ... 50
Tabel 3.3 Rangkuman Pengujian Uji Validitas Motivasi Belajar ... 51
Tabel 3.4 Pengujian Reliabilitas Instrumen Penelitian Berdasarkan Reliability Statistic ... 52
Tabel 4.1 Struktur Kurikulum Kelas X ... 82
Tabel 4.2 Struktur Kurikulum Kelas XI dan XII Program Bahasa ... 83
Tabel 4.3 Struktur Kurikulum Kelas XI dan XII Program IPA ... 84
Tabel 4.4 Struktur Kurikulum Kelas XI dan XII Program IPS ... 85
Tabel 4.5 Daftar Jumlah Siswa Kelas X SMA BOPKRI 1 Yogyakarta... 86
Tabel 4.6 Daftar Jumlah Siswa Kelas XI SMA BOPKRI 1 Yogyakarta ... 86
Tabel 4.7 Daftar Jumlah Siswa Kelas XII SMA BOPKRI 1 Yogyakarta .... 87
Tabel 5.1 Hasil Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran ... 97
Tabel 5.2 Hasil Observasi Kegiatan/Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 100
Tabel 5.3 Analisis Tingkat Motivasi Siswa Pra Implementasi Tindakan .... 102
Tabel 5.4 Hasil Observasi Kondisi Kelas dalam Proses Pembelajaran ... 104
Tabel 5.5 Pembagian Kelompok ... 108
xviii
Tabel 5.7 Aktivitas Kelas Selama Menerapkan Metode Pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT ... 123
Tabel 5.8 Aktivitas Siswa Selama Menerapkan Metode Pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT ... 127
Tabel 5.9 Instrumen Refleksi Kesan Guru Mitra terhadap Metode
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 130
Tabel 5.10 Instrumen Refleksi Kesan Siswa terhadap Metode
Pembelajaran Kooperatif tipe TGT ... 134
Tabel 5.11 Analisis Tingkat Motivasi Siswa Setelah Implementasi
Tindakan ... 138
Tabel 5.12 Analisis Komparatif Motivasi Siswa Sebelum dan Sesudah
Penelitian ... 139
Tabel 5.13 Rekap Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Sebelum dan Setelah
Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 141
Tabel 5.14 Pengujian Normalitas Berdasarkan One Sample
Kolmogorov-Smirnov... 142
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas ... 9
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Observasi Pengamatan Guru ... 155
Lampiran 2 Lembar Observasi Kegiatan Siswa ... 156
Lampiran 3 Lembar Observasi Kegiatan Kelas ... 157
Lampiran 4 Instrumen Hasil Observasi Kegiatan Guru dalam Proses
Pembelajaran ... 158
Lampiran 5 Instrumen Hasil Observasi Kegiatan/aktivitas Siswa dalam
Proses Pembelajaran ... 160
Lampiran 6 Instrumen Hasil Observasi Kondisi Kelas dalam Proses
Pembelajaran ... 161
Lampiran 7 Instrumen Hasil Observasi Kegiatan Guru selama
Menerapkan Metode Pembelajaran kooperatif Tipe TGT ... 162
Lampiran 8 Lembar Instrumen Observasi Kelas selama Menerapkan
Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 164
Lampiran 9 Lembar Instrumen Observasi Siswa selama Menerapkan
Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 166
Lampiran 10 Format Skor Kelompok ... 167
Lampiran 11 Instrumen Refleksi Lembar refleksi guru Mitra terhadap
Komponen Pembelajaran dan Metode TGT ... 168
Lampiran 12 Instrumen Refleksi Lembar Refleksi Siswa Terhadap
Perangkat dan model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 170
Lampiran 13 Kuesioner Pra-Implementasi ... 172
xxi
Lampiran 1a lembar Observasi Aktivitas Guru di Kelas (anekdotal) ... 179
Lampiran 2a Lembar Observasi Aktivitas Siswa di Kelas (anekdotal) ... 181
Lampiran 3a Lembar Observasi Aktivitas di Kelas (anekdotal) ... 183
Lampiran 4a Instrumen Observasi Aktivitas Guru di Kelas Sebelum
Implementasi Metode TGT ... 185
Lampiran 5a Instrumen Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Sebelum
Implementasi Metode TGT ... 188
Lampiran 6a Instrumen Observasi Aktivitas Kelas di Kelas Sebelum
Implementasi Metode TGT ... 190
Lampiran 1b Lembar Obervasi Guru di Kelas (anekdotal)... 193
Lampiran 2b Lembar Observasi Aktivitas Siswa di Kelas (anekdotal) ... 195
Lampiran 3b Lembar Observasi Aktivitas di Kelas (anekdotal) ... 197
Lampiran 7b Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Proses
Pembelajaran Kooperatif tipe TGT ... 199
Lampiran 8b Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Proses
Pembelajaran Kooperatif tipe TGT ... 202
Lampiran 9b Lembar Observasi Kegiatan Kelas dalam Proses
Pembelajaran Kooperatif tipe TGT ... 204
Lampiran 10a Jumlah Skor Kelompok ... 207
Lampiran 15 Daftar anggota Kelompok ... 209
Lampiran 16 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar ... 210
Lampiran 17 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 211
xxii
Lampiran 19 Prosedur Game Make-A Match ... 219
Lampiran 20 Peraturan-peraturan Games ... 220
Lampiran 21 Prosedur Tournament ... 221
Lampiran 22 Peraturan-peraturan ... 222
Lampiran 23 Wawancara Terhadap Guru Mata Pelajaran ... 223
Lampiran 24 Wawancara Terhadap Siswa... 224
Lampiran 25 Analisis Kuesioner Motivasi Belajara siswa Berdasarkan
Penilaian Patokan II (PAP) ... 225
Lampiran 26 Soal Games ... 226
Lampiran 27 Jawaban Games ... 232
Lampiran 28 Soal Tournament ... 238
Lampiran 29 Jawaban Tournament ... 249
Lampiran 30 Hasil Olah Data Motivasi Belajar... 253
Lampiran 31 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 256
Lampiran 32 Instrumen Refleksi Guru ... 261
Lampiran 33 Instrumen Refleksi Siswa ... 263
Lampiran 34 Tabulasi Variabel Motivasi Belajar Pra-Implementasi
Tindakan ... 285
Lampiran 35 Tabulasi Variabel Motivasi Belajar Setelah Implementasi
Tindakan ... 290
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pembelajaran akuntansi kerap kali dijadikan momok bagi para siswa.
Mereka beranggapan bahwa akuntansi itu susah, tidak terkecuali materi posting
dari jurnal ke buku besar. Posting merupakan proses pencatatan transaksi
kedalam jurnal ke buku besar (Hendri Yulius, 2002:19-20). Pemahaman atas
jurnal, buku besar, serta posting merupakan hal yang penting bagi siswa. Jika
siswa tidak paham akan materi tersebut, siswa akan mengalami kesulitan untuk
memahami proses pembelajaran akuntansi pada tahap berikutnya.
Agar tujuan pembelajaran dari materi posting dari jurnal ke buku besar
dapat tercapai, guru harus dapat merancang sistem pembelajaran yang menarik
dan inovatif. Seorang guru dapat mempersiapkan media pembelajaran seperti
power point, bukti-bukti transaksi yang relevan, dan lain sebagainya untuk
mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Di samping itu guru perlu
memiliki model pembelajaran yang tepat agar efektifitas pembelajaran di kelas
lebih meningkat.
Faktanya, banyak masalah yang dihadapi pada saat proses pembelajaran
akuntansi di sekolah. Salah satu masalah dalam pembelajaran adalah rendahnya
motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan data yang diperoleh
15 Oktober 2011 di kelas XI IPS 4 SMA BOPKRI 1 Yogyakarta menunjukkan
bahwa selama pembelajaran berlangsung siswa lebih asyik dengan dirinya
sendiri, bermain hand phone, laptop, tidur-tiduran, dan ada yang mengerjakan
tugas pelajaran lain. Siswa berpartisipasi dalam pembelajaran jika guru
mengajukan pertanyaan kepada mereka. Kondisi tersebut disebabkan
kurangnya guru dalam memanfaatkan media yang tersedia dan kurang tepatnya
metode yang dipilih dalam pembelajaran. Dengan demikian guru perlu segera
mengambil tindakan untuk mengatasi masalah tersebut. Oleh sebab jika
masalah tidak segera diatasi, hal tersebut akan menyebabkan kurang pahamnya
siswa terhadap materi yang disampaikan.
Dengan mengacu pada uraian masalah tersebut di atas penulis dan guru
mitra akan melakukan penelitian tindakan kelas untuk menjawab masalah
rendahnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Akuntansi di SMA
BOPKRI 1 Yogyakarta. Tindakan yang dipilih adalah perbaikan mutu
pembelajaran melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Teams-Games-Tournament). Model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Teams-Games-Tournament) dipilih karena metode tersebut secara konsep
cocok untuk menghidupkan susasana kelas. Pembelajaran dengan metode ini
melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,
melibatkan siswa sebagai tutor sebaya, serta mengandung unsur permainan
didalamnya. Pada model ini siswa melaksanakan permainan dengan
anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.
3
mengungkapkan pendapatnya, menerima pendapat orang lain, bekerja sama
dalam kelompok, serta berkompetisi. Hal ini sejalan dengan pendapat
Winastwan Gora (2010:63-64) yang menyatakan bahwa terdapat empat
komponen utama yang harus ditempuh dalam pembelajaran TGT yaitu:
mengajar (teach), belajar kelompok (team study), permainan (game
tournament), penghargaan kelompok (team recognition).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tindakan kelas dengan spesifikasi judul “IMPLEMENTASI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TEAMS-GAMES-TOURNAMENT (TGT) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMBELAJARAN
AKUNTANSI”. Penelitian ini akan dilaksanakan pada siswa kelas XI Jurusan
IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta.
B. Batasan Masalah
Penelitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki bagaimana penerapan
metode pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dalam
upaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi
dengan pokok bahasan posting dari jurnal ke buku besar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dirumuskan
TGT sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
akuntansi dengan pokok bahasan posting dari jurnal ke buku besar kelas XI IPS
4 di SMA BOPKRI I Yogyakarta?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran akuntansi pokok bahasan posting dari jurnal ke buku besar melalui
implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament
(TGT) pada siswa kelas XI IPS 4 SMA BOPKRI I Yogyakarta.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi siswa
a) Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi peserta didik untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran akuntasi.
b) Membiasakan siswa untuk belajar aktif dan kreatif.
c) Meningkatkan tanggung jawab dan rasa kebersamaan bagi setiap
kelompok kerja dalam melaksanakan tugas pembelajaran.
2. Bagi Guru
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
guru-guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran
5
BOPKRI I Yogyakarta melalui implementasi model pembelajaran
kooperatif tipe TGT.
3. Bagi Sekolah SMA BOPKRI 1 Yogyakarta
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk memotivasi guru bidang
studi lain agar semakin terdorong dalam menerapkan metode pembelajaran
yang bervariasi guna meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan
mutu pembelajaran di sekolah.
4. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi mahasiswa
FKIP untuk mengetahui penelitian tindakan kelas dan mampu menerapkan
penelitian tindakan kelas di sekolah. Di samping itu penelitian ini sebagai
implementasi nyata salah satu tugas perguruan tinggi di bidang penelitian
sehingga masyarakat dapat mengambil manfaat dari penelitian tersebut.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti lain yang melakukan penelitian serupa dapat digunakan hasil
penelitian ini sebagai bahan referensi. Peneliti selanjutnya diharapkan
6
BAB II
TINJAUAN TEORETIK
A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru
di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan
merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat
meningkat (Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2009:9). Menurut
Rochman Natawijaya, 1977 (Masnur Muslich, 2009:9), penelitian tindakan
kelas adalah pengkajian terhadap permasalahan praktis yang bersifat
situsional dan kontekstual, yang ditujukan untuk menentukan tindakan yang
tepat dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi, atau memperbaiki
sesuatu.
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:2-3), ada tiga kata yang
membentuk pengertian PTK, yaitu :
a. Penelitian – menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang brmanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
b. Tindakan – menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
7
adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1)
penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, maka dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru
atau dengan arahan dari guru kemudian dilakukan oleh siswa. Penelitian
tindakan kelas merupakan penelitian yang terpola dan dirancang secara
khusus untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di dalam proses
pembelajaran. Penelitian ini harus dilaksanakan secara terencana dan
menurut prosedur yang telah ada, maksudnya setiap langkah yang ditempuh
dalam PTK harus dilakukan secara terprogram untuk menghasilkan kualitas
pembelajaran yang lebih baik dari sebelumnya.
2. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Ada beberapa prinsip dasar yang melandasi PTK. Menurut Hopkins,
1993 (Tukiran Taniredja, 2010:17), prinsip yang dimaksud adalah:
a. Tugas pendidik dan tenaga kependidikan yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas.
b. Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data.
c. Kegiatan peneliti yang merupakan bagian integral dari pembelajaran harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah.
d. Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil merisaukan tanggung jawab profesional dan komitmen terhadap diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang sesungguhnya.
f. Cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi pada masalah pembelajaran di kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran di luar kelas.
3. Tahapan Pelaksanaan PTK
Dalam tahap penelitian tindakan dilakukan kegiatan-kegiatan yang
membentuk siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahap sebagai berikut
(Suharsimi Arikunto, 2006:17-20):
a. Menyusun rencana tindakan (planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi. Dalam penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Kolaborasi juga dapat dilakukan oleh dua orang guru, yang dengan cara bergantian mengamati. Ketika sedang mengajar, dia adalah seorang guru; ketika sedang mengamati, dia adalah seorang peneliti. Dalam hal ini, Peneliti menentukan titik peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pelaksanaan merupakan implementasi isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke-2 ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah di rumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat.
c. Pengamatan (Observing)
Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh pengamat. Biasanya pengamatan ini dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung pada waktu yang sama. Sebutan tahap ke-2 diberikan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana yang juga berstatus sebagai pengamat.
d. Refleksi (Reflecting)
9
selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Istilah refleksi disini sama dengan “memantul, seperti halnya memancar dan menatap kena kaca.” Dalam hal ini, guru pelaksana sedang memantulkan pengalamannya pada peneliti yang baru saja mengamati kegiatanya dalam tindakan. Inilah inti dari penelitian tindakan, yaitu ketika guru pelaku tindakan siap mengatakan kepada peneliti pengamat tentang hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagian mana yang belum.
Adapun model untuk masing-masing tahap dalam PTK dapat dilihat
pada siklus berikut ini (Suharsimi Arikunto, 2006:16):
Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas
4. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Kunandar (2008:58-60) dalam Tukiran Taniredja
(2010:18-19), PTK berbeda dengan penelitian formal (konvensional) pada umumnya.
a. On – the job problem oriented
Masalah yang diteliti adalah masalah riil atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab peneliti.
b. Problem – solving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah). c. Improvement – oriented (berorientasi pada peningkatan mutu).
d. Ciclic (siklus). Konsep tindakan (action) dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri daribeberapa tahap berdaur ulang (cyclical).
e. Action oriented. Dalam PTK selalu didasarkan pada adanya tindakan (treatment) tertentu untuk memperbaiki PBM di kelas.
f. Pengkajian terhadap dampak tindakan.
g. Specifics contextual. Aktivitas PTK dipicu oleh permasalahan praktis yang dihadapi guru dalam PBM di kelas.
h. Partisipatory (collaborative). PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain, seperti teman sejawat.
i. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.
j. Dilakukan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus, dalam satu siklus terdiri dari tahapan perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection) dan selanjutnya diulang kembali dalam beberapa siklus.
5. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian yang menggunakan ancangan penelitian tindakan kelas
umumnya diarahkan pada pencapaian sasaran sebagai berikut (Suharsimi
Arikunto, 2006:107):
a. Memerhatikan dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil pembelajaran;
b. Menumbuhkembangkan budaya meneliti bagi tenaga kependidikan agar lebih proaktif mencari solusi akan permasalahan pembelajaran;
c. Menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti para tenaga pendidik dan kependidikan, khususnya mencari solusi masalah-masalah pembelajaran;
d. Meningkatkan kolaborasi antartenaga pendidik dan tenaga kependidian dalam memecahkan masalah pembelajaran;
6. Manfaat yang bisa diperoleh dari PTK
Banyak manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan PTK. Manfaat
11
a. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran yang menjadi tugas utamanya. b. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi peningkatan sikap profesional
guru.
c. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa.
d. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.
e. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/peningkatan kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainya.
f. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
g. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/pengembangan pribadi siswa di sekolah.
h. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/peningkatan kualitas penerapan kurikulum.
Sementara menurut Suharsimi Arikunto (2006:107-108), beberapa
manfaat dari PTK, yaitu:
a. Inovasi pembelajaran
b. Pengembangan kurikulum di tingkat regional atau nasional c. Peningkatan profesionalisme pendidikan
7. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Wina Sanjaya (2011:37-38), terdapat beberapa kelebihan
dan kelemahan dalam PTK, antara lain:
a. Kelebihan Penelitian Tindakan Kelas
1) PTK tidak dilaksanakan oleh seorang saja akan tetapi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan berbagai pihak antara lain guru sebagai pelaksana tindakan sekaligus sebagai peneliti, observasi baik yang dilakukan oleh guru lain sebagai teman sejawat atau oleh orang lain, ahli peneliti yang biasanya orang-orang LPTK dan siswa itu sendiri.
3) Hasil atau simpulan yang diperoleh adalah hasil kesepakatan semua pihak khususnya antara guru sebagai peneliti dengan mitranya, demikian akan meningkatkan validitas dan reliabilitas hasil penelitian.
4) PTK berangkat dari masalah yang dihadapi guru secara nyata, dengan demikian kelebihan PTK adalah hasil yang diperoleh dapat secara langsung diterapkan guru.
b. Kelemahan Penelitian Tindakan Kelas
1) Keterbatasan yang berkaitan dengan aspek peneliti atau guru itu sendiri.
2) PTK adalah penelitian yang berangkat dari masalah praktis yang dihadapi oleh guru, dengan demikian simpulan yang dihasilkan tidak bersifat universal yang berlaku secara umum.
3) PTK adalah penelitian yang bersifat situsional dan kondisional, yang bersifat longgar yang kadang-kadang tidak dapat menerapkan prinsip-prinsip metode ilmiah secara ajek.
B. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model Pembelajaran
Dalam model pembelajaran terdapat strategi untuk mencapai
kompetensi yang harus bisa di kuasai oleh siswa, yaitu dengan
menggunakan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Pendekatan
merupakan konsep dasar yang melingkupi metode pembelajaran dengan
cakupan teoritis. Sedangkan metode merupakan penjabaran dari berbagai
pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode
pembelajaran. Metode merupakan prosedur pembelajaran yang difokuskan
pada pencapaian tujuan. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai
teknik pembelajaran. Teknik sendiri merupakan cara konkrit yang dipakai
saat proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan uraian tersebut, guru
13
Bungkus dari penerapan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran
tersebut dinamakan model pembelajaran (Suyatno, 2009:26).
Trianto (2010:51) mengemukakan bahwa model pembelajaran
merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pebelajaran
dalam tutorial. Selain itu, Agus Suprijono (2009:45-46) menyatakan bahwa
model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil
penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang
berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya
pada tingkat operasional dikelas. Secara lebih sederhana, model
pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai
akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas (Suyatno, 2009:26).
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Suyatno (2009:51), model pembelajaran kooperatif
merupakan kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja
sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan,
atau inkuiri. Menurut Slavin (2008:4):
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajarai dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman mereka.
Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keaktifan siswa. Made
pembelajaran diharapkan hasil pembelajaran dan retensi siswa dapat
meningkat dan kegiatan pembelajaran lebih bermakna. Menurut Nurhadi
dan Senduk (Made Wena, 2009:189), pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran secara sadar menciptakan interaksi yang silih asih sehingga
sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga
sesama siswa. Sedangkan Anita Lie (Made Wena, 2009:189) menyatakan
bahwa berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pembelajaran oleh rekan
sebaya (peer teaching) melalui pembelajaran kooperatif ternyata lebih
efektif daripada pembelajaran oleh pengajar.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif adalah model pengajaran yang membagi siswa
menjadi kelompok kecil yang heterogen agar setiap anggota kelompok dapat
bekerja sama menyelesaikan masalah, dan menyatukan pendapat untuk
memperoleh keberhasilan yang optimal baik kelompok maupun individual
dalam memahami materi pelajaran.
3. Unsur-unsur Dasar Model Pengajaran Kooperatif
Pengajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat
elemen-elemen yang saling terkait. Ada berbagai elemen yang merupakan
ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif. Tidak semua belajar
kelompok dapat dikatakan sebagai pembelajaran kooperatif. Untuk
mencapai hasil maksimal, lima unsur dalam pembelajaran kooperatif harus
diterapkan. Menurut Roger dan David Johnson (Agus Suprijono, 2009:58)
15
a. Positive interdependence (saling ketergantungan positif) b. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan) c. Face to face promotive interaction (interaksi promotif) d. Inter personal skill (komunikasi antar anggota)
e. Group processing (pemrosesan kelompok)
Unsur pertama pengajaran kooperatif adalah saling ketergantungan
positif. Dalam unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran
kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertanggungjawaban itu
meliputi pertanggungjawaban mempelajari bahan yang ditugaskan
kelompok dan menjamin semua anggota kelompok secara individu
mempelajari bahan yang sudah ditugaskan. Unsur kedua dari pengajaran
kooperatif adalah pertanggungjawaban individual. Pertanggungjawaban ini
muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok.
Tanggung jawab perseorangan adalah kunci yang menjamin semua anggota
yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama”. Unsur ketiga dari pengajaran
kooperataif adalah interaksi promotif. Unsur ini dapat menghasilkan saling
ketergantungan positif. Agus Suprijono (2009:60) menyebutkan ciri-ciri
interaksi promotif adalah:
a. Saling membantu secara efektif dan efisien.
b. Saling member informasi dan sarana yang diperlukan.
c. Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien. d. Saling mengingatkan.
e. Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi.
f. Saling percaya dan saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.
Unsur keempat dari pengajaran kooperatif adalah keterampilan
berkomunikasi secara akurat, saling mendukung, dan mampu menyelesaikan
konflik secara konstruktif. Unsur kelima adalah pemrosesan kelompok.
Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan
kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Tujuan
pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam
memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan
kelompok.
4. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif yang belum dilaksanakan dengan
baik akan menimbulkan kekhawatiran kelas akan menjadi gaduh karena
dalam pembelajaran kooperatif guru hanya membagi siswa kedalam
kelompok kemudian memberikan tugas untuk dikerjakan tanpa memberikan
pedoman terdahulu. Sehingga siswa menjadi bingung dan tidak paham
bagaimana proses pengerjaanya. Untuk meminimalkan hal tersebut terjadi,
maka perlu memahami sintak model pembelajaran kooperatif yang terdiri
dari enam fase menurut (Agus Suprijono, 2009:65) berikut ini:
Tabel 2.1
Sintaks Pembelajaran Kooperatif
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1: Present goals and set menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
mempersiapkan peserta didik siap belajar.
Fase 2: Present information Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal.
Fase 3: Organize students into learning teams
Mengorganisir peserta didik
Memberikan penjelasan kepada peserta
17
kedalam tim-tim belajar. belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien. Fase 4: Assist team work and
study
Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya.
Fase 5: Test on the materials Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi
pembelajaran
atau kelompok-kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6: Provide recognition
Memberikan pengakuan atau penghargaan.
Mempersiapkan cara untuk mengakui
usaha dan prestasi individu maupun kelompok.
5. Implikasi Model Pembelajaran Kooperatif
Davidson (Trianto, 2009:62-63) memberikan sejumlah implikasi
positif dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi belajar kooperatif,
yaitu sebagai berikut:
a. Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar. Kelompok kecil membentuk suatu forum di mana siswa menanyakan pertanyaan, mendiskusikan pendapat, belajar dari pendapat orang lain, memberikan kritik yang membangun dan menyimpulkan penemuan mereka dalam bentuk tulisan.
b. Kelompok kecil menawarkan kesempatan untuk sukses bagi semua siswa. Interaksi dalam kelompok dirancang untuk semua anggota mempelajari konsep dan strategi pemecahan masalah.
c. Suatu masalah idealnya cocok untuk didiskusikan secara kelompok, sebab memiliki solusi yang dapat didemonstrasikan secara objektif. Seorang siswa dapat mempengaruhi siswa lain dengan arggumentasi yang logis.
d. Siswa dalam keompok dapat membantu siswa lain untuk menguasai masalah-masalah dasar dan prosedur perhitungan yang perlu dalam konteks permainan, teka teki, atau pembahasan masalah-masalah yang bermanfaat.
6. Metode-Metode Pengajaran Kooperatif
Ada beberapa metode pengajaran kooperatif yang telah
dikembangkan dan diteliti secara ekstensif dalam dunia pendidikan.
Menurut Slavin (2008:10-26), metode-metode pengajaran kooperatif
meliputi:
a. Student Team-Achievement Division (STAD).
Yang menggunakan langkah pembelajaran di kelas dengan menempatkan siswa ke dalam tim belajar yang terdiri dari empat orang campuran berdasarkan prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyampaikan materi, kemudian siswa dalam tim mereka memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya siswa mengerjakan kuis menegenai materi secara sendiri-sendiri, di mana saat itu mereka tidak diperbolehkan saling bantu. Tim yang skornya dapat memenuhi kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lainya.
b. Teams Games-Tournament (TGT).
Hampir sama dengan STAD tetapi kuis yang ada pada STAD diganti dengan turnamen mingguan dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. c. Jigsaw II.
Yang merupakan pengembangan dari teka-teki. Dalam metode jigsaw siswa dikelompokkan ke dalam tim beranggotakan empat orang yang mempelajari materi akademik yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa subbab. Tiap anggota tim ditugaskan menjadi “ahli” untuk aspek tertentu dari subbab.
d. Team Accelerated Instruction (TAI).
Sama dengan STAD dan TGT menggunakan penggunaan bauran kemampuan empat anggota yang berbeda dan memberi sertifikat untuk tim dengan kinerja terbaik. Namun TAI merupakan metode pengajaran kooperatif yang lebih menekankan pengajaran individual meskipun tetap menggunakan pola kooperatif.
e. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).
Merupakan program komprehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada kelas sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah. Dalam CIRC, guru menggunakan novel atau
bacaan yang berisi latihan soal dan cerita. Siswa ditugaskan untuk
berpasangan dalam tim mereka untuk belajar dalam serangkaian kegiatan yang bersifat kognitif.
f. Group Investigation (penelitian kelompok).
19
Group Investigation merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum di mana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif.” Dalam metode ini, para siswa dibebaskan membentuk kelompok sendiri yang terdiri dari 2 sampai 6 anggota.
g. Learning Together (Belajar Bersama).
Yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok beranggotakan empat atau lima siswa heterogen untuk menangani tugas tertentu dan akan menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.
h. Complex Instruction (Pengajaran Kompleks).
Merupakan metode pengajaran kooperatif yang berorientasi pada penemuan khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan ilmiah, matematika, dan ilmu sosial. Fokus utama dari complex instruction pada membangun respek terhadap semua kemampuan yang dimiliki siswa.
i. Structur Dyadic Method (Metode Struktur Berpasangan).
Merupakan metode pengajaran kooperatif berstuktur melibatkan kelompok beranggotakan sekitar empat orang yang memiliki kebebasan tertentu dalam menentukan bagaimana mereka akan bekerja sama. Ada 2 macam stuktur yang dikembangkan untuk mengajarkan isi akademis yaitu Think-pair-share dan Numbered-heads-together (Arends, 1997:122).
7. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
a. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif
Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi
pembelajaran diantaranya (Wina Sanjaya, 2011:247-249):
1) Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
2) Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
3) Pembelajaran kooperatif membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
5) Pembelajaran kooperatif merupakan suatu energi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
6) Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahaman sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
7) Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
8) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.
b. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Di samping keunggulan, pembelajaran kooperatif juga memiliki
keterbatasan, diantaranya (Wina Sanjaya, 2011:247-249):
1) Untuk memahami dan mengerti filosofi pembelajaran kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat pembelajaran kooperatif. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya keadaan semacam ini dapat menganggu iklim kerja sama dalam kelompok.
2) Ciri utama pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan.
3) Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
4) Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran dalam berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dalam hal ini tidak mungkin tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi ini.
21
kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu, idealnya dalam pembelajran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT)
Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan salah satu metode
pembelajaran kooperatif yang mudah untuk diterapkan, di dalam pembelajaran
metode ini melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,
melibatkan siswa sebagai tutor sebaya, serta mengandung unsur permainan
didalamnya. Pada model ini siswa memainkan permainan dengan
anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.
Dalam aktivitas pembelajaran yang ada, siswa dilatih untuk berani
mengungkapkan pendapatnya, menerima pendapat orang lain, bekerja sama
dalam kelompok, serta berkompetisi (Slavin, 1995:84).
Menurut Winastwan Gora (2010:61), TGT merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok
belajar beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan,
jenis kelamin, dan suku kata atau ras yang berbeda. Sedangkan menurut
Trianto (2009:83), model pembelajaran kooperatif tipe
Teams-Games-Tournament (TGT) atau Pertandingan Permainan Tim dikembangkan secara
asli oleh David De Vries dan Keath Edward. Pada model ini siswa memainkan
permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin
TGT secara umum sama dengan STAD yang membedakan keduanya adalah di dalam TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara dengan mereka.
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, menurut
Winastwan Gora (2010:63-64), ada beberapa tahapan yang perlu ditempuh,
yaitu:
1. Mengajar (teach), mempresentasikan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.
2. Belajar kelompok (team study), siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 orang dengan kemampuan akdemik, jenis kelamin, dan rasa/suku yang berbeda. Setelah guru menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi dengan menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi unuk memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok yang salah dalam menjawab.
3. Permainan (game tournament), permainan diikuti oleh anggota kelompok dari masing-masing kelompok yang berbeda. Tujuan permainan ini untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok.
4. Penghargaan kelompok (team recognition), pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata point yang diperoleh kelompok dari permainan. Lembar penghargaan dicetak dalam kertas HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi kategori rerata poin sebagai berikut:
Tabel 2.2
Kriteria Penghargaan Kelompok
Sumber Slavin (1995)
kriteria(rerata kelompok) Predikat 30 sampai 39 Tim kurang baik 40 sampai 44 Tim baik 45 sampai 49 Tim baik sekali
23
D. Motivasi Belajar Siswa
1. Pengertian Motivasi
Banyak para ahli yang mengemukakan pendapat mengenai motivasi.
Menurut Mc. Donald (Oemar Hamlik, 2003:158) mengemukakan motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian
ini, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks.
Menurut Dimiyati dan Mudjiono (1999:81), motivasi adalah dorongan
terhadap kekuatan mental yang terjadi dalam diri siswa. Dalam hal ini
motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan
mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi
terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan sikap dan perilaku belajar.
Sejalan dengan pernyataan di atas, Uno (2007:1) menyatakan bahwa
motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah
laku dan dapat juga diartikan sebagai proses untuk mencoba mempengaruhi
orang atau orang-orang yang dipimpinya agar melakukan pekerjaan yang
diinginkan, sesuai dengan tujuan tertentu yang ditetapkan lebih dahulu.
Pendapat lain diungkapkan oleh Winkel (Uno, 2007:3) yang menyatakan
bahwa motivasi berasal dari motif yaitu daya penggerak dalam diri
seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan
tertentu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa motivasi belajar
merupakan kekuatan atau daya penggerak yang mendorong diri seseorang
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin
melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk
meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu (Sardiman, 2008:75).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa
dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan
memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh
subjek itu dapat tercapai. Sedangkan motivasi belajar merupakan faktor
psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal
penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar.
2. Macam-macam Motivasi
Macam-macam motivasi belajar disini akan dibahas dua macam
sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam pribadi seseorang
(intrinsik) dan yang berasal dari luar diri seseorang (ekstrinsik)
a. Motif Intrinsik
Menurut Uno (2007:4), motif intrinsik timbulnya tidak memerlukan
rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu
sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Motif intrinsik
dapat ditimbulkan dengan menumbuhkan dan mengembangkan minat
terhadap bidang studi yang relevan. Sebagai contoh, memberitahukan
25
pembelajaran akan dimulai yang menimbulkan motif keberhasilan
mencapai sasaran.
b. Motif Ekstrinsik
Motif ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan sari luar individu,
misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang positif terhadap
kegiatan pendidikan yang timbul karena melihat manfaatnya. Berikut
beberapa hal yang dapat menimbulkan motif ekstrinsik, antara lain
(Uno, 2007:4):
1) Pendidik memerlukan anak didiknya, sebagai manusia yang berpribadi, menghargai pendapatnya, pikiranya, perasaannya, maupun keyakunanya.
2) Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan kegiatan pendidiknya.
3) Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga pengarahan kepada anak didiknya dan membantu apabila mengalami kesulitan, baik yang bersifat pribadi maupun akademis.
4) Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan penguasa bidang studi atau materi yang diajarkan kepada peserta didiknya. 5) Pendidik harus mempunyai rasa cinta dan sifat pengabdian kepada
profesinya sebagi pendidik.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri
seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Indikator motivasi
belajar dapat di klasifikasikan sebagai berikut (Uno, 2007:10): (a) adanya
hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan; (b) adanya dorongan dan
kebutuhan melakukan kegiatan; (c) adanya harapan dan cita-cita; (d)
penghargaan dan penghormatan atas diri; (e) adanya lingkungan yang baik,
3. Peran Motivasi Belajar
Menurut Uno (2007, 27), ada beberapa peranan penting dari motivasi
dalam belajar dan pembelajaran, antara lain:
a. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.
b. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar
Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitanya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak.
c. motivasi menentukan ketekunan belajar
Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar.
4. Strategi Untuk Menumbuhkan Motivasi Belajar
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa, menurut Jamal Ma’mur Asmani
(2011:177-178) yang menumbuhkan motivasi belajar siswa, adalah sebagai
berikut:
a. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar, seharusnya seorang guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tujuan instruksional khusus yang akan dicapainya, kepada siswa. Makin jelas tujuan, maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
b. Memberikan hadiah pada siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
c. Saingan/Kompetisi
27
d. Pujian
Memberikan pujian pada siswa yang berprestasi. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
e. Hukuman
Memberikan hukuman pada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa siswa tersebut mau mengubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
f. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal kepada peserta didik. g. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
h. Membantu kesulitan belajar anak didik, baik secara individual maupun kelompok.
i. Menggunakan metode yang bervariasi dalam proses belajar mengajar. j. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
5. Teknik-Teknik Motivasi
Beberapa teknik motivasi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran
sebagai berikut (Uno: 2007:34):
a. Pernyataan penghargaan secara verbal
b. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemicu keberhasilan c. Menimbulkan rasa ingin tahu
d. Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa e. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa
f. Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar g. Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu
konsep dan prinsip yang telah dipahami
h. Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya
i. Menggunakan simulasi dan permainan
j. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan umum
k. Menguraikan akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar
l. Memahami iklim sosial dalam sekolah
m. Memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat n. Memperpadukan motif-motif yang kuat o. Memperjelas tuuan belajar hendak dicapai p. Merumuskan tujuan-tujuan sementara
6. Ciri-Ciri Motivasi
Motivasi yang ada pada diri seseorang memiliki ciri-ciri sebagai
berikut (Sardiman, 2008:83):
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dallam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. d. Lebih senang bekerja mandiri.
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
f. Dapat mempertahankan pendapatnya.
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
E. Mata Pelajaran Akuntansi
1. Pengertian Akuntansi
Menurut Accounting Principles Board (APB) dalam Slamet Sugiri
(2007: 1) mendefinisikan akuntansi sebagai:
Sebuah kegiatan jasa. Fungsinya adalah untuk menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, tentang entitas ekonomik yang dimaksudkan agar berguna dalam pengambilan keputusan ekonomik-dalam mengambil pilihan-pilihan beralasan diantara beberapa tindakan alternatif. akuntansi meliputi beberapa cabang, misalnya, akuntansi keuangan, akuntansi manajerial, dan akuntansi manajerial.
Menurut Evi Maria (2007:1), akuntansi adalah seni pencatatan,
penggolongan dan peringkasan kejadian dan transaksi yang bersifat
keuangandengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang,
dan menginterpretasikan hasil proses tersebut. Inisial akuntansi memiliki
29
A = Angka
Memberikan informasi yang bersifat kuantitatif. K = Keputusan
Memberikan informasi yang dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan.
U = Uang
Yang dicatat hanya yang berdampak moneter. N = Nilai
Yang dicatat juga adalah segala sesuatu yang memiliki nilai. T = Transaksi
Ia hanya mencatat transaksi keuangan yang terjadi dalam perusahaan.
A = Analisis
Akuntansi juga merupakan bahan untuk dianalisis. N = Netral
Transaksi yang dilaporkan tidak memihak pada siapa-siapa S = Seni
Karena memerlukan berbagai pertimbangan dan keahlian khusus. I = Informasi
Memberikan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa akuntansi
adalah kegiatan pencatatan, penggolongan, pengukuran, pelaporan transaksi
keuangan dengan cara tertentu yang berguna dalam pengambilan keputusan
ekonomik.
2. Pengertian Jurnal
Jurnal merupakan suatu daftar yang berisi rekaman kronologis dari
transaksi-transaksi keuangan yang terjadi dalam perusahaan berdasarkan
bukti transaksi yang ada. Sedangkan jurnal umum merupakan bentuk jurnal
yang paling sederhana secara kronologis mencatat transaksi-transaksi yang
dinyatakan dalam satuan debit dan kredit ke rekening tertentu Evi Maria
3. Fungsi Jurnal
Terdapat beberapa fungsi jurnal sebagaimana akan diuraikan
dibawah ini
a. Fungsi Historis
Yaitu jurnal merupakan kegiatan mencatat semua transaksi keuangan secara kronologis atau berurutan sesuai dengan tanggal terjadinya. b. Fungsi mencatat
Yaitu jurnal merupakan pencatatan yang lengkap terperinci, artinya semua transaksi dengan sumbernya harus dicatat tanpa ada yang ketinggalan.
c. Fungsi analisis
Yaitu jurnal menganalisis transaksi untuk menentukan akun yang harus di Debet maaupun yang di Kredit.
d. Fungsi instruktif
Yaitu jurnal merupakan perintah memposting dalam buku besar baik yang di Debet maupun yang di Kredit sesuai hasil analisis dalam jurnal.
e. Fungsi informatif yaitu jurnal memberikan keterangan kegiatan perusahaan secara jelas.
4. Bentuk jurnal
Jurnal mampu memenuhi fungsinya seperti menentukan ke akun
mana suatu transaksi akan dicatat. Sebelumnya juga telah dijelaskan bahwa
jurnal memuat beberapa fungsi, seperti fungsi historis dan fungsi informatif.
Karena itu, bentuk jurnal adalah sedemikian rupa sehingga mampu
memenuhi fungsi-fungsi tersebut
31
2. Diisi dengan tanggal terjadinya transaksi secara berurutan dengan kronologis terjadinya transaksi.
3. Diisi Kolom no.nomor surat bukti transaksi.
4. Diisi dengan nama akun yang di debet ditulis terlebih dahulu, baris bawahnya ditulis akun yang di kredit dan ditulis menjorok ke sebelah kanan. Selanjutnya baris bawahnya ditulis penjelasan ringkas transaksi yang bersangkutan.
5. Diisi nomor kode akun, tetapi ingat nomor kode akun ini diisi hanya jika akan diposting ke buku besar.
6. Dan 7 diisi dengan jumlah rupiah dari akun yang di debet maupun yang di kredit.
5. Buku Besar
Buku besar (Ledger) adalah kumpulan akun-akun yang digunakan
untuk meringkas transaksi yang telah dicatat dalam jurnal. Buku besar juga
dapat diartikan tahapan catatan terakhir dalam akuntansi (book of final
entry) yang menampung ringkasan data yang sudah dikelompokan atau
diklasifikasikan yang berasal dari jurnal
6. Bentuk Buku Besar
Bentuk buku besar yang biasa digunakan adalah Hendri Yulius
(2002:36-37):
a. Bentuk T sederhana
Nama Akun