• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi pembelajaran akuntansi : penelitian dilaksanakan di kelas XI IPS SMA Bopkri 1 Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi pembelajaran akuntansi : penelitian dilaksanakan di kelas XI IPS SMA Bopkri 1 Yogyakarta."

Copied!
319
0
0

Teks penuh

(1)

viii

ABSTRAK

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENT (TGT) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATERI

PEMBELAJARAN AKUNTANSI

Penelitian Dilaksanakan di Kelas XI IPS4 SMA BOPKRI 1 Yogyakarta Sarawati Ika Nugraheni

Universitas Sanata Dharma 2012

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa kelas XI IPS 4 SMA BOPKRI 1 Yogyakarta pada mata pembelajaran akuntansi materi posting dari jurnal ke buku besar melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT).

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 4 SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 yang terdiri dari 25 orang siswa. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam satu siklus yang meliputi empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah analisis deskriptif dan analisis komparatif.

(2)

ix

ABSTRACT

COOPERATIVE IMPLEMENTATION OF LEARNING MODEL TYPE GAMES-TEAMS-TOURNAMENT (TGT) AS EFFORTS TO IMPROVE STUDENT LEARNING MOTIVATION IN LEARNING ACCOUNTING

A Research Conducted at the Eleventh Grade Students of BOPKRI 1 Senior High School Yogyakarta

Sarawati Ika Nugraheni Sanata Dharma University

2012

The purpose of this research is to find out the increase of students motivation of the eleventh grade students of the Social and Sciences Department of BOPKRI 1 Senior High School Yogyakarta in accounting with the topic: “posting” material from the journal to the ledger through the implementation of cooperative learning model type Teams-Games-Tournament (TGT).

This type of research is a classroom action research. Subjects of the study were 25 students of the 11th grade of Social Sciences Department of BOPKRI 1 Senior High School Yogyakarta academic year 2011/2012. The implementation of classroom action research was conducted in one cycle that includes four phases: planning, action, observation, and reflection. The data were collected by the method of observation, interviews, questionnaires and documentation. Data analysis is descriptive analysis and comparative analysis.

(3)

i

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE

TEAMS-GAMES-TOURNAMENT (TGT)

SEBAGAI

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

PADA MATERI PEMBELAJARAN AKUNTANSI

Penelitian Dilaksanakan di Kelas XI IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

SARAWATI IKA NUGRAHENI

081334029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya ini kepada:

Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan

anugrah yang telah diberikan kepada penulis

Ayahku Al. Jumbadi dan ibuku Irene

Sumarni, terimakasih atas kasih sayang,

cinta, dan pengorbanannya selama ini,

kupersembahkan karyaku untuk membalas

semua pengorbanan kalian yang tak

terhingga

(7)

v

MOTTO

“Aja Dumeh”

: menentukan manusia untuk

selalu iling pada titahnya

Banyak yang terdahulu akan menjadi yang

terakhir, dan yang terakhir akan menjadi

(8)
(9)

viii ABSTRAK

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENT (TGT) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATERI

PEMBELAJARAN AKUNTANSI

Penelitian Dilaksanakan di Kelas XI IPS4 SMA BOPKRI 1 Yogyakarta

Sarawati Ika Nugraheni Universitas Sanata Dharma

2012

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa kelas XI IPS 4 SMA BOPKRI 1 Yogyakarta pada mata pembelajaran akuntansi materi posting dari jurnal ke buku besar melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament

(TGT).

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 4 SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 yang terdiri dari 25 orang siswa. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam satu siklus yang meliputi empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah analisis deskriptif dan analisis komparatif.

(10)

ix ABSTRACT

COOPERATIVE IMPLEMENTATION OF LEARNING MODEL TYPE GAMES-TEAMS-TOURNAMENT (TGT) AS EFFORTS TO IMPROVE STUDENT LEARNING MOTIVATION IN LEARNING ACCOUNTING A Research Conducted at the Eleventh Grade Students of BOPKRI 1 Senior High

School Yogyakarta

Sarawati Ika Nugraheni Sanata Dharma University

2012

The purpose of this research is to find out the increase of students motivation of the eleventh grade students of the Social and Sciences Department of BOPKRI 1 Senior High School Yogyakarta in accounting with the topic: “posting” material from the journal to the ledger through the implementation of cooperative learning model type Teams-Games-Tournament (TGT).

This type of research is a classroom action research. Subjects of the study were 25 students of the 11th grade of Social Sciences Department of BOPKRI 1 Senior High School Yogyakarta academic year 2011/2012. The implementation of classroom action research was conducted in one cycle that includes four phases: planning, action, observation, and reflection. The data were collected by the method of observation, interviews, questionnaires and documentation. Data analysis is descriptive analysis and comparative analysis.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis haturkan kehadirat Allah Bapa Yang

Maha Kuasa atas segala berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT) Sebagai Upaya

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Pembelajaran

Akuntansi”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan, halyang seperti inipun

bukan hanya semata-mata hasil karya, kemampuan penulis sendiri, tetapi banyak

sekali bantuan dan dorongan serta pembinaan dari beberapa pihak. Untuk itu

penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. R. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing, yang

telah bersedia meluangkan waktu untuk mengarahkan dan membimbing

(12)

xi

5. Segenap dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Akuntansi

Universitas Sanata Dharma.

6. Bapak Drs. Andar Rujito, M.H. selaku kepala sekolah SMA BOPKRI 1

Yogyakarta

7. Ibu Yuliana Ambar. N.K. selaku guru mitra dan seluruh keluarga besar SMA

BOPKRI 1 Yogyakarta, terima kasih atas kerja samanya selama ini.

8. Siswa dan Siswi kelas XI IPS 4 SMA BOPKRI 1 Yogyakarta, terimakasih

untuk kerja sama serta bantuannya selama pelaksanaan penelitian.

9. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak AL. Jumbadi, S.Ag. dan Ibu Irene

Sumarni yang tidak pernah lelah memberikan kasih sayang, doa, dan

dukungan moril maupun material, serta semangat kepada penulis. Berkat

Allah Bapa selalu menyertai Ayah dan Ibu tercinta.

10. Adikku Valentinus Tri Prabowo terimakasih atas dukungan, doanya, belajar

yang sungguh-sungguh dik dan Yesus Memberkati langkahmu.

11. Sahabatku Yustina Reni Swastika, Monica Ervina, dan Noviana Sitarusmi,

terima kasih atas kebersamaanya dan dukungannya selama ini.

12. Margareta Yunita, Stevany Ellia, Tri Hartati, Yustina Dwi Riyanti, Florentina

Sita Puspitasari, Noviana Sitarusmi, dan Beny Wijaya terimakasih untuk

bantuan dan dukungannya selama penelitian.

13. Teman-temanku, Ivena Lemmuela Anindita, Laurentius Dwi Hasto,

Margareta Weny, Rosa Delima Nindia Reni, Nurul Kurniasih, Fransisca Dias,

Robertus Prasetya Jati, Gregorius Yudha, Bayu Nugraha, Yosef Tundra Tri

(13)

xii

Wahyu Indriani, Novita Sari, dan semua teman-teman angkatan 2008 yang

tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas semangat, canda

dan tawa selama ini, suatu kebanggaan buat hidupku karena sudah pernah

mengenal kalian semua.

14. Teman-teman OMK St.Antonius Padua Gombang atas dukungan, toleransi,

dan doanya selama ini.

15. Teman-teman Kost Amelia 20F terima kasih untuk canda, tawa, bantuan dan

dukunganya selama ini.

16. Sahabat sejatiku, Paulus Teguh Budiman, Martinus Tega Ardhi Pramarta,

Bambang Suwita Jati, Nugroho Widi, Alloysia Hesti irmawati, Ester Dwi,

terima kasih atas semangat, waktu, kebersamaan kalian, saran, perhatian,

dukungan, doa, dan bantuan kalian yang sangat berarti sehingga penulis

mampu menyelesaikan skripsi ini. Kalian adalah keluarga kecil ku, Berkah

Allah Bapa selalu menyertai.

17. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada

penulis yang tidak dapat disebut satu persatu.

Suatu pepatah mengatakan bahwa tak ada gading yang tak retak. Penulis

sangat menyadari, bahwa disana sini skripsi ini akan banyak ditemui kekurangan,

kekeliruan, kesalahan, ketidak sempurnaan juga ketidaktepatan penggunaan kata,

kalimat, maupun ungkapan untuk mengutarakan buah pikiran. Untuk itu bagi para

pembaca penulis mengharapkan tegur sapa, koreksi, perbaikan maupun kritik dan

(14)

xiii

Akhirnya penulis sedikit menebarkan harapan, semoga segala kebaikan

dan tumpahan kasih sayang semua pihak tersebut diatas mendapatkan berkat yang

melimpah dari Allah Bapa Yang Maha Kuasa. Akhir kata semoga skripsi ini

bermanfaat dan dapat menjadi bahan masukan bagi rekan-rekan dalam menyusun

skripsi.

Yogyakarta, 02 Juli 2012

(15)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xiiiv

DAFTAR GAMBAR ... xvv

DAFTAR LAMPIRAN ... xviv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Masalah... 3

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

(16)

xv BAB II TINJAUAN TEORETIK

A. Penelitian Tindakan Kelas... 6

B. Model Pembelajaran Kooperatif ... 12

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT) ... 21

D. Motivasi Belajar ... 23

E. Mata Pelajaran Akuntansi ... 28

F. Kerangka Teoretik ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 36

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 37

D. Prosedur Penelitian... 37

E. Instrumen Penelitian... 44

F. Teknik Pengumpulan Data ... 53

G. Teknik Analisis Data ... 54

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Sejarah Berdirinya SMA BOPKRI 1 Yogyakarta ... 59

B. Visi dan Misi SMA BOPKRI 1 Yogyakarta ... 61

C. Tujuan SMA BOPKRI 1 Yogyakarta ... 63

D. Sistem Pendidikan SMA BOPKRI 1 Yogyakarta ... 64

E. Kurikulum SMA BOPKRI 1 Yogyakarta ... 64

F. Struktur Organisasi SMA BOPKRI 1 Yogyakarta... 66

(17)

xvi

H. Fasilitas Sekolah ... 77

I. Majelis Sekolah dan Komite Sekolah ... 80

J. Sumber Daya Manusia SMA BOPKRI 1 Yogyakarta ... 85

K. Siswa SMA BOPKRI 1 Yogyakarta ... 86

L. Proses Belajar Mengajar SMA BOPKRI 1 Yogyakarta ... 87

M. Hubungan SMA BOPKRI 1 Yogyakarta Dengan Instansi Lain ... 88

N. Usaha-Usaha Peningkatan Kualitas Lulusan ... 90

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data ... 94

B. Analisis Data Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT ... 138

C. Pembahasan ... 144

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 147

B. Keterbatasan Penelitian ... 147

C. Saran ... 148

DAFTAR PUSTAKA ... 151

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Kooperatif ... 16

Tabel 2.2 Kriteria Penghargaan Kelompok ... 22

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 49

Tabel 3.2 PenilaianAcuan Patokan Tipe II (PAP II) ... 50

Tabel 3.3 Rangkuman Pengujian Uji Validitas Motivasi Belajar ... 51

Tabel 3.4 Pengujian Reliabilitas Instrumen Penelitian Berdasarkan Reliability Statistic ... 52

Tabel 4.1 Struktur Kurikulum Kelas X ... 82

Tabel 4.2 Struktur Kurikulum Kelas XI dan XII Program Bahasa ... 83

Tabel 4.3 Struktur Kurikulum Kelas XI dan XII Program IPA ... 84

Tabel 4.4 Struktur Kurikulum Kelas XI dan XII Program IPS ... 85

Tabel 4.5 Daftar Jumlah Siswa Kelas X SMA BOPKRI 1 Yogyakarta... 86

Tabel 4.6 Daftar Jumlah Siswa Kelas XI SMA BOPKRI 1 Yogyakarta ... 86

Tabel 4.7 Daftar Jumlah Siswa Kelas XII SMA BOPKRI 1 Yogyakarta .... 87

Tabel 5.1 Hasil Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran ... 97

Tabel 5.2 Hasil Observasi Kegiatan/Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 100

Tabel 5.3 Analisis Tingkat Motivasi Siswa Pra Implementasi Tindakan .... 102

Tabel 5.4 Hasil Observasi Kondisi Kelas dalam Proses Pembelajaran ... 104

Tabel 5.5 Pembagian Kelompok ... 108

(19)

xviii

Tabel 5.7 Aktivitas Kelas Selama Menerapkan Metode Pembelajaran

Kooperatif Tipe TGT ... 123

Tabel 5.8 Aktivitas Siswa Selama Menerapkan Metode Pembelajaran

Kooperatif Tipe TGT ... 127

Tabel 5.9 Instrumen Refleksi Kesan Guru Mitra terhadap Metode

Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 130

Tabel 5.10 Instrumen Refleksi Kesan Siswa terhadap Metode

Pembelajaran Kooperatif tipe TGT ... 134

Tabel 5.11 Analisis Tingkat Motivasi Siswa Setelah Implementasi

Tindakan ... 138

Tabel 5.12 Analisis Komparatif Motivasi Siswa Sebelum dan Sesudah

Penelitian ... 139

Tabel 5.13 Rekap Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Sebelum dan Setelah

Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 141

Tabel 5.14 Pengujian Normalitas Berdasarkan One Sample

Kolmogorov-Smirnov... 142

(20)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas ... 9

(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Observasi Pengamatan Guru ... 155

Lampiran 2 Lembar Observasi Kegiatan Siswa ... 156

Lampiran 3 Lembar Observasi Kegiatan Kelas ... 157

Lampiran 4 Instrumen Hasil Observasi Kegiatan Guru dalam Proses

Pembelajaran ... 158

Lampiran 5 Instrumen Hasil Observasi Kegiatan/aktivitas Siswa dalam

Proses Pembelajaran ... 160

Lampiran 6 Instrumen Hasil Observasi Kondisi Kelas dalam Proses

Pembelajaran ... 161

Lampiran 7 Instrumen Hasil Observasi Kegiatan Guru selama

Menerapkan Metode Pembelajaran kooperatif Tipe TGT ... 162

Lampiran 8 Lembar Instrumen Observasi Kelas selama Menerapkan

Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 164

Lampiran 9 Lembar Instrumen Observasi Siswa selama Menerapkan

Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 166

Lampiran 10 Format Skor Kelompok ... 167

Lampiran 11 Instrumen Refleksi Lembar refleksi guru Mitra terhadap

Komponen Pembelajaran dan Metode TGT ... 168

Lampiran 12 Instrumen Refleksi Lembar Refleksi Siswa Terhadap

Perangkat dan model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 170

Lampiran 13 Kuesioner Pra-Implementasi ... 172

(22)

xxi

Lampiran 1a lembar Observasi Aktivitas Guru di Kelas (anekdotal) ... 179

Lampiran 2a Lembar Observasi Aktivitas Siswa di Kelas (anekdotal) ... 181

Lampiran 3a Lembar Observasi Aktivitas di Kelas (anekdotal) ... 183

Lampiran 4a Instrumen Observasi Aktivitas Guru di Kelas Sebelum

Implementasi Metode TGT ... 185

Lampiran 5a Instrumen Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Sebelum

Implementasi Metode TGT ... 188

Lampiran 6a Instrumen Observasi Aktivitas Kelas di Kelas Sebelum

Implementasi Metode TGT ... 190

Lampiran 1b Lembar Obervasi Guru di Kelas (anekdotal)... 193

Lampiran 2b Lembar Observasi Aktivitas Siswa di Kelas (anekdotal) ... 195

Lampiran 3b Lembar Observasi Aktivitas di Kelas (anekdotal) ... 197

Lampiran 7b Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Proses

Pembelajaran Kooperatif tipe TGT ... 199

Lampiran 8b Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Proses

Pembelajaran Kooperatif tipe TGT ... 202

Lampiran 9b Lembar Observasi Kegiatan Kelas dalam Proses

Pembelajaran Kooperatif tipe TGT ... 204

Lampiran 10a Jumlah Skor Kelompok ... 207

Lampiran 15 Daftar anggota Kelompok ... 209

Lampiran 16 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar ... 210

Lampiran 17 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 211

(23)

xxii

Lampiran 19 Prosedur Game Make-A Match ... 219

Lampiran 20 Peraturan-peraturan Games ... 220

Lampiran 21 Prosedur Tournament ... 221

Lampiran 22 Peraturan-peraturan ... 222

Lampiran 23 Wawancara Terhadap Guru Mata Pelajaran ... 223

Lampiran 24 Wawancara Terhadap Siswa... 224

Lampiran 25 Analisis Kuesioner Motivasi Belajara siswa Berdasarkan

Penilaian Patokan II (PAP) ... 225

Lampiran 26 Soal Games ... 226

Lampiran 27 Jawaban Games ... 232

Lampiran 28 Soal Tournament ... 238

Lampiran 29 Jawaban Tournament ... 249

Lampiran 30 Hasil Olah Data Motivasi Belajar... 253

Lampiran 31 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 256

Lampiran 32 Instrumen Refleksi Guru ... 261

Lampiran 33 Instrumen Refleksi Siswa ... 263

Lampiran 34 Tabulasi Variabel Motivasi Belajar Pra-Implementasi

Tindakan ... 285

Lampiran 35 Tabulasi Variabel Motivasi Belajar Setelah Implementasi

Tindakan ... 290

(24)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembelajaran akuntansi kerap kali dijadikan momok bagi para siswa.

Mereka beranggapan bahwa akuntansi itu susah, tidak terkecuali materi posting

dari jurnal ke buku besar. Posting merupakan proses pencatatan transaksi

kedalam jurnal ke buku besar (Hendri Yulius, 2002:19-20). Pemahaman atas

jurnal, buku besar, serta posting merupakan hal yang penting bagi siswa. Jika

siswa tidak paham akan materi tersebut, siswa akan mengalami kesulitan untuk

memahami proses pembelajaran akuntansi pada tahap berikutnya.

Agar tujuan pembelajaran dari materi posting dari jurnal ke buku besar

dapat tercapai, guru harus dapat merancang sistem pembelajaran yang menarik

dan inovatif. Seorang guru dapat mempersiapkan media pembelajaran seperti

power point, bukti-bukti transaksi yang relevan, dan lain sebagainya untuk

mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Di samping itu guru perlu

memiliki model pembelajaran yang tepat agar efektifitas pembelajaran di kelas

lebih meningkat.

Faktanya, banyak masalah yang dihadapi pada saat proses pembelajaran

akuntansi di sekolah. Salah satu masalah dalam pembelajaran adalah rendahnya

motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan data yang diperoleh

(25)

15 Oktober 2011 di kelas XI IPS 4 SMA BOPKRI 1 Yogyakarta menunjukkan

bahwa selama pembelajaran berlangsung siswa lebih asyik dengan dirinya

sendiri, bermain hand phone, laptop, tidur-tiduran, dan ada yang mengerjakan

tugas pelajaran lain. Siswa berpartisipasi dalam pembelajaran jika guru

mengajukan pertanyaan kepada mereka. Kondisi tersebut disebabkan

kurangnya guru dalam memanfaatkan media yang tersedia dan kurang tepatnya

metode yang dipilih dalam pembelajaran. Dengan demikian guru perlu segera

mengambil tindakan untuk mengatasi masalah tersebut. Oleh sebab jika

masalah tidak segera diatasi, hal tersebut akan menyebabkan kurang pahamnya

siswa terhadap materi yang disampaikan.

Dengan mengacu pada uraian masalah tersebut di atas penulis dan guru

mitra akan melakukan penelitian tindakan kelas untuk menjawab masalah

rendahnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Akuntansi di SMA

BOPKRI 1 Yogyakarta. Tindakan yang dipilih adalah perbaikan mutu

pembelajaran melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT

(Teams-Games-Tournament). Model pembelajaran kooperatif tipe TGT

(Teams-Games-Tournament) dipilih karena metode tersebut secara konsep

cocok untuk menghidupkan susasana kelas. Pembelajaran dengan metode ini

melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,

melibatkan siswa sebagai tutor sebaya, serta mengandung unsur permainan

didalamnya. Pada model ini siswa melaksanakan permainan dengan

anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.

(26)

3

mengungkapkan pendapatnya, menerima pendapat orang lain, bekerja sama

dalam kelompok, serta berkompetisi. Hal ini sejalan dengan pendapat

Winastwan Gora (2010:63-64) yang menyatakan bahwa terdapat empat

komponen utama yang harus ditempuh dalam pembelajaran TGT yaitu:

mengajar (teach), belajar kelompok (team study), permainan (game

tournament), penghargaan kelompok (team recognition).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tindakan kelas dengan spesifikasi judul “IMPLEMENTASI MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TEAMS-GAMES-TOURNAMENT (TGT) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN

MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMBELAJARAN

AKUNTANSI”. Penelitian ini akan dilaksanakan pada siswa kelas XI Jurusan

IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki bagaimana penerapan

metode pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dalam

upaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi

dengan pokok bahasan posting dari jurnal ke buku besar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dirumuskan

(27)

TGT sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran

akuntansi dengan pokok bahasan posting dari jurnal ke buku besar kelas XI IPS

4 di SMA BOPKRI I Yogyakarta?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa pada mata

pelajaran akuntansi pokok bahasan posting dari jurnal ke buku besar melalui

implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament

(TGT) pada siswa kelas XI IPS 4 SMA BOPKRI I Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Bagi siswa

a) Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi peserta didik untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran akuntasi.

b) Membiasakan siswa untuk belajar aktif dan kreatif.

c) Meningkatkan tanggung jawab dan rasa kebersamaan bagi setiap

kelompok kerja dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

2. Bagi Guru

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

guru-guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran

(28)

5

BOPKRI I Yogyakarta melalui implementasi model pembelajaran

kooperatif tipe TGT.

3. Bagi Sekolah SMA BOPKRI 1 Yogyakarta

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk memotivasi guru bidang

studi lain agar semakin terdorong dalam menerapkan metode pembelajaran

yang bervariasi guna meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan

mutu pembelajaran di sekolah.

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi mahasiswa

FKIP untuk mengetahui penelitian tindakan kelas dan mampu menerapkan

penelitian tindakan kelas di sekolah. Di samping itu penelitian ini sebagai

implementasi nyata salah satu tugas perguruan tinggi di bidang penelitian

sehingga masyarakat dapat mengambil manfaat dari penelitian tersebut.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti lain yang melakukan penelitian serupa dapat digunakan hasil

penelitian ini sebagai bahan referensi. Peneliti selanjutnya diharapkan

(29)

6

BAB II

TINJAUAN TEORETIK

A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru

di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan

merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan

memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat

meningkat (Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2009:9). Menurut

Rochman Natawijaya, 1977 (Masnur Muslich, 2009:9), penelitian tindakan

kelas adalah pengkajian terhadap permasalahan praktis yang bersifat

situsional dan kontekstual, yang ditujukan untuk menentukan tindakan yang

tepat dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi, atau memperbaiki

sesuatu.

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:2-3), ada tiga kata yang

membentuk pengertian PTK, yaitu :

a. Penelitian – menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang brmanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

b. Tindakan – menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

(30)

7

adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1)

penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, maka dapat disimpulkan bahwa

penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan

belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi

dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru

atau dengan arahan dari guru kemudian dilakukan oleh siswa. Penelitian

tindakan kelas merupakan penelitian yang terpola dan dirancang secara

khusus untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di dalam proses

pembelajaran. Penelitian ini harus dilaksanakan secara terencana dan

menurut prosedur yang telah ada, maksudnya setiap langkah yang ditempuh

dalam PTK harus dilakukan secara terprogram untuk menghasilkan kualitas

pembelajaran yang lebih baik dari sebelumnya.

2. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Ada beberapa prinsip dasar yang melandasi PTK. Menurut Hopkins,

1993 (Tukiran Taniredja, 2010:17), prinsip yang dimaksud adalah:

a. Tugas pendidik dan tenaga kependidikan yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas.

b. Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data.

c. Kegiatan peneliti yang merupakan bagian integral dari pembelajaran harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah.

d. Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil merisaukan tanggung jawab profesional dan komitmen terhadap diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang sesungguhnya.

(31)

f. Cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi pada masalah pembelajaran di kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran di luar kelas.

3. Tahapan Pelaksanaan PTK

Dalam tahap penelitian tindakan dilakukan kegiatan-kegiatan yang

membentuk siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahap sebagai berikut

(Suharsimi Arikunto, 2006:17-20):

a. Menyusun rencana tindakan (planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi. Dalam penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Kolaborasi juga dapat dilakukan oleh dua orang guru, yang dengan cara bergantian mengamati. Ketika sedang mengajar, dia adalah seorang guru; ketika sedang mengamati, dia adalah seorang peneliti. Dalam hal ini, Peneliti menentukan titik peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pelaksanaan merupakan implementasi isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke-2 ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah di rumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat.

c. Pengamatan (Observing)

Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh pengamat. Biasanya pengamatan ini dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung pada waktu yang sama. Sebutan tahap ke-2 diberikan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana yang juga berstatus sebagai pengamat.

d. Refleksi (Reflecting)

(32)

9

selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Istilah refleksi disini sama dengan “memantul, seperti halnya memancar dan menatap kena kaca.” Dalam hal ini, guru pelaksana sedang memantulkan pengalamannya pada peneliti yang baru saja mengamati kegiatanya dalam tindakan. Inilah inti dari penelitian tindakan, yaitu ketika guru pelaku tindakan siap mengatakan kepada peneliti pengamat tentang hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagian mana yang belum.

Adapun model untuk masing-masing tahap dalam PTK dapat dilihat

pada siklus berikut ini (Suharsimi Arikunto, 2006:16):

Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas

4. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Kunandar (2008:58-60) dalam Tukiran Taniredja

(2010:18-19), PTK berbeda dengan penelitian formal (konvensional) pada umumnya.

(33)

a. On – the job problem oriented

Masalah yang diteliti adalah masalah riil atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab peneliti.

b. Problem – solving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah). c. Improvement – oriented (berorientasi pada peningkatan mutu).

d. Ciclic (siklus). Konsep tindakan (action) dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri daribeberapa tahap berdaur ulang (cyclical).

e. Action oriented. Dalam PTK selalu didasarkan pada adanya tindakan (treatment) tertentu untuk memperbaiki PBM di kelas.

f. Pengkajian terhadap dampak tindakan.

g. Specifics contextual. Aktivitas PTK dipicu oleh permasalahan praktis yang dihadapi guru dalam PBM di kelas.

h. Partisipatory (collaborative). PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain, seperti teman sejawat.

i. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.

j. Dilakukan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus, dalam satu siklus terdiri dari tahapan perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection) dan selanjutnya diulang kembali dalam beberapa siklus.

5. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian yang menggunakan ancangan penelitian tindakan kelas

umumnya diarahkan pada pencapaian sasaran sebagai berikut (Suharsimi

Arikunto, 2006:107):

a. Memerhatikan dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil pembelajaran;

b. Menumbuhkembangkan budaya meneliti bagi tenaga kependidikan agar lebih proaktif mencari solusi akan permasalahan pembelajaran;

c. Menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti para tenaga pendidik dan kependidikan, khususnya mencari solusi masalah-masalah pembelajaran;

d. Meningkatkan kolaborasi antartenaga pendidik dan tenaga kependidian dalam memecahkan masalah pembelajaran;

6. Manfaat yang bisa diperoleh dari PTK

Banyak manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan PTK. Manfaat

(34)

11

a. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran yang menjadi tugas utamanya. b. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi peningkatan sikap profesional

guru.

c. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa.

d. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.

e. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/peningkatan kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainya.

f. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.

g. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/pengembangan pribadi siswa di sekolah.

h. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/peningkatan kualitas penerapan kurikulum.

Sementara menurut Suharsimi Arikunto (2006:107-108), beberapa

manfaat dari PTK, yaitu:

a. Inovasi pembelajaran

b. Pengembangan kurikulum di tingkat regional atau nasional c. Peningkatan profesionalisme pendidikan

7. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Wina Sanjaya (2011:37-38), terdapat beberapa kelebihan

dan kelemahan dalam PTK, antara lain:

a. Kelebihan Penelitian Tindakan Kelas

1) PTK tidak dilaksanakan oleh seorang saja akan tetapi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan berbagai pihak antara lain guru sebagai pelaksana tindakan sekaligus sebagai peneliti, observasi baik yang dilakukan oleh guru lain sebagai teman sejawat atau oleh orang lain, ahli peneliti yang biasanya orang-orang LPTK dan siswa itu sendiri.

(35)

3) Hasil atau simpulan yang diperoleh adalah hasil kesepakatan semua pihak khususnya antara guru sebagai peneliti dengan mitranya, demikian akan meningkatkan validitas dan reliabilitas hasil penelitian.

4) PTK berangkat dari masalah yang dihadapi guru secara nyata, dengan demikian kelebihan PTK adalah hasil yang diperoleh dapat secara langsung diterapkan guru.

b. Kelemahan Penelitian Tindakan Kelas

1) Keterbatasan yang berkaitan dengan aspek peneliti atau guru itu sendiri.

2) PTK adalah penelitian yang berangkat dari masalah praktis yang dihadapi oleh guru, dengan demikian simpulan yang dihasilkan tidak bersifat universal yang berlaku secara umum.

3) PTK adalah penelitian yang bersifat situsional dan kondisional, yang bersifat longgar yang kadang-kadang tidak dapat menerapkan prinsip-prinsip metode ilmiah secara ajek.

B. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Model Pembelajaran

Dalam model pembelajaran terdapat strategi untuk mencapai

kompetensi yang harus bisa di kuasai oleh siswa, yaitu dengan

menggunakan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Pendekatan

merupakan konsep dasar yang melingkupi metode pembelajaran dengan

cakupan teoritis. Sedangkan metode merupakan penjabaran dari berbagai

pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode

pembelajaran. Metode merupakan prosedur pembelajaran yang difokuskan

pada pencapaian tujuan. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai

teknik pembelajaran. Teknik sendiri merupakan cara konkrit yang dipakai

saat proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan uraian tersebut, guru

(36)

13

Bungkus dari penerapan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran

tersebut dinamakan model pembelajaran (Suyatno, 2009:26).

Trianto (2010:51) mengemukakan bahwa model pembelajaran

merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pebelajaran

dalam tutorial. Selain itu, Agus Suprijono (2009:45-46) menyatakan bahwa

model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil

penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang

berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya

pada tingkat operasional dikelas. Secara lebih sederhana, model

pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai

akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas (Suyatno, 2009:26).

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Suyatno (2009:51), model pembelajaran kooperatif

merupakan kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja

sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan,

atau inkuiri. Menurut Slavin (2008:4):

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajarai dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman mereka.

Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keaktifan siswa. Made

(37)

pembelajaran diharapkan hasil pembelajaran dan retensi siswa dapat

meningkat dan kegiatan pembelajaran lebih bermakna. Menurut Nurhadi

dan Senduk (Made Wena, 2009:189), pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran secara sadar menciptakan interaksi yang silih asih sehingga

sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga

sesama siswa. Sedangkan Anita Lie (Made Wena, 2009:189) menyatakan

bahwa berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pembelajaran oleh rekan

sebaya (peer teaching) melalui pembelajaran kooperatif ternyata lebih

efektif daripada pembelajaran oleh pengajar.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif adalah model pengajaran yang membagi siswa

menjadi kelompok kecil yang heterogen agar setiap anggota kelompok dapat

bekerja sama menyelesaikan masalah, dan menyatukan pendapat untuk

memperoleh keberhasilan yang optimal baik kelompok maupun individual

dalam memahami materi pelajaran.

3. Unsur-unsur Dasar Model Pengajaran Kooperatif

Pengajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat

elemen-elemen yang saling terkait. Ada berbagai elemen yang merupakan

ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif. Tidak semua belajar

kelompok dapat dikatakan sebagai pembelajaran kooperatif. Untuk

mencapai hasil maksimal, lima unsur dalam pembelajaran kooperatif harus

diterapkan. Menurut Roger dan David Johnson (Agus Suprijono, 2009:58)

(38)

15

a. Positive interdependence (saling ketergantungan positif) b. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan) c. Face to face promotive interaction (interaksi promotif) d. Inter personal skill (komunikasi antar anggota)

e. Group processing (pemrosesan kelompok)

Unsur pertama pengajaran kooperatif adalah saling ketergantungan

positif. Dalam unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran

kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertanggungjawaban itu

meliputi pertanggungjawaban mempelajari bahan yang ditugaskan

kelompok dan menjamin semua anggota kelompok secara individu

mempelajari bahan yang sudah ditugaskan. Unsur kedua dari pengajaran

kooperatif adalah pertanggungjawaban individual. Pertanggungjawaban ini

muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok.

Tanggung jawab perseorangan adalah kunci yang menjamin semua anggota

yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama”. Unsur ketiga dari pengajaran

kooperataif adalah interaksi promotif. Unsur ini dapat menghasilkan saling

ketergantungan positif. Agus Suprijono (2009:60) menyebutkan ciri-ciri

interaksi promotif adalah:

a. Saling membantu secara efektif dan efisien.

b. Saling member informasi dan sarana yang diperlukan.

c. Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien. d. Saling mengingatkan.

e. Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi.

f. Saling percaya dan saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.

Unsur keempat dari pengajaran kooperatif adalah keterampilan

(39)

berkomunikasi secara akurat, saling mendukung, dan mampu menyelesaikan

konflik secara konstruktif. Unsur kelima adalah pemrosesan kelompok.

Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan

kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Tujuan

pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam

memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan

kelompok.

4. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif yang belum dilaksanakan dengan

baik akan menimbulkan kekhawatiran kelas akan menjadi gaduh karena

dalam pembelajaran kooperatif guru hanya membagi siswa kedalam

kelompok kemudian memberikan tugas untuk dikerjakan tanpa memberikan

pedoman terdahulu. Sehingga siswa menjadi bingung dan tidak paham

bagaimana proses pengerjaanya. Untuk meminimalkan hal tersebut terjadi,

maka perlu memahami sintak model pembelajaran kooperatif yang terdiri

dari enam fase menurut (Agus Suprijono, 2009:65) berikut ini:

Tabel 2.1

Sintaks Pembelajaran Kooperatif

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1: Present goals and set menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan

mempersiapkan peserta didik siap belajar.

Fase 2: Present information Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal.

Fase 3: Organize students into learning teams

Mengorganisir peserta didik

Memberikan penjelasan kepada peserta

(40)

17

kedalam tim-tim belajar. belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien. Fase 4: Assist team work and

study

Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya.

Fase 5: Test on the materials Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi

pembelajaran

atau kelompok-kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6: Provide recognition

Memberikan pengakuan atau penghargaan.

Mempersiapkan cara untuk mengakui

usaha dan prestasi individu maupun kelompok.

5. Implikasi Model Pembelajaran Kooperatif

Davidson (Trianto, 2009:62-63) memberikan sejumlah implikasi

positif dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi belajar kooperatif,

yaitu sebagai berikut:

a. Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar. Kelompok kecil membentuk suatu forum di mana siswa menanyakan pertanyaan, mendiskusikan pendapat, belajar dari pendapat orang lain, memberikan kritik yang membangun dan menyimpulkan penemuan mereka dalam bentuk tulisan.

b. Kelompok kecil menawarkan kesempatan untuk sukses bagi semua siswa. Interaksi dalam kelompok dirancang untuk semua anggota mempelajari konsep dan strategi pemecahan masalah.

c. Suatu masalah idealnya cocok untuk didiskusikan secara kelompok, sebab memiliki solusi yang dapat didemonstrasikan secara objektif. Seorang siswa dapat mempengaruhi siswa lain dengan arggumentasi yang logis.

d. Siswa dalam keompok dapat membantu siswa lain untuk menguasai masalah-masalah dasar dan prosedur perhitungan yang perlu dalam konteks permainan, teka teki, atau pembahasan masalah-masalah yang bermanfaat.

(41)

6. Metode-Metode Pengajaran Kooperatif

Ada beberapa metode pengajaran kooperatif yang telah

dikembangkan dan diteliti secara ekstensif dalam dunia pendidikan.

Menurut Slavin (2008:10-26), metode-metode pengajaran kooperatif

meliputi:

a. Student Team-Achievement Division (STAD).

Yang menggunakan langkah pembelajaran di kelas dengan menempatkan siswa ke dalam tim belajar yang terdiri dari empat orang campuran berdasarkan prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyampaikan materi, kemudian siswa dalam tim mereka memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya siswa mengerjakan kuis menegenai materi secara sendiri-sendiri, di mana saat itu mereka tidak diperbolehkan saling bantu. Tim yang skornya dapat memenuhi kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lainya.

b. Teams Games-Tournament (TGT).

Hampir sama dengan STAD tetapi kuis yang ada pada STAD diganti dengan turnamen mingguan dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. c. Jigsaw II.

Yang merupakan pengembangan dari teka-teki. Dalam metode jigsaw siswa dikelompokkan ke dalam tim beranggotakan empat orang yang mempelajari materi akademik yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa subbab. Tiap anggota tim ditugaskan menjadi “ahli” untuk aspek tertentu dari subbab.

d. Team Accelerated Instruction (TAI).

Sama dengan STAD dan TGT menggunakan penggunaan bauran kemampuan empat anggota yang berbeda dan memberi sertifikat untuk tim dengan kinerja terbaik. Namun TAI merupakan metode pengajaran kooperatif yang lebih menekankan pengajaran individual meskipun tetap menggunakan pola kooperatif.

e. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).

Merupakan program komprehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada kelas sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah. Dalam CIRC, guru menggunakan novel atau

bacaan yang berisi latihan soal dan cerita. Siswa ditugaskan untuk

berpasangan dalam tim mereka untuk belajar dalam serangkaian kegiatan yang bersifat kognitif.

f. Group Investigation (penelitian kelompok).

(42)

19

Group Investigation merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum di mana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif.” Dalam metode ini, para siswa dibebaskan membentuk kelompok sendiri yang terdiri dari 2 sampai 6 anggota.

g. Learning Together (Belajar Bersama).

Yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok beranggotakan empat atau lima siswa heterogen untuk menangani tugas tertentu dan akan menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.

h. Complex Instruction (Pengajaran Kompleks).

Merupakan metode pengajaran kooperatif yang berorientasi pada penemuan khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan ilmiah, matematika, dan ilmu sosial. Fokus utama dari complex instruction pada membangun respek terhadap semua kemampuan yang dimiliki siswa.

i. Structur Dyadic Method (Metode Struktur Berpasangan).

Merupakan metode pengajaran kooperatif berstuktur melibatkan kelompok beranggotakan sekitar empat orang yang memiliki kebebasan tertentu dalam menentukan bagaimana mereka akan bekerja sama. Ada 2 macam stuktur yang dikembangkan untuk mengajarkan isi akademis yaitu Think-pair-share dan Numbered-heads-together (Arends, 1997:122).

7. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

a. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif

Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi

pembelajaran diantaranya (Wina Sanjaya, 2011:247-249):

1) Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

2) Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

3) Pembelajaran kooperatif membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

(43)

5) Pembelajaran kooperatif merupakan suatu energi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.

6) Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahaman sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.

7) Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.

8) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

b. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Di samping keunggulan, pembelajaran kooperatif juga memiliki

keterbatasan, diantaranya (Wina Sanjaya, 2011:247-249):

1) Untuk memahami dan mengerti filosofi pembelajaran kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat pembelajaran kooperatif. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya keadaan semacam ini dapat menganggu iklim kerja sama dalam kelompok.

2) Ciri utama pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan.

3) Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

4) Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran dalam berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dalam hal ini tidak mungkin tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi ini.

(44)

21

kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu, idealnya dalam pembelajran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT)

Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan salah satu metode

pembelajaran kooperatif yang mudah untuk diterapkan, di dalam pembelajaran

metode ini melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,

melibatkan siswa sebagai tutor sebaya, serta mengandung unsur permainan

didalamnya. Pada model ini siswa memainkan permainan dengan

anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.

Dalam aktivitas pembelajaran yang ada, siswa dilatih untuk berani

mengungkapkan pendapatnya, menerima pendapat orang lain, bekerja sama

dalam kelompok, serta berkompetisi (Slavin, 1995:84).

Menurut Winastwan Gora (2010:61), TGT merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok

belajar beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan,

jenis kelamin, dan suku kata atau ras yang berbeda. Sedangkan menurut

Trianto (2009:83), model pembelajaran kooperatif tipe

Teams-Games-Tournament (TGT) atau Pertandingan Permainan Tim dikembangkan secara

asli oleh David De Vries dan Keath Edward. Pada model ini siswa memainkan

permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin

(45)

TGT secara umum sama dengan STAD yang membedakan keduanya adalah di dalam TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara dengan mereka.

Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, menurut

Winastwan Gora (2010:63-64), ada beberapa tahapan yang perlu ditempuh,

yaitu:

1. Mengajar (teach), mempresentasikan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.

2. Belajar kelompok (team study), siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 orang dengan kemampuan akdemik, jenis kelamin, dan rasa/suku yang berbeda. Setelah guru menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi dengan menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi unuk memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok yang salah dalam menjawab.

3. Permainan (game tournament), permainan diikuti oleh anggota kelompok dari masing-masing kelompok yang berbeda. Tujuan permainan ini untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok.

4. Penghargaan kelompok (team recognition), pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata point yang diperoleh kelompok dari permainan. Lembar penghargaan dicetak dalam kertas HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi kategori rerata poin sebagai berikut:

Tabel 2.2

Kriteria Penghargaan Kelompok

Sumber Slavin (1995)

kriteria(rerata kelompok) Predikat 30 sampai 39 Tim kurang baik 40 sampai 44 Tim baik 45 sampai 49 Tim baik sekali

(46)

23

D. Motivasi Belajar Siswa

1. Pengertian Motivasi

Banyak para ahli yang mengemukakan pendapat mengenai motivasi.

Menurut Mc. Donald (Oemar Hamlik, 2003:158) mengemukakan motivasi

adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan

timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian

ini, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks.

Menurut Dimiyati dan Mudjiono (1999:81), motivasi adalah dorongan

terhadap kekuatan mental yang terjadi dalam diri siswa. Dalam hal ini

motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan

mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi

terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan sikap dan perilaku belajar.

Sejalan dengan pernyataan di atas, Uno (2007:1) menyatakan bahwa

motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah

laku dan dapat juga diartikan sebagai proses untuk mencoba mempengaruhi

orang atau orang-orang yang dipimpinya agar melakukan pekerjaan yang

diinginkan, sesuai dengan tujuan tertentu yang ditetapkan lebih dahulu.

Pendapat lain diungkapkan oleh Winkel (Uno, 2007:3) yang menyatakan

bahwa motivasi berasal dari motif yaitu daya penggerak dalam diri

seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan

tertentu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa motivasi belajar

merupakan kekuatan atau daya penggerak yang mendorong diri seseorang

(47)

menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin

melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk

meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu (Sardiman, 2008:75).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan

bahwa

dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk

menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan

memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh

subjek itu dapat tercapai. Sedangkan motivasi belajar merupakan faktor

psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal

penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar.

2. Macam-macam Motivasi

Macam-macam motivasi belajar disini akan dibahas dua macam

sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam pribadi seseorang

(intrinsik) dan yang berasal dari luar diri seseorang (ekstrinsik)

a. Motif Intrinsik

Menurut Uno (2007:4), motif intrinsik timbulnya tidak memerlukan

rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu

sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Motif intrinsik

dapat ditimbulkan dengan menumbuhkan dan mengembangkan minat

terhadap bidang studi yang relevan. Sebagai contoh, memberitahukan

(48)

25

pembelajaran akan dimulai yang menimbulkan motif keberhasilan

mencapai sasaran.

b. Motif Ekstrinsik

Motif ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan sari luar individu,

misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang positif terhadap

kegiatan pendidikan yang timbul karena melihat manfaatnya. Berikut

beberapa hal yang dapat menimbulkan motif ekstrinsik, antara lain

(Uno, 2007:4):

1) Pendidik memerlukan anak didiknya, sebagai manusia yang berpribadi, menghargai pendapatnya, pikiranya, perasaannya, maupun keyakunanya.

2) Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan kegiatan pendidiknya.

3) Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga pengarahan kepada anak didiknya dan membantu apabila mengalami kesulitan, baik yang bersifat pribadi maupun akademis.

4) Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan penguasa bidang studi atau materi yang diajarkan kepada peserta didiknya. 5) Pendidik harus mempunyai rasa cinta dan sifat pengabdian kepada

profesinya sebagi pendidik.

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri

seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Indikator motivasi

belajar dapat di klasifikasikan sebagai berikut (Uno, 2007:10): (a) adanya

hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan; (b) adanya dorongan dan

kebutuhan melakukan kegiatan; (c) adanya harapan dan cita-cita; (d)

penghargaan dan penghormatan atas diri; (e) adanya lingkungan yang baik,

(49)

3. Peran Motivasi Belajar

Menurut Uno (2007, 27), ada beberapa peranan penting dari motivasi

dalam belajar dan pembelajaran, antara lain:

a. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.

b. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar

Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitanya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak.

c. motivasi menentukan ketekunan belajar

Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar.

4. Strategi Untuk Menumbuhkan Motivasi Belajar

Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk

menumbuhkan motivasi belajar siswa, menurut Jamal Ma’mur Asmani

(2011:177-178) yang menumbuhkan motivasi belajar siswa, adalah sebagai

berikut:

a. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.

Pada permulaan belajar mengajar, seharusnya seorang guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tujuan instruksional khusus yang akan dicapainya, kepada siswa. Makin jelas tujuan, maka makin besar pula motivasi dalam belajar.

b. Memberikan hadiah pada siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.

c. Saingan/Kompetisi

(50)

27

d. Pujian

Memberikan pujian pada siswa yang berprestasi. Tentunya pujian yang bersifat membangun.

e. Hukuman

Memberikan hukuman pada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa siswa tersebut mau mengubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.

f. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal kepada peserta didik. g. Membentuk kebiasaan belajar yang baik

h. Membantu kesulitan belajar anak didik, baik secara individual maupun kelompok.

i. Menggunakan metode yang bervariasi dalam proses belajar mengajar. j. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

5. Teknik-Teknik Motivasi

Beberapa teknik motivasi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran

sebagai berikut (Uno: 2007:34):

a. Pernyataan penghargaan secara verbal

b. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemicu keberhasilan c. Menimbulkan rasa ingin tahu

d. Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa e. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa

f. Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar g. Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu

konsep dan prinsip yang telah dipahami

h. Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya

i. Menggunakan simulasi dan permainan

j. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan umum

k. Menguraikan akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar

l. Memahami iklim sosial dalam sekolah

m. Memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat n. Memperpadukan motif-motif yang kuat o. Memperjelas tuuan belajar hendak dicapai p. Merumuskan tujuan-tujuan sementara

(51)

6. Ciri-Ciri Motivasi

Motivasi yang ada pada diri seseorang memiliki ciri-ciri sebagai

berikut (Sardiman, 2008:83):

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dallam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. d. Lebih senang bekerja mandiri.

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

f. Dapat mempertahankan pendapatnya.

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

E. Mata Pelajaran Akuntansi

1. Pengertian Akuntansi

Menurut Accounting Principles Board (APB) dalam Slamet Sugiri

(2007: 1) mendefinisikan akuntansi sebagai:

Sebuah kegiatan jasa. Fungsinya adalah untuk menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, tentang entitas ekonomik yang dimaksudkan agar berguna dalam pengambilan keputusan ekonomik-dalam mengambil pilihan-pilihan beralasan diantara beberapa tindakan alternatif. akuntansi meliputi beberapa cabang, misalnya, akuntansi keuangan, akuntansi manajerial, dan akuntansi manajerial.

Menurut Evi Maria (2007:1), akuntansi adalah seni pencatatan,

penggolongan dan peringkasan kejadian dan transaksi yang bersifat

keuangandengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang,

dan menginterpretasikan hasil proses tersebut. Inisial akuntansi memiliki

(52)

29

A = Angka

Memberikan informasi yang bersifat kuantitatif. K = Keputusan

Memberikan informasi yang dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan.

U = Uang

Yang dicatat hanya yang berdampak moneter. N = Nilai

Yang dicatat juga adalah segala sesuatu yang memiliki nilai. T = Transaksi

Ia hanya mencatat transaksi keuangan yang terjadi dalam perusahaan.

A = Analisis

Akuntansi juga merupakan bahan untuk dianalisis. N = Netral

Transaksi yang dilaporkan tidak memihak pada siapa-siapa S = Seni

Karena memerlukan berbagai pertimbangan dan keahlian khusus. I = Informasi

Memberikan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa akuntansi

adalah kegiatan pencatatan, penggolongan, pengukuran, pelaporan transaksi

keuangan dengan cara tertentu yang berguna dalam pengambilan keputusan

ekonomik.

2. Pengertian Jurnal

Jurnal merupakan suatu daftar yang berisi rekaman kronologis dari

transaksi-transaksi keuangan yang terjadi dalam perusahaan berdasarkan

bukti transaksi yang ada. Sedangkan jurnal umum merupakan bentuk jurnal

yang paling sederhana secara kronologis mencatat transaksi-transaksi yang

dinyatakan dalam satuan debit dan kredit ke rekening tertentu Evi Maria

(53)

3. Fungsi Jurnal

Terdapat beberapa fungsi jurnal sebagaimana akan diuraikan

dibawah ini

a. Fungsi Historis

Yaitu jurnal merupakan kegiatan mencatat semua transaksi keuangan secara kronologis atau berurutan sesuai dengan tanggal terjadinya. b. Fungsi mencatat

Yaitu jurnal merupakan pencatatan yang lengkap terperinci, artinya semua transaksi dengan sumbernya harus dicatat tanpa ada yang ketinggalan.

c. Fungsi analisis

Yaitu jurnal menganalisis transaksi untuk menentukan akun yang harus di Debet maaupun yang di Kredit.

d. Fungsi instruktif

Yaitu jurnal merupakan perintah memposting dalam buku besar baik yang di Debet maupun yang di Kredit sesuai hasil analisis dalam jurnal.

e. Fungsi informatif yaitu jurnal memberikan keterangan kegiatan perusahaan secara jelas.

4. Bentuk jurnal

Jurnal mampu memenuhi fungsinya seperti menentukan ke akun

mana suatu transaksi akan dicatat. Sebelumnya juga telah dijelaskan bahwa

jurnal memuat beberapa fungsi, seperti fungsi historis dan fungsi informatif.

Karena itu, bentuk jurnal adalah sedemikian rupa sehingga mampu

memenuhi fungsi-fungsi tersebut

(54)

31

2. Diisi dengan tanggal terjadinya transaksi secara berurutan dengan kronologis terjadinya transaksi.

3. Diisi Kolom no.nomor surat bukti transaksi.

4. Diisi dengan nama akun yang di debet ditulis terlebih dahulu, baris bawahnya ditulis akun yang di kredit dan ditulis menjorok ke sebelah kanan. Selanjutnya baris bawahnya ditulis penjelasan ringkas transaksi yang bersangkutan.

5. Diisi nomor kode akun, tetapi ingat nomor kode akun ini diisi hanya jika akan diposting ke buku besar.

6. Dan 7 diisi dengan jumlah rupiah dari akun yang di debet maupun yang di kredit.

5. Buku Besar

Buku besar (Ledger) adalah kumpulan akun-akun yang digunakan

untuk meringkas transaksi yang telah dicatat dalam jurnal. Buku besar juga

dapat diartikan tahapan catatan terakhir dalam akuntansi (book of final

entry) yang menampung ringkasan data yang sudah dikelompokan atau

diklasifikasikan yang berasal dari jurnal

6. Bentuk Buku Besar

Bentuk buku besar yang biasa digunakan adalah Hendri Yulius

(2002:36-37):

a. Bentuk T sederhana

Nama Akun

Gambar

Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.2 Penilaian Acuan Patokan Tipe II (PAP II)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengolahan data penelitian ini menggunakan SPSS 16.0 dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dari

jiban dalam pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima oleh wajib pajak.. dalam menjalankan usahanya, baik itu usaha jasa maupun pengadaan

[r]

[r]

h0|9o.ghilnllo$ibeli'lldh.. KERANGKA PEII'ECAHAN MASALAH. Ldsa^ oe Dr nl

[r]

Vagina adalah organ yang berbentuk tubulus, 10 sentimeter, terdiri dari kanal fibromuskular panjang yang dilapisi oleh membran mukus yang bermula dari bagian

Berdasarkan hasil survai voice of customer dengan metode kuesioner, harapan konsumen dalam perancangan sepeda Unand adalah menginginkan sepeda yang ergonomis, sepeda