xi
ABSTRAK
PERBEDAAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA PUTRI
DILIHAT DARI PEMAKAIAN KOSMETIKA WAJAH
Woro Andani Pramuningtyas
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kepercayaan diri pada remaja putri dilihat dari pemakaian kosmetika wajah (jumlah jenis kosmetika wajah yang digunakan). Hipotesis yang diajukan adalah ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kepercayaan diri remaja putri dilihat dari pemakaian kosmetika wajah.
Jenis penelitian ini termasuk penelitian komparatif. Subjek penelitian adalah siswi-siswi SMU Stella Duce 2 Yogyakarta sebanyak 107 siswi yang berada dalam rentang usia 15-18 tahun. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah angket dan skala. Angket digunakan untuk mengukur pemakaian kosmetika wajah dan skala digunakan untuk mengukur kepercayaan diri. Dari 60 skala kepercayaan diri diperoleh reliabilitas Alpha sebesar 0,910. Data penelitian dianalisis dengan Analisis Varian 1 Jalur dari program SPSS for windows versi 13.00.
xii
ABSTRACT
THE DIFFERENCE OF SELF CONFIDENCE LEVEL IN FEMALE
ADOLESCENCE SEEN FROM THE USAGE OF FACE COSMETIC
Woro Andani Pramuningtyas
Faculty of Psychology Sanata Dharma University
Yogyakarta
This research was aimed to find the difference of self confidence level in female adolescence seen from the usage of face cosmetic (the sum of the kind of face cosmetic used). The purposed hypothesis was there is a significance difference of self confidence level in female adolescence seen from the usage of face cosmetic.
The research type was a comparative study. The subject of this research are students of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta. There are 107 students which range of age between 15-18 years old. The method which is used to collect data in this research are questionnaire and scale. The questionnaire measure the usage of face cosmetic and the scale measure the self confidence. The Alpha reliability was 0,910, it is obtained from 60 items of self confidence scale. The research data was analyzed by One Way Anova from SPSS program for windows 13.00 version.
i
PERBEDAAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA
PUTRI DILIHAT DARI PEMAKAIAN KOSMETIKA
WAJAH
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Woro Andani Pramuningtyas
NIM : 019114007
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
! "
! "
! "
! "
#
#
#
#
$
$
$
$
%
%
%
%
&
&
&
&
$
'
$
'
$
'
$
'
(
#
%
)
(
#
%
)
(
#
%
)
(
#
%
)
*
*
*
*
+
+
+
+
,
$
,
$
,
$
,
$
-
- #
-
-
#
#
#
$
$
$
$
# .
# .
# .
# .
,
,
,
,
v
!"
#
" #
$
% &
'( (!"
)
"
)
"
"
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan
Pemakaian Kosmetika Wajah Dengan Kepercayaan Diri Pada Remaja Putri Di
SMU Stella Duce 2 Yogyakarta. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Penulis menyadari adanya berbagai permasalahan dan kendala
yang muncul saat melaksanakan dan menyusun penelitian ini. Proses
penulisan ini dari awal sampai akhir sangat banyak melibatkan kerjasama dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk
melakukan penelitian.
2. Ibu Sylvia CMYM., S.Psi., M.Si. selaku Ketua Program Studi (Kaprodi)
dan juga dosen pembimbing akademik penulis.
3. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si. selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah dengan sabar memberikan arahan, bimbingan, dan juga
motivasi selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini.
4. Ibu Kristiana Dewayani, S.Psi., M.Si. selaku dosen penguji skripsi yang
vii
5. Ibu P. Henrietta PDASD., S.Psi. selaku dosen penguji skripsi yang telah
memberikan saran dan kritik.
6. Bapak C. Siswa Widyatmoko, S.Psi. yang telah memberikan saran selama
proses penelitian ini dan pernah menjadi pembimbing akademik penulis
sebelumnya.
7. Bapak Agung Santoso, S.Psi. yang telah memberikan saran selama proses
penelitian dan penulisan skripsi ini.
8. Semua dosen di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma atas segala
bimbingan dan bantuannya selama ini.
9. Seluruh staff Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Mas
Gandung, Mas Muji, Mas Doni, Mbak Nanik, Pak Gik, terima kasih atas
keramahan dan kesabarannya dalam memberikan informasi, fasilitas, dan
bantuannya selama kuliah.
10.Bapak Sutrisno dan Ibu Susi selaku guru SMU Stella Duce 2 Yogyakarta
yang telah memfasilitasi penulis untuk melakukan penelitian.
11.Mama dan Papa, terimakasih untuk doa, semangat, dan
nasehat-nasehatnya. Terimakasih sudah selalu mengingatkan aku hampir setiap
hari untuk mengerjakan skripsi…I love you so much…
viii
kalian sudah kasih aku semangat untuk mengerjakan skripsi…Thanks ya kakak-kakakku sayang…
13.Teman-teman kos “Delima Raya”, Aix, Mbak Biru, Yani (thanks udah bantuin and nemenin aku…), Lili, Mbak Missy, Echa, Lina, Endah, Rara. Kalian semua yang selalu buat aku tertawa dan betah tinggal di kos. Yang
selalu dukung aku kalau aku ribut sama tante dan om kos hehe…
Terimakasih juga sudah kasih aku semangat untuk mengerjakan skripsi.
14.Teman-teman kampus, Icha (thanks ya jeng udah diingetin and disemangatin terus…), Ari (thanks ya udah diajarin hehe…), Yosie (thanks ya udah kasih banyak masukan, saran, dan kritik soal skripsi…), Sony (thanks ya ndut buat perhatian dan doanya…thanks juga udah pinjemin komputer..), Broto, Adrie, Eli, Maria, James, Sapti, Dewi. Terimakasih untuk saran-sarannya.
15.Teman-teman baikku, Pupung (gendut…thanks ya udah kasih aku semangat and perhatian…), Ary (thanks buat supportnya and udah doain aku…), Bayu, Dewi, Shasa, Itay, Nenggolan, Bedjo, Neny dan Dony… Terimakasih sudah jadi temen baikku selama ini, jadi tempat curhat,
temenin aku jalan… Thanks ya…
ix
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih belum sempurna, sehingga
kritik dan saran akan penulis terima dengan hati terbuka. Akhir kata, semoga
tulisan ini bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, Mei 2007
x
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat hasil karya orang lain, kecuali telah disebutkan dalam kutipan
dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Mei 2007
xi ABSTRAK
PERBEDAAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA PUTRI DILIHAT DARI PEMAKAIAN KOSMETIKA WAJAH
Woro Andani Pramuningtyas
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kepercayaan diri pada remaja putri dilihat dari pemakaian kosmetika wajah (jumlah jenis kosmetika wajah yang digunakan). Hipotesis yang diajukan adalah ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kepercayaan diri remaja putri dilihat dari pemakaian kosmetika wajah.
Jenis penelitian ini termasuk penelitian komparatif. Subjek penelitian adalah siswi-siswi SMU Stella Duce 2 Yogyakarta sebanyak 107 siswi yang berada dalam rentang usia 15-18 tahun. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah angket dan skala. Angket digunakan untuk mengukur pemakaian kosmetika wajah dan skala digunakan untuk mengukur kepercayaan diri. Dari 60 skala kepercayaan diri diperoleh reliabilitas Alpha sebesar 0,910. Data penelitian dianalisis dengan Analisis Varian 1 Jalur dari program SPSS for windows versi 13.00.
xii ABSTRACT
THE DIFFERENCE OF SELF CONFIDENCE LEVEL IN FEMALE ADOLESCENCE SEEN FROM THE USAGE OF FACE COSMETIC
Woro Andani Pramuningtyas
Faculty of Psychology
Sanata Dharma University
Yogyakarta
This research was aimed to find the difference of self confidence level in female adolescence seen from the usage of face cosmetic (the sum of the kind of face cosmetic used). The purposed hypothesis was there is a significance difference of self confidence level in female adolescence seen from the usage of face cosmetic.
The research type was a comparative study. The subject of this research are students of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta. There are 107 students which range of age between 15-18 years old. The method which is used to collect data in this research are questionnaire and scale. The questionnaire measure the usage of face cosmetic and the scale measure the self confidence. The Alpha reliability was 0,910, it is obtained from 60 items of self confidence scale. The research data was analyzed by One Way Anova from SPSS program for windows 13.00 version.
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
KATA PENGANTAR ... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... x
ABSTRAK ... xi
ABSTRACT ... xii
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A. Remaja ... 6
1. Pengertian Remaja ... 6
xiv
3. Remaja Putri ... 10
B. Pemakaian Kosmetika Wajah ... 11
1. Kosmetika ... 11
a. Pengertian Kosmetika ... 11
b. Penggolongan Kosmetika ... 13
c. Manfaat Kosmetika ... 15
2. Kosmetika Wajah ... 16
a. Pengertian Kosmetika Wajah ... 16
b. Jenis-jenis Kosmetika Wajah ... 17
C. Kepercayaan Diri ... 19
1. Pengertian Kepercayaan Diri ... 19
2. Ciri-ciri Orang Yang Percaya Diri ... 21
3. Aspek-aspek Kepercayaan Diri ... 24
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri ... 25
5. Kepercayaan Diri Remaja ... 26
D. Perbedaan Tingkat Kepercayaan Diri Pada Remaja Putri Dilihat Dari Pemakaian Kosmetika Wajah ... 28
E. Hipotesis ... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31
A. Jenis Penelitian ... 31
B. Variabel Penelitian ... 31
C. Definisi Operasional ... 31
xv
E. Prosedur Penelitian ... 34
F. Metode Pengumpulan Data ... 35
G. Uji Coba Penelitian ... 39
1. Pelaksanaan Uji Coba ... 39
2. Hasil Uji Coba ... 39
H. Metode Analisis Data ... 45
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46
A. Pelaksanaan Penelitian ... 46
B. Hasil Penelitian ... 46
C. Deskripsi Data Penelitian ... 47
D. Uji Asumsi Data Penelitian ... 54
1. Uji Normalitas ... 54
2. Uji Homogenitas ... 54
3. Uji Hipotesis ... 55
E. Pembahasan ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60
A. Kesimpulan ... 60
B. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 61
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Blue Print Skala Kepercayaan Diri ... 37
Tabel 2. Penyebaran Item Skala Kepercayaan Diri Sebelum Uji Coba... 40
Tabel 3. Penyebaran Item Skala Kepercayaan Diri Setelah Uji Coba (Nomor Item Yang Gugur)... 42
Tabel 4. Penyebaran Item Skala Kepercayaan Diri Untuk Penelitian ... 44
Tabel 5. Penyebaran Item Skala Kepercayaan Diri Setelah Penelitian... 47
Tabel 6. Kategorisasi Pemakaian Kosmetika Wajah (Jumlah Jenis Kosmetika Wajah Yang Digunakan)... 49
Tabel 7. Kategorisasi Kepercayaan Diri ... 50
Tabel 8. Distribusi Subjek Penelitian... 51
Tabel 9. Data Kepercayaan Diri Subjek Dilihat Dari Pemakaian Kosmetika Wajah... 52
Tabel 10.Tabel Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ...54
Tabel 11.Tabel Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Levene Test ...55
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Angket dan Skala Uji Coba ... 65
Lampiran B. Hasil Uji Coba Skala... 67
Lampiran C. Reliabilitas Skala (Uji Coba) ... 78
Lampiran D. Angket dan Skala Setelah Uji Coba (Penelitian)... 83
Lampiran E. Hasil Penelitian Skala ... 85
Lampiran F. Reliabilitas Skala (Penelitian) ... 98
Lampiran G. Hasil Penelitian Skala (Setelah Diuji Reliabilitas) ... 102
Lampiran H. Skor Total ... 112
Lampiran I. Uji Normalitas, Uji Homogenitas, Uji Hipotesis ... 119
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa
peralihan dari masa anak ke masa dewasa, di mana pada masa ini remaja
juga mengalami banyak perubahan fisik dan juga akan dimulainya proses
perkembangan psikis. Perubahan-perubahan yang terjadi akan
mempengaruhi kepercayaan diri remaja. Pada masa ini remaja akan selalu
berusaha untuk diterima dengan baik oleh kelompok sosialnya, oleh
karena itu remaja membutuhkan kepercayaan diri di dalam pergaulannya
(Gunarsa, 1987).
Kepercayaan diri merupakan sikap dimana individu merasa yakin
akan kemampuannya, menimbulkan rasa aman dalam dirinya, tidak
tergantung pada orang lain, dan tau apa yang dibutuhkan. Orang yang
memiliki rasa percaya diri biasanya percaya dengan kemampuan yang
dimiliki, sehingga selalu dapat menghadapi situasi dengan semestinya
(Kumara, 1988).
Rasa percaya diri seseorang tidak datang dengan sendirinya, salah
satunya didukung oleh penampilan (Iswara, 2004). Penampilan diri
merupakan sesuatu yang dirasa penting bagi remaja. Perubahan fisik yang
dialami oleh remaja membuat remaja mulai memperhatikan penampilan
2
besar terhadap penerimaan mereka di dalam kelompok sebayanya juga
akan memperkuat perhatian remaja terhadap penampilan fisiknya. Mereka
yang menarik biasanya akan diperlakukan lebih baik daripada mereka
yang kurang menarik. Bila remaja merasa dirinya tidak semenarik yang
diharapkan, maka mereka akan mencari jalan untuk memperbaiki
penampilan (Hurlock, 1997).
Penampilan fisik yang kurang menarik menyebabkan remaja
menjadi merasa tidak puas dengan dirinya. Pada kenyataannya, hanya
sedikit remaja yang puas dengan penampilan mereka dan banyak yang
memikirkan suatu cara yang dapat memperbaiki penampilan mereka. Rasa
tidak puas inilah yang menjadi salah satu sebab timbulnya krisis percaya
diri pada mereka (Hurlock, 1997).
Masa remaja merupakan masa di mana individu memiliki
keinginan besar untuk mencoba hal-hal baru yang belum diketahuinya.
Berdandan merupakan suatu hal baru bagi remaja, dengan berdandan
mereka dapat memperbaiki penampilan mereka yang kurang. Zulkifli
(1986) mengatakan bahwa remaja mulai suka berdandan dan berhias untuk
menarik lawan jenis.
Cross dan Cross (dalam Hurlock, 1997) mengungkapkan alasan
mengapa remaja putri lebih tertarik terhadap penampilan dan daya tarik
fisik daripada remaja putra. Hal tersebut disebabkan karena mereka
3
teman hidup sangat dipengaruhi oleh daya tarik fisik yang dimiliki oleh
seseorang.
Berdasarkan fenomena yang ada saat ini, remaja putri ketika
berada di tempat-tempat umum sudah mulai berdandan dengan
menggunakan kosmetika wajah. Hal ini didukung dengan Gunarsa (1981)
yang mengatakan bahwa remaja putri mulai menyukai bersolek menurut
mode dan kosmetik baru. Remaja putri yang selalu ingin memperbaiki
penampilan, hal itu disebabkan supaya mereka lebih percaya diri dan
terlihat lebih menarik, misalnya dengan cara menggunakan kosmetika
wajah (Iswara, 2004). Hal ini didukung dengan pendapat Kesler (1984)
yang mengatakan bahwa alat-alat kosmetika dipergunakan untuk
memperbaiki penampilan dengan tujuan untuk meningkatkan harga diri
dan kepercayaan diri. Penampilan menarik yang dimiliki oleh seorang
remaja membuat remaja akan lebih mudah diterima oleh teman-temannya
dan diperlakukan lebih baik.
Beberapa orang remaja putri yang berhasil diwawancarai
mendukung hal ini. Mereka juga mengatakan bahwa mereka sangat
membutuhkan produk-produk kosmetika untuk menunjang kepercayaan
diri mereka, salah satunya adalah kosmetika wajah. Jenis kosmetika wajah
yang mereka gunakan antara lain pelembab, bedak, eyeshadow, blush on, lipstik, dan lain-lain.
Dewasa ini dapat kita lihat bahwa remaja putri menggunakan
4
pusat-pusat perbelanjaan). Penggunaan berbagai jenis kosmetika wajah
merupakan salah satu cara bagi remaja putri untuk membentuk serta
memelihara penampilan diri supaya dapat terlihat lebih baik dan menarik.
Kosmetika wajah (make-up) memiliki kekuatan merubah penampilan wajah, menciptakan suatu citra, sekaligus menaikkan rasa percaya diri,
membuat pemakai senang dengan diri sendiri. Manfaat make-up dari segi
moral dan psikologis pemakainya jelas sekali
(http://www.shahnaz-husain.com).
Dari uraian di atas, penelitian ini ingin mengetahui apakah ada
perbedaan tingkat kepercayaan diri pada remaja putri dilihat dari
pemakaian kosmetika wajah. Pemakaian kosmetika wajah dalam
penelitian ini dilihat dari jumlah jenis kosmetika wajah yang digunakan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, penulis ingin
mengetahui apakah ada perbedaan tingkat kepercayaan diri pada remaja
putri dilihat dari pemakaian kosmetika wajah.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat adanya perbedaan
tingkat kepercayaan diri pada remaja putri dilihat dari pemakaian
5 D. Manfaat Penelitian
• Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini untuk menambah kajian teoretis Psikologi
khususnya di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta mengenai kepercayaan diri remaja yang dilihat dari
pemakaian kosmetika wajah.
• Manfaat Praktis
Dapat memberikan pemahaman dan informasi bagi remaja
mengenai kepercayaan diri dilihat dari pemakaian kosmetika
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja atau adolescence berasal dari kata Latin adolescere
yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja dibagi
menjadi dua bagian, yaitu remaja awal dan remaja akhir. Batas usia
remaja awal yaitu 13 tahun sampai 16 atau 17 tahun, dan batas usia
remaja akhir yaitu 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun (Hurlock, 1997).
Gunarsa (1981), mengatakan bahwa masa remaja adalah masa peralihan
dari masa anak-anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan
yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja
merupakan individu yang berusia antara 12-22 tahun.
Masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam
rangkaian proses perkembangan seseorang. Remaja tidak termasuk
golongan anak, tetapi tidak termasuk golongan orang dewasa atau tua.
Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Secara global usia remaja
berlangsung antara 21 tahun dengan pembagian sebagai berikut,
12-15 tahun merupakan masa remaja awal, 12-15-18 tahun merupakan masa
remaja pertengahan, 18-21 tahun merupakan masa remaja akhir (Monks,
2002).
Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa,
7
Bahkan perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan
gejala primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan
perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari
perubahan-perubahan fisik itu. Batasan usia remaja Indonesia adalah 11-24 tahun
dan belum menikah (Sarwono, 1989).
WHO (1974) mendefinisikan remaja adalah suatu masa di
mana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual
; individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi
dari kanak-kanak menjadi dewasa ; terjadi peralihan dari ketergantungan
sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri
(Sarwono, 1989).
E.H.Erikson (Gunarsa, 1981) mengemukakan bahwa
adolesensia merupakan masa dimana terbentuk suatu perasaan baru
mengenai identitas. Identitas mencakup cara hidup pribadi yang dialami
sendiri dan sulit dikenal oleh orang lain. Secara hakiki ia tetap sama
walaupun telah mengalami berbagai macam perubahan.
Remaja (adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan
biologis, kognitif dan sosial-emosional. Dalam kebanyakan budaya,
remaja dimulai kira-kira usia 10-13 tahun dan berakhir antara usia 18
8
Masa remaja merupakan masa di mana seorang remaja
mengalami periode transisi yang membuat remaja akan selalu berusaha
untuk dapat diterima dengan baik oleh kelompok sosialnya. Mereka
mengupayakan berbagai cara yang diarahkan pada konformitas
kelompoknya, salah satunya dengan mengupayakan penampilannya
sama dengan harapan-harapan sesama remaja. Hal ini disebabkan karena
kebutuhan untuk dapat diterima oleh kelompok sebaya merupakan
kebutuhan yang sangat penting bagi remaja (Mappiare, 1983).
Pada umumnya masa remaja ditandai dengan
perubahan-perubahan fisik yang mendahului kematangan seksual. Perubahan fisik
biasanya juga diikuti proses perkembangan psikis pada remaja, dimana
terlihat perubahan-perubahan kepribadian yang terwujud dalam cara
hidupnya untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat (Gunarsa, 1981).
Hurlock (1997) mengungkapkan bahwa masa remaja
merupakan masa mendekati usia kematangan yang sah, dimana remaja
mulai meninggalkan sifat-sifat anak usia belasan tahun dan mulai
memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Remaja meniru
tingkah laku orang dewasa dengan memusatkan diri pada perilaku yang
dihubungkan dengan status dewasa, antara lain berpakaian dan
berpenampilan seperti orang dewasa, berdandan, merokok,
minum-minuman keras, dan lain-lain.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja
9
dewasa yang ditandai dengan terjadinya perubahan fisik dan perubahan /
perkembangan psikologis, yang mana perubahan tersebut
mempengaruhi cara hidupnya dalam kelompok atau masyarakat.
2. Ciri-ciri Remaja
Ciri-ciri remaja pada umumnya adalah :
• Terjadi perkembangan fisik dan psikis yang mencolok
Secara umum, masa remaja ditandai dengan adanya perubahan
fisik yang diikuti pula dengan perubahan psikis (kepribadiannya).
• Terjadi perkembangan seksual
Tanda-tanda perkembangan seksual pada remaja putra diantaranya
yaitu mengalami mimpi basah, sedangkan pada remaja putri yaitu
mengalami menstruasi (datang bulan).
• Penuh emosi (labil)
Masa remaja berada pada masa transisi, pada masa ini remaja
sering mengalami ketegangan secara emosi. Hal itu dapat
disebabkan antara lain oleh banyaknya tuntutan yang
mengharuskan remaja untuk bisa menyesuaikan diri baik terhadap
lawan jenis maupun terhadap lingkungan sekitar.
• Pertentangan
Pada umumnya terjadi perselisihan dan pertentangan pendapat dan
pandangan antara remaja dan orangtua. Karenanya timbul
10 • Mengikatkan diri pada kelompok
Remaja memiliki kebutuhan untuk berhubungan sosial atau
bersosialisasi dengan orang lain (teman sebaya). Untuk
mendapatkan pengalaman dalam hubungan sosialnya, remaja
cenderung berorientasi pada kehidupan kelompok.
• Memiliki rasa ingin tahu yang besar
Remaja memiliki rasa ingin tahu yang besar, sehingga remaja
selalu ingin mencoba hal-hal baru.
• Mengkhayal dan berfantasi
Melalui khayalan dan fantasi yang positif dan konstruktif, banyak
hal dan ide baru yang dapat diciptakan oleh remaja.
3. Remaja Putri
Remaja putri dan putra sama-sama mengalami perkembangan
fisik dan psikologis. Akan tetapi remaja putri mengalami
perkembangan fisik lebih cepat dari remaja putra, remaja putri akan
mulai perkembangan fisik kurang lebih 2 tahun lebih dulu
(Gunarsa, 1981).
Remaja juga mengalami perkembangan psikoseksuil.
Tanda-tanda pertama kematangan seksuil pada remaja putri yakni
pembesaran payudara, pertumbuhan rambut di daerah kemaluan bagian
luar dan ketiak. Remaja putri mengalami menarche / kedatangan haid,
11
menginjak kedewasaan dan menjadi seorang wanita dengan sifat dan
tanda-tanda kewanitaannya (Gunarsa, 1981).
Gross dalam Santrock (2003) mengungkapkan bahwa remaja
putri seringkali memiliki rasa tidak puas dengan keadaan tubuhnya
dibandingkan dengan remaja putra. Remaja putri memiliki sifat-sifat
diantaranya, pasif dan menerima, cenderung untuk menerima
perlindungan, mengagumi pribadi pujaannya, minat tertuju pada
hal-hal yang bersifat emosionil konkrit, berusaha mengikut dan
menyenangkan orang lain (Soerjabrata, 1969).
B. Pemakaian Kosmetika Wajah 1. Kosmetika
a. Pengertian Kosmetika
Kosmetika berasal dari kata kosmein (bahasa Yunani) yang berarti berhias atau menghiasi. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk
mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang
terdapat disekitarnya. Namun sekarang kosmetika dibuat manusia tidak
hanya dari bahan alami, tetapi juga bahan buatan untuk maksud
meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 22/Menkes/Per/X/76
tanggal 6 September 1976 (dalam Wasitaatmadja, 1997) menyatakan
bahwa kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk
12
pada , dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian
badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara,
menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk
golongan obat.
Menurut Benton (1986) mengatakan bahwa kosmetika
sebagai tambahan yang terutama untuk meningkatkan daya tarik orang
yang memakainya. Jadi kosmetika merupakan alat perlengkapan
tertentu untuk menjadikan seseorang bertambah cantik dan menarik.
Kosmetika merupakan sekumpulan zat kimia atau obat
yang dipergunakan untuk memelihara kecantikan tubuh secara
keseluruhan dan juga untuk tujuan estetik (Ensiklopedia Nasional
Indonesia dalam Handayani 2004). Kosmetika adalah zat dan benda
yang diterapkan pada badan untuk membersihkan, mempercantik diri,
meningkatkan daya tarik, atau mengubah penampilan. Kosmetika
dapat dipercikkan, dioleskan, disemprotkan, dituang ke dalam air
mandi, dan lain-lain (Warta Konsumen, Juli 1980).
Kosmetika berarti bahan atau zat yang digunakan pada
tempat yang berhubungan dengan bagian luar dari tubuh manusia, kulit
luar, system rambut, kuku, bibir dan organ kelamin luar atau gigi yang
semata-mata dapat dilihat untuk membersihkannya, mewangikannya,
merubah pemunculannya dan atau menghilangkan bau badan dan atau
melindunginya atau menjaganya dalam kondisi baik
13
Tujuan pemakaian kosmetika pada awalnya adalah tujuan
dekoratif (riasan). Manusia merias diri agar terlihat lebih cantik dari
aslinya dengan memulas serta menutupi kekurangan-kekurangan yang
ada pada tubuhnya. Dengan cara itu maka manusia menampakkan diri
lebih baik dan kepercayaan diripun tumbuh (Warta Konsumen, Juli
1980).
Kosmetik menurut ”hirarki kebutuhan Maslow” termasuk
pada hirarki ketiga, yaitu hirarki kebutuhan sosial, pengakuan, dan
penerimaan. Pada tingkat ini kebutuhan untuk keamanan emosi dan
rasa diterima lingkungan begitu kuat sehingga konsumen
menggunakan kosmetik dengan tujuan untuk mengesankan orang lain,
memikat lawan jenis, dan memperbaiki penampilan (Ninuk, 1998).
b. Penggolongan Kosmetika
Brauer EW dan Principles of Cosmetics for The Dermatologist (1982) membuat klasifikasi sebagai berikut :
1. Toiletries
Terdiri dari : sabun, shampoo, pengkilap rambut, kondisioner rambut, pewarna, pengeriting, pelurus rambut, deodoran,
antiperspirant dan tabir surya.
2. Skin care
14
3. Make up
Make up wajah terdiri dari : foundation, powder, eye make up, lipstik, rouges (blush on).
4. Fragrance
Terdiri dari : perfumes, colognes, toilet waters, body silk, bath powders, after shave agents.
Sedangkan Sub Bagian Kosmetika Medik Bagian / SMF
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI / RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta, membagi kosmetika atas :
• Kosmetika pemeliharaan dan perawatan, yang terdiri atas : - kosmetika pembersih (cleansing)
- kosmetika pelembab (moisturizing) - kosmetika pelindung (protecting) - kosmetika penipis (thinning)
• Kosmetika rias / dekoratif, yang terdiri atas : - kosmetika rias kulit terutama wajah
- kosmetika rias rambut
- kosmetika rias kuku
- kosmetika rias bibir
- kosmetika rias mata
15 - after shave lotion
- parfum dan eau de toilette
c. Manfaat Kosmetika
Dasar dari kecantikan adalah kesehatan. Kulit yang sehat
adalah bagian yang langsung dapat kita lihat, karena kulit
merupakan organ tubuh yang berada paling luar dan berfungsi
sebagai pembungkus tubuh. Dengan demikian pemakaian
kosmetika yang tepat akan bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Berikut ini terdapat beberapa manfaat dari kosmetika :
1. Pemeliharaan dan perawatan kulit
Pemeliharaan merupakan usaha pencegahan terhadap
timbulnya kelainan-kelainan, sedangkan perawatan merupakan
usaha mempertahankan keadaan yang sekarang baik agar tidak
berubah menjadi buruk. Pemeliharaan dan perawatan ini terdiri
atas pembersih, pelembab, pelindung, dan penipisan.
2. Rias atau dekoratif
Kosmetika rias bermanfaat untuk memperbaiki penampilan
seseorang agar terlihat lebih baik.
3. Wangi-wangian (parfum)
Parfum diperlukan untuk menambah penampilan dan menutupi
16 4. Kosmetik medik
Untuk menambah kegunaan dari kosmetika, maka dibuatlah
berbagai kosmetik yang mengandung zat yang dapat bekerja
lebih kuat dan biasa digunakan sebagai obat, misalnya sulfur,
merkuri, hormon, dll.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kosmetika
merupakan suatu bahan yang dipergunakan pada tubuh bagian luar
dengan cara dioleskan, dipercikkan, digosokkan, disemprotkan
dengan tujuan untuk memelihara kecantikan tubuh, mengubah
penampilan, serta menutupi kekurangan-kekurangan yang ada pada
tubuh, sehingga seseorang akan tampak lebih baik dan kepercayaan
diripun tumbuh.
2. Kosmetika Wajah
a. Pengertian Kosmetika Wajah
Kosmetika wajah (dekoratif) merupakan suatu bahan yang
dipergunakan pada wajah dengan cara meriasnya sehingga wajah
terlihat lebih menarik dan sekaligus juga untuk menutupi
kekurangan yang ada di wajah. Kosmetika wajah semata-mata
hanya melekat pada alat tubuh yang dirias dan tidak bermaksud
untuk diserap ke dalam kulit serta mengubah secara permanen
kekurangan (cacat) yang ada. Kosmetika wajah terdiri dari bahan
17
minyak, krim) dengan pelengkap bahan pembuat stabil dan parfum
(Wasitaatmadja, 1997).
Kosmetika wajah memiliki kekuatan merubah penampilan
wajah, menciptakan suatu citra, sekaligus menaikkan rasa percaya
diri, membuat pemakai senang dengan diri sendiri.
(http://www.shahnaz-husain.com).
b. Jenis-jenis Kosmetika Wajah
Kosmetika wajah digunakan untuk merias wajah dan terdiri
dari berbagai jenis. Menurut Basuki (2003), merias wajah terdiri
dari 2 tahap, yaitu :
1. Riasan dasar
• Pelembab (moisturizer)
Pelembab digunakan untuk mengurangi kekeringan kulit
dan mengurangi penguapan kulit.
• Alas bedak (foundation)
Alas bedak digunakan untuk melindungi kulit terhadap
polusi dan untuk menyembunyikan ketidaksempurnaan
pada wajah.
• Bedak (powder)
Bedak fungsinya untuk menyamarkan ketidaksempurnaan
pada kulit wajah dan memberi kesan lebih cerah pada
18 2. Riasan dekoratif
• Perona mata (eyeshadow)
Perona mata (eye shadow) digunakan untuk merias kelopak
mata, terdiri dari berbagai macam warna.
• Pensil alis
Pensil alis digunakan untuk membentuk alis mata.
• Maskara
Maskara digunakan untuk merias bulu mata yang dapat
menghitamkan, menebalkan, dan memanjangkan bulu mata.
• Eyeliner
Eyeliner digunakan untuk memperjelas garis bulu mata
dengan warna gelap.
• Perona pipi (blush on)
Blusher digunakan untuk menampilkan warna kosmetik
yang lebih lembut pada wajah dengan membuat garis
bentuk muka yang lebih baik dan mengurangi tampilan
yang kurang baik pada wajah.
• Pemulas bibir
– Lipstik, digunakan sebagai pewarna bibir yang terdiri
dari berbagai macam warna.
– Lipgloss, digunakan sebagai pengkilap bibir yang dapat
membuat bibir agak menyala, tidak mudah kering dan
19
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kosmetika wajah merupakan suatu bahan yang dipergunakan pada
wajah dengan cara meriasnya, memiliki kekuatan untuk merubah
penampilan wajah supaya terlihat lebih menarik sekaligus dapat
menaikkan rasa percaya diri. Kosmetika wajah terdiri dari 10 jenis,
yaitu pelembab, foundation, bedak, eyeshadow, pensil alis, maskara, eyeliner, blush on, lipstik, dan lipgloss.
C. Kepercayaan Diri
1. Pengertian Kepercayaan Diri
Orang yang percaya diri adalah orang yang puas terhadap
dirinya. Begitu pula sebaliknya, orang yang tidak percaya diri adalah
orang yang tidak puas terhadap dirinya sendiri (Lindenfield, 1997).
Menurut Bandura, rasa percaya diri merupakan suatu
keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya mampu berperilaku
seperti yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil seperti yang
diharapkan, merupakan suatu keyakinan bahwa seseorang dapat
menyebabkan sesuatu terjadi sesuai harapan-harapannya.
Orang yang percaya diri merupakan orang yang yakin akan
kemampuan diri sendiri sehingga bisa menyelesaikan masalahnya
sendiri, karena tahu apa yang dibutuhkan dalam hidupnya dan
mempunyai sikap positif yang didasari keyakinan akan
20
yang sudah diambil, mampu menatap fakta dan realita secara objektif
yang didasari oleh kemampuan dan keterampilan (Kumara, 1988).
Kepercayaan diri merupakan suatu perasaan yang cukup aman
dan tahu apa yang dibutuhkan dalam kehidupan sehingga tidak perlu
membandingkan dirinya dengan orang lain dalam menentukan
standard karena ia selalu dapat menentukan standard sendiri
(Brenneche dan Amick, 1978).
Rasa percaya diri bukanlah warisan gen tapi merupakan hasil
asuhan yang sangat berperan dalam menentukan dan
mempertumbuhkan rasa percaya diri. Proses pengasuhan tersebut tidak
hanya tanggungajawab orangtua tapi juga tanggungjawab pengasuh
lain seperti sekolah, masyarakat, dan media. Walaupun orangtua
merupakan dasar yang paling kuat dalam pembentukan rasa percaya
diri seseorang (Lindenfields, 1997). Kepercayaan diri adalah sebuah
kondisi dimana kita merasa optimis dalam memandang dan
menghadapi sesuatu dalam hidup kita (Hidayati, 2002).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri
merupakan suatu keyakinan yang dimiliki individu tentang dirinya
bahwa dirinya itu mampu berperilaku seperti yang dikehendaki dan
yakin akan kemampuannya sendiri serta memiliki sikap positif
sehingga individu tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang
21 2. Ciri-Ciri Orang Yang Percaya Diri
Orang yang mempunyai kepercayaan diri cenderung bersifat
optimis dan akan menghadapi persoalan-persoalan yang ada dengan
hati yang tenang serta tidak mudah terpengaruh oleh tanggapan orang
lain. Selain itu orang yang percaya diri juga kreatif, toleran terhadap
orang lain, dan juga tidak mudah putus asa apabila menghadapi
masalah atau hambatan.
Gael Lindenfields (1997) mengatakan bahwa terdapat dua ciri
utama yang khas pada orang yang mempunyai rasa percaya diri yaitu :
a. Rasa percaya diri batin
Percaya diri yang memberi kepada kita perasaan dan anggapan
bahwa kita dalam keadaan baik.
Ciri-ciri orang yang memiliki rasa percaya diri batin antara lain :
• Cinta diri → orang yang percaya diri mencintai diri mereka
sendiri. Mereka peduli tentang diri mereka karena perilaku
dan gaya hidup mereka adalah untuk memelihara diri.
• Pemahaman diri → orang dengan percaya diri batin sangat
sadar diri. Mereka tidak terus-menerus merenungi diri
sendiri, tapi terbuka terhadap orang lain baik tentang
pendapat maupun perilakunya.
• Memiliki tujuan yang jelas → orang yang percaya diri
selalu tahu tujuan hidupnya. Mereka mempunyai tujuan
22
• Berpikir positif → orang yang percaya diri merupakan
orang yang menyenangkan. Dalam melihat kehidupan
selalu dari sisi yang baik.
b. Rasa percaya diri lahir
Percaya diri yang memungkinkan kita untuk tampil dan berperilaku
dengan cara menunjukkan kepada dunia luar bahwa kita yakin akan
diri kita.
Ciri-ciri orang yang memiliki rasa percaya diri lahir antara lain :
• Komunikasi → untuk meningkatkan rasa percaya diri,
individu harus memiliki keterampilan dalam
berkomunikasi.
• Ketegasan → dengan sikap tegas, kita dapat berhasil dalam
hidup dan hubungan sosial.
• Penampilan diri → keterampilan diri akan mengajarkan
kepada kita betapa pentingnya tampil sebagai orang yang
percaya diri.
• Pengendalian perasaan → kita perlu mengendalikan
perasaan kita dan mengelolanya dengan baik.
Menurut Hakim (2002), terdapat beberapa ciri-ciri remaja yang
memiliki rasa percaya diri yang tinggi, yaitu :
- mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai
23
- tidak bergantung pada orang lain dalam menghadapi
masalah
- selalu bereaksi positif
- tidak mudah putus asa
- mempunyai kondisi mental dan fisik yang cukup
menunjang penampilannya
- mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai
- mampu menetralisasi ketegangan yang muncul dalam
berbagai situasi
Sedangkan beberapa ciri-ciri remaja yang memiliki rasa percaya
diri yang kurang, antara lain :
- mudah cemas dan putus asa
- mengalami kesulitan dalam menetralisasi ketegangan
sehingga menjadi gugup
- terkadang bicara gagap
- sering menyendiri dari kelompok yang dianggapnya lebih
darinya.
- cenderung tergantung pada orang lain dalam mengatasi
masalah
24 3. Aspek-aspek Kepercayaan Diri
Aspek-aspek kepercayaan diri menurut Lauster (Marwati, 2001) :
a. Mandiri
Tidak tergantung pada orang lain dan tidak memerlukan dukungan
dari orang lain dalam melakukan sesuatu.
b. Tidak mementingkan diri sendiri dan memiliki sikap toleran
Mengerti dan menyadari kekurangan yang ada pada dirinya dan
dapat menerima pendapat maupun pandangan orang lain.
c. Memiliki rasa aman
Tidak memiliki perasaan takut dan ragu-ragu terhadap situasi
maupun orang-orang disekelilingnya.
d. Ambisi normal
Memiliki ambisi yang disesuaikan dengan kemampuan, ambisi
yang tidak berlebihan, dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan
bertanggungjawab.
e. Yakin pada kemampuan diri sendiri
Memiliki perasaan tidak perlu membandingkan dirinya dengan
orang lain dan tidak mudah terpengaruh orang lain.
f. Optimis
Memiliki pandangan dan harapan yang positif mengenai diri dan
25
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri
individu, antara lain :
a. Penampilan Fisik
Penampilan fisik merupakan keadaan yang ampak secara langsung
pada diri individu. Penampilan fisik mempengaruhi kepercayaan
diri karena individu yang merasa puas dengan penampilan fisiknya
cenderung memiliki kepercayaan diri yang tinggi, sebaliknya
individu yang memiliki kekurangan pada penampilan fisiknya
(memiliki penampilan fisik yang tidak sesuai dengan yang
diinginkan) cenderung kurang percaya diri.
b. Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi mempengaruhi kepercayaan diri individu.
Dengan status sosial ekonomi yang lebih baik maka individu akan
cenderung lebih percaya diri karena ada jaminan untuk
memperoleh fasilitas yang memudahkan individu untuk
mengekspresikan diri dan dengan mudah dapat memenuhi seluruh
kebutuhan hidup.
c. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial merupakan orang-orang yang berada di sekitar
individu seperti keluarga, masyarakat, maupun teman sebaya.
Lingkungan sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap
26
membentuk rasa percaya diri, sedangkan penolakan dari
lingkungan sosial akan membentuk atau menimbulkan perasaan
cemas dan tidak percaya diri.
5. Kepercayaan Diri Remaja
Masa remaja merupakan masa yang sulit karena pada masa
ini seorang remaja sedang mengalami periode transisi, dimana remaja
akan selalu berusaha untuk dapat diterima dengan baik oleh kelompok
sosialnya. Oleh karena itu remaja membutuhkan kepercayaan diri di
dalam pergaulannya. Karena tanpa kepercayaan diri, remaja akan
merasa canggung terutama saat berinteraksi dengan orang lain. Mereka
mengupayakan berbagai cara antara lain dengan menggabungkan diri
dalam kelompok teman-teman sebaya yang penampilannya sama
dengan harapan sesama remaja. Dengan mereka bergabung maka
kelemahan dan kekurangan yang mereka miliki tidak lagi
menimbulkan perasaan rendah diri (Gunarsa, 1987).
Dengan segala perubahan fisik yang terjadi pada remaja,
membuat remaja sangat memperhatikan penampilan fisik mereka
terutama pada remaja putri. Hal ini didukung oleh pendapat Soekanto
(1989) yang mengatakan bahwa seorang remaja putri biasanya selalu
ingin tampil rapi dan menarik apabila tampil di muka umum. Hal
27
Harter dalam Santrock (2003) mengungkapkan bahwa
penampilan fisik berkorelasi paling kuat dengan rasa percaya diri pada
remaja. Untuk mendapatkan penampilan fisik yang menarik, remaja
membutuhkan produk kosmetika untuk menunjang kepercayaan diri
mereka. Remaja merupakan konsumen yang potensial untuk
produk-produk kosmetika, karena pada masa ini remaja selalu memandang
segala hal mengenai dirinya dari segi fisik dan ingin mencapai
penampilan fisik yang baik (Jersild, 1965).
Kepercayaan diri sangat menentukan perilaku penyesuaian
diri. Remaja yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi biasanya
menjadi populer di lingkungannya, baik di lingkungan keluarga
maupun teman-temannya, segala tindakannya tidak tergantung dan
tidak terpengaruh oleh orang lain. Mereka dapat menjadi dirinya
sendiri dan merasa yakin akan hidupnya sehingga mereka dapat
menyesuaikan diri dengan baik dalam berinteraksi dengan orang lain.
Sebaliknya remaja yang kurang percaya diri sering merasa dirinya
rendah, merasa tidak mampu, dan tergantung orang lain. Mereka juga
cenderung mengucilkan diri atau bahkan seolah-olah merasa
dikucilkan oleh lingkungannya, menjadi kurang populer di
lingkungannya, mengalami kesulitan untuk berperan di dalam
lingkungannya, dan pada akhirnya dapat menjadi individu yang mudah
28
D. Perbedaan Tingkat Kepercayaan Diri Pada Remaja Putri Dilihat Dari Pemakaian Kosmetika Wajah
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa yang ditandai oleh adanya kematangan biologis, psikologis,
dan sosial. Masa peralihan ini biasanya menimbulkan beban bagi individu
(dalam berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungannya) sehingga
terkadang timbul rasa tidak percaya diri dalam diri individu.
Rasa tidak percaya diri ini muncul karena remaja mengalami
perubahan fisik dan juga psikis. Perubahan fisik tersebut dapat
menimbulkan rasa kurang percaya diri pada remaja karena merasa bahwa
dirinya kurang menarik. Untuk itu, remaja akan mencari jalan untuk
memperbaiki penampilannya supaya terlihat lebih menarik.
Penampilan fisik yang kurang menarik akan menjadi penghambat
bagi remaja untuk bergaul dengan teman sebaya dan membina hubungan
dekat dengan lawan jenis. Remaja putri yang kurang menarik akan
mengalami kesulitan untuk mendapatkan perhatian dan kurang diterima
dalam pergaulan. Kondisi ini menyebabkan remaja putri menjadi semakin
merasa tidak puas terhadap dirinya. Ketidakpuasan inilah yang menjadi
salah satu sebab timbulnya krisis percaya diri pada mereka (Hurlock,
1997). Sejumlah peneliti menemukan bahwa penampilan fisik merupakan
suatu kontributor yang sangat berpengaruh pada rasa percaya diri remaja.
29
paling kuat dengan rasa percaya diri secara umum, yang baru diikuti oleh
penerimaan sosial teman sebaya (Santrock, 2003).
Remaja putri umumnya sangat memperhatikan atau mementingkan
penampilan diri. Remaja yang secara fisik menarik akan lebih populer
dibandingkan dengan mereka yang tidak menarik (Kennedy, 1990 dalam
Santrock 2003). Oleh karena itu supaya terlihat lebih menarik dan untuk
mendapatkan penampilan yang ideal, mereka yang merasa kurang menarik
akan memperbaiki penampilan. Kebutuhan akan penampilan yang ideal
terwujud salah satunya melalui cara mempercantik diri dengan alat-alat
kosmetika (Brit, 1967 dalam Mustika, 1983). Penggunakan kosmetika,
dalam hal ini kosmetika wajah, merupakan salah satu cara bagi remaja
putri untuk membentuk serta memelihara penampilan diri supaya dapat
terlihat lebih baik dan menarik.
Kosmetika wajah sering juga disebut dengan kosmetika dekoratif
(make-up). Kosmetika wajah terdiri dari berbagai jenis, yang memiliki fungsi untuk menambah kepercayaan diri. Dengan menggunakan berbagai
jenis kosmetika wajah maka penampilan diri akan menjadi lebih baik
sehingga akan meningkatkan kepercayaan diri individu
(http://www.pikiranrakyat.com). Maka remaja putri yang menggunakan
jenis kosmetika wajah dengan jumlah lebih banyak akan memiliki
kepercayaan diri yang lebih tinggi daripada yang menggunakan jenis
30 E. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang dapat disusun dari
penelitian ini adalah ada perbedaan yang signifikan pada tingkat
31 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah
penelitian komparatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk melihat
perbedaan dengan cara membandingkan kepercayaan diri (variabel
tergantung) pada remaja putri dilihat dari pemakaian kosmetika wajah
(variabel bebas).
B. Variabel Penelitian
Identifikasi variabel penelitian perlu dilakukan sebelum
pengumpulan data. Hal ini akan mempermudah dalam menentukan alat
pengumpulan data yang sesuai.
Variabel-variabel yang termasuk dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas : Pemakaian Kosmetika Wajah
2. Variabel tergantung : Kepercayaan Diri
C. Definisi Operasional
1. Pemakaian Kosmetika Wajah
Kosmetika wajah merupakan suatu bahan yang dipergunakan di
wajah dengan cara meriasnya, yang bertujuan untuk merawat kulit
32
dapat digunakan sebagai alat untuk menutupi kekurangan-kekurangan
yang ada di wajah pemakai. Kosmetika wajah dalam penelitian ini ada
10 jenis, yaitu pelembab, foundation, bedak, eyeshadow, pensil alis, maskara, eyeliner, blush on, lipstik, lipgloss. Pemakaian kosmetika wajah akan diukur dengan menggunakan angket yang dirancang
sendiri oleh penulis yang fungsinya untuk mengetahui jumlah jenis
kosmetika wajah yang digunakan. Pemakaian kosmetika wajah akan
dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu sedikit, sedang, dan banyak.
2. Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan yang dimiliki
individu tentang dirinya bahwa dirinya mampu melakukan sesuatu
sesuai dengan yang dikehendaki serta memiliki sikap positif sehingga
tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain. Kepercayaan
diri akan diukur dengan menggunakan skala kepercayaan diri untuk
melihat tingkat kepercayaan diri dalam diri individu dengan melihat
aspek-aspek kepercayaan diri menurut Lauster (Marwati, 2001).
Aspek-aspek tersebut adalah :
a. Mandiri
Tidak tergantung pada orang lain dan tidak memerlukan dukungan
dari orang lain dalam melakukan sesuatu.
b. Tidak mementingkan diri sendiri dan memiliki sikap toleran
Mengerti dan menyadari kekurangan yang ada pada dirinya dan
33 c. Memiliki rasa aman
Tidak memiliki perasaan takut dan ragu-ragu terhadap situasi
maupun orang-orang disekelilingnya.
d. Ambisi normal
Memiliki ambisi yang disesuaikan dengan kemampuan, ambisi
yang tidak berlebihan, dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan
bertanggungjawab.
e. Yakin pada kemampuan diri sendiri
Memiliki perasaan tidak perlu membandingkan dirinya dengan
orang lain dan tidak mudah terpengaruh orang lain.
f. Optimis
Memiliki pandangan dan harapan yang positif mengenai diri dan
masa depannya.
D. Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja putri
dengan batasan usia antara 15-18 tahun dan berstatus sebagai pelajar
SMU. Teknik sampling yang dipergunakan untuk memilih subjek
penelitian adalah purposive sampling. Subjek penelitian adalah siswi SMU Stella Duce 2 Yogyakarta kelas X, XI, XII. Pemilihan kelas yang akan
menjadi subjek penelitian dipilih atau ditentukan oleh guru bagian
kurikulum dari sekolah tersebut. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan di
34
berjenis kelamin perempuan yang berada dalam rentang usia 15-18 tahun
sesuai dengan apa yang ingin diungkapkan oleh peneliti. Remaja yang
berstatus pelajar SMU merupakan remaja yang usianya semakin
mendekati masa dewasa, dimana remaja mulai bertindak dan berperilaku
seperti orang dewasa, salah satunya yaitu mulai menggunakan kosmetika
wajah (berdandan).
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Membuat skala kepercayaan diri dan angket pemakaian kosmetika
wajah untuk diuji cobakan pada kelompok uji coba yang memiliki
karakteristik yang sama dengan kelompok subjek sesungguhnya.
2. Melakukan uji coba.
3. Melakukan uji validitas dan reliabilitas skala untuk mendapatkan butir
yang valid dan reliabel.
4. Menentukan subjek penelitian sesuai dengan kriteria, kemudian
mengukur kepercayaan diri dengan cara subjek mengisi skala yang
sudah diketahui kesahihan dan keandalannya. Subjek juga mengisi
angket pemakaian kosmetika wajah yang dirancang oleh penulis.
5. Melakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat untuk
35
6. Menganalisis data yang masuk dengan teknik Anava (one way anova) untuk melihat perbedaan kepercayaan diri pada remaja putri dilihat
dari pemakaian kosmetika wajah.
7. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis tersebut.
F. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode angket
mengenai pemakaian kosmetika wajah dan skala kepercayaan diri.
1. Pemakaian Kosmetika Wajah
Pemakaian kosmetika wajah akan diukur dengan menggunakan
skor angket pemakaian kosmetika wajah yang dirancang oleh penulis
yang fungsinya untuk mengetahui jumlah jenis kosmetika wajah yang
digunakan. Pemakaian kosmetika wajah akan dikategorikan menjadi
tiga yaitu sedikit, sedang, dan banyak.
2. Kepercayaan Diri
a. Skala Kepercayaan Diri
Skala kepercayaan diri disusun dengan mengacu pada
aspek-aspek kepercayaan diri menurut Lauster (Marwati, 2001).
Aspek-aspek tersebut adalah mandiri, tidak mementingkan diri
sendiri dan memiliki sikap toleran, memiliki rasa aman, ambisi
normal, yakin pada kemampuan diri sendiri, dan optimis.
Skala kepercayaan diri akan memakai model penskalaan
36
ratings) yaitu metode penskalaan yang berorientasi pada respons (Gable dalam Azwar, 1999). Untuk setiap skala diberikan kategori
empat jawaban. Masing-masing item akan diberi penilaian 4, 3, 2, 1
untuk S (Selalu), SR (Sering), JR (Jarang), TP (Tidak Pernah) untuk
jawaban subjek pada item yang bersifat favorabel. Sebaliknya, untuk
pernyataan yang bersifat unfavorabel akan digunakan penilaian 1, 2,
3, 4 untuk S (Selalu), SR (Sering), JR (Jarang), TP (Tidak Pernah).
Untuk mengungkapkan aspek-aspek tentang kepercayaan
diri maka dibuat pernyataan-pernyataan yang mengidentifikasikan
kepercayaan diri. Pernyataan-pernyataan tersebut berbentuk
item-item yang bersifat favorabel dan unfavorabel. Item yang bersifat
favorabel adalah item yang mendukung atau menunjukkan ciri-ciri
atribut yang akan diukur. Sedangkan item yang bersifat unfavorabel
adalah item yang tidak mendukung atau menunjukkan ciri-ciri atribut
yang akan diukur.
Berdasarkan aspek-aspek kepercayaan diri tersebut, dibuat
60 item dengan spesifikasi 30 item bersifat favorabel dan 30 item
bersifat unfavorabel. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam blue
37
Tabel 1.
Blue Print Skala Kepercayaan Diri Jumlah Item
Aspek-aspek Favorabel Unfavorabel Jumlah 1. Memiliki rasa aman 5 5 10
2. Yakin pada kemampuan
diri sendiri
5 5 10
3. Tidak mementingkan diri
sendiri dan toleran
5 5 10
4. Ambisi normal 5 5 10
5. Mandiri 5 5 10
6. Optimis 5 5 10
Jumlah 30 30 60
b. Kelayakan Skala Kepercayaan Diri
Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrument pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1997). Suatu tes
dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila tes
tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur
yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes
tersebut.
Validitas skala kepercayaan diri diuji dengan menggunakan
38
dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur
oleh tes itu. Validitas isi diestimasi lewat pengujian terhadap isi
tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement
(Azwar, 1997).
Analisis Item
Merupakan proses pemilihan pernyataan-pernyataan yang
baik, yang nantinya akan digunakan untuk item skala. Analisis item
dilakukan dengan melihat nilai koefisien korelasi item total.
Analisis ini dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 13.00.
Sebagai kriteria pemilihan item berdasar pada korelasi item total
biasanya digunakan batasan rix 0,30 (Azwar, 1999). Item yang
memiliki koefisien korelasi minimal 0,30 diinterpretasikan sebagai
item yang memiliki daya diskriminasi tinggi dan dianggap
memuaskan, sedangkan item yang memiliki koefisien korelasi
kurang dari 0,30 diinterpretasikan sebagai item yang memiliki daya
diskriminasi rendah dan dianggap gugur.
Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran
dapat dipercaya. Reliabilitas telah dianggap memuaskan bila
koefisiennya mencapai 0,900. Tetapi suatu koefisien yang tidak
setinggi itupun masih dianggap cukup memuaskan (Azwar, 1997).
Uji reliabilitas skala dalam pengukuran ini memakai teknik
39 G. Uji Coba Penelitian
1. Pelaksanaan Uji Coba
Uji coba pada penelitian ini dilakukan pada tanggal 15
September 2006 sampai dengan 18 September 2006. Penelitian ini
dilakukan dengan cara menyebarkan skala kepercayaan diri dan angket
pemakaian kosmetika wajah yang digunakan pada remaja putri yang
berusia 15-18 tahun dan berstatus sebagai pelajar SMU.
2. Hasil Uji Coba
Skala kepercayaan diri yang disebarkan dalam penelitian ini
adalah 65 skala, namun dari 65 skala yang disebarkan hanya 62 skala
yang diisi lengkap. Maka 62 skala yang dapat digunakan untuk analisis
uji coba. Uji coba ini dianalisis dengan program SPSS versi 13.00.
a. Validitas
Validitas yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
validitas isi, dimana pengujian validitas ini dilakukan dengan cara
professional judgement. Dalam hal ini dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi yaitu dengan melihat kesesuaian
masing-masing item yang ada dalam skala dengan aspek-aspek yang
hendak diungkap seperti yang terdapat di dalam blueprint. Hasil
dari uji validitas isi yang dilakukan oleh professional judgement
40 b. Analisis Item
Analisis item merupakan proses pemilihan
pernyataan-pernyataan yang baik, yang nantinya akan digunakan untuk item
skala. Jumlah item dalam skala kepercayaan diri adalah 60 buah
pernyataan yang terdiri dari 30 item favorabel dan 30 item
unfavorabel. Penyebaran item dapat dilihat pada tabel 2 di bawah
ini.
Tabel 2.
Penyebaran Item Skala Kepercayaan Diri Sebelum Uji Coba Nomor Item
Aspek-aspek Favorabel Unfavorabel Jumlah 1. Memiliki rasa
aman
2, 5, 26, 31, 38 1, 14, 27, 42, 47 10
2. Yakin pada
kemampuan diri
sendiri
3, 15, 40, 52, 55 4, 16, 28, 41, 48 10
3. Tidak
mementingkan diri
sendiri dan toleran
8, 17, 29, 49, 56 6, 18, 43, 53, 59 10
4. Ambisi normal 9, 19, 30, 37, 58 7, 20, 32, 39, 46 10 5. Mandiri 10, 22, 24, 36, 50 12, 23, 33, 45, 60 10
6. Optimis 11, 21, 34, 51, 57 13, 25, 35, 44, 54 10
41
Kriteria pemilihan item berdasarkan nilai koefisien korelasi
item total dengan menggunakan batasan rix 0,30. Item yang
mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 dianggap memuaskan
dan dapat dipergunakan untuk penelitian, sedangkan item yang
memiliki koefisien korelasi kurang dari 0,30 dianggap sebagai item
yang memiliki daya diskriminasi rendah, dianggap gugur, dan tidak
dapat dipergunakan untuk penelitian (Azwar, 1999).
Berdasarkan hasil perhitungan rix, untuk skala kepercayaan
diri diperoleh skor korelasi item total yang bergerak antara 0,170
sampai dengan 0,582. Dari 60 butir item, terdapat 12 item yang
memiliki rix kurang dari 0,30 yaitu item nomor 6, 12, 18, 20, 46,
49, 50, 51, 53, 55, 56, 58. Namun item nomor 18, 49 ditoleransi
42
Tabel 3.
Penyebaran Item Skala Kepercayaan Diri Setelah Uji Coba (Nomor Item Yang Gugur)
Nomor Item
Aspek-aspek Favorabel Unfavorabel Jumlah 1. Memiliki
rasa aman
2, 5, 26, 31, 38 1, 14, 27, 42, 47 10
2. Yakin pada
kemampuan
diri sendiri
3, 15, 40, 52, 55* 4, 16, 28, 41, 48 9
3. Tidak
mementingkan
diri sendiri
dan toleran
8, 17, 29, 49, 56* 6*, 18, 43, 53*, 59
7
4. Ambisi
normal
9, 19, 30, 37, 58* 7, 20*, 32, 39, 46*
7
5. Mandiri 10, 22, 24, 36,
50*
12*, 23, 33, 45,
60
8
6. Optimis 11, 21, 34, 51*,
57
13, 25, 35, 44, 54 9
Jumlah 25 25 50
Keterangan : Tanda * = Item yang gugur
Bobot pada setiap aspek kepercayaan diri masih belum
sama atau seimbang. Untuk mencapai keseimbangan antara
43
beberapa item pada tiap aspek yang memiliki jumlah item lolos
seleksi lebih banyak. Pada aspek memiliki rasa aman terdapat 10
item yang lolos seleksi, aspek yakin pada kemampuan diri sendiri
terdapat 9 item yang lolos seleksi, aspek tidak mementingkan diri
sendiri dan toleran terdapat 7 item yang lolos seleksi, aspek ambisi
normal terdapat 7 item yang lolos seleksi, aspek mandiri terdapat 8
item yang lolos seleksi, dan aspek optimis terdapat 9 item yang
lolos seleksi. Untuk mencapai keseimbangan, maka item yang
memiliki korelasi (rix) terendah pada tiap aspek harus dihilangkan.
Item tersebut antara lain nomor 1, 3, 5, 10, 35, 41, 42, 54. Setelah
melakukan seleksi item, maka tersusunlah skala kepercayaan diri
44
Tabel 4.
Penyebaran Item Skala Kepercayaan Diri Untuk Penelitian Nomor Item
Aspek-aspek Favorabel Unfavorabel Jumlah 1. Memiliki rasa
aman
2 (1), 26 (19),
31 (24), 38 (30)
14 (8), 27 (20),
47 (36)
7
2. Yakin pada
kemampuan diri
sendiri
15 (9), 40 (32),
52 (39)
4 (2), 16 (10),
28 (21), 48 (37)
7
3. Tidak
mementingkan
diri sendiri dan
toleran
8 (4), 17 (11), 29 (22), 49 (38)
18 (12), 43 (33),
59 (41)
7
4. Ambisi
normal
9 (5), 19 (13),
30 (23),37 (29)
7 (3), 32 (25),
39 (31)
7
5. Mandiri 22 (15), 24
(17), 36 (28)
23 (16), 33
(26), 45 (35),
60 (42)
7
6. Optimis 11 (6), 21 (14),
34 (27), 57 (40)
13 (7), 25 (18),
44 (34)
7
Jumlah 22 20 42
Keterangan : ( ) = Nomor Skala Kepercayaan Diri yang Digunakan Untuk Penelitian
45 c. Reliabilitas
Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan
hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran.
Pengujian reliabilitas skala dalam pengukuran ini memakai teknik
Alpha Cronbach dari program SPSS versi 13.00. Pada skala kepercayaan diri diperoleh reliabilitas sebesar 0,910.
H. Metode Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis
dalam penelitian ini adalah analisis varian. Anava yang digunakan adalah
anava 1 jalur (one way anova) yaitu untuk menganalisis perbedaan tingkat kepercayaan diri pada remaja putri dilihat dari pemakaian kosmetika
wajah. Uji statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 13.00.
46 BAB IV
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 4 dan 5 Desember 2006 di
SMU Stella Duce 2 Yogyakarta. Kriteria subjek sama seperti pada tahap
uji coba, yaitu remaja dengan batas usia antara 15-18 tahun dan berstatus
sebagai pelajar SMU. Subjek penelitian diambil dari tiga kelas yaitu kelas
X D (31 siswi), XI IPS 2 (37 siswi), XII IPS 3 (39 siswi) pada saat jam
pelajaran Bimbingan Konseling. Selanjutnya berdasarkan kriteria yang
ada, maka terpilih 107 orang siswa yang dijadikan subjek penelitian.
Pengumpulan data dilaksanakan dengan cara meminta subjek untuk
mengisi skala kepercayaan diri dan angket pemakaian kosmetika wajah.