• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FORECASTING DAN RASIOPRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAIDI PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS FORECASTING DAN RASIOPRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAIDI PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FORECASTING DAN RASIOPRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAIDI PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH:

TRI KHAIRUNNISAH 130304024

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

ANALISISFORECASTING DAN RASIOPRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAIDI PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH:

TRI KHAIRUNNISAH 130304024 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(3)

JUDUL : ANALISIS FORECASTING DAN RASIO PRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

NAMA : TRI KHAIRUNNISAH

NIM : 130304024

PROGRAM STUDI : AGRIBISNIS

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec) (Siti Khadijah H. N., S.P., M.Si)NIP.

196302041997031001 NIP. 197310111999032002

Mengetahui Ketua Program Studi

NIP. 196302041997031001 (Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec)

TANGGAL LULUS: 05 APRIL 2017

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Tri Khairunnisah, NIM 130304024, Analisis Forecasting dan Rasio Produksi dan Konsumsi Kedelai di Provinsi Sumatera Utara telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Diterima untuk Memenuhi Sebagaian dari Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada Tanggal, 05 April 2017 Panitia Penguji Skripsi:

Ketua : Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec NIP. 196302041997031001

...

Anggota : 1. Siti Khadijah H. N., S.P., M.Si NIP. 197310111999032002

...

2. Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si NIP. 195411111981031001

...

3. Ir. M. Jufri, M.Si

NIP. 196011101988031003

...

Mengesahkan,

Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

NIP. 196302041997031001 (Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec)

(5)

ABSTRAK

Tri Khairunnisah (130304024) dengan judul skripsi “Analisis Forecasting dan Rasio Produksi dan Konsumsi Kedelai di Provinsi Sumatera Utara”. Penelitian ini dibimbing oleh bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku ketua komisi pembimbing dan ibu Siti Khadijah H. N., S.P., M.Si selaku anggota komisi pembimbing.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui trend produksi dan konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 1999-2013, mengetahui rasio produksi dengan konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 1999-2013, dan mengetahui proyeksi produksi dan konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2017-2026.

Metode penelitian yang digunakan adalah Analisis Deskriptif dan Analisis Regresi Linier Sederhana menggunakan Least Square Method dengan bantuan program SPSS (Statistical Package for Sosial Science). Data yang digunakan adalah data sekunder berupa datatime series periode tahun 1999 sampai 2013.

Hasil penelitian menunjukkan pada tahun 1999-2013 di Provinsi Sumatera Utara, produksi kedelai mengalami trend negatif. Sedangkan untuk konsumsi kedelai mengalami trend positif.Padatahun 1999-2013 di Provinsi Sumatera Utara menunjukkan konsumsi kedelai lebih besar dari produksi kedelai dengan perbandingan 1:4,44. Kedelai berada pada tingkat ketahanan pangan III yaitu rawan pangan. Untuk tahun 2017-2026 di Provinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa proyeksi produksi kedelai mengalami trend negatif dan proyeksi konsumsi kedelai mengalami trend positif dengan kesenjangan yang sangat lebar antara produksi dan konsumsi kedelai.

Kata Kunci: Produksi Kedelai, Konsumsi Kedelai, Forecasting, Rasio Produksi dan Konsumsi

(6)

RIWAYAT HIDUP

Tri Khairunnisah, lahir pada tanggal 28 April 1995 di Desa Pulau Maria, Kecamatan Air Batu, Kabupaten Asahan, sebagai anak kelima dari enam

bersaudara yang merupakan anak dari ayah Sunasrun dan ibu Nurbaiti br. Manurung.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2001 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 010047 Air Batu, Kecamatan Air Batu, Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara sampai tahun 2004.

2. Melanjutkan Sekolah Dasar di SD Negeri 007 Betung, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau dan lulus tahun 2007.

3. Tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Air Batu, Kecamatan Air Batu, Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara dan lulus tahun 2010.

4. Tahun 2010 masuk Sekolah Madrasah Aliyah di MAN 1 Medan, Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara dan lulus tahun 2013.

5. Tahun 2013 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

Penulis selama menjadi mahasiswi di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara mengikuti sebagai berikut:

1. Anggota dari organisasi kemahasiswaan IMASEP-USU (Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian-Universitas Sumatera Utara).

(7)

2. Bulan Juli-Agustus 2016 melaksanakan PKL (Praktek Kerja Lapangan) di Desa Pergulaan, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.

3. Bulan Desember 2016 melakukan penelitian skripsi mengenai Analisis Forecasting dan Rasio Produksi dan Konsumsi Kedelai di Provinsi Sumatera Utara.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil’alamin. Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan rahmat-Nya, sehingga saya mampu menyelesaikan penulisan skripsi dengan mengangkat judul “Analisis Forecasting dan Rasio Produksi dan Konsumsi Kedelai di Provinsi Sumatera Utara”.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini mungkin tidak dapat diselesaikan oleh penulis tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak selama penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tuaku, ayahanda tercinta bapak Sunasrun dan ibunda tercinta umik Nubaiti br. Manurung yang telah mencurahkan kasih sayang dan begitu banyak perhatian, doa yang tak henti-hentinya, semangat dan motivasi yang diberikan saat begitu banyak masalah, kesabaran yang tiada batas dalam memenuhi kebutuhan baik moril maupun materil. Terimakasih atas semua kebahagiaan yang telah kalian berikan, semoga kelak Nisah bisa membalas dan membahagiakan umik dan bapak.

2. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec., selaku ketua komisi pembimbing skripsi dan Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan saran, kritik, bantuan, dan arahan selama saya menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas waktu dan pikiran yang telah diberikan untuk membimbing saya.

(9)

3. Bapak Ir. M. Jufri, M.Si., selaku dosen penguji dan Sekertaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan saran, kritik, bantuan, dan arahan untuk skripsi saya.

4. Ibu Siti Khadijah H. N., S.P., M.Si., selaku anggota komisi pembimbing skripsi, yang telah memberikan saran, kritik, bantuan, dan arahan selama saya menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas waktu dan pikiran yang telah diberikan untuk membimbing saya.

5. Bapak Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran , kritik, bantuan, dan arahan untuk skripsi saya.

6. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana., M.S., selaku dosen pembimbing akademik dan segenap dosen serta staf pegawai Program Studi Agribsinis atas semua ilmu pengetahuan yang telah diberikan selama masa pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

7. Pihak Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Sumatera Utara,Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, yang telah memberikan data-data yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini.

8. Abang, kakak serta adikku tercinta Leys Malika, Dahrul Syah Maya, Rahmania, S.Pd., Fahrul Rizki, S.Sos.I., dan Fitri Yuliani.M. Taufik Berutu, abang sepupu yang selalu bisa di jadikan tempat bertukar fikiran dalam pembuatan skripsi. Anak-anak bunda Nurul Khadijah, Radith Fauzan Al- Hafidz, Randy Fairuz Al-Hafidz, dan Haza Akmal Zein, yang hanya melihat fotonya saja sudah menambah semangat. Terimakasih untuk selalu senantiasa menghibur, memotivasi dan mendoakan agar dapat menyelesaikan skripsi tepat waktu.

(10)

9. M. Sanusi Siregar, yang selalu bersedia mendengarkan cerita, tawa, tangis selama penyusunan skripsi, yang bisa buat happy saat mulai jenuh, yang bisa jadi mamak-mamak merepet saat lupa waktu, jadi bapak-bapak berwibawa saat memotivasi. Terimakasih untuk semua waktu yang berlalu.

10. Elna Fitriana Lintang, Khusnul Khotimah Ginting, Nur Asiah, Ade Irma, Ika Puspita Sari, Nurhandayani Fatimah Silaen, Ade Lihu Sihombing,Nita Anggita,teman seperlabilan yang selalu memberi dukungan semangat. Tika Agustina Mora, Nova Andriani Matondang, Fisrika Lahagu, Henny Crosita Limbong, Putri Dian Sari Damanik, Novita Yanti Sikumbang, Siti Hafsah Siregar, Wiwin Manurung, Ruth Nainggolah dan seluruh teman-teman Agribisnis yang selalu staydi kampus nunggu dosen mulai terbit semangat hingga tenggelamnya khayalan wisuda cepat. Saya sangat bersyukur dipertemukan dengan sahabat-sahabat yang luar biasa hebat seperti mereka.

Terima kasih telah menjadi bagian dari qeter-nya perjalanan kehidupan selama di kampus.

11. Pihak-pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberikan bantuan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat dan pengetahuan bagi semua pihak yang berkepentingan.

Medan, April 2017

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

RIWAYAT HIDUP ...ii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR LAMPIRAN ...xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Identifikasi Masalah ...7

1.3. Tujuan Penelitian ...7

1.4. Kegunaan Penelitian ...8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kedelai ...9

2.2. Landasan Teori ...13

2.2.1 Proyeksi (Forecasting) ...13

2.2.2 Data Deret Waktu (Time Series) ...18

2.2.3 Jenis-Jenis Metode Peramalan ...21

2.2.4 Produksi ...22

2.2.5 Konsumsi ...24

2.2.6 Rasio ...25

2.3. Peneltian Terdahulu ...26

2.4. Kerangka Pemikiran ...28

2.5. Hipotesis Penelitian ...30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian ...31

(12)

3.2. Metode Penentuan Sampel ...31

3.3. Metode Pengumpulan Data ...31

3.4. Metode Analisis Data ...32

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ...35

3.5.1 Definisi ...35

3.5.2 Batasan Operasional ...36

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Provinsi Sumatera Utara ...37

4.2. Kondisi Iklim dan Topografi ...38

4.3. Kondisi Demografi ...39

4.4. Deskripsi Variabel ...44

4.4.1 Produksi Kedelai Provinsi Sumatera Utara ...44

4.4.2 Konsumsi Kedelai Provinsi Sumatera Utara ...46

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2015 ...49

5.1. (a) Produksi Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2015...53

5.1. (b) Konsumsi Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2015...54

5.2. Rasio Produksi dan Konsumsi Kedelai Provinsi Sumatera Utara ....54

5.3. Proyeksi Produksi dan Konsumsi Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2026 ...60

5.3.(a) Proyeksi Produksi Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2026 ...60

5.3.(b) Proyeksi Konsumsi Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2026 ...62

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ...65

6.2. Saran ...65 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai Provinsi Sumatera Utara

Tahun 1999-2013 4

2.1. Ukuran Biji (Per 100 Biji) dan Komposisi Beberapa

Varietas/Galur Kedelai 11

2.2. Kandungan Gizi Kedelai 12

2.3. Perbandingan Kadar Protein pada Kedelai dan Beberapa

Bahan Makanan Sumber Protein Lainnya 12

4.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk

Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015 40

4.2. Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten/Kota Tahun 2010-2015 41 4.3. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Kedelai

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2015 44 4.4. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Kedelai

Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015 45

4.5. Konsumsi Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun

1999-2013 47

5.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai Provinsi Sumatera Utara

Tahun 1999-2013 49

5.2. Rasio Produksi dan Konsumsi Kedelai Provinsi Sumatera

Utara Tahun 1999-2013 55

5.3. Hasil Analisis Forecasting Produksi Kedelai Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2017-2026 60

5.4. Hasil Analisis Forecasting Konsumsi Kedelai Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2017-2026 62

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1. Gerak Jangka Panjang atau Trend 18

2.2. Gerak Siklis 19

2.3.

Skema Kerangka Pemikiran Analisis Forecasting dan Rasio Produksi dan Konsumsi Kedelai di Provinsi Sumatera Utara

29

5.1. Grafik Trend Produksi dan Konsumsi Kedelai Provinsi

Sumatera Utara Tahun 1999-2013 53

5.2. Grafik Proyeksi Produksi Kedelai Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2017-2026 61

5.3. Grafik Proyeksi Konsumsi Kedelai Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2017-2026 63

5.4. Grafik Proyeksi Produksi dan Konsumsi Kedelai Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2017-2026 64

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Produksi Kedelai Menurut Provinsi (Ton), 1999-2013

2 Produktivitas Kedelai Menurut Provinsi (Kwintal/Ha), 1999-2013

3 Produksi Kacang Kedelai Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara (Ton), 1999-2013

4

Perkembangan/Penurunan Produksi Kedelai Provinsi Sumatera Utara dari Tahun Sebelumnya (%) dalam Kurun Waktu 15 Tahun (1999-2013)

5

Perkembangan/Penurunan Konsumsi Kedelai Provinsi Sumatera Utara dari Tahun Sebelumnya (%) dalam Kurun Waktu 15 Tahun

6 Perhitungan Surplus/Defisit (Ton) dari Produksi dan Konsumsi Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun 1999-2013

7 Perhitungan Rasio Produksi dan Konsumsi Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun 1999-2013

8 Data Produksi Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun 1999- 2013

9 Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana Produksi Kedelai 10 Perhitungan Proyeksi Produksi dan Konsumsi Kedelai Provinsi

Sumatera Utara untuk Tahun 2018-2027

11 Data Konsumsi Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun 1999- 2013

12 Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana Konsumsi Kedelai 13 Perhitungan Proyeksi Produksi dan Konsumsi Kedelai Provinsi

Sumatera Utara untuk Tahun 2018-2027

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Dalam rangka membangun perekonomian bangsa, tanpa mengabaikan sektor lainnya, sektor pertanian adalah salah satu pilar utama pembangun untuk mencukupi pangan sebagai kebutuhan pokok hidup semua orang. Produksi pangan sudah selayaknya dipandang menyangkut hajat hidup orang banyak.

Oleh karena itu, segenap sumber pangan, produksi, distribusi, konsumsi pangan harus dikendalikan dengan baik agar dapat memenuhi kebutuhan semua orang (penduduk warga bangsa), secara berkecukupan dan berkelanjutan (Gardjito, dkk, 2013).

Ketahanan pangan dalam suatu negara dikatakan baik apabila semua penduduk dalam suatu negara dapat terpenuhi kebutuhannya. Dalam masyarakat, mendapatkan pangan merupakan hak setiap manusia yang berlaku secara hakiki.

Ketahanan pangan dibuat pemerintah untuk dijadikan salah satu indikator penting bagi keberhasilan pembangunan nasional suatu negara, disamping indikator pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan penduduk (Darwanto, 2005).

Menurut UU No.7 Tahun 1996, tanaman pangan merupakan salah satu komoditas terpenting, karena pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat yang pemenuhannya menjadi hak masyarakat Indonesia, dan salah satu komoditas tanaman pangan yang paling penting dikonsumsi adalah kedelai.

Di Indonesia, kedelai merupakan salah satu tanaman yang menjadi komoditas utama. Bagian yang dimanfaatkan pada tanaman kedelai adalah

(17)

bijinya. Menurut Rukmana dan Yuniarsih (2001), biji kedelai mengandung kurang lebih 35% protein, 35% karbohidrat, dan 15% lemak. Kedelai juga mengandung mineral seperti fosfor, kalsium, besi, vitamin A dan vitamin B.

Kedelai memiliki potensi pasar yang besar dan terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Namun, potensi pasar tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal melalui pengembangan produksi karena adanya persoalan teknis, sosial dan ekonomi. Jika kondisi sosial ekonomi kondusif maka secara teknis pengembangan kedelai memiliki potensi dan peluang yang memadai (Sudaryanto, dkk, 2001).

Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting setelah padi dan jagung. Kedelai segar sangat dibutuhkan pada berbagai industri pangan.

Kebutuhan akan konsumsi kedelai secara nasional meningkat setiap tahunnya, sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Konsumsi kedelai pada tahun 2015 mencapai sekitar 2,77 juta ton yang merupakan konsumsi total (rumah tangga dan industri). Diperkirakan pada tahun 2016 kebutuhan akan konsumsi kedelai semakin meningkat sekitar +2,88 juta ton (Direktorat Pangan dan Pertanian, 2015).

Menurut Oktaviani (2002), posisi Indonesia saat ini adalah net importer/consumer kedelai di dunia. Indonesia adalah importer kedelai terbesar kesebelas di dunia yang menyerap 2% total kedelai di pasar internasional. Kondisi kedelai di pasar internasional dari tahun 1961 sampai 2010 sangat berfluktuasi.

Sebagian besar produksi kedelai digunakan untuk negara penghasil kedelai atau dapat dikatakan perdagangan kedelai di pasar internasional terbatas. Indikasi

(18)

iniditunjukkan dari kecilnya nilai perdagangan kedelai yang dilihat dari besarnya ekspor dan impor dibandingkan dengan produksi kedelai.

Rendahnya produktivitas kedelai di Indonesia antara lain disebabkan oleh faktor alam, biotik, teknik budidaya serta fisiologi tanaman kedelai. Salah satu upaya peningkatan produksi adalah dengan perluasan areal tanam kedelai. Salah satu peluang peningkatan produksi tanaman pangan yang mendukung Ketahanan Pangan Nasional adalah pemanfaatan lahan kering. Di Indonesia terdapat sekitar 133,7 juta ha lahan kering yang tersebar di luar Jawa yaitu Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Apabila diasumsikan hanya 47,19 juta ha atau 35.3% dari lahan kering yang tersedia untuk tanaman pangan (Purwanto, 2010).

Menurut Rukmana (2002), upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi kedelai yaitu dengan cara intensifikasi di sentra produksi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang tertumpu pada potensi sumberdaya seperti pemanfaatan lahan, tenaga kerja, modal dan lainnya merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan efesiensi usahatani guna mengurangi impor yang pada gilirannya dapat menciptakan nilai tambah dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat banyak.

Sebagian besar konsumsi kedelai di Indonesia masih digunakan untuk bahan makanan manusia dalam bentuk olahan seprti tahu, tempe, kecap, tauco dan minuman sari kedelai. Jadi sebagian besar kedelai dikonsumsi oleh industri makanan olahan. Industri tahu dan tempe merupakan pengguna kedelai terbesar, dimana pada tahun 2002, kebutuhan kedelai untuk tahu dan tempe mencapai 1,78 ton atau 88% dari total kebutuhan nasional, sedangkan industri lainnya seperti

(19)

industri tepung dan pati membutuhkan kedelai sebanyak 12% dari total kebutuhan nasional (Puslitbang Tanaman Pangan, 2005).

Upaya peningkatan kedelai baik dari kuantitas maupun kualitas terus diupayakan oleh pemerintah. Di Sumatera Utara sampai saat ini masih terjadi kesenjangan yang sangat lebar antara produksi dan konsumsi kedelai. Produksi kedelai di Sumatera Utara tidak mampu memenuhi kebutuhan terhadap konsumsi kedelai. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan kedelai tersebut, pemerintah melakukan kebijakan impor kedelai. Peningkatan konsumsi kedelai yang terjadi di Sumatera Utara akan meningkatkan impor kedelai karena produksi kedelai di Sumatera Utara belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap kedelai.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat data pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun 1999-2013

Tahun Produksi Kedelai*

(Ton)

Konsumsi Kedelai**

(Ton)

1999 28.817 32.179

2000 12.881 34.857

2001 10.719 40.088

2002 10.197 44.061

2003 10.466 31.199

2004 12.333 41.412

2005 15.793 55.200

2006 7.043 56.580

2007 4.345 56.580

2008 11.647 57.314

2009 14.206 58.111

2010 9.438 56.613

2011 11.426 59.993

2012 5.419 60.512

2013 3.229 61.316

Total 167.959 746.015

Rataan 11.197,26 49.734,33

Sumber:*Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, 2016

** Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Sumatera Utara, 2016

(20)

Berdasarkan Tabel 1.1 dalam kurun waktu 15 tahun yakni dari tahun 1999-2013 dapat dilihat bahwa produksi kedelai tertinggi Provinsi Sumatera Utara terjadi pada tahun 1999 yaitu 28.817 ton dan terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu 3.229 ton. Sedangkan konsumsi kedelai Provinsi Sumatera Utara tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu 61.316 ton dan terendah terjadi pada tahun 2003 yaitu 31.199 ton. Rata-rata produksi kedelai pada tahun 1999-2013 adalah sebesar 11.197,26 ton, sedangkan rata-rata konsumsi kedelai adalah sebesar 49.734,33 ton. Dikarenakan konsumsi kedelai pada tahun 1999-2013

adalah sebsar 746.015 ton, sementara produksi kedelai lokal hanya sebesar 167.959 ton, pemerintah melakukan impor kedelai sebesar 578.056 ton

untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kedelai yang tidak dapat dipenuhi oleh produksi kedelai lokal.

Salah satu faktor yang menyebabkan produksi kedelai cenderung menurun adalah karena alih fungsi lahan pertanian. Menurut Lestari (2009), alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai perubahan untuk penggunaan lain disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebuh baik.

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah faktor ekonomi dan harga dimana ekonomi keluarga relatif mudah diukur dan

(21)

berpengaruh besar pada konsumsi pangan, terutama pada golongan miskin. Selain pendapatan, faktor ekonomi yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah harga pangan dan non pangan. Harga pangan yang tinggi menyebabkan berkurangnya daya beli yang berarti pendapatan rill berkurang. Keadaan ini menyebabkan konsumsi pangan berkurang sedangkan faktor sosial, budaya dan religi yaitu aspek sosial budaya berarti fungsi pangan dalam masyarakat yang berkembang sesuai dengan keadaan lingkungan, agama, adat, kebiasaan dan pendidikan masyarakat tersebut. Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan yang digunakan untuk dikonsumsi. Kebudayaan mempengaruhi seseorang dalam konsumsi pangan yang menyangkut pemilihan jenis bahan pangan, pengolahan serta persiapan dan penyajian (Baliwati, 2004).

Pengembangan kedelai di dalam negeri diarahkan melalui peningkatan produktivitas (intensifikasi) dan perluasan areal tanam (ekstensifikasi) (Simatupang,dkk, 2005). Upaya untuk mengatasi ketergantungan pada kedelai impor adalah meningkatkan produksi kedelai dalam negeri, baik melalui perluasan areal tanam, peningkatan produktivitas maupun pemberian dukungan pemerintah melalui kebijakan yang berpihak kepada petani (Zakaria, 2010).

Di Sumatera Utara sampai saat ini masih terjadi kesenjangan yang sangat lebar antara produksi dan konsumsi kedelai. Impor kedelai dilakukanpemerintah untuk mengatasi konsumsi yang terus meningkat, karena ketidakmampuan produksi kedelai lokal untuk memenuhi kebutuhan terhadap konsumsi kedelai.

Sehingga berdasarkan latar belakang, maka penulis tertarik untuk melakukan

(22)

penelitian lebih lanjut dan mengangkatjudul “AnalisisForecasting dan RasioProduksi dan Konsumsi Kedelai di Provinsi Sumatera Utara”.

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana trendproduksi dan konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara (1999-2013)?

2. Bagaimana rasio produksi dengan konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara (1999-2013)?

3. Bagaimana proyeksi produksi dan konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara (2017-2026)?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahuitrendproduksi dan konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara (1999-2013).

2. Untuk mengetahui rasio produksi dengan konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara pada tahun (1999-2013).

3. Untuk mengetahui proyeksi produksi dan konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara (2017-2026).

(23)

1.4.Kegunaan Penelitian

Penelitiandalam hal ini diharapkan dapat berguna antara lain sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam menyikapi proyeksi kebutuhan kedelai di masa mendatang.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk membuat kebijakan peningkatan produksi kedelai serta mengurangi impor kedelai.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kedelai

Menurut Sharma (2002), kacang kedelai diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Family : Leguminoceae

Genus : Glycine

Species : Glycine max L. Merril.

Kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan tanaman pangan turunan kedelai jenis liar Glycine ururiencis berbentuk semak yang tumbuh tegak. Kedelai adalah salah satu contoh tanaman yang berkembang menjadi tanaman kosmopolitan. Tidak ada spesies tanaman yang menyebar begitu luas secera cepat seperti kedelai (Atman, 2014).

Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai juga ikut tersebar keberbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai

(25)

yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau- pulau lainnya (Wawan, 2006).

Bagian utama dari tanaman kedelai adalah akar, batang, cabang, daun, bunga, polong, dan biji. Di dalam polong terdapat biji yang berjumlah 2-3 biji.

Setiap biji kedelai mempunyai ukuran bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7-9 g/100 biji), sedang (10-13 g/100 biji), dan besar (>13 g/100 biji). Bentuk biji bervariasi, tergantung pada varietas tanaman, yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat telur. Namun, sebagian besar biji berbentuk bulat telur. Warna kulit biji bervariasi, mulai dari kuning, hijau, coklat, hitam, atau kombinasi campuran dari warna-warna tersebut (Irwan, 2006).

Tanaman kedelai dapat tumbuh pada ketinggian 0-600 m dpl (diatas permukaan laut). Derajat pH tanah yang dikehendaki oleh tanaman kedelai adalah berkisar antara 5,8-7,0. Jenis tanah yang sesuai untuk pertumbuhannya adalah alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Intensitas curah hujan yang dibutuhkan adalah 1.200-3.000 mm/tahun, dengan curah hujan ideal sekitar 100- 400 mm/bulan. Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai berkisar antara 21-340C.

Namun, suhu udara optimum untuk pertumbuhan kedelai adalah23-270

Kedelai dipanen setelah umur 75-110 hari dari mulai masa penanaman, tergantung pada varietas yang digunakan dan ketinggian tempat menanam.

Kedelai yang akan digunakan sebagai bahan konsumsi dipanen pada saat umur C dengan kelembaban 60-70%. Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh didaerah yang beriklim tropis dan sub tropis. Iklim yang kering lebih disukai tanaman kedelai dari pada iklim yang lembab (Umar, 2012).

(26)

75-100 hari, sedangkan yang dijadikan untuk benih dipanen pada saat umur 100- 110 hari, agar matangnya biji sempurna dan merata (Sudarman,2013).

Di Indonesia terdapat beberapa varietas unggul kedelai yang sedang dikembangkan. Adapun beberapa varietas unggul kedelai yang ada di Indonesia untuk bahan industri pangan disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Ukuran Biji (Per 100 Biji) dan Komposisi Beberapa Varietas/Galur Kedelai

Varietas/Galur Bobot 100 Biji (Gram)

Protein (% bk)

Lemak (% bk)

Potensi (Ton/Ha)

Argomulyo 18-19 37-40,2 19,3-20,8 2

Grobogan 18 43,9 18,4 3,40

Panderman 15-17 36,9 17,7 2,40

Burangrang 14,9-17 39-41,6 20 2,50

Bromo 14,4-15,8 37,8-42,6 19,5 2,50

Anjasmoro 14,8-15,3 41,8-42,1 17,2-18,6 2,30

Tampomas 10,9-11 34-41,2 18-19,6 1,90

Wilis 8,9-11 37-40,5 18-18,8 1,60

Kawi 10,1-10,5 38,5-44,1 16,6-17,5 2

Krakatau 8-9,1 36-44,3 16-17 1,90

Kedelai Impor 14,8-15,8 35-36,8 21,4-21,7 - bk = basis kering

Sumber: Ginting, dkk (2009)

Berdasarkan Tabel 2.1 dapat diketahui bahwa varietas kedelai yang memiliki kadar protein tertinggi sebesar 43,9% dan memiliki potensi tertinggi sebesar 3,40 ton/ha adalah varietas Grobogan. Berdasarkan kelebihan tersebut dapat dijadikan dasar penggunaan kedelai lokal varietas Grobogan sebagai upaya peningkatan kedelai baik dari kuantitas maupun kualitas yang diupayakan oleh pemerintahguna untuk mengurangi impor kedelai yang kemudian dijadikan sebagai bahan baku pembuatan tepung kecambah kedelai yang diharapkan dapat memenuhi kecukupan gizi dan produksi.

(27)

Tabel 2.2. Kandungan Gizi Kedelai

Kandungan Gizi Kedelai Basah Kedelai Kering Satuan

Kalori 286,00 331,00 Kalori

Protein 30,20 34,9 Gram

Lemak 15,60 18,10 Gram

Karbohidrat 30,10 34,80 Gram

Kalsium 196,00 227,00 Miligram

Fosfor 506,00 585,00 Miligram

Zat Besi 6,90 8,00 Miligram

Vitamin A 95,00 110,00 Miligram

Vitamin B 0,93 1,07 Miligram

Air 20 10 Gram

Bagian yang dimakan 100 100 %

Sumber: Purwandari, 2010

Berdasarkan Tabel 2.2 dapat diketahui bahwa seluruh bagian biji kedelai dapat dikonsumsi 100%. Kedelai memiliki kandungan gizi fosfor yang sangat tinggi.Salah satu manfaat fosfor terbesar bagi kesehatan tubuh adalah membantu proses pembentukan tulang dan gigi yang sehat.Kandungan fosfor pada kedelai yaitu 506,00 miligram pada kedelai basah dan 585,00 pada kedelai kering kemudian mengandung kalori sebanyak 286,00 kalori pada kedelai basah dan 331,00 gram pada kedelai keringyang bermanfaat sebagai sumber energi

No

bagi tubuh manusia.

Tabel 2.3. Perbandingan Kadar Protein pada Kedelai dan Beberapa Bahan Makanan Sumber Protein Lainnya

Bahan Makanan Protein (% Berat)

1 Susu Skim Kering 36

2 Kedelai 35

3 Kacang Hijau 22

4 Daging 19

5 Ikan Segar 17

6 Telur Ayam 13

7 Jagung 9,2

8 Beras 6,8

9 Tepung Singkong 1,1

Sumber: Purwandari, 2010

(28)

Berdasarkan Tabel 2.3 dapat dilihat bahwa kedelai mengandung protein tertinggi sebanyak 35% setelah susu skim kering dengan kandungan protein sebanyak 36%. Fungsi protein bagi tubuh

Peramalan diperlukan karena adanya perbedaan waktu antara keadaan sehingga akan dibutuhkannya suatu kebijakan baru. Apabila perbedaan waktu tersebut panjang, maka peran peramalan menjadi penting dan sangat dibutuhkan, yang utama yaitu sebagai zat pembangun dan pendorong metabolisme pada tubuh manusia. Manfaat protein dapat dirasakan ketika kebutuhan protein harian tercukupi melalui makanan sumber protein seperti kedelai.

Hasil penelitian di berbagai bidang kesehatan telah membuktikan bahwa konsumsi produk-produk kedelai berperan penting dalam menurunkan resiko terkena penyakit degeneratif. Hal tersebut disebabkan adanya zat isoflavon dalam kedelai. Isoflavon kedelai dapat menurunkan resiko penyakit jantung dengan membantu menurunkan kadar kolesterol darah. Studi epidemologi juga telah membuktikan bahwa masyarakat yang secara teratur mengkonsumsi makanan dari kedelai, memiliki kasus kanker payudara, kolon dan prostat yang lebih rendah (Koswara, 2006).

2.2. Landasan Teori

2.2.1 Proyeksi (Forecasting)

Menurut Supranto (1989), forecasting dapat digunakan misalnya untuk memperkirakan sesuatu di masa mendatang. Ramalan yang dilakukan umumnya akan berdasarkan pada data yang didapat pada masa lampau yang dianalisis dengan cara-cara tertentu. Ada beberapa cara atau metode, yang banyak dipakai adalah metode kuadrat terkecil (Least Square Method).

(29)

terutama dalam penentuan kapan terjadi suatu peristiwa sehingga dapat dipersiapkan tindakantindakan yang diperlukan. Kegunaan dari suatu peramalan dapat dilihat pada saat pengambilan keputusan. Keputusan yang baik adalah keputusan yang didasarkan oleh pertimbangan apa yang akan terjadi saat keputusan tersebut dilakukan. Apabila keputusan yang diambil kurang tepat sebaiknya keputusan tersebut tidak dilaksanakan. Oleh karena masalah pengambilan keputusan merupakan masalah yang dihadapi, maka peramalan juga merupakan masalah yang harus dihadapi, karena peramalan berkaitan erat dengan pengambilan suatu keputusan (Ginting, 2000).

Menurut Sugiarto dan Harijono (2000), banyak keputusan penting yang dilakukan secara pribadi maupun perusahaan mengarah kepada kejadian-kejadian di masa mendatang sehingga memerlukan peramalan tentang keadaan lingkungan masa depan tersebut. Dalam dunia bisnis, gambaran tentang masa depan perusahaan yang memungkinkan manajemen, membuat perencanaan, menciptakan peluang bisnis maupun mengatur pola investasi mereka. Ketepatan hasil peramalan bisnis akan meningkatkan peluang tercapainya investasi yang menguntungkan. Semakin tinggi akurasi yang dicapai peramalan, semakin meningkat pula peran peramalan dalam perusahaan karena hasil dari suatu peramalan dapat memberikan arah bagi perencanaan perusahaan.

Tujuan utama peramalan adalah menjadikan para pengambil keputusan dan pembuat kebijakan memahami ketidakpastian di masa mendatang. Sehingga ketidakpastian dan resiko yang mungkin muncul dapat dipertimbangkan waktu mereka membuat perencanaan atau keputusan-keputusan yang berorientasi ke masa depan. Dengan melakukan peramlan, para perencana dan pengambil

(30)

keputusan akan dapat mempertimbangkan alternatif-alternatif strategi yang lebih luas daripada tanpa peramalan. Dengan demikian berbagai rencana strategi dan aksi dapat dikembangkan untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang bisa terjadi di masa mendatang (Sugiarto dan Harijono, 2000).

Ada dua hal pokok yang harus diperhatikan dalam proses pembuatan peramalan yang akurat dan bermanfaat. Pertama adalah pengumpulan data yang relevan yang berupa informasi yang dapat menghasilkan peramalan yang akurat.

Kedua adalah pemilihan teknik peramalan yang tepat yang akan memanfaatkan informasi data yang diperoleh seoptimal mungkin (Supranto, 1989).

Menurut Djauhari (1986), secara umum metode peramalan dibagi dalam dua kelompok utama, yaitu:

a. Metode Kualitatif (Subjekstif)

Metode peramalan kualitatif atau subjektif yaitu peramalan yang didasarkan ataspemikiran yang bersifat intuisi, judgement atau pendapat, dan pengetahuan serta pengalaman pada masa lalu daripada penggunaan data historis yang dimiliki. Hasil peramalan yang dibuat sangat tergantung pada orang yang menyusunnya. Biasanya peramalan secara kualitatif ini didasarkan atas hasil penyelidikan. Pengambil keputusan beranggapan bahwa intuisinya tentang masalah-masalah tertentu lebih dapat dipercaya dari pada fungsi peramalan matematik.Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam membentuk peramalan intuisi dapat banyak atau sedikittergantung pada orang yang menyusunnya, tetapi semuanya bersifat khusus yaitu individual dan tidak dapat ditiru. Beberapa metode peramalan yang termasuk kelompok metode peramalan kualitatif adalah

(31)

metode Delphi, pembuatan skenario, riset (penelitian) pasar dan kelompok- kelompok fokus.

b. Metode Kuantitatif (Objektif)

Metode peramalan kuantitatifatau objektif yaitu peramalan yang didasarkan atas data yang relevan pada masa lalu dengan menggunakan teknik- teknik dan metode dalam penganalisaan data tersebut. Hasil peramalan yang dibuat sangat bergantung pada metode yang digunakan dalam peramalan tersebut.

Dengan peramalan yang berbeda akan diperoleh hasil peramalan yang berbeda.

Adapun yang perlu diperhatikan dari penggunaan metode-metode tersebut adalah baik tidaknya metode yang dipergunakan, dimana sangat ditentukan oleh perbedaan atau penyimpangan antara hasil peramalan dengan kenyataan yang terjadi. Metode yang baik adalah metode yang memberikan nilai-nilai perbedaan atau penyimpangan yang mungkin terjadi.Peramalan dengan menggunakan metode kuantitif dapat diterapkan apabila terdapat tiga kondisi berikut:

1. Tersedia informasi tentang masa lalu.

2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik.

3. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut dimasa mendatang.

Menurut Makridakis, dkk, (1998), metode peramalan kuantitatif atau objektif dapat dibagi menjadi duajenis model peramalan yang utama, yaitu metode Causal (sebab akibat) dan metodetime series.

1. Pada metode Causal, pendugaan masa depan dari suatu faktor yang diramalkan (seringkali dinamakan variabel tak bebas) didasari suatu asumsi bahwa faktor itu menunjukkan suatu hubungan sebab-akibat dengan satu atau

(32)

lebih variabel bebas. Maksud dari model kausal adalah menemukan bentuk hubungan tersebut dan kemudian menggunakannya untuk meramalkan nilai mendatang dari variabel tak bebas.

2. Sedangkan dalam metode time series, pendugaan masa depan dilakukan berdasarkan pada nilai masa lalu dari suatu variabel dan/atau kesalahan (faktor gangguan) masa lalu. Metode ini menitikberatkan pada pola data, perubahan pola data, dan faktor gangguan (disturbances) yang disebabkan oleh pengaruh acak (random). Tujuan dari metode peramalantime series seperti ini adalah menemukan pola dalam datatime seriesdan mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa depan.

Menurut Manurung (1990), dilihat dari jangka waktu ramalan yang disusun, maka peramalan dapat dibedakan atas dua macam, yaitu:

1. Peramalan jangka panjang, yaitu peramalan yang dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan jangka waktunya lebih dari satu setengah tahun atau tiga semester. Peramalan diperlukan dalam penyusunan rencana pembangunan suatu negara atau suatu daerah, corporate planning, rencana investasi atau rencana ekspansi dari suatu perusahaan.

2. Peramalan jangka pendek, yaitu peramalan yang dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan dalam jangka waktu yang kurang dari satu setengah tahun atau tiga semester. Peramalan seperti ini diperlukan dalam penyusunan rencana tahunan, rencana kerja operasional, penyusunan rencana produksi, rencana penjualan, rencana persediaan, anggaran produksi, dan anggaran perusahaan.

(33)

2.2.2 Data Deret Waktu (Time Series)

Menurut Hatimatunnisani(2012), data deret waktu merupakan data hasil pencatatan secara terus-menerus dari waktu ke waktu (periodik), biasanya dalam interval waktu yang sama. Data deret waktu yang dicatat tidaklah timbul hanya karena pengaruh sebuah faktor saja,melainkan karena berbagai faktor penentu, misalnya bencana alam, manusia, selera konsumen, keadaan musim, kebiasaan dan lainnya. Ada empat faktor komponen variasi atau gerak yang masing-masing sering dianggap sebagai pengaruh yang dianggap dapat menjelaskan keseluruhan, diantaranya:

a. Gerak jangka panjang atau trend

Trend melukiskan gerak data berkala selama jangka waktu yang panjang/cukup lama. Gerak ini mencerminkan sifat kontinuitas atau keadaan yang serba terus dari waktu ke waktu selama jangka waktu tersebut. Karena sifat kontinuitas ini, maka trend dianggap sebagai gerak stabil dan menunjukkan arah perkembangan secara umum (kecenderungan menaik/menurun).

(a)Trend Naik (b)Trend Turun

Gambar 2.1. Gerak Jangka Panjang atau Trend

Hatimatunnisani (2012) juga berpendapat bahwatrend sangat berguna untuk membuat peramalan (forecasting) yang merupakan perkiraan untuk masa depan yang diperlukanbagi perencanaan.Trend dibedakan menjadi dua jenis, yakni:

t t

Y Y

(34)

1. Trend Linear → mengikuti pola garis lurus ( Y = a + b t )

2. Trend Non Linear → mengikuti pola lengkung (parabola, eksponensial, logaritma, dan lain lain).

b. Gerak siklis

Gerak siklis adalah gerak/variasi jangka panjang di sekitar garis trend (temponya lebih pendek). Gerak siklis terjadi berulang-ulang namun tidak perlu periode, artinya bisa berulang setelah jangka waktu tertentu atau bisa juga tidak berulang dalam jangka waktu yang sama.Perkembangan perekonomian yang turun naik di sekitar trend dan Business Cycles adalah contoh gerak siklis.Gerak siklis melukiskan terjadinya empat fase kejadian dalam jangka waktu tertentu, yakni kemajuan, kemunduran, depresi dan pemulihan seperti terlihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Gerak Siklis c. Gerak musiman

Gerak musiman terjadi lebih teratur dibandingkan garak siklis dan bersifat lengkap, biasanya selama satu tahun kalender. Gerak ini berpola tetap atau berulang sendirinya pada interval yang tetap dari waktu ke waktu seperti tahun, bulan, atau minggu. Faktor utama yang menyebabkan gerak ini adalah iklim dan kebiasaan.

d. Gerak reguler atau residu

(1)

(4) (2)

(2)

(3)

(3)

Gerak siklis (sekitar trend)

Garis Trend (1)

(4)

Keterangan : (1) Kemajuan (2) Kemunduran (3) Depresi (4) Pemulihan

t (waktu) Y (nilai/kuota)

(35)

Gerak ini bersifat sporadis/tidak teratur dan sulit dikuasai.Perang, bencana alam, mogok dan kekacauan adalah beberapa faktor yang terkenal yang bisa menyebabkan gerak ini terjadi.Dengan adanya pengaruh tersebut, maka gerak irreguler sulit untuk dilukiskan dalam suatu model.

Di dunia bisnis, data deret waktu diperlukan sebagai bahan acuan pembuatan keputusan sekarang, untuk proyeksi, maupun untuk perencanaan di masa depan. Untuk dapat menggunakan data deret waktu dalam keperluan pembuatan suatu proyeksi, perlu diketahui beberapa asumsi yang penting.

Pertama, adanya ketergantungan kejadian masa mendatang terhadap masa sebelumnya. Kedua, aktivitas di masa depan mengikuti pola yang terjadi di masa lalu. Ketiga, hubungan atau keterkaitan masa lalu dapat ditentukan dengan observasi atau penelitian. Akurasi dari proyeksi yang dihasilkan tentu saja akan sangat tergantung pada seberapa jauh asumsi-asumsi ini dapat dipenuhi (Sugiarto, 2000).

Analisis deret waktu menyediakan alat untuk memilih model yang menggambarkan deret waktu tersebut dan menggunakan model tersebut untuk meramalkan suatu kejadian/nilai di masa mendatang. Pemodelan deret waktu adalah masalah statistik, karena data hasil pengamatan digunakan dalam prosedur komputasi untuk mengestimasi koefisien dari model yang diasumsikan (Manurung, 1990).

2.2.3 Jenis-Jenis Metode Peramalan

(36)

Menurut Ginting (2000), untuk melakukan peramalan diperlukan metode tertentu dan metode mana yang digunakan tergantung dari data dan informasi yang akan diramal serta tujuan yang hendak dicapai. Dalam prakteknya terdapat berbagai metode peramalan antara lain:

1. Time Series atau Deret Waktu

Analisis time series merupakan hubungan antara variabel yang dicari (dependent) dengan variabel yang mempengaruhinya (independent variable), yang dikaitkan dengan waktu seperti mingguan, bulan, triwulan, catur wulan, semester atau tahun.Dalam analisis time series yang menjadi variabel yang dicari adalah waktu.Metode peramalan ini terdiri dari:

a. Metode Smoothing, merupakan jenis peramalan jangka pendek seperti perencanaan persediaan dan perencanaan keuangan. Tujuan penggunaan metode ini adalah untuk mengurangi ketidakteraturan data masa lampau seperti musiman.

b. Metode Box Jenkins, merupakan deret waktu dengan menggunakan model matematis dan digunakan untuk peramalan jangka pendek.

c. Metode Proyeksi Trend dengan Regresi, merupakan metode yang digunakan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Metode ini merupakan garis trend untuk persamaan matematis.

2. Causal Methods atau Sebab Akibat

Merupakan metode peramalan yang didasarkan kepada hubungan antara variabel yang diperkirakan dengan variabel lain yang mempengaruhinya tetapi bukan waktu. Dalam prakteknya jenis metode peramalan ini terdiri dari:

(37)

a. Metode Regresi dan Kolerasi, merupakan metode yang digunakan baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek dan didasarkan kepada persamaan dengan teknik Least Squares yang dianalisis secara statis.

b. MetodeInput Output, merupakan metode yang digunakan untuk peramalan jangka panjang yang biasa digunakan untuk menyusun trend ekonomi jangka panjang.

c. MetodeEkonometri, merupakan peramalan yang digunakan untuk jangka panjang dan jangka pendek.

2.2.4 Produksi

Produksi adalah berkaitan dengan cara bagaimana sumberdaya (masukan) dipergunakan untuk menghasilkan produk (keluaran). Menurut Joesron dan Fathorrozi (2003), produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Sedangkan menurut Salvatore (2001), produksi adalah merujuk pada transformasi dari berbagai input atau sumber daya menjadi output beberapa barang atau jasa.

Faktor produksi atau input merupakan hal yang mutlak harus ada untuk menghasilkan suatu produksi. Dalam proses produksi, seorang pengusaha dituntut mampu menganalisa teknologi tertentu yang dapat digunakan dan bagaimana mengkombinasikan beberapa faktor produksi sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh hasil produksi yang optimal dan efisien (Setiawati, 2006).

Kenaikan hasil yang semakin berkurang (Law of Diminishing Return) merupakan suatu hasil yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari teori produksi.

Hukum tersebut menjelaskan sifat pokok dari perkiraan antara tingkat produksi dan input produksi yang digunakan untuk mewujudkan produksi tersebut. Law of

(38)

Diminishing Return (LDR) menyatakan apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya terus-menerus ditambah sebanyak 1 unit, maka mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya akan mencapai negatif sehingga menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya mencapai tingkat maksimum kemudian menurun (Sukirno, 2005).

Menurut Ahman (2004), perluasan produksi mengandung arti memperluas dan meningkatkan produksi dengan maksud meningkatkan produk, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perluasan produksi dapat dilakukan dengan cara: (1) Intensifikasi, merupakan usaha untuk meningkatkan hasil produksi dengan cara memperbaiki atau mengganti alat produksi yang digunakan baik dengan meningkatkan produktivitas faktor-faktor produksi maupun memperbaiki metode kerja; (2) Ekstensifikasi, merupakan usaha untuk meningkatkan hasil produksi dengan cara memperluas atau menambah faktor produksi; (3) Diversifikasi, merupakan cara untuk meningkatkan produksi memperluas usaha dengan menambah jenis produksi atau hasil; (4) Rasionalisasi, merupakan usaha untuk meningkatkan produksi dengan meningkatkan manajemen keilmuan melalui jalur pendidikan dan teknologi, serta mempertinggi efesiensi kerja dan modal.

2.2.5 Konsumsi

(39)

Konsumsi adalah salah satu subsistem utama dari ketahanan pangan.

Subsistem konsumsi pangan menyangkut upaya peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mempunyai pemahaman atas pangan, gizi dan kesehatan yang baik, sehingga dapat mengelola konsumsinya secara optimal.

Konsumsi pangan hendaknya memperhatikan asupan pangan dan gizi yang cukup dan berimbang, sesuai dengan kebutuhan bagi pembentukan manusia yang sehat, kuat, cerdas dan produktif (Badan Ketahanan Pangan, 2016).

Seorang ahli ekonomi yang bernama Christian Lorent Ersnt Engel mengemukakan sebuah “Hukum Konsumsi”. Hukum ini berdasarkan pada hasil penelitiannya yang dilakukan pada abad ke-19 di Eropa. Menurut Engel, semakin miskin suatu keluarga atau bangsa, akan semakin besar pula persentase pengeluaran yang digunakan untuk barang pangan (Sudarman, 2004). Secara umum konsumsi diartikan sebagai penggunaan barang-barang dan jasa yang secara langsung akan memenuhi kebutuhan manusia. Untuk dapat mengkonsumsi, seseorang harus mempunyai pendapatan. Besar kecilnya pendapatan seseorang sangat menentukan tingkat konsumsinya (Todaro, 2002).

Menurut Putong (2002), teori konsumsi Keynes didasarkan pada 3 postulat:

1. Menurut hukum psikologis fundamental, bahwa konsumsi akan meningkat apabila pendapatan meningkat, akan tetapi besarnya peningkatan konsumsi tidak akan sebesar peningkatan pendapatan, oleh karenanya ada batasan dari Keynes sendiri yaitu bahwa kecenderungan mengkonsumsi marginal = MPC=

C/Y (Marginal Prospensity to Consume) adalah antara nol dan satu, dan pula

(40)

besarnya perubahan konsumsi selalu diatas 50% akan tetapi tetap tidak sampai 100% (0,5>MPC<1).

2. Rata-rata kecenderungan mengkonsumsi = APC= C/Y (Average Propensity to Consume) akan turun apabila pendapatan naik, karena peningkatan pendapatan selalu lebih besar dari peningkatan konsumsi, sehingga pada setiap naiknya pendapatan akan memperbesar tabungan.

3. Bahwa pendapatan adalah merupakan faktor determinant (faktor penentu utama) dari konsumsi. Faktor-faktor lain dianggap tidak penting.

Perilaku masyarakat membelanjakan sebagian dari pendapatan untuk membeli sesuatu disebut pengeluaran konsumsi. Konsumsi merupakan fungsi dari pendapatan siap pakai (disposable income). Dengan kata lain, fungsi konsumsi menunjukkan hubungan antara tingkat pengeluaran konsumsi dengan tingkat pendapatan yang siap dibelanjakan (Prasetyo, 2011).

2.2.6 Rasio

Rasio digunakan dibidang pendidikan dan kehidupan sehari-hari untuk membandingkan beberapa angka atau kuantitas. Rasio paling sederhana hanya membandingkan dua angka, tetapi bisa juga membandingkan tiga angka atau lebih. Dengan memahami relasi antara angka yang satu dengan angka yang lain, rasio akan sangat membantu dalam kehidupan sehari-hari, misalnya rumus kimia dapat diduplikasikan atau resep masakan bisa disesuaikan dengan kebutuhan (Wagiman, 1994).

Rasio bisa diartikan sama dengan “dibanding dengan” yang merupakan perbandingan antara dua kuantitas yaitu kuantitas pembilang dan kuantitas penyebut. Kedua kuantitas tersebut dibandingkan tidak harus memiliki sifat atau

(41)

ciri yang sama. Rasio juga bisa diartikan sebagai frekuensi relatif dari suatu sifat tertentu dibandingkan dengan frekuensi dari sifat lain.

Perbandingan adalah istilah matimatika untuk membandingkan dua objek atau lebih. Menurut Asrofi (2014), rasio adalah perbandingan antara dua besaran atau lebih. Dalam menghitung rasio harus menggunakan satuan yang sama, apabila terdapat perbedaan maka harus dilakukan penyamaan satuan terlebih dahulu. Secara umum rasio dilambangkan dengan a/b atau a:b dimana b ≠ 0.

Misalnya rasio 15 dari 105 adalah 15/105 = 1/7 = 1:7.

Cara menghitung perbandingan atau rasio adalah ekspresi matematika yang membandingkan dua angka atau lebih. Rasio bisa digunakan untuk membandingkan beberapa angka atau nilai absolut atau untuk menunjukkan porsi tertentu dari jumlah keselurhan (Wagiman, 1994).

2.3. Penelitian Terdahulu

Karni (2013), Analisis Time Series Produksi dan Konsumsi Pangan Ubi Kayu dan Ubi Jalar di Sumatera Utara, menyimpulkan: (1) Kondisi produksi serta produktivitas ubi kayu dan ubi jalar di Sumatera Utara (1996-2010) mengalami kondisi yang fluktuatif, namun masih mengarah kepada peningkatan.

Akan tetapi pertumbuhan produksi ubi jalar masih lebih rendah jika dibandingkan dengan produksi ubi kayu. (2) Kondisi konsumsi ubi kayu dan ubi jalar di Sumatera Utara (1996-2010) juga mengalami kondisi yang fluktuatif dan masih mengarah kepada peningkatan hanya saja peningkatan konsumsi ubi jalar setiap tahunnya masih lebih rendah daripada konsumsi ubi kayu. (3) Produksi dan konsumsi ubi kayu diramalkan atau diproyeksikan mengalami peningkatan atau trend yang menaik. Sedangkan peramalan atau proyeksi ubi jalar meningkat

(42)

namun untuk konsumsi ubi jalar berbanding terbalik dimana konsumsi ubi jalar mengalami penurunan atau trend yang menurun. (4) Alternatif kebijakan pangan yang dapat dilakukan pemerintah adalah melakukan diversifikasi pangan berbasis umbi-umbian dari sisi produksi dan konsumsi.

Lubis (2008), Analisis Time Series Konsumsi Beras dan Jagung Sumatera Utara, menyimpulkan: (1) Kondisi konsumsi beras dan jagung Sumatera Utara (1991-2005) cenderung meningkat setiap tahunnya. Namun,peningkatan konsumsi beras tersebut masih lebih besar daripada konsumsi jagung.(2) Produksi dan produktivitas beras Sumatera Utara (1991-2005) cenderung tetap meningkat, namun dengan selisih yang tidak jauh berbeda setiap tahunnya.

Sedangkan untuk produksi dan produktivitas jagung Sumatera Utara (1991- 2005) terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. (3) Berdasarkan hasil peramalan, maka tahun 2010-2020 mendatang, produksi beras dan jagung Sumatera Utara diperkirakan dapat terus meningkat, namun pertambahan produksi beras lebih rendah daripada jagung setiap tahunnya. Serta diperkirakan bahwa konsumsi beras penduduk Sumatera Utara akan terus meningkat, sedangkan konsumsi jagung penduduk Sumatera Utara akan menurun. (4) Alternatif kebijakan pangan yang dapat diupayakan yakni diversifikasi pangan, dalam hal ini khususnya dari segi konsumsi pangan. Khususnya, penggantian pola konsumsi pangan pokok dari beras manjadi bahan pangan lainnya, yakni jagung. Namun, alangkah baiknya bila pangan yang dimakan tetap beragam.

Yanti (2016), Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Konsumsi Kedelai di Sumatera Utara, menyimpulkan: (1) Produksi kedelai di Sumatera Utara secara agregat dipengaruhi nyata oleh luas panen, tenaga kerja dan nilai

(43)

tukar. Produksi kedelai di Sumatera Utara secara parsial tidak dipengaruhi nyata luas panen kedelai dan tenaga kerja. Produksi kedelai di Sumatera Utara secara parsial tidak dipengaruhi nyata oleh harga pupuk. (2) Konsumsi kedelai di Sumatera Utara secara agregat dipengaruhi nyata oleh harga kedelai impor, jumlah penduduk, pendapatan dan nilai tukar. Konsumsi kedelai di Sumatera Utara secara parsial tidak dipengaruhi nyata oleh harga kedelai impor, jumlah penduduk, pendapatan dan nilai tukar. (3) Rasio produksi dan konsumsi kedelai di Sumatera Utara mengalami fluktuasi di tahun 2004-2013.

2.4. Kerangka Pemikiran

Kedelai merupakan kebutuhan pokok yang merupakan sumber kalori utama sehingga produksi kedelai sangat penting dan selalu dimanfaatkan bagi kehidupan manusia. Kebutuhan akan konsumsi kedelai meningkat pesat setiap tahunnya. Sebagian besar produksi kedelai diolah menjadi bahan pangan yang siap dikonsumsi oleh masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung seperti tempe, tahu, kecap dan lainnya.

Dengan adanya data produksi dan konsumsi kedelai pada tahun 1999-2013 maka dapat dilihat perbandingan antara produksi dan konsumsinya. Trend produksi dan konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara juga dapat dilihat pada tahun tersebut. Kemudian dari data tersebut, dapat diproyeksikan atau diramalkan produksi dan konsumsi kedelai untuk tahun yang akan datang. Dari hasil proyeksi dapat diketahui kondisi kebutuhan kedelai pada masa mendatang, yakni tahun 2017-2026.Secara sistematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.3.

(44)

Gambar 2.3. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Forecasting dan Rasio Produksi dan Konsumsi Kedelai di Provinsi Sumatera Utara

Gambaran Kondisi Kebutuhan Kedelai Pada

Masa Mendatang Trend Produksi Kedelai

(1999-2013)

Proyeksi Produksi Kedelai Tahun 2017-2026

Proyeksi Konsumsi Kedelai Tahun 2017-2026 Kedelai

TrendKonsumsi Kedelai (1999-2013)

Keterangan:

: Menyatakan perbandingan : Menyatakan pengaruh

Rasio Produksi dan Konsumsi Kedelai Produksi Kedelai

(1999-2013)

Konsumsi Kedelai (1999-2013)

(45)

2.5 Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan landasan teori yang telah disusun, diperoleh hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. (a). Produksi kedelai di Provinsi Sumatera Utara (1999-2013) mengalami trend negatif.

(b). Konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara (1999-2013) mengalami trend positif.

2. Terdapat rasio antara produksi kedelai yang lebih kecil dari konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 1999-2013.

3. (a). Proyeksi produksi kedelai diProvinsiSumatera Utara (2017-2026) mengalami trend negatif.

(b). Proyeksi konsumsi kedelai diProvinsiSumatera Utara (2017-2026) mengalami trendpositif.

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dengan menggunakan metode purposiveatau secara sengaja. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari 25 kabupaten dan 8 kota dengan pertimbangan bahwa Provinsi Sumatera Utara termasuk sebagai sentra produksi pangan yang diteliti serta memliki populasi penduduk yang cukup besar.

3.2.Metode Penentuan Sampel

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data times series dengan range tahun 1999-2013 yang dianalisis dengan alat bantuan program SPSS (Statistical Package for Sosial Science) dan berupa data sekunder.

3.3.Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder. Menurut Sugiyono (2010), sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data misalnya melalui orang lain atau melalui dokumen. Penelitian dilakukan dengan menggunakan jenis data sekunder yang diperoleh peneliti dari Badan Ketahanan Pangan, Biro Pusat Statistik, serta berbagai literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

(47)

3.4.Metode Analisis Data

Metode penelitian menurut Supriana (2015), adalah cara-cara melakukan penelitian dengan menggambarkan serta menginterpretasikan suatu objek berdasarkan fakta secara ilmiah.

Untuk membuktikan hipotesis 1 (a) dan (b), yakni untuk mengetahui

trend produksi dan konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 1999-2013, digunakan analisis deskriptif yakni berupa penyajian data time

series dengan grafik atau gambar dan penjelasan terhadap data dalam kurun waktu 1999-2013 yang diperoleh sesuai dengan kondisi sebenarnya.

Menurut Sugiyono (2004), analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Hasan (2001), menjelaskan bahwa statistik deskriptif adalah bagian dari statistik yang mempelajari cara pengumpulan data dan penyajian data sehingga mudah dipahami. Statistik deskriptif hanya berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu keadaan. Statistik deskriptif berfungsi menerangkan keadaan, gejala atau persoalan. Penarikan kesimpulan pada statistik deskriptif (jika ada) hanya ditujukan pada kumpulan data yang ada.

Untuk membuktikan hipotesis 2, yakni untuk mengetahui rasio produksi dengan konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 1993- 2013,dilakukananalisis deskriptif menggunakan pendekatanrasio produksi kedelai dengan konsumsi kedelai.

(48)

Menurut Asrofi (2014), rasio adalah perbandingan antara dua besaran atau lebih. Dalam menghitung rasio harus menggunakan satuan yang sama, apabila terdapat perbedaan maka harus dilakukan penyamaan satuan terlebih dahulu.

Secara umum rasio dilambangkan dengan a/b atau a:b dimana b ≠ 0. Misalnya rasio 15 dari 105 adalah 15/105 = 1/7 = 1:7.

Berdesarkan penjelasan Asrofi (2014), maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk mencari rasio produksi kedelai dengan konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

Dimana:

RQiQj = Rasio produksi dengan konsumi kedelai (ton) Qi = Produksi kedelai (ton)

Qj = Konsumsi kedelai (ton)

Untuk membuktikan hipotesis 3 (a) dan (b),yakniuntuk mengetahui

proyeksi produksi dan konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara untuk tahun 2017-2026, dilakukan analisis proyeksi atau Forecasting melalui Trend

(Gerak Jangka Panjang) dengan menggunakan Least SquaresMethod (metode kuadrat terkecil) melalui program SPSS yang menggunakan Regresi Linier Sederhana.Dalam Pasaribu (1981) persamaan garis trend linier dapat dibentuk sebagai berikut:

y = a + bx RQiQj = Qi / Qj

(49)

Nilai-nilai a dan b dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

a = y − bx dan

b = n ∑ xy − (∑ x)(∑ y) n ∑ x2− (∑ x)2 Dimana:

y =Nilai trend untuk variabel tak bebas a = Koefisien intercept

b = Koefisien regresi dari x

x = Tahun yang diramalkan (dinotasikan dengan angka) n = jumlah data

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel tak bebasnya adalah produksi kedelai yang dilambangkan dengan Qi dan konsumsi kedelai yang dilambangkan dengan Qj

Dimana:

Q

, sehingga garis trend linier untuk produksi dan konsumsi kedelai dapat dibentuk sebagai berikut:

i = Produksi kedelai (ton) Qj

Menurut Supranto (1989), metode Least Square (kuadrat terkecil) merupakan metode yang paling sering digunakan untuk meramalkan y,karena

= Konsumsi kedelai (ton) a = Koefisien intercept b = Koefisien regresi dari x

x = Tahun yang diramalkan (dinotasikan dengan angka)

Qj = a + bx Qi = a + bx

(50)

perhitungannya lebih teliti. Untuk melakukan perhitungan diperlukan nilai variabel waktu (x), jumlah nilai variabel waktu adalah nol atau ∑x=0. Maka rumus untuk mencari a dan b dapat dirubah menjadi:

a = y dan b = ∑ xy∑ x2

Setelah persamaan garis trend yang linier tersusun, kemudian dapat diramalkan garis trend linier untuk masa mendatang dengan persamaan berikut:

Dimana:

Qi* = Produksi kedelai untuk tahun yang diramalkan (ton) Qj

3.5.Definisi dan Batasan Operasional

* = Konsumsi kedelai untuk tahun yang diramalkan (ton) a = Koefisien intercept

b = Koefisien regresi dari x

x* = Tahun yang diramalkan (dinotasikan dengan angka)

Menurut Ibrahim (2009), melalui proyeksi dengan analisis trend dapat diperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang apabila tidak ada intervensi terhadap kecenderungan yang ada saat ini.

3.5.1 Definisi

1. Time series adalah jumlah produksi dan konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara yang berurutan selama 15 tahun yakni dari tahun 1999-2013.

2. Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan.

3. Produksi kedelai adalah kapasitas atau kuantitas kebutuhan akan kedelai yang tersedia untuk dikonsumsi di Provinsi Sumatera Utara.

Qj* = a + bx*

Qi* = a + bx*

(51)

4. Konsumsi kedelai adalah jumlah kedelai yang dimakan oleh masyarakat maupun industri di Provinsi Sumatera Utara dengan tujuan memenuhi kebutuhan.

5. Trend produksi kedelai adalah gerakan dan data deret berkala produksi kedelai di Provinsi Sumatera Utara selama 15 tahun.

6. Trend konsumsi kedelai adalah gerakan dan data deret berkala konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara selama 15 tahun.

7. Proyeksi produksi kedelai adalah suatu peramalan yang memperkirakan kondisi terhadap produksi kedelai di Provinsi Sumatera Utara dengan menggunakan data masa lalu.

8. Proyeksi konsumsi kedelai adalah suatu peramalan yangmemperkirakan kondisi terhadap komsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara dengan menggunakan data masa lalu.

9. Rasio adalah perbandingan antara produksi dan konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Data yang diambil adalah data dalam kurun waktu tahun 1999 sampai 2013 meliputi produksi dan konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara.

2. Penelitian ini dilakukan dalam wilayah Provinsi Sumatera Utara.

3. Waktu penelitian dimulai tahun 2016-2017.

(52)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH

4.1. Letak dan Keadaan Geografis Provinsi Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 10-40 Lintang Utara dan 980-1000

Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 72.981,23 km

Bujur Timur. Letak geografis Provinsi Sumatera Utara berada pada jalur strategis pelayaran Internasional Selat Malaka yang dekat dengan Singapura, Malaysia dan Thailand. Secara administratif Provinsi ini berbatasan dengan daerah perairan dan laut serta dua provinsi lain dengan batas wilayah sebagai berikut:

- Utara : berbatasan dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

- Timur : berbatasan dengan Negara Malaysia di Selat Malaka - Selatan : berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat.

- Barat : berbatasan dengan Samudera Hindia.

2, sebagian besar berasa di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berasa di Pulau Nias, Pulau- Pulau Batu, serta beberapa pulau kecil baik dibagian barat maupun dibagian timur pantai Pulau Sumatera. Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi terluas ke-7 di Indonesia. Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah Kabupaten Langkat dengan luas 6.262,00 km2 atau sekitar 8,58% dari total luas Sumatera Utara, diikuti Kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.134,00 km2 atau 8,40% dari total luas Sumatera Utara, kemudian Kabupaten Tapanuli Selatan dengan luas 6.030,47 km2 atau sekitar 8,26% dari total luas Sumatera Utara. Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota Tebing

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di laboratorium dan secara langsung di lapangan yang berhasil didapatkan dan diidentifikasi adalah 1 spesies makroalga dan 20

kredibilitas merek terhadap niat beli dengan mediasi kualitas yang dirasa. konsumen produk batik Jetis

Hasil penelitian ini yang telah dijalankan demensia sendiri didapatkan Hasil penelitian menunjukan bahwa 30 responden motifasi keluarga kepatuhan kontrol berobat

Pengadaan barang/jasa dilaksanakan secara elektronik dengan mengakses aplikasi Sistem Pengadaan Secara Elektronik (aplikasi SPSE) pada alamat website LPSE :

persyaratan melampirkan contoh cetak, mohon untuk memperjelas materi yang akan dicetak.. Apakah materi yang akan dicetak, satu materi atau data

Pada hari ini, Senin tanggal Enam belas bulan Mei tahun Dua ribu enam belas pukul 10.00 s/d 14.00 WIB, Kami Pokja ULPD Kepulauan Riau telah melaksanakan Rapat Aanwijzing

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitianpre- Eksperimental Designpre-experimental design berupa one group pretest-postest

Tujuan dari penelitian ini adalah Mempelajari konsentrasi NaCl terbaik dalam proses ekstrak protein sebagai koagulan alami , Mempelajari pengaruh jenis koagulan biji pepaya ,