• Tidak ada hasil yang ditemukan

Patofisiologi penyakit infeksi ginjal dan saluran kemih (glomerulonephritis dan infeksi saluran kemih)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Patofisiologi penyakit infeksi ginjal dan saluran kemih (glomerulonephritis dan infeksi saluran kemih)"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

z

infeksi ginjal dan saluran kemih (glomerulonephritis dan infeksi saluran kemih)

Devieka Rhama Dhanny, S.Gz., M.K.M

Fildzhah Badzlina, S.Gz., M.K.M

(2)

GROMERULONEFRITIS

(GN)

(3)

GLOMERULONEFRITIS (GN)

Penyakit inflamasi atau noninflamasi pada glomerulus à perubahan permeabilotas,

perubahan struktur, dan fungsi

gromerulus

(4)

KELOMPOK GN

PRIMER

• Penyakit dasar

berasal dari ginjal itu sendiri

SEKUNDER

• Kelainan ginjal yg terjadi akibat

penyakit sistemik lain, missal DM,

lupus, eritematosus sistemik, myeloma multiple atau

amiloidosis

(5)

PATOGENESIS GN

Kerusakan terjadi pada glomerulus

tergantung respon imunologik awal atau oleh seberapa besar pengaruhnya terhadap

timbulnya kelainan pada glomerulus à berupa fibrosis, kelainan destruktif à

inflamasi à berkembang menjadi

glomerulosklerosis dan fibrosis interstisialis

(6)

IMUNOPATOGENESIS GN

Penyakit glomerulus akibat respon

imunologik dan sudah diiketahui etiologinya, dimana proses imunologik diatur oleh faktor imunogenetik bagaimana individu merespon

terhadap suatu kejadian

(7)

MEKANISME GN

Circulating immune

complex (CIC)

Terbentuknya deposit komplek

imun in situ

(8)

1. Circulating immune complex

§ Antigen eksogen memicu terbentuknya antibody spesifik à membentuk komplek imun dalam sirkulasi à mengaktivasi system komplemen dan berikatan dengan komplek imun.

§ Dalam keadaan normal, ikatan komplemen dengan komplek imun untuk membersihkan komplek imun dari sirkulasi melalui reseptor C3b yang ada di eritrosit. Komplek imun mengalami degradasi dan dibersihkan dari sirkulasi saat eritrosit melewat hati dan limpa.

§ Pada keadaan adanya antigenemia yang menetap à membersihkan komplek imun jadi terganggu à komplek imun akan menetap dalam sirkulasi à komplek imun terjebak pada glomerulus melalui ikatannya dengan reseptor Fc yang ada di sel mesangial/

mengendap secara pasif di sel mesangium/ sub endotel à aktivasi system komplemen

terus berjalan setelah terjadi pengendapan komplek imun pada glomerulus à memicu

proses inflamasi pada glomerulus à mengalami proliferasi sel.

(9)

2. Terbentuknya endapan komplek imun secara in situ

§ Terjadi jika Antibodi secara langsung berikatan dengan antigen yaitu komponen dari membrane basal glomerulus atau antigen dari luar yg terjebak di glomerulus atau antigen non glomerulus sifat kation yg terjebak pada bagian anion dari glomerulus yg

diikuti pengendapan antibody dan aktivasi komplemen secara

lokal à proses inflamasi pada glomerulus à proliferasi sel

(10)

Mekanisme GN lainnya

§ Sel T dapat berperan langsung terhadap timbulnya proteinuria à terbentuk kresen pada

glomerulusnefritis kresentik à sel T tersensitisasi oleh antigen eksogen dan antigen endogen yg ada pada glomerulus à mengaktivasi makrofag à

menghasilkan reaksi lokal hipersensitisasi tipe lambat

(11)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERUSAKAN GLOMERULUS PADA GN

Proses inflamasi Sel inflamasi Mediator inflamasi Sistem Komplemen

imunitas seluler melalui sel T tersensitisasi

faktor imunologis yg mendasari

terbentuknya komplek imun (Ag-

Ab)

lokasi endapan komposisi dan jumlah endapan

jenis antibody

(12)

1. Proses inflamasi pada kerusakan glomerulus

§ Kerusakan awal glomerulus akibat proses inflamasi yang dipicu oleh endapan komplek imun.

§ Proses inflamasi melibatkan sel inflamasi, molekul adesi, dan kemokin (sitokin yg memiliki efek kemotaktik).

§ Proses inflamasi diawali dengan melekat dan bergulirnya sel inflamasi pada permukaan sel endotel à proses ini dimediasi oleh moleku adesi selektin L, E, P yg ada pada permukaan leukosit, endotel, dan trombosit.

§ Molekul CD31/ PECAM-1 dilepaskan oleh sel endotel à merangsang reaksi aktivasi sel inflamasi à

menyebabkan peningkatan ekpresi molekul adesi integrin di permukaan sel inflamasi dan perlekatannya dimediasi oleh VLA-4 di permukaan sel inflamasi atau VCAM-1 di sel endotel yg teraktivasi.

§ Ikatan antara LFA-1 di sel permukaan sel inflamasi dan ICAM-1 di sel endotel akan nenperkuat perlekatan.

§ Proses selanjutnya yaitu migrasi sel inflamasi melalui celah antar sel endotel.

§ Kemokin alfa dan beta memiliki efek kemotaktik (kemampuan menarik sel inflamasi keluar dari pembuluh daah ke jariangan) terhadap leukosit, monosit ataulimfosit

§ Pengaruh kemokin --> menyebabkan semakin banyak inflamasi bermigrasi ke jaringan à proses inflamasi jadi lebih berat

(13)

MOLEKUL ADHESI YG TERLIBAT

PROSES INFLAMASI

(14)

KEMOKIN YANG TERLIBAT DALAM

PROSES INFLAMASI

(15)

2. Sel inflamasi pada kerusakan glomerulus

§

Sel inflamasi yg dikaitkan pada kerusakan glomerulus adalah leukosit polimorfonuklear dan monosit/makrofag.

§

Trombosit dan produk koagulasi juga berperan pada proses inflamasi

§

Infiltrasi sel inflamasi ditentukan dimana terjadinya endapan komplek imun à jika endapan ada di subendotel atau membrane basal glomerulus, dikaitkan dengan leukosit yg tinggi

§

Endapan di mesangium à menyebabkan respon sedang

§

Endapan di subepitel (missal nefropati memranosa) tidak melibatkan sel inflamasi.

§

Interaksi antara makrofag dengan sel glomerulus (sel mesangial, sel epitel, atau sel endotel) à sel teraktivasi dan melepaskan mediator inflamasi seperti sitokin pro inflamasi --> kemokin bertambah proses inflamasi à kerusakan jaringan glomerulus

§

Trombosit diaktivasi oleh komplek imun atau antibody melalui ikatan reseptor Fc pada permukaan sel à

menyebabkan agregat trombosit à koagulasi intrakapiler glomerulus à menyebabkan oklusi kapiler,

poliferasi sel endotel dan sel mesangial pada glomerulusnefritis.

(16)

3. Komplemen pada kerusakan glomerulus

§ Keterlibatan komplemen dilihat dari adanya endapan pada pemeriksaan mikroskop imunoflouresen biopsy ginjal pasien GN

§ Kadar serum komplemen rendah pada nefritis lupus dan GN pasca infeksi streptokokus akun memperkuat kaitan antara komplemen dan GN

§ Pada keadaan normal, komplemen perannya sebagai mekanisme pertahanan humoral

§ Pada GN, komplemen fungsinya mencegah masuknya antigen dan juga menginduksi reaksi inflamasi

§ Jalur aktivasi system komplemen yaitu klasik (komplek imun yg mengandung igG atau igM) dan alternatif (komplek imun yg mengandung igA atau igM)

§ Aktivasi system komplemen à Terbentuknya fragmen komplemen aktif (C3a, C4a, c5A bersifat anafilatoksin dan c5a memiliki efek kemotaksik terhadap leukosit) à aktivasi jalur klasik à MAC (membrane attach complex) à lisis sel epitel glomerulus seperti GNMN à kerusakan glomerulus.

§ Seballiknya, bila tidak menimbulkan lisis à aktivasi sel epitel glomerulus à sintesis kolagen dan produk metabolism asam arakidonat bersifat protektif.

§ Selain itu, endapan C3b pada MBG à terjadinya perletakan sel inflamasi C3b melalui reseptor komplemen CR1 di permukaan sel à melepaskan protease à kerusakan glomerulus

(17)

4. Mediator inflamasi pada kerusakan glomerulus

§ Sel inflamasi atau sel glomerulus yg teraktivasi seperti sitokin

proinflamasi, protease, oksigen radikal, dan produk ekosaenoid à

memproduksi mediator inflamasi --> peran pada kerusakan glomerulus.

§ Aktivasi leukosit à melepaskan granulazurofilik yg mengandung enzim lisosom dan protease à kerusakan MBG

§ Granul spesifik yg mengandung laktoferin à sintesis oksigen radikal à kerusakan MBG

§ Makrofag melepaskan mediator inflamasi seperti sitokin proinflamasi.

§ Platelet derived growth factor (PDGF) dan transforming growth factor

(TGF) Beta berperan pada pathogenesis dan progresi GN

(18)

TANDA DAN GEJALA GN

Proteinuria Hematuria dan silinder eritrosit

Penurunan fungsi ginjal progresif lambat

Perubahan eksresi garam

akibat edema

Kongesti aliran

darah hipertensi

uremia akut gambaran nefritik biopsi

ginjal

(19)

ETIOLOGI GN

Adanya infeksi beta streptokokus pada glomerulusnefritis pasca infeksi sreptokokus atau akibat

virus hepatitis C

Faktor presipitasi: infeksi dan pengaruh obat/ pajanan toksin à

menginisiasi terjadinya respon imun à menyebabkan

glomerulusnefritis

(20)

§

Perlu anamnesis, pemeriksaan jasmani dan pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan penyakit non glomerular

§

Perlu mengetahui:

1.

Tentang Riwayat GN pada keluarga

2.

Penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid

3.

Preparat emas organik

4.

Heroin

5.

Imunosupresif seperti sikllosporin atau tacrolimus

6.

Riwayat infeksi streptokokus, endocarditis atau infeksi virus

7.

Berbagai komplikasi keganasan seperti penyakit paru, payudara, gastrointestinal, ginjal,

penyakit limfoma, atau penyakit multisystem DB, amyloidosis, lupus, dan vaskulitis

(21)

DIAGNOSIS PENYEBAB GN (LANJUTAN)

8. Adanya edema tungkai serta edema periorbita (cairan sampai ke rongga abdomen dan genital (asites) atau pleura (efusi pleura pada sindrom nefrotik) 9. Kuku terlihat pucat membentuk pita berwarna putih karena mengalami

hypoalbuminemia

10. Xantelasma pada komplikasi hiperlipidemia 11. Proteinuria

12. hematuria/ silinder eritrosit

13. Pemeriksaan biokimia: gula darah, serum albumin, profil lemak, fungsi

ginjal

(22)

KLASIFIKASI GN

NON PROLIFERATIF

• GN lesi minimal (GNLM)

• Glomerulosklerosis fokal dan segmental (GSFS)

• GN membranosa (GNMN)

PROLIFERATIF

• GN membrano

proliferative (GNMP)

• GN Progresif cepat

(GNPC)

(23)

GN lesi minimal (GNLM)

§ Salah satu bentuk yg dikaitkan dengan sindroma nefrotik

§ Disebut juga nefrosis lupoid

§ Pemeriksaan ME menunjukkan fusi atau

hilangnya proses sel epitel visceral glomerulus

(24)

Glomerulosklerosis fokal dan segmental (GSFS)

§ Menggambarkan sindrom nefrotik dengan gejala proteinuria massif, hipertensi, hematuria, dan gangguan fungsi ginjal

§ Pada pemeriksaan MC à adanya sclerosis

glomerlus di bagian tertentu mengalami kolaps à

obliterasi kapiler glomerulus à hialinosis yg terdiri

dari IgM dan komplemen C3

(25)

GN membranosa (GNMN)

§ Merupakan peyebab sindroma nefrotik

§ Sebagian besar tidak diketahui sebabnya atau dikaitkan

dengan LES, infeksi hepatitis B atau C, tumor ganas, akibat obat ( preparat emas, penisilinamin, obat anti inflamasi non steroid)

§ Pemeriksaan MC tidak menunjukkan kelainan, tapi

pemeriksaan MIF menunjukkan adanya deposit igG dan komplemen C3 berbentuk granular di dinding kapiler

glomerulus

(26)

GN membran proliferative (GNMP)

§ Terbagi menjadi primer (bersifat idiopatik) dan seknder (akibat infeksi kronik, krioglobulinemia, penyakit autoimun sistemik)

§ Salah satu bentuk yg terkait sindrom nefritik akut

§ Pada pemeriksaan serologi ditemukan kadar komplemen rendah (hipokomplemenemia)

§ Pada pemeriksaan MC adanya penebalan dinding kapiler dan penambahan matrik mesangial

§ Pada pemeriksaan MIF adanya endapan C3 disertai properdin, C1W, C4 da

C2, sewaktu waktu ditemukan endapan igG dan IgM atau igA

(27)

GN Progresif cepat (GNPC)

§ Etiologi dan pathogenesis GNPC berbeda tergantung penyebabnya missal GN pasca infeksi streptokokus, sindrom goodpasture, lupus nefritis,

vasculitis, krioglobulinemia/ idiopatik

§ Secara khas ditemukan kresen sekuler di glomerulus, dimana kresen ini asalnya dari proliferasi sel epitel parietal dan visceral glomerulus, infiltrasi fibroblast, limfosit, monosit, endapan fibrin

§ Adanya nefropati igA dan igM

§ Pada pemeriksaan MIF, adanya endapan igA pada mesangium dan dinding

kapiler glomerulus

(28)

TATALAKSANA

Kontrol tekanan darah dan proteinuria dengan menghambat enzim konversi angiotensin (ACE-I) atau antagonis reseptor angiotensin enzyme inhibitor

Pengaturan asupan protein 0.8 g/kgBB/hari + kehilangan protein urin 24 jam + kontrol kadar lemak dengan HMG CoA reductase à menghambat progresivitas GN

Penggunaan obat imunosupresif (kortikosteroid) selama 4-6 bulan à menghambat sitokin proinflamasi seperti IL Beta atau TNF alfa dan aktivitas transkripsi NFxB yg berperan pd pathogenesis GN

terapi inisial GNLM dengan konsumsi prednison 1 mg/kgBB/hari dosis 60-80 mg selama 6-8 minggu -->

menurunkan proteinuria dan meningkatkan kadar albumin serum

Konsumsi siklofosfamid dosis 2-3 mg/kg/hari, klorambusil, azatioprin à punya efek antiproliferasi dan menekan inflamasi glomerulus

Pemberian mofetil mikrofenolat dosis 0.5-1 mg/kg/hari 2x perhari à utk GNLM yg resisten steroid atau kambuh berulang

Konsumsi rituksimab dosis 375 mg/hari à menurunkan proteinuria

(29)

PENCEGAHAN

Primer

• Tidak dapat dilakukan

karena etiologi GN secara pasti tidak diketahui

• Dicurigai akibat adanya edema periorbita,

proteinuria, hematuria

Sekunder

• Untuk

menghambat progresivitas

penyakit menuju PGTA

Tersier

• Untuk

mencegah

kecacatan atau menghambat masuknya pengobatan

pengganti ginjal

(30)

KOMPLIKASI

Hipoalbuminemia dan kadar kolesterol

tinggi akibat gejala SN disertai

proteinuria

hiperkoagulasi

Gangguan fungsi ginjal

Rentan timbul

infeksi akibat

imunosupresi

(31)

PROGNOSIS

§ GN Kronis tidak dapat pulih Kembali à

menyebaban fibrosis

glomerulus akibat proses inflamasi

§ Pada GN akut biasanya membaik dengan sedikit kerusakan/ tanpa

kerusakan ginjal secara

permanen

(32)

INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

(33)

INFEKSI SALURAN KEMIH

Penyakit infeksi yg menunjukkan adanya

mikroorganisme dalam urin dimana bacteriuria menunjukkan adanya pertumbuhan

mikroorganisme murni pada biakan urin.

Pada kondisi tertentu, ISK tanpa bacteriuria

(negative palsu)

(34)

Faktor penyebab negative palsu ISK

Telah terapi

antimikroba Terapi diuretika Banyak minum

Waktu pengambilan

sampel tidak tepat

Ada peran

bakteriofag

(35)

INFEKSI SALURAN KEMIH

bawah

• Tergantung gender:

• Perempuan : sistitits bakterialis (ISK disertai bacteriuria) dan sindrom uretra akur (sistitis tanpa ditemukan

mikroorganisme / steril)

• Laki-laki : sistitis, prostatitis, epididymis dan uretritis

atas

• Pielonefritis : inflamasi parenkim ginjal akibat infeksi bakteri

• Pielonefrtis kronis : infeksi

bakteri berkepanjangan/ infeksi sejak kecil. Adanya obstruksi saluran kemih dan refluks vesikoureter dan atau tanpa bacteriuria kronik diikuti

pembentukan jaringan ikat

parenkim ginjal ditandai

pielonefritis kronik

(36)

FAKTOR TERJADINYA ISK

Litiasis/ batu

ginjal Obstruksi

saluran kemih Penyakit ginjal

polikistik Nekrosis papilar

DM pasca transplantasi

ginjal

nefropatik

analgesik senggama

kehamilan dan peserta KB dengan tablet

progesteron

kateterisasi

(37)

MIKROORGANISME ISK

Escherichia coli Proteus spp Klebsiella spp

Stafilokokis dengan koagulase

negatif

Pseudomonas

spp

(38)

MIKROORGANISME ISK

(39)

PATOGENESIS ISK

§ Patogenesis bakteriuri asimtomatik à bakteriuri simtomatik

dengan tanda gejala klinis tergantung dari patogenitas bakteri dan status pasien itu sendiri (host)

§ Peranan patogenitas bakteri terdiri dari peranan bacterial di

mukosa, peranan faktor virus lainnya, dan faktor virulensi variasi fase

§ Peranan faktor pasien itu sendiri (host) terdiri dari faktor

predisposisi pencetus ISK dan status imunologi pasien sebagai

host

(40)

1. Patogenesis dari Peranan patogenitas bakteri

§

Sejumlah flora saluran cerna termasuk E coli sebagai bakteri pathogen dari urin merupakan etiologi ISK.

§

Patogenesis ini terbagi menjadi 3:

A.

perlengketan mukosa oleh bakteri

B.

Faktor virulensi

C.

Variase fase faktor virulensi

(41)

1. Patogenesis dari Peranan patogenitas bakteri

A. Perlengketan mukosa oleh bakteri

§ Patogenesias fimbriae dari Strain E coli

diisolasi hanya dari urin segar à kemudian

terikat pada P Blood group antigen yg ada di

sel epitel saluran kemih atas dan bawah à

memiliki kemampuan untuk melekat pada

permukaan mukosa saluran kemih

(42)

z

B. Faktor virulensi lainnya

§ Memiliki kemampuan untuk melekat (adesi) mikroorganisme atau bakteri dari organ vili atau fimbriae maupun fimbriae

§ Tipe Adesi: fimbriae, non fembrial adesi, fimbrial adesi, M adesi, G adesi curli adesi

§ Sifat patogenits lain dari E Coli berkaitan dengan toksin. Toksinnya yaitu, alfa haemolisin, cytotoksik necrotizing factor 1 (CNF-1), iron uptake syste (aerobactin dan enterobactin)

§ Resistensi uropatogenik E Coli terhadap serum manusia dengan perantara mediator dari beberapa faktor terutama aktivasi system komplemen

§ Mekanisme pertahanan tubuh berkaitan dengan sintesis kolisin, K1, T protein dan outer membrane protein

§ Urapatogenik MO ditandai oleh ekspresi faktor virulensi ganda. Sifatnya seperti resistensi serum, sintesis hidroksat dan antigen K à memunculkan tanda gejala ISK

§ Gen virulensi dikendalikan faktor luar seperti suhu, Fe, osmolaritas, pH, tekanan O2

§ Virulensi E Coli penyebab ISK antara lain Fimbrae tipe 1, P fimbriae, aerobactin, haemolysin, antigen K, resistensi serum, antigen O

(43)

1. Patogenesis dari Peranan patogenitas bakteri

B. Faktor virulensi lainnya

(44)

1. Patogenesis dari Peranan patogenitas bakteri

C. Variase fase faktor virulensi

§ Virulensi bakteri ditandai adanya kemampuan untuk

mengalami perubahan tergantung dari respon faktor luar.

§ Konsep variase fase ini menunjukan peran penentu

virulensi bervariasi tiap individu dan lokasi saluran kemih -> ketahanan hidup bakteri tergantung pada kandung

kemih dan ginjal tiap individu berbeda

(45)

2. Patogenesis dari faktor pasien itu sendiri (host)

Berdasarkan predisposisi pencetus ISK

§ Faktor bakteri dan status saluran kemih pasien à peranan penting utk kolonisasi bakteri pada saluran kemih

§ Adanya kelainan struktur anatomi saluran kemih à Kolonisasi bakteri sering kambuh à dilatasi saluran kemih termasuk pelvis ginjal tanpa obstruksi saluran kemih à gangguan proses klirens normal dan peka terhadap infeksi

§ Zat makanan dari bakteri akan meningkat diikuti refluks MO dari kandung kemih ke ginjal, dimana endotoksin (lipid A) menghambat peristaltic ureter à pembentukan jaringan parenkim ginjal (khusus kondisi terjadi sejak anak-anak).

§ Refluks verikoureter ini sifatnya sementara dan hilang sendiri jika terapi antibiotic

(46)

2. Patogenesis dari faktor pasien itu sendiri (host)

Berdasarkan status imunologi pasien (host)

§ Golongan darah dan sattus secretor punya kontribusi terhadap kejadian ISK,

dimana sekresi antigen darah larut dalam air dan beberapa kelas immunoglobulin).

§ Golongan darah AB, B (antigen terhadap tipe fimbriae bakteri)

(47)

PATOFISIOLOGI ISK

§ Pada individu normal, urin selalu steril karena dipertahankan jumlah dan frekuensi kencingnya.

§ Uretro distal : tempat kolonisasi mikroorganisme nonpatogenik fastidious gram positif dan gram negative

§ ISK awalnya disebabkan oleh invasi mikroorganisme asending yg terjadi

akibat lanjut dari bakteriemia, dari uretra ke kandung kemih hingga mencapai ginjal à biasanya terjadi karena dipermudah oleh refuks vesikoureter

§ Ginjal ; lokasi infeksi sebagai akibat lanjut spetikemi atau endocarditis akibat bakteri stafilokokus aureus (nefritis lohlein)

§ Kondisi pielonefritis akut sebagai akibat lanjut invasi hematogen dari infeksi

sistemik gram negarif

(48)

TANDA GEJALA ISK

umum

• Panas tinggi (>39

℃)

• mengigil

• sakit pinggang

ISK bawah (sistitis)

• Sakit suprapublik

• Polakisuria

• Nokturia

• Disuria

• stranguria

Sindrom uretra akut

• Disuri

• Sering kencing, biakan urin

disertai adanya bakteri (sistitis bakterialis)

• Ada infeksi dr uretra sendiri

• Adanya biakan urin steril dengan atau tanpa piuri

ISK rekuren

• Terjadi re-infeksi intervalnya > 6 minggu dengan adanya

mikroorganisme yg berlainan

• Terjadi relapsing infekction (infeksi berulang dengan mikroorganisme sama dimana

sumber infeksinya

tidak dapat terapi

adekuat)

(49)

KOMPLIKASI ISK

ISK sederhana

• Non obstruksi dan

bukan perempuan hamil

• Tidak menyebabkan akibat lanjut jangka lama

ISK komplikasi

• ISK selama kehamilan (mikroorganisme

ureaplasma urealyticum dan gardnella vaginalis berhasil diisolasi tp

belum jelas peranannya thp ISK_

• ISK pada DM

(bakteriuria asimtomatik berkaitan dengan

kualitas pengendalian hiperglikemia)

• Obstruksi ureter

• Nefrolitiasis

Lainnya

• Tranplantasi ginjal à Penurunan laju filtrasi glomerulus akibat pielonefritis dari

basiluria asimtomatik

• Komplikasi

emphysematous sistitis, pielonefritis terkait

spesies candida dan

infeksi gram negatif

(50)

MORBIDITAS ISK SELAMA KEHAMILAN

(51)

PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSIS ISK

Mikroskop

urin segar uSG Radiografi Isotop

scanning

(52)

PENATALAKSANAAN ISK

ISK Bawah

• Intake cairan yg banyak

• Antibiotik tunggal (ampisilin dan trimethoprim) yg adekuat

• terapi simtomatikkonvensional 5- 10 hari untuk alkalinisasi urin Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis/ lekosuria

• Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin

• Jika reinfeksi berulang, lakukan juga cuci setelah melakukan senggama

ISK Atas

• Pelihara status hidrasi

• Terapi antibiotika parenteral

(53)

INDIKASI PASIEN ISK DENGAN PIELONEFRITIS AKUT YG PERLU RAWAT INAP

Gagal

mempertahankan hidrasi normal atau

toleransi terhadap antibiotic oral

pasien sakit berat

mengalami kegagalan saat terapi antibiotik oral

selama rawat jalan

perlu investigasi

lanjut faktor predisposisi

ISK komplikasi faktor komorbiditas

(hamil, DM, lansia)

(54)

PENCEGAHAN

§ Melakukan Uji saring bacteriuria asimtomatik à

utk mencegah menjadi bakeriuria yg disertai tanda gejala

§ Uji saring ini harus rutin dengan jadwal tertentu utk kelompok pasien perempuan hamil, penderita DM, pasca tranplantasi ginjal, kateterisasi laki-laki/

perempuan

(55)

TERIMA KASIH J

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha meneliti makna konotatif, denotatif dan isi pesan slogan yang disampaikan iklan ―Yamaha N-Max Momen Terbaik Bersama

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Dempster Shafer merupakan metode yang digunakan untuk mendiagnosa penyakit ikan nila dengan gejala-gejala

 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut)..  Ikat tali

Yang perlu segera dibenahi pemerintah adalah membuat perundang-undangan yang menitik- beratkan konsep ekonomi supply chain system dari hulu (produksi) sampai hilir

Masuk peringkat 5 besar rayon Semarang sehingga lolos ke babak selanjutnya.. Oki Fitria Hasani (MTs Muhammadiyah 07 Kejobong)

Camat juga berperan sebagai kepala wilayah (wilayah kerja, namun tidak memiliki daerah dalam arti daerah kewenangan), karena melaksanakan tugas umum pemerintahan di wilayah

a dan b adalah nilai x yang diperoleh dari penyelesaian persamaan fungsi kuadrat dengan persamaan garis lurus tersebut... Luas daerah yang dibatasi oleh dua

Penyebarluasan pendidikan agama bukanlah praktik yang baru dilaksanakan pesantren, hanya saja metode pembelajaran bahasa dapat saja melingkupi sesuai dengan tujuan