• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMODELAN SPASIAL GUNUNGAPI MERAPI SEBAGAI MEDIA KONTEKSTUAL PEMBELAJARAN GEOGRAFI PADA SEKOLAH RAWAN BENCANA ALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMODELAN SPASIAL GUNUNGAPI MERAPI SEBAGAI MEDIA KONTEKSTUAL PEMBELAJARAN GEOGRAFI PADA SEKOLAH RAWAN BENCANA ALAM"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PEMODELAN SPASIAL GUNUNGAPI MERAPI SEBAGAI MEDIA KONTEKSTUAL PEMBELAJARAN GEOGRAFI PADA SEKOLAH RAWAN BENCANA ALAM

Singgih Prihadi1, Djoko Subandriyo2, Sugiyanto3, Sarwono4 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret

*)e-mail : zienov@yahoo.co.id ABSTRAK

Bencana erupsi gunungapi di Indonesia sering terjadi sebagai konsekuensi wilayah yang berada di wilayah jalur gunungapi (ring of fire). Pengetahuan mitigasi bencana sangat besar peranannya untuk meminimalisir korban bencana alam. Salah satunya melalui integrasi pada pembelajaran di sekolah baik dari tingkat dasar sampai menengah atas. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat kebutuhan media peta di sekolah rawan bencana alam, menghasilkan produk berupa media peta tiga dimensi gunungapi Merapi dan menguji efektivitas produk media tersebut dalam pembelajaran geografi. Penelitian ini menggunakan metode research & development (R&D) yang diadaptasi dari model pengembangan Borg &

Gall dan Carrey. Subjek penelitian adalah guru dan peserta didik SMA. Tahapan penelitian terdiri atas (1) penelitian pendahuluan, (2) perencanaan pengembangan, (3) pengembangan produk awal, dan (4) evaluasi produk. Hasil penelitian adalah : 1) Tingkat kebutuhan pemodelan spasial berupa peta zonasi bahaya erupsi gunungapi adalah tinggi khususnya untuk sekolah-sekolah di wilayah rawan bencana erupsi gunungapi. Peta tiga dimensi zonasi bahaya erupsi gunungapi mampu meningkatkan kemampuan spatial ability, memperoleh hasil baik dan layak untuk digunakan berdasarkan beberapa tahapan pengujian, yaitu tahap analisis need assessment, tahap pengembangan produk awal, dan tahap ujicoba produk yang meliputi uji validasi oleh ahli media dan ahli materi, serta ujicoba produk kepada pengguna; 2) Pemodelan spasial berupa peta zonasi bahaya erupsi gunungapi efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan mitigasi bencana berdasarkan hasil pre-test dan post-test yang dilaksanakan.

Hasil pre-test berdasarkan nilai modus sebesar 45 dengan rerata 46,5 dan nilai post-test berdasarkan nilai modus sebesar 75 dengan rerata 73,11 sehingga menunjukkan peningkatan yang sangat baik.

Kata Kunci : Pemodelan Spasial, Mitigasi Bencana, Peta

PENDAHULUAN

Pada akhir tahun 2013, ancaman bencana seperti erupsi, gempa tektonik, gempa vulkanik, gempa tremor, awan panas, lahar hujan, abu vulkanik semakin familiar di telinga masyarakat.

Bagi masyarakat yang memahami kondisi lingkungan akan menyikapi kejadian bencana alam dengan cara positif. Namun tidak sedikit masyarakat menyikapinya dengan cara negatif.

Bencana alam yang terjadi tidak perlu dikait-kaitkan dengan hal-hal yang berbau mistik dan irasional. Masyarakat harus menggunakan akal pikiran sehat dan ilmiah. Salah satu bencana alam yang baru terjadi adalah erupsi. Bencana erupsi gunungapi di Indonesia sering terjadi sebagai konsekuensi berada di wilayah jalur gunungapi (ring of fire). Peristiwa bencana gunungapi yang baru saja terjadi seperti Gunungapi Merapi pada 18 November 2013, Gunungapi Sinabung pada 6 Desember 2013, dan Gunungapi Kelud pada 13 Februari 2014 menandakan bahwa masyarakat harus memiliki naluri yang kuat untuk menyelamatkan diri tatkala erupsi terjadi.

(2)

dasar sampai menengah atas. Pembelajaran mitigasi bencana alam baik pada masyarakat umum maupun pada jalur pendidikan formal di sekolah perlu dilakukan dengan tepat. Khususnya pada jalur formal pendidikan sekolah, peserta didik perlu dibekali mengenai tingkatan bahaya bencana alam supaya kelak tidak mudah panik jika terjadi suatu bencana alam. Pembelajaran mitigasi bencana di sekolah bertujuan untuk memberi informasi pada peserta didik tentang pengetahuan yang benar mengenai bencana, memberi pemahaman tentang perlindungan secara sistematis, dan membekali peserta didik melalui practical training bagaimana melindungi dirinya dan bagaimana mereka bisa merespons bencana tersebut secara tepat dan cepat. Peserta didik tidak hanya dihadapkan penjelasan gambar-gambar gunungapi dua dimensi saja, mereka harus dihadapkan dengan penampang gunungapi secara tiga dimensi sehingga peserta didik akan mudah memahami mitigasi bencana alam.

Menurut Keller (2006:6), tingkatan bahaya bencana alam ada tiga tingkat yaitu hazard jika proses bencana sekedar menjadi ancaman umat manusia seperti bencana gempa, banjir, tanah longsor, erupsi gunungapi, badai namun tidak atau belum menimbulkan korban; dissaster jika sudah memakan banyak korban jiwa dan harta; serta catastrophe jika mengakibatkan hancur leburnya bangunan dan sumber kehidupan serta banyaknya korban manusia meliputi wilayah luas. Indonesia merupakan negara yang memiliki resiko bencana alam cukup tinggi. Secara umum proses penanggulangan bencana dapat diuraikan menjadi tiga yaitu: 1) sebelum bencana, berupa pencegahan (prevention), penjinakan (mitigation), kesiapsiagaan (preparedness); 2) selama bencana, berupa tahap awal, tahap darurat (response), konsolidasi, tahap akhir, rehabilitasi; dan 3) sesudah bencana, berupa rekonstruksi, pembangunan (development). Pada penelitian ini lebih ditekankan pada kesiapsiagaan (preparedness). Menurut Halder (2012:1), penerapan pendidikan berbasis mitigasi bencana alam dapat menjadi kunci untuk menjawab berbagai permasalahan-permasalahan lingkungan hidup secara global. Pendidikan berbasis lingkungan dan mitigasi bencana alam sudah mulai menyebar ke berbagai bentuk pembelajaran, baik formal maupun non formal. Dalam usaha mempermudah proses pembelajaran berbasis mitigasi bencana alam perlu kolaborasi pemanfaatan berbagai informasi, salah satunya adalah informasi geospasial. Folger (2009:60) mengatakan bahwa informasi geospasial adalah data yang merefensi kepada tempat (pasangan koordinat geografi) yang dapat dikumpulkan dan ditampilkan dalam waktu berlangsung. Data geospasial yang digunakan pada mitigasi bencana alam dapat berupa pemetaan daerah yang rawan terhadap bencana. Seperti permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu pemodelan spasial zonasi bahaya gunungapi, maka penekanannya adalah pada kolaborasi data geospasial pemetaan wilayah rawan bencana dan pemodelan tiga dimensi gunungapi.

Bagi masyarakat umum maupun peserta didik tentunya lebih mudah untuk memahami informasi geospasial dalam bentuk peta tematik daripada peta topografi, simbol-simbol utama dibuat lebih mencolok dan dalam ukuran cukup besar untuk dapat segera terlihat bila disajikan dalam bentuk buku atau brosur, atau dapat dilihat dari jarak yang cukup jauh apabila ditempel pada papan iklan. Informasi geospasial dalam rangka untuk pembelajaran mitigasi bencana alam akan lebih mudah dipahami lagi jika didesain dalam bentuk tiga dimensi. Melalui pemodelan tiga dimensi, peserta didik seolah-olah melihat seperti aslinya karena sajiannya yang bersifat ikonik sehingga ini akan menjadi pengalaman menarik.

(3)

METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah model R&D (Research & Development) yang bertujuan untuk mengembangkan produk berupa media pembelajaran. Penelitian ini menggunakan model penelitian Borg and Gall (1989:10) untuk menghasilkan produk media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Prosedur pengembangan yang dilakukan peneliti dalam penelitian pengembangan ini meliputi tiga prosedur pengembangan yaitu prosedur pengembangan produk, prosedur pengembangan desain pembelajaran, dan prosedur pengembangan media. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa instrumen penilaian untuk menilai produk yang telah dikembangkan baik dari aspek instruksional, aspek isi, aspek tampilan, aspek penggunaan dan aspek manfaat. Instrumen dikembangkan berdasarkan pokok penilaian kualitas media pembelajaran sebagaimana telah dijelaskan dalam kajian teori. Instrumen yang dikembangkan dan digunakan dalam penelitian ini meliputi : kuesioner untuk ahli materi (gunungapi), kuesioner untuk ahli instruksional, kuesioner untuk guru, lembar observasi untuk mengevaluasi proses pembelajaran geografi pada peserta didik dengan menggunakan media yang dikembangkan, dan kisi-kisi wawancara bebas terpimpin.

Adapun kisi-kisi dari masing-masing instrumen yang digunakan disajikan dalam Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4 berikut ini:

A. Kuesioner untuk ahli materi (kegunungapian), meliputi : isi materi, kurikulum, dan tampilan produk

Tabel 1. Kisi-kisi kuesioner untuk ahli materi

No Komponen

Penilaian

Indikator Jumlah

Butir

1 Isi Materi Urutan materi pada manual book 1

Cakupan materi pada manual book 1 Kejelasan materi pada manual book 1

Urgensi tiap materi 1

Aktualitas (up to date) materi 1

2 Kurikulum Kejelasan sasaran 1

Kejelasan tujuan pembelajaran 1

Struktur materi 1

Ketepatan evaluasi 1

Konsistensi antara tujuan dan latihan 1 Konsistensi antara

3 Tampilan

produk

Perbandingan bentuk, tekstur, struktur produk media

1 Kesesuaian warna dengan kondisi aslinya 1 Kesesuaian objek-objek geografi 1

Kesesuaian topografi 1

Jumlah 14

(4)

Tabel 2. Kisi-kisi kuesioner untuk ahli instruksional

No Komponen

Penilaian

Indikator Jumlah

Butir

1 Komunikasi Struktur program 1

Logika berpikir 1

Interaksi pengguna dengan media 1

Pemberian contoh 1

Penggunaan bahasa 1

2 Desain Tampilan desain 1

Grafis 1

Ukuran teks 1

warna, ornamen pendukung 1

Penggunaan bahan 1

kreativitas 1

3 Format

Sajian

Urutan penyajian 1

Kemenarikan 1

Jumlah 13

C. Kuesioner untuk guru, meliputi : kualitas materi, kualitas strategi, dan kualitas teknis.

Tabel 3. Kisi-kisi kuesioner untuk guru

No Komponen

Penilaian

Indikator Jumlah

Butir

1 Kualitas materi Mudah dimengerti 1

Sesuai dengan tujuan yang dirumuskan 1 Sesuai dengan tingkat kemampuan 1 Menggunakan bahasa yang mudah dipahami

1

Ilustrasi 1

Kualitas evaluasi 1

2 Kualitas strategi pembelajaran

Kualitas penyajian 1

Urutan penyajian 1

Interaktivitas media 1

Umpan balik 1

Pemberian motivasi 1

Pengayaan materi 1

3 Kualitas teknis Kejelasan petunjuk 1

Format tulisan, ukuran huruf 1

Sajian produk 1

Komposisi warna 1

Kejelasan petunjuk 1

Keamanan bahan media 1

Kemudahan penggunaan media 1

Jumlah 19

(5)

D. Kisi-kisi lembar observasi untuk mengevaluasi proses pembelajaran geografi Tabel 4. Kisi-kisi lembar observasi

No Komponen

Penilaian

Indikator

1 Kualitas materi Mudah dimengerti

Sesuai dengan tingkat kemampuan

Menggunakan bahasa yang mudah dipahami Kualitas evaluasi

2 Kualitas strategi pembelajaran

Interaktivitas media Umpan balik Pemberian motivasi Pengayaan materi 3 Kualitas teknis Kejelasan petunjuk

Kejelasan bentuk dan ornamen pendukung HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini termasuk penelitian dan pengembangan (Research and development) yaitu penelitian yang berorientasi menghasilkan sebuah produk media dengan kualitas baik atau tidak untuk dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa peta tiga dimensi zonasi bahaya erupsi gunungapi untuk mata pelajaran Geografi di SMA. Media yang dikembangkan pada dasarnya adalah media pembelajaran dalam bentuk visual cetak dengan implementasi program Google Earth Pro dan GIS. Media pemodelan spasial zonasi bahaya erupsi gunungapi mengambil contoh kasus gunungapi Merapi dan berorientasi untuk melatih mitigasi bencana bagi peserta didik SMA di wilayah yang terkena dampak erupsi Merapi.

Tujuan akhir dari penelitian pengembangan produk ini adalah untuk mengetahui kelayakan dan efektivitas peta hasil pemodelan spasial zonasi bahaya erupsi gunungapi dalam proses pembelajaran di SMA pada salah satu kajian Geografi materi mitigasi bencana. Untuk mengetahui tingkat kelayakan produk peta maka dilakukan uji validasi dari ahli media, ahli materi, dan pendidik terlebih dahulu yang dalam pemilihannya peneliti mendapatkan saran dan arahan dari pembimbing serta berdasarkan atas bidang keahlian yang dikuasai.

Pemodelan spasial zonasi bahaya erupsi gunungapi tersebut dalam pengembangannya melalui beberapa tahap. Tahapan dalam pengembangan pemodelan spasial dimulai dari pengumpulan data awal, pembuatan desain (rancangan), uji validasi ahli, revisi media, dan tahap uji coba. Pada tahap awal diperoleh data kebutuhan peserta didik dalam pemanfaatan peta, kemudian dari hasil analisis kebutuhan peserta didik diketahui bahwa sebesar 75% peserta didik terbiasa menggunakan peta dalam pembelajaran geografi. Gaya belajar peserta didik diketahui 50% peserta didik memiliki karakteristik belajar kinestetik dan 19% masing-masing untuk karakteristik audio dan visual sehingga mayoritas peserta didik lebih menyukai proses pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk aktif, kritis dan melibatkan peserta didik di dalamnya.

Hasil analisis data observasi diperoleh skor 4 (kategori baik dalam Skala Likert) pada kualitas pembelajaran dan skor 5 (kategori sangat baik dalam Skala Likert) pada kualitas teknis.

(6)

dilaksanakan oleh ahli media dan ahli materi pada bidang ilmu Geografi. Ahli media dan ahli materi merupakan dosen dari program studi pendidikan Geografi FKIP UNS dengan teknik pengisian angket penilaian yang telah disusun berdasarkan aspek kriteria pengembangan media.

Ujicoba produk dilaksanakan kepada pendidik pada mata pelajaran Geografi dan peserta didik di SMA N 1 Boyolali. Pada ujicoba oleh peserta didik meliputi ujicoba perorangan, ujicoba kelas kecil, dan uji lapangan yangs secara rinci dideskripsikan sebagai berikut.

A. Ujicoba Perorangan (one to one evaluation)

Ujicoba ini dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2014 dan pengisian angket sebanyak 3 peserta didik kelas X SMA N 1 Boyolali. Ujicoba ini dilakukan dengan meminta peserta didik untuk mengamati peta kemudian mengamati tampilan dan mempelajari isi materi yang disajikan. Kemudian peserta didik mengisi angket yang telah disediakan. Ujicoba ini dilaksanakan secara mandiri oleh peserta didik dengan sebelumnya diberikan pemaparan dan penjelasan dalam penggunaan dan penilaiannya. Penentuan subjek ujicoba menggunakan teknik proporsional random sampling berdasarkan dari pendidik mata pelajaran Geografi. Berdasarkan data hasil angket diperoleh data kuantitatif persentase penilaian melalui angket sebesar 8,3% (nilai 2) , 29,2% (nilai 3) , 41,7% (nilai 4), dan 20,8% (nilai 5). Secara kualitatif dari data angket tersebut menunjukkan bahwa pengembangan produk peta tiga dimensi berada pada rentang kriteria baik berdasarkan kriteria Skala Likert.

Gambar 1. Histogram Hasil Ujicoba One To One Evaluation B. Ujicoba Kelompok Kecil (Small Group Evaluation)

Ujicoba ini dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 2014 dan pengisian angket oleh user sebagai pengguna pengembangan produk peta tiga dimensi yaitu 8 peserta didik kelas X SMA N 1 Boyolali. Ujicoba ini dilakukan dengan meminta peserta didik untuk mengamati peta zonasi bahaya gunungapi Merapi. Kemudian peserta didik mengisi angket yang telah disediakan. Ujicoba ini dilaksanakan secara mandiri oleh peserta didik dengan sebelumnya diberikan pemaparan dan penjelasan dalam penggunaan dan penilaiannya.

Penentuan subjek ujicoba menggunakan teknik proporsional random sampling berdasarkan dari pendidik mata pelajaran Geografi. Berdasarkan data hasil angket diperoleh data kuantitatif persentase penilaian melalui angket sebesar 5,2% (nilai 2), 38,5% (nilai 3), 64,6% (nilai 4), dan 25% (nilai 5). Secara kualitatif dari data angket tersebut menunjukkan

(7)

bahwa pengembangan produk peta tiga dimensi berada pada kategori baik berdasarkan kriteria Skala Likert.

Gambar 2. Histogram Hasil Ujicoba Small Group Evaluation C. Ujicoba Lapangan (field trial)

Ujicoba ini dilaksanakan pada tanggal 3 November 2014 dan pengisian angket oleh user sebagai pengguna pengembangan peta tiga dimensi yaitu seluruh peserta didik kelas X. S 2 SMA N 1 Boyolali sebanyak 36 orang. Ujicoba ini dilakukan dengan meminta peserta didik untuk mengamati peta zonasi bahaya gunungapi Merapi dalam proses pembelajaran kemudian mengamati tampilan dan mempelajari isi materi yang disajikan oleh media. Kemudian peserta didik mengisi angket yang telah disediakan. Ujicoba ini dilaksanakan secara mandiri oleh peserta didik dengan sebelumnya diberikan pemaparan dan penjelasan dalam penggunaan dan penilaiannya. Penentuan subjek ujicoba menggunakan teknik proporsional random sampling berdasarkan dari pendidik mata pelajaran Geografi. Berdasarkan data hasil angket diperoleh data kuantitatif persentase penilaian melalui angket sebesar 7,1% (nilai 2), 21,25% (nilai 3), 44,58 (nilai 4), dan 26,04% (nilai 5). Secara kualitatif dari data angket tersebut menunjukkan bahwa pengembangan produk peta tiga dimensi berada pada kategori baik berdasarkan kriteria Skala Likert.

Gambar 3. Histogram Hasil Ujicoba Field Trial Evaluation

(8)

menggunakan media peta 3D dan peta 1D. Suatu media pembelajaran dikatakan efektif jika memenuhi syarat standar minimum ketuntasan belajar sebesar 75.

KESIMPULAN

Hasil dari penelitian dapat disimpulkan: 1) Tingkat kebutuhan pemodelan spasial berupa peta zonasi bahaya erupsi gunungapi adalah tinggi khususnya untuk sekolah-sekolah di wilayah rawan bencana erupsi gunungapi. Peta tiga dimensi zonasi bahaya erupsi gunungapi mampu meningkatkan kemampuan spatial ability, memperoleh hasil baik dan layak untuk digunakan berdasarkan beberapa tahapan pengujian, yaitu tahap analisis need assessment, tahap pengembangan produk awal, dan tahap ujicoba produk yang meliputi uji validasi oleh ahli media dan ahli materi, serta ujicoba produk kepada pengguna; 2) Pemodelan spasial berupa peta zonasi bahaya erupsi gunungapi efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan mitigasi bencana berdasarkan hasil pre-test dan post-test yang dilaksanakan. Hasil pre-test berdasarkan nilai modus sebesar 45 dengan rerata klasikal 46,5 dan nilai post-test berdasarkan nilai modus sebesar 75 dengan rerata 73,11 sehingga menunjukkan peningkatan yang sangat baik.

DAFTAR PUSTAKA

Borg, Walter & Gall. (1989). Educational Research. New York & London:

Dick, Walter, Carey Lou & Carey James O. (2005). The Systematic Design of Instructional.

Boston: Allyn & Bacon.

Harvey, Jen. (1998). Evaluation Cookbook. Edinburgh:Heriot-Watt University.

Heinich, Molenda, Russel, Smaldino. (1996). Instructional Media and Technologies for Learning. New Jersey: Printice-Hall, Inc. A Simon & Schuster Company.

Joyce, Bruce, Weil. (1986). Models of Teaching. New York: Pearson Education.

Keller, Edward. (2006). Natural Hazards. London: Pearson Prentice Hall.

Folger. (2009). Geospatial Information and Geographic Information System (GIS): Current Issues and Future Challenges. Washington DC: Congressional Research Service.

Halder, Somenath. (2012). An Appraisal of Environmental in Higher School Education System.

International Journal of Environmental Sciences Vol 2, No 4, ISSN 0976-4402.

Kaliachak College.

Gambar

Tabel 1. Kisi-kisi kuesioner untuk ahli materi
Tabel  2. Kisi-kisi kuesioner untuk ahli instruksional
Gambar 1. Histogram Hasil Ujicoba One To One Evaluation B. Ujicoba Kelompok Kecil (Small Group Evaluation)
Gambar 2. Histogram Hasil Ujicoba Small Group Evaluation C. Ujicoba Lapangan (field trial)

Referensi

Dokumen terkait

Dimana Pihak I menyuruh Pihak II Untuk melakukan Pekerjaan Siring dengan tinggi 280cm, lebar bawah 140cm, lebar atas 60, panjang 22 meter dengan ketentuan sebagai berikut :.. Pihak

Hal ini dimaksudkan agar dalam berbagai kegiatan pembelajaran siswa beroleh pengalaman bersastra, bertambah bekal pengalaman hidup, beroleh pengetahuan secara fungsional

[r]

Kesimpulannya adalah terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara pembelajaran langsung dan tidak langsung dalam pembelajaran penjas terhadap kemandirian siswa,

Dalam hal pelayanan, mutu adalah masalah mengenai ”malaksanakan dengan benar sejak awal” (”getting it right the first time”). Yang lein berpendapat bahwa ”mutu

tingkat kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabanjahe Kabupaten Karo sudah mencapai kategori sangat

Berdasarkan penelitian yang relevan oleh Sigit Setiawan, (2014) dengan judul Skripsi Pengembangan LKS Berorientasi Guided Discovery pada Materi Termokimia di SMAN 5 Banda

Didalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealism, guru berfungsi sebagai berikut (http//nurrachman-ceper.blogspot.com/2010): (1) guru adalah personifikasi dari