• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation yang berarti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation yang berarti"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Partisipasi

2.1.1 Pengertian Partisipasi

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” yang berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan.

Menurut Keith Davis partisipasi didefenisikan sebagai berikut:

“Partisipation is defined as a mental and emotional involved at a person in a group situasion which encourager then contribut to group goal and share responsibility in them”. (Partisipasi dimaksudkan sebagai keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya). Dalam defenisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosi.

Partisipasi adalah keikutsertaan, peran serta atau keterlibatan yang berkaitan dengan keadaaan lahiriahnya. Participation becomes, then, people's involvement in reflection and action, a process of empowerment and active involvement in decision making throughout a programme, and access and control over resources and institutions. Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materill (PTO PNPM 2007).

(2)

Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan, merupakan unsur terpenting yang sering terlupakan. Sebab tujuan pembangunan adalah untuk memperbaiki mutu hidup masyarakat banyak sehingga pemerataan hasil pembangunan merupakan tujuan utama. Di samping itu, pemanfaaatan hasil pembangunan akan merangsang kemauan dan kesukarelaan masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam setiap program pembangunan yang akan datang (http://Mardikanto.blogspot.com/2010/partisipasi-dalam-pembangunan.html).

2.1.2 Partisipasi Perempuan dalam Ekonomi Keluarga

Keadaan suatu masyarakat sebahagian besar ditentukan orang-orang yang ada dalam masyarakat itu. Mengingat keluarga merupakan satuan masyarakat terkecil, maka keluarga berperan penting dalam menentukan keadaan masyarakat.

Keluarga sejahtera memberikan pengaruh positif terhadap angota-anggotanya, dan menjadi wadah pembentukan kader penerus yang baik. Inilah dan harapan setiap anggota keluarga. Dalam hal ini suami bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

Selain suami yang notabene sebagai kepala rumah tangga, isteri juga merupakan salah satu unsur penting dan berperan dalam menjalankan kehidupan rumah tangga. Oleh karena itu perempuan dalam keluarga merupakan dua pengertian yang saling berkaitan. Dalam hal ini kesatuan keluarga merupakan dasar yang signifikan dan relevan untuk memahami partisipasi perempuan dalam keluarga maupun masyarakat.

Partisipasi perempuan dalam peningkatan sosial ekonomi keluarga tidak kalah penting dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan mampu melakukan

(3)

banyak hal baik bersifat reproduksi yang tidak menghasilkan materi maupun bekerja mencari nafkah yang langsung menghasilkan (income earning work) guna kelangsungan ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga.

Perempuan atau isteri terlibat dalam pekerjaan adalah didorong oleh pendapatan suami yang rendah, sehingga mereka bekerja sebagai petani, pedagang kecil, pembantu rumah tangga, buruh, karyawan dan lain sebagainya. Dari uraian tersebut tersirat bahwa kondisi ekonomi suami yang rendah mendorong isteri untuk berpartisipasi mencari penghasilan dengan merubah perannya dari sektor domestik (dalam rumah tangga) ke sektor publik (diluar rumah tangga) (Munandar, 1985:47).

Keterlibatan perempuan dalam sektor publik secara garis besar didorong oleh beberapa hal. Pertama dan yang terbesar didorong oleh tekanan ekonomi rumah tangga. Hal ini disebabkan pemenuhan kebutuhan pada keluarga dan masyarakat semakin lama semakin kompleks. Dengan kata lain, pengeluaran untuk rumah tangga tidak hanya terbatas pada kebutuhan pangan dan sandang, tetapi telah mengalami penambahan seperti pendidikan, kesehatan, organisasi (perkumpulan), rekreasi dan lain-lain. Dalam kondisi seperti ini semakin besar kemungkinan muncul realita dimana suami tidak mampu menanggung sendiri beban ekonomi keluarga. Kedua adalah didorong keinginan untuk meningkatkan harga diri, persamaan hak yang biasanya terdapat pada perempuan berpendidikan dan perempuan perkotaan.

Motivasi tekanan sosial ekonomi suami yang rendah seperti yang telah disinggung sebelumnya, merupakan kekurangmampuan yang disebabkan banyak

(4)

faktor. Akan tetapi secara umum dapat dijelaskan, faktor yang mempengaruhi adalah tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, profesionalisme, pengalaman kerja yang pada dasarnya menentukan besar kecilnya penghasilan suami (Sajogyo,1985:132).

Disamping perempuan penting dalam mendukung ekonomi keluarga, juga mendukung pemerintah. Di dalam ketetapan MPR. RI. Nomor IV/MPR/1999 GBHN Tahun 1999-2004 dijelaskan Mengenai Kedudukan dan Peranan Perempuan yaitu bahwa:

a. Meningkatkan kedudukan dan Peranan Perempuan dalam Kehidupan berbangsa dan bernegara melalui kebijakan nasional yang diemban oleh lembaga yang mampu memperjuangkan terwujudnya kesetaraan dan gender.

b. Meningkatkan kualitas peran dan kemandirian organisasi perempuan dengan tetap mempertahankan nilai persatuan dan kesatuan serta nilai historis perjuangan kaum perempuan, dalam rangka melanjutkan usaha pemberdayaan perempuan serta kesejahteraan keluarga dan masyarakat.

Banyak faktor yang mempengaruhi berpartisipasinya isteri dalam ekonomi keluarga, dari segi pendidikan, sosio-kultural, sosio-psikologis, sosio-phisik dan lain sebagainya. Dalam hal ini dapat dirumuskan dengan rinci motivasi perempuan untuk bekerja di luar rumah tangga meliputi : (Munandar, 1983: 47)

1. Untuk menambah penghasilan keluarga.

2. Untuk ekonomi, tidak tergantung kepada suami.

(5)

3. Untuk menghindari rasa kebosanan dan mengisi waktu kosong.

4. Karena ketidakpuasan dalam perkawinan.

5. Karena mempunyai minat dan keahlian tertentu yang ingin dimanfaatkan.

6. Untuk memperoleh status.

7. Untuk mengembangkan diri.

Jadi jelaslah bahwa partisipasi perempuan pada sektor publik selain menguntungkan secara ekonomi, perempuan juga mendapat pengalaman yang berguna untuk membina rumah tangga. Dengan demikian kedudukan dan peranan perempuan dalam keluarga, masyarakat semakin nyata.

2.2 Keluarga

Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat.

Pada dasarnya keluarga merupakan suatu kelompok yang terdiri dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan orang tua dan pemeliharaan anak. Jadi, keluarga dalam bentuk murni merupakan suatu kesatuan sosial yang terdiri dari suami isteri, dan anak- anak(Ahmadi, 2003:239).

Menurut Iver dan Page (dalam Ahmadi,2003:240) ciri-ciri umum keluarga meliputi:

a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

b. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.

(6)

c. Suatu sistem tata norma, termasuk garis perhitungan keturunan.

d. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.

e. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau bagaimanapun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga.

2.2.1 Fungsi Keluarga

Suatu pekerjaaan atau tugas yang dilakukan disebut fungsi. Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilaksanakan di dalam atau oleh keluarga tersebut. Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh keluarga dapat digolongkan ke dalam beberapa fungsi yaitu:

1. Fungsi Biologis

Dalam fungsi ini diharapkan agar keluarga dapat menyelenggarakan persiapan- persiapan perkawinan bagi anak-anaknya. Karena dengan perkawinan, akan terjadi proses kelangsungan keturunan. Dengan persiapan yang cukup matang ini mewujudkan suatu bentuk kehidupan rumah tangga yang baik dan harmonis.

2. Fungsi Pemeliharaan

Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya dapat berlindung dari gangguan-gangguan sebagai berikut:

a. Gangguan udara dengan berusaha menyediakan rumah;

(7)

b. Gangguan penyakit dengan berusaha menyediakan obat-obatan;

c. Gangguan bahaya dengan berusaha menyediakan senjata, pagar, tembok dan lainnya.

Bila fungsi ini telah dijalankan keluarga dengan sebaik-baiknya tentu akan membantu terpeliharanya keamanan dalam masyarakat.

3. Fungsi Ekonomi

Berusaha memenuhi kebutuhan pokok manusia, yaitu:

a. Kebutuhan makan dan minum.

b. Kebutuhan pakaian untuk menutupi tubuhnya.

c. Kebutuhan tempat tinggal.

Untuk melengkapi fungsi kebutuhan ini maka orangtua harus berupaya keras agar setiap anggota keluarga dapat mencukupi makan, minum, cukup pakaian serta tempat tinggal. Sehubungan dengan fungsi ini, keluarga juga berusaha melengkapi kebutuhan jasmani dimana keluarga diwajibkan berusaha agar anggotanya mendapat perlengkapan hidup jasmaniah baik yang bersifat umum maupun yang bersifat individual.

4. Fungsi Keagamaan

Di negara Indonesia yang berideologikan Pancasila mewajibkan pada setiap warganya untuk menghayati, mendalami dan mengamalkan Pancasila dalam perilaku dan kehidupan keluarganya sehingga benar-benar dapat diamalkan dalam kehidupan keluarga Pancasilais. Dengan dasar pedoman ini, keluarga diwajibkan

(8)

menjalani dan mendalami serta mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam pelakunya sebagai manusia yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

5. Fungsi Sosial

Dengan fungsi sosial, keluarga berusaha mempersiapkan anak-anaknya bekal yang selengkap mungkin dengan memperkenalkan nilai-nilai dan sikap-sikap yang dianut masyarakat serta mempelajari peranan yang diharapkan agar didalam keluarga selalu terjadi pewarisan kebudayaan atau nilai-nilai kebudayaan.

Kebudayaan yang diwariskan adalah kebudayaan yang telah dimiliki generasi tua yaitu ayah dan ibu, diwariskan kepada anak-anaknya dalam bentuk antara lain sopan santun, bahasa, cara bertingkah laku, ukuran tentang baik buruknya perbuatan dan lain-lain. Fungsi ini juga menyangkut pendidikan anak-anak dalam keluarga.

Disfungsi keluarga merupakan satu hal yang kerap kali menjadi masalah.

Disfungsi keluarga adalah dimana keluarga tidak lagi berfungsi dengan baik sebagaimana yang diharapkan dengan fungsi keluarga yang ada. Pengaruh- pengaruh negatif dari fungsi keluarga ini juga sangat berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan individu yang menjadi anggota keluarga tersebut (Wangsanegara dalam Ahmadi, 2009:91).

2.3 Sosial Ekonomi

Salah satu faktor yang penting untuk membangun masyarakat yang sejahtera adalah sebuah teori sosial ekonomi yang baik. Sepanjang sejarah, manusia terus mencari jawaban bagaimana sumber daya bumi ini dapat

(9)

dipergunakan dan dibagikan dengan baik. Tambahan pula, masyarakat memerlukan suatu sistem pemerintahan yang dapat memenuhi semua kebutuhan anggotanya. Jawaban masyarakat atas keperluan itu menggambarkan nilai-nilai sosial ekonomi yang diikuti masyarakat ketika itu.

Kata sosial berasal dari kata “socious” yang artinya kawan, teman. Dalam hal ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman kerja, teman sekampung dan sebagainya. Dalam hal ini kawan adalah mereka (orang-orang) yang ada disekitar kita, yakni yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi satu sama lain (Mahadi, 1993: 5).

Kata sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Sedangkan dalam konsep sosiologis, manusia sering disebut makhluk sosial yang artinya bahwa manusia itu tidak dapat hidup dengan wajar tanpa orang lain disekitarnya. Hal ini dapat kita lihat dari pernyataan Soedjono Soekanto:

“ Dalam menghadapi sekelilingnya, manusia harus hidup berkawan dengan manusia-manusia lain dan pergaulannya tadi akan mendatangkan kepuasan baginya, bila manusia hidup sendiri misalnya dikurung dalam suatu ruangan tertutup sehingga tidak mendengar suara orang lain, maka jiwanya akan rusak”.

Istilah Ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa yunani yaitu “Oikos”

yang artinya rumah tangga dan “Nomos” artinya mengatur. Jadi secara harafiah, ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Ini adalah pengertian yang paling sederhana. Namun seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat,

(10)

maka pengertian ekonomi juga sudah lebih luas. Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status (Koentjaraningrat, 1990:

35). Tingkat sosial merupakan faktor non ekonomis seperti budaya, pendidikan, umur dan jenis kelamin, sedangkan tingkat ekonomi seperti pendapatan, jenis pekerjaaan, pendidikan dan investasi.

Menurut Melly G. Tan bahwa bahwa kedudukan sosial ekonomi meliputi tiga faktor yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Pendapat diatas didukung oleh Mahbud UI Hag dari Bank Dunia bersama dengan James Grant dari Overseas Development Council mengatakan bahwa kehidupan sosial ekonomi dititikberatkan pada pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan air yang sehat yang didukung oleh pekerjaan yang layak (http://www.detikfinance.com).

Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa status sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan kemampuan mengenai keberhasilan menjalankan usaha dan berhasil mencukupi kebutuhan hidupnya.

(11)

2.4 Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga

Melly G. Tan mengatakan untuk melihat tingkat sosial ekonomi keluarga itu dapat dilihat melalui tiga aspek yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan.

Berdasarkan hal ini maka keluarga atau kelompok masyarakat itu dapat digolongkan memiliki tingkat sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi (Tan dalam Koentjaraningrat, 1981 : 35).

1. Golongan berpenghasilan rendah

Yaitu keluarga yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal. Untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal, mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain karena tuntutan kehidupan yang keras, perkembangan anak dari keluarga itupun menjadi agresif. Sementara itu orangtua yang sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi tidak sempat memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap perilaku anaknya.

2. Golongan berpenghasilan sedang

Yaitu pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok.

3. Golongan berpenghasilan tinggi

Yaitu selain dapat memenuhi kebutuhan pokok, sebagian dari pendapatan yang diterima dapat ditabung dan digunakan untuk kebutuhan lain ataupun kebutuhan di masa mendatang.

(12)

Para ahli filsafat dan analisis sosial telah melihat bahwa masyarakat adalah struktur yang terdiri dari keluarga dan bahwa keanehan-keanehan suatu masyarakat tertentu dapat digambarkan dengan menjelaskan hubungan kekeluargaan yang berlangsung di dalamnya. Karya etika dan moral tertua menerangkan bahwa masyarakat kehilangan kekuatannya jika anggotanya gagal dalam melaksanakan tanggung jawab keluarganya. Dalam hubungan ekonomi keluarga perlu mengkonsumsi pangan sandang dan papan untuk bertahan hidup.

Oleh sebab itu seorang ayah atau seorang kepala rumah tangga perlu bekerja untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, itu biasanya disebut dengan keluarga kecil dan jika keluarga itu terdiri dari ayah, ibu, anak, kakek dan nenek itu biasanya di sebut dengan keluarga besar.

Anggota tersebut semuanya membutuhkan makan sehingga sebagai kepala keluarga yang baik berkewajiban untuk memenuhi kebutuhannya, disamping itu kadang-kadang banyak kepala keluarga yang belum bisa mencukupi kebutuhan keluarga tadi sehingga istripun rela untuk membantu suami untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarga untuk hidup. Sehingga hal tersebut menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat sosial ekonomi di dalam keluarga.

Adapun Faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat sosial ekonomi keluarga yaitu:

a. Penghasilan

b. Jumlah tanggungan c. Investasi

(13)

d. Kemampuan untuk mencari sumber pendapatan lain (http://en.wikipedia.org/wiki/tingkat-ekonomi-keluarga.html).

2.5 Usaha Ekonomi Mikro

2.5.1 Pengertian Usaha Ekonomi Mikro

Usaha Mikro sebagaimana dimaksud menurut Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003, yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun. Usaha Mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp.50.000.000,-.

Usaha Ekonomi Mikro atau yang sering disebut dengan UKM merupakan sektor usaha yang bersentuhan langsung dengan aktifitas ekonomi rakyat sehari- hari. Dalam skala usahanya yang kecil, bahkan sangat kecil sehingga disebut mikro, UKM tidak jarang harus hidup dengan cara gali lubang tutup lubang. Sangat minim bahkan ada yang sama sekali tidak pernah mengalami sentuhan manajemen usaha, segala seuatunya berjalan begitu saja, sebagai suatu wujud komitmen untuk menghidupi keluarga, melayani sesama, memberikan pekerjaan kepada saudara atau tetangga. Tak heran sektor ini paling sering dikelompokkan sebagai yang tidak bankable (tidak memenuhi syarat untuk dilayani kredit perbankan) (http://wisiso.blogspot.com/2009/08/pengertian-usaha- mikro.html).

2.5.2 Karakteristik Usaha Ekonomi Mikro

(14)

Adapun karakteristik atau ciri-ciri dari usaha ekonomi mikro adalah sebagai berikut:

a. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti.

b. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat.

c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha.

d. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai.

e. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah.

f. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank.

g. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP (http//id.wikipedia.org.wiki/ekonomi_mikro.html).

Contoh usaha ekonomi mikro antara lain:

a. Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan pembudidaya.

b. Industri makanan dan minuman, industri meubelair pengolahan kayu dan rotan, industri pandai besi pembuat alat-alat.

c. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar dll;

Peternakan ayam, itik dan perikanan.

d. Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit (konveksi).

(15)

e. Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha ekonomi mikro adalah suatu segmen pasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi intermediasi nya karena usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain : - Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap berjalan bahkan terus berkembang.

f. Tidak sensitif terhadap suku bunga.

g. Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter.

h. Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat. Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa masih banyak usaha ekonomi mikro yang sulit memperoleh layanan kredit perbankan karena berbagai kendala baik pada sisi usaha ekonomi mikro maupun pada sisi perbankan sendiri.

Secara umum beberapa karakteristik usaha mikro yang dapat diamati di Lapangan adalah :

a. Bersifat informal dan tidak berbadan hukum;

b. Bersifat fluktuatif baik dari segi omset maupun tenaga kerja. Omset dan tenaga kerja bergantung pada permintaan, musim, serta ketersediaan bahan baku.

Misalnya industri bola yang mangalami lonjakan pesanan pada saat demam piala dunia melanda Indonesia atau industri pembuat kue atau emping yang kebanjiran pesanan pada saat menjelang hari raya. Ketika permintaan tinggi, omset naik dan tenaga kerja yang terlibat juga meningkat. Oleh sebab itu banyak tenaga kerja di

(16)

usaha mikro yang sifatnya tenaga kerja lepas. Omset usaha mikro yang relatif stabil terjadi di sektor perdagangan, terutama usaha warungan, karena yang dijual umumnya adalah kebutuhan sehari-hari yang permintaannya tidak dipengaruhi musim.

c. Tanpa atau hanya menggunakan teknologin sederhana. Teknologi yang relatif tinggi yang digunakan dalam usaha mikro antara lain mesin jahit dan mesin bubut logam.

d. Pelaku usaha mikro relatif mudah berganti jenis usaha, keluar masuknya usaha mikro relatif mudah karena usaha ini tidak memerlukan perizinan formal, modal usaha yang dibutuhkan relatif kecil, serta tidak memerlukan keahlian khusus (Lembaga Penelitian SMERU, 2003 : 30).

2.5.3 Manfaat Usaha Ekonomi Mikro

Usaha ekonomi mikro memiliki kontribusi yang besar bagi masyarakat, baik dari segi ekonomi maupun sosial. beberapa manfaat usaha mikro antara lain :

a. Usaha mikro dianggap dapat meredakan gejala sosial, karena jenis usaha ini mudah dimasuki masyarakat kecil, terutama sejak krisis banyak pabrik menutup usahanya atau mengurangi karyawannya. Dalam hal ini, usaha mikro menjadi alternatif pilihan sehingga dapat mengurangi angka pengangguran.

b. Usaha mikro menjadi “Katup Pengaman” kebutuhan rumah tangga dan alternatif usaha. Ketika mata pencaharian lain mengalami pasang surut atau kebutuhan keluarga meningkat, usaha mikro relatif mudah dimasuki dapat menjadi alternatif usaha sehingga kebutuhan rumah tangga tetap dapat terpenuhi.

(17)

c. Meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat khususnya rumah tangga pelaku usaha ekonomi mikro. Dampak usaha ini diindikasikan dengan semakin membaiknya kondisi fisik rumah tangga para pengusaha mikro/kecil, serta bertambahnya kepemilikan kendaraan. Selain itu pendapatan usaha mikro juga dapat digunakan untuk menyekolahkan anak, berobat, dan berbagai kebutuhan rumah tangga lainnya (Sugiarto, 2007: 13).

2.6 Kesejahteraan Sosial

2.6.1 Defenisi Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang baik (Isbandi, 1994:3).

Secara yuridis konsepsional, pengertian kesejahteraan sosial termuat dalam UU No.11 Tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial, pasal 1 ayat 1 adalah sebagai berikut:

“Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”.

Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut dilaksanakan berbagai upaya, program dan kegiatan yang disebut “Usaha Kesejahteraan Sosial” baik yang dilaksanakan pemerintah maupun masyarakat. UU. No. 11 Tahun 2009 Bagian II pasal 25 juga menjelaskan secara tegas tugas serta tanggung jawab pemerintah dalam menyelenggarakan kesejahteraan sosial yang meliputi:

1. Merumuskan kebijakan dan program penyelenggaraan kesejahteraan sosial;

(18)

2. Menyediakan akses penyelengaraan kesejahteraan sosial;

3. Melaksanakan rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;

4. Memberikan bantuan sosial sebagai stimulan kepada masyarakat yang menyelenggarakan kesejahteraan sosial;

5. Mendorong dan memfasilitasi masyarakat serta dunia usaha dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya;

6. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia di bidang kesejahteraan sosial;

7. Menetapkan standar pelayanan, registrasi, akreditasi, dan sertifikasi pelayanan kesejahteraan sosial;

8. Melaksanakan analisis dan audit dampak sosial terhadap kebijakan dan aktivitas pembangunan

9. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian kesejahteraan sosial;

10. Melakukan pembinaan dan pengawasan serta pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan kesejahteraan sosial;

11. Mengembangkan jaringan kerja dan koordinasi lintas pelaku penyelenggaraan kesejahteraan sosial tingkat nasional dan internasional;

12. Memelihara taman makam pahlawan dan makam pahlawan nasional;

13. Melestarikan nilai kepahlawanan, keperintisan, dan kesetiakawanan sosial; dan

(19)

14. Mengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Walter A. Friedlander, mengutarakan bahwa konsep dan istilah kesejahteraan sosial dalam pengertian program yang ilmiah baru saja dikembangkan sehubungan dengan masalah sosial dari pada masyarakat kita yang industrial. Kemiskinan, kesehatan yang buruk, penderitaan dan disorganisasi sosial telah ada dalam sejarah kehidupan umat manusia, namun masyarakat yang industrial dari abad ke 19 dan 20 ini menghadapi begitu banyak masalah sosial sehingga lembaga-lembaga insani yang sama seperti keluarga, ketetanggaan, gereja, dan masyarakat setempat tidak mampu lagi mengatasinya secara memadai.

Berikut ini beberapa defenisi yang menjelaskan arti kesejahteraan sosial, W.A Friedlander mendefenisikan:

“Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari usaha-usaha dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan serta untuk mencapai relasi perseorangan dan sosial yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan-kemampuannya secara penuh untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat”(Muhaidin, 1984: 1-2).

Defenisi di atas menjelaskan:

1. Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem atau “organized system” yang berintikan lembaga-lembaga dan pelayanan sosial.

(20)

2. Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera dalam arti tingkat kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan juga relasi-relasi sosial dengan lingkungannya.

3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara, meningkatkan

“kemampuan individu” baik dalam memecahkan masalahnya maupun dalam memenuhi kebutuhannya.

Dalam Kamus Ilmu Kesejahteraan Sosial disebutkan pula :

“Kesejahteraan Sosial merupakan keadaan sejahtera yang meliputi keadaan jasmaniah, rohaniah dan sosial tertentu saja. Bonnum Commune atau Kesejahteraan sosial adalah kesejahteraan yang menyangkut keseluruhan syarat, sosial yang memungkinkan dan mempermudah manusia dalam memperkembangkan kepribadiannya secara sempurna” (Suparlan, 1989 : 53).

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan tentang latar belakang informasi mengenai konsep dan istilah yang digunakan dalam statistik Kesejahteraan Sosial diantaranya adalah kondisi rumah tangga, luas lantai, daerah perkotaan atau pedesaan, probabilitas bayi mati sebelum mencapai usia satu tahun, keluhan masyarakat terhadap kesehatan, imunisasi, pasien rawat inap, status gizi, narapidana, aksi dan korban kejahatan, luas lantai, mendengarkan radio, membaca koran atau surat kabar, serta menonton televisi. Dari kelompok terssebut BPS melakukan pengelompokan menjadi empat indikator dalam pengukuran kesejahteraan sosial, yaitu :

1. Pendapatan.

2. Kesehatan.

3. Perumahan, dan 4. Gizi.

2.6.2 Usaha Kesejahteraan Sosial

(21)

Dalam Undang-Undang RI No. 11 tahun 2009, tentang ketentuan- ketentuan pokok kesejahteraan sosial disebutkan bahwa usaha kesejahteraan sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. Semua upaya, program dan kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan, membina, memelihara, memulihkan, dan mengembangkan kesejahteraan sosial.

Dalam pernyataan tersebut terkandung pengertian bahwa usaha-usaha kesejahteraan sosial merupakan upaya ditujukan kepada manusia baik individu, kelompok maupun masyarakat.

2.7 Kerangka Pemikiran

Jumlah penduduk Indonesia dewasa ini kurang lebih sebesar 220 juta jiwa, dimana jumlah kaum perempuannya kurang lebih sekitar 49,8 % dari total jumlah penduduk Indonesia dan mereka merupakan separuh pemanfaat dan pelaku pembangunan. Kalau kualitas perempuan terus merosot, Indek Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pun akan terus memprihatinkan. Namun apabila kualitas hidup perempuan dapat ditingkatkan maka IPM pun akan meningkat.

Untuk meningkatkan IPM dan kualitas hidup perempuan, ada 3 variabel yang perlu diperhatikan yaitu variabel pendidikan, ekonomi (Pekerjaan dan Penghasilan) serta Kesehatan.

Dilihat dari segi ekonomi, maka dari tiga puluh juta Pengusaha Mikro, Kecil, dan Menengah enam puluh persen diantaranya adalah perempuan. Proporsi

(22)

Tenaga kerja Perempuan di sektor informal pun ternyata mencakup tujuh puluh persen dari keseluruhan tenaga kerja perempuan. Misalnya kaum perempuan yang bekerja di sektor informal memunculkan dua indikasi. Pertama, adanya keterbatasan akses kaum perempuan untuk masuk kedalam sektor formal karena keterbatasan pada aspek pendidikan dan keterampilan yang dimiliki. Kedua, kaum perempuan sendiri yang memilih masuk ke sektor informal dengan pertimbangan adanya kemudahan, keleluasaan dan fleksibilitas kerja disektor informal yang tidak mungkin diperoleh ketika bekerja di sektor formal. Dimana salah satu sektor usaha informal yang paling signifikan yaitu usaha ekonomi mikro.

Di Indonesia, usaha mikro dan usaha kecil telah memberikan kontribusi yang signifikan kepada perekonomian nasional. Sebagai gambaran, pada tahun 2000-2008, tenaga kerja yang diserap industri rumah tangga (salah satu bagian dari usaha mikro sektor perindustrian) dan industri kecil mencapai 65,38% dari tenaga kerja yang diserap sektor perindustrian nasional. Pada tahun yang sama sumbangan usaha kecil terhadap total PDB mencapai 39,93% (BPS,2009).

Usaha mikro dan usaha kecil telah berperan sebagai penyangga (buffer) dan katup pengaman (safety valve) dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, serta menyediakan alternatif lapangan pekerjaan bagi para pekerja sektor formal yang terkena dampak krisis.

Usaha mikro yang paling banyak diminati kaum perempuan diantaranya adalah di bidang industri rumah tangga dan perdagangan. Di bidang industri rumah tangga misalnya saja adalah pembuatan kripik dan makanan sejenisnya serta produksi barang-barang kerajinan rumah tangga, selanjutnya dibidang

(23)

perdagangan, yaitu dagang yang modalnya < Rp. 10.000.000 misalnya dagang makanan sehari-hari/warung nasi, kedai sampah, gorengan dan lain sebagainya.

Ada beberapa hal penyebab berpartisipasinya perempuan dalam ekonomi rumah tangga, yaitu : berkembangnya teknologi sehingga membuka kesempatan kerja bagi perempuan, majunya pendidikan membuka wawasan pengetahuan wanita. Tetapi masalah kehidupan yang sulit dalam ekonomi keluarga mendorong lebih banyak perempuan untuk bekerja mencari nafkah (Sajogyo, 1985 :3).

Adapun alasan yang paling sering muncul ketika seorang perempuan bekerja pada sektor usaha ekonomi mikro ini yaitu terkait masalah kehidupan yang sulit dalam ekonomi keluarga seperti yang dikutip dari Pudjiwati Sajogyo diatas. Dengan berpartisipasinya perempuan dalam usaha ekonomi mikro ini tentu saja berpengaruh terhadap kehidupan keluarganya, khususnya pada kondisi sosial ekonomi keluarga. Hal ini juga dikuatkan oleh pra-penelitian yang telah dilakukan.

Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana pengaruh tingkat partisipasi perempuan dalam usaha ekonomi mikro ini dalam meningkatkan sosial ekonomi keluarga. Sehingga dapat disimpulkan nantinya apakah pengaruh tingkat partisipasi perempuan dalam usaha ekonomi mikro terhadap tingkat sosial ekonomi keluarga ini dapat dikatakan sangat baik, baik, atau bahkan kurang baik.

2.8 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti benar melalui data yang dikumpulkan (Nawawi, 1998 : 43). Hipotesis itu bisa ditolak (H-) dan bisa juga diterima (H+), atau bisa juga tidak mempengaruhi

(24)

sama sekali terhadap penelitian yang dilakukan. Hipotesa tidak diterima dan tidak pula ditolak dan biasa disebut sebagai hipotesa nol (Ho).

Adapun hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Ha : Terdapat hubungan atau pengaruh tingkat partisipasi perempuan dalam usaha ekonomi mikro terhadap tingkat sosial ekonomi keluarga di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas Kota Medan.

Ho : Tidak terdapat hubungan atau pengaruh tingkat partisipasi perempuan dalam usaha ekonomi mikro terhadap sosial ekonomi keluarga di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas Kota Medan.

(25)

Bagan 1

Bagan Kerangka Pemikiran

Tingkat Partisipasi Perempuan dalam usaha ekonomi mikro

Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga

• Pendidikan Perumahan Pekerjaan Penghasilan

Kurang Baik

Baik Sangat Baik

Industri Dagang

(26)

2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional

2.7.1 Defenisi Konsep

Konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal lain yang sejenis.

Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Defensi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009:112).

Adapun yang menjadi batasan konsep dalam penelitian ini adalah :

1. Pengaruh adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu keadaan atau kondisi yang menyebabkan atau mempengaruhi terjadinya sesuatu.

2. Partisipasi adalah pandangan, pengetahuan, keikutsertaan, peran serta atau keterlibatan yang berkaitan dengan keadaaan lahiriahnya.

3. Partisipasi Perempuan terhadap Ekonomi Keluarga adalah terlibat atau ikut berperannya seorang perempuan/isteri untuk mencari nafkah diluar rumah tangga sehingga isteri mempunyai penghasilan berupa material.

4. Usaha Ekonomi Mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun.

5. Sosial ekonomi adalah kombinasi dari pekerjan, pendapatan dan pendidikan.

Pekerjaan merupakan sumber untuk memperoleh pengakuan status sosial, harga

(27)

diri ataupun pengakuan dari masyarakat sebagai imbalan atas peranan dan prestasinya. Pendapatan adalah penerimaan atas sejumlah uang yang di dapat dari hasil usaha yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran seseorang dalam mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

6. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat, yang terdiri dari suami, isteri dan anak-anak.

2.7.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mangamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan penelitian dalam melaksanakan penelitian dilapangan. Maka perlu operasionalisai dari konsep-konsep yang menggambarkan tentang apa yang harus diamati (Silalahi, 2009: 120).

Dalam hal ini maka harus ditentukan terlebih dahulu variabel-variabel yang ada di dalam penelitian ini supaya terlihat jelas bagaimana pengaruh partisipasi perempuan dalam usaha ekonomi mikro terhadap sosial ekonomi keluarga di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas Kota Medan.

(28)

1. Variabel Bebas

Variabel bebas atau variabel (x) merupakan variabel yang menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel terikat. Dalam konsep variabel bebas, ditemukan bahwa variabel ini menjadi sebab hadirnya atau timbulnya variabel lain.

Diskusi tentang variabel bebas akan dengan sendirinya terkait dengan variabel tidak bebas sebagai sebuah konsekuensi hadirnya variabel bebas (Idrus, 2009: 79).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah :

Partisipasi perempuan dalam usaha ekonomi mikro

1. Pandangan perempuan yang terkait akan partisipasi dan usaha ekonomi mikro.

2. Mempunyai pekerjaan informal yang dilihat dari :

a. Industri Rumah Tangga. Misalnya: industri produksi keripik, sapu.

b. Dagang. Misalnya : pedagang bubur ayam/warung nasi/gorengan, makanan ringan, kedai sampah, dan pedagang kaki lima.

3. Rentang waktu berpartisipasi dalam usaha ekonomi mikro.

4. Sumber modal dan jumlah modal yang diperoleh.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat atau variabel (y) adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas dan

(29)

Yang ingin dilihat dan diteliti adalah bagaimana Tingkat dan keadaan sosial ekonomi keluarga di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas Kota Medan setelah si Isteri bekerja pada sektor Informal dengan indikator sebagai berikut ;

Sosial Ekonomi Keluarga meliputi:

a. Pendidikan (formal maupun non formal) merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran seseorang dalam mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

 sebelum isteri berpartisipasi (tingkat pendidikan dan prestasi si anak)

 setelah isteri berpartisipasi (tingkat pendidikan dan prestasi si anak)

b. Perumahan adalah tempat tinggal dimana keluarga yang bersangkutan menetap. Dengan indikator:

 Status Kepemilikan rumah (Rumah sewa, milik sendiri, maupun menumpang sama orang tua)

 Tipe bangunan rumah (Semi permanen, permanen, sederhana) c. Pekerjaan merupakan kategori profesi yang dilakukan dalam mencari

penghasilan untuk mendapatkan pendapatan rumah tangga. Diukur dari :

(30)

 Jenis pekerjaan suami dan isteri (industri maupun dagang/pekerjaan tetap atau tidak)

 Lamanya isteri ikut berpartisipasi dalam usaha ekonomi mikro (industri maupun dagang)

 Alasan isteri ikut bekerja d. Penghasilan dapat diukur dari :

 Besar kecilnya penghasilan dari kerja pokok suami dan istri yang berpartisipasi dalam usaha ekonomi mikro.

 Pemanfaatan penghasilan istri yang terlibat dalam usaha ekonomi mikro dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

 Jumlah tanggungan

Referensi

Dokumen terkait

Oleh sebab itu, dengan adanya teknologi yang mampu mende- teksi resiko dehidrasi saat olahraga pada ling- kungan dengan suhu dan kelembaban udara yang tinggi maka

Jika pantulan itu terjadi pada ujung bebas, maka gelombang pantul merupakan kelanjutan dari gelombang datang (fasenya tetap), tetapi jika pantulan itu terjadi pada ujung tetap,

Dalam membuktikan sifat-sifat dari kedua pembangkit bilangan acak yang telah dibahas sebelumnya, kita dapat melihat pada beberapa percobaan dengan menggunakan

Pulse Width Modulation (PWM) adalah sebuah cara memanipulasi lebar sinyal atau tegangan yang dinyatakan dengan pulsa dalam suatu perioda, yang akan digunakan untuk

Maka menghadapi sepuluh hari yang kedua dari bulan puasa ini kita dituntut harus benar-benar menghayati masalah-masalah yang bersifat psikologis, seperti sū’ al-zhann (buruk

Sistem Informasi Manajemen Desa (SIMADE) adalah suatu sistem informasi yang dapat terhubungkan sebagian besar administrasi yang tersedia di Kantor Kecamatan Kota Batu mulai dari

Renovasi terhadap museum keraton beserta benda-benda sejarahnya diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara sehingga Keraton

Apabila terjadi keterlambatan dalam proses penerbitan izin usaha sesuai waktu yang telah ditentukan, maka Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu