• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi."

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

i   

PENGARUH KOMPOSISI MINYAK JARAK DAN LANOLIN SEBAGAI BASIS TERHADAP SIFAT FISIK DAN STABILITAS

LIPSTIK DENGAN PEWARNA EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Ira Felisia NIM : 128114069

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii   

YOGYAKAR

(3)

iii   

 

(4)

iv   

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Kiranya diberikan-Nya kepadamu apa yang kaukehendaki dan dijadikan-Nya berhasil apa yang kaurancangkan.”

Mazmur 20:4

“janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”

Yesaya 41:10

kupersembahan karya kecilku untuk Tuhan Yesus Keluarga terkasih Almamater Sanata Dharma

   

(5)

v   

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

(6)

vi   

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN 

(7)

vii   

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, penyertaan dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul

“Pengaruh Komposisi Minyak Jarak dan Lanolin sebagai Basis terhadap Sifat Fisik dan Stabilitas Lipstik dengan Pewarna Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Santa Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Keluarga yang selalu memberikan dukungan, doa, kasih dan semangat hingga terselesaikannya skripsi ini.

2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Septimawanto Dwi P. M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing dan penguji yang telah memberikan bimbingan, arahan, diskusi, saran, dan dukungan kepada penulis selama penyusunan proposal, penelitian, dan penyusunan laporan akhir.

4. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. dan Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah memberikan waktu, kritik, dan saran dalam penulisan skripsi.

(8)

viii   

5. Segenap laboran Fakultas Farmasi Sanata Dharma atas bantuan yang diberikan selama penelitian dan menempuh perkuliahan.

6. Pho Vania Wirawan dan Felicia Inesa selaku teman sekerja dan sahabat atas bantuan, dukungan, kerjasama dan kerelaannya berbagi suka dan duka selama perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi.

7. Sahabat-sahabat penulis : Malvin Choco, Diah Fani Gita, Tiara Luwita, Izanirwanasari, Gabriela Elisabeth, Arnov Mercury, Simon Sino, Bernadetta Amalia, Lenny Rachmawati, Chaesary Husna (Eki), Maria Septi, Endo GP, Donald Ivan dan Fatriyani, atas dukungan, doa, dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

8. Teman-teman di Fakultas Farmasi angkatan 2012 atas keceriaan dan kekompakan serta segala dukungan yang diberikan kepada penulis hingga akhir masa perkuliahan.

9. Teman-teman UKM Taekwondo dan Panitia Insadha 2015 atas pelajaran yang berharga dan pengalaman yang berkesan serta doa dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi yang tidak dapat dituliskan satu per satu.

(9)

ix   

Penulis menyadari adanya ketidaksempurnaan dan keterbatasan pada penelitian ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu kefarmasian khususnya di bidang formulasi.

Yogyakarta, 9 Maret 2016

Penulis

(10)

x   

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

INTISARI ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan Masalah ... 4

2. Keaslian Penelitian ... 4

3. Manfaat Penelitian ... 4

B. Tujuan Penelitian ... 5

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 6

A. Bibir ... 6

B. Manggis (Garcinia mangostana L.) ... 7

1. Taksonomi Tumbuhan ... 7

2. Nama Derah ... 7

3. Kandungan Kimia ... 8

4. Ekstrak Kulit Buah Manggis ... 8

C. Antosianin ... 9

D. Kosmetik ... 10

E. Kosmetik Dekoratif ... 11

F. Lipstik ... 11

G. Minyak Jarak ... 11

H. Lanolin ... 13

I. Metode Desain Faktorial ... 14

J. Landasan Teori ... 16

K. Hipotesis ... 17

(11)

xi   

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 18

A. Jenis Rancangan Penelitian ... 18

B. Variabel Penelitian ... 18

1. Variabel Bebas ... 18

2. Variabel Tergantung... 18

3. Variabel Pengacau Terkencali ... 18

4. Variabel Pengacau Tak Terkendali ... 18

C. Definisi Operasional ... 18

D. Alat dan Bahan Penelitian ... 20

1. Alat ... 20

2. Bahan ... 20

E. Tata Cara Penelitian ... 20

1. Pembuatan Lipstik ... 20

2. Uji Kekerasan Lipstik ... 22

F. Analisi Hasil ... 23

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

A. Formulasi Lipstik ... 24

B. Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik ... 30

C. Efek Minyak Jarak dan Lanolin serta Interaksinya terhadap Kekerasan Lipstik ... 32

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

A. Kesimpulan ... 37

B. Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

LAMPIRAN ... 41

BIOGRAFI PENULIS ... 53

(12)

xii   

DAFTAR TABEL

Tabel I. Notasi formula desain faktorial dua faktor dan dua level ... 15

Tabel II. Formula acuan ... 20

Tabel III. Formula yang digunakan ... 21

Tabel IV. Persentase penggunaan bahan yang masih diperbolehkan ... 29

Tabel V. Hasil pengukuran kekerasan lipstik ... 31

Tabel VI. Hasi Uji ANOVA berdasarakan hasil analisis menggunakan Desain Expert® versi 10.0.0 untuk respon kekerasan lipstik ... 33

Tabel VII. Efek minyak jarak, lanolin dan interaksinya terhadap respon kekerasan lipstik ... 33

Tabel VIII. Hasil validasi Contour Plot ... 36

(13)

xiii   

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Garcinia mangostana L. ... 7 Gambar 2. Struktur dasar antosianin ... 9 Gambar 3. Asam risinoleat ... 12 Gambar 4. Grafik hubungan kekerasan lipstik dengan pewarna ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap waktu penyimpanan ... 32 Gambar 5. Grafik hubungan minyak jarak terhadap kekerasan lipstik ... 34 Gambar 6. Grafik hubungan lanolin terhadap kekerasan lipstik ... 35 Gambar 7. Contour Plot respon kekerasan lipstik dengan pewarna ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L) ... 36

(14)

xiv   

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Certificate of analysis Garcinia mangostana L. Dry Extract ... 44 Lampiran 2. Material Safety Data Sheet Garcinia mangostana L. Dry Extract ... 45 Lampiran 3. Extraction Flow Charts ... 47 Lampiran 4. Data Uji Stabilitas ... 48 Lampiran 5. Analisis statistikdata uji stabilitas menggunakan software RStudio versi 3.2.3 ... 49 Lampiran 6. Hasil analisis statistik data validasi persamaan desain faktorial ... 53 Lampiran 7. Dokumentasi ... 53 Lampiran 8. Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 ... 55

   

(15)

xv   

INTISARI

Penggunaan ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai pewarna alami dalam lipstik dapat menjadi upaya pencegahan efek samping pewarna sintetik. Lipstik harus memenuhi persyaratan sifat fisik dan stabilitas yang baik. Salah satu sifat fisik lipstik yaitu kekerasan lipstik, dan stabilitas lipstik selama masa penyimpanan dapat dilihat dari pergeseran kekerasan lipstik. Minyak, lemak, lilin dan zat pewarna merupakan komponen utama pada lipstik yang sangat mempengaruhi kualitasnya. Pemilihan basis yang tepat akan menentukan kualitas kekerasan sehingga dapat diterima oleh masyarakat.

Penelitian ini merupakan eksperimental dengan menggunakan desain faktorial dua faktor dan dua level. Dua faktor yang diteliti yaitu minyak jarak : lanolin dengan level rendah 3 gram : 3 gram dan level tinggi 4,125 gram : 4,125 gram. Kemudian dilakukan pengujian sifat fisik dan stabilitas lipstik.

Respon yang didapat diuji secara statistik menggunakan program Design Expert® versi 10.0.0 dan RStudio versi 3.2.3. Hasil penelitian menunjukkan minyak jarak menurunkan kekerasan lipstik dengan nilai efek -30,33 dan lanolin meningkatkan kekerasan lipstik dengan nilai efek 60,66. Pada pergeseran kekerasan lipstik, lanolin dengan level tinggi memberikan perbedaan yang signifikan.

Kata kunci : Lipstik, minyak jarak, lanolin, kekerasan, manggis, desain faktorial.

(16)

xvi   

ABSTRACT

The use of mangosteen peel extract (Garcinia mangostana L.) as a natural coloring agent in lipstick may be preventing the side effects of synthetic dyes.

Lipstick must meet the requirements of physical properties and good stability. One of the physical properties of lipstick is its hardness and lipstick stability during storage can be seen from the shift of its hardness. Oil, fat, wax and dye is a major component of lipstick that greatly affect lipstick quality. The right selection of the base will determine the quality of the hardness so that it can be accepted by the public.

This research is an experimental factorial design using two-factor and two levels. Two factors studied were castor oil: lanolin with a low level 3 grams: 3 grams and high level 4,125 grams : 4,125 grams. Then testing the physical properties and stability of lipstick.

The responses were statistically tested using Design Expert® 10.0.0 version and RStudio 3.2.3 version. The results showed castor oil reduce the lipstick hardness with a value of -30.33 effects and lanolin increasing lipstick hardness with a value of 60.66 effects. In the hardness shift lipstick, lanolin high levels provide a significant difference.

Keywords: Lipstick, castor oil, lanolin, hardness, mangosteen, factorial design.

 

(17)

1  

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penggunaan kosmetik saat ini kian meningkat terutama pada kaum hawa yang menginginkan penampilannya semakin menarik. Pada dasarnya kosmetik memiliki tiga tujuan utama yaitu untuk meningkatkan daya tarik pribadi melalui dekorasi tubuh, untuk menyamarkan kekurangan dalam integumen dan untuk mengubah atau memperbaiki sifat dasar penampilan. Salah satu kosmetik dekoratif yang banyak digunakan adalah lipstik.

Lipstik menambahkan warna pada bibir untuk tampilan yang lebih sehat, membentuk bibir dan mengharmonisasikan wajah antara mata, rambut, dan pakaian. Lipstik dapat menciptakan ilusi bibir kecil atau lebih besar tergantung pada warna (Barel, Paye, dan Maibach, 2001).

Salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap suatu produk kosmetik terutama lipstik adalah warna. Oleh karena itu pemilihan warna yang baik dan aman sangatlah penting. Hingga saat ini penggunaan pewarna sintetik begitu pesat dan sering kali disalahgunakan. Beberapa pewarna sintetik ternyata tidak aman digunakan karena sifatnya yang toksik, bahkan diantaranya bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker). Pada Agustus 2007 lalu, berdasarkan daftar lampiran Publik Warning/Peringatan No. KH.00.01.432.6081 oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan, terdapat beberapa sediaan kosmetika yang ditarik karena mengandung bahan pewarna berbahaya seperti rhodamin B. Zat warna merah K.10 (Rhodamin B) merupakan zat warna sintetis yang umumnya digunakan

(18)

sebagai zat warna kertas, tekstil atau tinta. Zat warna ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan merupakan zat karsinogenik. Apabila dikonsumsi dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi hati bahkan kanker hati (Astuti, Meikawati, dan Sumarginingsih, 2010).

Pencegahan efek samping akibat pemakaian bahan dengan zat pewarna sintetik berbahaya dapat diatasi dengan penggunaan pewarna alami sebagai pengganti pewarna sintetik. Beberapa tanaman dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna pada kosmetika. Hal ini juga akan membuat konsumen merasa aman dan nyaman ketika memutuskan untuk menggunakan kosmetik tersebut.

Penampilan kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) yang berwarna merah ungu menunjukkan adanya pewarna alami yang terkandung didalamnya.

Salah satu senyawa flavonoid yang terkandung dalam kulit buah manggis adalah antosianin. Antosianin merupakan pigmen larut air yang secara alami terdapat pada berbagai jenis tumbuhan. Antosianin diketahui dapat berfungsi sebagai antioksidan (Jordheim, 2007). Pewarna alami ini berpotensi untuk digunakan sebagai pewarna pada lipstik. Antosianin dalam penelitian ini diperoleh melalui proses ekstraksi kulit manggis menggunakan pelarut etanol 70% dan dengan metode perkolasi.

Beberapa titik kritis terkait dengan persyaratan lipstik yang baik agar dapat diterima oleh masyarakat yaitu lipstik harus dapat bertahan selama mungkin, cukup melekat pada bibir tetapi tidak sampai lengket, melembabkan bibir serta memberi warna yang merata pada bibir (Tranggono dan Latifah, 2007). Lipstik yang dibentuk harus dapat dengan mudah dilepaskan dari cetakan dan tidak rusak dalam

(19)

proses tersebut. Untuk dapat memenuhi hal ini, lipstik harus dapat mengeras dengan cepat dan mengecil ke tingkat yang sesuai.

Kualitas lipstik dipengaruhi oleh komponen-komponen penyusunnya.

Minyak, lemak, lilin dan zat pewarna merupakan komponen utama pada lipstik (Wilkinson dan Moore, 1982). Minyak jarak merupakan minyak nabati yang unik karena memiliki viskositas yang tinggi dan merupakan salah satu komponen penting dalam banyak lipstik modern. Viskositasnya yang tinggi menunda pengendapan dari pigmen yang tidak larut dalam campuran lipstik pada saat pencetakan, sehingga dispersi pigmen benar-benar merata (Balsam, 1972). Minyak jarak banyak digunakan sebagai pelarut untuk pewarna yang bersifat lipofil. Lemak yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang berfungsi untuk membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur yang lembut, meningkatkan kekuatan lipstik, dan dapat mengurangi efek berkeringat dan pecah pada lipstik serta sebagai bahan pendispersi untuk pigmen. Lemak padat yang biasa digunakan dalam basis lipstik adalah lemak coklat, lanolin, lesitin, minyak nabati terhidrogenasi dan lain-lain (Jellinek, 1970). Lilin atau wax memberikan stuktur pada lipstik dan menjaganya tetap dalam keadaan padat bahkan dalam kondisi hangat. Beeswax merupakan campuran dari cerotic acid dan myristin yang meleleh pada 63C. Dalam kurun waktu yang panjang, beeswax paling banyak dipilih untuk furniture polishes, kosmetik dan obat (Milton, 2004). Pemilihan basis yang tepat akan menentukan kualitas kekerasan sehingga dapat diterima oleh masyarakat.

Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai pengaruh komposisi basis terhadap kekerasan lipstik, dalam hal ini kombinasi dari minyak jarak dan lanolin.

(20)

Desain faktorial dapat digunakan sebagai desain percobaan dalam menentukan komposisi minyak jarak dan lanolin, menentukan efek yang dominan antara minyak jarak dan lanolin serta interaksi keduanya dalam mempengaruhi respon yang diharapkan. Selain itu metode ini juga digunakan untuk memperoleh komposisi formula yang optimum untuk suatu sediaan.

1. Perumusan Masalah

Bagaimanakah pengaruh komposisi minyak jarak dan lanolin sebagai basis terhadap kekerasan dan stabilitas lipstik dengan pewarna ekstrak kulit buah manggis?

2. Keaslian Penelitian

Sejauh pengetahuan penulis, penelitian mengenai pengaruh komposisi minyak jarak dan lanolin sebagai basis terhadap sifat fisik dan stabilitas lipstik dengan pewarna ekstrak kulit buah manggis belum pernah dilakukan.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai pengaruh komposisi minyak jarak dan lanolin sebagai basis terhadap sifat fisik dan stabilitas lipstik dengan zat pewarna ekstrak ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.).

b. Manfaat metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai penggunaan desain faktorial dalam mengamati pengaruh komposisi minyak jarak dan lanolin terhadap sifat fisik dan stabilitas lipstik.

c. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat membantu formulasi lipstik terutama menyangkut pengaruh komposisi minyak jarak dan lanolin sebagai

(21)

basis terhadap terhadap sifat fisik dan stabilitas lipstik dengan zat pewarna ekstrak kulit buah manggis.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi minyak jarak dan lanolin sebagai basis terhadap terhadap kekerasan dan stabilitas lipstik dengan zat pewarna ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.).

(22)

6  

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Bibir

Anatomi dan fisiologi bibir agak berbeda dibandingkan dengan kulit bagian badan lainnya. Dermis pada bibir tidak mengandung kelenjar keringat maupun kelenjar minyak, sehingga bibir mudah kering dan pecah-pecah terutama jika dalam udara yang dingin dan kering (Tranggono dan Latifah, 2007).

Warna merah alami pada bibir setiap orang disebabkan oleh warna darah yang mengalir di dalam pembuluh di lapisan bawah kulit bibir. Di bagian ini warna itu terlihat lebih jelas karena pada bibir tidak ditemukan satu lapisan paling luar yaitu stratum corneum (lapisan tanduk). Jadi, kulit bibir lebih tipis dari kulit wajah (Wibowo, 2005).

Bibir menunjukkan sifat yang lebih peka dibanding kulit bagian tubuh lainnya karena lapisan jangatnya tipis dan banyaknya aliran darah yang mengalir di daerah permukaan kulit bibir. Oleh karena itu, hendaknya berhati-hati dalam memilih bahan yang digunakan sebagai sediaan cat bibir, terutama dalam hal memilih lemak, pigmen dan zat pengawet yang digunakan untuk maksud pembuatan sediaan tersebut (Depkes RI, 1985).

(23)

B. Manggis (Garcinia mangostana L.)

Gambar 1. Garcinia mangostana L. (Firdaus,2011) 1. Taksonomi Tumbuhan

Kingdom Plantae

Subkingdom Viridiplantae

Divisi Tracheophyta

Subdivisi Spermatophytina

Kelas Magnoliopsida

Ordo Malpighiales

Famili Clusiaceae

Genus Garcinia L.

Spesies Garcinia mangostana L.

(ITIS report, 2016).

2. Nama Daerah

Manggis mempunyai berbagai macam nama lokal seperti manggu (Jawa Barat), manggus (Lampung), manggusto (Sulawesi Utara), manggista (Sulawesi Barat), dan manggieh (Sumatra Barat) (Iswari dan Hasyim, 2008).

(24)

3. Kandungan Kimia

Kulit buah manggis diketahui memiliki kandungan senyawa polifenol yang cukup banyak. Beberapa diantaranya adalah antosianin, xanthone, tannin, maupun senyawa asam fenolat lainnya (Chaovanalikit, 2012). Kulit manggis mengandung pewarna alami berupa antosianin yang menghasilkan warna merah, ungu dan biru. Xanthone dalam kulit buah manggis berkhasiat sebagai antioksidan (Hariana, 2013). Ekstrak kulit manggis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan metode pekolasi dan pelarut etanol. Hasil penelitian Dewi, Astuti dan Wardianti (2013) menunjukkan bahwa golongan senyawa yang tersari dari kulit buah manggis dengan pelarut etanol adalah alkaloid, triterpenoid, saponin, flavonoid, tannin dan polifenol.

4. Ekstrak Kulit Buah Manggis

Ekstrak kulit buah manggis yang digunakan dalam penelitian ini dibeli dari PT Borobudur Herbal, Semarang pada tanggal 11 Januari 2016. Bagian buah manggis yang digunakan adalah kulit buah. Ekstrak yang digunakan berupa ekstrak kering berbentuk granul dengan warna light brown dan rasa pahit. Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode perkolasi dengan pelarut 70%. Eksipien yang digunakan adalah maltodextrin dengan rasio botanical extract 10:1. Logam berat yang terkandung di dalam ekstrak telah memenuhi syarat aman yaitu Arsen (As) maksimal 5 ppm dan Timbal (Pb) maksimal 10 ppm. Sementara itu pada kosmetika, berdasarkan lampiran Peraturan Kepala BPOM Nomor HK.03.1.23.07.11.6662 tahun 2011, peraturan logam berat yang diperbolehkan adalah Merkuri (Hg) maksimal 1 ppm, Arsen (As) 5 ppm dan Timbal (Pb) 20 ppm.

(25)

C. Antosianin

Gambar 2. Struktur dasar antosianin (Misbachudin, Rondonuwu, dan Sutresno, 2014)

Antosianin merupakan pigmen larut air yang secara alami terdapat pada berbagai jenis tumbuhan dan buah-buahan. Pigmen ini akan memberikan warna merah, biru dan ungu pada buah, bunga dan daun yang masuk dalam kelas flavonoids. Senyawa antosionin yang paling banyak ditemukan adalah pelargonidin (orange), cyanidin (orange-merah), peonidin (orange-merah), delphinidin (biru-merah), petunidin (biru-merah), dan malvidin (biru-merah) (Misbachudin, Rondonuwu, dan Sutresno, 2014).

Kondisi pH sangat mempengaruhi stabilitas/kesetimbangan dari larutan ekstrak antosianin. Larutan antosianin memiliki lima bentuk kesetimbangan yang bergantung pada kondisi pH, yaitu kation flavilium, basa karbinol, kalkon, basa quinonoidal, dan quinonoidal anionik (Misbachudin, Rondonuwu, dan Sutresno, 2014). Pada kisaran pH 1-3, pigmen antosianin berada dalam bentuk kation flavilium yang dominan berwarna merah dengan merupakan bentuk yang paling stabil. Ketika pH naik ke nilai pH 4-5 atau pH semakin ditingkatkan akan menyebabkan hilangnya proton lebih cepat yang akan menyebabkan deprotonisasi

(26)

dan hidrasi kation flavilium. Pada pH 3 antosianin lebih stabil terhadap perlakuan pemanasan dan pencahayaan dibandingkan pada pH 1. Selain itu, antosianin stabil antara pH 1 - 3, tetapi pada pH >4 struktur antosianin tidak stabil dan dapat mengalami transformasi (Farida dan Nisa, 2015).

D. Kosmetik

Kosmetik merupakan sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kulit, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan, tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit. Dalam definisi tersebut, kosmetik dimaksudkan sebagai sediaan yang seharusnya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit.

Berbeda dengan kosmetik, obat adalah bahan, zat, atau benda yang dipakai untuk diagnosa, pengobatan, dan pencegahan suatu penyakit atau yang dapat mempengaruhi struktur dan faal tubuh. Menurut penggunaannya pada kulit, kosmetik dibedakan menjadi dua golongan yaitu kosmetik perawatan dan kosmetik riasan atau dekoratif (Tranggono dan Latifah, 2007).

E. Kosmetik Dekoratif

Kosmetik dekoratif dimaksudkan untuk semata-mata mengubah penampilan yaitu agar tampak lebih cantik dan noda-noda atau kelainan pada kulit tertutupi. Kosmetik ini dianggap memadai jika tidak merusak kulit atau sesedikit mungkin merusak kulit. Sedikit persyaratan untuk kosmetik dekoratif yaitu warna yang menarik, bau yang harum menyenangkan, tidak lengket, tidak menyebabkan

(27)

kulit tampak berkilau dan tidak merusak atau menggangu kulit, rambut, bibir, kuku dan lainnya (Tranggono dan Latifah, 2007).

F. Lipstik

Lipstik adalah batang dengan zat pewarna yang tersebar di campuran minyak, lilin dan lemak dan dikemas dalam tabung roll-up. Variasi rasio minyak dan lilin bergantung oleh kimiawan kosmetik. Misalnya, jika lipstik dirancangkan untuk kamuflase atau menutupi ketidaksempurnaan bibir maka lipstik harus dapat tahan lama melapisi bibir. Lipstik juga dapat digunakan untuk mengatasi cheilitis non-actinic atau penebalan kulit bibir disertai perubahan warna keputihan pada perbatasan vermilion dari bibir (persimpangan merah bibir dan kulit) dengan menyediakan kandungan emolien yang lebih tinggi. Formulasi ini akan rendah lilin dan tinggi minyak untuk menghasilkan lipstik yang terasa halus lembut di bibir (Draelos, 2011). Persyaratan kualitas lipstik menurut Mitsui (1997) yaitu tidak mengiritasi atau membahayakan bagi bibir, tidak memberikan rasa atau bau yang tidak sedap, tidak kotor dan tahan untuk beberapa waktu serta mampu mempertahankan warnanya. Lipstik juga harus dapat dengan lembut dioleskan saat kondisi ruangan hangat maupun sejuk serta dapat mempertahankan bentuknya dan tidak pecah (Milton, 2004).

G. Minyak Jarak

Di era modern ini, minyak jarak banyak digunakan untuk industri otomotif, industri farmasi dan kosmetik dan industri manufaktur lain (Widodo dan Sumarsih, 2007). Minyak jarak (castor oil, oleum ricini) diperoleh dari biji tanaman jarak (Ricinus communis) dan terdiri dari trigliserida asam lemak.

(28)

Komposisi minyak jarak adalah sekitar 87% asam risinoleat, 7% asam oleat, 3%

asam linoleat, 2% asam palmitat, 1% asam stearat dan asam dihydroxystearic dalam jumlah kecil. (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009).

Gambar 3. Asam risinoleat (Smolinske, 1992)

Minyak jarak berfungsi sebagai emolien, pembawa fase minyak dan pelarut. Minyak jarak berupa minyak kental berwarna kuning jernih, hampir tidak berwarna atau pucat, memiliki sedikit bau dan rasa yang awalnya hambar hingga sedikit tajam. Minyak jarak larut dalam kloroform, dietil eter, etanol, asam asetat glasial, dan metanol; praktis tidak larut dalam air; praktis tidak larut dalam minyak mineral kecuali dicampur dengan minyak sayur lain. Massa jenis minyak jarak adalah 0.955–0.968 g/cm3 pada suhu 25C. Minyak jarak stabil dan tidak menjadi tengik kecuali jika dipanaskan berlebihan. Pada pemanasan 300C selama beberapa jam, minyak jarak terpolimerisasi dan menjadi larut dalam minyak mineral. Ketika didinginkan sampai 0C, minyak jarak menjadi lebih kental. Penyimpanan minyak jarak yaitu pada suhu yang tidak melebihi 25C dalam wadah kedap udara dan terlindung dari cahaya (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009). Menurut Smolinske (1992), minyak jarak dalam lipstik umumnya ditemukan pada konsentrasi 10 hingga 67%.

Titik leleh minyak jarak adalah -12ºC (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009).

Apabila minyak jarak dicampurkan dengan bahan-bahan lain yang memiliki titik leleh yang lebih tinggi maka akan menghasilkan campuran dengan titik leleh yang lebih tinggi pula dibandingkan dengan titik leleh minyak jarak. Viskositas minyak

(29)

jarak akan semakin turun seiring dengan bertambahnya suhu. Titik leleh campuran yang lebih tinggi dibandingkan titik leleh minyak jarak akan membuat viskositasnya turun dan dimungkinkan akan dapat menurunkan kekerasan lipstik yang dihasilkan.

H. Lanolin

Lanolin (lemak wol, wol lilin, wol alkohol dan adeps lanae anhidrat) dan berbagai variasi ester, asam lemak dan alkohol alifatik banyak digunakan di obat topikal dan kosmetik. Lanolin merupakan produk alami yang diperoleh dari kelenjar sebaceus domba dan konstituennya bervariasi dari waktu ke waktu dan tempat ke tempat. Lanolin mengandung steroid, alkohol lemak dan asam lemak (Barel, Paye, dan Maibach, 2001).

Lanolin berwarna kuning pucat dengan bau yang khas. Lanolin yang meleleh berwarna kuning jernih. Lanolin larut dalam benzen, kloroform, eter dan petroleum, sedikit larut dalam etanol (95%) dingin dan lebih larut dalam etanol (95%) mendidih. Lanolin digunakan sebagai pengikat, emulsi stabilizer, kondisioner kulit, dan sebagai agen peningkat viskositas dalam produk-produk seperti produk kosmetik mata, lipstik, krim dan lotion (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009).

Peran lanolin dalam lipstik yaitu mempertahankan massa lipstik dalam campuran yang homogen. Perannya dalam mempertahankan massa lipstik kemungkinan akan memperngaruhi kekerasan lipstik seiring dengan bertambahnya jumlah lanolin yang digunakan. Lanolin, yang digunakan dalam rasio yang tepat,

(30)

akan membantu mencegah keringat dari minyak pelarut dan memberi sejumlah perlindungan terhadap perubahan suhu yang mendadak.

Paparan pemanasan yang berlebihan atau berkepanjangan dapat menyebabkan warna lanolin menggelap dan berbau tidak sedap. Namun, lanolin dapat disterilkan dengan panas kering pada 150C. Penyimpanan lanolin yaitu dalam kontainer yang tertutup dan terlindung dari cahaya serta di tempat yang sejuk dan kering. Waktu penyimpanan normal lanolin adalah 2 tahun (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009).

I. Metode Desain Faktorial

Desain faktorial adalah desain eksperimental dimana setiap level masing- masing faktor dipasangkan atau disilangkan dengan tiap level setiap faktor lainnya.

Faktor merupakan variabel yang menentukan variabel lain. Level merupakan nilai dari faktor. Efek merupakan perubahan respon yang disebabkan adanya variasi dari setiap faktor. Desain faktorial dapat menentukan ada tidaknya interaksi antara variabel bebas atau faktor yang dipertimbangkan. Interaksi menyiratkan bahwa perbedaan dalam salah satu faktor tergantung pada faktor lain (Bolton and Bon, 2010).

Penelitian desain faktorial dimulai dengan menentukan faktor dan level yang akan diteliti serta respon yang akan diukur. Respon merupakan sifat atau hasil percobaan yang dapat diamati. Respon yang diukur harus dapat diekspresikan secara numerik. Deskripsi sifat (seperti besar, lebih besar, terbesar) dan nomor urut tidak dapat digunakan (Armstrong dan James, 1996).

(31)

Keuntungan dari penggunaan desain faktorial yaitu ketika tidak ada interaksi, desain faktorial memiliki efisiensi maksimum dalam mengestimasi efek utama, jika ada interaksi, desain faktorial diperlukan untuk menyingkap dan mengidentifikasi interaksi. Karena efek faktor diukur dengan variasi level dari faktor lain, kesimpulan dapat diterapkan pada berbagai kondisi. Desain faktorial bersifat ortogonal,yaitu semua estimasi efek dan interaksi tidak tergantung pada efek dari faktor lain. Ketidaktergantungan yang dimaksud adalah ketika mengestimasi efek utama, sebagai contoh, hasil yang didapatkan adalah karena efek utama yang diinginkan dan tidak terpengaruh oleh faktor lain dari percobaan (Bolton dan Bon, 2010).

Desain yang paling sederhana dari desain faktorial adalah penelitian dengan dua faktor dan dua level (Armstrong dan James, 1996). Pada desain ini diperlukan empat percobaan (2n = 4, dimana 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor).

Tabel I. Notasi formula desain faktorial dua faktor dan dua level (Armstrong dan James, 1996)

Formula Faktor A Faktor B Interaksi

(1) - - +

a + - -

b - + -

ab + + +

Keterangan:

 = level rendah

 = level tinggi

(32)

J. Landasan Teori

Kosmetik memiliki tiga tujuan utama yaitu untuk meningkatkan daya tarik pribadi melalui dekorasi tubuh, untuk menyamarkan kekurangan dalam integumen dan untuk mengubah atau memperbaiki sifat dasar penampilan.

Lipstik merupakan kosmetik yang menambahkan warna pada bibir untuk tampilan yang lebih sehat, membentuk bibir dan mengharmonisasikan wajah antara mata, rambut, dan pakaian. Beberapa pewarna sintetik yang digunakan pada lipstik ternyata tidak aman digunakan karena sifatnya yang toksik, bahkan diantaranya bersifat karsinogenik.

Penampilan kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) yang berwarna merah ungu menunjukkan ada pewarna alami yang terkandung didalamnya. Salah satu senyawa flavonoid yang terkandung dalam kulit buah manggis adalah antosianin. Antosianin merupakan pigmen larut air yang secara alami terdapat pada berbagai jenis tumbuhan. Antosianin diketahui dapat berfungsi sebagai antioksidan.

Pewarna alami ini berpotensi untuk digunakan sebagai pewarna pada lipstik.

Beberapa titik kritis terkait dengan persyaratan lipstik yang baik agar dapat diterima oleh masyarakat yaitu lipstik harus dapat bertahan selama mungkin, cukup melekat pada bibir tetapi tidak sampai lengket, melembabkan bibir serta memberi warna yang merata pada bibir. Lipstik yang dibentuk harus dapat dengan mudah dilepaskan dari cetakan dan tidak rusak dalam proses tersebut. Untuk dapat memenuhi hal ini, lipstik harus dapat mengeras dengan cepat dan mengecil ke tingkat yang sesuai.

(33)

Pemilihan basis yang tepat akan menentukan kualitas kekerasan lipstik sehingga dapat diterima oleh masyarakat. Minyak, lemak, lilin dan zat pewarna merupakan komponen utama pada lipstik. Viskositas minyak jarak akan semakin turun seiring dengan bertambahnya suhu. Titik leleh campuran yang lebih tinggi dibandingkan titik leleh minyak jarak akan membuat viskositasnya turun dan dimungkinkan akan dapat menurunkan kekerasan lipstik yang dihasilkan. Peran lanolin dalam mempertahankan massa lipstik dapat menjadi kemungkinan akan meningkatkan kekerasan lipstik seiring dengan bertambahnya jumlah lanolin yang digunakan.

Desain faktorial adalah desain eksperimental dimana setiap tingkat masing-masing faktor dipasangkan atau disilangkan dengan tiap tingkat setiap faktor lainnya. Desain faktorial dapat digunakan untuk menentukan ada tidaknya interaksi antara variabel bebas atau faktor yang dipertimbangkan.

K. Hipotesis

Komposisi minyak jarak dan lanolin dapat memberikan pengaruh terhadap terhadap kekerasan lipstik dan stabilitas lipstik dengan zat pewarna ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.).

(34)

18  

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian

Jenis rancangan penelitian yang dilakukan yaitu rancangan eksperimental menggunakan desain faktorial, dengan dua faktor dan dua level untuk membandingkan sifat fisik dan stabilitas fisik lipstik.

B. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jumlah minyak jarak dan lanolin dalam gram yang ditambahkan dalam formula lipstik dengan zat pewarna ekstrak kulit buah manggis.

2. Variabel Tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kekerasan lipstik dengan zat pewarna ekstrak kulit buah manggis.

3. Variabel Pengacau Terkendali

Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah suhu pemanasan, suhu pendinginan dan waktu penyimpanan lipstik.

4. Variabel Pengacau Tak Terkendali

Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu dan kelembaban ruangan saat pembuatan dan pengujian lipstik.

C. Definisi Operasional

1. Lipstik adalah batang dengan zat pewarna yang tersebar di campuran minyak, lilin dan lemak dan dikemas dalam tabung roll-up.

(35)

2. Zat pewarna dari ekstrak kulit buah manggis adalah hasil ekstrak kulit buah manggis dengan pelarut etanol 70% dan metode perkolasi.

3. Minyak jarak adalah minyak yang diperoleh dari biji tanaman jarak (Ricinus communis).

4. Lanolin atau lanolin anhidrat adalah produk alami yang diperoleh dari kelenjar sebaceus domba.

5. Kekerasan lipstik adalah kemampuan lipstik untuk bertahan agar tidak mudah patah. Nilai kekerasan didapat dengan menggunakan alat uji kekerasan lipstik yang dibebani dengan berat maksimal 1400 gram dan dinyatakan dalam satuan detik.

6. Desain faktorial adalah model rancangan penelitian yang memungkinkan untuk evaluasi efek dari dua faktor, yaitu minyak jarak dan lanolin dan dua level yaitu level rendah dan level tinggi.

7. Faktor adalah besaran yang mempengaruhi respon, pada penelitian ini, dua faktor yang digunakan yaitu minyak jarak dan lanolin.

8. Level adalah nilai atau tetapan untuk faktor, pada penelitian ini dua level yang digunakan adalah level rendah dan level tinggi. Level rendah minyak jarak dinyatakan sebanyak 3 gram dan level tinggi sebanyak 4,125 gram. Level rendah lanolin dinyatakan sebanyak 3 gram dan level tinggi sebanyak 4,125 gram.

9. Respon adalah besaran yang akan diamati perubahan efeknya. Respon dalam penelitian ini adalah nilai kekerasan lipstik.

10. Efek adalah perubahan yang disebabkan adanya variasi faktor dan level.

(36)

D. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat

Peralatan yang digunakan yaitu seperangkat alat gelas, neraca analitik, aluminium foil, penangas air, cawan porselen, mortir, stamper, termometer, cetakan lipstik, lemari pendingin, alat uji kekerasan lipstik, stopwatch, indikator pH.

2. Bahan

Bahan yang digunakan yaitu beeswax, minyak jarak, lanolin, ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.), titanium dioksida, zink oksida, gummi arabicum, akuades, gliserin, tween 80, oleum rosae, metil paraben dan parafin cair.

E. Tata Cara Penelitian 1. Pembuatan Lipstik

Tabel II. Formula acuan (Barel, Paye, dan Maibach, 2001) Classic Lipstick

Emollients 40-55%

Waxes 8-13%

Plasticizers 2-4%

Colorants 3-8%

Pearl 3-6%

Actives 0-2%

Fillers 4-15%

Fragrance 0,05-0,1%

Preservatives/Antioxidants 0,50%

Bahan yang dipilih antara lain;

1. Emollients : minyak jarak dan lanolin 2. Wax : beeswax

3. Plasticizers : gliserin

(37)

4. Colorants : ektrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) 5. Pearls : TiO2

6. Actives : tween 80 7. Fillers : ZnO

8. Fragrance : oleum rosae 9. Preservatives : metil paraben

Berdasarkan orientasi, presentasi bahan diatas dimodifikasi dan digunakan desain faktorial 2 faktor dan 2 level menjadi:

Tabel III. Formula yang digunakan

Bahan F1 Fa Fb Fab

Minyak jarak 3 g 4,125 g 3 g 4,125 g

Lanolin 3 g 3 g 4,125 g 4,125 g

Beeswax 3,9 g 3,9 g 3,9 g 3,9 g

Gliserin 1,2 g 1,2 g 1,2 g 1,2 g

Ekstrak Kulit

Buah Manggis 2,4 g 2,4 g 2,4 g 2,4 g

TiO2 1,8 g 1,8 g 1,8 g 1,8 g

Tween 80 0,6 g 0,6 g 0,6 g 0,6 g

ZnO 4,5 g 4,5 g 4,5 g 4,5 g

Akuades 5,1 g 5,1 g 5,1 g 5,1 g

Gummi arabicum 2,1 g 2,1 g 2,1 g 2,1 g Metil paraben 0,09 g 0,09 g 0,09 g 0,09 g

Total 27,75 g 28,875 g 28,875 g 30 g

Masing-masing bahan ditimbang sesuai dengan berat yang diinginkan.

Beeswax dan lanolin dilelehkan pada cawan porselen di atas penangas air dengan suhu 80-85C. Setelah beeswax dan lanolin meleleh, campuran tersebut kemudian diaduk hingga homogen (Campuran A). Pada mortir, ekstrak kulit buah manggis digerus dan ditambahkan dengan aquadest hingga larut. Kemudian ditambahkan

(38)

gummi arabicum hingga homogen dan ditambahkan minyak jarak sedikit demi sedikit sambil terus digerus dengan konstan (Campuran B). Pada mortir hangat, campuran A ditambahkan dengan campuran B. Kemudian pada mortir hangat tersebut ditambahkan bahan-bahan dengan urutan zinc oksida, titanium dioksida, gliserin, tween 80, fragrance dan metil paraben. Campuran pada mortir tersebut kemudian ditambahkan dengan campuran beeswax dan lanolin yang masih dalam bentuk cair dan digerus hingga mengahasilkan massa yang homogen. Campuran keseluruhan ini kemudian dilelehkan kembali di atas penangas air dengan suhu 80- 85C dan dituang ke dalam cetakan lipstik saat masih cair. Cetakan lipstik sebelumnya telah ditetesi dengan parafin cair dan dalam keadaan hangat untuk menghindari lipstik segera memadat karena shock thermal. Sebelum dimasukkan ke dalam cetakan, campuran lipstik yang masih dalam keadaan cair dicek pHnya menggunakan pH indikator. Cetakan lipstik kemudian dimasukan dalam lemari pendingin selama 24 jam dan pada hari kedua (48 jam) dilakukan pengujian.

2. Uji Kekerasan Lipstik

Seperangkat alat uji kekerasan lipstik dan stopwatch disiapkan. Lipstik yang digunakan adalah lipstik dengan ukuran dan berat yang sama. Lipstik diposisikan pada alat dengan bagian ujung lipstik menghadap ke bawah, kemudian dilepaskan beban 200 g yang berfungsi sebagai pemberat pada alat, bersamaan dengan itu pencatatan waktu dimulai. Apabila setelah 1 menit lipstik belum hancur, ditambahkan beban menjadi 400 g pada alat. Dengan selang waktu 1 menit apabila lipstik belum hancur maka ditambahkan beban lagi hingga 1400 g atau hingga lipstik hancur. Pencatatan waktu dan total beban yang digunakan dihentikan saat

(39)

lipstik hancur. Pengujian ini dilakukan pada penyimpanan hari ke 2, 7, 14, 21 dan 30.

F. Analisis Hasil

Hasil yang didapat dari uji kekerasan lipstik setelah penyimpanan hari ke- 2 dianalisis secara statistik dengan uji ANOVA pada tingkat kepercayaan 95%

menggunakan program Design Expert® versi 10.0.0. Kemudian dilihat grafik hubungan dan dilihat besarnya nilai efek dari komposisi minyak jarak dan lanolin terhadap respon yang hasilnya signifikan. Hasil dinyatakan signifikan apabila nilai probabilitas < 0,05. Apabila hasil signifikan maka persamaan yang diperoleh dapat digunakan untuk memprediksi nilai respon dengan memasukkan nilai faktor ke dalam persamaan.

Data nilai kekerasan lipstik selama masa penyimpanan 30 hari kemudian dianalisis dengan menggunakan program Rstudio versi 3.2.3. Uji normalitasn dilakukan menggunakan Shapiro-Wilk Test’s untuk mengetahui apakah data yang didapat normal atau tidak, apabila data dikatakan normal maka dilanjutkan dengan uji homogenitas antar formula menggunakan Levenne Test’s. Apabila data yang didapat pada formula tidak normal maka dilakukan pengujian menggunakan Kruskal – Wallis Test’s. Setelah uji homogenitas, jika formula masuk dalam syarat homogen, dilanjutkan dengan uji ANOVA untuk mengetahui formula yang memiliki hasil berbeda tidak signifikan atau berbeda signifikan. Jika pada formula menghasilkan perbedaan yang signifikan maka pengujian dilanjutkan dengan menggunakan Post Hoc : Tukey HSD, untuk melihat letak perbedaan signifikan dari formula berada dimana.

(40)

24  

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Formulasi Lipstik

Sediaan yang dibuat dalam penelitian ini adalah lipstik dengan pewarna alami yang bertujuan untuk mewarnai dan membentuk bibir agar lebih artistik dan menarik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah. Lipstik merupakan kosmetik dekoratif berbentuk batang yang pada dasarnya adalah pewarna yang terdispersi dalam basis lilin, minyak dan lemak yang cocok. Dalam penelitian ini digunakan ekstrak kulit buah manggis sebagai pewarna alami dan diteliti komposisi minyak dan lemak yang tepat untuk menghasilkan lipstik yang baik.

Basis utama dari lipstik adalah lilin, minyak dan lemak. Lilin akan memberikan bentuk rigid dan solid pada batangan lipstik. Pada penelitian ini lilin yang digunakan adalah beeswax. Beeswax adalah zat yang paling sering ditemukan pada lipstik dan memberikan konsistensi yang baik sebagai basis. Beeswax yang ditambahkan dengan lanolin akan membantu mengikat minyak jarak (Bennett, 1944). Beeswax dapat digunakan untuk meningkatkan titik leleh campuran.

Beeswax mempunyai sifat pengikat yang baik untuk membantu menghasilkan massa yang homogen. Sifat beeswax yang mudah menyusut memberikan keuntungan dengan memudahkan pelepasan lipstik dari cetakan. Beeswax merupakan campuran dari cerotic acid dan myristin yang meleleh pada 63C.

Secara kimia, beeswax menstabilkan warna dalam batang lipstik dengan kehadiran cerotic acid dan myristin yang terkandung dalam beeswax itu sendiri (NIIR Board

(41)

of Consultants & Engineers, 2011). Menurut Knowlton dan Pearce (1993), beeswax dapat digunakan sebagai basis lilin tunggal dalam pembuatan lipstik. 

Minyak jarak berfungsi sebagai emolien dan pelarut. Minyak jarak banyak digunakan dalam kosmetik, makanan dan sediaan farmasi dengan rute oral, topikal dan parenteral. Minyak jarak dianggap sebagai material yang relatif tidak toksik dan tidak mengiritasi ketika digunakan sebagai eksipien (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009). Minyak jarak memberikan keuntungan dengan membentuk lapisan mengkilap yang mengering setelah pengaplikasian (Milton, 2004).

Lanolin merupakan plasticizer yang sangat baik, mudah bercampur dengan konstituen lainnya dan meningkatkan kompatibilitas akhir. Lanolin juga mengurangi eksudasi dari zat lemak dan mencegah keretakan (Freund, Csikos, Keszthelyi, dan Mozes, 1982). Lanolin mampu memberikan efek kemilau dan meningkatkan dispersi pigmen, meskipun lipstik dengan tingkat lanolin tinggi cenderung menjadi agak lengket ketika digunakan (Knowlton dan Pearce, 1993).

Formula acuan yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Barel, Paye, dan Maibach (2001). Bahan-bahan lain yang digunakan dalam pembuatan lipstik ini antara lain titanium dioksida yang berfungsi sebagai pearl, zinc oksida sebagai bahan pengisi, gummi arabicum sebagai pengental emulsi, akuades untuk melarutkan ekstrak kulit buah manggis, gliserin sebagai plasticizer, tween 80 sebagai pelembab dan metil paraben sebagai pengawet.

Pembuatan lipstik diawali dengan menimbang bahan-bahan yang diperlukan dalam formulasi lipstik. Pertama-tama beeswax dan lanolin dilelehkan pada cawan porselen diatas penangas air dengan suhu 80-85C. Beeswax memiliki

(42)

titik lebur 63C sementara lanolin memiliki titik lebur 40C. Beeswax mengalami esterifikasi jika dipanaskan hingga 150C sementara lanolin, jika dipanaskan terlalu lama dapat berubah warna menjadi coklat dan berbau tidak sedap. Pemanasan dengan suhu 80-85C bertujuan untuk mempercepat proses pelelehan tanpa merusak bahan.

Pada mortir, ekstrak kulit buah manggis digerus dan ditambahkan dengan akuades hingga larut. Kemudian ditambahkan gummi arabicum hingga homogen dan ditambahkan minyak jarak sedikit demi sedikit sambil terus digerus dengan konstan. Gummi arabicum ditambahkan agar ekstrak kulit buah manggis yang larut dalam akuades tersebut dapat bercampur dengan minyak dan dapat terdispersi dalam campuran lipstik keseluruhan.

Campuran beeswax dan lanolin yang sudah meleleh kemudian dicampurkan dengan campuran ekstrak, akuades, gummi arabicum dan minyak jarak dalam mortir hangat. Mortir hangat digunakan agar beeswax dan lanolin tidak segera memadat kembali, sehingga dapat digerus dan dicampurkan dengan mudah.

Selanjutnya pada mortir tersebut, ditambahkan zinc oksida, titanium dioksida, gliserin, tween 80, fragrance dan metil paraben.

Campuran keseluruhan ini kemudian dilelehkan kembali diatas penangas air dengan suhu 80-85C dan dituang ke dalam cetakan lipstik selagi cair. Cetakan lipstik yang digunakan dalam penelitian ini terbuat dari bahan metal. Cetakan lipstik sebelumnya telah ditetesi dengan parafin cair dan dalam keadaan hangat untuk menghindari campuran lipstik segera memadat sebelum cetakan terisi penuh.

Apabila hal ini terjadi maka akan mengakibatkan batangan lipstik tidak menjadi

(43)

satu kesatuan dan permukaan lipstik menjadi tidak rata karena ada bagian yang telah memadat lebih dahulu. Cetakan lipstik kemudian dimasukan dalam lemari pendingin selama 24 jam dan pada hari kedua (48 jam) dilakukan pengujian. Basis lipstik akan menyusut selama pendinginan dan mengeras sehingga lipstik akan lebih mudah dilepaskan dari cetakan dengan memberi sedikit tekanan. Apabila campuran lipstik tidak didinginkan maka lipstik akan sedikit lembek dan sulit dilepaskan dari cetakan. Penggunaan parafin cair juga bertujuan untuk memudahkan pelepasan lipstik dari cetakan sehingga didapatkan permukaan lipstik yang baik.

Dua faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah minyak jarak dan lanolin dan dengan dua level yaitu level tinggi dan level rendah. Pemilihan level didasarkan dari batas bawah dan batas atas pada rentang persentase bahan dari hasil orientasi. Level tinggi minyak jarak yaitu 4,125 g dan level rendah 3 g. Level tinggi lanolin yaitu 4,125 g dan level rendah 3 g. Jumlah formula yang dibuat yaitu 4 formula (hasil dari 22) dengan masing-masing formula direplikasi sebanyak tiga kali.

Nilai pH kosmetik yang jauh dari pH kulit akan mengiritasi atau menimbulkan rasa tidak nyaman pada kulit. Hasil pemeriksaan pH menunjukkan keempat formula lipstik dengan pewarna ekstrak kulit buah manggis memiliki pH 5. Menurut Lauffer (cit., Adliani, Nazliniwaty, dan Purba, 2012), pH kulit bibir yaitu ± 4. Hal tersebut menandakan bahwa pH lipstik dalam penelitian ini dapat diterima karena tidak jauh dari pH kulit bibir.

(44)

Lipstik yang dihasilkan memiliki warna nude atau warna natural kecoklatan. Selama masa penyimpanan 30 hari, warna lipstik cenderung menjadi sedikit lebih gelap dibandingkan dengan hasil awal saat dilepaskan dari cetakan.

Hal ini dapat dimungkinkan karena ketidakstabilan ekstrak kulit buah manggis dalam campuran lipstik yang memiliki pH 5. Antosianin yang merupakan pewarna alami dalam kulit buah manggis stabil dalam pH 1-3, sementara apabila pada pH

>4 struktur antosianin tidak stabil dan dapat mengalami transformasi (Farida dan Nisa, 2015). Pengaturan pH lipstik dimungkinkan dapat menjadi salah satu cara untuk mengatasi ketidakstabilan warna ini, namun dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

Pada penelitian ini tidak dilakukan uji toksisitas lipstik dengan pewarna ekstrak kulit buah manggis yang dibuat. Namun, diyakini lipstik yang dibuat ini tidak toksik karena bahan – bahan yang digunakan dalam formula masih berada dalam batas aman penggunaan dalam lipstik seperti yang dapat dilihat pada tabel IV. Rentang aman penggunaan ekstrak kulit buah manggis sebagai pewarna lipstik belum pernah diteliti, namun belum ada laporan kejadian toksisitas akibat penggunaan ekstrak kulit buah manggis pada sediaan topikal, namun berdasarkan pengalaman penggunaannya untuk manusia diyakini tidak menimbulkan toksisitas (Lampiran 2).

(45)

Tabel IV. Persentase penggunaan bahan yang masih diperbolehkan Bahan Persentase

dalam formula

Persentase yang

diperbolehkan Sumber Minyak jarak 10,39% - 14,26% 10% - 67% Smolinske, 1992

Lanolin 10,39% - 14,26% 0,1% - 50% FDA, 1976

Beeswax 13% - 14,05% 5 - 20% Mercardo, 1991

Gliserin

4% - 4,32%  30% Rowe, Sheskey, dan

Quinn, 2009

TiO2 6% - 6,49%  25% BPOM, 2015

Tween 80

2% - 2,16% 0,1% - 3% Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009

ZnO 15% - 16,22%  25% BPOM, 2015

Gummi arabicum

7% - 7,57% 5%-10% Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009 Metil paraben 0,3% - 0,32%  0,4% Ash dan Ash, 2004

Persentase bahan yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari hasil orientasi menggunakan formula acuan. Meskipun persentase bahan dalam formula masih memenuhi syarat batas aman, namun jika dibandingkan dengan formula acuan, maka persentase emolien yang digunakan sangat sedikit dalam lipstik. Pada formula acuan emolien yang dibutuhkan yaitu pada rentang 40-55%, sedangkan emolien dalam penelitian ini yaitu minyak jarak dan lanolin, berkisar 20 hingga 30% saja. Hal ini diduga menyebabkan pengolesan lipstik tidak terlalu lembut pada kulit. Lapisan yang tertinggal pada kulit cukup rata dan warna juga merata pada kulit, hanya saja ketika dioleskan terasa sedikit berat. Selain itu, penggunaan ekstrak kulit manggis yang mengandung eksipien maltodextrin juga dapat mempengaruhi daya oles lipstik. Rasio maltodextrin dengan hasil ekstrak kulit manggis yaitu 10:1 yang berarti jumlah maltodextrin lebih banyak dibandingkan dengan hasil ekstrak kulit manggis, sehingga jumlah filler dalam lipstik bertambah.

(46)

B. Sifat Fisik dan Stabilitas Lipstik

Sifat fisik lipstik yang diamati dalam penelitian ini adalah kekerasan lipstik yang dinyatakan dalam satuan detik. Selain harus memiliki sifat fisik yang baik, stabilitas fisik lipstik dalam masa penyimpanan juga merupakan faktor penting yang menjadikan lipstik layak untuk dipasarkan. Stabilitas fisik lipstik ini dapat dilihat dari pergeseran nilai kekerasan lipstik dalam masa penyimpanan selama 30 hari.

Sebagai pembanding nilai kekerasan yang baik dari lipstik, maka hasil uji nilai kekerasan lipstik dengan pewarna ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dibandingkan dengan nilai kekerasan lipstik yang sudah beredar di pasaran dan memiliki merk dagang yang sudah banyak digunakan oleh masyarakat.

Lipstik yang sudah beredar di pasaran dan dengan merk dagang yang sudah banyak digunakan diasumsikan sebagai lipstik yang sudah memenuhi persyaratan lipstik yang baik dan dapat diterima oleh masyarakat sebagai konsumen. Wijayanti (2011) menyatakan bahwa lipstik yang telah beredar di pasaran memiliki nilai kekerasan antara 120 hingga 300 detik.

Uji kekerasan lipstik dilakukan dengan menerapkan uji kekerasan suppositoria menggunakan alat uji kekerasan suppositoria jenis Erweka SDT.

Lipstik yang digunakan adalah lipstik dengan ukuran dan berat yang sama. Hal ini bertujuan untuk mengurangi pengaruh perbedaan bobot lipstik pada hasil uji kekerasan. Pengujian ini dilakukan pada penyimpanan hari ke 2, 7, 14, 21 dan 30.

Lipstik diposisikan pada alat dengan bagian ujung lipstik menghadap ke bawah, kemudian diberi beban 200 g yang ditambahkan setiap menit hingga lipstik

(47)

hancur atau patah. Penambahan beban ini diasumsikan sebagai tekanan dari luar terhadap lipstik. Lama waktu yang dibutuhkan lipstik untuk mempertahankan konsistensinya sebagai batangan utuh hingga hancur atau patah kemudian dicatat.

Berikut merupakan hasil uji kekerasan lipstik dengan pewarna ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.).

Tabel V. Hasil pengukuran kekerasan lipstik Formula Rata-rata Kekerasan Lipstik

(detik)

F1 146,67 ± 21,13

Fa 111,33 ± 8,39

Fb 202 ± 28,05

Fab 176,67 ± 3,21

Berdasarkan Tabel V dapat dilihat bahwa nilai kekerasan lipstik yang paling rendah adalah pada formula a dengan minyak jarak pada level tinggi dan lanolin pada level rendah ; sedangkan nilai kekerasan lipstik yang paling besar adalah pada formula b dengan minyak jarak pada level rendah dan lanolin pada level tinggi.

Pergeseran kekerasan lipstik dalam penyimpanan selama 30 hari dalam suhu ruangan diamati sebagai informasi stabilitas sifat fisik lipstik. Pada Gambar 4 terlihat bahwa kekerasan lipstik disetiap formula cenderung meningkat selama penyimpanan selama 30 hari. Pergeseran kekerasan lipstik memiliki perbedaan tidak bermakna (p-value>0,05) pada formula 1, formula a dan formula b, sedangkan pergeseran kekerasan lipstik pada formula ab memiliki perbedaan bermakna (p- value<0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa lanolin dengan level tinggi dalam penelitian ini tidak dapat mempertahankan kestabilannya (Lampiran 5).

(48)

Gambar 4. Grafik hubungan kekerasan lipstik dengan pewarna ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap waktu penyimpanan

C. Efek Minyak Jarak dan Lanolin serta Interaksinya terhadap Kekerasan Lipstik

Data yang diperoleh dari uji kekerasan lipstik kemudian dianalisis menggunakan program Design Expert ® versi 10.0.0 untuk mengetahui besar efek minyak jarak dan lanolin terhadap kekerasan lipstik. Signifikansi setiap faktor dan interaksinya dalam memberikan efek dapat dilihat dengan menggunakan uji statistik ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% (tingkat signifikansi p<0,05). Jika didapatkan hasil yang signifikan maka persamaan yang didapatkan dari percobaan dapat digunakan untuk memprediksi respon yang dihasilkan dengan memasukkan nilai-nilai faktor tertentu.

0 50 100 150 200 250 300

2 7 14 21 30

kekerasan (detik)

waktu penyimpanan (hari ke‐)

F1 Fa Fb Fab

(49)

Tabel VI. Hasil Uji ANOVA berdasarakan hasil analisis menggunakan Desain Expert® versi 10.0.0 untuk respon kekerasan lipstik

source p-value Prob>F

Model 0,0015

A-Minyak Jarak 0,0199

B-Lanolin 0,0004

AB 0,6456

Dari Tabel VI dapat dilihat nilai probabilitas yang diperoleh adalah 0,0015 (<0,05 = signifikan) sehingga dapat diartikan bahwa persamaan yang didapat dari model percobaan ini valid dan dapat digunakan untuk memperkirakan nilai respon kekerasan lipstik dengan memasukan faktor ke dalam persamaan.

Persamaan desain faktorial yang didapatkan untuk respon kekerasan lipstik yaitu:

Y = 171,15846 – 18,25850 A + 7,64626 B + 0,81633 AB

Pada Tabel VI juga dapat dilihat bahwa masing-masing faktor yaitu minyak jarak dan lanolin memiliki nilai probabilitas 0,0199 dan 0,0004 (<0,05 = signifikan). Hal ini menunjukan bahwa baik minyak jarak maupun lanolin pada level yang digunakan dalam penelitian berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan respon kekerasan lipstik.

Tabel VII. Efek minyak jarak, lanolin dan interaksinya terhadap respon kekerasan lipstik

Efek Sum of Squares % Kontribusi

A-Minyak Jarak -30,33 2760,33 16,85

B-Lanolin 60,33 10920,33 66,65

AB 5,00 75,00 0,46

Dari Tabel VII dapat dilihat bahwa efek yang paling besar ditunjukkan oleh faktor B, yaitu lanolin dengan nilai efek 60,33 dan % kontribusi 66,65. Nilai

(50)

efek dari lanolin bernilai positif, yang berarti bahwa penggunaan lanolin dalam formula secara signifikan akan meningkatkan kekerasan lipstik. Penggunaan minyak jarak secara signifikan akan menurunkan respon kekerasan lipstik. Adanya interaksi antara minyak jarak dan lanolin akan meningkatkan kekerasan lipstik dengan besar nilai efek 5 dan % kontribusi 0,46 , namun pengaruhnya terhadap respon kekerasan lipstik tidak signifikan (p<0,05) seperti yang bisa dilihat dari Tabel VI.

 Gambar 5. Grafik hubungan minyak jarak terhadap kekerasan lipstik

(51)

Gambar 6. Grafik hubungan lanolin terhadap kekerasan lipstik

Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa peningkatan jumlah minyak jarak mampu menurunkan kekerasan lipstik pada lanolin baik level rendah maupun lanolin level tinggi. Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa peningkatan jumlah lanolin mampu menaikkan kekerasan lipstik pada minyak jarak level rendah maupun minyak jarak level tinggi.

Berdasarkan contour plot pada Gambar 7, semakin tinggi lanolin yang digunakan maka semakin tinggi kekerasan yang didapat. Semakin tinggi minyak jarak yang digunakan maka semakin rendah kekerasan lipstik yang didapatkan.

Daerah contour plot yang berwarna bitu menunjukkan kekerasan lipstik dengan nilai rendah, sedangkan daerah yang berwarna merah menunjukkan kekerasan lipstik dengan nilai yang tinggi.

 

(52)

 Gambar 7. Contour Plot respon kekerasan lipstik dengan pewarna ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L)

Validasi dilakukan untuk mengkonfirmasi bahwa metode yang digunakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Pada penelitian ini, dilakukan validasi dengan mengambil satu titik pada daerah optimum dari grafik contour plot.

Diambil titik dengan komposisi minyak jarak 3,519 gram dan lanolin 3,697 gram.

Dari titik yang diambil tersebut, nilai kekerasan yang diharapkan adalah 167 detik.

Tabel VIII. Hasil validasi Contour Plot

Perhitungan Teoritis Hasil Validasi Rata-rata p-value Kekerasan

(detik)

167,497 158 150,33 0,0788

152 141

Hasil validasi yang didapatkan yaitu nilai kekerasan rata-rata sebesar 150,33 detik. Nilai p-value yang didapat, yaitu sebesar 0,0788 (>0,05) memiliki arti bahwa hasil yang didapatkan mendekati hasil teoritis dan valid.

(53)

37  

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Penggunaan minyak jarak dan lanolin berpengaruh signifikan terhadap kekerasan lipstik dengan pewarna ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.). Minyak jarak menurunkan kekerasan lipstik dengan nilai efek - 30,33 dan lanolin meningkatkan kekerasan lipstik dengan nilai efek 60,66. Pada pergeseran kekerasan lipstik, hanya lanolin dengan level tinggi yang memiliki perbedaan signifikan yaitu dengan nilai p-value 0,000394 pada formula ab.

B. Saran

1. Perlu dilakukan uji kestabilan fisik lipstik lain yang dilakukan selama penyimpanan, meliputi : uji kestabilan warna lipstik terhadap suhu, uji kestabilan pH dan uji titik leleh.

2. Hasil dari penelitian ini masih perlu dilakukan uji iritasi untuk memberi jaminan keamanan penggunaan lipstik dengan pewarna ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.).

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Adliani, N., Nazliniwaty, dan Purba, D., 2012, Formulasi Lipstik Menggunakan Zat Warna dari Ekstrak Bunga Kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm.), Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 1(2): 87-94.

Armstrong, N.A., dan James, K.C., 1996, Pharmaceutical Experimental Design and Interpretation, Taylor & Francis, United Kingdom, hal. 131-135.

Ash, M., dan Ash, I., 2004, Handbook of Presevatives, Synapse Information Recources, Inc., USA, hal. 165.

Astuti, R., Meikawati, W., dan Sumarginingsih, S., 2010, Penggunaan Zat Warna

“Rhodamin B” pada Terasi berdasarkan Pengetahuan dan Sikap Produsen Terasi di Desa Bonang Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang, Penggunaan Zat Warna “Rhodamin B” Pada Terasi, 6(2), 21-29.

Barel, A.O., Paye, M., dan Maibach, H.I., 2001, Handbook of Cosmetic Science and Technology, Marcel Dekker, Inc., New York, hal. 670, 671, 680.

Balsam, M.S., 1972, Cosmetic Science and Technology, Second Edition, Jhon Willy and Son, Inc., London, hal. 64.

Bennett, H., 1944, Commercial Waxes, Natural and Synthetic, including Properties, Uses, Methods of Handling and Formulas for Making Commercial Wax Compositions, Chemical Publishing Co. Inc., California, hal. 269.

Bolton S., dan Bon C., 2010, Pharmaceutical Statistics: Practical and Clinical Applications, Fifth Edition, Taylor and Francis Group, USA, hal. 222, 223.

Bruch, J.M., Treister, N.S., 2009, Clinical Oral Medicine and Pathology, Humana Press, London, hal. 2.

Chooi, O.H., 2004, Buah: Khasiat Makanan dan Ubatan, Kuala Lumpur, hal. 102.

Chaovanalikit, A., et al., 2012, Anthocyanin and Total Phenolics Content of Mangosteen and Effect of Processing on the Quality of Mangosteen Products, International Food Research Journal, 19 (3): 1047-1053.

Dalimartha, S., 2008, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 5, Pustaka Bunda, Grup Puspa Swara, Jakarta, hal. 52.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985, Formularium Kosmetika Indonesia, Dirjen POM, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010, Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia, Dirjen POM, Jakarta, hal 66-67.

Dewi, I.D.A.D.Y., Astuti, K.W., Warditiani, N.K., 2013, Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 95% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.), Jurnal Farmasi Udayana, 2(4), 1-7.

Direktorat Jendaral Pengawasan Obat dan Makanan, 2008, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Draelos, Z.D., 2011, Cosmetics and Dermatologic Problems and Solutions, Third Edition, Taylor and Francis Group, US, hal. 68.

Farida, R.,dan Nisa, F.C., 2015, Ekstraksi Antosianin Limbah Kulit Manggis Metode Microwave Assisted Extraction (Lama Ekstraksi Dan Rasio Bahan : Pelarut), Jurnal Pangan dan Agroindustri, 3(2), 362-373.

(55)

Firdaus, D., 2011, Manggis (Garcinia mangostana L), http://jabar.litbang.per- tanian.go.id/ind/index.php/info-teknologi/14-alsin/64-manggis-garcinia- mangostana-l- , diakses tanggal 8 Maret 2016.

Freund, M., Csikos, R., Keszthelyi, S., dan Mozes, G.Y., 1982, Paraffin Products Properties, Technologies, Apllications, Elsevier Scientific Publishing Company, Amsterdam, hal. 267.

Hariana, A., 2013, 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Penebar Swadaya, Jakarta, hal. 229.

Iswari, K., dan Hasyim, A., 2008, Manggis Kaya Amtioksidan, Iptek Hortikultura, 4, 44-47.

ITIS Report, 2016, Garcinia mangostana L., Taxonomic Serial No.: 21484, http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&sea rch_value=21484# , diakses 6 Februari 2016.

Jellinek, J.S., 1970, Formulation and Functions of Cosmetics, John Willey and Sons, Inc., USA, hal.113-114.

Jordheim, M., 2007, Isolation, Identification and Properties of Pyranoanthocyanins and Anthocyanin Forms, Department of Chemistry, University of Bergen, hal. 71.

Knowlton, J., dan Pearce, S., 1993, Handbook of Cosmetic Science and Technology, First Edition, Elsevier, UK, hal. 149, 150.

Mercardo, C. G., 1991, Lipstick Formulation and Method, US Patent, No.

4.996.044, hal.3.

Milton, J., 2004, Vanity, Vitality, and Virility: The Science Behind the Products You Love to Buy, Oxford University Press, UK, hal. 2.

Misbachudin, M.C., Rondonuwu, F.S., dan Sutresno, A., 2014, Pengaruh pH Larutan Antosianin Strawberry dalam Prototipe Dye Sensitized Solar Cell (DSSC), Jurnal Fisika Dan Aplikasinya, 10 (2), 57-62.

Mitsui, T., 1997, New Cosmetic Science, Elsevier, Netherlands, hal. 386.

Mukhriani, 2014, Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, Dan Identifikasi Senyawa Aktif, Jurnal Kesehatan, 7(2), 361-367.

NIIR Board of Consultants & Engineers, 2011, The Complete Technology Boon on Wax and Polishes, Asia Pasific Business Press, New Delhi, hal.126.

Paramawati, R., 2010, Dahsyatnya Manggis untuk Menumpas Penyakit, PT Agro Media Pustaka, Jakarta, hal. 56-58.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Pharmaceutical Press, London, hal. 1, 126, 127, 283, 379, 380, 441, 550.

Smolinske, S.C., 1992, Handbook of Food, Drug, and Cosmetic Excipients, Micromedex, Inc., Colordo, hal. 225.

Supiyanti, W., Wulansari, E.D., Kusmita, L., 2010, Uji Aktivitas Antioksidan dan Penentuan Kandungan Antosianin Total Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L), Majalah Obat Tradisional, 15(2), 64 – 70.

Tranggono, R.I., dan Latifah,, F., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 35-43.

Wibowo, D.S., 2005, Anatomi Tubuh Manusia, Grasindo, Jakarta, hal. 165.

Gambar

Gambar 1. Garcinia mangostana L. .......................................................................
Gambar 1. Garcinia mangostana L. (Firdaus,2011)  1.  Taksonomi Tumbuhan  Kingdom  Plantae  Subkingdom    Viridiplantae  Divisi    Tracheophyta  Subdivisi  Spermatophytina  Kelas    Magnoliopsida  Ordo    Malpighiales  Famili    Clusiaceae  Genus    Garcini
Gambar 2. Struktur dasar antosianin  (Misbachudin, Rondonuwu, dan Sutresno, 2014)
Gambar 3. Asam risinoleat (Smolinske, 1992)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ruang lingkup dalam pengelolaan arsip dinamis aktif dan inaktif Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan mencakup ketentuan umum,

Pada penelitian ini, metode pembuatan yang akan dilakukan yaitu dengan mengurangi jumlah semen yang dipakai dalam komposisi beton, ditentukan dengan menambahkan persentase fly ash dan

Rakyat Banten tetap setia mendukung di dalam barisan Syaikh Yusuf, karena Sultan Haji telah menjalin kerjasama dengan Belanda dan ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa, telah

K3 bagi seluruh personi, Perbaikan dan pengembangan serta pemantauan terhadap pelaksanaan prosedur-prosedur K3, Melaksanakan semua prosedur kesehatan dan keselamatan

Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan agar terhindar dari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan setelah istirahat (Tarwaka &amp;

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan udem sekunder: volume

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek tween 80, span 80 dan interaksi keduanya yang dominan dalam menentukan sifat fisik dan kestabilan sediaan emulgel serta

Return on investment (ROI) itu sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan