SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA KABUPATEN BATU BARA PROVINSI SUMATERA UTARA
OLEH ISA RAMADHAN
160501069
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2020
i ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA KABUPATEN BATU BARA PROVINSI SUMATERA UTARA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh upah minimum kabupaten/kota, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan dan jenis kelamin pada produktivitas tenaga kerja di Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara pada periode 2010-2019.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan data berjumlah 10 tahun dari 2010-2019 di Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) Batu Bara, dengan metode analisis yang digunakan adalah melalui model Ordinary Least Square (OLS).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel upah minimum kabupaten/kota, tingkat kesehatan dan jenis kelamin mempengaruhi produktivitas tenaga kerja baik secara simultan maupun secara parsial.
Kata Kunci: Produktivitas Tenaga Kerja, Upah Minimum Kota, Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesehatan, Jenis Kelamin.
ii ABSTRACT
FACTORS AFFECTING LABOR PRODUCTIVITY IN BATU BARA DISTRICT NORTH SUMATERA PROVINCE
This study aims to determine the effect of district / city minimum wages, education level, health level and sex on labor productivity in Batu Bara Regency, North Sumatra Province in the 2010-2019 period.
This type of research is a descriptive study with a quantitative approach.
This study used 10 years of data from 2010-2019 in Batu Bara Regency, North Sumatra Province. This study uses secondary data from the Central Bureau of Statistics (BPS) Coal, with the analytical method used is the Ordinary Least Square (OLS) model.
The results of this study indicate that the district / city minimum wage variables, health level and sex affect labor productivity either simultaneously or partially.
Keywords: Labor Productivity, City Minimum Wage, Education Level, Health Level, Gender.a
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga peneliti telah mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara”. Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, terutama kepada kedua orangtua yang tersayang Ayahanda Marwan Isa Zubaidi dan Ibunda Lie Chu yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan selama proses perkuliahan dan pengerjaan skripsi ini.
Proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya, yaitu kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP., selaku Ketua Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, Sekaligus menjadi Dosen Pembanding Skripsi I saya.
3. Ibu Inggrita Gusti Sari Nst, SE, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. M. Syafii, SE., S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan kepada peneliti mulai dari awal hingga selesainya skripsi ini.
5. Bapak Haroni Doli Hamoraon, SE., M.Si., selaku Dosen Pembanding Skripsi II yang telah membantu peneliti melalui saran dan kritik.
6. Kedua Saudara Kandung, Fathiyah dan Nabilah sebagai keluarga yang tidak pernah hentinya memberikan dukungan doa untuk peneliti.
7. Fairuz Zahira, Glena, Ayu, Tania, Fattah, Zizi, Ridwan yang tidak lelah untuk memberi masukan kepada peneliti.
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, sangat baik jika ada kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Medan, 10 Februari 2021 Peneliti
Isa Ramadhan NIM 160501069
iv DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis ... 11
2.1.1 Produktivitas Tenaga Kerja ... 11
2.1.1.1 Pengertian Produktivitas Tenaga Kerja ... 11
2.1.1.2 Pengukuran Produktivitas ... 14
2.1.1.3 Faktor yang mempengaruhi Produktivitas 16 2.1.2 Upah ... 20
2.1.2.1 Pengertian Upah ... 20
2.1.2.2 Fungsi Upah ... 21
2.1.2.3 Jenis Upah ... 22
2.1.2.4 Prinsip dan Tujuan Upah ... 24
2.1.2.5 Upah Minimum ... 25
2.1.3 Pendidikan ... 29
2.1.3.1 Pengertian Pendidikan ... 29
2.1.3.2 Tujuan dan Proses Pendidikan ... 32
2.1.4 Kesehatan ... 33
2.1.4.1 Jenis-Jenis Kesehatan Menurut Sifatnya . 34 2.1.5 Jenis Kelamin ... 36
2.1.5.1 Rasio Perbandingan Jenis Kelamin ... 37
2.2 Penelitian Terdahulu ... 38
2.3 Kerangka Konseptual Penelitian ... 40
2.4 Hipotesis Penelitian ... 42
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 43
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 43
3.3 Batasan Operasional ... 43
3.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 44
v
3.5 Jenis dan Sumber Data ... 44
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 45
3.7 Definisi Operasional Variabel ... 46
3.7.1 Variabel Dependen ... 46
3.7.2 Variabel Independen... 46
3.8 Analisis Data ... 47
3.8.1 Analisis Statistik Kuantitatif ... 47
3.8.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 48
3.9 Uji Asumsi Klasik ... 48
3.9.1 Uji Normalitas ... 49
3.9.2 Uji Multikolinieritas ... 49
3.9.3 Uji Autokorelasi ... 50
3.9.4 Uji Heterokedasititas ... 51
3.10 Analisis Regresi ... 51
3.11 Pengujian Hipotesis ... 52
3.11.1 Uji Parsial (t-Test) ... 52
3.11.2 Uji Simultan (F-test) ... 53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 54
4.1.1 Letak Geografis ... 54
4.1.2 Kependudukan ... 54
4.2 Data Upah Minimum Kabupaten ... 55
4.3 Data Pendidikan ... 57
4.4 Data Kesehatan... 58
4.5 Data Jenis Kelamin ... 60
4.6 Data Produktivitas Tenaga Kerja ... 61
4.7 Analisis Data ... 63
4.8 Hasil Analasis Data ... 63
4.8.1 Analisis Statistik Kuantatif ... 63
4.8.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 63
4.9 Uji Asumsi Klasik ... 67
4.9.1 Hasil Uji Normalitas ... 67
4.9.2 Hasil Uji Multikolinieritas ... 69
4.9.3 Hasil Uji AutoKorelasi ... 70
4.9.4 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 72
4.10 Analisis Regresi ... 72
4.11 Pengujian Hipotesis ... 75
4.11.1 Hasil Uji T ... 76
4.11.2 Hasil Uji F ... 77
4.12 Analisis Pembahasan ... 78
4.12.1 Pengaruh UMK terhadap Produktivitas Tenaga Kerja ... 78
4.12.2 Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Produktivitas Tenaga Kerja ... 79
vi
4.12.3 Pengaruh Tingkat Kesehatan terhadap Produktivitas ... 80 4.12.4 Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Produktivitas
Tenaga Kerja ... 80 4.12.5 Pengaruh UMK, Tingkat Pendidikan, dan Jenis
Kelamin terhadap Produktivitas Tenaga Kerja ... 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 82 5.2 Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA ... 85 LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman 1.1 Data Bidang Pekerjaan Masyarakat Kab Batu Bara
2010-2019 ...
... 4
1.2 Grafik Produktivitas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara ... ... 5
2.1 Kerangka Konseptual ... ... 40
4.1 Upah Minimum Kab. Batu Bara ... 56
4.2 Rata-rata Lama Sekolah Kab. Batu Bara ... 58
4.3 Angka Harapan Hidup... 59
4.4 Jenis Kelamin Pekerja Kab. Batu Bara ... 61
4.5 Produktivitas Tenaga Kerja Kab. Batu Bara ... 62
4.6 Grafik Data seluruh Variabel ... 67
4.7 Hasil Uji Normalitas dengan Jarque Bera ... 68
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1 Banyak penduduk di Kabupaten Batu Bara ... 3
1.2 Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja di Kabupaten Batu Bara ... 5
2.1 Penelitian Terdahulu ... 38
4.1 Banyak penduduk di Kabupaten Batu Bara Tahun 2010-2019 ... 55
4.2 Upah Minimum di Kabupaten Batu Bara 2010-2019 ... 56
4.3 Tenaga Kerja Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan di Kab. Batu Bara 2010-2019 ... 57
4.4 Angka Harapan Hidup di Kab. Batu Bara ... 59
4.5 Tenaga Kerja Menurut perbedaan Jenis Kelamin di Kab. Batu Bara 2010-2019 ... 60
4.6 Tingkat Produktivitas Tenaga kerja di Kabupaten Batu Bara 2010-2019 ... 61
4.7 Statistik Deskriptif dari Produktivitas Tenaga Kerja, Tingkat Upah, Rata-rata Lama Sekolah pekerja, Angka Harapan Hidup dan Jenis Kelamin Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara tahun 2010-2019 ... 64
4.8 Hasil Uji Multikolinieritas Dengan Variance Inflation Factors (VIF) ... 70
4.9 Hasil Uji Autokorelasi... 71
4.10 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 72
4.11 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 73
4.12 Hasil Uji T ... 76
4.13 Hasil Uji F ... 78
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Usaha memperbaiki kehidupan masyarakat agar lebih sejahtera sangat diharapkan terjadi dan dijadikan sebagai fokus dasar pembangunan ekonomi dalam suatu daerah. Pengentasan kemiskinan, menekan laju pengangguran, dan penyediaan lapangan pekerjaan yang memadai merupakan tugas mendesak yang hendak dikerjakan kearah itu. Menurut Herbinson (Todaro, 2003) Peningkatan pemanfaatan peran manusia dalam kegiatan pembangunan mutlak diperlukan mengingat bahwa sumber daya manusialah sebagai motor penggerak pembangunan ekonomi dan sekaligus menjadi pemanfaat dari kegiatan pembangunan yang dilakukan. Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat (Arsyad, 2003). Oleh karena itu, pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia dan masyarakat yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Pembangunan ekonomi suatu daerah atau suatu negara pada dasarnya merupakan interaksi dari berbagai kelompok variabel antara lain sumber daya manusia, sumber daya alam, modal, teknologi dan lain-lain. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi tidak lepas dari peran manusia dalam mengelolanya.
Dimana manusia merupakan tenaga kerja, input pembangunan, juga merupakan konsumen hasil pembangunan itu sendiri. Ketenagakerjaan merupakan aspek yang
amat mendasar dalam kehidupan manusia karena mencakup dimensi sosial dan ekonomi. Salah satu tujuan penting dalam pembangunan ekonomi adalah penyediaan lapangan kerja yang cukup untuk mengejar pertumbuhan angkatan kerja, yang pertumbuhannya lebih cepat dari pertumbuhan kesempatan kerja.
Masalah kesempatan kerja merupakan masalah penting dalam makro ekonomi karena tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi selain modal dan teknologi. Di Indonesia sendiri, dimana jumlah penduduk mencapai 220 juta orang, mempunyai sumber daya manusia yang sangat besar sekali untuk didayagunakan. Jumlah penduduk yang besar ini akan menjadi potensi atau modal bagi pembangunan ekonomi karena menyediakan tenaga kerja berlimpah sehingga mampu menciptakan nilai tambah bagi produksi nasional jika kualitasnya bagus.
Namun, akan menjadi beban apabila kualitasnya rendah karena memiliki kemampuan dan produktivitas yang terbatas dalam menghasilkan produksi untuk kebutuhan pangan, sandang dan papan. Kondisi tingginya jumlah penduduk tetapi memiliki kemampuan yang rendah inilah yang menjadi masalah ketenagakerjaan di Indonesia selama ini (Tambunan, 2012). Kabupaten Batu Bara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki jumlah penduduk tinggi, sehingga angkatan kerja tergolong tinggi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1
Tabel 1.1
Banyak penduduk di Kabupaten Batu Bara tahun 2010-2019
Tahun
Jumlah penduduk
Jumlah Jiwa LPP (%)
2010 375,885 0.525
2011 379,400 0.935
2012 381,023 0.427
2013 382,960 0.508
2014 396,479 3.53
2015 400,803 1.09
2016 404,988 1.04
2017 409,091 1.013
2018 412,992 0.953
2019 424,948 2.894
Sumber:Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, diolah (2010-2019)
Tabel 1.1 diatas merupakan tabel banyaknya penduduk di Kabupaten Batu Bara tahun 2010-2019. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dalam kurun waktu tahun 2010-2019, jumlah penduduk Kabupaten Batu Baraselalu meningkat setiap tahunnya. jika dilihat dari kolom lajupertumbuhan penduduk (LPP) yang tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 3.53% yang dimana jumlah jiwa saat itu berjumlah 396,479. Hal ini dikarenakan banyak nya pernikahan pada usia dini yang terjadi di kabupaten Batu Bara sehingga terjadi kenaikan angka kelahiran
yang juga berpengaruh terhadap meningkatnya jumlah penduduk di Kabupaten Batu Bara.
Dengan jumlah penduduk yang terus bertambah berarti jumlah angkatan kerjabertambah sehingga tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di Kabupaten Batu Bara juga bertambah. Berikut data bidang pekerjaan para pekerja di Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara.
Gambar 1.1
Data Bidang Pekerjaan Masyarakat Kab Batu Bara 2010-2019
Sumber:Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, diolah (2010-2019)
Data diatas menjelaskan bahwa penduduk Kabupaten Batu Bara paling banyak berprofesi sebagai buruh kasar, yang dimana kurva bidang pertanian dan perikanan memiliki partisipasi yang paling tinggi jika dijumlahkan tiap tahunnya, memimpin dengan partisipasi tertinggi di tahun 2010 yang berjumlah 79.328 jiwa, dan partisipasi terendah berada pada tahun 2011 di bidang manufaktur yang berjumlah 13.325 jiwa. Banyak nya buruh kasar yang bekerja pada bidang perikanan dan pertanian disebabkan wilayah kabupaten batubara yang secara garis
0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000 90,000
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Data Bidang Pekerjaan
pertanian, perikanan manufaktur jasa
besar sumber daya alam nya berasal dari pantai, pertanian, perkebunan dan perikanan.
Produktivitas secara sederhana dapat diartikan dengan peningkatan kuantitas dan kualitas, bisa juga diartikan bekerja secara efektif dan efisien.
Produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang dipergunakan. Jadi, produktivitas itu sendiri merupakan gambaran kemampuan pekerja dalam menghasilkan output.
Semakin tinggi output yang dihasilkan oleh seorang pekerja, menunjukkan semakin tinggi tingkat produktivitas pekerja tersebut. Berikut disajikan tabel 1.2 yang akan menunjukkan tingkat produktivitas tenaga kerja di Kabupaten Batu Bara.
Tabel 1.2
Tingkat Produktivitas Tenaga kerja di Kabupaten Batu Bara (Rupiah) Tahun PDRB Harga
Konstan 2010 (Rp.000)
Tenaga Kerja (yang bekerja)
Produktivitas Tenaga Kerja
Pertumbuhan (%)
2010 16,121,040 161,890 9,958,020 -
2011 16,946,460 176,737 9,588,518 -3.71
2012 17,916,360 150,574 11,898,707 24.09
2013 18,673,420 141,508 13,196,017 10.9
2014 19,457,830 141,156 13,784,628 4.46
2015 20,264,820 145,679 13,910,597 0.91
2016 21,165,040 145,679 14,528,545 4.44
2017 22,034,260 173,962 12,666,133 -12.81 2018 22,998,600 184,429 12,470,164 -1.54 2019 23,998,590 172,047 13,948,856 11.85
Sumber:Badan Pusat Statistik Sumatera Utara
Gambar 1.2
Grafik Produktivitas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara
Sumber:Badan Pusat Statistik Sumatera Utara
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa produktivitas tenaga kerja pada kabupaten Batu Bara mengalami fluktuasi dengan pola yang tidak tetap. periode tahun 2010-2011 dan 2016-2018 mengalami penurunan produktivitas tenaga kerja. Pertumbuhan tertinggi dicapai pada periode 2011-2012 sebesar 24.09% dan pertumbuhan terendah pada periode 2016-2018 dengan total sebesar 14.36%.
Pertumbuhan tinggi di tahun 2011-2012 disebabkan sangat berkurangnya jumlah tenaga kerja yang bekerja, sementara PDRB justru mengalami peningkatan.
Sebaliknya terjadi nya peningkatan jumlah tenaga kerja yang tinggi serta diikuti kenaikan PDRB yang tidak signifikan, menyebabkan periode 2016-2018 menjadi pertumbuhan paling rendah di 10 tahun terakhir.
Rumus perhitungan produktivitas tenaga kerja adalah sebagai berikut :
Untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja, dibutuhkan penghargaan serta pengakuan keberadaan para tenaga kerja tersebut. Penghargaan dan pengakuan keberadaan yang dimaksud dapat berupa uang atau upah. Sukirno
0 50 100 150 200
2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9
PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA (RIBU)
Produktivitas Tenaga Kerja (Ribu)
(2003) dalam Sulaeman (2014) menyebutkan bahwa upah dalam teori ekonomi diartikan sebagai pembayaran yang diperoleh berbagai bentuk jasa yang disediakan dan diberikan oleh tenaga kerja kepada para pengusaha. Maka upah dapat diartikan sebagai balas jasa yang diterima tenaga kerja setelah melakukan suatu pekerjaan. Upah merupakan salah satu komponen biaya produksi yang dilihat dapat mengurangi tingkat laba yang dihasilkan, perusahaan berusaaha untuk menekan upah tersebut sampai pada tingkat yang paling minimum, sehingga laba perusahaan dapat ditingkatkan.
Selain dari Upah, faktor pendidikan juga mempunyai pengaruh yang positif terhadap produktivitas. Todaro (2006) mengatakan pendidikan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar. Pendidikan adalah hal pokok untuk menggapai kehidupan yang memuaskan dan berharga. Pendidikan merupakan hal yang fundamental untuk membentuk kemampuan manusia yang lebih luas yang berada pada inti makna pembangunan. Tercapainya tujuan pembangunan bidang pendidikan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas penduduk, di mana pertumbuhan produktivitas penduduk tersebut merupakan motor penggerak pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan penduduk itu sendiri.
Devitasari (2010) juga mengatakan bahwa pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja, karena peningkatan produktivitas tenaga kerja yang bertumpu pada pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja manusia dan untuk meningkatkan taraf hidup manusianya. Indikator tingkat pendidikan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah pekerja menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan.
Tetapi Todaro dan Smith (2006) mengatakan meskipun pendidikan merupakan kunci utama dalam pembangunan, tetapi sebenarnya kesehatan yang lebih baik akan dapat meningkatkan pengembalian investasi dibidang pendidikan.
Hal ini disebabkan karena individu yang sehat bisa menggunakan dan memanfaatkan pendidikan secara produktif sektor pendidikan juga merupakan salah satu investasi yang memiliki peran penting dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Tetapi, perbaikan gizi dan kesehatan juga sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kerja. Oleh sebab itu investasi yang dilaksakan untuk perbaikan gizi dan kesehatan dapat dipandang sebagai salah satu aspek human capital.
Hal lain yang tidak kalah penting dalam peningkatan produktivitas para pekerja adalah jenis kelamin tenaga kerja. Jenis kelamin dapat menunjukkan tingkat produktivitas seseorang. Secara universal, tingkat produktivitas laki-laki lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dimiliki oleh perempuan seperti fisik yang kurang kuat, dalam bekerja cenderung menggunakan perasaan atau faktor biologis.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah diperlukan sebagai cara untuk mengambil keputusan dari akhir penulisan proposal skripsi ini. Maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan proposal skripsi ini adalah :
1. Apakah upah minimum kabupaten/kota berpengaruh terhadap tingkat produktivitas tenaga kerja di Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara?
2. Apakah tingkat pendidikan berpengaruh terhadap tingkat produktivitas tenaga kerja di Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara?
3. Apakah tingkat kesehatan berpengaruh terhadap tingkat produktivitas tenaga kerja di Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara?
4. Apakah Jenis Kelamin berpengaruh terhadap tingkat Produktivitas Tenaga Kerja di Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara?
5. Apakah upah, tingkat pendidikan, Tingkat Kesehatan dan jenis kelamin berpengaruh terhadap tingkat produktivitas tenaga kerja di Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh upah minimum Kabupaten terhadap produktivitas tenaga kerja di Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan terhadap produktivitas tenaga kerja di Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh tingkat kesehatan terhadap produktivitas tenaga kerja di Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh jenis kelamin terhadap produktivitas tenaga kerja di Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara.
5. Untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh upah, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan dan jenis kelamin secara simultan terhadap produktivitas tenaga kerja di Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, terutama bagi mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.
2. Sebagai masukan dan bahan kajian bagi pemerintah dalam pembuatan kebijakan dalam mengatasi masalah produktivitas ketenagakerjaan.
11 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori
2.1.1 Produktivitas Tenaga Kerja
2.1.1.1 Pengertian Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas berasal dari bahasa inggris "Product" yaitu hasil, dan
“production” yaitu kegiatan atau proses memproduksi sesuatu. Selanjutnya,
"Productive" yang berarti menghasilkan, dan “Productivity” yaitu kemampuan menghasilkan sesuatu. Perkataan itu dipergunakan dalam bahasa Indonesia menjadi produktivitas (Ndraha, 1997). Ndraha (1997) memberikan pengertian produktivitas adalah suatu hubungan antara masukan-masukan (input) dengan keluaran-keluaran (output) suatu produksi. Sedangkan Umar (1999), mengartikan produktivitas adalah sebuah konsep yang menggambarkan hubungan antara hasil (jumlah barang dan jasa) yang diproduksikan dengan sumber daya yang dipakai (jumlah tenaga kerja, modal, tanah, energi dan sebagainya) yang dipakai untuk menghasilkan produk tersebut.Menurut Arfida (2003), Produktivitas mengandung pengertianfilosofis, definisi kerja, dan operasional. Secara filosofis produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan hari ini lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baikdari hari ini.
1. Secara definisi kerja, produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan.
2. Peningkatan produktivitas dapat dilihat dalam empat bentuk yaitu :
1. Jumlah produksi yang sama dapat diperoleh dengan menggunakansumber daya yang lebih sedikit.
2. Jumlah produksi yang lebih besar diperoleh dengan menggunakansumber daya yang lebih sedikit.
3. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan menggunakan sumber daya yang relatif sama.
4. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang lebih kecil. Menurut Hasibuan (2003) “produktivitas kerja adalah perbandingan antara output dengan input dimana output harus mempunyai nilai tambah dan teknik pengerjaannya yang lebih baik“.
Sritomo Wignjosoebroto (2003), mengatakan bahwa “Produktivitas dari tenaga kerja ditunjukan sebagai rasio dari jumlah keluaran yang dihasilkan per total tenaga kerja yang jam manusia (man hours), yaitu jam kerja dipakai untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut”. Oleh karena itu produktivitassering diartikan sebagai rasio antara keluaran dan masukan dalam satuan waktu tertentu.
Produktivitas pada dasarnya merupakan efektivitas faktor input dalam menghasilkan output. Banyak pengukuran produktivitas yang diketahui, produktivitas lahan, tenaga kerja, modal, dan lain-lain. Produktivitas faktor produksi yang selalu dipakai dalam proses produksi. Namun demikian ada satu pengukuran produktivitas yang sangat menarik untuk diperhatikan. Produktivitas dapat digambarkan dalam dua pengertian yaitu secara teknis dan finansial.
Pengertian produktivitas secara teknis adalah pengefesiensian produksi terutama dalam pemakaian ilmu dan teknologi. Sedangkan pengertian produktivitas secara finansial adalah pengukuran produktivitas atas output dan input yang telah dikuantifikasi.
Dalam doktrin konferensi Oslo dikutip dari bukunya, Handoko (1994) mencantumkan definisi umum mengenai produktivitas.Produktivitas adalah suatu konsep yang bersifat universal yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak manusia dengan menggunakan sumber- sumber riil yang semakin sedikit. Menurut Siagian (1996) berpendapat bahwa
“produktivitas adalah kemampuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar- besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan “output”
yang optimal bahkan kaluamungkin maksimal”.
Menurut seorang filsuf berkebangsaan Skotlandia, Adam Smith (lahir di Kirkcaldy, Skotlandia, 5 Juni 1723) berpendapat, untukberlakunya perkembangan ekonomi diperlukan adanya spesialisasi atau pembagian kerja agar produktivitas tenaga kerja bertambah. Pembagian kerja harus ada akumulasi kapital terlebih dahulu yang berasal dari dari dana tabungan, juga menitik beratkan pada Luas Pasar. Pasar harus seluas mungkin agar dapat menampung hasil produksi, sehingga perdagangan internasional menarik perhatian. pasar terdiri pasar luar negeri dan pasar dalam negeri. Sekali pertumbuhan itu mulai maka ia akan bersifat kumulatif artinya bila ada pasar yang dan ada akumulasi kapital, pembagian kerja akan terjadi dan akan menaikkan tingkat produktivitas tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja di dasarkan dari permintaan produsen terhadap
input tenaga kerja sebagai salah satu input dalam proses produksi. Produsen mempekerjakan seseorang dalam rangka membantu memproduksi barang atau jasa untuk dijual kepada konsumen. Apabila permintaan konsumen terhadap barang atau jasa yang diproduksi meningkat, maka pengusaha terdorong untuk meningkatkan produksinya melalui penambahan input, termasuk input tenaga kerja, selama manfaat dari penambahan produksi tersebut lebih tinggi dari tambahan biaya karena penambahan input. Dengan kata lain, peningkatan permintaan tenaga kerja oleh produsen, tergantung dari peningkatan permintaan barang dan jasa oleh konsumen. Dengan demikian permintaan tenaga kerja merupakan permintaan turunan dari permintaan output (McConnell,1995; Ruby, 2003).
2.1.1.2 Pengukuran Produktivitas
Pengukuran produktivitas berfungsi untuk mengetahui dan membandingkan efisiensi produksi perusahaan dari tahun ke tahun. Seperti dikemukakan oleh Muchdarsyah Sinungan (2008) bahwa “Produktivitas secara umum berarti perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan historis”. Dengan menggunakan sumber daya yang sama pelaksanaan produktivitas akan neningkat atau sama, pertambahan sumber daya yang relatif kecil akan meningkatkan produksi atau tidak. Pengukuranseperti ini menunjukkan pencapaian yang relatif, perbandingan pelaksanaansekarang dengan target.
Secara umum ada dua jenis pengukuran produktivitas, yaitu:
1. Produktivitas total (Multiple factor produktivity)Produktivitas dari berbagai faktor penyuaun dapat diukur dari faktor penyusunnya,
seperti tanah, modal, teknologi, tenaga kerja dan bahan baku.
Produktivitas total secara umum adalah perbandingan antara total output dengan total input, semua input yang digunakan dalam proses produksi. Rumus produktivitas total secara umum menurut Muchdarsyah sinungan (2008) adalah sebagai berikut:
2. Produktivitads parsial (Single factor productivity) Produktivitas yang diukur dari satu faktor. Biasanya yang sering menggunakan produktivitas parsial ini adalah produktivitas tenaga kerja atau produktivitas individu. Rumus produktivitas parsial menurut Sinungan (2008) adalah sebagai berikut:
Selain dikemukakan Muchdarsyah, pengukuran produktivitas parsial juga dikemukakan oleh Vincent Gasperz (2000), Produktivitas parsial (single factor produktivity) merupakan produktivitas salah satu jenis. Misalnya produktivitas parsial yang sering dihitung, yaitu produktivitastenaga kerja”.
Produktivitas tenaga kerja merupakan produktivitas parsial karena hanya salah satu input yang diukur, yaitu smber daya manusia atau tenaga kerja. Dalam penelitian ini input dan output yang digunakan dinyatakan dalam nilai (rupiah) sehingga disebut ukuran produktivitastenaga kerja.
Produktivitas = total output/ total input
Produktivitas parsial = hasil total / masukan parsial
Produktivitas tenaga kerja = output total / biaya tenaga kerja
Dari pengertian pengukuran produktivitas kerja diatas, maka dalam penelitian ini pengukuran produktivitas kerja dihitung dengan melihat kuantitas produk yang dihasilkan tiap karyawan per satuan waktu.
Dalam melakukan pengukuran produktivitas, beberapa pendekatan yang dilakukan dalam membandingkan tingkat hasil pengukuran produktivitas dapat dibedakan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Membandingkan unit kerja periode yang diukur dengan unit kerja periode dasar.
2. Membandingkan unit kerja suatu organisasi dengan unit organisasi yang lain.
3. Membandingkan unit kerja yang sebenarnya dengan target yang telahditetapkan.
2.1.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
Banyaknya faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja, baik yang berhubungan tenaga kerja maupun yang berhubungan dengan lingkungan perusahaan dan kebijaksanaan pemerintah secara keseluruhan. Menurut balai pengembangan produktivitas daerah yang dikutip olehSoedarmayanti bahwa ada enam faktor utama yang menentukanproduktivitas tenaga kerja, adalah :
1. Sikap kerja, seperti : kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work) dapat menerima tambahan tugas dan bekerja dalam suatu tim.
2. Tingkat keterampilan yang ditentukan oleh pendidikan latihan dalam manajemen supervise serta keterampilan dalam tehnik industri.
3. Hubungan tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam usaha bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas melalui lingkaran pengawasan mutu(Quality control circles).
4. Manajemen produktivitas, yaitu : manajemen yang efesien mengenai sumber dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas.
5. Efesiensi tenaga kerja, seperti : perencanaan tenaga kerja dan tambahantugas.
6. Kewiraswastaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam berusaha, dan berada dalam jalur yang benar dalam berusaha.
Disamping hal tersebut terdapat pula berbagai faktor yangmempengaruhi produktivitas kerja, diantaranya adalah :
1. Sikap mental, berupa: Motivasi kerja, disiplin kerja dan etika kerja.
2. Pendidikan; Pada umumnya orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas terutama penghayatan akan arti pentingya produktivitas dapat mendorong pegawai yangbersangkutan melakukan tindakan yang produktif.
3. Keterampilan; Pada aspek tertentu apabila pegawai semakin terampil, maka akan lebih mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik. Pegawai akan lebih menjadi terampil apabila mempunyai kecakapan (Ability) dan pengalaman (Experience) yang cukup.
4. Manajemen; Pengertian manajemen ini berkaitan dengan sistem yangdikaitkan oleh pimpinan untuk mengelola ataupun memimpin serta mengendalikan staf/bawahannya. Apabila manajemennya tepat akanmenimbulkan semangat yang lebih tinggi sehingga dapat mendorongpegawai untuk melakukan tindakan yang produktif.
5. Hubungan industrial pancasila; Dengan penerapan hubungan industrialpancasila, maka akan :
a. Menciptakan ketenangan kerja dan memberikan motivasi kerjasecara produktif sehingga produktifitas meningkat.
b. Menciptakan hubungan kerja yang serasi dinamis sehingga menumbuhkan partisipasi dalam usaha meningkatkan produktivitas.
c. Menciptakan harkat dan martabat pegawai sehingga mendorong diwujudkannya jiwa yang berdedikasi dalam upaya peningkatanproduktivitas.
6. Tingkat penghasilan; Apabila tingkat penghasilan memadai maka dapat menimbulkan konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapatdimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas
7. Jaminan sosial; Jaminan sosial yang diberikan oleh suatu organisasi kepada pegawainya dimaksudkan untuk menigkatkan pengabdian dan semangat kerja. Apabila jaminan sosial pegawai mencukupi maka akan dapat menimbulkan kesenangan bekerja.
Sehingga mendorong pemanfaatan kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkanproduktivitas kerja.
8. Lingkungan dan iklim kerja; Lingkungan dan iklim yang kerja yang baik akan mendorong pegawai akan senang bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baikmenuju kearah peningkatan produktivitas.
9. Sarana produksi; Mutu sarana produksi sangat berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas. Apabila sarana produksi yang digunakan tidak baik kadang-kadang dapat menimbulkan pemborosan bahan yangdipakai.
10. Teknologi; Apabila teknologi yang dipakai tepat dan tingkatannya maka akan memungkinkan tepat waktu dalam penyelesaian proses produksi, jumlah produksi yang dihasilkan lebih banyak dan bermutu dan memperkecil terjadinya pemborosan bahan sisa.
Denganmemperhatikan hal termaksud, maka penerapan teknologi dapatmendukung peningkatan produktivitas.
11. Kesempatan berprestasi; Pegawai yang bekerja tentu mengharapkanpeningkatan karir atau pengembangan potensi yang pribadi yang nantinya akan bermanfaat baik bagi dirinya maupun
bagi organisasi. Apabila terbuka kesempatan untuk berprestasi, maka akanmenimbulkan psikologis untuk meningkatkan dedikasi serta pemanfaatan potensi yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitaskerja.
Dari berbagai faktor produktivitas tersebut diatas, maka dapat diperjelas bahwa tiap-tiap faktor adalah saling mempengaruhi peningkatan produktivitas baik secara langsung maupun tidak langsung. Pendidikan membentuk dan menambah pengetahuan seseorang untuk menambahpengetahuan seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan lebih cepat danlebih tepat. Latihan membentuk dan meningkatkan keterampilan kerja. Dengan demikian tingkat produktivitas kerja seseorang pegawai akansemakin tinggi pula.
2.1.2 Upah
2.1.2.1 Pengertian Upah
Sukirno (2005) mengemukakan dalam teori ekonomi, upah diartikan sebagai pembayaran yang diberikan kepada tenaga kerja atau buruh atas jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh para pengusaha dan jumlah keseluruhan yang ditetapkan sebagai pengganti jasa yang telah dikeluarkan oleh tenaga kerja meliputi masa atau syarat-syarat tertentu. Menurut Sukirno (2014), terdapat perbedaan di antara dua pengertian upah :
1. Upah nominal (upah uang) adalah jumlah uang yang diterima para pekerja dari para pengusaha sebagai pembayaran atas tenaga mental dan fisik para pekerja yang digunakan dalam proses produksi.
2. Upah riil adalah tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut kemampuan upah tersebut untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhah sehari-hari para pekerja.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan memberi definisi upah sebagai berikut :
Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
Dapat disimpulkan bahwa upah adalah pembayaran yang diberikan kepada tenaga kerja atau buruh atas jasa-jasa fisik dan mental sebagai imbalan dari para pengusaha dan jumlah keseluruhan yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
2.1.2.2 Fungsi Upah
Menurut Sirait (2006:181), upah berfungsi sebagai keberlangsungan hidup yang layak bagi kemanusiaan dan produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan, undang-undang, dan dibayarkan atas suatu dasar perjanjian kerja antara pemimpin perusahaan dengan tenaga kerja.
Fungsi upah secara umum, antara lain :
1. Untuk mengalokasikan secara efisien kerja manusia, menggunakan sumber daya tenaga manusia secara efisien, untuk mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.
2. Untuk mengalokasikan secara efisien sumber daya manusia. Sistem pengupahan adalah menarik dan menggerakkan tenaga kerja ke arah produktif, mendorong tenaga kerja melakukan pekerjaan produktif ke pekerjaan yang lebih produktif.
3. Untuk menggunakan sumber tenaga manusia secara efisien.
Pembayaran upah yang relatif tinggi adalah mendorong manajemen memanfaatkan tenaga kerja secara ekonomis dan efisien. Dengan cara demikian pengusaha dapat memperoleh keuntungan dari pemakaian tenaga kerja dan tenaga kerja mendapat upah sesuai dengan keperluan hidupnya.
4. Mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Akibat alokasi pemakaian tenaga kerja secara efisien, sistem pengupahan diharapkan dapat merangsang, mempertahankan stabilitas, dan pertumbuhan ekonomi.
2.1.2.3 Jenis-Jenis Upah
Jenis-jenis upah dalam berbagai kepustakaan Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja menurut Asyhadie (2007:70) adalah sebagai berikut :
1. Upah Nominal
Upah nominal adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara tunai kepada pekerja atau buruh yang berhak sebagai imbalan atas
pengerahan jasa-jasa atau pelayanan sesuai dengan ketentuan- ketentuan yang terdapat dalam perjanjian kerja.
2. Upah Nyata
Upah nyata adalah uang nyata, yang benar-benar harus diterima seorang pekerja/buruh yang berhak. Upah nyata ini ditentukan oleh daya beli upah tersebut yang tergantung dari :
a) Besar atau kecilnya jumlah uang yang diterima;
b) Besar atau kecilnya biaya hidup yang diperlukan.
3. Upah Hidup
Upah hidup adalah upah yang diterima pekerja/buruh relatif cukup untuk membiayai keperluan hidupnya secara luas, yang bukan hanya kebutuhan pokoknya saja, melainkan juga keutuhan sosial keluarganya, seperti pendidikan, asuransi, rekreasi, dan lain-lain.
4. Upah Minimum
Upah minimum yaitu upah terendah yang dijadikan standar oleh perusahaan untuk menentukan upah yang sebenarnya dari pekerja/buruh yang bekerja di perusahaannya. Upah minimum ini umumnya ditentukan oleh pemerintah dan setiap tahunnya berubah sesuai dengan tujuan ditetapkannya upah minimum.
5. Upah Wajar
Upah wajar adalah upah yang relatif dinilai cukup wajar oleh pengusaha dan pekerja/buruh sebagai imbalan atas jasa-jasanya pada perusahaan. Upah wajar ini sangan bervariasi dan selalu berubah-ubah
antara upah minimum dan upah hidup sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut adalah:
a) Kondisi perekonomian negara.
b) Nilai upah rata-rata di daerah tempat perusahaan itu berada.
c) Peraturan perpajakan.
d) Standar hidup para pekerja/buruh itu sendiri.
e) Posisi perusahaan dilihat dari struktur perekonomian negara.
2.1.2.4 Prinsip dan Tujuan Upah
Simanjuntak (1998:129) menyatakan sistem pengupahan merupakan kerangka bagaimana upah diatur dan diterapkan. Sistem pengupahan di Indonesia pada umumnya berdasarkan pada tiga fungsi upah yaitu:
1. Menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya.
2. Mencerminkan imbalan atas hasil kerja sekarang.
3. Menyediakan insentif untuk mendorong meningkatkan produktivitas kerja.
Sedangkan menurut Rivai dan Sagala (2010: 762-763), fungsi pemberian upah adalah :
1. Ikatan kerjasama.
2. Kepuasan kerja.
3. Pengadaan efektif.
4. Motivasi.
5. Stabilitas karyawan.
6. Disiplin.
7. Pengaruh serikat kerja.
8. Pengaruh asosiasi usaha sejenis.
9. Pengaruh pemerintah.
2.1.2.5 Upah Minimum
a. Pengertian Upah Minimum
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, upah minimum adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikakan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Menurut Hardijan Rusli (2011: 92), upah minimum terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota;
2. Upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota.
Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) menurut Pasal 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.
PER-01/MEN/1999 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. KEP-226/MEN/2000 tahun 2000 tentang peraturan upah minimum :
1. Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap.
2. Upah Minimum Provinsi adalah upah minimum yang berlaku untuk seluruh kebupaten/kota di satu provinsi.
3. Upah Minimum Kabupaten/Kota adalah upah minimum yang berlaku di daerah kabupaten/kota.
b. Kebijakan Penetapan Upah Minimum
Hotchkins dan Kaufmann (2002) menyatakan tujuan utama ditetapkannya kebijakan upah minimum adalah untuk memenuhi standar hidup minimum seperti untuk kesehatan, efisiensi, dan kesejahteraan pekerja. Menurut Sumarsono (2003), kebijakan upah minimum adalah untuk (a) menjamin penghasilan pekerja sehingga tidak lebih rendah dari suatu tingkat tertentu, (b) meningkatkan produktivitas pekerja, (c) mengembangkan dan meningkatkan perusahaan dengan cara-cara produksi yang lebih efisien.
Sementara Herlina (2005: 159) mengemukakan bahwa tujuan penetapan upah minimum dapat dibedakan secara mikro dan makro. Secara mikro tujuan penetapan upah minimum, yaitu :
1. Sebagai jaring pengaman agar upah tidak merosot.
2. Mengurangi kesenjangan antara upah terendah dan tertinggi di perusahaan.
3. Meningkatkan penghasilan pekerja pada tingkat paling bawah.
Sedangkan secara makro, penetapan upah minimum tujuannya sebagai berikut : 1. Peningkatan daya beli pekerja dan perluasan kesempatan kerja.
2. Pemerataan pendapatan.
3. Perubahan struktur biaya sektoral.
4. Peningkatan produktivitas kerja nasional dan peningkatan etos dan disiplin kerja.
5. Memperlancar komunikasi pekerja dan pengusaha dalam rangka hubungan bipartite.
Adapun kententuan dalam penetapan Upah Minimum Kota (UMK) adalah sebagai berikut :
1. Upah Minimum Kota harus sama atau lebih besar dari Upah Minimum Provinsi.
2. Peninjauan Upah Minimum Kota dilakukan paling sedikit satu tahun sekali.
3. Upah Minimum Kota ditetapkan paling lambat 40 hari sebelum tanggal diberlakukannya upah minimum.
4. Usulan Upah Minimum Kota dirumuskan oleh Dewan Pengupahan Kota yang merupakan hasil pembahasan dengan pemerintah, serikat pekerja, dan APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia).
5. Usulan Upah Minimum Kota disampaikan kepada Walikota, yang selanjutnya Walikota menerbitkan Surat Rekomendasi Walikota perihal Upah Minimum Kota.
6. Rekomendasi Walikota merupakan dasar dari Gubernur untuk menetapkan Upah Minimum Kota dan sudah harus diterima oleh Dewan Pengupahan Provinsi untuk diberikan rekomendasi kepada Gubernur dalam penetapan Upah Minimum Kota.
7. Keterlambatan dalam penyerahan rekomendasi oleh Walikota, memberikan kewenangan kepada Gubernur untuk menetapkan sendiri Upah Minimum Kota setelah mendapat rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi.
8. Pertimbangan yang dilakukan dalam penetapan upah minimum adalah Kebutuhan Hidup Layak (KHL), Indeks Harga Konsumen (IHK), kemampuan, perkembangan dan kelangsungan perusahaan. Tingkat upah pada umumnya yang berlaku di daerah tertentu dan antar daerah, kondisi pasar, tingkat perkembangan perekonomian dan pendapatan perkapita.
9. Dimungkinkan Upah Minimum Sektoral Kota (UMSK) harus lebih besar 5% dari Upah Minimum Kota (UMK).
Terhadap perusahaan yang tidak mampu melaksanakan ketetapan Upah Minimum, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. KEP-226/MEN/2000 tahun 2000 juga mengaturnya di dalam Pasal 19 ayat (2) yang menentukan Permohonan Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum diajukan kepada Gubernur melalui Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja/Instansi Pemerintah yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan di Provinsi. Penangguhan pelaksanaan upah minimum bagi perusahaan yang tidak mampu dimaksudkan untuk membebaskan perusahaan yang bersangkutan melaksanakan upah minimum yang berlaku dalam kurun waktu tertentu. Bila penangguhan tersebut berakhir, maka perusahaan wajib melaksanakan upah minimum yang berlaku saat itu, tetapi tidak wajib membayar
pemenuhan ketentuan upah minimum yang berlaku saat waktu diberikan penangguhan.
2.1.3 Pendidikan
2.1.3.1 Pengertian Pendidikan
Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1) menjelaskan pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Menurut Marzuki (2010), dalam laporan Bank Dunia (World Bank), April 1980, dikemukakan bahwa pendidikan merupakan unsur yang mencakup semua aspek pembangunan dan memiliki implikasi sebagai berikut. Pertama, pendidikan harus meliputi spectrum yang luas, baik konten maupun bentuknya. Konten punya rentangan yang luas, mulai dari pengetahuan dasar sampai dengan riset; dari latihan keterampilan hidup sampai dengan skills produksi yang canggih;
sedangkan bentuk dapat beragam mulai dari sekolah sampai dengan yang sangat spesifik seperti yang terdapat pada pendidikan nonformal, dari yang sederhana keaksaraan sampai dengan post graduate atau specialist. Kedua, sekolah umum adalah sangat penting atau esensial guna mencapai tujuan pembangunan seperti juga latihan dan keterampilan khusus atau spesific skills diperlukan jika orang ingin dapat menyesuaikan diri dengan perubahan dan dapat ikut secara konstruktif
dalam perubahan itu. Implikasi yang ketiga, investasi di bidang lain sehingga pembelajar dapat terlibat dalam tugas-tugas produktif dalam pertumbuhan ekonomi. Keempat, kesamaan hak dan keadilan dalam pendidikan dan pembangunan ekonomi nasional saling konsisten. Semakin banyak peluang pendidikan di pedesaan, misalnya, akan meningkatkan keadilan, begitu juga member kontribusi pada percepatan adopsi dalam memperbaiki metode kerja seperti bertani, pembangunan industry dan pendapatan yang lebih tinggi. Hal yang sama meningkatkan pendidikan bagi wanita, mendorong keadilan dan membantu perkembangan pembangunan nasional. Pendapat lain tentang pengertian pendidikan dikemukakan oleh Agus (2001), pendidikan merupakan usaha sistematis dan berkelanjutan secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu untuk menyampaikan, menumbuhkan, dan mendapatkan pengetahuan, sikap, nilai dan kecakapan (skill) kepada manusia sebagai tenaga kerja (man power). Melalui kegiatan ini aspek kualitas hidup manusia dapat diperbaiki. Untuk itu optimalisasi program di bidang ini mutlak diperlukan guna menciptakan tenaga kerja yang berpengetahuan dan terampil yang pada gilirannya menghantar pertumbuhan ekonomi. Di tambahkan oleh Tajuddin (1995), tinggi rendahnya pendidikan tenaga kerja akan mempengaruhi tingkat produktifnya tenaga kerja itu sendiri.
Diakuinya dengan pendidikan yang tinggi tenaga kerja akan memiliki kemampuan untuk memanfaatkan dan mengelola sumber daya yang ada dalam suatu daerah yang berguna bagi proses produksi dan akhirnya berdampak pada peningkatan penghasilan ekonomi tenaga kerja. Pengertian pendidikan bila dikaitkan dengan penyiapan tenaga kerja menurut Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994),
“Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja”.
Sebagaimana dikemukakan oleh Soedarmayanti (2001) bahwa melalui pendidikan, seseorang dipersiapkan untuk memiliki bekal agar siap tahu, mengenal dan mengembangkan metode berpikir secara sistematik agar dapat memecahkan masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan dikemudian hari. Dari beberapa definisi tentang pendidikan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk menyiapkan peserta didik agar mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara menyeluruh dalam memasuki kehidupan dimasa yang akan datang. Melalui kegiatan ini aspek kualitas hidup manusia dapat diperbaiki. Untuk itu optimalisasi program dibidang ini mutlak diperlukan guna menciptakan tenaga kerja yang berpengetahuan dan terampil.
Ditambahkan oleh Tajuddin (1995), tinggi rendahnya pendidikan tenaga kerja akan mempengaruhi tingkat produktifnya tenaga kerja itu sendiri. Diakuinya dengan pendidikan yang tinggi, tenaga kerja akan memiliki kamampuan untuk memanfaatkan dan mengelola sumber daya yang ada dalam suatu daerah yang berguna bagi proses produksi dan akhirnya berdampak pada peningkatan penghasilan ekonomi tenaga kerja. Kemampuan untuk meningkatkan nilai tambah produksi ini akan mengakibatkan perubahan pada nilai pertumbuhan ekonomi.
Memperkuat keyakinan atas konsep diatas, Hidayat (dalam Tilaar, 1990), menandaskan pembangunan ekonomi suatu daerah hanya dapat berhasil apabila daerah yang bersangkutan mampu memanfaatkan dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki masyarakat, dan sebaliknya yang
terjadi adalah keterpurukan dan ketertinggalan suatu daerah apabila pengetahuan dan keterampilan masyarakat tidak termanfaatkan dengan baik.
2.1.3.2 Tujuan dan Proses Pendidikan a. Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Adapun tujuan pendidikan terbagi atas empat yaitu :
1. Tujuan umum pendidikan nasional yaitu untuk membentuk manusia pancasila.
2. Tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga pendidikan tertentu untuk mencapainya.
3. Tujuan kurikuler yaitu tujuan bidang studi atau mata pelajaran.
4. Tujuan instruksional yaitu tujuan materi kurikulum yang berupa bidang studi terdiri dari pokok bahasan dan sub pokok bahasan, terdiri atas tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994).
b. Proses Pendidikan
Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilitas segenap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Kualitas
proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya, pengelolaan proses pendidikan meliputi ruang lingkup makro, meso, mikro.
2.1.4 Kesehatan
Pengertian Kesehatan Menurut WHO (1993), kesehatan merupakan keadaan baik sepenuhnya secara fisik, mental, sosial. Kesehatan juga bukanlah karena tidak ada penyakit atau kelemahan dan bukan pula sekedar soal medis semata, melainkan menyangkut keadaan sosial di masyarakat.
Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan.
Batasan kesehatan tersebut di atas sekarang telah diperbaharui bila batasan kesehatan yang terdahulu itu hanya mencakup tiga dimensi atau aspek, yakni:
fisik, mental, dan sosial, maka dalam Undang- Undang N0. 23 Tahun 1992, kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Batasan kesehatan tersebut diilhami oleh batasan kesehatan menurut WHO yang paling baru. Pengertian kesehatan saat ini memang lebih luas dan dinamis, dibandingkan dengan batasan sebelumnya. Hal ini berarti bahwa kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasinya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan kesehatan fisik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keadaan kesehatan fisik seseorang yang sempurna
dalam arti tidak terdeteksi adanya penyakit pada jasmaninya, didukung dengan pola hidup sehat dan memiliki energi yang cukup optimal, sehingga ia dapat menjalani kehidupannya menjadi manusia yang produktif secara ekonomi dan sosial.
2.1.4.1 Jenis-jenis Kesehatan Menurut Sifatnya
Itulah sebabnya, maka kesehatan bersifat menyeluruh mengandung keempat aspek. Perwujudan dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain sebagai berikut:
1. Kesehatan fisik; terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
a. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran b. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang
untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
c. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam).
Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik
keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
Selanjutnya dikatakan Komaruddin (1993) bahwa pendapatan perkapita kesehatan buruk konsumsi kurang produktivitas rendah pendapatan rendah yang rendah dapat mencerminkan suatu daya produksi ekonomi dari masyarakat di
daerah yang bersangkutan, dan dalam hal ini kesehatan adalah suatu indeks lain dari gambaran efisiensi ekonomis dan sosial Pendidikan.
2.1.5 Jenis Kelamin
Pengertian Jenis Kelamin
Menurut Hungu (2007) jenis kelamin (seks) adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang itu dilahirkan.
Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan fungsinya tetap dengan laki-laki dan perempuan yang ada di muka bumi. Jenis kelamin (seks) menunjukkan pada perbedaan biologis dari laki-laki dan perempuan (Sugihartono dkk, 35). Seks berkaitan dengan tubuh laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki memproduksikan sperma, sementara perempuan menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu untuk menstruasi, hamil dan menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan fungsinya tetap dengan laki-laki dan perempuan pada segala ras yang ada di muka bumi. Adanya perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi tingkat produktivitas seseorang. Secara universal, tingkat produktivitas laki-laki lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dimiliki oleh perempuan seperti fisik yang kurang kuat, dalam bekerja cenderung menggunakan perasaan atau faktor biologis seperti harus cuti ketika melahirkan, Amron (2009). Faktor jenis kelamin ikut menentukan tingkat partsipasi dan produktivitas seseorang dalam bekerja. Tenaga kerja pada dasarnya tidak dapat
dibedakan berdasarkan pada jenis kelamin. Tetapi pada umumnya laki-laki akan lebih produktif untuk pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik. Tingkat partisipasi kerja laki-laki selalu lebih tinggi dari tingkat partisipasi kerja perempuan karena laki-laki dianggap pencari nafkah yang utama bagi keluarga, sehingga pekerja laki-laki biasanya lebih selektif dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan aspirasinya baik dari segi pendapatan maupun kedudukan dibanding pekerja perempuan Hampir semua laki-laki yang telah mencapai usia kerja terlibat dalam kegiatan ekonomi karena laki-laki merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga, Simanjuntak (2001).
2.1.5.1 Rasio perbandingan Jenis Kelamin
Rasio jenis kelamin (sex ratio) merupakan angka perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan di suatu daerah.
Penyajian data mengenai sex ratio dapat ditampilkan secara umum (tanpa melihat kelompok umur) atau juga dapat didasarkan kelompok umur tertentu. RJK diperoleh dengan membagi jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan dan hasilnya dikalikan dengan 100.
Rumus Rasio Jenis Kelamin
Dengan keterangan sebagai berikut:
RJK : rasio jenis kelamin
∑L : jumlah penduduk laki-laki di suatu daerah pada suatu waktu
∑P : jumlah penduduk perempuan di suatu daerah pada suatu waktu k : 100 penduduk perempuan.
𝑅𝐽𝐾 ∑𝐿
∑𝑃 × 𝑘
Rasio jenis kelamin biasanya digunakan untuk mengukur perbandingan antara penduduk berjenis kelamin laki-laki dan penduduk berjenis kelamin perempuan pada suatu waktu dan pada kelompok tertentu. Maka penggunaan rumus boleh ditambahkan dengan suatu ciri waktu dan kondisi/kategori agar lebih informatif, sehingga:
SR(Tahun,Kategori)= ∑PI ∑Pw×100
Keterangan:
Jika SR lebih besar dari 100, artinya jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan.
Jika SR lebih kecil dari 100, artinya jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dari jumlah penduduk perempuan.
Jika SR = 100, artinya jumlah penduduk laki-laki sama dengan jumlah penduduk perempuan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti
dan Tahun Judul Variabel Hasil Penelitian
1. Vellina Tambunan (2012)
Analisis Pengaruh Pendidikan, Upah, Insentif, Jaminan Sosial dan
Pengalaman Kerja Terhadap
Produktivitas Tenaga Kerja di Kota
Semarang
Variabel Dependen:
Produktivitas Tenaga Kerja Variabel Independen:
Pendidikan, Upah, Insentif, Jaminan Sosial, dan Pengalaman Kerja
Hasil penelitian ini menunjukkan hanya upah, insentif, dan pengalaman kerja saja yang
berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja di Kota Semarang.