• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK TENTANG PENGGUNAAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA MAHASISWA TINGKAT SARJANA FARMASI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK TENTANG PENGGUNAAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA MAHASISWA TINGKAT SARJANA FARMASI SKRIPSI"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK TENTANG PENGGUNAAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS

PADA MAHASISWA TINGKAT SARJANA FARMASI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:

DAIMAH W S HARAHAP NIM 151501221

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK TENTANG PENGGUNAAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS

PADA MAHASISWA TINGKAT SARJANA FARMASI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:

DAIMAH W S HARAHAP NIM 151501221

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengetahuan, Sikap dan Praktik tentang Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas pada Mahasiswa Tingkat Sarjana Farmasi”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Menurut Keputusan Kepala BPOM No. HK.00.05.3.00914 tentang Pemasukan Obat Jalur Khusus bab 1 pasal 1 ayat 1, dinyatakan bahwa obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, sikap, praktik penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas pada mahasiswa program studi S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia serta faktor-faktor (usia, jenis kelamin, semester, tempat tinggal dan penghasilan orang tua) mempengaruhi pengetahuan, sikap dan praktik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan tentang penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas adalah baik, sikap penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas adalah baik dan praktik penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas adalah cukup. Serta terdapat hubungan yang signifikan antara semester dengan pengetahuan dan sikap mahasiswa terkait penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., yang telah memberikan

(5)

bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., dan Bapak Hari Ronaldo Tanjung, S.Si., M.Sc., Apt., yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung. Ibu Prof. Dra. Azizah Nasution, M.Sc., Ph.D., Apt., dan Ibu Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik selama perkuliahan dan Bapak Hari Ronaldo Tanjung, S.Si., M.Sc., Apt., selaku penasehat akademik yang selalu memberi bimbingan, perhatian dan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada kedua orangtua, Ayahanda Machiruddin Harahap, SH., dan Ibunda Dra. Roslaini, S.PdI., yang telah memberikan cinta dan kasih sayang, do’a, semangat, dorongan dan pengorbanan baik moril maupun materil kepada penulis selama ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Asisten Laboratorium Farmasetika Dasar, Akademi Mawapres USU, PEMA Fakultas Farmasi USU, Incomphasco, yang banyak mengajarkan manajemen waktu dan percaya diri kepada penulis, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2019 Penulis,

Daimah W S Harahap NIM 151501221

(6)
(7)

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK TENTANG PENGGUNAAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA MAHASISWA

TINGKAT SARJANA FARMASI

ABSTRAK

Latar Belakang: Mahasiswa tingkat sarjana farmasi sebagai calon penerus bangsa memiliki peranan sebagai penyebar informasi yang akan bertanggung jawab dalam hal swamedikasi yang dilakukan oleh diri sendiri dan keluarga. Mahasiswa tingkat sarjana farmasi yang nantinya akan menjadi pelaku swamedikasi harus mampu mengetahui tentang obat.

Tujuan: Untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan praktik tentang penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas pada mahasiswa semester 2, 4 dan 6 tingkat sarjana farmasi.

Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional deskriptif.

Sampel merupakan mahasiswa semester 2, 4 dan 6 tingkat sarjana farmasi pada April 2019 dengan 270 responden yang dipilih menggunakan stratified random sampling. Data dikumpulkan menggunakan instrumen kuesioner untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan praktik mahasiswa tentang penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas. Data yang diperoleh diorganisir pada program SPSS kemudian data dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan pengetahuan, sikap dan praktik mahasiswa tentang penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas

Hasil: Pengetahuan mahasiswa tentang penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas adalah baik dengan persentase 60%, sikap mahasiswa penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas adalah baik dengan persentase 55,2% dan praktik mahasiswa penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas adalah cukup dengan persentase 64,4%. Terdapat hubungan yang signifikan antara semester dengan pengetahuan dan sikap mahasiswa terkait penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas dilihat dari masing-masing signifikansi (p value) yaitu 0,025 dan 0,035.

Kesimpulan: Pengetahuan mahasiswa tentang penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas adalah baik, sikap mahasiswa penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas adalah baik dan praktik mahasiswa penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas adalah cukup. Terdapat hubungan yang signifikan antara semester dengan pengetahuan dan sikap mahasiswa terkait penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas.

Kata Kunci: obat bebas, obat bebas terbatas, pengetahuan, penggunaan, praktik, sikap

(8)

KNOWLEDGE, ATTITUDE AND PRACTICE REGARDING THE USE OF OVER THE COUNTER DRUGS TO UNDERGRADUATE PHARMACY

STUDENTS

ABSTRACT

Background: Undergraduate pharmacy students as the nation’s future candidates have a role as information disseminators who will be responsible for self- management carried out by themselves and their families. Pharmacy students who will later become self-medication practitioners must be able to know about drugs.

Objective: To determine the knowledge, attitude, and practice (KAP) regarding the use of over the counter (OTC) drugs to second, fourth and sixth-semester undergraduate pharmacy students.

Method: The study design used is a cross-sectional descriptive. The sample consisted of second, fourth and sixth-semester undergraduate pharmacy students in April 2019 with 270 selected respondents using stratified random sampling. Data were collected using a questionnaire to determine the KAP regarding the use of OTC drugs. The data obtained was organized in SPSS then the data were descriptively analyzed to describe the KAP of students regarding the use of OTC drug.

Results: The knowledge of students in the use of OTC drugs were well with the percentage of 60%, attitude of students in the use of OTC drugs were well with the percentage of 55.2% and practice of students in the use of OTC drugs was simply in percentage 64.4%. There was a significant relationship between semester with the knowledge and attitude of students related to the use of OTC drugs from each significance (p-value) were 0.025 and 0.035.

Conclusion: The knowledge of students in the use of OTC drugs were well, the attitude of students in the use of OTC drugs were well and practice of students in the use of OTC drugs was simply. There was a significant relationship between semester with the knowledge and attitude of students related to the use of OTC drugs.

Keywords: attitude, knowledge, over the counter drugs, practice

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Hipotesis Penelitian ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

1.6 Kerangka Pikir Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Obat ... 6

2.2 Penggolongan Obat ... 7

2.2.1 Obat bebas ... 7

2.2.2 Obat bebas terbatas ... 8

2.2.3 Obat wajib apotek ... 9

2.2.4 Obat keras... 11

2.2.5 Obat psikotropika ... 11

2.2.6 Obat narkotika ... 12

2.3 Pengetahuan ... 12

2.4 Sikap ... 14

2.5 Tindakan atau Praktik ... 15

2.6 Pengukuran Indikator ... 16

BAB III METODE PENELITIAN... 17

3.1 Jenis Penelitian ... 17

3.2 Waktu Penelitian ... 17

3.3 Populasi dan Sampel ... 17

3.3.1 Populasi ... 17

3.3.2 Sampel ... 17

3.3.3 Kriteria inklusi dan eksklusi ... 18

3.3.4 Teknik pengambilan sampel ... 18

3.4 Alat/Instrumen Penelitian ... 19

3.5 Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 19

3.5.1 Data primer... 19

3.5.2 Data sekunder ... 19

3.6 Pengolahan Data Penelitian... 19

3.7 Uji Kualitas Kuesioner ... 20

3.7.1 Uji validitas ... 21

3.7.2 Uji reliabilitas ... 22

(10)

3.8 Analisis Data ... 22

3.8.1 Analisis deskriptif (univariat) ... 23

3.8.2 Analisis analitik (bivariat) ... 23

3.9 Definisi Operasional Kuesioner Penelitian ... 24

3.10 Prosedur Penelitian... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 29

4.2 Karakteristik Responden ... 30

4.3 Karakteristik Indikasi Pembelian Obat, Tempat Pembelian Obat, Harga Obat yang Digunakan Responden ... 32

4.3.1 Indikasi pembelian obat yang digunakan responden ... 32

4.3.2 Tempat pembelian obat yang digunakan responden ... 33

4.3.3 Harga pembelian obat yang digunakan responden... 33

4.4 Karakteristik Kesesuain Pemilihan Obat dengan Indikasi Obat yang Digunakan Responden ... 34

4.5 Pengetahuan Responden tentang Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas ... 34

4.5.1 Distribusi frekuensi tanggapan responden pada pertanyaan pengetahuan tentang obat bebas dan obat bebas terbatas. ... 34

4.5.2 Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 35

4.6 Sikap Responden tentang Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas ... 37

4.6.1 Distribusi frekuensi tanggapan responden pada pernyataan sikap dalam penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas ... 37

4.6.2 Distribusi frekuensi sikap responden dalam penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas ... 38

4.7 Praktik Responden tentang Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas ... 39

4.7.1 Distribusi frekuensi jawaban responden pada pertanyaan praktik penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas ... 39

4.7.2 Distribusi frekuensi praktik penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas oleh responden ... 40

4.8 Hubungan Antara Usia, Jenis Kelamin, Semester, Tempat Tinggal dan Penghasilan Orangtua dengan Pengetahuan Penggunaan Responden Terkait Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas ... 41

4.8.1 Hubungan antara usia dengan pengetahuan responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 42

4.8.2 Hubungan antara jenis kelamin dengan pengetahuan responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 42

4.8.3 Hubungan antara semester dengan pengetahuan responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 43

4.8.4 Hubungan antara tempat tinggal dengan pengetahuan responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 43

4.8.5 Hubungan antara penghasilan orangtua dengan pengetahuan responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 44

4.9 Hubungan Antara Usia, Jenis Kelamin, Semester, Tempat Tinggal dan Penghasilan Orangtua dengan Sikap Responden Terkait Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas ... 44

(11)

4.9.1 Hubungan antara usia dengan sikap responden tentang obat bebas

dan obat bebas terbatas ... 45

4.9.2 Hubungan antara jenis kelamin dengan sikap responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 45

4.9.3 Hubungan antara semester dengan sikap responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 46

4.9.4 Hubungan antara semester dengan sikap responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 47

4.9.5 Hubungan antara penghasilan orangtua dengan sikap responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 47

4.10 Hubungan Antara Usia, Jenis Kelamin, Semester, Tempat Tinggal dan Penghasilan Orangtua dengan Praktik Penggunaan Responden Terkait Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas... 48

4.10.1 Hubungan antara usia dengan pengetahuan responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 48

4.10.2 Hubungan antara jenis kelamin dengan praktik penggunaan responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 49

4.10.3 Hubungan antara semester dengan praktik penggunaan responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 49

4.10.4 Hubungan antara tempat tinggal dengan praktik penggunaan responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 50

4.10.5 Hubungan antara penghasilan orang tua dengan praktik penggunaan responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

5.1 Kesimpulan ... 52

5.2 Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN ... 55

(12)

DAFTAR TABEL

3.1 Definisi operasional kuesioner penelitian ... 25

4.1 Hasil uji validitas pernyataan dan pertanyaan pada kuesioner... 29

4.2 Karakteristik responden ... 31

4.3 Karakteristik indikasi pembelian obat yang digunakan responden ... 32

4.4 Karakteristik tempat pembelian obat yang digunakan responden... 33

4.5 Karakteristik harga pembelian obat yang digunakan responden... 33

4.6 Karakteristik kesesuaian pemilihan obat dengan indikasi obat yang digunakan responden ... 34

4.7 Distribusi frekuensi tanggapan responden pada pertanyaan pengetahuan tentang obat bebas dan obat bebas terbatas... 35

4.8 Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas... 36

4.9 Distribusi frekuensi tanggapan responden pada pernyataan sikap dalam penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas ... 37

4.10 Distribusi frekuensi sikap responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 38

4.11 Distribusi frekuensi jawaban responden pada pertanyaan praktik penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas ... 39

4.12 Distribusi frekuensi praktik penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas pada responden ... 40

4.13 Hubungan antara usia dengan pengetahuan responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 42

4.14 Hubungan antara jenis kelamin dengan pengetahuan responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 42

4.15 Hubungan antara semester dengan pengetahuan responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 43

4.16 Hubungan antara tempat tinggal dengan pengetahuan responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 43

4.17 Hubungan antara penghasilan orangtua dengan pengetahuan responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 44

4.18 Hubungan antara usia dengan sikap responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 45

4.19 Hubungan antara jenis kelamin dengan sikap responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 46

4.20 Hubungan antara semester dengan sikap responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 46

4.21 Hubungan antara tempat tinggal dengan sikap responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 47

4.22 Hubungan antara penghasilan orangtua dengan sikap responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 47

4.23 Hubungan antara usia dengan praktik responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 48

4.24 Hubungan antara jenis kelamin dengan praktik responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 49

4.25 Hubungan antara semester dengan praktik responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 49

(13)

4.26 Hubungan antara tempat tinggal dengan praktik responden

tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 50 4.27 Hubungan antara penghasilan orangtua dengan praktik responden

tentang obat bebas dan obat bebas terbatas ... 51

(14)

DAFTAR GAMBAR

1.1 Kerangka pikir penelitian ... 5

2.1 Tanda khusus golongan obat bebas ... 8

2.2 Tanda khusus golongan obat bebas terbatas ... 10

2.3 Tanda khusus golongan obat keras ... 11

3.1 Diagram langkah penelitian ... 28

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat keterangan kelayakan etik... 55

2. Surat persetujuan komisi etik ... 56

3. Surat izin penelitian... 57

4. Surat balasan izin penelitian Institut Kesehatan Helvetia ... 58

5. Surat keterangan selesai penelitian Institut Kesehatan Helvetia ... 59

6. Persetujuan responden ... 60

7. Kuesioner penelitian... 61

8. Dokumentasi penelitian ... 68

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani maupun nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan, atau mencegah penyakit berikut gejalanya (Tan dan Rahardja, 2006). Salah satu yang penting tentang penggunaan obat adalah tentang dosisi. Dosis obat yang harus diberikan pada pasien untuk menghasilkan efek yang diharapkan tergantung dari banyak faktor, antara lain usia, bobot badan, kelamin, luas permukaan bada, beratnya penyakit dan daya tahan tubuh penderita (Tan dan Rahardja, 2006).

Swamedikasi merupakan upaya yang banyak dilakukan masyarakat untuk mengatasi gejala penyakit sebelum mencari pertolongan dari tenaga kesehatan (Depkes RI, 2008). Menurut World Health Organization (WHO) (2015) mendefinisikan perawatan diri (swamedikasi) sebagai kemampuan individu, keluarga dan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, dan menjaga kesehatan dan untuk mengatasi penyakit dan kecacatan dengan atau tanpa dukungan penyedia layanan kesehatan.

Swamedikasi harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami.

Pelaksanaanya harus memenuhi kriteria penggunaan pemilihan obat, ketepatan dosis obat, tidak adanya efek samping, tidak adanya kontraindikasi, tidak adanya interaksi obat, dan tidak adanya polifarmasi (Aini, 2017).

Mahasiswa tingkat sarjana farmasi sebagai calon penerus bangsa memiliki peranan sebagai penyebar informasi yang akan bertanggung jawab dalam hal swamedikasi yang dilakukan diri sendiri dan keluarga. Mahasiswa bisa

(17)

memberikan informasi obat yang objektif dan rasional. Swamedikasi boleh dilakukan untuk kondisi penyakit ringan, umum dan tidak akut.

Mahasiswa tingkat sarjana farmasi yang nantinya akan menjadi pelaku swamedikasi harus mampu mengetahui jenis obat yang diperlukan, mengetahui kegunaan dari tiap obat, sehingga dapat mengevaluasi perkembangan rasa sakit, menggunakan obat secara benar (cara, aturan, lama pemakaian) dan mengetahui batas kapan harus menghentikan swamedikasi, mengetahui efek samping obat yang digunakan sehingga dapat memperkirakan apakah suatu keluhan yang timbul di kemudian hari, merupakan suatu penyakit baru atau efek samping obat, mengetahui siapa yang tidak boleh menggunakan obat tersebut, terkait dengan kondisi seseorang.

Karena itu peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan, sikap dan praktik tentang penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas pada mahasiswa tingkat sarjana farmasi.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dari penelitian ini yaitu:

a. Bagaimana pengetahuan mahasiswa program studi S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia tentang obat bebas dan obat bebas terbatas.

b. Bagaimana sikap mahasiswa program studi S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia tentang obat bebas dan obat bebas terbatas.

c. Bagaimana praktik penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas pada mahasiswa program studi S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia.

(18)

d. Apakah faktor-faktor (usia, jenis kelamin, semester, tempat tinggal dan penghasilan orangtua) mempengaruhi pengetahuan, sikap dan praktik mahasiswa program studi S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia.

1.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini yaitu:

a. Pengetahuan mahasiswa program studi S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia tentang obat bebas dan obat bebas terbatas adalah baik.

b. Sikap mahasiswa program studi S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia tentang obat bebas dan obat bebas terbatas adalah baik.

c. Praktik penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas pada mahasiswa program studi S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia adalah baik.

d. Faktor-faktor (usia, jenis kelamin, semester, tempat tinggal dan penghasilan orangtua) mempengaruhi pengetahuan, sikap dan praktik mahasiswa program studi S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

a. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa program studi S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia tentang obat bebas dan obat bebas terbatas.

b. Untuk mengetahui sikap mahasiswa program studi S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia tentang obat bebas dan obat bebas terbatas.

c. Untuk mengetahui praktik penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas pada mahasiswa program studi S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia.

(19)

d. Untuk mengetahui faktor-faktor (usia, jenis kelamin, semester, tempat tinggal dan penghasilan orangtua) mempengaruhi pengetahuan, sikap dan praktik mahasiswa program studi S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu:

1.5.1 Bagi peneliti

Untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dari bangku perkuliahan, menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian dibidang kesehatan.

1.5.2 Bagi mahasiswa Institut Kesehatan Helvetia

Untuk lebih meningkatkan pengetahuan pada obat bebas dan obat bebas terbatas serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

1.5.3 Bagi instansi pendidikan

Untuk menambah informasi yang dapat disajikan sebagai referensi mahasiswa dan bagi peneliti selanjutnya guna mengembangkan ilmu di bidang obat-obatan.

(20)

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Kerangka pikiran dan kerangka penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.1 Variabel bebas Variabel terikat Parameter

Te

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian RESPONDEN

− Usia (<20 tahun, 20-22 tahun, >22 tahun)

− Jenis kelamin (laki-laki atau perempuan)

− Semester (II, IV, VI)

− Tempat tinggal (Kos atau bersama orangtua)

− Penghasilan orangtua (<3 juta, 3-5 juta, 5- 7,5 juta, 7,5-10 juta, >10 juta)

- Pengetahuan pada

penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas - Sikap pada

penggunaaan obat bebas dan obat beabs terbatas - Praktik pada

penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas

Pengetahuan responden pada penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas - Baik - Cukup - Kurang

Praktik

responden pada penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas - Baik - Cukup - Kurang Sikap

responden pada penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas - Baik - Cukup - Kurang

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obat

Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi (BPOM, 2002). Obat merupakan senyawa kimia yang sangat kuat. Disamping manfaat yang besar, obat juga berpotensi untuk mendatangkan malapetaka. Karena itu semakin lengkap pengetahuan tentang obat dan bagaimana cara menggunakannya secara tepat dan aman, akan lebih banyak memperoleh manfaatnya.

Obat dapat merugikan kesehatan bila tidak memenuhi persyaratan atau bila digunakan secara tidak tepat sesuai dosis yang ditentukan dan atau disalahgunakan.

Obat yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria berikut (Menkes No. 919/Menkes/Per/XI/1993):

a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak usia 2 tahun, dan orang tua di atas 65 tahun.

b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit.

c. Penggunaanya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.

d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.

e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

(22)

Golongan obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter adalah dari golongan obat bebas, obat bebas terbatas yang dilengkapi dengan tanda peringatan dan obat wajib apotek (Atmoko dan Kurniawati, 2009).

Strategi untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas penggunaan obat yang tepat, aman dan rasional khususnya pada swamedikasi dapat ditempuh melalui peningkatan komunikasi (konseling) antara pasien dengan tenaga kesehatan serta melakukan penilaian individu, kondisi sosial dan ekonomi yang mencerminkan gaya hidup pasien (Lofholm dan Katzung, 1997).

2.2 Penggolongan Obat

Sesuai Permenkes No. 917/MenKes/Per/X/1993 Tentang Daftar Wajib Obat Jadi, bahwa yang dimaksud dengan golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketetapan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri dari Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, Obat Wajib Apotek, Obat Keras, Psikotropika dan Narkotika.

2.2.1 Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan boleh dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Obat ini biasa menjadi pilihan saat ada kebutuhan untuk melakukan swamedikasi. Contoh: parasetamol. Obat ini dapat dibeli bebas di apotek, toko obat dan warung (Depkes RI, 2007).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan obat bebas adalah: apakah obatnya masih baik atau tidak, lihat tanggal kadaluarsa obatnya, bacalah dengan baik keterangan tentang obat tadi pada brosurnya, lihat indikasi penggunaan, yang merupakan petunjuk kegunaan obat untuk penyakit. Perhatikan

(23)

dengan baik dosis yang digunakan, untuk dewasa atau anak-anak, lihat pula dengan baik komposisi zat berkhasiat dalam kemasan obat. Perhatikan peringatan- peringatan khusus dalam pemakaian obat. Perhatikan pula tentang kontraindikasi dan efek samping obat (Depkes RI, 2007).

Gambar 2.1 Tanda khusus obat bebas 2.2.2 Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tapi masih dapat dijual atau dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam (Depkes RI, 2007). Kenapa disebut ‘terbatas’ karena ada batasan jumlah dan kadar isinya. Terdapat pula tanda peringatan ‘P’ dalam labelnya. Label ‘P’ ada beberapa macam yaitu:

a. P.No. 1: Awas! Obat Keras. Bacalah aturan pemakaiannya.

Contoh: Neozep, ultraflu, procold, OBH, komix, dan actifed.

b. P.No. 2: Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur jangan ditelan.

Contoh: Betadine obat kumur dan hexadol obat kumur.

c. P.No. 3: Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar badan.

Contoh: kalpanax, betadine dan insto.

d. P.No. 4: Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar.

Contoh: Molexdine

(24)

e. P.No. 5: Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan.

Contoh: Dulcolax

f. P.No. 6: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan.

Contoh: Ambeven

Semua obat yang termasuk dalam golongan obat bebas dan obat bebas terbatas wajib mencantumkan keterangan pada setiap kemasannya tentang kandungan zat berkhasiat, kegunaan, aturan pakai dan pernyataan lain yang diperlukan. Semua kemasan obat bebas terbatas wajib mencantumkan tanda peringatan ‘apabila sakit berlanjut segera hubungi dokter (SK Menkes No.

386/1994).

Gambar 2.2 Tanda khusus obat bebas terbatas 2.2.3 Obat Wajib Apotek (OWA)

Menurut Menkes No. 347/Menkes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotek yaitu obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter. Obat yang termasuk dalam obat wajib apotek ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Surat keputusan tersebut dilampiri dengan Daftar Obat Wajib Apotek No. 1.

Jumlah obat yang ditetapkan sebagai obat wajib Apotek bertambah berdasarkan Daftar Obat Wajib Apotek No.2, sebagai lampiran dari surat Menkes No.924/Menkes/PER/X/1993 dan surat Menkes No. 925/MenKes/PER/X/1993

(25)

tanggal 23 Oktober 1993 yang dilampiri Daftar Perubahan Golongan Obat No.1, beberapa obat dari Daftar Obat Wajib Apotek No. 1 diubah golongannya.

a. Empat obat wajib apotek menjadi obat bebas terbatas yaitu:

1. Aminofilin dalam bentuk supositoria menjadi obat bebas terbatas.

2. Bromheksin menjadi obat bebas terbatas.

3. Heksetidin sebagai obat luar untuk mulut dan tenggorokan dengan kadar sama atau kurang dari 0,1% menjadi obat bebas terbatas.

4. Mebendazol menjadi obat bebas terbatas.

b. Satu obat wajib apotek menjadi obat bebas yaitu:

a. Tolnaftat sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal dengan kadar sama atau kurang dari 1% menjadi obat bebas.

Dengan bertambahnya obat yang ditetapkan sebagai obat wajib apotek, peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan obat perlu lebih mendapatkan perhatian. Informasi, terutama yang menyangkut efek samping, kontraindikasi dan interaksi sangat diperlukan. Oleh karena beberapa obat yang ditetapkan sebagai obat wajib apotek merupakan obat yang dapat mengakibatkan kebiasaan dan ketergantungan (Notoatmodjo, 2010).

Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masyarakat, maka obat-obat yang digolongkan dalam OWA adalah obat yang diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang diderita pasien. Antara lain: obat antiinflamasi

(asam mefenamat), obat alergi kulit (salep hidrokotison), infeksi kulit dan mata (salep oksitetrasiklin), antialergi sistemik (CTM), obat KB hormonal.

Sesuai Menkes No.919/Menkes/Per/X/1993, Daftar Obat Wajib Apotik No.3 yaitu termasuk obat keras yang dapat diberikan tanpa resep dokter. Berdasarkan Surat

(26)

Menkes No.1176/Menkes/SK/X/1999 tanggal 07 Oktober 1999 yang dilampiri Daftar Golongan Obat No.3, beberapa obat yaitu:

a. Obat saluran pencernaan dan metabolisme seperti: Famotidin dan ranitidin sebagai antiulkus peptik.

b. Obat kulit seperti: Asam Azelat (antiakne), Asam Fusidat (antimikroba), Motretinida (antiakne), Tolsiklat (antifungi) dan Tretinoin (antiakne).

2.2.4 Obat Keras

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Obat keras mempunyai tanda khusus berupa lingkaran bulat merah dengan garis tepi berwarna hitam dan huruf K ditengah yang menyentuh garis tepi. Contoh dari obat keras adalah: asam mefenamat (Depkes RI, 2007).

Gambar 2.3 Tanda khusus obat keras 2.2.5 Obat Psikotropika

Obat psikotropika adalah obat bukan golongan narkotik yang berkhasiat mempengaruhi susunan syaraf pusat. Obat ini dapat menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Obat golongan ini hanya boleh dijual dengan resep dokter dan diberi tanda huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh dari obat psikotropika antara lain: diazepam, phenobarbital (Depkes RI, 2008).

(27)

2.2.6 Obat Narkotika

Obat narkotika adalah obat yang berasal dari turunan tanaman atau bahan kimia yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep dari dokter. Contoh dari obat narkotika antaralain: morfin, petidin (Depkes RI, 2008).

2.3 Pengetahuan

Definisi pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang pada objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan seseorang pada objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu pada objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

(28)

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan / atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen- komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) pada pengetahuan objek tersebut.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sisntesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian pada suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat (Notoatmodjo, 2010).

(29)

2.4 Sikap

Sikap adalah juga respon tertutup seseorang pada stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya). Newcob, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan, bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi (tertutup) (Notoatmodjo, 2010).

Sikap terdiri atas tiga komponen pokok, yaitu:

1. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep pada objek, artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang pada objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang pada objek, artinya bagaimana penelitian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut pada objek 3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) artinya sikap adalah

merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan) (Notoatmodjo, 2010).

Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Sepertinya halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya sebagai berikut:

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan sebagai seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).

(30)

b. Menanggapi (responding)

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan pada pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan sebagai subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif pada objek atau stimulus dalam arti membahasnya dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertangggung jawab pada apa yang telah diyakini. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain mencemoohkan atau adanya resiko lain (Notoatmodjo, 2010).

2.5 Tindakan atau Praktik (Practice)

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk mewujudkannya tindakan perlu faktor lain seperti adanya fasilitas atau saranan dan prasarana. Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi tiga tingkatana kualitasnya, yaitu:

a. Praktik terpimpin (Guide Response)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntutan atau menggunakan panduan.

b. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.

(31)

c. Adopsi

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja tetapi sudah dilakukan modifikasi atau tindakan atau perilaku yang berkualitas (Notoatmodjo, 2010).

2.6 Pengukuran Indikator Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dengan mengajukan pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis atau angket. Indikator pengetahuan adalah tingginya pengetahuan responden tentang objek atau besarnya presentase kelompok responden atau masyarakat tentang variable-variabel atau komponen objek (Notoatmodjo, 2010).

Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.

Pengukuran langsung dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek bersangkutan (Notoatmodjo, 2010).

Praktik

Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara yaitu; secara langsung maupun tidak langsung. Pengukuran perilaku paling baik adalah secara langsung, yakni dengan pengamatan atau observasi yaitu mengamati tindakan subjek. Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan pada subjek tentang apa yang telah dilakukan (Notoatmodjo, 2010).

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dan analitik kuantitatif dengan pendekatan cross sectional melalui teknik survei. Teknik survei pada penelitian ini dimana informasi/data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden secara langsung. Pertanyaan dan pernyataan dalam kuesioner tersebut menggunakan pertanyaan dan pernyataan tertutup yang terdiri dari 4 bagian, yaitu karakteristik mahasiswa/identitas pribadi mahasiswa, pengetahuan, sikap dan praktik tentang penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas.

3.2 Waktu Penelitian

Pengumpulan data penelitian dilakukan pada bulan April 2019 di Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan melalui pengisian kuesioner oleh mahasiswa secara langsung.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi target dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan angkatan 2016, 2017 dan 2018.

3.3.2 Sampel

Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus slovin dengan margin kesalahan 5%, tingkat kepercayaan 95%. Dengan rumus slovin yaitu:

(33)

𝑛 = 𝑁 (1 + 𝑁𝑒2)

(Sedarmayanti, 2011).

Dimana: n= ukuran sampel N= ukuran populasi

e= tingkat kekeliruan pengambilan sampel yang dapat ditolerir

; taraf signigikasi; untuk sosial dan pendidikan lazimnya (0,05) dengan persen kepercayaan yang diinginkan 95%, dan e = 0,05, maka diperoleh besar sampel yaitu:

𝑛 = 750

(1 + 750 (0,05)2)

n = 260 dibulatkan menjadi 270 sampel 3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

a. Kriteria inklusi

i. Mahasiswa Fakultas Farmasi

ii. Mahasiswa Institut Kesehatan Helvetia Medan

iii. Bersedia mengikuti penelitian dan mengisi surat perjanjian b. Kriteria eksklusi

i. Mahasiswa yang tidak mengisi kuesioner secara lengkap ii. Mahasiswa yang tidak mengikuti prosedur secara lengkap 3.3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Dari perhitungan dengan menggunakan rumus di atas di dapat jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 270 sampel. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode stratified random sampling yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi karakterisitik umum dari anggota populasi,

(34)

kemudian menentukan strata atau lapisan dari jenis karakteristik unit-unit tersebut (Notoatmodjo, 2012).

3.4 Alat/Instrumen Penelitian

Alat/instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner yang berisikan pernyataan dan pertanyaan tertutup yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

3.5 Jenis dan Sumber Data Penelitian 3.5.1 Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dari responden. Adapun dalam penelitian ini data primer diperoleh secara langsung melalui pengisian kuesioner secara langsung.

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh lewat pihak lain dan tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Adapun dalam penelitian ini data sekunder yaitu data jumlah mahasiswa Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan yang diperoleh dari Sub Bagian Akademik Fakulatas Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan.

3.6 Pengolahan Data Penelitian

Tahap-tahap dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan data (editing)

(35)

Kegiatan editing dilakukan untuk meneliti kembali isian formulir atau kuesioner, apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap, jelas, relevan, konsisten dan sebagainya.

Kegiatan editing dilakukan untuk meneliti kembali isian formulir atau kuesioner, apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap, jelas, relevan, konsisten dan sebagainya.

2. Pengkodean data (coding)

Coding merupakan kegiatan yang dilakukan untuk merubah data berbentuk

huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan. Kegunaan dari coding adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data.

3. Pemprosesan data (processing)

Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang sudah dientry dapat dianalisis. Pemprosesan data dilakukan dengan cara mengentry data dari kuesioner ke paket program komputer.

4. Pembersihan data (cleaning)

Pembersihan data (cleaning) dilakukan untuk pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita mengentry ke computer dan lainnya (Hastono, 2006).

3.7 Uji Kualitas Kuesioner

Kesimpulan penelitian yang berupa jawaban atas pemecahan masalah penelitian tergantung pada kualitas data yang dianalisis dan instrumen yang

(36)

digunakan untuk mengumpulkan data tersebut. Ada dua konsep yang mengukur kualitas instrumen penelitian yaitu reliabilitas dan validitas. Hal ini berarti bahwa kesimpulan hasil penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang bias jika datanya kurang reliable dan valid (Erlina, 2011).

Salah satu masalah dalam suatu penelitian adalah bagaimana data diperoleh akurat dan objektif. Hal ini sangat penting dalam penelitian karena kesimpulan penelitian hanya akan dapat dipercaya jika data yang diperoleh akurat dan objektif.

Data yang kita kumpulkan tidak berarti jika alat pengukur yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian tidak mempunyai validitas dan reliabilitas yang tinggi (Hastono, 2006).

3.7.1 Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Secara umum, validitas dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu validitas internal dan validitas eksternal.

Validitas internal dibagi menjadi tiga yaitu content validity (validitas isi), construct validity (validitas konstruk) dan criterion-related validity (validitas berhubungan

dengan kriteria) (Erlina, 2011).

Pada penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah validitas konstruk (construct validity) yaitu menguji seberapa tinggi kesesuaian antara data yang terkumpul dengan teori yang digunakan dan dijadikan dasar dalam rancangan pengujian (Sinulingga, 2011).

Suatu variabel (pernyataan/pertanyaan) pada kuesioner dinyatakan valid apabila skor variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya.

Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi pearson

(37)

product moment dengan keputusan uji yaitu bila r hitung lebih besar dari r tabel

maka Ho ditolak, artinya variabel valid begitu juga sebaliknya (Hastono, 2006).

3.7.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih pada gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012).

Ada beberapa metode pengujian reliabilitas diantaranya, metode test-retest reliability, parallel-form reliability, formula spearman-brown, formula Flanagan,

formula rulon, formula hoyt, formula K-R 20, formula K-R 21 dan koefisien alpha cronbach (Sinulingga, 2011).

Pada penelitian ini, uji reliabilitas yang digunakan adalah koefisien alpha cronbach yaitu pengujian reliabilitas dilakukan dengan cara membandingkan nilai

r hasil (cronbach alpha) dengan r tabel. Pada uji reliabilitas pernyataan/pertanyaan dikatakan reliabel apabila r hasil lebih besar dari r tabel (Hastono, 2006).

3.8 Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses lanjutan dari proses pengolahan data untuk melihat bagaimana menginterpretasikan data, kemudian menganalisis data dari hasil yang sudah ada pada tahap hasil pengolahan data dan menampilkannya pada tabel atau grafik (Prasetyo dan Lina, 2005).

Data yang telah dikumpulkan dari responden akan dianalisis dengan menggunakan Statistical Product and Service Solutions (SPSS). SPSS merupakan paket program statistik yang berguna untuk mengolah dan menganalisis data

(38)

penelitian. Kemampuan yang dapat diperoleh dari SPSS meliputi pemprosesan segala bentuk file data, modifikasi data, membuat tabulasi berbentuk distribusi frekuensi, analisis statistik deskriptif, analisis lanjut yang sederhana maupun komplek, pembuatan grafik dan sebagainya (Hastono, 2006).

3.8.1 Analisis Deskriptif (Univariat)

Tujuan dari analisis ini adalah untuk menggambarkan/mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Bentuknya tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean (rata-rata), median, standard deviasi, minimal dan maksimal, sedangkan untuk data kategorik tentunya hanya dapat menjelaskan angka/nilai jumlah dan persentase masing-masing kelompok yang didapat melalui perintah frenquencies atau explore. Dalam analisis data kuantitatif kita dihadapkan pada kumpulan data yang besar/banyak yang belum jelas maknanya. Fungsi analisis sebenarnya adalah menyederhanakan atau meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Peringkasan tersebut berupa ukuran-ukuran statistik, tabel dan juga grafik (Hastono, 2006).

Pengujian analisis univariat dalam penelitian ini menggunakan perintah frequencies, yang digunakan untuk menggambarkan/mendeskripsikan variabel

karakteristik mahasiswa Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan.

3.8.2 Analisis Analitik (Bivariat)

Setelah dilakukan analisis univariat dan diketahui karakteristik masing- masing variabel, maka dapat dilakukan analisis lebih lanjut. Apabila diinginkan analisis hubungan antar dua variabel, maka analisis dilanjutkan pada tingkat bivariat. Misalnya ingin diketahui hubungan antara usia dengan pengetahuan.

Untuk mengetahui hubungan dua variabel tersebut biasanya digunakan pengujian

(39)

statistik. Jenis uji statistik yang digunakan sangat tergantung jenis data/variabel yang dihubungkan. Untuk data katagorik dan katagorik digunakan uji kai kuadrat (chi square) dan fisher exact, untuk data katagorik dan numerik digunakan uji T dan ANOVA, serta untuk data numerik dan numerik digunakan uji korelasi dan regresi (Hastono, 2006).

Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji kai kuadrat (chi square) karena data yang digunakan sudah dikelompokkan menjadi bentuk

kategorik dan kategorik. Prinsip dasar uji kai kuadrat (chi square) adalah membandingkan frekuensi yang terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Bila nilai frekuensi observasi dengan nilai frekuensi harapan berbeda, maka dikatakan ada hubungan/perbedaan yang bermakna (signifikan) begitu pula sebaliknya, atau hasil yang diperoleh dikatakan memiliki hubungan/perbedaan yang bermakna (signifikan) jika hasil signifikasi (p value) yang diperoleh < alpha (0,05) (Hastono, 2006).

Analisis bivariat pada penelitian ini digunakan untuk melihat hubungan antara usia, jenis kelamin, semester, tempat tinggal dan penghasilan orangtua dengan pengetahuan, sikap dan praktik penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas mahasiswa tingkat sarjana farmasi.

3.9 Definisi Operasional Kuesioner Penelitian

Definisi operasional kuesioner penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah:

(40)

Tabel 3.1 Definisi operasional kuesioner penelitian Variabel Definisi

operasional Hasil ukur Skala ukur I. Karakteristik

responden

a) Usia

b) Jenis kelamin

c) Semester

d) Tempat tinggal

e) Penghasilan Orangtua

Usia responden pada saat penelitian dilakukan

Jenis kelamin responden

Semester reponden pada saat penelitian dilakukan Tempat tinggal responden pada saat penelitian dilakukan Rata-rata

penghasilan yang diperoleh

orangtua responden selama satu bulan

Dalam tahun

1. Laki-laki 2. Perempuan

1. II 2. IV 3. VI

1. Kos 2. Bersama

orangtua

1. <3 juta 2. 3-5 juta 3. 5-7,5 juta 4. 7,5-10 juta 5. >10 juta

Ordinal

Nominal

Ordinal

Nominal

Interval

II. Pengetahuan tentang obat bebas dan obat bebas terbatas

Hasil dari tahu/segala informasi yang telah diketahui dan dipahami oleh responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas yang dalam hal ini pengetahuan responden

berdasarkan kemampuannya

1. Baik, apabila responden memperoleh skor (7-9) 2. Cukup,

apabila responden memperoleh skor (4-6) 3. Kurang,

apabila responden memperoleh skor (1-3)

Ordinal

(41)

Variabel Definisi

operasional Hasil ukur Skala ukur dalam

menanggapi 9 pertanyaan.

Setiap

pertanyaan diberi bobot:

Benar = 1 Salah = 0 III. Sikap dalam

penggunaan obat bebas dan obat bebas

terbatas

Repon tertutup dari responden dalam

penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas yang dalam hal

ini sikap

responden dilihat berdasarkan tanggapannya dalam

menanggapi 8 pernyataan sikap dalam

penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas Pertanyaan nomor 1,2,6,7 diberi bobot:

Ya = 1 Tidak = 0 Pertanyaan nomor 3,4,5,8 diberi bobot:

Tidak = 1 Ya = 0

1. Baik, apabila responden memperoleh skor (6-8) 2. Cukup,

apabila responden memperoleh skor (4-5) 3. Kurang,

apabila responden memperoleh skor (1-3)

Ordinal

IV. Praktik penggunaan obat bebas dan obat bebas

terbatas

Pelaksanaan secara nyata oleh responden dalam penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas uang dalam hal ini praktik responden dilihat berdasarkan jawabannya

1. Baik, apabila responden memperoleh skor (10-14) 2. Cukup,

apabila responden memperoleh skor (5-9) 3. Kurang,

apabila

Ordinal

(42)

Variabel Definisi

operasional Hasil ukur Skala ukur dalam menjawab

7 pertanyaan yang diberikan tentang praktik penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas, setiap pertanyaan diberi bobot:

Benar = 2 Ragu-ragu = 1 Salah = 0

responden memperoleh skor (1-4)

(43)

3.10 Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang diambil dalam penelitian ini adalah:

Persiapan Penelitian

Menentukan permasalahan Menentukan tujuan masalah Izin Penelitian

Meminta izin Dekan Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan untuk melakukan penelitian dan pengambilan data

Pengambilan Data

Menyiapkan dan membagikan kuesioner Mengumpulkan data

Mengolah data Hasil

Gambar 3.1 Diagram Langkah Penelitian

(44)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 4.1.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner

Suatu variabel (pernyataan/pertanyaan) pada kuesioner dinyatakan valid apabila skor variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya.

Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi pearson product moment dengan keputusan uji yaitu bila r hitung lebih besar dari r tabel

maka Ho ditolak, artinya variabel valid begitu juga sebalinya (Hastono, 2006).

Hasil uji validitas dari masing-masing pernyataan dan pertanyaan pada kuesioner dapat dilihat pada Tabel 4.1:

Tabel 4.1 Hasil uji validitas pernyataan dan pertanyaan pada kuesioner

P r tabel r hitung Hasil

Pengetahuan 1

0,444

0,814

Valid

Pengetahuan 2 0,836

Pengetahuan 3 0,706

Pengetahuan 4 0,687

Pengetahuan 5 0,633

Pengetahuan 6 0,718

Pengetahuan 7 0,658

Pengetahuan 8 0,606

Pengetahuan 9 0,836

Sikap 1 0,792

Sikap 2 0,769

Sikap 3 0,769

Sikap 4 0,778

Sikap 5 0,709

Sikap 6 0,727

Sikap 7 0,711

Sikap 8 0,522

Praktik 1 0,789

Praktik 2 0,741

Praktik 3 0,866

Praktik 4 0,899

Praktik 5 0,778

Praktik 6 0,726

Praktik 7 0,650

(45)

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa nilai r hasil dari seluruh pernyataan dan pertanyaan pada kuesioner lebih besar dari nilai r tabel, maka Ho ditolak. Hal ini dapat diartikan seluruh pernyataan dan pertanyaan pada kuesioner dinyatakan valid.

4.1.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner

Setelah seluruh pernyataan dan pertanyaan pada kuesioner dinyatakan valid, maka selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan cara membandingkan nilai r hasil (cronbach’s alpha) dengan nilai r tabel. Pada uji reliabilitas pernyataan/pertanyaan dikatakan reliabel apabila nilai r hasil lebih besar dari nilai r tabel (Hastono, 2006).

Dari hasil uji reliabilitas masing-masing pernyataan dan pertanyaan pada kuesioner diperoleh nilai r hasil (cronbach’s alpha) dari seluruh pernyataan dan pertanyaan pada kuesioner lebih besar dari nilai r tabel, yaitu pada pertanyaan pengetahuan mahasiswa tentang obat bebas dan obat bebas terbatas 0,882 ; pernyataan sikap mahasiswa dalam penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas 0,864 dan pertanyaan praktik penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas pada mahasiswa 0,888 . Hal ini dapat diartikan seluruh pernyataan dan pertanyaan pada kuesioner dinyatakan reliabel.

4.2 Karakteristik Responden

Responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan yaitu terdiri dari 270 responden. Dari keseluruhan responden, gambaran karakteristik yang diamati meliputi: usia, jenis kelamin, semester, tempat tinggal dan penghasilan orangtua. Secara garis besar karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 4.2:

(46)

Tabel 4.2 Karakteristik Responden

No Variabel Jumlah responden Persentase (%)

1 Usia

<20 Tahun 20-22 Tahun

>22 Tahun

128 136 6

47,4 50,4 2,2

Total 270 100

2 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

31 239

11,5 88,5

Total 270 100

3 Semester II

IV VI

94 94 82

34,8 34,8 30,4

Total 270 100

4 Tempat Tinggal Kos

Orangtua

208 62

77,0 23,0

Total 270 100

5 Penghasilan Orangtua

< 3 Juta 3-5 Juta 5-7,5 Juta 7,5-10 Juta

>10 Juta

119 91 43 6 11

44,1 33,7 15,9 2,2 4,1

Total 270 100

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat disimpulkan, responden paling banyak berusia 20-22 tahun yaitu 50,4%. Menurut Muliyawan dan Suriana (2013), usia 20-30 tahun tergolong dalam fase dewasa muda, dimana fase ini si anak mulai berdikari dan peranan orangtua sudah mulai berkurang. Dapat dikatakan bahwa si anak dalam hal ini responden sudah menentukan apa yang mereka inginkan termasuk dalam memilih obat, salah satunya adalah obat bebas dan obat bebas terbatas.

Berdasarkan jenis kelamin, dapat disimpulkan, responden paling banyak berjenis kelamin perempuan yaitu 88,5%.

Berdasarkan semester, dapat disimpulkan, responden paling banyak berada pada semester II dan IV yaitu masing-masing 34,8%.

(47)

Berdasarkan tempat tinggal, dapat disimpulkan, responden paling banyak bertempat tinggal kos yaitu 77%.

Berdasarkan penghasilan orangtua, dapat disimpulkan, responden paling banyak memiliki orangtua yang berpenghasilan <3 juta per bulannya yaitu 44,1%.

Berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 188.44/1450/KPTS/2018 tentang Penetapan Upah Minimum Kota Medan Tahun 2019 penetapan Upah Minimum Regional (UMR) Kota Medan Tahun 2019 adalah Rp 2.969.824,64. Hal ini dapat diartikan, penghasilan orangtua responden dalam kategori baik. Semakin baik tingkat ekonomi keluarga, semakin besar kemungkinan untuk mampu menyediakan uang tersendiri untuk membeli obat, salah satunya obat bebas dan obat bebas terbatas.

4.3 Karakteristik Indikasi Pembelian Obat, Tempat Pembelian Obat, Harga Obat yang Digunakan Responden

4.3.1 Indikasi Pembelian Obat yang Digunakan Responden

Berdasarkan hasil penilaian kuesioner yang dilakukan pada penelitian ini, didapatkan persentase terbanyak responden membeli obat yang digunakaannya untuk indikasi demam, lalu diikuti sakit kepala, batuk, sakit gigi, flu dan lainnya.

Hasil persentase dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Karakteristik Indikasi Pembelian Obat yang Digunakan Responden Indikasi Pembelian

Obat

Responden

Jumlah %

Demam 209 77,4

Sakit Kepala 15 5,6

Batuk 20 7,4

Sakit Gigi 6 2,2

Flu 6 2,2

Lainnya 14 5,2

Total 270 100

(48)

4.3.2. Tempat Pembelian Obat yang Digunakan Responden

Berdasarkan hasil penilaian kuesioner yang dilakukan pada penelitian ini, didapatkan persentase terbanyak pada responden membeli obat yang digunakaannya dari apotek, warung obat, toko obat dan pasar. Sedangkan menurut penelitian terdahulu responden membeli obat yang digunakannya paling banyak adalah di warung dan diikuti dari apotekm supermarket dan toko obat (Herawati, 2012). Hasil persentase dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Karakteristik Tempat Pembelian Obat yang Digunakan Responden

Tempat Pembelian Obat Responden

Jumlah %

Apotek 194 71,9

Warung 57 21,1

Toko Obat 18 6,7

Pasar 1 0,4

Total 270 100

4.3.3. Harga Pembelian Obat yang Digunakan Responden

Berdasarkan hasil penilaian kuesioner yang dilakukan pada penelitian ini, didapatkan persentase terbanyak pada responden harga pembelian obat yang digunakaannya dari <5.000, 5.000-10.000, 15.000-20.000, 10.000-15.000, dan

>20.000. Hasil persentase dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Karakteristik Harga Pembelian Obat yang Digunakan Responden

Harga Pembelian Obat Responden

Jumlah %

<5.000 186 68,9

5.000-10.000 53 19,6

10.000-15.000 12 4,4

15.000-20.000 13 4,8

>20.000 6 2,2

Total 270 100

(49)

4.4 Karakteristik Kesesuain Pemilihan Obat dengan Indikasi Obat yang Digunakan Responden

Berdasarkan hasil penilaian kuesioner yang dilakukan pada penelitian ini, didapatkan persentase terbanyak responden sesuai memilih obat dengan indikasi obat tersebut. Hasil persentase dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Karakteristik Kesesuaian Pemilihan Obat dengan Indikasi Obat yang Digunakan Responden

Kesesuaian Responden

Jumlah %

Ya 162 60,0

Tidak 108 40,0

Total 270 100

4.5 Pengetahuan Responden tentang Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas

Salah satu parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah pengetahuan responden tentang penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas. Terdapat 9 pertanyaan terkait pengetahuan obat bebat dan obat bebas terbatas.

4.5.1 Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden pada Pertanyaan Pengetahuan tentang Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas

Distribusi frekuensi tanggapan responden pada pertanyaan tentang obat bebas dan obat bebas terbatas dapat dilihat pada Tabel 4.7:

(50)

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi tanggapan responden pada pertanyaan pengetahuan tentang obat bebas dan obat bebas terbatas

Pertanyaan pengetahuan

Tanggapan responden

Benar Salah

Jumlah Persentase

(%) Jumlah Persentase (%)

Definisi obat bebas 266 98,5 4 1,5

Tanda khusus obat bebas terbatas

254 94,1 16 5,9

Tanda khusus obat bebas 255 94,4 15 5,6

Indikasi obat 13 4,8 257 95,2

Durasi obat 230 85,2 40 14,8

Penyimpanan obat 165 61,1 105 38,9

Efek samping obat 83 30,7 187 69,3

Penggunaan obat 259 95,9 11 4,1

Indikasi obat 255 94,4 15 5,6

Keterangan: Benar = Skor 1, Salah = Skor 0

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui masih terdapat beberapa pertanyaan yang dijawab salah oleh responden. Pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh responden adalah pertanyaan nomor 4 dan 7.

Sebanyak 95,2% yang menanggapi dengan salah pertanyaan tentang indikasi obat (P4). Hal ini dapat disimpulkan responden paling banyak menjawab dengan salah tentang indikasi obat. Artinya, banyak responden yang belum mengetahui tentang indikasi obat dengan benar.

Sebanyak 69,3% yang menanggapi dengan salah pertanyaan tentang efek samping obat (P7). Hal ini dapat disimpulkan responden paling banyak menjawab dengan salah tentang efek samping obat. Artinya, banyak responden yang belum mengetahui tentang efek samping obat dengan benar.

4.5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas

Berdasarkan tanggapan responden pada pertanyaan pengetahuan tentang obat bebas dan obat bebas terbatas pada Tabel 4.7 maka pengetahuan responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas dapat dikategorikan pada Tabel 4.8:

(51)

Tabel 4.8 Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat disimpulkan, responden memiliki pengetahuan dalam kategori baik sebanyak 60%.

Pengetahuan tentang obat bebas dan obat bebas terbatas merupakan hasil dari tahu/segala informasi yang diketahui dan dipahami responden. Secara umum, pengetahuan seseorang pada objek mempunyai 6 tingkatan yaitu: tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo, 2010).

Ada dua sumber utama bagaimana seseorang memiliki pengetahuan, yaitu secara Eksperiental Reality (ER) dan Agreement Reality (AR). Eskperiental Reality (ER) adalah sumber pengetahuan yang kita dapatkan dengan cara mengalaminya sendiri. Melalui pengalaman yang kita miliki, kita menjadi tahu akan sesuatu.

Sedangkan Agreement Reality (AR) yaitu sumber pengetahuan yang didasarkan pada kesepakatan-kesepakatan antara diri kita pribadi dengan orang lain (informasi yang diperoleh dari orang/media lain), misalnya dari dosen, media cetak (buku,koran dan majalah), televisi ataupun akses internet (Prasetyo dan Lina, 2005).

Menurut peneliti, baiknya pengetahuan responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas melalui pengalaman pribadi mereka yang pernah mengonsumsi obat bebas dan obat bebas terbatas dan dapat juga melalui informasi yang mereka peroleh dari orang/media lain seperti media cetak (buku, koran dan majalah),

Pengetahuan tentang obat bebas dan obat bebas

terbatas Jumlah Persentase

(%)

Baik 162 60,0

Cukup 106 39,3

Kurang 2 0,7

Total 270 100

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

startup Complementary metal-oxide semiconductor memory Digunakan pada beberapa chip RAM, chip flash memory, dan chip memory jenis lain.. Expansion Slots and Adapter

Dengan demikian kita mengetahui bahwa hal yang utama untuk proses Dengan demikian kita mengetahui bahwa hal yang utama untuk proses laktasi adalah stimulasi pada payudara, baik itu

Unit Analisis adalah pada penegakan hukum yakni Dinas Perhubungan Kota Salatiga selaku pihak yang berwenang dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan kegiatan pengawasan,

Target khusus yang ingin dicapai: Akhir dari pelaksanaan penelitian yang sudah memasuki tahun kedua dari rencana tiga tahun ini ditargetkan menghasilkan sebuah model baku

memusyawarahkan permasalahan, memberikan pemecahan masalah, memberikan nasehat apabila ada permasalahan, menjalin komunikasi dengan karyawannya, ikut serta dalam

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Reublik Indonesia Tahun 2004 Nomor

Dalam menganalisis Kerusakan Axle Box pada Bogie Tipe K5 Gerbong Kereta Api di PT Kereta Api Indonesia (Persero) Balai Yasa Pulubrayan, Medan penulis membatasi lingkupan

Metode penelitian yang akan di gunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah metode penelitian Deskrptif kuanitatif, Dengan metode deskriptif kuanitatif