37 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sistem
Sistem merupana suatu kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi, atau energy untuk mancapai suatu tujuan. Definisi sistem menurut beberapa ahli dan berbagai sumber adalah sebagai berikut:
1. Menurut Anastasia Diana dan Lilis Setiawati (2011), Sistem merupakan “serangkaian bagian yang saling tergantung dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.”
2. Menurut Mulyadi (2016), Sistem adalah “suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.”
3. Menurut Andri Kristanto (2008), adalah “Sistem merupakan jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu.”
4. Menurut Jogiyanto (2005), adalah “Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.”
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem memiliki syarat – syarat yang harus dipenuhi sebagai berikut :
commit to user
38 a. Sistem harus dibentuk untuk menyelesaikan suatu masalah.
b. Elemen atau prosedur sistem harus mempunyai rencana supaya tujuan tercapai.
c. Adanya hubungan antara elemen – elemen.
d. Lebih penting tujuan organisasi dari pada tujuan elemen.
B. Pengertian Pajak
Menurut pasal 1 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007, pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar oleh warga Negara kepada pemerintah dengan tidak mendapat imbalan secara langsung. Digunakan untuk kepentingan umum bagi kepentingan rakyat umum. Sifat pajak adalah memaksa karena diatur dalam undang-undang. Hasil dari pungutan pajak nantinya akan digunakan untuk pembangunan Negara melalui APBN. Dari prespektif perekonomian, pajak beralih dari sektor individu menuju sektor publik.
Artinya hasil pajak ini bukan sesuatu hal yang dinikmati oleh individu tetapi milik public atau masyarakat tanpa terkecuali.
Tanggung jawab atas kewajiban pembayaran pajak, sebagai pencerminan kewajiban kenegaran di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat sendiri untuk memenuhi kewajiban tersebut. Hal tersebut sesuai dengan sistem self assessment yang dianut dalam Sistem commit to user
39 Perpajakan Indonesia. Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak, sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan/penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan. Dalam melaksanakan fungsinya tersebut, Direktorat Jenderal Pajak berusaha sebaik mungkin memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai visi dan misi Direktorat Jenderal Pajak.
Definisi pajak menurut beberapa ahli dan berbagai sumber adalah sebagai berikut:
1. Definisi atau pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro, adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).
2. Definisi pajak menurut Adriani yang menyatakan bahwa, pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh mereka yang wajib membayarnya menurut peraturan, tanpa mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang kegunaannya untuk membiayai pengeluaran umum terkait dengan tugas Negara dengan menyelenggarakan pemerintahan.
commit to user
40 C. Pengertian Retribusi
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, sebagai pengganti dari UU No. 18 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 34 Tahun 2000, lebih mempertegas pengertian retribusi dalam tataran pemerintahan yang lebih rendah, sebagai berikut: “Retribusi daerah adalah pungutas daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau Badan.”. Definisi retribusi menurut beberapa ahli dan berbagai sumber adalah sebagai berikut:
1. Definisi retribusi menurut Marihot P. Siahaan (2005), Retribusi Daerah ini ialah suatu pungutan daerah yakni sebagai suatu pembayaran atas jasa atau pun juga pemberian sebuah izin tertentu yang khusus serta disediakan danjuga diberikan oleh pemerintah daerah yakni untuk kepentingan dari orang atau pun juga badan
2. Definisi retribusi menurut Nasrun (2003), Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sadalah pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik daerah untuk kepentingan umum, atau karena jasa yang diberikan oleh daerah baik langsung maupun tidak langsung.
commit to user
41 Dari definisi para ahli diatas maka dapat disimpulkan yang dimaksud dengan retribusi adalah pembayaran atau penyetoran yang wajib atas jasa yang telah diberikan oleh negara kepada masyarakat yang menggunakan jasa tersebut yang telah disediakan oleh pemerintah daerah.
D. Jenis-jenis retribusi daerah
1. Retribusi Jasa Umum, retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Objek pendapatan yang termasuk dalam kategori retribusi jasa umum untuk Pemerintah Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:
a. Retribusi pelayanan kesehatan b. Retribusi pelayanan kebersihan
c. Retribusi penggantian beban cetak KTP dan beban cetak akta catatan sipil
d. Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat e. Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum
f. Retribusi pelayanan pasar
g. Retribusi pengujian kendaraan bermotor h. Retribusi pemeriksaan alat pemadam i. Retribusi penggantian beban cetak peta
j. Retribusi penyediaan dan atau penyedotan kakus k. Retribusi pengolahan limbah cair
l. Retribusi pelayanan tera/tera ulang commit to user
42 m. Retribusi pelayanan pendidikan
n. Retribusi pengendalian menara telekomunikasi
2. Retribusi Jasa Usaha, adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sector swasta. Retribusi Jasa usaha untuk Pemerintah Kabupaten/Kota meliputi :
a. Retribusi pemakaian kekayaan daerah
b. Retribusi jasa usaha pasar grosir atau pertokoan c. Retribusi jasa usaha tempat pelelangan
d. Retribusi jasa usaha terminal
e. Retribusi jasa usaha tempat khusus parkir
f. Retribusi jasa usaha tempat penginapan/pesanggrahan/villa g. Retribusi jasa usaha rumah potong hewan
h. Retribusi jasa usaha pelayanan kepelabuhan i. Retribusi jasa usaha tempat rekreasi dan olahraga j. Retribusi penyeberangan di air
k. Retribusi jasa usaha penjualan produksi usaha daerah
3. Retribusi Perizinan Tertentu, yaitu retribusi atas kegiatan tertentu oleh Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan
commit to user
43 umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis retribusi perizinan tertentu untuk Pemerintah Kabupaten/Kota yaitu sebagai berikut :
a. Retribusi izin mendirikan bangunan
b. Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol c. Retribusi izin gangguan
d. Retribusi izin trayek
e. Retribusi izin usaha perikanan
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi daerah di tentukan sebagai berikut:
1. Tarif retribusi jasa umum ditetapkan berdasarkan kebijakan daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan.
2. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 153, prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi jasa usaha didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.
3. Tarif retribusi perizinan tertentu diterapkan berdasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan
E. Objek dan Subjek Retribusi Daerah
1. Sesuai peraturan daerah Kota Surakarta Nomor 5 Tahun 2016 tentang perubahan atas peraturan daerah Kota Surakarta nomor 9 tahun 2011
commit to user
44 tentang retribusi daerah objek retribusi daerah Kota Surakarta yaitu pelayanan jasa yang disediakan pemerintah.
2. Subjek retribusi daerah adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati jasa umum yang disediakan oleh pemerintah daerah.
F. Retribusi Pelayanan Pemakaman
1. Pengertian Retribusi Pelayanan Pemakaman
Pelayanan pemakaman merupakan salah satu kebutuhan manusia dan membutuhkan lahan yang cukup. Tingkat kematian penduduk di Kota Surakarta juga berpengaruh pada kesedian lahan yang ada. Retribusi pelayanan pemakaman merupakan salah satu jenis retribusi jasa umum.
Berdasarkan peraturan daerah kota Surakarta Nomor 10 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pemakaman bahwa retribusi adalah pembayaran atas penguburan/pemakaman dan perpanjangan penggunaan tanah makam yang dimiliki atau dikelola pemerintah daerah. Sedangkan masa retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk menfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari pemerintah daerah.
Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran Retribusi yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah
commit to user
45 Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD, adalah surat ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok Retribusi yang terutang.
Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat ketetapan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran Retribusi karena jumlah kredit Retribusi lebih besar daripada Retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang.
Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan Retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.
2. Objek Retribusi Pelayanan Pemakaman
Objek Retribusi Pelayanan Pemakaman adalah pelayanan penguburan atau pemakaman termasuk penggalian dan pengerukan, serta sewa tempat pemakaman yang dimiliki atau dikelola Pemerintah Daerah.
3. Subjek Retribusi Pelayanan Pemakan
Subjek Retribusi Pelayanan Pemakan adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh fasilitas pelayanan pemakaman, yang meliputi antara lain jasa penggalian atau pengerukan dan sewa tanah tempat pemakaman.
Retribusi Pelayanan Pemakaman termasuk golongan retribusi pelayanan umum. Seseorang atau badan dapat dikecualikan dari subjek Retribusi Pelayanan Pemakaman jika dari keluarga miskin yang memiliki kartu Jamkesmas.
commit to user
46 4. Persyaratan Adminstratif Pelayanan Pemakaman
Sesuai dengan Perda No.10 Th. 2011 tentang pemakaman pasal 15 ayat (1), “setiap jenazah yang akan dimakamkan di taman pemakaman, ahli waris atau pihak yang bertanggung jawab memakamkan jenazah wajib memperoleh izin dari pejabat yang ditunjuk dengan melampirkan”
a. Surat keterangan laporan kematian dari lurah setempat.
b. Surat keterangan pemeriksaan jenazah dari rumah sakit atau puskesmas.
c. Fotocopy kartu keluarga.
d. Fotocopy kartu tanda penduduk orang yang meninggal.
5. Tarif Retribusi pelayanan Pemakaman
Menurut Perda No. 10 Th. 2011 tentang pemakaman a. Untuk orang dewasa.
- Kuburan umum Rp.150.000 - Kuburan khusus Rp.500.000 b. Untuk anak – anak dibawah 10 tahun
50% (lima puluh persen) dari tarif (1) Keterangan :
Khusus pemegang PKMS gold dan jamkesmas dibebaskan dari kewajiban retribusi.
commit to user
47 6. Sistem pemungutan retribusi pelayanan pemakaman
Dalam pemungutan retribusi pemakaman petugas yang ditunjuk tentunya dilindungi dasar hukum, dasar hukum tersebut meliputi :
a. Peraturan Presiden No. 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan dan Kawasan Permukiman
b. Peraturan Walikota Surakarta Nomor 18A Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur di Lingkungan Pemerintah Kota Surakarta
c. Undang-Undang No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
d. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1987 tentang Penyediaan dan Penggunaan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat Pemakaman e. Perda Kota Surakarta No. 2 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas 4. Mampu berkomunikasi dengan baik Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
f. Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah
g. Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 10 Tahun 2011 tentang Pemakaman
h. Peraturan Walikota Surakarta Nomor 27C Tahun 2017 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota SurakartaPeraturan
i. Walikota Surakarta Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Retribusi Pelayanan Pemakaman
commit to user
48 Dasar hukum tersebut menjadi landasan bagi petugas untuk memungut retribusi pemakaman sesuai pedoman dan prosedur yang telah ditetapkan atau disebut juga dengan SOP(standar operasional prosedur). Didalam SOP memuat hal apa saja yang harus dilakukan petugas dan juga terdapat peringatan yang harus menjadi perhatian petugas yaitu:
a. Membuat surat harus sesuai dengan tata naskah dinas, jika tidak surat menjadi tidak sah
b. Jumlah Tagihan retribusi harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku, jika tidak jumlah menjadi tidak sah
c. Menerima uang retribusi harus dilakukan secara teliti dan cermat, jika tidak jumlah tagihan retribusi menjadi tidak akurat
d. Penyelesaian waktu SOP dalam kondisi normal
Dalam SOP Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan juga memuat alur penarikan retribusi pemakaman sehingga petugas memiliki acuan tahap tahap yang harus dilalui, alur tersebut disajikan dalam tabel berikut:
commit to user
49 Gambar 2.1
Standar Operasional Prosedur Disperum KPP Sumber : Disperum KPP Kota Surakarta, 2019
7. Analisis Efektivitas Retribusi Daerah
Efektivitas retribusi daerah adalah nilai yang dihitung berdasarkan presentase perbandingan realisasi penerimaan retribusi daerah dengan target penerimaan retribusi daerah. Efektivitas retribusi daerah ini dapat diukur dengan menggunakan rumus di bawah ini:
Efektifitas Retribusi Pemakaman = Realisasi retribusi pemakaman x 100%
Target retribusi pemakaman
Kriteria yang digunakan dalam menilai efektivitas retribusi daerah adalah:
commit to user
50 Tabel 2.1
Tabel Klasifikasi Kriteria Nilai Efektivitas Retribusi Daerah
Presentase Kriteria
>100%
90-100%
80-90%
60-80%
≤60%
Sangat Efektif Efektif
Cukup Efektif Kurang Efektif
Tidak Efektif
Sumber: Depdagri, kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 2006
G. Dokumentasi Sistem Bagan Alir
Perusahaan biasanya menggunakan bagan alir untuk menggambarkan suatu sistem dan prosedur yang berjalan di dalamnya. Menurut Romney (2014) bagan alir merupakan teknis analitis bergambar yang digunakan untuk menjelaskan tentang prosedur-prosedur yang terjadi di dalam perusahaan secara ringkas dan jelas.
Bagan alir digambarkan dengan menggunakan simbol-simbol. Simbol bagan alir dibagi menjadi empat kategori yaitu symbol input/output, symbol pemrosesan, symbol penyimpanan, symbol arus dan lain-lain.
Beberapa contoh simbol-simbol bagan alir sebagai berikut:
commit to user
51 commit to user
52 Gambar 2.2
Simbol-Simbol Bagan Alir Sumber : (Romney,2014) H. Penelitian Terdahulu
Penulis menggunakan referensi dari penelitian terdahulu yakni yang berjudul implementasi perda nomor 3 tahun 2013 tentang retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat dalam rangka pengaturan dan pengendalian tempat pemakaman dan pengabuan mayat di dinas pertama Kota Medan disusun oleh (Marwan Alfikiri, 2019). Di dalam membahas tentang bagaimana implementasi peraturan daerah Kota Medan nomor 3 tahun 2013 tentang retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat, studi pada dinas pertamanan Kota Medan. Penulis mengambil referensi penelitian terdahulu yang kedua yakni yang berjudul implementasi pasal 31 ayat (1) peraturan daerah Kota Malang nomor 1 tahun 2011 tentang retribusi jasa umum terkait dengan pengenaan tarif retribusi pelayanan pemakaman yang disusun oleh (Muhammad Arga
commit to user
53 Asmarawan,2017). Di dalamnya membahas tentang mengindentifikasi dan menganalisis bagaimana implementasi pasal 31 ayat (1) peraturan daerah Kota Malang nomor 1 tahun 2011 tentang retribusi jasa umum terkait dengan retribusi pelayanan pemakaman. Penulis mengambil referensi penelitian terdahulu yang ketiga berjudul tinjauan terhadap pemungutan retribusi pelayanan pemakaman di Kota Surakarta yang disusun oleh (Ayu Suryani Kartikowati,2013). Di dalamnya membahas tentang bagaimana proses pemungutan retribusi pelayanan pemakaman di Kota Surakarta.
commit to user