• Tidak ada hasil yang ditemukan

JUDISIAL REVIEW DAN KUALITAS JUDISIAL REVIEW DAN KUALITAS PEMBENTUKAN PERATURAN PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PERUNDANG-UNDANGA 5834094509. 5834094509

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "JUDISIAL REVIEW DAN KUALITAS JUDISIAL REVIEW DAN KUALITAS PEMBENTUKAN PERATURAN PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PERUNDANG-UNDANGA 5834094509. 5834094509"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Sofyan Sitompul

Sofyan Sitompul 11

JUDISIAL REVIEW DAN KUALITAS

JUDISIAL REVIEW DAN KUALITAS

PEMBENTUKAN PERATURAN

PEMBENTUKAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN

PERUNDANG-UNDANGAN

OLEH

OLEH

SOFYAN SITOMPUL, SH, MH

SOFYAN SITOMPUL, SH, MH INSPEKTUR KEPEGAWAIAN

INSPEKTUR KEPEGAWAIAN

DISAMPAIKAN PADA

DISAMPAIKAN PADA PERTEMUAN PERTEMUAN

PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

(2)

GUARANTEES OF CONSTITUTIONS/

GUARANTEES OF CONSTITUTIONS/

JAMINAN KONSTITUSI (1)

JAMINAN KONSTITUSI (1)

Undang-undang selaku produk politik

Undang-undang selaku produk politik

Kepentingan para politisi (Kepentingan para politisi (de wetgevers)de wetgevers) pada proses pembentukan undang- pada proses pembentukan undang-undang.

undang.

Pasal 20 ayat (1), (2),(3), dan (4) UUD 1945 menetapkan, DPR memegang Pasal 20 ayat (1), (2),(3), dan (4) UUD 1945 menetapkan, DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang.

kekuasaan membentuk undang-undang.

Pasal 5 ayat (1) UUD 1945, Presiden berhak mengajukan RUU kepada DPR.Pasal 5 ayat (1) UUD 1945, Presiden berhak mengajukan RUU kepada DPR.

Bertentangan dengan aspirasi dan kehendak rakyat banyak selaku pemegang Bertentangan dengan aspirasi dan kehendak rakyat banyak selaku pemegang kedaulatan tertinggi.

kedaulatan tertinggi.

Judicial Review/Constitutional Review

Judicial Review/Constitutional Review

Kewenangan lembaga peradilan, contoh: Kewenangan lembaga peradilan, contoh: Supreme CourtSupreme Court (USA) (USA)

Dalam bukunya Dalam bukunya General Theory of Law and State General Theory of Law and State (1961:267)(1961:267), , Hans Kelsen Hans Kelsen menyatakan pengujian undang-undang merupakan salah satu jaminan yang menyatakan pengujian undang-undang merupakan salah satu jaminan yang diberikan konstitusi bahwa isi dari norma yang lebih rendah harus sesuai diberikan konstitusi bahwa isi dari norma yang lebih rendah harus sesuai dengan norma yang lebih tinggi

(3)

Sofyan Sitompul

Sofyan Sitompul 33

GUARANTEES OF CONSTITUTIONS/

GUARANTEES OF CONSTITUTIONS/

JAMINAN KONSTITUSI (2)

JAMINAN KONSTITUSI (2)

Lembaga Peradilan sebagai

Lembaga Peradilan sebagai

Negative Legislator

Negative Legislator

(fungsi legislatif yang negatif)

(fungsi legislatif yang negatif)

Pembatalan undang-undang adalah sebuah fungsi legislatif, tindakan yang Pembatalan undang-undang adalah sebuah fungsi legislatif, tindakan yang disebut sebagai legislasi negatif. Pengadilan yang berwenang untuk disebut sebagai legislasi negatif. Pengadilan yang berwenang untuk membatalkan undang-undang secara individu maupun umum berfungsi membatalkan undang-undang secara individu maupun umum berfungsi sebagai sebuah legislator negatif (Hans Kelsen , 1961)

sebagai sebuah legislator negatif (Hans Kelsen , 1961)

Partisipasi masyarakat

Partisipasi masyarakat

(Post Scriptum)

(Post Scriptum)

Undang-undang adalah suatu kehendak umum/Undang-undang adalah suatu kehendak umum/volonte generalevolonte generale (Jean (Jean Jacques Rosseau,

Jacques Rosseau, Du Contract Social, Du Contract Social, 1712)1712)

Undang-undang menciptakan tujuan umum yakni kepentingan umum.Undang-undang menciptakan tujuan umum yakni kepentingan umum.

Undang-undang yang tidak mencerminkan kepentingan umum dianggap tidak Undang-undang yang tidak mencerminkan kepentingan umum dianggap tidak adil (Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah, 1988).

(4)

MODEL-MODEL MAHKAMAH KONSTITUSI YANG

MODEL-MODEL MAHKAMAH KONSTITUSI YANG

BERWENANG MELAKUKAN “

BERWENANG MELAKUKAN “

JUDICIAL REVIEW

JUDICIAL REVIEW

NO

NO MODELMODEL SUSUNANSUSUNAN WEWENANGWEWENANG NEGARANEGARA

1.

1. Mahkamah Mahkamah

Konstitusi Austria

Konstitusi Austria (Continental

(Continental Model)

Model) sejak sejak tahun 1920

tahun 1920

Berdiri sendiri, di luar

Berdiri sendiri, di luar

Mahkamah Agung

Mahkamah Agung

Melakukan :

Melakukan :

““constitutional review”constitutional review”

Legalitas peraturan di bawah UULegalitas peraturan di bawah UUPengujian perjanjian internasionalPengujian perjanjian internasionalPeselisihan PemiluPeselisihan Pemilu

ImpeachmentImpeachment

Constitutional complaintConstitutional complaint

Sengketa kewenangan/ keuanganSengketa kewenangan/ keuanganSengketa antara lembaga negara Sengketa antara lembaga negara Penafsiran UUDPenafsiran UUD

Antara lain Austria,

Antara lain Austria,

Jerman, Belanda,

Jerman, Belanda,

Mesir, Afrika Selatan,

Mesir, Afrika Selatan,

Korea Selatan,

Korea Selatan,

Thailand, Chili.

Thailand, Chili.

2.

2. Model Model Dewan Dewan Konstitusi Konstitusi (Council (Council Constitutional) Constitutional)

Perancis sejak

Perancis sejak

tahun 1958

tahun 1958

Berdiri sendiri, di luar

Berdiri sendiri, di luar

Mahkamah Agung.

Mahkamah Agung.

Tidak disebut

Tidak disebut

pengadilan

pengadilan (court)(court)

tetapi dewan

tetapi dewan (council)

(council) (semi (semi peradilan)

peradilan)

Melakukan

Melakukan “constitutional review ““constitutional review “

menguji UU sebelum diberlakukan.

menguji UU sebelum diberlakukan.

Wewenang lain adalah:

Wewenang lain adalah: ““constitutional review”constitutional review”

Perselisihan penyelenggaraan pemiluPerselisihan penyelenggaraan pemilu

dan referendum

dan referendum

Memberikan pendapat Memberikan pendapat (consultative (consultative power)

power) kepada presiden jika diminta kepada presiden jika dimintaMemberikan fatwa hukum tetapiMemberikan fatwa hukum tetapi

tidak pernah digunakan

tidak pernah digunakan

Menguji Menguji konstitusionalitas konstitusionalitas tata tata lembaga DPR

lembaga DPR

Libanon, Aljazair,

Libanon, Aljazair,

Maroko, Kamboja, dan

Maroko, Kamboja, dan

Kazakhtan

(5)

Sofyan Sitompul

Sofyan Sitompul 55

3.

3. Model Model Kamar Kamar Khusus (Special

Khusus (Special

Chambers)

Chambers)

Dalam Pengadilan yang ada

Dalam Pengadilan yang ada

dibentuk kamar khusus,

dibentuk kamar khusus,

tetapi bukan di MA melainkan

tetapi bukan di MA melainkan

di Pengadilan Tinggi

di Pengadilan Tinggi

Kamar khusus itu diberi

Kamar khusus itu diberi

wewenang untuk menjalankan

wewenang untuk menjalankan

pengujian konstitutionalitas pengujian konstitutionalitas suatu UU suatu UU Yaman, Camerun, Yaman, Camerun, Uganda, Panama, Uganda, Panama, Uruguay Uruguay 4.

4. Model Model Campuran Campuran

Amerika dan

Amerika dan

kontinental

kontinental

Mahkamah Agung/Mahkamah

Mahkamah Agung/Mahkamah

Konstitusi/kamar khusus

Konstitusi/kamar khusus

melakukan constitutional

melakukan constitutional

review secara terpusat, tetapi

review secara terpusat, tetapi

semua pengadilan yang ada

semua pengadilan yang ada

pada semua tingkat

pada semua tingkat

berwenang pula untuk

berwenang pula untuk

menyamping UU yang

menyamping UU yang

bertentangan dengan

bertentangan dengan

konstitusi

konstitusi

MA/MK/kamar Khusus

MA/MK/kamar Khusus

melakukan pengujian secara

melakukan pengujian secara

terpusat, semua tingkat

terpusat, semua tingkat

pengadilan melakukan

pengadilan melakukan

pengujian secara

pengujian secara

terdesentralisasi

terdesentralisasi

Yunani, swiss, Brasil,

Yunani, swiss, Brasil,

Venezuela

Venezuela

5.

5. Model BelgiaModel Belgia Court Court of of arbitrase arbitrase (Pengadilan tertinggi

(Pengadilan tertinggi

dibidang arbitrase) setingkat

dibidang arbitrase) setingkat

dengan Mahkamah Agung

dengan Mahkamah Agung

-”constitusional review”

-”constitusional review”

- tugas lain adalah melakukan

- tugas lain adalah melakukan

penyelesaian sengketa melalui

penyelesaian sengketa melalui

arbitrase

arbitrase

Belgia

Belgia

6.

6. Model Model Supremasi Supremasi

Parlemen

Parlemen

Tidak mengenal adanya

Tidak mengenal adanya

lembaga peradilan yang

lembaga peradilan yang

berwenang menguji UU

berwenang menguji UU

terhadap UUD

Undang-terhadap UUD

Undang-Undang tidak dapat diganggu

Undang tidak dapat diganggu

gugat ”the queen or king in

gugat ”the queen or king in

Parlianment”

Parlianment”

Undang-undang tidak dapat

Undang-undang tidak dapat

diganggu gugat. UU hanya

diganggu gugat. UU hanya

dapat diuji melalui legislative

dapat diuji melalui legislative

review

review

Inggris, Belanda,

Inggris, Belanda,

Kuwait, Congo,

Kuwait, Congo,

Ethiopia

(6)

Sofyan Sitompul

Sofyan Sitompul 66

MAHKAMAH KONSTITUSI

MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA

REPUBLIK INDONESIA

Mahkamah Konstitusi RI selaku constitutional court yang ke-78 di dunia merupakn mahkamah yang pertama di abad XXI.

Pasal 24A (2) UUD 1945 : Kekuasaan kehakiman :

Sebuah MAHKAMAH AGUNG dan badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan

Sebuah MAHKAMAH KONSTITUSI .

Pasal 24C (1) : Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final :

untuk menguji untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar,

memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar,

memutus pembubaran partai politik, dan

memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Pasal 24C (2) : Mahkamah Konstitusi wajib

memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang- dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar

Undang Dasar .

(7)

Sofyan Sitompul

Sofyan Sitompul 77

HUKUM ACARA

HUKUM ACARA

PENGUJIAN UNDANG-UNDANG

PENGUJIAN UNDANG-UNDANG

DASAR :

 UU No. 24 Tahun 2003 (UUMK) Pasal 50 sd Pasal 60

 Peraturan MK (PMK) No.06/PMK/2005 tgl. 27 Juni 2005

tentang Pedoman Beracara dalam Perkara Pengujian Undang-Undang (sebagai pelaksanaan Pasal 86 UUMK)

OBYEK PENGUJIAN :

Pasal 50 UUMK : Undang-undang yang dapat diuji adalah undang-undang yang diundangkan setelah perubahan UUD.

Penjelasan UUMK: yang dimaksudkan dengan setelah perubahan UUD adalah perubahan pertama tanggal 19 Oktober 1999

(8)

KONTROVERSI PASAL 50

KONTROVERSI PASAL 50

(

(

putusan secara berangsurputusan secara berangsur

)

)

1.

1. Tanggal Tanggal 23 Desember 200323 Desember 2003 Mahkamah Konstitusi mengenyampingkanMahkamah Konstitusi mengenyampingkan Pasal 50 dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 004/PUU-I/2003 Pasal 50 dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 004/PUU-I/2003 atas Pengujian Undang-Undang Nomor14 Tahun1995 tentang atas Pengujian Undang-Undang Nomor14 Tahun1995 tentang Mahkamah Agung

Mahkamah Agung ..

2.

2. Tanggal 30 Juni 2004 Mahkamah Konstitusi menyatakan berwenangTanggal 30 Juni 2004 Mahkamah Konstitusi menyatakan berwenang untuk mengadili

untuk mengadili undang-undang yang diundangkan sebelum tanggal 19 undang-undang yang diundangkan sebelum tanggal 19 Oktober 1999

Oktober 1999 dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 005/PUU-II/dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 005/PUU-II/ 2004

2004 atas Pengujian Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang atas Pengujian Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial

Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial..

3.

3. Tanggal 10 Nopember 2004 Mahkamah Konstitusi menyatakanTanggal 10 Nopember 2004 Mahkamah Konstitusi menyatakan berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan pengujian undang-undang yang diundangkan sebelum tanggal 19 pengujian undang-undang yang diundangkan sebelum tanggal 19 Oktober 1999

Oktober 1999 dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 018/PUU-dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 018/PUU-I/2003

I/2003 atas Pengujian Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang atas Pengujian Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, …, Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, …, dan Kota Sorong

dan Kota Sorong ..

4.

4. Tanggal 11 April 2004 Mahkamah Konstitusi menyatakan Pasal 50 Tanggal 11 April 2004 Mahkamah Konstitusi menyatakan Pasal 50 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor Indonesia Tahun 1945 dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 066/PUU-II/2004

066/PUU-II/2004 atas atas Pengujian Undang-Undang Nomor 24 Tahun Pengujian Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi dan Undang-Undang Nomor 1 2003 tentang Mahkamah Konstitusi dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri

(9)

Sofyan Sitompul

Sofyan Sitompul 99

IMPLIKASI PUTUSAN MK

IMPLIKASI PUTUSAN MK

ATAS PASAL 50

ATAS PASAL 50

Dampak : permohonan pengujian undang-undang meningkat

Dampak : permohonan pengujian undang-undang meningkat

(termasuk undang-undang masa lampau) yaitu :

(termasuk undang-undang masa lampau) yaitu :

 Undang-Undang Undang-Undang Nomor Nomor 12 12 Tahun Tahun 1995 1995 tentang tentang Pemasyarakatan;

Pemasyarakatan;

 Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 tentang Panitia Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara;

Urusan Piutang Negara;

 KUHP;KUHP;

 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara;

Tata Usaha Negara;

 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika;Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika;  Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP;Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP;

 Undang-Undang Nomor 56 Prp Tahun 1960 tentang Undang-Undang Nomor 56 Prp Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian;

Penetapan Luas Tanah Pertanian;

 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Seluruh undang-undang yang diberlakukan di

Seluruh undang-undang yang diberlakukan di

Republik Indonesia dapat diuji.

(10)

PRODUK HUKUM MK

PRODUK HUKUM MK

UUMK : putusan

UUMK : putusan

PMK : putusan dan ketetapan

PMK : putusan dan ketetapan

UUMK (Pasal 56-57)

UUMK (Pasal 56-57)

Permohonan tidak dapat diterima, dalam hal

Permohonan tidak dapat diterima, dalam hal

pemohon dan/atau permohonan tidak memenuhi

pemohon dan/atau permohonan tidak memenuhi

Pasal 50 dan Pasal 51;

Pasal 50 dan Pasal 51;

Permohonan dikabulkan, dalam hal permohonan

Permohonan dikabulkan, dalam hal permohonan

beralasan atau pembentukannya tidak memenuhi

beralasan atau pembentukannya tidak memenuhi

ketentuan pembentukan undang-undang;

ketentuan pembentukan undang-undang;

Permohonan ditolak, dalam hal undang-undang

Permohonan ditolak, dalam hal undang-undang

tidak bertentangan dengan UUD.

(11)

Sofyan Sitompul

Sofyan Sitompul 1111

PMK (Pasal 36 dan Pasal 43

PMK (Pasal 36 dan Pasal 43

))

Pasal 36 : idem UUMK

Pasal 36 : idem UUMK

Pasal 43 : Mahkamah mengeluarkan ketetapan

Pasal 43 : Mahkamah mengeluarkan ketetapan

dalam hal :

dalam hal :

 Permohonan bukan kewenangan Mahkamah : Permohonan bukan kewenangan Mahkamah :

perkara No.015/PUU-I/2003, atas Permohonan verifikasi

perkara No.015/PUU-I/2003, atas Permohonan verifikasi

Partai Persatuan Nasional Indonesia (PPNI), ditetapkan tgl.

Partai Persatuan Nasional Indonesia (PPNI), ditetapkan tgl.

22 Desember 2003 dan perkara No.016/PUU-I/2003 atas

22 Desember 2003 dan perkara No.016/PUU-I/2003 atas

Permohonan agar putusan peninjauan kembali Mahkamah

Permohonan agar putusan peninjauan kembali Mahkamah

Agung RI Nomor 179 PK/PDT/1998 tanggal 7 September

Agung RI Nomor 179 PK/PDT/1998 tanggal 7 September

2001 dinyatakan batal, ditetapkan tgl. 22 Desember 2003.

2001 dinyatakan batal, ditetapkan tgl. 22 Desember 2003.

 Pemohon menarik kembali permohonannyaPemohon menarik kembali permohonannya : : contoh : perkara

contoh : perkara No.9/PUU-V/2007 atas Pengujian Pasal 58 No.9/PUU-V/2007 atas Pengujian Pasal 58 f Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

f Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintah Daerah, pemohon H. Nur Ismanto, SH MSi dkk

Pemerintah Daerah, pemohon H. Nur Ismanto, SH MSi dkk

(4 pemohon), ditetapkan t

(4 pemohon), ditetapkan tgl. 1 Mei 2007gl. 1 Mei 2007 : penetapan : penetapan mengabulkan permohonan pemohon menarik kembali

mengabulkan permohonan pemohon menarik kembali

permohonan.

permohonan.

(12)

SIFAT DAN JENIS PUTUSAN MK

SIFAT DAN JENIS PUTUSAN MK

 Final dan mengikat.Final dan mengikat.

 Berlaku sejak diucapkan pada sidang terbuka.Berlaku sejak diucapkan pada sidang terbuka.DeclaratoirDeclaratoir..

A negative legislatorA negative legislator : kewenangan mengenyampingkan : kewenangan mengenyampingkan dan membatalkan undang-undang yang bertentangan

dan membatalkan undang-undang yang bertentangan

dengan konstitusi.

dengan konstitusi.

A positive legislatorA positive legislator : hakim MK tidak dipilih oleh rakyat : hakim MK tidak dipilih oleh rakyat secara langsung, tetapi berwenang mengabaikan

secara langsung, tetapi berwenang mengabaikan

kehendak mayoritas rakyat. Contoh : kembalinya hak eks

kehendak mayoritas rakyat. Contoh : kembalinya hak eks

anggota PKI sebagai calon anggota legislatif pada Pemilu

anggota PKI sebagai calon anggota legislatif pada Pemilu

2004 (Putusan MK No.011/PUU-I/2003 dan No.017/PUU-I/

2004 (Putusan MK No.011/PUU-I/2003 dan No.017/PUU-I/

2003 atas Pengujian Undang-undang Nomor 12 Tahun

2003 atas Pengujian Undang-undang Nomor 12 Tahun

2003 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

2003 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD, diputus tgl. 24 Pebruari 2004, amar : Menyatakan

DPRD, diputus tgl. 24 Pebruari 2004, amar : Menyatakan

pasal 60 huruf g Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003

pasal 60 huruf g Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003

tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat).

tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat).

 Faktor pengubah hukum : putusan/pertimbangan hukum Faktor pengubah hukum : putusan/pertimbangan hukum MK merupakan acuan dalam pembentukan hukum

MK merupakan acuan dalam pembentukan hukum

(beberapa putusan memberi “saran” kepada pembentuk

(beberapa putusan memberi “saran” kepada pembentuk

undang-undang).

(13)

Sofyan Sitompul

Sofyan Sitompul 1313

IMPLIKASI PUTUSAN MK

IMPLIKASI PUTUSAN MK

 Permohonan tidak dapat diterima : dapat diajukan Permohonan tidak dapat diterima : dapat diajukan pengujian kembali apabila terpenuhi ketentuan

pengujian kembali apabila terpenuhi ketentuan Pasal 50Pasal 50 dan Pasal 51 UUMK.

dan Pasal 51 UUMK.

 Permohonan dikabulkan : tidak dapat diuji kembali; Permohonan dikabulkan : tidak dapat diuji kembali; beberapa putusan memerlukan tindak lanjut pembentukan

beberapa putusan memerlukan tindak lanjut pembentukan

undang-undang (dibahas lebih lanjut kemudian).

undang-undang (dibahas lebih lanjut kemudian).

 Permohonan ditolak : Permohonan ditolak :

 UUMK : UUMK : tidak dapat diuji kembali tidak dapat diuji kembali

 PMK PMK : : dapat dapat diuji diuji kembali kembali dengan dengan alasan alasan konstitusionalitas yang berbeda

konstitusionalitas yang berbeda (menambah jumlah (menambah jumlah permohonan)

permohonan)..

 MK tidak berwenang : tidak dapat diajukan kembali.MK tidak berwenang : tidak dapat diajukan kembali.

 Permohonan ditarik kembali : Pemohon tidak dapat Permohonan ditarik kembali : Pemohon tidak dapat mengajukan kembali permohonan; mencatat penarikan

mengajukan kembali permohonan; mencatat penarikan

kembali/pencabutan perkara dalam Buku Registrasi Perkara

kembali/pencabutan perkara dalam Buku Registrasi Perkara

Konstitusi;

(14)

NE BIS IN IDEM

NE BIS IN IDEM

(Pasal 60 UUMK versus Pasal 42 PMK)

(Pasal 60 UUMK versus Pasal 42 PMK)

Pasal 60 UUMK : Terhadap materi muatan

Pasal 60 UUMK : Terhadap materi muatan

ayat, pasal, dan/atau bagian dalam

ayat, pasal, dan/atau bagian dalam

undang-undang yang telah diuji, tidak

undang-undang yang telah diuji, tidak

dapat dimohonkan pengujian kembali.

dapat dimohonkan pengujian kembali.

Pasal 42 (2) PMK : Permohonan pengujian

Pasal 42 (2) PMK : Permohonan pengujian

undang-undang terhadap muatan ayat,

undang-undang terhadap muatan ayat,

pasal, dan/atau bagian yang sama dengan

pasal, dan/atau bagian yang sama dengan

perkara

yang

pernah

diputus

oleh

perkara

yang

pernah

diputus

oleh

Mahkamah dapat dimohonkan pengujian

Mahkamah dapat dimohonkan pengujian

kembali

dengan

syarat-syarat

kembali

dengan

syarat-syarat

konstitusionalitas yang menjadi alasan

konstitusionalitas yang menjadi alasan

permohonan yang bersangkutan berbeda.

(15)

Sofyan Sitompul

Sofyan Sitompul 1515

IMPLIKASI PASAL 42 (2) PMK

IMPLIKASI PASAL 42 (2) PMK

(

(CONDITIONALLY CONSTITUTIONAL)CONDITIONALLY CONSTITUTIONAL)

 Putusan MK No.058,059,060,063/PUU-II/2004, 08/PUU-III/Putusan MK No.058,059,060,063/PUU-II/2004, 08/PUU-III/ 2005 atas Pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004

2005 atas Pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004

tentang Sumber Daya Air, diputus tgl.

tentang Sumber Daya Air, diputus tgl.19 Juli 2005 dengan 19 Juli 2005 dengan amar : Menolak permohonan para pemohon

amar : Menolak permohonan para pemohon . .

 Pertimbangan hukum MK : UU SDA telah cukup Pertimbangan hukum MK : UU SDA telah cukup memberikan kewajiban kepada Pemerintah untuk

memberikan kewajiban kepada Pemerintah untuk

menghormati, melindungi dan memenuhi hak atas air,

menghormati, melindungi dan memenuhi hak atas air,

yang dalam peraturan pelaksanaannya Pemerintah

yang dalam peraturan pelaksanaannya Pemerintah

haruslah memperhatikan pendapat Mahkamah yang telah

haruslah memperhatikan pendapat Mahkamah yang telah

disampaikan dalam pertimbangan hukum yang dijadikan

disampaikan dalam pertimbangan hukum yang dijadikan

dasar atau alasan putusan. Sehingga, apabila

dasar atau alasan putusan. Sehingga, apabila

Undang-undang

undang a quoa quo dalam pelaksanaan ditafsirkan lain dari dalam pelaksanaan ditafsirkan lain dari maksud sebagaimana termuat dalam pertimbangan

maksud sebagaimana termuat dalam pertimbangan

Mahkamah di atas, maka terhadap Undang-undang

Mahkamah di atas, maka terhadap Undang-undang a quoa quo

tidak tertutup kemungkinan untuk diajukan pengujian

tidak tertutup kemungkinan untuk diajukan pengujian

kembali (

(16)

DAMPAK PASAL 42 (2) PMK

DAMPAK PASAL 42 (2) PMK

 Pengujian atas : Pengujian atas : Pasal 59 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Pasal 59 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, perkara

Daerah, perkara No.006/PUU-III/2005 diputus tgl. No.006/PUU-III/2005 diputus tgl. 31 Mei 31 Mei 2005, amar : permohonan pemohon ditolak.

2005, amar : permohonan pemohon ditolak.

 Diuji kembali : Pasal 59 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat Diuji kembali : Pasal 59 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5) huruf a dan ayat (5) huruf C, sepanjang

(4), ayat (5) huruf a dan ayat (5) huruf C, sepanjang

mengenai anak kalimat “…

mengenai anak kalimat “… partai politik atau gabungan partai politik atau gabungan partai politik.

partai politik.”, perkara No. ”, perkara No. 5/PUU-VI/2007 diputus tgl. 23 5/PUU-VI/2007 diputus tgl. 23 Juli 2007, amar : permohonan pemohon dikabulkan

Juli 2007, amar : permohonan pemohon dikabulkan

(terbukanya kesempatan calon perseorangan (tanpa

(terbukanya kesempatan calon perseorangan (tanpa

melalui partai politik) sebagai calon kepala daerah).

melalui partai politik) sebagai calon kepala daerah).

Konsekuensi hukum :

Konsekuensi hukum :

Pemberlakuan Pasal 42 (2) PMK merupakan “pengabaian

Pemberlakuan Pasal 42 (2) PMK merupakan “pengabaian

Pasal 60 UUMK”.

(17)

Sofyan Sitompul

Sofyan Sitompul 1717

HUBUNGAN PUTUSAN MK

HUBUNGAN PUTUSAN MK

DAN PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG

DAN PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG

 Putusan MK No.001-021-022/PUU-I/2003 tgl 1 Desember Putusan MK No.001-021-022/PUU-I/2003 tgl 1 Desember

2004 atas Pengujian Undang-undang No. 20 Tahun 2002

2004 atas Pengujian Undang-undang No. 20 Tahun 2002

tentang Ketenagalistrikan, dengan amar : Menyatakan

tentang Ketenagalistrikan, dengan amar : Menyatakan

UU No. 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan

UU No. 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan tidak tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

mempunyai kekuatan hukum mengikat. Pertimbangan hukum :

Pertimbangan hukum :

 Pasal 16, 17 ayat (3), serta 68, khususnya yang Pasal 16, 17 ayat (3), serta 68, khususnya yang menyangkut

menyangkut unbundlingunbundling dipandang dipandang bertentangan bertentangan dengan konstitusi;

dengan konstitusi;

 Pasal 16, 17 ayat (3), serta 68 Pasal 16, 17 ayat (3), serta 68 merupakan merupakan jantungjantung

dari UU No. 20 Tahun 2002, maka undang-undang

dari UU No. 20 Tahun 2002, maka undang-undang a a quo

quo secara keseluruhan tidak dapat dipertahankan secara keseluruhan tidak dapat dipertahankan lagi;

lagi;

 Untuk Untuk menghindari menghindari kekosongan kekosongan hukum hukum (

(rechtsvacuumrechtsvacuum), maka ), maka UU No. 15 Tahun 1985 tentang UU No. 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan berlaku kembali;

Ketenagalistrikan berlaku kembali;

 MK menyarankan agar pembentuk undang-undang MK menyarankan agar pembentuk undang-undang menyiapkan

menyiapkan RUU Ketenagalistrikan yang baru yang RUU Ketenagalistrikan yang baru yang sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945.

(18)

 Putusan MK No.002/PUU-I/2003 tgl 15 Oktober 2003 atas Putusan MK No.002/PUU-I/2003 tgl 15 Oktober 2003 atas Pengujian Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang

Pengujian Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang

Minyak dan Gas Bumi

Minyak dan Gas Bumi , dengan amar : , dengan amar : Pasal 12 ayat (3)Pasal 12 ayat (3) sepanjang mengenai kata-kata “diberi wewenang”, Pasal

sepanjang mengenai kata-kata “diberi wewenang”, Pasal

22 ayat (1)

22 ayat (1) sepanjang mengenai kata-kata “paling sepanjang mengenai kata-kata “paling banyak”; Pasal

banyak”; Pasal 28 ayat (2) dan (3)28 ayat (2) dan (3) yang berbunyi “(2) yang berbunyi “(2) Harga Bahan Bakar Minyak dan harga Gas Bumi

Harga Bahan Bakar Minyak dan harga Gas Bumi

diserahkan pada mekanisme persaingan usaha yang sehat

diserahkan pada mekanisme persaingan usaha yang sehat

dan wajar, (3) Pelaksanaan kebijaksanaan harga

dan wajar, (3) Pelaksanaan kebijaksanaan harga

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak mengurangi

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak mengurangi

tanggung jawab sosial pemerintah terhadap golongan

tanggung jawab sosial pemerintah terhadap golongan

masyarakat tertentu” Undang-undang No. 22 Tahun 2001

masyarakat tertentu” Undang-undang No. 22 Tahun 2001

tentang Minyak dan Gas Bumi

tentang Minyak dan Gas Bumi tidak mempunyai kekuatan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat

hukum mengikat..

Pertimbangan hukum :

Pertimbangan hukum :

 Penentuan Penentuan harga Bahan Bakar Minyak dan harga Gas harga Bahan Bakar Minyak dan harga Gas Bumi dalam negeri sebagaimana ditentukan dalam

Bumi dalam negeri sebagaimana ditentukan dalam

Pasal 28 ayat (2) undang-undang

Pasal 28 ayat (2) undang-undang a quoa quo, tidak , tidak menjamin makna prinsip demokrasi ekonomi

menjamin makna prinsip demokrasi ekonomi

sebagaimana diatur dalam Pasal 33 ayat (4) UUD 1945

(19)

Sofyan Sitompul

Sofyan Sitompul 1919

 Pasal 22 ayat (1) undang-undang Pasal 22 ayat (1) undang-undang a quoa quo yang yang mencantumkan kata-kata “paling banyak” maka hanya

mencantumkan kata-kata “paling banyak” maka hanya

ada pagu atas (patokan persentase tertinggi) tanpa

ada pagu atas (patokan persentase tertinggi) tanpa

memberikan batasan pagu terendah, dapat digunakan

memberikan batasan pagu terendah, dapat digunakan

oleh pelaku usaha sebagai alasan yuridis untuk hanya

oleh pelaku usaha sebagai alasan yuridis untuk hanya

menyerahkan bagiannya dengan persentase

menyerahkan bagiannya dengan persentase

serendah-rendahnya bertentangan dengan Pasal 33 ayat (3) UUD

rendahnya bertentangan dengan Pasal 33 ayat (3) UUD

1945

1945. .

 Putusan MK NPutusan MK No 006/PUU-IV/2006, tgl 7 Desember 2006 o 006/PUU-IV/2006, tgl 7 Desember 2006 atas P

atas Pengujian Uengujian Undang-Undang No. 27 Tahun 2004 ndang-Undang No. 27 Tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi

tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi , dengan amar: , dengan amar: Menyatakan

Menyatakan Undang-Undang No. 27 Tahun 2004 tentang Undang-Undang No. 27 Tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi

Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi tidak mempunyai tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

kekuatan hukum mengikat.

Pertimbangan hukum :Pertimbangan hukum :

 Pasal 27 yang menentukan bahwa kompensasi dan Pasal 27 yang menentukan bahwa kompensasi dan rehabilitasi sebagaimana ditentukan oleh Pasal 19,

rehabilitasi sebagaimana ditentukan oleh Pasal 19,

yaitu pemberian kompensasi, restitusi dan/atau

yaitu pemberian kompensasi, restitusi dan/atau

rehabilitasi, diberikan apabila permohonan amnesti

rehabilitasi, diberikan apabila permohonan amnesti

dikabulkan

dikabulkan mengandung kontradiksi antara satu bagian mengandung kontradiksi antara satu bagian dengan bagian yang lain.

(20)

1.

1. Putusan MK Putusan MK No. 012,016,019/PUU-IV/2006, tgl 19 No. 012,016,019/PUU-IV/2006, tgl 19 Desember 2006 atas

Desember 2006 atas Pengujian Undang-Undang No. 30 Pengujian Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi (KPK)

Korupsi (KPK) , dengan amar : , dengan amar :

 Menyatakan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 30 Menyatakan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi bertentangan dengan Undang-Undang

Pidana Korupsi bertentangan dengan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

 Menyatakan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 30 Menyatakan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi tetap mempunyai kekuatan hukum

Pidana Korupsi tetap mempunyai kekuatan hukum

mengikat sampai diadakan perubahan paling lambat 3

mengikat sampai diadakan perubahan paling lambat 3

(tiga) tahun terhitung sejak putusan ini diucapkan.

(tiga) tahun terhitung sejak putusan ini diucapkan.

Pertimbangan hukum :

Pertimbangan hukum :

 Dalam praktik di pengadilan umum dan Pengadilan Dalam praktik di pengadilan umum dan Pengadilan Tipikor menunjukkan bukti adanya standar ganda

Tipikor menunjukkan bukti adanya standar ganda

dalam upaya pemberantasan korupsi melalui kedua

dalam upaya pemberantasan korupsi melalui kedua

mekanisme peradilan yang berbeda.

mekanisme peradilan yang berbeda.

 Pasal 53 UU KPK yang melahirkan dua lembaga Pasal 53 UU KPK yang melahirkan dua lembaga bertentangan dengan Pasal 24 ayat (1) dan ayat (2),

bertentangan dengan Pasal 24 ayat (1) dan ayat (2),

Pasal 24A ayat (5), dan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945

(21)

Sofyan Sitompul

Sofyan Sitompul 2121

1.

1. Putusan MK Putusan MK No. 5/PUU-V/2007 tgl 23 Juli 2007 atas No. 5/PUU-V/2007 tgl 23 Juli 2007 atas permohonan Pengujian Undang-Undang No. 32 Tahun

permohonan Pengujian Undang-Undang No. 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah,

2004 tentang Pemerintahan Daerah, dengan amar : dengan amar :

 Menyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum Menyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat pasal-pasal Undang-Undang Nomor 32

mengikat pasal-pasal Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu:

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu:

 Pasal 56 Ayat (2) yang berbunyi, ”Pasal 56 Ayat (2) yang berbunyi, ”Pasangan calon Pasangan calon

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan

oleh partai politik atau gabungan partai politik”

oleh partai politik atau gabungan partai politik”; ;

 Pasal 59 Ayat (1) sepanjang mengenai frasa Pasal 59 Ayat (1) sepanjang mengenai frasa

yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik

partai politik”; ”;

 Pasal 59 Ayat (2) sepanjang mengenai frasa Pasal 59 Ayat (2) sepanjang mengenai frasa

sebagaimana dimaksud pada ayat (1)sebagaimana dimaksud pada ayat (1)”; ”;

 Pasal 59 Ayat (3) sepanjang mengenai frasa Pasal 59 Ayat (3) sepanjang mengenai frasa

“Partai politik atau gabungan partai politik wajib”,

“Partai politik atau gabungan partai politik wajib”,

frasa ”yang seluas-luasnya”, dan frasa “dan

frasa ”yang seluas-luasnya”, dan frasa “dan

selanjutnya memproses bakal calon dimaksud”;

(22)

 Menyatakan pasal-pasal Undang-Undang No. 32 Tahun Menyatakan pasal-pasal Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang dikabulkan

2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang dikabulkan

menjadi berbunyi sebagai berikut:

menjadi berbunyi sebagai berikut:

• Pasal 59 Ayat (1): ”Peserta pemilihan kepala Pasal 59 Ayat (1): ”Peserta pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah pasangan

daerah dan wakil kepala daerah adalah pasangan

calon”;

calon”;

• Pasal 59 Ayat (2): ”Partai politik atau gabungan Pasal 59 Ayat (2): ”Partai politik atau gabungan partai politik dapat mendaftarkan pasangan calon

partai politik dapat mendaftarkan pasangan calon

apabila memenuhi persyaratan perolehan

apabila memenuhi persyaratan perolehan

sekurang-kurangnya 15% (lima belas persen) dari jumlah

kurangnya 15% (lima belas persen) dari jumlah

kursi DPRD atau 15% (lima belas persen) dari

kursi DPRD atau 15% (lima belas persen) dari

akumulasi perolehan suara sah dalam pemilihan

akumulasi perolehan suara sah dalam pemilihan

umum anggota DPRD di daerah yang

umum anggota DPRD di daerah yang

bersangkutan”;

bersangkutan”;

• Pasal 59 Ayat (3): ”Membuka kesempatan bagi Pasal 59 Ayat (3): ”Membuka kesempatan bagi bakal calon perseorangan yang memenuhi syarat

bakal calon perseorangan yang memenuhi syarat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 melalui

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 melalui

mekanisme yang demokratis dan transparan”.

(23)

Sofyan Sitompul

Sofyan Sitompul 2323

1.

1. Putusan MK No 2,3/PUU-V/2007 tgl 30 Oktober 2007 Putusan MK No 2,3/PUU-V/2007 tgl 30 Oktober 2007

atas Pengujian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997

atas Pengujian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997

tentang Narkotika, dengan amar :

tentang Narkotika, dengan amar :

• Permohonan Pemohon I dan Pemohon II dalam Permohonan Pemohon I dan Pemohon II dalam perkara Nomor 2/PUU-V/2007 ditolak untuk

perkara Nomor 2/PUU-V/2007 ditolak untuk

seluruhnya;

seluruhnya;

• Permohonan Pemohon III dan Pemohon IV dalam Permohonan Pemohon III dan Pemohon IV dalam perkara Nomor 2/PUU-V/2007 tidak dapat diterima

perkara Nomor 2/PUU-V/2007 tidak dapat diterima

(

(niet onvankelijk verklaardniet onvankelijk verklaard););

• Permohonan perkara Nomor 3/PUU-V/2007 tidak Permohonan perkara Nomor 3/PUU-V/2007 tidak dapat diterima (

dapat diterima (niet onvankelijk verklaardniet onvankelijk verklaard); );

Pe

Perrtimbangan hukum :timbangan hukum :

Dalam rangka pembaruan hukum pidana nasional dan

Dalam rangka pembaruan hukum pidana nasional dan

harmonisasi peraturan perundang-undangan yang terkait

harmonisasi peraturan perundang-undangan yang terkait

dengan pidana mati, maka perumusan, penerapan,

dengan pidana mati, maka perumusan, penerapan,

maupun pelaksanaan pidana mati dalam sistem peradilan

maupun pelaksanaan pidana mati dalam sistem peradilan

pidana di Indonesia hendaklah memperhatikan

pidana di Indonesia hendaklah memperhatikan

dengan sungguh-sungguh hal-hal berikut

(24)

Pe

Perrtimbangan hukum timbangan hukum (lanjutan) (lanjutan) ::

• pidana mati bukan lagi merupakan pidana pokok, melainkan pidana mati bukan lagi merupakan pidana pokok, melainkan sebagai pidana yang bersifat khusus dan alternatif;

sebagai pidana yang bersifat khusus dan alternatif;

• pidana mati dapat dijatuhkan dengan masa percobaan selama pidana mati dapat dijatuhkan dengan masa percobaan selama sepuluh tahun yang apabila terpidana berkelakuan terpuji sepuluh tahun yang apabila terpidana berkelakuan terpuji dapat diubah dengan pidana penjara seumur hidup atau dapat diubah dengan pidana penjara seumur hidup atau

selama 20 tahun; selama 20 tahun;

• pidana mati tidak dapat dijatuhkan terhadap anak-anak yang pidana mati tidak dapat dijatuhkan terhadap anak-anak yang belum dewasa;

belum dewasa;

• eksekusi pidana mati terhadap perempuan hamil dan eksekusi pidana mati terhadap perempuan hamil dan seseorang yang sakit jiwa ditangguhkan sampai perempuan seseorang yang sakit jiwa ditangguhkan sampai perempuan hamil tersebut melahirkan dan terpidana yang sakit jiwa hamil tersebut melahirkan dan terpidana yang sakit jiwa tersebut sembuh; Mahkamah menyarankan agar semua tersebut sembuh; Mahkamah menyarankan agar semua putusan pidana mati yang telah mempunyai kekuatan hukum putusan pidana mati yang telah mempunyai kekuatan hukum

tetap (

tetap (in in kracht kracht van van gewijsdegewijsde) ) segera segera dilaksanakan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

(25)

Sofyan Sitompul

Sofyan Sitompul 2525

1.

1. Putusan MK No 24/PUU-V/2007 tgl 12 Pebruari 2008 atas Putusan MK No 24/PUU-V/2007 tgl 12 Pebruari 2008 atas

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Nomor 18

Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2006 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja

Tahun 2006 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara Tahun Anggaran 2007, dengan amar :

Negara Tahun Anggaran 2007, dengan amar :

• Menyatakan Pasal 49 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Menyatakan Pasal 49 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sepanjang

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sepanjang

mengenai frasa “gaji pendidik dan” bertentangan dengan

mengenai frasa “gaji pendidik dan” bertentangan dengan

UUD

UUD 1945 1945 dandan ”tidak mempunyai kekuatan hukum ”tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;

mengikat;

• Menyatakan permohonan para Pemohon terhadap Undang-Menyatakan permohonan para Pemohon terhadap Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun

Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun

Anggaran 2007 tidak dapat diterima (

Anggaran 2007 tidak dapat diterima (niet ontvankelijk niet ontvankelijk verklaard

verklaard); );

Pertimbangan Hukum : Pertimbangan Hukum :

• Pasal 31 Ayat (3) UUD 1945 mengamanatkan pembentukan Pasal 31 Ayat (3) UUD 1945 mengamanatkan pembentukan undang-undang tentang penyelenggaraan sistem pendidikan undang-undang tentang penyelenggaraan sistem pendidikan

nasional yang materi muatannya seharusnya tidak nasional yang materi muatannya seharusnya tidak

mengatur secara imperatif tentang anggaran mengatur secara imperatif tentang anggaran

pendidikan, karena anggaran pendidikan diatur dalam ayat pendidikan, karena anggaran pendidikan diatur dalam ayat

lain yaitu dalam Pasal 31 Ayat (4) UUD 1945. lain yaitu dalam Pasal 31 Ayat (4) UUD 1945.

• pengaturan tentang alokasi maupun besaran anggaran pengaturan tentang alokasi maupun besaran anggaran pendidikan menjadi domain Undang-Undang tentang pendidikan menjadi domain Undang-Undang tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang

(26)

REKAPITULASI PERKARA

REKAPITULASI PERKARA

JUDICIAL

JUDICIAL

REVIEW

REVIEW

Merupakan

Merupakan

gambaran

gambaran

undang-undang

undang-undang

tersebut harus diubah karena tidak sesuai

tersebut harus diubah karena tidak sesuai

lagi dengan perkembangan jaman.

lagi dengan perkembangan jaman.

Sebagai tolak ukur berkualitas atau

Sebagai tolak ukur berkualitas atau

tidaknya

suatu

undang-undang

dapat

tidaknya

suatu

undang-undang

dapat

dilihat dari jumlah pengujian

dilihat dari jumlah pengujian

undang-undang ke MK.

undang ke MK.

Perkara pengujian undang-undang di MK

Perkara pengujian undang-undang di MK

tahun 2003-22 Mei 2007, tercatat 117

tahun 2003-22 Mei 2007, tercatat 117

perkara, dikabulkan sebanyak 30 (tiga

perkara, dikabulkan sebanyak 30 (tiga

puluh) perkara, ± 25.6% undang-undang

puluh) perkara, ± 25.6% undang-undang

dinyatakan bertentangan dengan UUD

dinyatakan bertentangan dengan UUD

1945.

(27)

Sofyan Sitompul

Sofyan Sitompul 2727

KESIMPULAN

KESIMPULAN

Undang-undang adalah sebuah produk politik

Undang-undang adalah sebuah produk politik

berbaju yuridis yang apabila bertentangan dgn UUD

berbaju yuridis yang apabila bertentangan dgn UUD

1945 dapat dibatalkan atau dinyatakan tidak

1945 dapat dibatalkan atau dinyatakan tidak

mengikat.

mengikat.

Mahkamah Konstitusi sebagai

Mahkamah Konstitusi sebagai

a negative legislator.

a negative legislator.

Mahkamah Konstitusi berwenang untuk menguji

Mahkamah Konstitusi berwenang untuk menguji

seluruh undang-undang yang berlaku di Republik

seluruh undang-undang yang berlaku di Republik

Indonesia.

Indonesia.

Putusan Mahkamah Konstitusi merupakan salah

Putusan Mahkamah Konstitusi merupakan salah

satu faktor pengubah hukum/undang-undang yang

satu faktor pengubah hukum/undang-undang yang

berhubungan

dengan

peningkatan

kualitas

berhubungan

dengan

peningkatan

kualitas

pembentukan undang-undang.

pembentukan undang-undang.

Akibat

Akibat

Putusan

Putusan

Mahkamah

Mahkamah

Konstitusi

Konstitusi

maka

maka

pengharmonisasian pembentukan undang-undang

pengharmonisasian pembentukan undang-undang

dirasakan sangat strategis untuk meningkatkan

dirasakan sangat strategis untuk meningkatkan

kualitas pembentukan undang-undang.

(28)

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan dalam penelitian ini akan dibuat aplikasi Bantu Pengolahan Nilai Indeks Kinerja Dosen di fakultas Teknologi industri UAD, yang dapat menampilkan data

pembershan anlara andaun,akar yang tersisa dan kuft yanq sudah tua/busuklkerng/cacar Kemuclan bawang lwa dlclc dengan a r bers h (edeng) untuk menghitangkan koioran

khondroitin sulfat C dan isolat murni dari lambung, usus, daging, dan insang ikan pari (Trygon sephen) dapat dilihat pada Gambar 13. Tampak bahwa semua noda

1) Mengevaluasi sistem penilaian karyawan. 2) Penegakan disiplin dan pelaksanaan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. 3) Merancang program-program penghargaan bagi

Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap pertama ekstraksi pati dari biji palado, tahap kedua modifikasi pati dengan perlakuan tiga metode yaitu

Pada penelitian ini, dilakukan pembuatan aplikasi mobile phone berbasis Android dengan menerapkan metode Wiener estimation untuk menduga nilai reflektan berdasarkan

Dengan menggunakan metode simak dan cakap dalam pengumpulan data serta dilanjutkan metode analisis dari Mahsun (2005), yakni metode padan intralingual dari data

Metode GCV adalah salah satu metode yang digunakan untuk memperoleh estimasi parameter penghalus pada fungsi variansi yang merupakan modifikasi dari metode Cross