ANAMSIS IKRIIADAP I AKTOR-I AKTOR YANG MLMPLNGARUHI K INK R.I A SK KOLA 11
(Studi Kasus di Sekolah Mcnengah Imum Negeri 5 Bandung)
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat Memperoleh gelar Magistcr Pendidikan
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
Oleh:
EMI YULIATY
989726
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
DISHTUJUl DAN DISAHKAN OLtfH PHMBIMBING
UNTUK MENEMPUH UJIAN TAHAP II
PROF. DR. H. TB. SUDDIN MAKMUN, MA
PEMBIMBrNG II
DISETUJUIOLEH
KETUA PROGRAM STUDI ADMINISTRASl PENDIDIKAN
PROGRAM 1MSCASARJANA
UNIVERSITAS PENQIDIKAN INDONESIA (UPI)
ABSTRAK
EMI YULIATY (2001)
Analisis Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Sekolah (Studi
Kasus di Sekolah Menengah Umum Negeri 5 Bandung).
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi ilmiah sebagai masukan yang berguna bagi kinerja kepala sekolah dalam memenej sekolahnya, khususnya bagi kualitas output siswa. penelitian ini terfokus pada kinerja manajemen kepala sekolah dengan proses berbentuk siklus yang bermula dari gaya kepemimpinan
kepala sekolah; kinerja manajemen kepala sekolah yang terdiri dari sistem pelayanan administratif, sistem penyelenggaraan proses pendidikan (proses pembelajaran),
pembinaan kemampuan profesional guru, pengelolaan sarana dan prasarana;
hambatan-hambatan yang ditemui dalam rangka operasionalisasi manajemen sekolah.
Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dilakukan di SMUN 5 Bandung dengan pertimbangan memenuhi tuntutan perwujudan setting yang alamiah,
pemenyatuan penelitian dengan masyarakat yang diteliti, disamping pertimbangan
waktu, tenaga dan dana. Pertimbangan yang sangat penting dan mendesak untuk dicari penyelesaiannya adalah terjadinya penurunan kualifikasi lulusan setiap tahun ajaran, apabila dibandingkan dengan kualifikasi ketika siswa baru masuk.
Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, interview, observasi dan studi dokumentasi. Data dikumpulkan dengan cros cek, trianggulasi secara snow ball. Proses penelitian dilakukan tiga tahap, yaitu persiapan sebelum ke lapangan, di lapangan
dan pasca lapangan untuk membuat simpulan dan analisis berdasarkan studi kepustakaan. Tiga langkah ditempuh dalam proses pengumpulan data; reduksi data,
display / transpormasi dan penyimpulan.
Hasil yang ditemukan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor yang dominan dari kinerja sekolah bahwa kepala sekolah belum secara kuat menunjukkan
operasionalisasi manajerial pada program sistem Quality Assurance di sekolah. Kenyataan tersebut berkaitan erat dengan upaya pencepatan iklim kerja yang kondusif.
Sistem pelayanan administratif berpusat pada kepala sekolah sebagai otoritas tertinggi di sekolah. Bentuk-bentuk administrasi ditentukan pada pelayanan terhadap guru tentang jenjang karirnya dan pelayanan terhadap murid dalam hal pelaksanaan PBM di kelas.
SMUN 5 Bandung telah melaksanakan program pengembangan guru untuk meningkatkan pembelajaran yang meaningful. Namun, berbagai program tersebut belum terlihat efektif karena pelaksanaan yang belum dipandu oleh strategi yang mantap. Strategi pengembangan guru yang ditetapkan tidak diawali dengan penilaian kinerja
guru dan perencanaan progran pengembangan tidak didasarkan pada hasil analisis kebutuhan yang akurat. Program ketatalaksanaan belum terencana dengan baik, kegiatan
ketatalaksanaan belum terkoordininasi dengan baik dan kegiatan ketatalaksanaan belum terdokumentasi dengan baik.
Hambatan-hambatan lain yang ditemui dalam rangka operasionalisasi
manajemen sekolah dapat diatasi dengan meningkatkan kemampuan manajemen kepala sekolah; menciptakan iklim dan budaya keterbukaan dalam manajemen sekolah,
ABSTRACT Emi Yuliaty (2001)
Analysis of Factors that Influence the School Performance (Case Study in
SMUN 5 Bandung)
The main purpose of this research is to obtain scientific information that
can be used as useful input for the performance of the headmaster in managing
his/Tier school, especially for the quality of the student (output). This research is
focused on the headmaster's management performance with a cycle-shaped
process which starts from the headmaster's leadership style; the headmaster's
performance which consists of administrative system, organizing system of
education
(learning
process),
supervising
teacher
professional
ability,
infrastructure management, obstacles found in operating the school management.
This research used a qualitative approach at SMUN 5 Bandung with
consideration to fulfill the natural setting needed, the closeness with the
community to be observed, in addition to time, human, and fund availability. The
important "consideration and urgently needed to find the solution of the degradation
of qualification of the students graduating every school year as compared to the
qualification of new students.Data
collection
techniques
are
interviewing,
observation
and
documentation of studies. Data has been collected with cross check, snow ball
triansulation. Research process was performed in three stages; preparation before
goini* to the field, in the field and post filed process to prepare interaction and
analysis based on literature study. Three steps have been done in data collection;
data reduction, transformation/' display and conclusion.Results found from, the research can he concluded that the dominant factor
of school performance is the headmaster has not been strong enough to show
management operation of the program in quality assurance system at school. This
condition shows a strong relation with an acceleration effort to produce a
conducive working environment. Administrative system is concentrated on the
headmaster as the highest authority at school. Administration forms have been
determined on service for teacher's career and service on students in order to
organize PBM in the classroom.
SMUN 5 Bandung has performed teacher development programs to
increase a meaningful learning process. Nevertheless, those programs have not yet
been effective because they have not been guided by an appropriate strategy. The
established teacher's development strategy has not been initialized by teacher
performance evaluation and the development program planning was not based on
the accurate result of demand analysis. The operating procedure program has not
been well planned, the operating procedure activity has not been well coordinated
and operating procedure activity has not been well documented.
Other obstacles found during school management operation can be
overcome by increasing headmaster's management ability, creating an open
environment and an open culture in school management, implementing the
function of management in leadership and continuing to implement certain policies
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
,
DAFTAR 1S1
,-jj
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ]
B. Tujuan Penelitian jq
C. Rumusan Masalah I j
D. Manfaat Penelitian 12
E. Asumsi Penelitian 12
F. Paradigma Penelitian ]3
G. Sistematika Penulisan 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsepdan Proses Manajemen Pendidikan 19
B. Kepemimpinan Dalam Kegiatan Manajemen
36
C. Manajemen Kinerja Sekolah dan Kualitas Sekolah
60
D. Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah 65
E. Pandangan-pandangan Tentang Sekolah Efektif 75
F. Manajemen Berbasis Sekolah 95
G. Studi Yang Relevan (Temuan Empirik) 102
1. Studi Terdahulu 102
2. Kesimpulan Studi Kepustakaan
106
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Penetapan Lokasi Penelitian 108
B. Penentuan Objek Penelitian 109
C. Metode Penelitian 1j j
D. Data Yang Diperlukan 115
E. Instrumen Penelitian 117
F. Validitas Penelitian j 18
G. Analisis Data dan Interpretasi 119
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
A. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah 122
B. Manajemen Kinerja Kepala Sekolah 125
C. Hambatan-hambatan Yang Ditemui Dalam Rangka
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah 151
B. Manajemen Kinerja Kepala Sekolah 165
C. Upaya Pemecahan Tentang Hambatan-hambatan
Dalam Rangka Operasionalisasi Manajemen Sekolah 180 BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI
A. Kesimpulan 183
B. Rekomendasi 190
C. Implikasi 192
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
1.1. NEM Input (NEM Masuk) SMU se Kota Bandung
Tahuan Pelajaran 1997-1998 s/d 1999-2000 8
1.2. NEM Out put (NEM Lulusan) SMU Negeri se Kota Bandung
Tahun Pelajaran 1997 - 1998 s/d 1999 - 2000 9
2.1. Sifat-sifat Keterampilan Pribadi 44
2.2. Kompoenen-komponen Manajemen Berbasis Sekolah 98
2.3. Tipe Model Sekolah 99
2.4. Strategi Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah 101
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
1. Paradigma Penelitian 16
2. Garapan Manajemen Pendidikan 25
3. Wilayah Kerja Manajemen Pendidikan 25
4. Proses Manajemen 28
5. Proses Perencanaan 30
6. Kecenderungan Konsiderasi dan Struktur Inisiasi 46
7. Model Kepemimpinan Fiedler 49
8. Perilaku Kontinum Pemimpin 52
9. Empat Gaya Dasar Kepemimpinan 54
10. Model Kepemimpinan Situasional 57
11. Model Penampilan Organisasi 67
12. Penampilan (Kinerja) Pemimpin Kepala Sekolah 73
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pedoman Wawancara dengan Kepala Sekolah 201
2. Pedoman Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah 203
3. Pedoman Wawancara dengan Para Guru 205
4. Pedoman Observasi dengan Para Guru 208
5. Pedoman Wawancara dengan Siswa 209
6. Pedoman Wawancara dengan Orang Tua Siswa 211
7. Permohonan Izin Mengadakan Studi Lapangan 212
8. Surat Izin dari Kepala Sekolah SMUN 5 Bandung
Mengadakan Penelitian 213
9. Surat Keterangan dari Kepala Sekolah SMUN 5 Bandung 214
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kegiatan yang kompleks, meliputi berbagai komponen yang berkaitan satu sama lain. Apabila pendidikan ini dikelola secara
terencana dan teratur, maka berbagai elemen yang terlibat dalam kegiatan pendidikan perlu dikenali. Untuk itu diperlukan pengkajian usaha pendidikan sebagai suatu sistem. Ryan (1968) dalam Nanang Fattah (2000: 6) menyatakan:
"any identifiable assemblage of element (object, persons, activities, information,
records, etc) which are interrelated by process or structure and which are
presumed to function as an organizational entity generating an observable (or
sometimes merely inferable) product".
Merujuk kepada pernyataan di atas, dapat diidentifikasi bahwa sistem
mengandung elemen yang saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan. Kesatuan itu berfungsi mencapai tujuan, membuahkan hasil yang dapat diamati. Situasi pendidikan adalah manakala semua elemen atau komponen pendidikannya beroperasi, dan elemen pendidikan yang umumnya terdapat pada organisasi adalah: (1) personal pendidikan yang terdiri atas peserta didik, tenaga inti dan penunjang kependidikan, (2) sarana dan prasarana pendidikan yang meliputi kurikulum, buku, media pendidikan, dan bangunan serta perlengkapannya (Yayat,
R. 1987: 189).
Melalui elemen-elemen dan komponen-komponen yang disebutkan di atas,
masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila hampir
setiap negara menaruh perhatian yang besar terhadap upaya pembangunan dan
pendidikan warganya, di samping itu adanya peningkatan kesadaran tentang
pentingnya pendidikan pada hampir semua orang, sehingga konsekuensinya
permintaan akan pendidikan pun meningkat. Pendidikan juga merupakan salah
satu sektor yang menjadi perhatian masyarakat yang berkeinginan memperbaiki
kualitas hidupnya. Pendidikan pun dipandang sangat esensial sebagai pelaku
perubahan dan perkembangan bagi manusia dan masyarakat, sehingga masyarakat
pun menuntut pada lembaga-lembaga pendidikan memberikan respons agar
menampilkan dirinya sesuai dengan harapan-harapan dan kebutuhan masyarakat.
Salah satu lembaga pendidikan yang menjadi tumpuan dan harapan
masyarakat, bangsa dan negara dalam membangun tunas-tunas bangsa adalah
pendidikan menengah. Pendidikan menengah merupakan salah satu jenjang dari
jalur pendidikan menengah dengan mengembangkan misi atau tujuan khusus yang
berbeda dengan jenjang pendidikan di bawahnya. Pendidikan menengah lebih
mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan studi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan harus dapat mengembangkan diri dan memproses serta
memanfaatkan semua potensinya agar mampu menjadi warga masyarakat yang
baik. Relevan dengan pernyataan di atas, di dalam Peraturan Pemerintah No. 29
tahun 1990 pasal 2 ayat 1dinyatakan bahwa tujuan pendidikan menengah adalah:
a. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada
jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan mutu pengetahuan,
teknologi, dan kesenian
b. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan
Salah satu elemen atau komponen penting yang mendukung pencapaian
misi atau tujuan di atas adalah kepala sekolah. Roe dan Drake (1980: 11)
menyatakan bahwa "Kepala sekolah merupakan faktor kunci yang sangat
menentukan sukses atau gagalnya sekolah dalam mencapai tujuannya".
Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa seluruh perilaku kepala sekolah
dalam konteks kepemimpinan, mesti diarahkan untuk membantu pencapaian
tujuan pendidikan khususnya sekolah menengah yang dipimpinya.
Sekolah yang efektif dipengaruhi oleh kepemimpinan administrasi yang
kuat, harapan yang tinggi tetapi realistik dari setiap individu, atmosfir kerja yang
kondusif, pengawasan yang berkala terhadap kemajuan yang diperoleh
berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Kepala sekolah dari sekolah-sekolah
efektif memiliki visi yang jelas tentang masa depan sekolahnya, ini diterjemahkan
menjadi tujuan pendidikan yang diaktualisasikan dengan baik, menyediakan
bantuan saat diperlukan, menemukan cara untuk berkerjasama dengan semua staf
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sekolah. Hatton dan Smith (1992: 9) dalam bukunya "The School Manager" menyatakan bahwa ciri-ciri
sekolah yang efektif adalah:
- memiliki tujuan yang jelas,
melaksanakan kurikulum yang ketat,
- memberikan perhatian yang besar untuk melaksanakan kesempatan belajar tanpa memperhatikan latar belakang sosial ekonomi dari para siswa,
- kepemimpinan instruksional disadari oleh kepala sekolah melalui orientasi menuju pencapaian hasil, pengawasan terhadap kemajuan secara sistematis, pandangannya yang jauh ke depan dan strategi
pengawasan informal,
Selanjutnya Hatton dan Smith (1992) menyatakan bahwa kepala sekolah merupakan pemain kunci dalam menyediakan struktur dalam organisasi yang akan
memanifestasikan perubahan dan peningkatan yang memudahkan para guru untuk bekerja sama dengan baik, mengatur waktu dan sumber daya, mengembangkan rasa direksi dan otonomi, dan membina hubungan di antara para anggota
keleompok. Keberlangsungan pengembangan staf juga merupakan ciri utama
sekolah efektif.
Berdasarkan hasil penelitian tentang efektivitas sekolah yang dilakukan oleh beberapa ahli manajemen seperti (Purkey and Smith (1983), Cohn (1982), Mac Kenzie (1983), Madaus et.al (1981), dan Cohn and Rossmiller (1987)),
menunjukkan bahwa struktur organisasi kepemimpinan dan budaya organisasi
sangat penting sekali bahkan sebanyak satu pertiga (32 %) dari pemerolehan siswa dalam "tes pemerolehan" {achievement test) dapat dihitung berdasarkan kualitas manajemen sekolah. Hasil penelitian itu lebih jelas tergambar dalam pernyataan berikut: "the school effectiveness research indicates that organizational characteristics of schools account for 32 percent of between school variance in
student achievement (Rosenholtz, 1985). This means that as much as one third of
the student gain or loss on achievement test can be accountedfor by the quality of
school management".
komponen yang ada, baik guru, siswa, hubungan dengan orang tua siswa atau personil lainnya, bahkan terhadap program pengajaran, rencana pelajaran dan
seluruh tahap operasional dari program sekolahnya.
Apabila kita amati situasi dan perkembangan teknologi kependidikan sekarang ini, menunjukkan ada beberapa kecenderungan yang perlu mendapat perhatian dari administrator sekolah, sehingga menuntut adanya ancangan baru
dalam mengelola sekolah. Kecenderungan-kecenderungan itu menurut penulis
antara lain adalah:
- berkembangnya teknologi, menuntut perkembangan kurikulum yang dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk menggunakan produk
teknologi di bidang pendidikan,
- sumber daya manusia dalam pendidikan di sekolah masih perlu pengembangan profesionalitasnya, disiplin dan motivasi kerja serta
sistem imbalan, dan
- perlunya pengembangan kemandirian sekolah
Persoalannya adalah dalam upaya pengembangan pendidikan di sekolah, perlu ditumbuhkan dan dikembangkan sikap kreativitas dan inovatif terutama dari
kepala sekolah selaku manajer, sehingga sekolah dapat mengakaomodasi harapan,
tuntutan dan aspirasi masyarakat sebagai stake holder pendidikan.
Hasil pengkajian kualitas pndidikan khususnya pendidikan menengah (SMU) secara makro menunjukkan masih terdapatnya kesenjangan sebagaimana
kemandegan tidak hanya dalam sistem pengajaran, tetapi juga mencakup kualitas pendidikannya (Pikiran Rakyat: 11 Nopember 2000, halaman 18).
Untuk menjawab tantangan di atas, sekolah menengah umum sebagai sistem terbuka dituntut untuk mengetahui secara jelas fenomena yang terjadi di sekitarnya, baik pada lingkungan internal maupun eksternal yang menyebabkan
rendahnya kualitas pendidikan menengah dan belum berdayanya manajemen
pendidikan menengah secara optimal.
Kecenderungan di masa datang, yang sudah mulai terlihat dengan tumbuhnya tuntutan masyarakat terhadap pendidikan (sekolah-sekolah) yang semakin bermutu. Dewasa ini orang tua telah membuat pilihan-pilihan bagi
pendidikan anaknya berdasarkan pertimbangan mutu. Oleh karena itu, sekolah semakin ditantang untuk lebih meningkatkan kinerja manajemennya. Dengan
perkataan lain, sekolah semakin ditantang untuk menghadapi tuntutan dan perubahan yang terjadi di lingkungan masyarakat. Penataan kinerja manajemen sekolah dan pendayagunaan sumber-sumber daya pendidikan merupakan upaya manajemen yang tidak dapat dikesampingkan oleh pihak sekolah; terutama apabila sekolah menginginkan meningkatkan kualitas kinerjanya. Konsekuensi logisnya dari pernyataan di atas adalah kepala sekolah haru berbenah diri dalam
menjadikan organisasinya menjadi organasi nirlaba yang maju dan berkembang untuk mempevbaM performance sekolah menjadi sekolah yang tanggap terhadap
kemajuan dan responsif pada tuntutan kualitas.
secara optimal. Relevan dengan pernyataan di atas, Muhammad Fakhri Gaffar
(1988) menyatakan bahwa keseluruhan kegiatan manajemen sekolah harus digiring untuk menciptakan suatu situasi di mana anak dapat belajar dengan baik,
sehingga mutu pendidikan meningkat.
Kompleksitas manajemen sekolah dan pentingnya keberhasilan pelaksanaan manajemen sekolah, menuntut semua yang terkait baik customer, consumer, dan stake holder pendidikan untuk bersama-sama membangun
manajemen pendidikan yang bermutu (Aan Komariah, 1999: 7). Kepala sekolah
merupakan kunci penggerak manajemen sekolah yang berkualitas, sehingga dalam melaksanakan tugas dan fungsinya perlu didukung oleh beberapa kualifikasi
antara lain profesionalisasi pekerjaan administrasi sekolah yang memadai sesuai dengan tuntutan profesionalisasi pekerjaan. Relevan dengan pernyataan di atas, Ahmad Sanusi (1991: 117-118) menyatakan bahwa usaha peningkatan
kemampuan manajerial sekolah, harus didukung oleh profesionalisasi pekerjaan
administrasi sekolah yang membuat para pejabatnya benar-benar menjadi
"administrator karir".
Rendahnya kualitas manajerial sekolah banyak disebabkan oleh kurangnya keahlian manajemen kepala sekolah, baik dari tingkat konsep maupun praktis. Realitas menunjukkan bahwa sekolah masih menjalankan manajemen secara konvensional sedangkan kehidupan di luar persekolahan menuntut sikap
responsif, akomodatif, dan aspiratif untuk menjawab semua tantangan jaman. Sikap seperti itu bisa diwujudkan dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang
perumusan visi, misi, dan tujuan sekolah. Realitas di atas juga bisa dilihat di Sekolah Menengah Umum Negeri 5 Bandung.
Kinerja menejerial seperti di atas, berdampak pada penurunan hasil NEM keluar siswa (out put) sekolah itu, apalagi apabila dibandingkan dengan
kualifikasi ketika siswa baru masuk khususnya pada dua bidang studi yaitu Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Untuk lebih jelas
gejala di atas, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.1
NEM Input (NEM masuk) SMU se Kota Bandung
Tahun Pelajaran 1997-1998 s/d 1999-2000
No Nama Sekolah 97/98 98/99 99/00 Keterangan
1 SMU 01 41,85 37,94 41,49 Jl. Juanda
2 SMU 02 42,38 39,29 43,38 Jl. Cihampelas
3 SMU 03 47,06 42,82 46,82 Jl. Belitung
4 SMU 04 42,74 37,33 42,11 Jl. Gardujati
5 SMU 05 44,36 40,34 44,58 Jl. Belitung
6 SMU 06 39,52 36,29 40,21 Jl. Pasir Kaliki
7 SMU 07 39,00 35,59 39,17 Lengkong Kecii
8 SMU 08 44,29 40,04 43,48 Jl. Solontongan
9 SMU 09 31,31 35,67 39,60 Jl. Suparmin
10 SMU 10 40,59 35,80 40,04 Jl. Cikutra
11 SMU 11 39,57 36,00 39,95 Jl. H. Aksan
12 SMU 12 39,38 35,95 39,61 Jl. Sekejati
13 SMU 13 37,02 34,20 38,08 Jl. Cimindi
14 SMU 14 39,37 35,83 39,52 Jl. Pramuka
15 SMU 15 37,40 34,20 38,00 Jl. Sarijadi
16 SMU 16 37,47 33,21 36,55 Jl. Kebaktian
17 SMU 17 37,34 33,78 37,18 Jl. Caringin
18 SMU 18 37,38 33,30 37,36 Jl. Situ Gunting
19 SMU 19 38,02 34,38 38,15 Dago Pojok
20 SMU 20 42,04 38,04 42,35 Jl. Citarum
21 SMU 21 Rayonisasi 33,28 35,63 Jl. Ciwastra
22 SMU 22 40,75 36,66 40,77 Jl. Rajamantri
23 SMU 23 37,68 34,73 38,32 Jl. Antapani
24 SMU 24 37,73 34,98 38,27 Jl. Uber
25 SMU 25 37,52 33,12 36,33 Jl. Buah Batu
Sumber : Data Passing Grade SMU Negeri di Lingkungan Kandepdiknas Kota
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa NEM input (NEM masuk) SMU Negeri se Kota Bandung termasuk SMU Negeri 5 yang menjadi lokasi penelitian
ini mengalami fluktuatif. Selanjutnya untuk memperoleh gambaran lebih jelas
tentang NEM out put, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.2
NEM Out put (NEM Lulusan) SMU Negeri se Kota Bandung
Tahun Pelajaran 1997-1998 s/d 1999-2000
No Nama Sekolah Jurusan IPS Jurusan IPA
97/98 98/99 99/00 97/98 98/99 99/00
1 SMU 01 5,55 5,29 6,01 5,55 5,24 5,89
2 SMU 02 6,24 5,95 6,25 6,08 5,96 6,21
3 SMU 03 6,27 5,44 7,02 6,49 5,81 7,11
6,38
4 SMU 04 6,54 6,08 6,59 6,29 6,11
5 SMU 05 6,34 5,11 6,73 5,95 5,43 6,72
6 SMU 06 5,68 5,28 5,44 5,04 5,14 5,40
7 SMU 07 5,55 5,25 5,64 5,03 4,91 5,25
8 SMU 08 6,16 6,03 6,79 5,89 6,04 6,22
9 SMU 09 5,72 5,52 5,97 5,23 5,45 5,56
10 SMU 10 6,09 5,42 6,11 5,49 5,48 5,59
11 SMU 11 5,77 5,29 5,96 5,41 5,16 5,89
12 SMU 12 5,73 5,51 5,79 5,12 5,21 5,10
13 SMU 13 5,28 5,12 5,29 4,72 4,64 4,87
14 SMU 14 5,63 5,06 6,37 5,28 4,89 6,12
15 SMU 15 5,57 5,18 5,50 4,96 5,16 4,92
16 SMU 16 5,24 4,84 5,32 4,73 4,35 4,71
17 SMU 17 5,11 4,76 5,56 4,51 4,39 4,91
18 SMU 18 5,26 4,82 5,47 4,96 4,54 5,21
19 SMU 19 5 P 4,79 5,54 4,45 4,41 5,13
20 SMU 20 5,72 5,29 6,00 5,28 5,14 5,81
21 SMU 21 4,97 4,42 5,16 4,43 4,41 4,31
22 SMU 22 6,03 5,84 5,95 5,27 5,65 5,53
23 SMU 23 5,37 4,98 5,42 4,57 4,87 4,69
24 SMU 24 5,58 5,36 5,35 4,93 5,10 5,10
25 SMU 25 5,04 4,57 4,87 4,60 4,56 4,33
Seperti halnya NEM input, NEM out put SMUN se Kota Bandung,
termasuk SMU Negeri 5 yang menjadi lokasi penelitian ini, juga mengalami
fluktuatif. Fluktuatif NEM out put dialami oleh jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) dan Ilmu PengetahuanAlam (IPA).
Penelitian terhadap manajemen sekolah, khususnya berkenaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manajemen sekolah, di SMU Negeri 5 Bandung semakin penting artinya karena akan dapat mengungkap bagaimana
sesungguhnya kinerja manajemen sekolah. Dengan perkataan lain, gambaran
obyektif manajemen sekolah akan diungkap melalui studi ini, selanjutnya
memberikan alternatif solusi atas persoalan yang muncul.
Merujuk kepada paparan di atas dan gejala persoalan sekitar kinerja
manajemen sekolah di SMU Negeri 5 Bandung, penulis tertarik melakukan
penelitian dengan judul: ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KINERJA SEKOLAH (Studi Kasus di Sekolah
Menengah Umum Negeri 5 Bandung).
B.Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menyusun strategi manajemen kerja sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di SMU Negeri 5 Bandung. Sedangkan secara khusus, sesuai pertanyaan penelitian
di atas, tujuan penelitian ini adalah mengungkap secara empirik hal-hal yang
terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manajemen kepala
1. Gaya kepemimpinan kepala sekolah yang mencakup visi, misi, strategi dan
program-program yang dikembangkan dalam memberdayakan potensi-potensi
sekolah.
2. Manajemen kinerja kepala sekolah dalam mengembangkan kualitas sekolah. 3. Hambatan-hambatan yang ditemui dalam rangka operasionalisasi manajemen
sekolah dan alternatif solusinya.
C. Rumusan Masalah
Seperti telah dipaparkan dalam latar belakang masalah di atas, bahwa
kepala sekolah SMU Negeri 5 Bandung cenderung menerapkan manajemen konvensional dan kaku, sehingga kurang aspiratif dan akomodatif terhadap
tuntutan dann perkembangan jaman. Dampak dari manajemen yang konvensional dan kaku, ada indikasi bahwa kualifikasi atau mutu lulusan cenderung menurun
apalagi apabila dibandingkan ketika siswa baru masuk.
Secara sistemik, persoalan di atas dipengaruhi oleh berbagai faktor baik
bersifat internal maupun eksternal seperti manajemen akademik, personalia, keuangan, dan sarana maupun hubungan masyarakat termasuk orang tua dan stake
holders lainnya.
Merujuk kepada fokus penelitian di atas, hal-hal yang akan diungkap melalui penelitian ini dapat formulasikan dalam pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah gaya kepemimpinan yang ditampilkan oleh kepala sekolah
SMUN 5 Bandung?
2. Bagaimanakah manajemen kinerja kepala sekolah dalam mengembangkan
kualitas sekolah di SMUN 5 Bandung?
3. Apa hambatan-hambatan yang ditemui dalam rangka operasionalisasi
manajemen sekolah dan alternatif solusi terhadap hambatan-hambatan yang
ditemui?
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini memberi sumbangan bagi kepala sekolah berupa pengungkapan
secara empirik faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manajemen sekolah
Menengah Umum (SMU) Negeri 5 Bandung. Dengan demikian, hasil-hasil
penelitian ini bida dijadikan rambu-rambu bagi kegiatan manajerial oleh
kepala sekolah di sekolah yang bersangkutan.
2. Lebih lanjut hasil penelitian ini juga bisa dijadikan rambu-rambu bagi
pengembangan program kinerja manajemen sekolah dalam rangka
meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan pengajaran (proses
pendidikan secara umum) di SMU Negeri 5 Bandung.
3. Bagi penulis pribadi, hasil penelitian ini dapat mengembangkan wawasan
keilmuan jurusan Administrasi pendidikan.
E. Asumsi Penelitian
Adapun asumsi-asumsi yang mendasai penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Keberhasilan dan kegagalan sekolah dalam menampilkan kinerjanya secara
memuaskan banyak tergantung pada kualitas kepemimpinan kepala sekolah.
Kinerja sekolah ditunjukkan oleh iklim kehidupan sekolah, etos kerja, semangat kerja guru, prestasi belajar siswa, dan disiplin sekolah secara
keseluruhan (Dedi Supriadi, 1998: 346).
2. Komponen yang menentukan pengembangan, perubahan, dan keberhasilan
kegiatan yaitu adanya suatu visi yang jelas, misi rancangan kerja, sumber daya, keterampilan profesional, motivasi dan insentif(Tilaar, 1993: 13). 3. Peranan kepala sekolah sebagai principal, administrator, dan leader menjadi
sangat penting dalam proses pemberdayaan sekolah. Kepala sekolah perlu memiliki visi yang jelas mengenai pembinaan mutu kehidupan sekolah yang didifusikan kepada semua warga sekolah (guru dan siswa) serta masyarakat (orang tua) Dedi Supriadi, 1988: 348-349).
4. Dalam melaksanakan manajemen sekolah, dilaksanakan suatu proses kegiatan yang sistematis yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, pengkoordinasian, pengendalian, dan penilaian terhadap pekerjaan-pekerjaan induk dan sumber-sumber kegiatan lainnya, dalam usaha bersama segenap personil sekolah untuk mencapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan (Udi
Turmudi, 1991: 1).
F. Paradigma Penelitian
Sekolah sebagai suatu sistem yang kompleks, tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya baik input, proses, maupun output yang
diharapkan. Input (masukan) sekolah dipengaruhi oleh raw input instrumental input, dan enviromental input. Ketiga faktor tersebut mempunyai peran penting
dalam proses pengelolaan sekolah, khususnya terhadap kepemimpinan kepala
sekolah. Melalui kemampuan profesionalnya, kepala sekolah harus memiliki visi,
misi, motivasi, dan strategi dalam pengelolaan sekolahnya, sehingga terwujud dan
tercapai manajemen yang berkualitas. Kegiatan manajemen sekolah terkait dengan
komponen manajemen itu sendiri seperti tujuan, perencanaan, pengelolaan, sarana
prasarana dan Iain-lain. Pengelolaan sekolah yang sistematis, akan berdampak
pada pengembangan kinerja sekolah, sehingga pada gilirannya bisa berdampak
pada prestasi sekolah secara khusus dan kualitas pendidikan secara umum. Lebih
jelas lagi dapat dilihat pada bagan halaman (16).
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penyajian tesis ini akan diorganisasikan ke dalam lima bab dan
pada tiap-tiap bab terdiri atas sub pokok bahasan. Bab pertama diberi judul
pendahuluan berisi enam sub pokok bahasan yaitu: latar belakang, tujuan
penelitian, masalah dan pertanyaan penelitian, manfaat penelitian, asumsi
penelitian, dan alur pikir penelitian. Berikutnya pada bab kedua yang merupakan
tinjauan pustaka, disajikan konsep manajemen pendidikan, kepemimpinan dalam
kegiatan manajemen, kinerja kepemimpinan kepala sekolah, pandangan tentang
sekolah efektif, dan kesimpulan studi kepustakaan.
Bab ketiga membicarakan prosedur penelitian yang mencakup: penetapan
lokasi penelitian, penentuan objek penelitian, metode penelitian, data yang
diperlukan, instrumen penelitian, validitas penelitian, analisis dan interpretasi.
Selanjutnya pada bab keempat disajikan temuan penelitian dan pembahasan yang
berkenaan dengan kepemimpinan dalam kegiatan manajemen, kinerja manajemen
sekolah, sekolah efektif.
Bab kelima merupakan bab terakhir yang terdiri darai, pertama,
merupakan kesimpulan yang bertalian dengan pembahasan. Kedua, merupkan
bagian tentang rekomendasi penelitian. Di samping itu, dilengkapai dengan daftar
pustaka, tabel, gambar, dan lampiran-lapiran untuk memperjelas bagi orang-orang
yang memperdalam kajian ini.
Input
Proses
16
Raw Input Instrumental Input Environmental Input
I
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Visi dan misi
motivasi Strategi
T
FAKTOR-FAKTOR YANG
FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN FAKTOR
EKSTERNAL EFEKTMTAS SEKOLAH (INTERNAL)
INTERNAL
1. Dukungan orang 1. Iklim sekolah: Outcome dari
tua dan dukungan a. Harapan yang tinggi dari sisws siswa
masyarakat. b. Tata tertib dan disiplin a. Partistpasi 2. Dukungan yang c. Kurikulum yang terorganisir b. Pencapaian
efektif dari sistem d. Penghargaan dan insentif akademik pendidikan. 2. Kondisi yang memungkinkan: c. Kemampuan 3. Mated yang a. Kepemimpinan yang berdaya sosial
memadai dan guna d. Keberhasilan
pendukungnya:
M b. Kemampuan guru mengajar ekonomi a. Aktivitas c. Fleksibilitas dan otonomi M
perkembangan *rV d. Penggunaan waktu yang mf FAKTOR
yang tepat. efektif di sekolah KONSTEKTUAL
b. Bukupegangan 3. Proses belajar mengajar: a. Ekonomi yang memadai da a. Waktu belajar yang efektif budaya
materi lain. b. Variasi dalam strategi b. Ekonomi
c. Fasilitas yang mengajar politik
memadai. c. Pekerjaan rumah yangsering
d. Frekuensi penilaian pada muri< dan umpan baliknya.
FOKUS PENELITIAN
ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SEKOLAH
I
KINERJA SEKOLAH i + h, MUTU/QUALITAS SEKOLAHPRESTASI SEKOLAH w
Gambar : 1
Bogdan dan Biklen (1982 : 30) menyebutkan bahwa "A paradigm is a
loose collection of logically held togheter assumtions, conseption, or
proposition that orient thinking of research ". Berangkat dari rumusan tersebut,
maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif naturalistik dengan alur
berfikir berikut:
1. Kepemimpinan kepala sekolah dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaannya memiliki visi dan misi, motivasi serta strategi. Dengan visi, misi yang mantap dan motivasi yang kuat untuk menjadikan sekolah yang ia pimpin serta strategi yang tersusun secara matang akan menghasilkan sekolah yang
berkualitas. Dalam Executive Report diketengahkan bahwa kualitas atau mutu
sekolah menunjukkepada keadaan atau sifat dari semua jasa atau layanan pendidikan yang diberikan oleh sekolah yang sesuai atau melebihi kebutuhan
dan harapan para pelanggannya (Kerjasama PPDPN dengan LPUPI, 2001 : 4).
Jenis-jenis layanan berdasarkan pelanggannya dapat diidentifikasi menjadi kelompok layanan manajemen; layanan pembelajaran dan pengembangan pribadi. Melalui proses kepemimpinan kepala sekolah ini dipengaruhi oleh berbagai faktor determinan. Ada faktor eksternal yaitu dukungan orang tua
dan masyarakat, dukungan yang efektif dari sistem pendidikan dan materi
yang memadai dengan indikator aktivitas perkembangan yang tepat, buku
pegangan yang memadai dan fasilitas yang memadai pula. Di samping itu ada
pula faktor internal yaitu iklim sekolah : dengan indikator; harapan yang tinggi dari siswa, tata tertib dan disiplin, kurikulum yang terorganisir dan penghargaan dan intensif; kondisi yang memungkinkan dengan indikator,
kepemimpinan yang berdayaguna, kemampuan guru dalam mengajar,
fleksibilitas dan otonomi dan penggunaan waktu yang efektif di sekolah; proses belajar mengajar dengan indikator, waktu belajar yang efektif, variasi dalam strategi mengajar, pekerjaan rumah yang sering dan frekuensi penilaian
pada murid dan umpan baliknya.
2. Faktor yang berhubungan dengan efektivitas sekolah (internal) ini menghasilkan dua faktor determinan lagi yaitu faktor internal dan faktor
kontekstual. Faktor internal yang dimaksud adalah out come dari siswa itu
sendiri seperti partisipasi, pencapaian akademik, kemampuan sosial dan keberhasilan ekonomi. Sedangkan faktor kontekstual adalah ekonomi budaya dan ekonomi politik. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa partisipasi siswa, pencapaian akademik, kemampuan sosial dan keberhasilan akademik dapat ditentukan oleh efektif atau tidaknya suatu sekolah.
3. Fokus perhatian pada setiap tahap (pengaruh kinerja sekolah) senantiasa mengacu kepada tugas kepala sekolah sebagai pemimpin pada masing-masing bidang tugas pokok tersebut. Hasil penilaian kinerja sekolah memperlihatkan jarak antara expected performance dengan present performance sehingga ditemukan tingkat kebutuhan pengembangan / peningkatan.
^D/O/-BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Penetapan Lokasi Penelitian
Pemilihan SMUN 5 Bandung untuk pelaksanaan studi kasus tunggal ini
didasarkan atas beberapa pertimbangan tertentu. Pertimbangan pertama adalah
unsur keterjangkauan lokasi penelitian oleh peneliti, baik dilihat dari segi tenaga,
dana maupun dari segi efisiensi waktu. Pelaksanaan studi di lokasi yang dipilih
tidak menimbulkan masalah dalam kaitannya dengan kemampuan tenaga peneliti.
Satu hal yang sangat membantu dalam melakukan penelitian di lokasi pilihan ini adalah masalah dana. Peneliti tidak dituntut biaya studi lapangan yang lebih besar bila dibandingkan dengan penelitian di tempat lain. Selain itu, pemilihan lokasi
penelitian ini dapat memberikan efisiensi waktu dan masih dapat melaksanakan
tugas pokok peneliti sebagai guru di lembaga tersebut.
Ada alasan lain yang tidak kalah pentingnya dan pertimbangan yang lebih
mendasar dalam pemilihan lokasi penelitian ini. pertimbangan tersebut ialah adanya karakteristik khusus yang melekat pada setting yang dipilih. Pengamatan sementara menunjukkan bahwa di SMUN 5 Bandung terlihat ada kecenderungan pada penurunan jumlah siswa yang masuk (input) dan di sisi lain NEM input (NEM yang diperoleh siswa ketika masuk SMU) juga berbeda. Dampak lanjutnya
adalah penurunan kualifikasi lulusan (NEM out put) setiap tahun pelajaran. Bahan
pertimbangan lainnya adalah kelangkaan studi yang berkaitan dengan kinerja manajemen kepala sekolah. Sampai saat ini belum pernah dilakukan studi yang
dimaksudkan untuk menganalisis atau mengevaluasi unjuk kerja manajemen
kepala sekolah SMUN 5 Bandung. Belum pernah dilakukan studi yang
dimaksudkan untuk mengkaji ulang kinerja manajemen sekolah yang dilakukan. Studi kualitatif dengan pendekatan naturalistik menuntut pengumpulan
data pada setting yang alamiah. Konsep kerja ini menghendaki bahwa kehadiran
peneliti di setting penelitian tidak akan merubah situasi atau prilaku orang yang
diteliti sangat menguntungkan bagi tercapainya kondisi yang alamiah tersebut. Dengan demikian berbagai penomena yang beriangsung dan berbagai peristiwa
yang menjadi objek pengamatan terjadi secara alamiah. Tuntutan studi alamiah
tersebut merupakan suatu pertimbangan yang tidak bisa dikesampingkan dan turut
menyertai alasan pemilihan lokasi penelitian ini.
Suatu alasan yang cukup mendasar adalah perlunya kemenyatuan peneliti dengan masyarakat yang diteliti dalam waktu yang cukup lama. Pemahaman yang
komprehensif tentang objek penelitian hanya mungkin didapatkan dalam waktu yang cukup lama. Keberhasilan peneliti dengan masyarakat yang diteliti dalam waktu yang relatif singkat tidak dapat membuahkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu, pemilihan lokasi penelitian di lembaga sendiri dimungkinkan dan memenuhi tuntutan pengalaman hidup yang cukup panjang untuk meraih
pemahaman yang lebih komprehensiftentang objek kajian.
B. Penentuan Objek Penelitian
Jenis data yang dikumpulkan meliputi persepsi pengalaman, keyakinan serta ilustrasi yang bertalian dengan fokus penelitian. Sementara itu, data
sekunder mencakup data tentang jumlah pemimpin beserta staf sekolah, jumlah
siswa, kuantitas yang menyertai pelaksanaan tugas kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah. Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan tersebut, maka
sumber data mencakup orang, benda, dan peristiwa. Orang sebagai sumber data,
berstatus sebagai responden dan informan. Benda sebagai sumber data berbentuk
dokumen yang dapat memberikan informasi tentang seluk beluk permasalahan
yang menjadi fokus penelitian. Peristiwa sebagai sumber informasi tidak lain dari
pada keadaan atau kondisi yang sedang beriangsung dan dapat dibaca untuk
memahami berbagai aspek dan liku-liku pelaksanaan tugas pokok kepala sekolah
dalam menajemen sekolah.
Penetapan subjek dilakukan dengan teknik "Purposive ". Teknik tersebut
digunakan untuk menentukan subjek dari kalangan tenaga pengajar, siswa dan
orang tua siswa. Teknik purposive sampling ini menurut Patton, 1980 yang
dikutip oleh Natsir Luth (1998: 82) yaitu penetapan subjek penelitian yang
didasarkan kepada pertimbangan tertentu. Penggunaan teknik penetapan subjek ini
memberi peluang untuk tidak melakukan pematokan jumlah partisipan (sample
size) secara ketat pada tahap perencanaan penelitian. Penetapan subjek penelitian
dilakukan secara bertahap atau berproses (Moleong, 1990). Cara penentuan subjek
penelitian dengan cara demikian disebut juga snowball sampling, dengan resiko
terjadinya jumlah subjek penelitian yang makin lama makin banyak. Akhirnya
jumlah subjek penelitian dihentikan pada saat telah tercapai kejenuhan data (Ary,
Lucy, dan Jakob, 1982).
C. Metode Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian langkah pertama adalah perlu
mempertajam konsep dan menuangkan konsep itu dalam suatu kerangka berupa premis, dan premis yang telah dibentuk itu kemudian dikaji dan diuji dengan data
empirik di lapangan.
Untuk memperoleh data empirik yang sesuai dengan ruang lingkup
masalah dan tujuan yang telah dirumuskan. Penelitian ini menggunakan "metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif naturalistik. Alasan yang mendorongnya
adalah bahwa penelitian ini memenuhi ciri umum metode penelitian deskriptif
yang dinyatakan oleh Winarno Surachmad (1989 : 140), yaitu memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, dan pada masalah aktual; data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dam kemudian dianalisis (karena itu metode ini sering disebut metode analitik).
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berlatar belakang alamiah sebagai kebutuhan dengan mengandalkan manusia sebagai alat penelitian. Nasution (1992 : 59 - 60) menyebutkan bahwa karakteristik penelitian kualitatif antara lain : pengambilan data yang dilakukan dalam suasana yang sewajarnya tanpa memanipulasi situasi yang ada dengan peneliti sebagai instrumen data;
sampel bersifat purposive yakni diambil sesuai dengan fokus kajian, orang dapat memberikan informasi setulus mungkin; hasil penelitian berupa deskripsi, lebih
mengutamakan proses dari produk; analisa data dilakukan secara terus menerus
untuk mencari makna yang bersifat kontektul atau sesuai dengan persepsi subjek yang diteliti; kesimpulan diraih melalui proses verifikasi.
Dari pendapat tersebut bahwa sasaran yang dicapai dalam penelitian
kualitatif diarahkan pada upaya menemukan teori-teori yang bersifat deskriptif.
Prosesnya lebih diutamakan daripada hasil membatasi studinya dengan penentuan
fokus dan menggunakan kriteria yang dipakai untuk kepentingan keabsahan data serta disepakati hasil penelitian oleh subjek penelitian dan peneliti. (Lexy J.
Moleong, 1994 : 4-8).
Penelitian kualitatif ini tidak berangkat dari hipotesis dan teori untuk diuji,
tetapi langsung peneliti turun ke lapangan untuk mengumpulkan data yang
relevan. Kemudian teori tersebut diberi makna. Penelitian ini mencoba
mendeskripsikan dan menganalisa strategi pengembangan dosen yunior termasuk di dalamnya visi, misi, tujuan, faktor pendukung, keadaan dan usaha
mengatasinya.
Penelitian ini mengacu pula pada karakteristik utama penelitian kualitatif seperti yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biglen (1992 : 27 - 29) sebagai
berikut:
- Qualitative researches has the natural setting as the direct source of
data and the researchess is the instrument
Qualitative researches the descriptive
Qualitative researches are concerned with process rather than simply
with outcomes orproducts
- Qualitative researches tend to analyze their data inductively - Meaning is essential concern to the qualitative approach.
Berdasarkan karakteristik tersebut dapat dipahami bahwa penelitian ini
ditandai oleh keadaan peneliti yang berperan sebagai instrumen dalam keadaan
(setting yang wajar). Keberadaan peneliti sebagai isntrumen didasari oleh alasan
sebagaimana dijelaskan oleh S. Nasution (1988 : 54) sebagai berikut : "peneliti
mempunyai adaptabilitas yang tinggi, jadi senantiasa dapat menyesuaikan dengan
situasi berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian". Dalam penelitian kualitatif
data yang dikumpulkan cenderung bersifat naratif dari pada angka-angka
(meskipun demikian penelitian kualitatif tidak menolak data kuantitatif) dan hasil analisisnya berupa uraian-uraian yang sangat deskriptif dan berdasarkan pada
analsis data secara induktif.
Kegiatan penelitian tahap kedua terfokus pada studi lapangan. Aktivitas pertama di lapangan adalah menghubungi gate keeper untuk mendapatkan izin
masuk setting guna mengumpulkan data. Rencana kegiatan pengumpulan data ini disambut baik oleh kepala sekolah selaku gate keeper dan stafsebagai pempinan
sekolah. Kegiatan pengumpulan data di lapangan ini beriangsung selama kurang lebih empat bulan. Kegiatan pengumpulan data dimulai Mei 2001 dapat
diselesaikan bulan Agustus 2001.
Penelitian ini menggunakan metode wawancara yang didukung oleh metode lain yaitu observasi, dan dokumentasi. Penggunaan teknik pengumpulan data tersebut merupakan kebutuhan yang didasarkan pada jenis data yang
dikumpulkan yaitu data lisan, dokumen yang informasi yang bersumber dari peristiwa atau proses. Selain itu, penggunaan beragam teknik pengumpulan data
tersebut dimaksudkan pula untuk mendapatkan kontribusi dari metode
trianggulasi. Wawancara dilakukan tatkala mengumpulkan data yang berbentuk
informasi verbal dari berbagai sumber di lingkungan sekolah terutama subjek
yang mempunyai kewenangan untuk memberikan informasi. Dalam hal ini, wawancara dilakukan dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru-guru,
siswa dan orang tua siswa.
Data non verbal juga tidak kalah pentingnya. Ucapan seseorang sering disertai oleh gerak-gerik badan, tangan atau perubahan wajah. Nasution (1996 :
71) mengemukakan bahwa dalam penelitian naturalistik kualitatif berusaha
mengetahui bagaimana responden memandang dunis dari segi perspektifnya,
menurut pikiran dan perasaannya. Informasi demikian disebut informasi "emic".
Selain keterangan emic peneliti juga ingin mengetahui hal tertentu yang dirasanya
penting menurut kepentingannya sendiri. Untuk memperoleh data ini peneliti mengajukan pertanyaan. Data yang diperoleh akan bersifat "etic", yakni ditinjau
dari pandangan peneliti. Dengan beriangsungnya penelitian, data yang digunakan
akan beralih dari tak berstruktur menjadi lebih berstruktur.
Informasi emic (pandangan responden) tidak dapat dipisahkan dari informasi etic (pandangan peneliti). Informasi emic yang disampaikan oleh
responden diterima oleh peneliti. Dan kemudian diolah, ditafsirkan dan dianalisis
menurut metode, teori, teknik dan pandangan sendiri. Laporan tesis ini adalah
hasil pemikiran sendiri, jadi bersifat etic. Bahkan emic adalah bahan mentah yang
harus diolah yang digunakan sebagai ilustrasi dalam tesis dan selanjutnya sebagai
bahan lampiran.
Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur, dalam arti peneliti tidak terikat kepada pedoman wawancara secara ketat. Wawancara dilakukan di mana saja, kapan saja, serta dengan siapa saja yang
menjadi subjek penelitian. Patton (1980) menyebutkan indept-interview karena
dilakukan dalam hubungan penuh keakraban antara peneliti dan partisipan.
Penekanan materi wawancara lebih berstandar kepada issu penelitian yang
berkaitan dengan posisi dan peran subjek yang diwawancarai. Data yang direkrut
dengan metode wawancara, dicatat dalam catatan lapangan. Pencatatan data tersebut terkadang dilakukan pada waktu wawancara beriangsung, tetapi
sering-kali pula pembuatan catatan hasil wawancara dilakukan segera setelah selesai wawancara. Hal ini dimaksudkan untuk kepentingan penyelamatan data dari
kealfaan.
Akan tetapi kemudian, setelah peneliti memperoleh sebuah keterangan,
wawancara yang lebih berstruktur yang disusun berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh responden. Informasi emic yang diterima dijadikan bahan untuk merumuskan sejumlah pertanyaan yang lebih berstruktur, walaupun informasi diharapkan tetap bersifat emic. Namun keterangan yang bersifat etic pun tidak dapat dielakkan, yakni diatur oleh peneliti. Jadi perumusan data emic dan etic tidak dapat dipertahankan dengan ketat oleh sebab kedua macam informasi itu
diperlukan.
Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan berbagai dokumen seperti dokumen kinerja kepemimpinan kepala sekolah dalam melaksanakan
manajemen sekolah dibawah kepemimpinannya. Dokumen lainnya adalah
mengenai keadaan siswa, aktivitas pembelajaran. Kegiatan observasi lebih terfokus pada proses pelaksanaan kepemimpinan kepala sekolah. Ada dua model observasi yang digunakan yaitu observasi berperan serta dan observasi tidak
berperan serta. Pengamatan berperan serta terutama dilakukan dalam proses
manajerial kepala sekolah dalam melaksanakan kepemimpinan sekolah.
Salah satu metode pengumpulan data yang cukup penting adalah observasi. Jenis observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan
tak terlibat dan pengamatan terlibat. Pengamatan tak terlibat digunakan untuk
mengamati berbagai peristiwa yang terus bergulir di sepanjang proses pelaksanaan kepemimpinan kepala sekolah pada setting penelitian. Kemudian pengamatan
terlibat digunakan untuk memahami proses pelaksanaan belajar mengajar di kelas.
D. Data Yang Diperlukan
Penelitian ini memerlukan sejumlah data yang dikumpulkan berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus penelitian. Selanjutnya dijabarkan dalam bentuk beberapa pertanyaan penelitian seperti yang dikemukakan pada bab satu.
Pertama, model, pola atau gaya kepemimpinan kepala sekolah SMU
Negeri 5 Bandung.
Kedua, sistem administratif di SMU Negeri 5 Bandung.
Ketiga, sistem penyelenggaraan proses pendidikan (Proses pembelajaran dan pengajaran) di SMUNegeri 5 Bandung.
Keempat, pembinaan kemampuan profesional guru-gur di SMU negeri 5
Bandung.
Kelima, sistem pengelolaan sarana dan prasarana SMU Negeri 5 Bandung.
Keenam, hambatan-hambatan yang ditemui dalam rangka operasionalisasi
manajemen sekolah dan alternatif solusi terhadap hambatan-hambatan tersebut.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian kualitatif tertuju pada peneliti sendiri, karena
ia berperan sebagai pengamat penuh dan berperan serta secara lengkap
(1 Wayan Sukaryana, 1992: 15). Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen sangat
relevan dan sulit untuk digantikan kedudukannya.
Untuk data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara, peneliti menyiapkan beberapa instrumen pedoman wawancara yang sebagian besar
peneliti menyiapkan instrumen dimana peneliti mengisi untuk data yang
dikumpulkannya dengan teknik observasi peneliti menyiapkan sendiri selama
melakukan observasi. Dalam rangka meningkatkan kemampuan peneliti sebagai
instrumen, peneliti membawa alat bantu yang dibutuhkan, antara lain tape
recorder, pedoman wawancara, dan alat tulis sesuai dengan kebutuhan lapangan.
Berikut ini akan dikategorikan kisi-kisi instrumen penelitian adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
NO ASPEK YANG DITELITI
(SUB ASPEK )
RESPONDEN/ SUMBER DATA 1 Gaya kepemimpinan
a. Visi, misi
b. Strategi c. Program
d. Operasionalisasi manajerial
e. Implementasi kedisiplinan
Kepala sekolah,
Wakil-Kepala sekolah, orang
tua siswa dan siswa,
serta guru-guru
NO ASPEK YANG DITELITI RESPONDEN/
(SUB ASPEK) SUMBER DATA
2 Manajemen kinerja kepala sekolah Kepala sekolah
a. Sistem pelayanan administratif Wakil Kepala
b. Sistem penyelenggaraan proses belajar sekolah,
mengajar Guru
c. Upaya pembinaan profesional guru Siswa
d. Sistem pengelolaan sarana dan prasarana
3 Potensi (Kontribusi), kekuatan, kelemahan Kepala sekolah, Wakil dan ancaman (kendala) kepala sekolah, guru,
a. Kontribusi dalam melaksanakan siswa dan orang tua
manajerial siswa.
b. Kekuatan dalam operasionalisasi
manajemen
c. Kelemahan dalam operasionalisasi
manajemen
d. Ancama dalam operasionalisasi
manajemen
e. Kendala dalam operasionalisasi
manajemen
f. Cara memanfaatkan potensi, kekuatan
dalam manajemen sekolah
g. Cara mengatasi kelemahan dan
kendala-kendala yang dihadapi dalam menajemen 1 sekolah.
F. Validitas Penelitian
Validitas adalah membuktikan bahwa apa yang diteliti oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dan terjadi dalam dunia kenyataan (Nasutio, 1980: 105). Validitas penelitian dilakukan dengan cara memperpanjang waktu observasi yaitu dari Mei hingga bulan Juli tahun 2001, apabila ada data-data yang
tertinggal dalam arti belum tergali maka peneliti akan mengadakan observasi yang
dilakukan bulan berikutnya (Agustus 2001) sesuai dengan data yang diperlukan.
Berdasarkan data yang telah terhimpun, maka peneliti melakukan
trianggulasi yaitu mencek kebenaran data dan menafsirkan data terutama
membandingkan dengan sumber informasi wawancara dan dokumentasi.
Mengadakan sumber cek dimana peneliti menanyakan dengan subjek penelitian
lapangan yang diperoleh apakah apa yang dilaporkan peneliti sesuai dengan
subjek peneliti (informan). Selanjutnya membicarakan dengan subjek pembanding
tentang data dan penafsirannya yang dibuat bagi keperluan analisis selanjutnya.
G. Analisis Data dan Interpretasi
Pada tahap penyelesaian, kegiatan penelitian meliputi analisis data lanjutan, melakukan member check, dan penulisan draft laporan penelitian. Kegiatan analisis data ini berakhir setelah masuk kegiatan penulisan laporan.
Pelaksanaan member check yang terutama dilakukan adalah dalam bentuk
konsultasi dengan pembimbing. Pembimbing adalah nara sumber (experts) yang
berkompeten untuk memberikan konsul terhadap temuan penelitian.
Model analisis data yang digunakan adalah analisis data mengalir (flow model analysis) sebagaimana yang ditawarkan oleh Miles dan Huberman (1984).
Pada prinsipnya analisis data dilakukan sepanjang kegiatan penelitian. Dalam hal ini, konsep analisis data yang diikuti mencakup perencanaan, pengorganisasian, dan penafsiran data (Masri Singarimbun, 1984). Metode analisis data yang
digunakan adalah analisis data kuantifikasi dan analisis data kuantitatif. Metode
kuantifikasi dilakukan terhadap beberapa kelompok data tertentu yaitu data yang
berhubungan dengan kinerja kepemimpinan kepala sekolah.
Analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan pengelolaan data. Data hasil pengamatan terhadap kinerja kepemimpinan kepala sekolah diolah mengikuti langkah-langkah editing, coding, tahelation, interpretation dan
conclution. Dilakukan editing untuk melihat kelengkapan data. Langkah ini
dilanjutkan dengan pemberian kode guna mengetahui alokasi penempatan data.
Kemudian data ditabulasi agar dapat dilihat hubungan antar aspek.
Langkah-langkah tersebut dilanjutkan dengan upaya menafsirkan data dan pengambilan
kesimpulan. Semua proses tersebut tercakup juga dalam siklus pengumpulan data,
reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan, dan kembali mengumpulkan
data selanjutnya.
Kegiatan analisis data yang paling inti mencakup data, sajian data, dan
penarikan kesimpulan sementara (Soetopo, 1989). Reduksi data termasuk kegiatan
pengorganisasian data sehingga dapat membantu atau memudahkan peneliti dalam
melakukan analisis data berikutnya. Tumpukan data hasil kerja lapangan
direduksi, disederhanakan dengan cara dirangkum, diklasifikasikan sesuai dengan
fokus dan jenis hubungan aspek penelitian. Salah satu wujud reduksi data adalah
upaya kuantifikasi. Tujuan reduksi data ini selain merupakan langkah awal upaya
pemahaman data, juga dimaksudkan untuk memudahkan peneliti mencari data
pada saat diperlukan.
Sajian data dilakukan untuk memberikan gambaran keseluruhan atau
bagian tertentu. Pada sajian data ini peneliti sudah dapat melihat hubungan data
menurut klasifikasi atau berdasarkan hubungan variabel penelitian. Untuk maksud tersebut sajian data berbentuk tabulasi dan gambar. Cara ini dimaksudkan agar
peneliti dapat menguasai dan memahami data, tidak bingung, tidak tenggelam,
dan tidak hanyut dengan kesulitan memahami kesimpulan data. Pembuatan kesimpulan merupakan tujuan utama analisis data yang dilakukan semenjak awal.
Kesimpulan sementara dirumuskan karena proses penelitian masih beriangsung.
Kesimpulan-kesimpulan tentatif tersebut masih diverifikasi berulang-ulang dan
bertahap sehingga pada bagian penghujung dapat menghasilkan kesimpulan akhir.
Merujuk pada uraian di atas, maka pada penelitian ini data yang diperoleh
dianalisis dengan data disoal setelah di lapangan. Selain didasarkan pada
fleksibilitas juga didasarkan pada faktor keseimbangan antara pengumpulan data,
menyusun tesis sampai pada kesimpulan tertentu.
Disaat analisis data dilakukan dengan cara "merekam data lapangan" melakukan member check kepada subjek penelitian, melakukan penyempurnaan analisis langkah berikutnya menyusun kecenderungan-kecenderungan yang timbul
sesuai dengan proses dan jenis data yang didapatkan untuk mengungkap makna
yang terkandung di dalamnya.
Sedangkan analisis setelah dari lapangan dan datanya telah terkumpul yang dikumpulkan peneliti dengan cara mereduksi data yaitu dengan merangkum
laporan lapangan, mencatat dan memasukkan dalam file, dan menemukan kecenderungan-kecenderungan yang timbul sesuai dengan fokus penelitian. Setelah data direduksi barulah menunjukkan hubungan data yang satu dengan data yang lainnya menjadi jelas dan saling membentuk kesatuan yang utuh, membandingkan dan sekaligus menganalisanya secara mendalam untuk
memperoleh maknanya dan temannya sebagai dasar untuk menyusun tesis. Akhirnya menarik kesimpulan sebagai dasar untuk memberikan rekomendasi
penelitian.
BAB VI
KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Bab IV ini mempakan deskripsi temuan penelitian yang mencakup
masalah penelitian yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah, sistem pelayanan
administratif, sistem penyelenggaraan proses pendidikan (pembelajaran dan
pengajaran), upaya pembinaan kemampuan profesional guru-gum, sistem
pengelolaan sarana dan prasarana dan hambatan-hambatan yang ditemui dalam
rangka operasionalisasi manajemen sekolah dan alternatif solusinya. Kemudian
pada Bab V dilakukan pembahasan hasil penelitian terutama mengenai isu-isu
yang dianggap menonjol dalam temuan penelitian. Berikut ini dirumuskan
beberapa kesimpulan penelitian menumt kelompok bagian terdahulu.
1. Gaya kepemimpinan kepala sekolah
Gaya kepemimpinan kepala sekolah dapat diketahui dari visi dan misi kepala
sekolah, upaya penciptaan iklim yang kondusif, program-program sekolah dan
operasionalisasi manajerial kepala sekolah.
a. Visi dan misi kepala sekolah
Visi dan misi sekolah secara konseptual telah dirumuskan dalam rencana
strategis SMUN 5 Bandung. Namun secara umum dalam hal ini
dikemukakan oleh kepala sekolah, bahwa visi sekolah di masa mendatang
menjadikan sekolah Menengah Umum Negeri Lima ini sekolah unggul.
Unggul dalam segala bidang baik pencapaian tujuan kognitif, afektif dan
psikhomotor. Sedangkan misinya adalah : melaksanakan pembelajaran dan
bimbingan secara efektif; mengembangkan dan meningkatkan ajaran
agama sebagai pedoman hidup; menumbuhkan semangat keunggulan
secara intensif; menjalin hubungan baik dengan instansi lain secara
langsung maupun tidak langsung.
b. Upaya menciptakan iklim yang kondusif
Iklim kerja yang beriangsung adalah suasana keterbukaan, penuh
kekeluargaan dan rasa kebersamaan. Iklim kerja seperti ini belum terwujud
100%. Karena masih ada antara guru yang bersaing tidak sehat, dimana
antar sesama gum saling menjatuhkan satu sama lain, meskipun ini belum
mempengamhi lancarnya suatu organisasi.
c. Program sekolah dan operasionalisasi manajerial kepala sekolah dalam
mengembangkan program di sekolah telah dilaksanakan, namun belum
secara kuat menunjukkan operasionalisasi manajerial pada manajemen
berbasis sekolah. Manajemen yang ada lebih berorientasi pada
penyelesaian tugas-tugas mtin, menggugurkan kewajiban-kewajiban atau
implementasi instmksi-instruksi atasan dari pada mendorong terwujudnya
usaha pelaksanaan suatu inovasi baik di tingkat sekolah maupun di tingkat
kelas / pengajar.
2. Manajemen kinerja kepala sekolah, dapat diketahui dari:
a. Sistem pelayanan administratif yang berkaitan dengan pengorganisasian
kelembagaannya, mekanisme pelayanan dan bentuk-bentuk administratif
yang diberikan.
1) Pengorganisasian kelembagaan
Organisasi kelembagaan sekolah telah ditetapkan berdasarkan standar
yang berlaku, sifatnya sederhana dan konvensional. Setiap posisi sadar
akan tugas masing-masing, namun bekerja berdasarkan rutinitas,
meskipun telah ada tekanan-tekanan terhadap peningkatan pelayanan
penyelenggaran pendidikan.
2) Mekanisme bentuk-bentuk pelayanan administrasi sekolah
Mekanisme pelayanannya berpusat pada kepala sekolah sebagai
otoritas tertinggi di sekolah, selanjutnya dapat didelegasikan kepada
gum-gum dan staf sekolah lainnya. Bentuk-bentuk pelayanan
administrasi sekolah ditekankan pada pelayanan terhadap gum tentang
jenjang karimya dan pelayanan terhadap murid dalam hal pelaksanaan
PBM di kelas. Secara administratif bentuk-bentuk pelayanan
administrasi sekolah sudah sangat mencukupi, seperti : penyediaan
fasilitas KBM; pengarahan dan dorongan untuk memanfaatkan peluang
mengikuti kegiatan akademis; program yang memungkinkan siswa
mengembangkan bakat potensial baik di dalam maupun di luar KBM
formal, namun demikian semua itu masih belum menampilkan
program yang memungkinkan gum mengembangkan bakat potensial di
luar KBM formal.
b. Sistem penyelenggaraan proses pendidikan (proses pembelajaran dan
pengajaran).
1) Aktivitas gum-gum dalam proses pembelajaran
Aktivitas gum dalam proses pembelajaran kurang menguntungkan dalam
tampilan mendemontrasikan khazanah metode, kemampuan gum untuk
mendorong partisipasi siswa, kemampuan guru dalam mengorganisasi
waktu. Sedangkan tingkat aktivitas murid adalah berdasarkan pada
aktivitas gum.
2) Bentuk-bentuk kegiatan yang telah diupayakan dalam rangka
pembelajaran dan pengajarana meaningful.
Upaya yang dilakukan dalam proses pembelajaran yang meaningful
adalah melalui pendekatan individual dan kemasyarakatan untuk
meningkatkan keterlibatan orang tua dalam dukungan belajar para
siswa.
c. Upaya pembinaan kemampuan profesional gum
1) Pandangan gum-gum terhadap tugas dan profesinya.
Tugas dan profesi kependidikan mempakan tugas mtin yang hams
dijalani oleh para gum. Namun demikian pandangan gum-gum
terhadap tugas dan profesinya kurang bermutu. Dalam pelayanan
pendidikan pada tahap pelaksanaan pembelajaran terlihat kurang
kreatif, karena tidak berpedoman pada persiapan atas perencanaan
yang matang. Gum-gum telah membuat persiapan pengajaran namun
tidak digunakan dalam proses belajar mengajar.
2) Bentuk-bentuk kegiatan yang diupayakan dalam meningkatkan
J
Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada guru untuk
mengikuti program S2 dan S3, penataran dan lokakarya, seminar guru, rapat rutin untuk membicarakan masalah-masalah pengajaran dan
upaya pemecahannya.
) Peran kepala sekolah dalam upaya profesionalisasi guru.
Kepala sekolah lebih bersifat instruktif dalam melakukan
pembinaannya tapi kurang memiliki visi yang jelas terhadap program
pembinaan profesional gum-guru.
d. Pengelolaan sarana dan prasarana
1) Pemanfaatan fasilitas fisik dalam rangka menunjang kinerja manajemen sekolah dan proses pendidikan.
Semua fasilitas fisik yang tersedia telah dapat dimanfaatkan sesuai
dengan fungsinya masing-masing. Namun keadaannya tidak begitu baik, karena ratio siswa dengan fasilitas yang tersedia belum seimbang. 2) Kontribusi lingkungan non fisik dalam rangka menunjang kinerja
manajemen sekolah dan proses pembelajaran.
Lingkungan non fisik menunjang manajemen dan proses pembelajaran
cukup mendukung. Namun karena kekurangan transparansi dan
sosialisasi kepala sekolah tentang manajemen sekolah yang ia pimpin
kepada Komite Sekolah menyebabkan mereka tidak dapat melakukan
kontrol terhadap penyelenggaraan pendidikan.
3. Hambatan-hambatan yang ditemui dalam rangka operasionalisasi manajemen
sekolah dan alternatif solusinya.
Hambatan-hambatan yang ditemui dalam rangka melaksanakan manajemen
berbasis sekolah adalah:
a. Kurangnya sumber daya pendidikan, hal ini dapat diatasi dengan
meningkatkan kemampuan manajemen kepala sekolah secara profesional,
uji profesi dan sertifikasi kepemimpinan dan manajemen kepala sekolah
secara terbuka.
b. Transparansi manajemen. Menciptakan iklim dan budaya keterbukaan
dalam manajemen sekolah perlu dilakukan oleh kepala sekolah. Dengan
transparansi atau keterbukaan dewan sekolah dapat mengontrol langsung
penyelenggaraan pendidikan, sehingga berbagai penyimpangan dapat
dicegah dan target sekolah yang unggul dapat tercapai.
c. Akuntabilitas atau pertanggung jawaban
Kurangnya pertanggung jawaban dari kepala sekolah kepada stakeholder
pendidikan. Hal ini dapat diatasi melalui dengan melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen dalam kepemimpinannya.
d. Hambatan yang berkenaan dengan masalah pribadi dapat diatasi dengan
mengadakan komunikasi secara kekeluargaan.
e. Adanya kebijakan yang tidak kondusif, dapat dipecahkan dengan
menemskan kebijakan-kebijakan tertentu yang dapat menguntungkan
semua pihak yang dihasilkan dari hasil musyawarah.
Kesimpulan Yang Meaningful
1. Gaya kepemimpinan kepala sekolah merupakan unsur penting yang dapat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan yang telah direncanakan. Gaya kepemimpinan ini diwujudkan kepala sekolah dalam usaha pencapaian visi dan misi; upaya menciptakan iklim yang kondusif dan melaksanakan manajemen berbasis sekolah dengan sungguh-sungguh dan
profesional.
2. Sistem pelayanan administratif yang dijalankan secara baik akan
menghasilkan siswa yang berkualitas baik pada kegiatan kurikuler maupun ekstra kurikuler. Begitu juga dengan gum, guru akan dapat mengembangkan bakat potensial baik dalam kegiatan belajar mengajar formal akan
mencerminkan kesejahteraan gum itu sendiri.
3. Sistem penyelenggaraan proses pendidikan bermuara pada kinerja guru yang profesional dalam mengemban tugas transformasi ilmu pengetahuan. Kinerja gum ini akan menimbulkan implikasi pada mutu hasil pembelajaran yang bennuara pada hasil pendidikan yang berkualitas.
4. Program peningkatan kemampuan gum yang didasarkan oleh visi yang jelas
dan perencanaan yang matang akan berdampak pada pelaksanaan program secara efektif dan efisien dan menghasilkan tenaga gum yang profesional.
5. Pemanfaatan fasilitas fisik yang baik akan menghasilkan keseimbangan antara fasilitas yang tersedia dengan kebutuhan siswa itu sendiri dan akan
berimplikasi pada terukurnya mutu layananpendidikan.
B. Rekomendasi
Kajian yang dilakukan tentang kinerja manajemen sekolah membuahkan
mmusan bahwa kinerja manajemen kepala sekolah perlu ditingkatkan lagi.
Rendahnya mutu manajemen sekolah yang ditampilkan oleh pemimpin lembaga
disebabkan oleh berbagai faktor yang mencakup kompetensi kepala sekolah,
kompetensi gum, pola kepemimpinan yang tradisional. Sehubungan dengan itu,
ada beberapa rekomendasi yang diarahkan kepada pihak-pihak tertentu.
1. Kepada pimpinan lembaga dalam hal ini kepala sekolah beserta stafnya agar
menghidupkan semangat kerja yang berorientasi pada mutu. Hal ini dapat
dilakukan dengan membuat kebijakan yang berorientasi dan mencerminkan
kebersamaan, serta memberikan suri tauladan dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari.
2. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan innovative dan feasible tentang
manajemen mutu pendidikan dan pengembangan pengajaran di kelas, maka
para pendidik profesional perlu memikirkan dan meresponnya. Sekolah tidak
cukup menciptakan iklim yang penuh kekeluargaan dan kebersamaan;
melaksanakan pelayanan-pelayanan administrasi sekolah yang dianggap telah
menggugurka