• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN CAMPURAN KULIT PISANG BATU DAN AMPAS TAHU FERMENTASI DENGAN Phanerochaete chrysosporium DAN Neurospora crassa DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA BROILER.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN CAMPURAN KULIT PISANG BATU DAN AMPAS TAHU FERMENTASI DENGAN Phanerochaete chrysosporium DAN Neurospora crassa DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA BROILER."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN CAMPURAN KULIT PISANG BATU DAN AMPAS TAHU FERMENTASI DENGAN Phanerochaete chrysosporium DAN

Neurospora crassa DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA BROILER

SKRIPSI

Oleh :

ROFIDA NINGSIH 1010612107

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

4 PENGGUNAAN CAMPURAN KULIT PISANG BATU DAN AMPAS TAHU

FERMENTASI DENGAN Phanerochaete chrysosporium DAN

Neurospora crassa DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA BROILER Rofida Ningsih1, Nuraini2, Suslina A Latif2

1)Mahasiswa Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Andalas 2)Dosen Bagian Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan

Universitas Andalas Kampus Limau Manis Padang

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan campuran kulit pisang batu dan ampas tahu fermentasi (KPBATF) dengan Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassa terhadap performa broiler. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dari 5 perlakuan yaitu A (0% KPBATF dalam ransum), B (5% KPBATF dalam ransum), C (10% KPBAT dalam ransum), D (15% KPBATF dalam ransum), dan E (20% KPBATF dalam ransum), dengan 4 kali ulangan. Peubah yang diamati adalah konsumsi ransum (g/ekor), pertambahan bobot badan (g/ekor) dan konversi ransum. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan campuran kulit pisang batu dan ampas tahu yang difermentasi dengan Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassa sampai level 20% dapat mempertahankan performa broiler. Pada kondisi ini diperoleh konsumsi ransum 1707,15 g/ekor, pertambahan bobot badan 911,63 g/ekor dan konversi ransum 1,87.

(3)

1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi adalah ransum. Untuk

meningkatkan ketersediaan bahan bahan baku dalam penyusun ransum perlu

ditanggulangi dengan menyusun ransum sendiri dengan memanfaatkan

bahan-bahan yang mudah didapat, dengan harga yang relatif lebih murah, tetapi masih

mempunyai kandungan gizi yang baik untuk produksi dan kesehatan ternak itu

sendiri. Kulit pisang merupakan limbah pertanian yang belum banyak diminati

masyarakat untuk dijadikan sebagai pakan alternatif. Berdasarkan Badan Pusat

Statistik Sumbar (2010) produksi pisang di Sumatera Barat mencapai 100.525 ton

per tahun. Pengolahan pisang akan menghasilkan limbah kulit pisang yang cukup

banyak jumlahnya yaitu kira-kira 1/3 dari buah pisang yang belum dikupas

(Munadjim, 1998), sehingga diperkirakan 33.508 ton limbah kulit buah pisang

pada tahun 2010.

Kulit buah pisang mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi yaitu

protein kasar 7,66%, serat kasar 23,33% (Elmizana, 2014), lemak kasar 19,90%,

TDN 59,10%, dan BETN 53,94% (Kurniati, 2011), lignin 10,77% dan selulosa

11,24% (Lawinnie, 2014). Pemanfaatan kulit buah pisang sebagai pakan ternak

terbatas hanya 8% dalam ransum broiler (Udjianto dkk., 2005). Dilihat dari

potensi dan kandungan gizi yang terkandung didalamnya maka kulit pisang batu

merupakan bahan yang cukup berpotensi untuk digunakan sebagai pakan ternak.

Untuk meningkatkan kualitas kulit pisang batu sehingga pemanfaatannya

dalam ransum ternak dapat maksimal, diperlukan upaya untuk mengurangi

(4)

2 Phanerochaete chrysosporium. Kapang Phanerochaete chrysosporium dapat

memproduksi enzim ligninase dan selulase yang tinggi (Howard et al., 2003).

Kapang Phanerochaete chrysosporium adalah jamur pelapuk yang dikenal

kemampuannya dalam mendegrasi lignin.

Hasil penelitian Fadillah dkk.(2008) kandungan lignin dari batang jagung

dapat berkurang sebanyak 81,40% dengan bantuan enzim ligninase dan

kandungan selulosa berkurang sebanyak 43,03% dengan bantuan enzim selulase

yang dihasilkan Phanerochaete chrysosporium dengan dosis inokulum 7% dan

lama fermentasi 7 hari. Hasil penelitian Putra (2012) bahwa fermentasi

menggunakan kapang Phanerochaete chrysosporium dengan komposisi 80% kulit

buah coklat dan 20% ampas tahu (C:N = 10:1) dapat meningkatkan peningkatan

protein kasar sebesar 33,79% dan menurunkan serat kasar sebesar 33,02%. Hasil

penelitian Fibrian (2012) bahwa fermentasi kulit buah kopi dan ampas tahu

dengan dosis 7% dan lama fermentasi 10 hari dapat menurunkan kandungan serat

kasar sebesar 43,89%, diperoleh kecernaan serat kasar 49,46% dan energi

metabolisme 2105,90 kkal/kg.

Fermentasi juga dilakukan dengan menggunakan kapang Neurospora

crassa. Kapang Neurospora crassa merupakan kapang penghasil β-karoten

tertinggi yang telah diisolasi dari tongkol jagung (Nuraini dan Marlida, 2005).

Kapang Neurospora crassa dapat menghasilkan enzim amilase, enzim selulase

dan protease (Nuraini, 2006). Onggok dan ampas tahu yang difermentasi dengan

kapang Neurospora crassa dengan dosis inokulum 9%, lama fermentasi 7 hari dan

ketebalan 2 cm berdasarkan bahan kering protein kasar meningkat menjadi

(5)

3 makanan lainnya adalah lemak 2,25%, kalsium 0,22%, posfor 0,02%, BETN

52,25% dan β–karoten 270,60 mg/kg (Nuraini et al., 2009).

Penelitian fermentasi kulit pisang batu (70%) dan ampas tahu (30%)

dengan kapang Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassa dengan

komposisi (2:1) telah dilakukan Elmizana (2014). Campuran kulit pisang batu

dan ampas tahu yang difermentasi dengan Phanerochaete chrysosporium dan

Neurospora crassa dengan komposisi (2:1) berdasarkan berat kering udara

diperoleh peningkatan protein kasar sebesar 33,80% (dari 13,61% sebelum

fermentasi menjadi 18,21% setelah fermentasi), penurunan serat kasar sebesar

37,40% (dari 19,33% sebelum fermentasi menjadi 12,10% setelah fermentasi)

(Elmizana, 2014), penurunan lignin sebesar 49,25% (dari 8,10% sebelum

fermentasi menjadi 4,11% setelah fermentasi), penurunan selulosa sebesar

45,01% (dari 9,22% sebelum fermentasi menjadi 5,07% setelah fermentasi)

(Lawinnie, 2014). Kandungan zat makanan lainnya adalah lemak 6,91%, kalsium

0,23%, posfor 0,02%, dan ME 2405 kkal/kg (Hasil Analisa Laboratorium

Teknologi dan Industri Pakan, 2013) dan kandungan β–karoten 225,56 mg/kg

(Nuraini dkk., 2014. Unpublished).

Penelitian fermentasi kulit pisang batu dengan kapang Rhyzpous

oligosporus telah dilakukan Koni dkk. (2011). Level terbaik hasil fermentasi kulit

pisang batu dengan Rhyzopus oligosporus dalam ransum ayam pedaging adalah

10%. Pada kondisi ini diperoleh konsumsi ransum 594,02 g/ekor/minggu,

pertambahan bobot badan 225,68 g/ekor/minggu, dan konversi ransum 2,63.

Berdasarkan kandungan zat makanan setelah fermentasi terjadi

(6)

4 sehingga diharapkan pemanfaatan produk fermentasi dalam ransum akan

meningkat untuk mengurangi penggunaan jagung dan bungkil kedelai.

Bagaimana pengaruh penggunaan campuran kulit pisang batu dan ampas tahu

fermentasi dengan Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassa (2:1)

terhadap performa broiler belum diketahui.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh penggunaan campuran kulit pisang batu dan ampas

tahu fermentasi dengan Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassa

(2:1) terhadap performa broiler.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan campuran

kulit pisang batu dan ampas tahu fermentasi dengan Phanerochaete

chrysosporium dan Neurospora crassa (2:1) terhadap performa broiler.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat bahwa campuran kulit pisang batu dan ampas tahu fermentasi dengan

kapang Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassa (2:1) dapat

digunakan sebagai salah satu pakan alternatif untuk mengurangi penggunaan

jagung dan bungkil kedelai.

1.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah penggunaan campuran kulit pisang batu dan

ampas tahu fermentasi dengan kapang Phanerochaete chrysosporium dan

Neurospora crassa (2:1) sampai level 20% dalam ransum dapat mempertahankan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan media yang dihasilkan secara keseluruhan memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) pada validasi ahli materi dari aspek isi sudah sesuai

Berkas persyaratan pencairan tunjangan profesi guru yang kami kirim ke Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kementerian Agama Kota Surabaya adalah

Salah satu program pemerintah dalam meningkatkan pembangunan yaitu dengan menyelenggarakan desa mandiri yang berbasis pos pemberdayaan keluarga (posdaya) yang

Penelitian ini diharapkan menghasilkan temuan baru berupa model pembelajaran yang didalamnya berisi metode mengajar tradisional dan metode creative movement yang

Tarian Topeng Malangan adalah seni pertunjukan yang difokuskan pada penari dengan menggunakan media tambahan yaitu berupa topeng, yang berasal dari kota Malang, Jawa Timur.. Tarian

Dengan sistem tanggung renteng diharapkan dapat tercipta suasana kebersamaan kelompok dalam tanggung jawab secara kolektif, untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas IlmuBudaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana dalam bidang Ilmu Sastra

Nilai Indeks Produksi (IP) hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan sangat nyata (P  0,01) yang berarti pemberian ekstrak temulawak dan kunyit memberikan pengaruh