ABSTRAK ………. i
KATA PENGANTAR …………..………. ii
UCAPAN TERIMA KASIH ……….…...… iii
PERNYATAAN ……….……… v
DAFTAR ISI ……….………. vi
DAFTAR TABEL ………...……….……… x
DAFTAR LAMPIRAN ………...………. xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1
B. Rumusan Masalah …….……….………...……….. 8
C. Tujuan Penelitian ……… 8
D. Manfaat Penelitian ……….. 9
E. Definisi Operasional ………... 10
F. Hipotesis Penelitian ……… 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pemecahan Masalah dalam Matematika ………...……. 13
B. Berpikir Kritis ………...………. 19
C. Berpikir Kreatif ………...……….. 25
D. Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Matematika ………... 29
E. Kaitan antara Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif, dan Pemecahan Masalah . 30 F. Pembelajaran Konvensional …...……… 31
G. Teori Belajar yang Mendukung ………. 32
a. Teori Kostruktivisme ………. 33
b. Teori Jerome S. Bruner ………...…….. 34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ……… 39
B. Populasi dan Sampel Penelitian ………...………….. 40
C. Variabel Penelitian ………...……….. 42
D. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya ……...……….. 42
1. Tes Hasil Belajar ……… 43
a. Tes Kemampuan Berpikir Kritis ……….... 43
b. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ………... 46
c. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen ………. 48
1. Uji Validitas ………...……… 48
2. Uji Reliabilitas ……… 52
3. Analisis Tingkat Kesukaran ………...…… 54
4. Analisis Daya Pembeda ……….. 57
2. Skala Sikap ………. 59
3. Lembar Observasi ………...……… 60
4. Kuesioner ………...………. 61
5. Jurnal …..……… 61
6. Wawancara ………. 62
E. Teknik Pengumpulan Data ……….... 62
F. Teknik Pengolahan Data ………...……… 63
G. Bahan Ajar ………. 64
H. Kegiatan Pembelajaran ……….. 65
I. Prosedur Penelitian ………. 70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………...……… 72
c. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis ………... 78
2. Kemampuan Berpikir Kreatif ………. 80
a. Kemampuan Awal ……….. 81
b. Kemampuan Akhir ………. 83
c. Peningkatan Kemampuan Berfikir Kreatif ………...…….…. 85
3. Aktivitas Guru dan Peserta Didik selama Proses Pembelajaran ……… 88
4. Sikap Peserta Didik terhadap Pembelajaran Matematika ………….….. 91
a. Sikap Peserta Didik terhadap Pelajaran Matematika ………….……. 92 b. Sikap Peserta Didik terhadap Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pemecahan Masalah ………...………….………… 95
c. Sikap Peserta Didik terhadap Soal-Soal Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Berpikir Kreatif ……….……..……. 100
5. Hasil Wawancara ………... 102
6. Hasil Jurnal ……… 103
7. Hasil Kuesioner ………. 105
B. Pembahasan ………... 106
1. Kemampuan Berpikir Kritis dalam Matematika ………... 106
2. Kemampuan Berpikir Kreatif dalam Matematika ……….……… 110
3. Sikap dan Aktivitas Peserta Didik dalam Pembelajaran dengan Pendekatan Pemecahan Masalah……….……..…… 115
4. Keterbatasan pada Penelitian ……… 117
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 119
B. Saran ……….. 122
PHOTO KEGIATAN PENELITIAN ……… 394
Tabel Halaman
3.1 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis ……….…. 44 3.2 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ……….……... 47 3.3 Validitas Item Tes Kemampuan Berpikir Kritis (Pretes) …………... 49 3.4 Validitas Item Tes Kemampuan Berpikir Kritis (Postes) ….……….. 50 3.5 Validitas Item Tes Kemampuan Berpikir Kreatif (Pretes) …….…… 51 3.6 Validitas Item Tes Kemampuan Berpikir Kreatif (Postes) .………… 51 3.7 Hasil Perhitungan Koefisien Reliabilitas Soal Tes Kemampuan
Berpikir Kritis ……….……… 53 3.8 Hasil Perhitungan Koefisien Reliabilitas Soal Tes Kemampuan
Berpikir Kreatif……… 53 3.9 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Instrumen Tes Kemampuan
Berpikir Kritis (Pretes) ………...………. 55
3.10 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Instrumen Tes Kemampuan
Berpikir Kritis (Postes) ……… 55
3.11 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Instrumen Tes Kemampuan
Berpikir Kreatif (Pretes)………... 56
3.12 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Instrumen Tes Kemampuan
Berpikir Kreatif (Postes) ………. 56
3.13 Perhitungan Daya Pembeda Item Soal Tes Kemampuan Berpikir
Kritis (Pretes) ……….………. 57
3.14 Perhitungan Daya Pembeda Item Soal Tes Kemampuan Berpikir
Kritis (Postes) ………. 58
3.15 Perhitungan Daya Pembeda Item Soal Tes Kemampuan Berpikir
Kreatif (Pretes) ……… ……….…………. 58
3.16 Perhitungan Daya Pembeda Item Soal Tes Kemampuan Berpikir
Kreatif (Postes) ……… ………. 59
4.5 Uji Homogenitas Skor Postes Kemampuan Berpikir Kritis .……….. 77 4.6 Uji Beda Rerata Skor Postes Kemampuan Berpikir Kritis …….…… 77 4.7 Uji Normalitas Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis ………….. 78 4.8 Uji Homogenitas Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis ……….. 79 4.9 Uji Beda Rerata Skor N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis .……….. 80 4.10 Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif …..……… 81 4.11 Uji Homogenitas Skor Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif………... 82 4.12 Uji Beda Rerata Skor Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif ….……. 83 4.13 Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Berpikir Kreatif …….….. 84 4.14 Uji Homogenitas Skor Postes Kemampuan Berpikir Kreatif ……….. 84 4.15 Uji Beda Rerata Skor Postes Kemampuan Berpikir Kreatif ……..… 85 4.16 Uji Normalitas Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif ………... 86 4.17 Uji Homogenitas Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif ..……. 87 4.18 Uji –t Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif …….…...……….. 87 4.19 Hasil Perhitungan Data Observasi Tiap Pertemuan ……… 90 4.20 Sikap Peserta Didik terhadap Pelajaran Matematika ……….. 92 4.21 Sikap Peserta Didik terhadap Pembelajaran Matematika dengan
Pendekatan Pemecahan Masalah ….………..…………. 96
4.22 Sikap Peserta Didik terhadap Soal-Soal Kemampuan Berpikir
Gambar Halaman
LAMPIRAN A : ALAT PENGUMPUL DATA Halaman
A.1 Kisi-Kisi Soal Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan
Berpikir Kreatif dalam Pemecahan Masalah Matematika ……...…. 130
A.2 Soal Pretes Kemampuan Berpikir Kritis dalam Matematik …...…... 134
A.3 Soal Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif dalam Matematik ...…... 137
A.4 Soal Postes Kemampuan Berpikir Kritis dalam Matematik ...….. 140
A.5 Soal Postes Kemampuan Berpikir Kreatif dalam Matematik ...….. 143
A.6 Kemungkinan Jawaban Pretes Kemampuan Berpikir kritis …...….. 146
A.7 Kemungkinan Jawaban Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif …….. 152
A.8 Kemungkinan Jawaban Postes Kemampuan Berpikir Kritis ……… 158 A.9 Kemungkinan Jawaban Postes Kemampuan Berpikir Kreatif …….. 163
A.10 Kisi-Kisi Skala Sikap ……… 169
A.11 Tes Skala Sikap ……….………. 170
A.12 Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik ….………... 173
A.13 Lembar Observasi Aktivitas Guru ….………...………. 176
A.14 Lembar Kuesioner untuk Guru ……….……...…….. 179
A.15 Pedoman Wawancara Siswa ……….……...……….. 181
A.16 Pedoman Wawancara dengan Guru ………182
A.17 Jurnal Kesan Siswa ………...………. 183
A.18 RPP Kelas Eksperimen………...…………... 184
A.19 LKPD Kelas Eksperimen ………223
A.20 Kemungkinan Jawaban LKPD ………..………...…………..257
LAMPIRAN B : DATA UJI COBA INSTRUMEN B.1 Perhitungan Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis (Pretes)...… 266
B.2 Uji Reliabilitas Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis (Pretes) ……. 268
B.6 Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda (Postes)……… 282 B.7 Perhitungan Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif (Pretes)… 288 B.8 Uji Reliabilitas Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif (Pretes) …... 290 B.9 Perhitungan Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Tes
Kemampuan Berpikir Kreatif (Pretes) ………...………… 293
B.10 Perhitungan Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif (Postes)... 299
B.11 Uji Reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif (Postes) ……….. 301 B.12 Perhitungan Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Tes
Kemampuan Berpikir Kreatif (Postes) ………...…... 304
B.13 Uji Coba Angket Skala Sikap ………...……. 310
LAMPIRAN C : ANALISIS DATA PENELITIAN
C.1 Skor Pretes Berpikir Kritis Kelompok Eksperimen Level Tinggi…. 312 C.2 Skor Pretes Berpikir Kritis Kelompok Eksperimen Level Sedang ... 313
C.3 Skor Pretes Berpikir Kritis Kelompok Eksperimen Level Rendah .. 314
C.4 Skor Pretes Berpikir Kritis Kelompok Kontrol Level Tinggi ……... 315 C.5 Skor Pretes Berpikir Kritis Kelompok Kontrol Level Sedang ……. 316 C.6 Skor Pretes Berpikir Kritis Kelompok Kontrol Level Rendah ……. 317 C.7 Skor Pretes Berpikir Kreatif Kelompok Eksperimen Level Tinggi .. 318
C.8 Skor Pretes Berpikir Kreatif Kelompok Eksperimen Level Sedang ..319
C.9 Skor Pretes Berpikir Kreatif Kelompok Eksperimen Level Rendah ..320
C.19 Skor Postes Berpikir Kreatif Kelompok Eksperimen Level Tinggi... 330
C.20 Skor Postes Berpikir Kreatif Kelompok Eksperimen Level Sedang. 331
C.21 Skor Postes Berpikir Kreatif Kelompok Eksperimen Level Rendah..332
C.22 Skor Postes Berpikir Kreatif Kelompok Kontrol Level Tinggi… …. 333 C.23 Skor Postes Berpikir Kreatif Kelompok Kontrol Level Sedang ….. 334 C.24 Skor Postes Berpikir Kreatif Kelompok Kontrol Level Rendah …... 335 C. 25 Gain Ternormalisasi Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok
Kontrol ………... 336
C.26 Gain Ternormalisasi Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok
Eksperimen ……….…...………… 339
C.27 Gain Ternormalisasi Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok
Kontrol ………...………… 342
C.28 Gain Ternormalisasi Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok
Eksperimen ……… 345
C.46 Uji –t Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif ………...………. 371
C.47 Presentase Respon Peserta Didik terhadap Setiap Pernyataan dalam Angket Skala Sikap ……….373
C.48 Hasil Observasi Kegiatan Peserta Didik Kelas Eksperimen Sekolah Kualifikasi Tinggi ……… 376
C.49 Hasil Observasi Kegiatan Peserta Didik Kelas Eksperimen Sekolah Kualifikasi Sedang ……….. 377
C.50 Hasil Observasi Kegiatan Peserta Didik Kelas Eksperimen Sekolah Kualifikasi Rendah……….. 378
C.51 Hasil Observasi Kegiatan Guru Kelas Eksperimen Sekolah Kualifikasi Tinggi ……… 379
C.52 Hasil Observasi Kegiatan Guru Kelas Eksperimen Sekolah Kualifikasi Sedang ……….. 381
C.53 Hasil Observasi Kegiatan Guru Kelas Eksperimen Sekolah Kualifikasi Rendah ……….. 383
C.54 Rangkuman Kuesioner Guru ………. 385
C.55 Rangkuman Wawancara dengan Siswa ……… 389
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat cepat
mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat
dengan mudah menerima informasi dari berbagai belahan dunia yang sangat besar
dampaknya tehadap gaya hidup, perubahan tata nilai, dan persaingan hidup.
Keterbukaan masyarakat terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi
dan informasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dibendung lagi sejalan
dengan derasnya arus globalisasi yang melanda kehidupan manusia dewasa ini.
Dalam menghadapi kemajuan teknologi dan informasi tersebut masyarakat
Indonesia harus cerdas dalam menilai, mengakomodasi, dan menyaring
perkembangan teknologi dan informasi sehingga dapat bertahan hidup pada
keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Untuk itu masyarakat
harus memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif.
Kemampuan berpikir tersebut merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
masyarakat modern, karena dapat membuat manusia menjadi lebih fleksibel
secara mental, terbuka dan mudah menyesuaikan diri dengan berbagai situasi dan
keadaan. Hassoubah (2004 : 13) menyatakan bahwa dengan berpikir kritis dan
kreatif masyarakat dapat mengembangkan diri mereka dalam membuat keputusan,
penilaian, serta menyelesaikan masalah.
Untuk mengembangkan kemampuan daya pikir manusia maka dunia
konsisten dan komprehensif membantu mengembangkan peserta didik sejak dini
melalui pengembangan keterampilan, pembinaan sikap, serta pembinaan
kemampuan akademik melalui berbagai mata pelajaran. Pengembangan
kemampuan peserta didik secara optimal pada saat ini sangat diperlukan karena
kita sadari bahwa tantangan ke depan akan semakin berat untuk dapat hidup
dengan layak. Untuk menghadapi tantangan yang berat tersebut dituntut sumber
daya yang handal dan mampu berkompetisi secara global. Yaitu sumber daya
manusia yang memiliki kemampuan dan ketrampilan tinggi melalui cara berpikir
sistematis, logis, kritis, dan kreatif serta mampu bekerjasama secara efektif.
Supriadi (2001 : 18) mengatakan bahwa pendidikan harus mampu berperan dalam
menyiapkan peserta didik dalam konstelasi masyarakat global.
Pada dasarnya manusia sejak masih kanak-kanak sudah cenderung
memiliki kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kecenderungan tersebut dapat
kita temukan pada seorang anak kecil yang memandang berbagai benda di
sekitarnya dan mencoba memanipulasi apa yang ia lihat tersebut. Takwin (2006 :
2) menyatakan bahwa dengan pemahaman terhadap kondisi kognitif anak dan
kemampuan belajar mereka yang makin tinggi, pendidikan berpikir kritis dan
kreatif secara bertahap hendaknya sudah diberikan pada anak sejak masih sangat
muda. Selain untuk mempersiapkan mereka di masa dewasa
Pembentukan daya pikir yang kritis, kreatif, sistematis, dan logis ini dapat
dikembangkan melalui mata pelajaran matematika. Sebagaimana dikatakan dalam
Depdiknas (2007) bahwa, matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Lebih lanjut dikatakan bahwa mata
pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta mampu bekerjasama. Kompetensi itu
diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh,
mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup dalam keadaan
yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Sebagai ilmu pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikiran manusia,
matematika yang diajarkan di sekolah diharapkan dapat menjadi sarana bagi
peserta didik untuk berlatih berpikir kritis dan kreatif. Karena menurut Ibrahim
(2007), dengan berpikir kritis dan kreatif memungkinkanpeserta didik untuk
mempelajari suatu masalah secara sistematis, menghadapi berjuta tantangan
dengan cara terorganisasi, merumuskan pertanyaan inovatif, dan merancang
penyelesaian dengan cara-cara yang dianggap baru.
Perlu untuk disadari bahwa zaman modern sekarang ini sering terjadi
perubahan-perubahan yang tak terduga disertai dengan banyak
persoalan-persoalan yang memerlukan pemecahan dengan cara atau teknik baru, yang
diperoleh dari pemikiran-pemikiran kritis dan kreatif. Sementara itu, tidak sedikit
sumber daya manusia yang ada tidak berdaya untuk memecahkan
persoalan-persoalan tersebut.
Tetapi sangat disayangkan bahwa secara umum dalam dunia pendidikan,
keterampilan berpikir kritis dan kreatif jarang dilatih, dan hal ini tidak hanya
Pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang sangat memungkinkan
untuk dikembangkan melalui pembelajaran matematika jarang mendapat perhatian
dari para guru di sekolah dasar. Pada umumnya pembelajaran matematika di
sekolah masih menekankan pada hafalan dan mencari jawaban dari soal-soal yang
sifatnya rutin dan prosedural. Peserta didik belajar dengan cara menghafal
rumus-rumus atau prosedur-prosedur rutin yang kurang bermakna. Sehingga
kenyataannya di lapangan daya serap peserta didik terhadap mata pelajaran
matematika masih sangat rendah. Menurut Trianto (2007 : 1) hal ini nampak dari
rata-rata hasil belajar yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Hal lain
disebabkan karena proses pembelajaran hingga dewasa ini masih didominasi guru
dan kurang memberikan akses bagi peserta didik untuk berkembang secara
mandiri melalui kegiatan belajar yang mengutamakan penemuan konsep. Hal
tersebut sejalan dengan pendapat Takwin, (2006 : 2) bahwa dunia pendidikan
masih menganut cara ortodoks yang menuntut para peserta didikr hanya menelan
apa yang disampaikan guru atau orang tua kepadanya. Mereka cenderung tampil
sebagai individu yang otomatis melakukan hal-hal yang biasa dilakukan orang
lain. Hal ini menyebabkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif peserta didik
tidak berkembang secara optimal.
Suryadi dan Herman (2008) mengemukakan, “hasil studi internasional
dalam bidang matematika dan IPA (TIMSS) memperlihatkan bukti dengan jelas
bahwa soal-soal matematika tidak rutin yang memerlukan kemampuan berpikir
tingkat tinggi pada umumnya tidak berhasil dijawab dengan benar oleh sampel
didik yang diantaranya kemampuan bepikir kritis dan kreatif dalam matematika
perlu mendapat perhatian utama.
Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran matematika maka
usaha-usaha untuk mencari penyelesaian terbaik guna mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif peserta didik dalam matematika perlu terus
dilakukan. Untuk itu sudah sepatutnya seorang guru dalam pembelajaran
matematika membiasakan menggunakan pendekatan pembelajaran yang
membawa kearah tarap berpikir kritis dan kreatif. Lebih lanjut Marzano
(Harsanto, 2005) menyarankan bahwa peserta didik seharusnya sejak dini
dibiasakan untuk bertanya“mengapa” atau diberi pertanyaan “mengapa” karena
kebiasaan ini menjadi sarana efektif untuk menuju kemampuan berpikir kritis dan
kreatif.
Dengan berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terjadi
perubahan paradigma dalam proses pembelajaran. Salah satu perubahan
paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang semula
berpusat pada guru beralih berpusat pada peserta didik. Metode pembelajaran
yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori. Pendekatan
yang semula lebih bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual.
KTSP juga menghendaki materi pembelajaran tidak hanya tersusun atas
hal-hal sederhana yang bersifat hafalan dan pemahaman, tetapi tersusun atas
materi yang kompleks yang memerlukan analisis, aplikasi dan sintesis. Untuk itu
diperlukan suatu pembelajaran yang lebih variatif, inovatif, dan konstruktif dalam
Untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif peserta
didik secara optimal, penulis akan menggunakan pendekatan pemecahan masalah
dalam penelitian ini. Pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu
pendekatan yang bertujuan untuk membimbing peserta didik menemukan suatu
konsep untuk memecahkan suatu permasalahan sehingga dapat memberikan
kesempatan kepada peserta didik tersebut untuk berinovasi dengan ide-ide dan
cara-cara yang berbeda. Di dalam pendekatan ini guru berperan sebagai
pembimbing peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuannya secara aktif.
Pemecahan masalah dalam matematika adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang menekankan pada proses pemecahan masalah matematik
daripada kegiatan rutin. Langkah-langkah pemecahan masalah yang digunakan
dalam penelitian ini adalah langkah-langkah dari Polya yang disebut heuristic.
Langkah-langkah pemecahan masalah tersebut adalah memahami masalah,
membuat rencana pemecahan, melaksanakan rencana atau melakukan
perhitungan, dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh.
Ada beberapa ciri dari strategi pembelajaran heuristik berdasarkan Sanjaya
(2008 : 196) : Pertama, strategi heuristik menekankan kepada aktivitas peserta
didik secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya menempatkan
peserta didik sebagai subjek belajar. Kedua, seluruh aktivitas peserta didik
diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu masalah
yang dipertanyakan. Dengan demikian maka guru ditempatkan sebagai fasilitator
dan motivator belajar peserta didik. Ketiga, tujuan dari strategi heuristik adalah
Pendekatan pemecahan masalah dapat meningkatkan kemampuan daya
pikir tingkat tinggi bagi peserta didik. NCTM (Riedesel, 2005 : 85) mengemu-
kakan, “problem solving is a major vehicle for developing high order thinking skills”. Senada dengan pernyataan ini, Lidinillah, (2010) menyatakan bahwa
kemampuan memecahkan masalah dalam matematika ini merupakan kemampuan
kognitif tingkat tinggi.
NCTM (Riedesel, 2005) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan
pemecahan masalah adalah merupakan proses menerapkan pengetahuan yang
diperoleh peserta didik sebelumnya (knowledge) ke dalam situasi yang baru atau
tidak dikenal. Pemecahan masalah juga merupakan aktivitas yang sangat penting
dalam pembelajaran matematika, karena tujuan belajar yang harus dicapai ke
dalam pemecahan masalah dan proses pemecahan masalah berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari. Kemudian NCTM (2000) mengemukakan bahwa
pemecahan masalah merupakan aktivitas dalam menyelesaikan suatu tugas
(masalah) yang mana cara penyelesaian belum diketahui sebelumnya dengan
pasti.
Berdasarkan seluruh uraian yang dikemukakan di atas, penulis bermaksud
meneliti penggunaan pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah dalam
upaya mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik peserta
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dan
agar penelitian ini lebih terarah serta memberikan gambaran yang lebih jelas
mengenai masalah yang diteliti, rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi:
1. Apakah pembelajaran matematika dengan pendekatan pemecahan masalah
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif pada
peserta didik sekolah dasar?
2. Seberapa besar perbedaan kemampuan berpikir kritis antara peserta didik yang
memperoleh pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah dengan
peserta didik yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan
konvensional?
3. Seberapa besar perbedaan kemampuan berpikir kreatif antara peserta didik
yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah
dengan peserta didik yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan
konvensional?
4. Bagaimana sikap dan aktivitas peserta didik dan guru dalam pembelajaran
matematika dengan pendekatan pemecahan masalah?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan di atas, maka tujuan
1. Untuk mengkaji apakah pembelajaran matematika dengan pendekatan
pemecahan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
berpikir kreatif pada peserta didik sekolah dasar.
2. Untuk mengkaji besarnya perbedaan kemampuan berpikir kritis antara peserta
didik yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah
dengan peserta didik yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan
konvensional.
3. Untuk mengkaji besarnya perbedaan kemampuan berpikir kreatif antara
peserta didik yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan pemecahan
masalah dengan peserta didik yang mendapat pembelajaran dengan
pendekatan konvensional.
4. Untuk mengetahui aktivitas peserta didik dan guru dalam pembelajaran
matematika dengan pendekatan pemecahan masalah
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti dalam
pemilihan kegiatan pembelajaran matematika di kelas, khususnya dalam usaha
meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa. Masukan-masukan
tersebut diantaranya:
1. Dapat dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran matematika dalam
upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif peserta didik.
2. Mengetahui sikap dan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah
yang digunakan dan juga untuk memudahkan peneliti dalam menjelaskan apa
yang sedang dibicarakan, sehingga dapat bekerja lebih terarah, maka beberapa
istilah perlu didefinisikan secara operasional. Istilah-istilah tersebut adalah:
1. Kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam matematika adalah:
mengidentifikasi dan menjastifikasi konsep, menggeneralisasi, menganalisis
algoritma, dan memecahkan masalah.
a. Mengidentifikasi dan menjastifikasi konsep adalah kemampuan peserta
didik untuk menghubungkan suatu konsep matematika yang sedang
dipelajari dengan konsep lainnya yang pernah diperolehnya atau
membandingkan konsep matematika yang dipelajari dengan konsep yang
lain yang mendukung pada penyelesaian masalah.
b. Menggeneralisasi adalah kemampuan peserta didik untuk melengkapi data
atau informasi yang mendukung untuk menyelesaikan suatu masalah, dan
menemukan aturan umum berdasarkan data yang teramati.
c. Menganalisis algoritma adalah kemampuan peserta didik untuk
mengevaluasi langkah-langkah yang diperlukan dalam penyelesaian suatu
masalah secara runtut dan tepat
d. Memecahkan masalah adalah kemampuan mengidentifikasi unsur yang
diketahui, ditanyakan, dan memeriksa kecukupan unsur yang diperlukan
dalam soal; menyusun model matematika dan menyelesaikannya; serta
2. Kemampuan berpikir kreatif peserta didik dalam matematika adalah
kemampuan berpikir peserta didik yang ditandai dengan adanya keaslian,
kelancaran, kelenturan, dan keterperincian respon peserta didik dalam
menggunakan konsep-konsep matematika.
a. Keaslian adalah kemampuan peserta didik untuk menyusun dan
menghasilkan sesuatu ide baru yaitu ide yang tidak biasa yang berbeda
dari ide-ide yang dihasilkan dari kebanyakan orang.
b. Kelancaran adalah kemampuan peserta didik untuk membangun berbagai
ide yang relevan dalam memecahkan suatu masalah dan lancar
mengungkapkannya.
c. Kelenturan adalah kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah
dengan menggunakan cara yang beragam atau bervariasi.
d. Keterperincian adalah kemampuan peserta didik untuk mengembangkan
dan menjelaskan ide-ide yang dikemukakan secara lebih detil dan lebih
rinci.
3. Pendekatan pemecahan masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran
matematika yang menekankan kepada pandangan problem solving sebagai
proses, yaitu suatu kegiatan yang mengutamakan prosedur pemecahan
masalah matematika dari pada kegiatan rutin. Langkah-langkah pemecahan
masalah dalam penelitian ini adalah langkah-langkah pemecahan masalah dari
Polya, yaitu: memahami masalah, merencanakan penyelesaian, melaksanakan
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka
hipotesis penelitiannya adalah:
1. Pembelajaran matematika dengan pendekatan pemecahan masalah dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif pada peserta
didik sekolah dasar.
2. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis antara peserta
didik yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah dengan peserta didik yang mendapatkan pembelajaran
dengan pendekatan konvensional.
3. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara peserta
didik yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah dengan peserta didik yang mendapatkan pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan konvensional.
Untuk kepentingan penelitian ini, ketiga hipotesis tersebut selanjutnya
diuji dan dianalisis menggunakan statistik. Berdasarkan inferensi dan deskriptif
statistik, selanjutnya dilakukan analisis dan pembahasan lebih lanjut, sehingga
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian
eksperimen, karena mengujicobakan perlakuan pendekatan dalam pembelajaran
matematika di dalam kelas. Dalam penelitian ini unsur manipulasi perlakuan yaitu
pembelajaran menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dilakukan
peneliti untuk mengetahui seberapa jauh hubungan sebab akibat pendekatan
pemecahan masalah dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir
kreatif peserta didik.
Dalam penelitian ini diambil dua kelompok peserta didik dengan
pembelajaran yang berbeda. Kelompok yang satu merupakan kelompok
eksperimen, yaitu kelompok peserta didik yang memperoleh pembelajaran dengan
pendekatan pemecahan masalah. Sedangkan kelompok lain adalah kelompok
kontrol, yaitu kelompok peserta didik yang mengikuti pembelajaran konvensional
dengan metode ekspositori. Kedua kelompok diberikan pretes dan postes, dengan
menggunakan instrumen tes yang sama. Pengelompokkan subjek dilakukan secara
acak. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
kelompok kontrol pretes-postes. Desain penelitian tersebut berbentuk:
(Sugiyono, 2009)
Keterangan:
R = pemilihan sampel secara random ( acak ) R O1 X O2
X = perlakuan pembelajaran pemecahan masalah
O1 = pengukuran ( pretes pada kelompok eksperimen dan kontrol)
O2 = pengukuran ( postes pada kelompok eksperimen dan kontrol)
Pada desain ini setiap kelompok diberi tes awal (O1), dan setelah diberi
perlakuan diukur dengan tes akhir (O2). Hal ini dilakukan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif peserta didik sebelum
dan sesudah pembelajaran.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik sekolah dasar di
Kabupaten Garut Kecamatan Cigedug. Pemilihan sampel dalam penelitian ini
dilakukan secara acak berstrata (stratifikasi random) (Sudjana:2007), yaitu
sekolah yang memiliki perbedaan-perbedaan atau karakteristik yang tidak sama.
Dalam penelitian ini dipilih sekolah yang memiliki perbedaan dalam katagori
sebagai sekolah berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah dilihat dari
kemampuan akademik peserta didiknyanya. Dari data yang tersedia di Kantor
UPTD Pendidikan Dasar Kecamatan Cigedug memiliki 17 Sekolah Dasar. Untuk
menentukan seberapa besar jumlah sekolah yang berada pada kelompok atas,
berapa besar sekolah yang berada pada kelompok sedang dan rendah, maka dapat
kita pedomani Arikunto (2007), yang membuat besarnya kelompok atas adalah
27% dari urutan peringkat sekolah teratas disebut kelompok baik, sedangkan
besarnya kelompok bawah 27% dari urutan peringkat sekolah terbawah disebut
sekolah dengan peringkat baik sebanyak 5 sekolah, peringkat sedang 7 sekolah
dan kelompok dengan peringkat rendah sebanyak 5 sekolah. Sedangkan
pertimbangan urutan peringkat sekolah berdasarkan hasil UASBN dan UKK
Tahun Pelajaran 2010/2011 pada Kecamatan Cigedug.
Alasan dipilihnya sekolah pada strata-strata ini dikarenakan pada level ini
kemampuan akademik peserta didiknya relatif seimbang untuk masing-masing
level. Menurut Darhim ( 2004 ) sekolah yang berasal dari level tinggi (baik)
cenderung memiliki hasil belajar yang lebih baik tetapi baiknya itu bisa
disebabkan oleh faktor lain diluar faktor edukatif, bukan akibat baiknya
pembelajaran yang dilakukan. Demikian juga halnya dengan sekolah pada level
rendah, cenderung hasil belajarnya akan kurang dan itu bisa terjadi bukan akibat
kurang baiknya pembelajaran yang dilakukan.
Sekolah dengan level baik terpilih kelas V SDN Sukahurip 01 sebagai
kelas eksperimen dan kelas V SDN Cintanagara 01 sebagai kelas kontrol. Sekolah
dengan level cukup terpilih kelas V SDN Cintanagara 02 sebagai kelas
eksperimen dan kelas V SDN Sindangsari 01 sebagai kelas kontrol. Sedangkan
sekolah dengan level kurang terpilih kelas V SDN Cigedug 03 sebagai kelas
eksperimen dan kelas V SDN Sindangsari 04 sebagai kelas kontrol, karena hanya
terdapat masing-masing satu rombongan belajar.
Alasan peneliti menentukan kelas V sebagai subjek dalam penelitian ini
karena dengan asumsi bahwa pada tingkat ini, kondisi aktivitas peserta didik
masih cukup stabil dan tidak terganggu oleh aktivitas ujian sekolah. Serta pada
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel
terikat. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran
matematika dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah, dan variabel
terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif.
D. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya
Untuk memperoleh data yang representatif digunakan dua jenis instrumen,
yaitu jenis tes dan non tes. Instrumen jenis tes adalah soal-soal kemampuan
berpikir kritis dan berpikir kreatif, sedangkan instrumen non tes yaitu lembar
observasi selama proses pembelajaran untuk mengetahui aktivitas guru dan
peserta didik, angket skala sikap, wawancara, kuesioner, dan jurnal untuk
mengetahui respon guru dan peserta didik terhadap pembelajaran pemecahan
masalah.
Instrumen ini dikembangkan melalui beberapa tahap, yaitu: tahap
pembuatan instrumen, tahap penyaringan dan tahap uji coba instrumen (untuk tes
kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa dan skala sikap). Sebelum soal
diujicobakan, peneliti mendiskusikan terlebih dahulu dengan rekan-rekan S2
angkatan 2008, guru kelas V SD Sukarasa 3 dan 4 Bandung. Untuk mengetahui
keterbacaan instrumen diujicobakan kepada peserta didik SDN Sukarasa 3 dan 4
Bandung. Tahap berikutnya dikonsultasikan kepada pembimbing. Setelah itu
instrumen tes kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik serta skala sikap
Uji coba intrumen dilakukan untuk melihat validitas butir tes, reliabilitas
tes, daya pembeda butir tes, dan tingkat kesukaran butir tes. Selanjutnya data hasil
uji coba instrumen kemudian dianalisis dengan menggunakan program excel.
Masing-masing jenis instrumen tersebut dapat penulis uraikan sebagai berikut:
1. Tes Hasil Belajar
Untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik, pada awal
pembelajaran dilakukan pretes kemampuan berpikir kritis dan kreatif peserta didik
yang terkait dengan bahan ajar. Materi yang dipakai dalam tes kemampuan
berpikir kritis dan kreatif berdasar kepada KTSP untuk kelas V pada semester I
yaitu luas bangun datar dan volume bangun ruang.
Pada akhir pembelajaran dilakukan postes, dengan soal yang diujikan
setara (memiliki kisi-kisi, jumlah soal, nomor soal, dan tingkat kesukaran yang
sama) dengan soal pretes. Dalam hal ini, jika soalnya sama antara pretes dan
postes dikhawatirkan peserta didik menjawab soal dengan benar disebabkan
soalnya sudah hapal.
a. Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Tes kemampuan berpikir kritis disajikan dalam bentuk tes uraian dengan
maksud untuk mengukur kemampuan menganalisis argumen serta kemampuan
melakukan dan mempertimbangkan induksi. Soal tes ini diberikan secara tertulis
dalam bentuk uraian karena berkaitan juga dengan hasil belajar kategori tingkat
tinggi yaitu kemampun berpikir kritis dan berpikir kreatif dalam matematika
Tes kemampuan berpikir kritis ini disusun oleh penulis dengan
langkah-langkah pengembangan sebagai berikut: Menyusun kisi-kisi yang sesuai dengan
bahan ajar kemampuan berpikir kritis, standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator, nomor soal. Langkah kedua menyusun soal tes berdasarkan kisi-kisi
serta membuat alternatif kunci jawabannya. Langkah ketiga yaitu menilai validitas
isi soal, validitas konstruk, dan kebenaran kunci jawaban. Langkah keempat
mempertimbangkan keterbacaan soal, apakah soal-soal tersebut dapat dipahami
atau tidak. Dan langkah terakhir mengujicobakan soal tes yang dilanjutkan dengan
menghitung validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.
Untuk memperoleh data yang autentik, maka diperlukan sistem penskoran
yang proporsional untuk tiap item soal dari kedua tes. Soal yang diberikan
berbentuk soal pemecahan masalah dan skor jawaban peserta didik disusun
berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis sebagaimana disajikan dalam
Tabel 3.1 yang merupakan pengembangan dari Enis (1981) hasil modifikasi dari
Mathematics General Rubric (Hudiono, 2007:38). Penjabaran kemampuan
berpikir kritis didasarkan pada empat indikator yaitu: 1) Mengidentifikasi dan
menjastifikasi konsep, 2) Menggeneralisasi 3) Menganalisis algoritma, 4)
Memecahkan masalah,
Tabel 3.1
Rubrik Peskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan Kritis yang
Dinilai Reaksi terhadap soal/masalah Skor
Memberi konsep yang tidak
relevan dengan pemecahan
masalah
Memberi konsep tetapi
penyelesaian salah
Memberi konsep dan penyelesaian
benar
2
3
4
Menggeneralisasi Tidak memberi jawaban
Memberi jawaban yang tidak rinci
dan salah
Memberi jawaban yang tidak rinci
tetapi hasil benar
Memberi jawaban yang rinci tetapi
hasil salah
Menganalisis Algoritma Tidak ada penyelesaian
Ada penyelesaian tetapi prosedur
Memecahkan Masalah Tidak memahami masalah/tidak
ada jawab
Tidak memperhatikan
syarat-syarat soal/interpretasi soal kurang
tepat
Merencanakan penyelesaian tetapi
penyelesaian salah
Merumuskan masalah/menyususn
model matematika dengan baik
3
4
b. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Tes kemampuan berpikir kreatif berupa tes uraian yang dikembangkan
berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif: kelancaran (fluency); elaborasi
(elaboration); keaslian (originality); dan keluwesan (flexibility).
Banyaknya soal untuk tes kemampuan berpikir kreatif ini tujuh item soal
yang terdiri dari dua soal untuk mengukur kemampuan berpikir keaslian, dua
item soal untuk mengukur berpikir kelancaran, dua item untuk mengukur
kemampuan berpikir kelenturan, dan satu soal untuk mengkur kemampuan
berpikir keterperincian. Tes kemampuan berpikir kreatif ini penulis susun dengan
langkah-langkah pengembangannya sama seperti yang dilakukan pada
penyusunan tes kemampuan berpikir kritis.
Soal untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif disusun dalam bentuk
tes uraian. Soal yang diberikan berbentuk soal pemecahan masalah dan skor
jawaban peserta didik disusun berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif
sebagaimana disajikan dalam Tabel 3.2 yang merupakan pengembangan dari Enis
(1981) hasil modifikasi dari Mathematics General Rubric (Hudiono, 2007:38).
Penjabaran kemampuan berpikir kreatif didasarkan pada empat indikator yaitu : 1)
Originality (keaslian), 2) Fluency (kelancaran), 3) Flexibility (kelenturan). 4)
Tabel 3.2
Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Kemampuan
Kreatif yang Dinilai Reaksi terhadap soal/masalah Skor
Originality (Keaslian) Tidak menjawab
Tidak menggambarkan gagasan/ide dalam
memberikan jawaban dan mengarah pada
jawaban salah
Tidak menggambarkan gagasan/ide dalam
memberikan jawaban tetapi mengarah
pada jawaban benar
Menggambarkan gagasan/ide dalam
memberikan jawaban tetapi mengarah
pada jawaban salah
Menggambarkan gagasan/ide dalam
memberikan jawaban dan jawaban benar
Fluency (Kelancaran) Tidak memberikan ide yang diharapkan
untuk memecahkan masalah
Memberi ide yang tidak relevan dengan
pemecahan masalah
Memberi ide tetapi penyelesaian salah
Memberi ide dan penyelesaian benar
1
2
3
4
Flexibility (Kelenturan) Tidak menjawab
Memberi jawaban yang tidak beragam
Keterperincian Tidak memberi jawaban
Memberi jawaban yang tidak rinci dan
0
salah
c. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen
Instrumen tes yang disusun untuk tes kemampuan berpikir kritis dan tes
kemampuan berpikir kreatif masing-masing terdiri dari dua set soal, satu set untuk
pretes dan satu set untuk postes. Setelah mendapatkan persetujuan dari
pembimbing kemudian diujicobakan kepada peserta didik kelas VI di Sekolah
Dasar Laboratorium-Percontohan UPI Bandung. Selanjutnya penulis menganalisis
hasil uji coba tersebut untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran,
dan daya pembeda soal tersebut.
1. Uji Validitas
Untuk menentukan validitas isi soal tes kemampauan berpikir kritis dan
kreatif yang dipakai pada penelitian ini, dilakukan atas pertimbangan dari ahli
atau orang yang dianggap ahli dalam hal tersebut (Sugiyono, 2009). Untuk
memperoleh item soal atau set soal yang memiliki validitas banding yang handal,
digunakan perhitungan dengan menggunakan rumus produk momen dari Pearson
(Arikunto, 2007:72). Koefisien korelasi hasil perhitungan kemudian
diinterpretasikan, dengan klasifikasi menurut Arikunto (2007:75) adalah sebagai
(validitas rendah), 0,40 < rxy ≤ 0,60 (validitas sedang), 0,60 < rxy ≤ 0,80
(validitas tinggi), 0,80 < rxy ≤ 1,00 (validitas sangat tinggi).
Hasil perhitungan rxy di atas dibandingkan dengan rxy tabel dengan derajat
kebebasan (df) = (n-2) dan menggunakan taraf signifikansi 5 %. Perhitungan
korelasi Pearson dilakukan dengan menggunakan bantuan program Excel. Untuk
hasil perhitungan lengkap dapat dilihat pada Lampiran B.1 halaman 266 dan B.4
halaman 277.
Hasil analisis validitas item soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis untuk
Pretes dapat dilihat pada Tabel 3.3 di bawah ini.
Tabel 3.3
Validitas Item Tes Kemampuan Berpikir Kritis (untuk Pretes)
Nomor soal rxy hitung Validitas Keterangan
1 0,741 tinggi dipakai
2 0,753 tinggi dipakai
3 0,753 tinggi dipakai
4 0,642 tinggi dipakai
5 0,846 sangat tinggi dipakai
6 0,910 sangat tinggi dipakai
7 0,906 sangat tinggi dipakai
Berdasarkan Tabel 3.3 di atas, dapat diketahui bahwa item soal untuk
Pretes pada Tes Kemampuan Berpikir Kritis memiliki derajat validitas tinggi
untuk soal nomor 1, 2, 3, 4, dan validitas sangat tinggi untuk soal nomor 5, 6, dan
7. Dengan demikian seluruh item soal tersebut dipakai dalam penelitian.
Sedangkan hasil analisis untuk item soal Postes pada Tes Kemampuan
Tabel 3.4
Validitas Item Tes Kemampuan Berpikir Kritis (untuk Postes)
Nomor soal rxy hitung Validitas Keterangan
1 0,756 tinggi dipakai
2 0,767 tinggi dipakai
3 0,718 tinggi dipakai
4 0,597 sedang dipakai
5 0,828 sangat tinggi dipakai
6 0,870 sangat tinggi dipakai
7 0,913 sangat tinggi dipakai
Dari Tabel 3.4 di atas, diketahui bahwa item soal untuk Postes pada Tes
Kemampuan Berpikir Kritis memiliki derajat validitas tinggi untuk soal nomor 1,
2, dan 3, validitas sedang untuk soal nomor 4, dan validitas sangat tinggi untuk
soal nomor 5, 6, dan 7. Berdasarkan hal tersebut maka seluruh soal dapat dipakai
dalam penelitian ini.
Sementara itu analisis uji validitas item soal untuk Pretes dan Postes pada
Tes Kemampuan Berpikir Kreatif hasil perhitungannya secara lengkap dapat
dilihat pada Lampiran B.7 halaman 288 dan B.10 halaman 299, dengan r tabel
untuk n = 30 dengan taraf signifikansi 5 % dengan derajat kebebasan (df) =
(n-2) adalah 0, 361.
Hasil perhitungan validitas untuk item soal Pretes pada Kemampuan
Tabel 3.5
Validitas Item Tes Kemampuan Berpikir Kreatif (untuk Pretes)
Nomor Soal rxy hitung Validitas Keterangan
1 0,835 sangat tinggi dipakai
2 0,861 sangat tinggi dipakai
3 0,746 tinggi dipakai
4 0,727 tinggi dipakai
5 0,809 sangat tinggi dipakai
6 0,903 sangat tinggi dipakai
7 0,919 sangat tinggi dipakai
Berdasarkan Tabel 3.5 di atas, diketahui bahwa soal nomor 3 dan 4
memiliki validitas tinggi, dan soal nomor 1, 2, 5, 6, dan 7 memiliki validitas
sangat tinggi. Dengan demikian keseluruhan soal tersebut bisa dipakai dalam
penelitian.
Selanjutnya hasil perhitungan uji validitas soal Postes pada Tes
Kemampuan Berpikir Kreatif dapat dilihat pada Tabel 3.6 di bawah ini.
Tabel 3.6
Validitas Item Tes Kemampuan Berpikir Kreatif (untuk Postes)
Nomor Soal rxy hitung Validitas Keterangan
1 0,817 sangat tinggi dipakai
2 0,849 sangat tinggi dipakai
3 0,728 tinggi dipakai
4 0,470 sedang dipakai
5 0,825 sangat tinggi dipakai
6 0,892 sangat tinggi dipakai
Dari Tabel 3.6 di atas, nampak bahwa soal nomor 1, 2, 5, 6, dan 7
memiliki validitas sangat tinggi. Sedangkan soal nomor 3 validitasnya tinggi dan
nomor 4 validitasnya sedang. Berdasarkan hal tersebut, seluruh soal dapat dipakai
pada penelitian ini.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui keajegan hasil tes. Suatu tes
dinyatakan mempunyai tarap kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 2007:86)
Adapun cara menghitung koefisien reliabilitas yang digunakan adalah cara
Cronbach Alpha. Hal ini berdasar pendapat Arikunto (2007:109) bahwa untuk
menghitung koefisien reliabilitas pada bentuk soal yang memiliki jawaban
beraneka ragam, seperti skala likert atau soal uraian menggunakan cara Cronbach
Alpa.
Hasil perhitungan koefisien reliabilitas, kemudian ditafsirkan dan di
interpretasikan mengikuti interpretasi menurut J.P Guilford (Suherman dan
Sukjaya, 1990: 177), yaitu r ≤ 0,20 (sangat rendah ), 0,20 < r ≤ 0,40 (rendah ),
0,40 < r ≤ 0,60 (sedang), 0,60 < r ≤ 0,80 (tinggi), 0,80 < r ≤ 1,00 (sangat
tinggi).
Perhitungan koefisien reliabilitas dilakukan dengan bantuan program
excel. Perhitungan lengkap untuk tes kemampuan berpikir kritis ini disajikan
koefisien reliabilitas untuk tes kemampuan berpikir kreatif disajikan pada
Lampiran B.8 halaman 290 dan B.11 halaman 301.
Hasil perhitungan koefisien reliabilitas set soal untuk Pretes dan Postes
pada Tes Kemampuan Berpikir Kritis disajikan dalam Tabel 3.7 berikut ini:
Tabel 3.7
Hasil Perhitungan Koefisien Reliabilitas
Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis untuk Pretes dan Postes
Set Soal r11 rtabel Interpretasi
Pretes Kemampuan Berpikir Kritis 0,89 0,367 sangat tinggi
Postes Kemampuan Berpikir Kritis 0,883 0,367 sangat tinggi
Berdasarkan Tabel 3.7 di atas, seluruh soal untuk pretes dan postes pada
Tes Kemampuan Berpikir Kritis memiliki koefisien yang sangat tinggi, dengan
demikian soal ini dipakai pada penelitian.
Hasil perhitungan koefisien reliabilitas set soal untuk Pretes dan Postes
pada Tes Kemampuan berpikir Kreatif disajikan dalam Tabel 3.8 berikut ini:
Tabel 3.8
Hasil Perhitungan Koefisien Reliabilitas
Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Pretes dan Postes
Set Soal r11 rtabel Interpretasi
Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif 0,91 0,367 sangat tinggi
Pada Tabel 3.8 di atas tampak bahwa set soal untuk Pretes dan Postes pada
Tes Kemampuan Berpikir Kreatif memiliki reliabilitas sangat tinggi. Dengan
demikian set soal ini dipakai pada penelitian.
3. Analisis Tingkat Kesukaran
Bermutu atau tidaknya butir-butir soal pada instrumen dapat diketahui dari
derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir soal
tersebut. Soal tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir soal yang baik,
apabila soal-soal tersebut tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Soal yang
terlalu mudah tidak dapat merangsang peserta didik untuk berusaha
memecahkannya, dan soal yang terlalu sukar akan menyebabkan peserta didik
putus asa dan tidak bersemangat lagi untuk mencoba karena diluar jangkauannya
(Arikunto, 2007:207).
Setelah diperoleh nilai tingkat kesukaran atau indeks kesukaran soal,
selanjutnya diinterpretasikan dengan mengacu pada ketentuan yang diajukan
Suherman dan Sukjaya (1990:213)
Perhitungan indeks kesukaran dilakukan dengan menggunakan program
Excel. Perhitungan lengkap untuk tes kemampuan berpikir kritis disajikan dalam
Lampiran B.3 halaman 271 dan Lampiran B.6 halaman 282. Sedangkan
perhitungan lengkap indeks kesukaran untuk tes kemampuan berpikir kreatif
disajikan dalam Lampiran B.9 halaman 293 dan Lampiran B.12 halaman 304.
Hasil perhitungan indeks kesukaran item soal Pretes pada Tes Kemampuan
Tabel 3.9
Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis (untuk Pretes)
Nomor Soal Indeks Kesukaran Interpretasi
1 0,313 sedang
tergolong sukar, sedangkan soal lainnya tingkat kesukarannya sedang. Dengan
demikian seluruh soal ini dapat dipakai dalam penelitian.
Hasil perhitungan indeks kesukaran item soal Postes pada Tes Kemampuan
Berpikir Kritis disajikan dalam Tabel 3.10 berikut ini:
Tabel 3.10
Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis (untuk Postes)
Nomor Soal Indeks Kesukaran Interpretasi
1 0,484 sedang
Berdasarkan Tabel 3.10 di atas, diperoleh tingkat kesukarannya soal-soal
tersebut berderajat sedang, kecuali untuk soal nomor 3 tergolong sukar. Dengan
Selanjutnya hasil perhitungan indeks kesukaran item soal Pretes pada
Tes Kemampuan Berpikir Kreatif disajikan dalam Tabel 3.11 berikut ini:
Tabel 3.11
Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif (untuk Pretes)
Nomor
tingkat kesukarannya sedang, satu soal tingkat kesukarannya berderajat sukar.
Dengan demikian dalam penelitian ini seluruh soal dapat dipakai.
Berikutnya hasil perhitungan indeks kesukaran item soal Postes pada
Tes Kemampuan Berpikir Kreatif disajikan dalam Tabel 3.12 berikut ini:
Tabel 3.12
Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif (untuk Postes)
Berdasarkan Tabel 3.12 di atas, diperoleh informasi bahwa hanya soal
nomor 4 yang sukar, sedangkan yang lainnya tingkat kesukarannya sedang. Oleh
karena itu soal-soal ini dipakai pada penelitian.
4. Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara peserta didik berkemampuan tinggi dengan peserta didik berkemampuan
rendah (Arikunto, 2007:211). Perhitungan daya pembeda dilakukan dengan
menggunakan program Excel. Perhitungan lengkap Daya Pembeda ini disajikan
dalam Lampiran B.3 halaman 271 , B.6 halaman 282, B.9 halaman 293, dan B.12
halaman 304.
Hasil perhitungan Daya Pembeda untuk soal Pretes pada Tes Kemampuan
Berpikir Kritis disajikan dalam Tabel 3.13 berikut ini.
Tabel 3.13
Perhitungan Daya Pembeda Item Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis (untuk Pretes)
Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi
1 0,500 baik
2 0,531 baik
3 0,313 cukup
4 0,406 cukup
5 0,500 baik
6 0,750 baik
7 0,719 baik
Dengan memperhatikan Tabel 3.13 di atas, soal-soal untuk Pretes pada Tes
Kemampuan Berpikir Kritis memiliki Daya Pembeda yang termasuk pada
Hasil perhitungan Daya Pembeda item soal Postes untuk Tes Kemampuan
Berpikir Kritis dapat dilihat pada Tabel 3.14 di bawah ini.
Tabel 3.14
Perhitungan Daya Pembeda Item Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis (untuk Postes)
Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi
1 0,469 baik
Kemampuan Berpikir Kritis memiliki Daya Pembeda yang termasuk pada
kategori baik. Untuk soal nomor 6 dan 7 berkategori sangat baik.
Hasil perhitungan Daya Pembeda untuk item soal Pretes Kemampuan
Berpikir Kreatif disajikan dalam Tabel 3.15 berikut ini.
Tabel 3.15
Perhitungan Daya Pembeda Item Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif (untuk Pretes)
Berdasarkan Tabel 3.15 di atas, soal-soal untuk Pretes pada Tes
Kemampuan Berpikir Kreatif memiliki Daya Pembeda yang termasuk pada
kategori baik.
Untuk hasil perhitungan Daya Pembeda item soal Postes pada Tes
Kemampuan Berpikir Kreatif dapat dilihat pada Tabel 3.16 di bawah ini.
Tabel 3.16
Perhitungan Daya Pembeda Item Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif (untuk Postes)
Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi
1 0,594 baik
2 0,594 baik
3 0,531 baik
4 0,406 baik
5 0,563 baik
6 0,688 baik
7 0,719 sangat baik
Dari Tabel 3.16 di atas diketahui bahwa seluruh item soal memiliki daya
pembeda berkategori baik. Sedangkan untuk soal nomor 7 berkategori sangat
baik.
2. Skala Sikap Peserta Didik
Skala sikap dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkap sikap
peserta didik terhadap pembelajaran melalui pendekatan pemecahan masalah.
Dalam hal ini peserta didik diminta kesediaannya untuk memberikan pendapat
atau sikap terhadap pernyataan-pernyataan baik itu positif ataupun negatif.
Skala sikap ini memiliki pilihan jawaban: Sangat Setuju (SS), Setuju (S),
diberikan kepada peserta didik setelah keseluruhan proses pembelajaran dan
postes selesai dan diberikan pada kelas eksperimen saja.
Pembuatan skala sikap ini mengacu kepada ciri-ciri kemampuan berpikir
kreatif peserta didik yang berhubungan dengan ranah afektif. Selanjutnya skala
sikap ini dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk meminta pertimbangan
mengenai validitas isi skala sikap tersebut. Skala sikap dalam penelitian ini
ditentukan berdasarkan jawaban responden (Mulyana, 2005)
Hasil ujicoba angket skala sikap dianalisis menggunakan program Excel
dengan uji Alpha-Cronbach. Dari 28 item pernyataan yang diberikan kepada 30
responden, didapatkan hasil bahwa ke 28 pernyataan tersebut valid dan reliabel
maka semuanya dapat dipakai dalam penelitian ini. Selanjutnya mengenai
pemberian skor dan perhitungan lengkap disajikan dalam Lampiran B.13 halaman
310.
3. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengukur aktivitas peserta didik dan
guru selama proses pembelajaran berlangsung, interaksi antara peserta didik dan
guru, serta interaksi peserta didik dengan peserta didik dalam pembelajaran
pemecahan masalah. Lembar observasi terdiri dari dua bagian yaitu lembar
observasi aktivitas guru dan lembar observasi bagi peserta didik. Guru bertindak
sebagai pelaksana langsung model pembelajaran pemecahan masalah di kelas
Eksprimen. Sedangkan pengamatan terhadap aktivitas peserta didik dilakukan
dilakukan selama tujuh kali pertemuan dan hasilnya dicatat dalam lembar
observasi yang telah disediakan. Sedangkan daftar isian adalah daftar pertanyaan
bagi guru pengamat yang telah mengamati proses pembelajaran. Lembar
observasi untuk peserta didik dan guru berturut-turut disajikan dalam Lampiran
A.12 halaman 173 dan Lampiran A.13 halaman 176 . Sementara itu hasil analisis
observasi peserta didik dan guru berturut-turut disajikan dalam Lampiran
C.48-C.50 halaman 376-378 dan Lampiran C. 51-C.53 halaman 379-383.
4. Kuesioner
Kuessioner ini diberikan kepada guru-guru di sekolah tempat penelitian.
Dalam kuessioner ini diberikan sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan
pembelajaran matematika dengan pendekatan pemecahan masalah. Dalam hal ini
para guru diharapkan untuk melengkapi daftar isian sebagai informasi atau
pendapatnya. Lembar kuesioner untuk guru disajikan dalam Lampiran A.14
halaman 179.
5. Jurnal
Jurnal berisi kesan peserta didik selama dilaksanakan pembelajaran
matematika dengan pendekatan pemecahan masalah. Pengisian jurnal oleh peserta
didik untuk memperoleh gambaran mengenai tanggapan dan minat peserta didk
terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Menganalisis jurnal kesan peserta didik dengan mengelompokan kesan
tidak berkomentar kemudian dihitung persentasenya. Format Jurnal tercantum
dalam Lampiran A. 17 halaman 183.
6. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui sikap dan kesan peserta didik
secara langsung terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan pemecahan masalah. Wawancara berisi tanggapan peserta didik
terhadap penyajian pembelajaran oleh guru, proses pembelajaran yang dialami,
penyajian masalah, serta soal-soal pemecahan masalah yang tergolong soal-soal
non rutin. Wawancara juga dilaksanakan dengan guru yang terlibat langsung
dalam proses pembelajaran. Wawancara dengan guru dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana sikap dan pendapatnya terhadap pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah.
Pedoman wawancara termuat dalam Lampiran A.15 dan A.16 halaman
181 dan 182.
E. Teknik Pengumpulan Data
Ada enam cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu melalui tes, skala sikap, lembar observasi, kuesioner, jurnal dan wawancara.
Tes dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran, sedangkan skala sikap, jurnal,
kuesioner, dan wawancara dilakukan setelah selesai pembelajaran dan postes.
Lembar observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung untuk mengamati
F. Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data selanjutnya diolah
melalui tahapan sebagai berikut:
1. Pengolahan Data Hasil Tes
a) Memberikan skor jawaban peserta didik sesuai dengan kunci jawaban dan
sistem penskoran yang digunakan.
b) Membuat tabel yang berisikan skor tes hasil kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
c) Menghitung rerata skor tes setiap kelas
d) Menghitung deviasi standar untuk mengetahui penyebaran kelompok
e) Melakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah data berdistribusi
normal atau tidak dengan menggunakan uji statistik
Kolmogorov-Smirnov.
f) Melakukan uji homogenitas untuk mengetahui tingkat kehomogenan
distribusi populasi data tes dengan menggunakan uji Levene.
g. Peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran
dihitung dengan rumus g factor (N-Gains) dengan rumus:
g =
h. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan
kreatif matematik peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol
dilakukan dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-rata ( uji-t) dengan
2. Pengolahan data skala sikap
3. Pengolahan data lembar observasi
4. Pendeskripsian tanggapan guru tentang pembelajaran dan tes yang diberikan
yang diperoleh dari data kuesioner
5. Pendeskripsian tanggapan peserta didik tentang pembelajaran dan tes yang
diberikan yang diperoleh dari data jurnal dan wawancara.
G. Bahan Ajar
Bahan ajar yang dikembangkan dalam studi ini dirancang sesuai dengan
pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan pemecahan masalah, dengan materi
beradasarkan kurikulum KTSP untuk kelas V semester I. Dengan materi bahasan
luas bangun datar dan volume bangun ruang. Selain itu, bahan ajar yang
digunakan pada kelas eksperimen didesain sesuai dengan kemampuan berpikir
kritis dan kreatif peserta didik dalam matematika, seperti: kemampuan
menganalisis argumen, melakukan dan mempertimbangkan induksi, berpikir
lancar, luwes, orisinil, dan elaborasi, dapat berkembang dengan baik.
Secara umum bahan ajar yang dikembangkan untuk pembelajaran melalui
pendekatan pemecahan masalah memiliki dua bentuk, yaitu bahan ajar yang
dikemas dalam bentuk pemecahan masalah dan bahan ajar yang dikemas dalam
bentuk pengantar pada masalah. Bahan ajar yang dikemas dalam bentuk pengantar
kepada masalah disampaikan secara langsung tanpa melalui pengolahan dalam
aktivitas belajar. Dengan kata lain bahan ajar yang dikemas dalam bentuk
yang dikemukakan Suryadi (2005) bahwa bahan ajar yang disampaikan secara
langsung tanpa melalui pengolahan dalam aktivitas belajar disebut bahan ajar
yang bersifat informatif. Sedangkan bahan ajar yang dikemas dalam bentuk sajian
masalah menuntut peserta didik untuk berpikir lebih dari biasa dan beraktivitas
mengarah pada kemampuan berpikir kritis dan kreativitas peserta didik dalam
matematika yang diharapkan. Secara lengkap bahan ajar termuat dalam Lampiran
A.19 halaman 223.
H. Kegiatan Pembelajaran
Proses dan praktek pembelajaran akan berpengaruh terhadap prestasi
belajar peserta didik. Kebanyakan proses dan praktek pembelajaran hanya
membuat peserta didik malas dan kurang bergairah dalam menerima pelajaran,
penyebabnya adalah kurang berpartisipasinya peserta didik dalam pembelajaran di
kelas, yang merupakan akibat dari pendekatan yang kurang tepat dalam
mengaktifkan peserta didik dalam belajar. Dengan dilakukannya penelitian ini
diharapkan dapat mengidentifikasi dan memecahkan permasalahan yang
berhubungan dengan proses dan hasil belajar matematika peserta didik yang
diharapkan, termasuk diantaranya permasalahan kurang berpartisipasinya peserta
didik dalam pembelajaran tersebut.
Sesuai dengan desain penelitian yang dikemukakan di atas, di kelas
kontrol pembelajaran dilakukan melaui pendekatan konvensional (biasa),
sedangkan di kelas eksperimen pembelajaran dilakukan melalui pendekatan
Kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol dilakukan sebagaimana
biasanya guru memulai pembelajarannya dengan membahas soal-soal yang
diberikan waktu yang lalu, kemudian dilanjutkan dengan memberikan penjelasan
konsep yang baru secara informatif dilanjutkan dengan memberikan contoh soal,
dan berakhir dengan memberikan soal-soal rutin untuk latihan serta ditutup
dengan memberikan pekerjaan rumah.
Sedangakan proses pembelajaran pada kelas eksperimen, aspek-aspek
pembelajaran yang menyangkut bahan ajar dan pola interaksi di dalam kelas yang
dijabarkan dalam bentuk skenario pembelajaran. Secara lengkap dapat dilihat
pada Lampiran A.18 halaman 184.
Secara garis besar langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran
matematika dengan pendekatan pemecahan masalah pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal (± 10 menit)
a. Guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik untuk menggali kemampuan
awal yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari.
b. Peserta didik dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen terdiri
dari 4-5 orang. Pengelompokan berdasarkan hasil pretes matematika peserta
didik.
2. Kegiatan Inti (± 50 menit)
a. Peserta didik dihadapkan pada masalah: