• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Pola Adult Attachment Pada Istri yang Tinggal di Rumah Mertua di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Pola Adult Attachment Pada Istri yang Tinggal di Rumah Mertua di Kota Bandung."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

i

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memeroleh gambaran pola adult attachment dan faktor-faktor yang memengaruhi pola adult attachment pada istri yang tinggal di rumah mertua di Kota Bandung.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik penarikan sampel menggunakan snowball sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Experiences in Close Relationships Revised (ECR-R) dari Fraley, Waller, dan Brennan (2000). Terdapat 34 item valid dengan validitas item berkisar antara 0,438- 0,824. Reliabilitas alat ukur berkisar sebesar 0,973- 0,982. Data yang diperoleh diolah secara deskriptif dengan membuat tabel distribusi frekuensi dan persentase beserta perhitungan distribusi silang dengan program SPSS 20.0.

Berdasarkan pengolahan data didapatkan bahwa pola adult attachment yang paling banyak pada istri yang tinggal di rumah mertua yaitu pola adult attachment anxious sebesar 33%. Tidak terdapat kecendrungan keterkaitan pola adult attachment terhadap faktor-faktor yang memengaruhi yaitu situasi dan perubahan, perubahan skema relasional dan kepribadian.

(2)

ii

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

This research is intended to capture the pattern of adult attachment and its factors that influence the pattern of adult attachment to married women who live in their mother-in-law’s house in Bandung City.

The descriptive method of snowball sampling is utilised in this research. A measurement tool that is applied is Experiences in Close Relationships-Revised (ECR-R) from Fraley, Waller, and Brennan (2000). There are 34 valid items with the validity ranging between 0,438 and 0,824. The reliability of the measurement tool ranged from 0,973 to 0,982. Data compiled then proceeded as descriptive with creating a frequency distribution table, percentage and cross-distribution calculations with SPSS 20.0.

According to the result of the data processed, the distinctive pattern of adult attachment is anxious adult attachment pattern, which accounted for 33%. There is no tendency of interrelated over factors that influence, in which situation, changes and relational scheme adjustment, personality.

(3)

v

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

ABSTRAK …... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 8

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1.Maksud Penelitian ... 8

1.3.2.Tujuan Penelitian ... 9

1.4.Kegunaan Penelitian ... 9

1.4.1.Kegunaan Teoritis ... 9

1.4.2.Kegunaan Praktis ... 9

1.5.Kerangka Pemikiran ... 9

(4)

vi

Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Attachment ... 17

2.1.1. Definisi Attachment ... 17

2.1.2. Perkembangan attacment dalam kehidupan individu ... 18

2.1.2.1. Proses Attachment pada masa balita ... 18

2.1.2.2. Pola attachmet pada anak-anak ... 21

2.1.3. Adult Attachment ... 24

2.1.3.1 Dimensi attachment... 29

2.1.3.2 Pola adult attachment ... 29

2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi ... 31

2.1.5.Dewasa Awal ... 34

Definisi Dewasa Awal ... 34

2.1.6. Karakteristik Dewasa Awal ... 34

Perkembangan Sosioemosional Pada Masa Dewasa Awal ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Rancangan Penelitian ... 37

3.2.Bagan Rancangan Penelitian ... 38

3.3.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 38

3.3.1.Variabel Penelitian ... 38

3.3.2.Definisi Operasional ... 38

3.4.Alat Ukur ... 39

3.4.1.Jenis Alat Ukur ... 39

(5)

vii

Universitas Kristen Maranatha

3.4.3.Data Pribadi dan Data Penunjang ... 41

3.4.4.Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 42

3.4.4.1 Validitas Alat Ukur ... 42

3.4.4.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 42

3.5.Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 43

3.5.1 Populasi Sasaran... 43

3.5.2 Karakteristik Populasi ... 43

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 44

3.6.Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Sampel Penelitian ... 45

4.1.1. Berdasarkan Usia ... 45

4.1.2. Berdasarkan Lama Menikah ... 46

4.1.3. Berdasarkan Lama Tinggal di Rumah Mertua ... 46

4.2.Hasil Penelitian ... 47

4.2.1. Gambaran Pola Adult Attachment ... 47

4.3.Pembahasan ... 48

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 61

5.2. Saran ... 61

5.2.1 Saran Teoritis ... 61

(6)

viii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA ... 64

DAFTAR RUJUKAN ... 66

(7)

ix

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kisi-Kisi Alat Ukur ... 39

Tabel 3.2. Bobot Penilaian ... 40

Tabel 3.3. Kriteria Validitas ... 42

Tabel 3.4. Kriteria Reliabilitas ... 43

(8)

x

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

(9)

xi

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

(10)

xii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

(11)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kehidupan perkawinan saat ini merupakan hal yang menarik untuk diperbincangkan, dimana saat seorang pasangan yang sudah siap untuk berkomitmen membangun rumah tangga mereka sendiri maka individu tersebut akan menemukan beberapa kondisi yang cukup rumit dan kompleks. Pada kondisi tersebut individu diharapkan mampu beradaptasi dalam menghadapi masalah agar rumah tangga mereka dapat berjalan dengan baik tanpa adanya permasalahan yang terjadi.

Saat individu memutuskan untuk menikah dan membangun rumah tangga, salah satu yang akan diperbincangkan adalah dimana tempat mereka tinggal dan membentuk keluarga baru setelah menikah. Pasangan dapat menentukan dari kesepakatan dimana mereka akan tinggal. Akan tetapi, ada pasangan yang tinggal bersama dengan keluarga dan ada juga yang ingin hidup mandiri membentuk rumah tangga dengan memilih tinggal terpisah dari orangtua.

(12)

2

Universitas Kristen Maranatha atau belum menemukan rumah kontrakan yang cocok, karena pekerjaan, kemauan salah satu pasangan dan keinginan mertua (Nurlaela,2014).

Istri yang tinggal di rumah mertua dihadapkan dengan situasi adanya mertua yang turut berperan serta dalam rumah tangga. Misalnya, turut mengatur dan ikut campur dalam masalah yang dihadapi istri bersama pasangan, istri merasa tidak bebas dalam menjalankan aktivitas di rumah, privasi antara pasangan menjadi kurang terjaga, istri dan pasangan merasa tidak bebas untuk membagi pikiran dan perasaannya, saat terjadi pertengkaran antara istri dan suami mereka menjadi merasa takut atau malu jika mertua tahu akan hal itu. Hal ini berbeda jika pasangan tinggal di rumahnya sendiri, hubungan suami dan istri bisa menjadi lebih intim, bebas untuk melakukan apapun tanpa merasa terganggu, hidup lebih mandiri dan dapat beradaptasi dengan peran yang baru.

Hubungan menantu dengan mertua yang sering menjadi bahan pembicaraan menarik di media konsultasi adalah hubungan penuh dengan konflik, yang umumnya banyak dialami oleh menantu perempuan dengan ibu mertua. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian dari Utah State University menyatakan bahwa 60% pasangan suami istri mengalami ketegangan hubungan dengan mertua, yang biasanya terjadi antara menantu perempuan dengan ibu mertua (Sweat, 2006).

Hubungan mertua dan menantu bisa menjadi sulit ketika keduanya ingin tinggal di rumah yang sama, baik dengan masalah keuangan dari pasangan atau fakta bahwa mertua tidak bisa untuk hidup sendiri. Dipercaya bahwa situasi ini harus dihindari, “meskipun ibu merupakan orang yang luar biasa, hanya dalam kasus yang ekstrim diharuskan tinggal bersama pasangan” (Kahn,1963). Akan tetapi jika tidak ada jalan lain, akan menjadi

(13)

3

Universitas Kristen Maranatha tidak mengambil keuntungan, dan menghindari membuat perbandingan bagaimana sesuatu terjadi pada masanya (Stekel,1967;Weil, 1979).

Tanpa memperhatikan mertua dan menantu tinggal bersama atau terpisah biasanya konflik terjadi diantara mereka, dan dapat memiliki konsekuensi bagi kehidupan pasangan. Tiga dekade yang lalu, research yang dilakukan menunjukkan bahwa diantara permasalahan pernikahan, campur tangan dari mertua, kebanyakan terjadi. Dicatat pula bahwa ibu mertua membuat kesulitan lebih banyak daripada anggota keluarga lainnya (Clemens, 1969; Kahn, 1963). Fakta bahwa anak menopang ibunya secara finansial bisa menjadi sumber konflik antara mertua dan menantu, juga kepada pasangan karena banyak istri percaya suami-suami mereka dieksploitasi dengan memberikan kesalahan kepada mertua.

Dilansir dari beberapa media elektronik, mengatakan bahwa salah satu sumber konflik yang banyak terjadi diantara suami dan istri yaitu mertua. Para peneliti yang di pimpin oleh Orbuch (1986) mengikuti 373 pasangan sejak mereka pertama kali menikah pada 1986. Pada setiap pasangan, suami dan istri diberi penilaian seberapa dekat hubungan mereka dengan mertua dalam skala 1-4. Para peneliti mengikuti pasangan tersebut sepanjang waktu dan mengumpulkan data, termasuk apakah pasangan tinggal bersama atau tidak. Pernikahan yang mana istri melaporkan memiliki hubungan yang dekat dengan mertua memiliki 20% resiko lebih besar terhadap perceraian daripada pasangan dimana istri tidak melaporkan hubungan yang dekat, sebaliknya pernikahan dimana suami melaporkan dekat dengan mertua memilliki 20% probabilitas lebih rendah terhadap perpisahan daripada pasangan dimana suami melaporkan hubungan yang tidak dekat.

(14)

4

Universitas Kristen Maranatha wawancara dari Bardin (1991) semi-struktur dengan tiga tema, yaitu hubungan menantu dan mertua, aspek yang mendukung dari hubungan dan aspek yang menghalangi dari hubungan (Wagner, A., Chiapin, G., & De Araujo, G.C. 1998). Berdasarkan analisis konten dari interview tersebut ditemukan bahwa hubungan menantu dan mertua (81.58%) merupakan hubungan yang negatif, dimana hubungan dengan sedikit kontak, hubungan tanpa cinta dan kedekatan, hubungan yang rumit. Sedangkan aspek yang mendukung (72.72%) kategori ini telah digabungkan dari konten seperti mertua dan menantu yang diharapkan, mertua dan menantu diperlakukan dengan baik, senang jika tinggal bersama; mertua dan menantu diperlakukan sebagai ibu dan anak, kedewasan dan pengalaman dalam bagian keduanya, diantara yang lainnya. Sementara aspek yang menghalangi (42.62%) “kontribusi yang tidak diinginkan dari mertua kepada hubungan” kategori mengarah kepada konten seperti: dampak negatif dari mertua dalam kehidupan pasangan, mertua mendikte menantu tentang apa yang baik dan yang seharusnya, mertua membuat permainan emosional dengan anak laki-lakinya, mertua tidak mencapurkan hubungan dengan anak dan dengan keluarga, hubungan ibu dan nenek tanpa kasih sayang. Terlihat bahwa hubungan antara mertua dengan menantu memiliki lebih banyak aspek-aspek menghalangi daripada aspek-aspek yang mendukung dari sudut pandang kebaikan. Fakta ini mengkonfirmasi hubungan menantu dan mertua, yang mana terlihat bahwa menantu menyadari hubungannya dengan mertua, dan kebanyakan seringkali negatif, buruk ataupun berjarak.

(15)

5

Universitas Kristen Maranatha lagi, yang pada akhirnya akan berpengaruh kepada kondisi rumah tangga. Tidak sedikit pasangan yang akhirnya terpaksa harus bersepakat untuk berpisah karena konflik istri dan mertua tidak menemukan titik terang (Hanaco & Wulandari, 2013).

Namun, meskipun banyak konflik yang melibatkan hubungan antara menantu dan mertua, tidak semua hubungan menantu dan mertua menjadi buruk. Bahkan beberapa menantu dan mertua memiliki hubungan yang harmonis, kompak, hingga sudah merasa hubungan mereka seperti ibu dan anak. Hal itu dikarenakan mereka mampu menata komunikasi yang baik, tahu akan peran yang dimiliki masing-masing dan tidak mencampuri urusan kedua belah pihak.

Ada beberapa hal yang dapat dirasakan sebagai dampak positif jika tinggal di rumah mertua, pertama yaitu menghemat pengeluaran, pasangan dapat menghemat pengeluaran mereka karena ada beberapa pengeluaran yang akan terpangkas, hilang sama sekali, atau patungan sama mertua. Meskipun demikian pasangan tetap memiliki tanggung jawab saat tinggal di rumah mertua. Kedua yaitu mertua dapat membantu menjaga anak, setelah punya anak pasangan akan mulai kerepotan dengan hadirnya anak. Menjadi orang tua baru membuat minim pengalaman dalam mengurus bayi dan segala keperluannya, akan tetapi dengan adanya mertua dapat ikut serta menjaga dan memperhatikan cucunya. Selain itu dapat mengendalikan emosi pasangan, saat tinggal di rumah mertua ketika ada percekcokan antara pasangan , pasangan tidak serta merta meluapkan emosinya karena ada mertua di dalam rumah, mertua menjadi wasit yang akan memberikan batasan tentang kerumahtanggaan.

(16)

6

Universitas Kristen Maranatha menjadi sosok suami yang yang baik dan istri yang baik. Tinggal dirumah mertua menimbulkan rasa kekeluargaan yang semakin erat yang dapat menjalin keakraban pada anggota keluarga. Selanjutnya tidak kehilangan sosok orangtua terutama untuk istri, saat menikah istri mengikuti suami dan membuat istri terpisah tingggal dari orangtuanya, namun tinggal bersama mertua membuat istri tinggal seolah-olah dengan orangtuanya, istri memerlukan sosok yang berpengalaman untuk mengajarkan, memberikan saran serta dapat menuntun. Dengan adanya mertua membuat istri merasa tidak kehilangan sosok orangtuanya.

Tinggal di rumah mertua dapat memberikan dampak positif maupun dampak negatif di dalam kehidupan pasangan. Akan tetapi, pasangan harus dapat menyikapi setiap permasalahan yang terjadi di dalam rumah tangga. Dalam sebuah pernikahan, antara suami dengan istri memerlukan hubungan intim yang nyaman agar fungsi dalam keluarga bisa dirasakan. Rasa aman dan nyaman bersumber pada bagaimana individu memandang diri dan pasangannya. Hal ini dipaparkan dalam suatu teori tentang ikatan emosional antara individu dengan pasangan romantis dewasanya, yaitu Adult attachment (Hazan dan Shaver, 1987).

Menurut Hazan dan Shaver ( 1987 ) Adult attachment merupakan sebuah hubungan emosi antar dua individu, yang ditandai oleh keinginan untuk selalu bersama, saling menyayangi dan situasi atau kondisi tersebut merupakan gambaran keadaan diri individu. Sementara itu, Fraley dan Shaver (2000) mendefinisikan adult romantic attachment sebagai pola seseorang dengan pasangan dalam hubungan romantis yang terbentuk oleh interaksi orang tersebut dengan orangtua sebagai figur attachment.

(17)

7

Universitas Kristen Maranatha (1978, dalam Bowlby, 1982) yaitu secure, avoidant, dan anxious yang merupakan bentuk kategori untuk menjelaskan perbedaaan pemikiran, perasaan, dan perilaku individu dalam berinteraksi dengan pasangan. Selain itu Main dan Salomon menambahkan menjadi empat kategori yaitu disorganized. Mengacu pada Hazan dan Shaver (1987) individu dengan pola secure mudah untuk dekat dengan pasangannya dan nyaman bergantung dengan pasangan saat ada mertua di rumah, nyaman membagi pikiran dan perasaan dengan pasangan ketika ada mertua di rumah, merasa disukai dan dicintai oleh pasangan, dan bercerita semua hal kepada pasangan saat ada mertua di rumah, dapat dengan mudah dekat dengan pasangan dan nyaman untuk bergantung dengan pasangan. Sedangkan, individu dengan pola avoidant memiliki ketakutan untuk menjalin intimasi, misalnya istri memilih untuk tidak terlalu dekat dengan suami saat berada bersama mertua dan istri merasa gugup saat suami terlalu dekat dengan dirinya saat berada di rumah mertua. Selanjutnya, individu dengan pola anxious memiliki kecemasan bahwa pasangan enggan untuk dekat bersama mereka, misalnya istri merasa takut jika kehilangan cinta dari pasangan, istri merasa khawatir jika suami tidak mau bersama dengan dirinya saat berada di rumah mertua dan merasa khawatir jika suami tidak sungguh-sungguh mencintai dirinya. Sementara indiviu dengan pola disorganized akan menjadi tidak percaya pada pasangannya bahkan saat membutuhkan kenyamanan, mempunyai ketakutan yang tidak jelas dan menunjukkan penghindaran pada pasangan.

(18)

8

Universitas Kristen Maranatha rumah mertua. Kemudian B merasa mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari pasangan saat ada mertua di rumah, B merasa mudah berbagi perasaan dan pikirannya dengan pasangan saat ada mertua di dekatnya, B merasa mertua memberikan dukungan baginya dan menganggap B sebagai anaknya sendiri.

Sebanyak 2 orang (50%) yaitu C menyatakan merasa tidak nyaman berbagi kasih sayang dengan pasangan ketika berada di dekat mertua, sangat jarang menceritakan masalahnya kepada pasangan, C merasa khawatir tentang hubungannya dengan pasangan dan saat berada jauh dari pasangan C merasa khawatir pasangannya akan meninggalkan C, dan hubungan C dengan mertua masih terasa kaku, dan C merasa kurang nyaman tinggal bersama mertua karena C merasa kebebasannya untuk terbuka dengan pasangannya itu terbatas. Kemudian D merasa tidak nyaman berbagi kasih sayang dengan pasangan ketika ada mertua di dekatnya, D merasa khawatir kalau pasangan lebih memihak kepada mertua, dan D merasa sulit untuk berbagi perasaan dan pikirannya ketika ada mertua di rumah.

Berdasarkan survey awal diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pola adult attachment maka dari itu peneliti tertarik untuk melihat bagaimana gambaran pola

adult attachment istri yang tinggal bersama mertua di Kota Bandung.

1.2Identifikasi masalah

Dalam penelitian ini, ingin diketahui bagaimana pola adult attachment pada istri yang tinggal di rumah mertua di kota Bandung.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

(19)

9

Universitas Kristen Maranatha 1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memeroleh gambaran pola adult attachment dan faktor-faktor yang memengaruhi pola adult attachment pada istri yang tinggal di rumah mertua di Kota Bandung.

1.4Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

Memberi masukan untuk teori Psikologi Perkembangan mengenai pola Adult

attachment pada istri yang tinggal di rumah mertua

Memberi informasi tambahan bagi peneliti lain yang ingin meneliti pola Adult

attachment pada istri yang tinggal di rumah mertua.

1.4.2 Kegunaan Praktis

 Memberi sumbangan informasi bagi istri yang tinggal di rumah mertua

mengenai pola adult attachment dalam rangka meningkatkan keharmonisan antara istri dan suami, membuat hubungan antara istri dan suami menjadi lebih nyaman dan suasana rumah menjadi harmonis.

 Bagi istri yang saat ini tinggal di rumah mertua dapat menjadi bahan evaluasi

mengenai hubungan istri dengan pasangan mengenai pola adult attachment yang dimilikinya.

 Bagi psikolog/ praktisi di bidang psikologi pernikahan dapat menjadi bahan

ketika mengadakan seminar mengenai tinggal di rumah mertua yang ditinjau melalui adult attachment.

1.5 Kerangka Pikir

(20)

10

Universitas Kristen Maranatha menikah dan membentuk keluarga baru disana. Namun fenomena saat ini masih banyak ditemukan pasangan suami istri yang menikah tetapi tinggal dengan mertua, dengan berbagai alasan sehingga memutuskan untuk tinggal dengan orangtua salah satu pasangan (Dharma & Nikita, 2011).

Dalam sebuah pernikahan, antara suami dengan istri dibutuhkan sebuah hubungan intim yang memberikan rasa aman dan nyaman yang bersumber pada bagaimana individu memandang diri dan pasangannya yang dipaparkan dalam suatu teori tentang ikatan emosional antara individu dengan pasangan romantis dewasanya, yaitu Adult attachment (Hazan dan Shaver, 1987). Attachment mulai terbentuk pada saat masih bayi melalui interaksi dengan ibu atau figur pengasuh. Hazan dan Shaver (1987) mengembangkan pemikiran dari Bowlby mengenai hubungan romantis pada orang dewasa yang merupakan manifestasi dari perilaku yang sangat mirip dengan pola attachment. Pola adult attachment ini melihat bagaimana proses attachment pada individu dewasa.

(21)

11

Universitas Kristen Maranatha Menurut Mikulincer dan Shaver (2007), attachment terbagi menjadi dua dimensi yaitu dimensi anxiety dan dimensi avoidance. Dimensi anxiety merupakan keinginan kuat istri akan kedekatan dan proteksi dari orang lain serta khawatir mengenai keberadan orang lain dan nilai diri bagi orang lain, misalnya istri merasa takut kehilangan cinta dari pasangan, merasa khawatir pasangan tidak ingin bersama dirinya, sering khawatir pasangan tidak benar-benar mencintai dirinya dan merasa khawatir tentang hubungannya dengan pasangan. Dimensi avoidance merupakan ketidaknyamanan istri dengan kedekatan dan ketergantungan pada orang lain serta kecendrungan untuk menjaga jarak emosional dengan orang lain, misalnya tidak menunjukkan perasaan yang sesungguhnya kepada pasangan, merasa tidak nyaman terbuka dengan pasangan dan tidak nyaman ketika pasangan dekat dengannya.

Adult attachment merupakan kecendrungan individu untuk membentuk ikatan

emosional yang kuat dengan pasangan. Sementara itu Fraley dan Shaver (2000) mendefinisikan adult romantic attachment sebagai pola seseorang dengan pasangan dalam hubungan romantis yang terbentuk oleh interaksi orang tersebut dengan orangtua sebagai figur attachment. Berdasarkan penelitian Hazan dan Shaver (1987), terdapat pola adult attachment pada hubungan yang romantis yang sama seperti dengan pola yang ditemukan

Ainsworth et al., (1978, dalam Bowlby, 1982) yaitu secure, avoidant dan anxious/ambivalent yang merupakan bentuk kategori untuk menjelaskan perbedaaan

pemikiran, perasaan, dan perilaku individu dalam berinteraksi dengan pasangan. Selain itu Main dan Salomon menambahkan menjadi empat kategori yaitu disorganized. Avoidant, anxious dan disorganized dapat dikatakan sebagai pola insecure.

(22)

12

Universitas Kristen Maranatha mertua di dekatnya, istri merasa suami dapat mendengarkan keluh kesah istri dan suami menunjukkan rasa kepedulian terhadap istri, seperti memberikan solusi kepada istri, istri merasa suami dapat diandalkan ketika mertua mulai ikut campur dalam urusan rumah tangga, istri merasa suami selalu ada disaat istri membutuhkan suami, dengan sikap suami tersebut istri memiliki pola secure terhadap suami, istri merasa mudah untuk dekat dengan suami dan nyaman bergantung dengan suami saat ada mertua di rumah, nyaman membagi pikiran dan perasaan dengan suami ketika ada mertua di rumah, bercerita semua hal kepada suami saat ada mertua di rumah, dapat dengan mudah dekat dengan suami dan nyaman untuk bergantung dengan suami.

Sedangkan, individu dengan pola avoidant terbentuk jika dimensi anxiety rendah dan avoidance yang tinggi. Istri yang tinggal di rumah mertua yang memiliki pola avoidant

merasa suami cenderung kurang memperdulikan istri, saat ada konflik yang terjadi antara istri dan mertua karena mertua cenderung mendikte dan memberikan kritik kepada istri dan membuat istri merasa tidak nyaman, saat istri mengeluh menceritakan permasalahan kepada suami, istri merasa suami kurang peduli terhadap apa yang dirasakan oleh istri, istri merasa suami tidak menyempatkan waktu untuk mendengarkan keluh kesah istri, suami cenderung menghindar saat istri membutuhkan kehadiran suami, istri merasa ketika ada permasalahan dengan mertua, suami tidak mendukung dirinya, dengan sikap suami tersebut, istri memiliki pola avoidant pada suami. Istri akan merasa tidak nyaman ketika berada di dekat suami, istri cenderung menghindar dan menjaga jarak dengan suami.

Selanjutnya, individu dengan pola anxious terbentuk jika dimensi anxiety tinggi dan avoidance rendah. Istri yang tinggal di rumah mertua yang memiliki pola anxiety merasa

(23)

13

Universitas Kristen Maranatha tidak selalu ada untuknya, istri merasa terkadang suami lebih memihak kepada ibu mertua, suami jarang menceritakan masalah kepada istri, dengan sikap suami tersebut membuat istri memiliki pola anxious terhadap suami. istri merasa khawatir jika suami tidak mau bersama dengan dirinya saat berada di rumah mertua, istri merasa cemas jika jika suami tidak ada di saat istri membutuhkan.

Sementara, individu dengan pola disorganized terbentuk jika kedua dimensi anxiety dan avoidance tinggi. Istri yang tinggal di rumah mertua yang memiliki pola disorganized merasa suami menunjukkan penghindaran ketika istri mencoba untuk menceritakan permasalahannya dan saat ada kesempatan suami dapat mendengarkan masalah istri, istri merasa tidak memberikan komentar apa-apa dan meminta istri untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri, saat ada mertua suami cenderung menjaga jarak terhadap istri jarang menunjukkan kasih sayang kepada istri, dengan sikap suami tersebut membuat istri memiliki pola disorganized terhadap suami, istri merasa tidak percaya pada suami bahkan saat membutuhkan kenyamanan, mempunyai ketakutan yang tidak jelas dan menunjukkan penghindaran pada suami.

Menurut penelitian Hazan & Shaver (1994), pola attachment terbentuk pada masa kecil tidak selamanya menetap di sepanjang kehidupan. Davila, Karney dan Bradburry (1999) mengemukakan ada tiga faktor yang dapat memengaruhi pola adult attachment yaitu situasi dan perubahan, perubahan dan skema relasional, dan kepribadian.

(24)

14

Universitas Kristen Maranatha terjadi konflik mertua menjadi turut ikut campur dalam urusan rumah tangga, istri merasa tidak bebas untuk bertindak sesuai keinginannya, dan istri merasa tidak dapat membagi pemikiran dan perasaannya terhadap suami karena ada mertua di rumah. Hal ini bisa menyebabkan pola adult attachment istri yang tinggal di rumah mertua mengarah ke insecure. Suami yang lebih memilih mendengarkan perkataan orangtuanya sendiri

ketimbang pasangan yang mengharuskan istri mengalah dan tidak mampu untuk berbuat apa-apa, istri yang tadinya dengan mudah berbagi perasaan dan pikirannya kepada suami, saat ada mertua merasa menjadi terbatas dan tidak bebas melakukannya dengan suami Istri yang merasa tidak mampu menjalani situasi dan perubahan seperti itu dengan baik maka kemungkinan pola adult attachment akan mengarah ke insecure, apabila istri mampu beradaptasi dengan situasi dan perubahan tersebut maka kemungkinan pola adult attachment akan tetap secure (Davila, Karney dan Bradburry, 1999).

Perubahan dalam skema relasional yaitu peristiwa kehilangan seorang figur signifikan seperti orangtua atau pengasuh yang dapat membuat pola attachment yang telah ada sebelumnya berubah, sebab istri belum tentu mendapatkan figur signifikan yang sama seperti figur yang hilang. Pada umumnya, setelah menikah istri akan tinggal terpisah dari orangtuanya yang mengakibatkan figur signifikan ibu yang biasanya selalu ada setiap saat akan berkurang atau hilang dan pasangan sebagai figur signifikan yang baru belum tentu sama seperti ibu. Hal ini membuat pola attachment istri berubah bisa ke arah secure atau sebaliknya ke arah insecure. Walaupun ibu dan pasangan merupakan individu yang berbeda namun dengan kualitas kasih sayang yang sama yang diberikan oleh kedua figur signifikan tersebut kepada pasangannya dapat membuat pola adult attachment tetap secure (Davila, Karney dan Bradburry, 1999).

(25)

15

Universitas Kristen Maranatha tinggal di rumah mertua, kepribadian mertua pun juga berbeda dari kepribadian istri. Hal inilah yang membuat bagaimana kepribadian tersebut dapat memengaruhi pola adult attachment, saat istri tinggal di rumah mertua dengan kepribadian yang berbeda-beda

maka istri dapat menyesuaikan diri dengan adanya kepribadian tersebut. Kepribadian juga akan dibahas menggunakan teori Big Five Theory Personality (Costa & McCrae,1997).

Untuk memeroleh kejelasan diatas, maka dibuat skema sebagai berikut:

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran

1.6 Asumsi Istri yang tinggal

di rumah mertua

Adult Attachment :

1.anxiety 2.avoidant

Faktor yang memengaruhi : 1.Situasi dan perubahan 2.Perubahan dalam skema relasional

3.Kepribadian

Secure

Avoidant

Anxious

(26)

16

Universitas Kristen Maranatha 1. Istri yang tinggal di rumah mertua akan membentuk pola adult attachment

dengan pasangannya.

2. Ada 4 pola adult attachment yang dapat ditemukan pada istri yang tinggal di rumah mertua di Kota Bandung yaitu secure, avoidant, anxiety dan disorganized.

3. Faktor – faktor yang memengaruhi pola attachment istri yang tinggal di rumah mertua adalah situasi dan perubahan, perubahan dalam skema relasional, dan kepribadian.

(27)

61 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini peneliti akan memaparkan hasil interpretasi dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya beserta saran yang terarah sesuai dengan hasil penelitian.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik suatu gambaran umum mengenai pola adult attachment pada istri yang tinggal di rumah mertua di Kota Bandung sebagai berikut :

1. Bentuk pola adult attachment pada istri yang tinggal di rumah mertua sebagian besar memiliki pola adult attachment anxious.

2. Faktor-faktor yang memengaruhi adult attachment yaitu situasi, perubahan skema relasional dan kepribadian tidak menunjukkan kecendrungan keterkaitan dengan pola adult attachment.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

 Peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya, untuk dapat mencoba metode

penelitian yang lain, seperti longitudinal, untuk dapat melihat pengaruh pola adult attachment yang dapat terjadi sebagai akibat dari interaksi individu dengan pasangannya.

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai pola adult

(28)

62

Universitas Kristen Maranatha situasi, perubahan skema relasional dan kepribadian dalam memengaruhi pola adult attachment terhadap pasangan.

5.2.2 Saran Praktis

 Bagi istri yang merasa tidak nyaman dengan situasi tinggal bersama dengan mertua agar

dapat menggunakan informasi mengenai gambaran pola adult attachment sebagai bahan evaluasi diri dan hubungannya dengan pasangan dengan cara mencoba untuk mengurangi rasa kecemasan yang dimiliki, dapat mengatasi masalah yang dimiliki, dan berdiskusi dengan suami mengenai masalah yang dihadapi. Selain itu istri juga dapat menghubungi pihak profesional seperti psikolog untuk dapat melakukan konseling mengenai masalah yang dihadapi, sehingga istri dapat mengembangkan pola adult attacment menjadi secure. Bagi istri yang merasa nyaman dengan pasangan saat tinggal bersama mertua diharapkan dapat memertahankan maupun mengembangan pola kearah secure, dengan demikian istri akan tetap selalu merasa nyaman dengan pasangan.

 Bagi suami diharapkan dapat menunjukkan sikap positif terhadap istri, seperti selalu ada

saat istri membutuhkan kehadiran suami, menunjukkan rasa kepeduliaan terhadap istri, tidak mengabaikan istri dan bersedia mendengarkan keluh kesah istri, sehingga dengan situasi tinggal di rumah mertua tersebut dapat memberikan rasa kenyamanan pada istri.  Bagi psikolog/ praktisi di bidang psikologi pernikahan, hasil penelitian ini dapat menjadi

(29)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI POLA ADULT ATTACHMENT PADA

ISTRI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA DI KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

Oleh : MEDYA SANTIKA

1230197

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(30)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya lah sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas skripsi ini. Adapun judul penelitian ini adalah “Studi Deskriptif Mengenai Pola Adult Attachment Pada Istri yang Tinggal di Rumah Mertua

di Kota Bandung”.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, peneliti menemukan beberapa kendala dan kesulitan. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak peneliti banyak menerima bantuan, bimbingan, serta dukungan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Dr. Irene P. Edwina, M.Si., Psikolog selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Dr. Yuspendi, M.Psi, M.Pd selaku pembimbing utama yang telah bersedia meluangkan waktu dan untuk memberikan bimbingan dan masukan yang sangat berguna bagi peneliti.

3. Vida Handayani, M.Psi., Psikolog selaku pembimbing pendamping yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan masukan yang sangat berguna bagi peneliti.

4. Orangtua yang selalu memberi doa dan dukungan dalam bentuk apapun, sehingga membuat peneliti bersemangat dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab yang telah diberikan.

(31)

iv

6. Tim Penelitian Payung, Adin, Mike, Rinella, Tanti, Gea dan Kintan atas semangat dan perjuangan bersama selama pengerjaan penelitian ini.

7. Teman-teman mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha angkatan 2012 yang sudah memberikan bantuan dan saran kepada peneliti.

8. Responden yang tinggal di rumah mertua yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti yang digunakan sebagai data survey awal dan pengambilan data.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tugas skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun dari segi penyajiannya. Oleh karena itu, peneliti menerima segala kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak.

Akhir kata, peneliti berharap agar tugas skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Bandung, Mei 2017

(32)

63 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Ainsworth, M., Blehar, M., Waters, E., & Wall, S. (1978). Patterns of attachment: assessed in the strange situation and at home. Hillsdale, NJ: Erlbaum

Bowlby, J, “Attachment and loss: Volume 1. Attachment”, Basic Books, New York, 1982.

Costa, Paul & Robert, McCrae. 1997. Personality trait structure as a human Universal. American Psychologist, Vol 52 no.5pp. 509-516.

Davila, J. Karney, B.R., and Bradburry, T.N. (1999). Attachment change processes in early years of marriage. Journal of Personality and Social Psychology. Vol.76:783-802.

Dariyo, A. (2003). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Denscombe, M. (2003). The Good Research Guide. Second Edition. Philadelphia, USA. McGraw Hill.

Duvall, E. M & Miller, B.C. Marriage and Family Development (9th Ed). Harper & Row Publisher : New York, 1985.

E.B.Hurlock. Psikologi Perkembangan Edisi 5.Jakarta:Erlangga, 1999.

Feeney, J.A. & Noller,P., (1990). Attachment style as a predictor of adult romantic relationship.Journal of Personality and Social Psychology. 58 (281-291). The American Psychologycal Association.

Fraley, R. C., Waller, N. G., & Brennan, K. A. (2000). An item response theory analysis of self report measures of adult attachment. Journal of Personality and Social Psychology 78, 350-365.

Hanaco, I., & Wulandari, A. (2013). Disayang mertua, mesra dengan menantu, mesra dalam keluarga.Yogyakarta: Andi.

Hazan, C. & Shaver, P. (1987). Romantic love conceptualized as an attachment process. New York: The Guilford Press.

J. A. Simpson & J. Dovidio (Eds.) Handbook of interpersonal relations and group processes.Washington, DC: American Psychological Association.

Mikulincer, Mario & Phillip R. Shaver. Attachment in adulthood : structure, dynamics, and change. The Guilford Press : New York, 2007.

(33)

64 Universitas Kristen Maranatha Papalia. D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2001) Human development eight edition. New

York: Mc Graw Hill, Inc.

Robert M Kaplan, Dennis P Sacuzzo, Psychological Testing Principles, Aplication, and Issue, 1992, California, Broks/Cole Publishing Company, Hal 106-123.

Santrock, John W. Life-Span Development. New York: McGrawHill, 2000.

Solomon. J., & George. C. (2011) The disorganized attachment- caregiving system. New York: The Guilford Press

(34)

65 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Asita, Putu Ngurah. 2016. Studi Perbandingan Mengenai Pola Adult Attachment Sebelum dan

Setelah Mneikah pada Istri Perwira di Dinas “X” Bandung. Undergraduate thesis,

Universitas Kristen Maranatha.

Beritasatu. Dari 10 menantu perempuan tidak akur dengan ibu mertua [online]. Diakses tanggal 4 November 2016. (http://www.beritasatu.com/keluarga/82801-4-dari-10-menantu-perempuan-tidak-akur-dengan-ibu-mertua.html)

Chiapin, G. De Araujo, G. B. Wagner, A. (1998). Mother-daughter in law, as is the relationship

between these two women?. Diunduh dari

(http://www.scielo.br/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S0102-79721998000300012) Damayanti, N.2010. Hubungan antara tipe kelekatan (attachment style) dengan kecemburuan

pada pasangan berpacarana mahasiswa fakultas psikologi universitas islam negeri (uin) syarif hidayatullah Jakarta (skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta.

Fitroh, Siti Fadjryana. Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Hardiness dengan Penyesuaian Diri Menantu Perempuan yang Tinggal di Rumah Mertua. [on-line]. Diakses pada tanggal 7 Juni 2015. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Malang.

Gulalives. Inilah 8 Keunggulan Tinggal Bersama Mertua [online]. Diakses tanggal 5 Juni 2017. (http://www.gulalives.co/2016/03/29/inilah-8-keunggulan-tinggal-bersama-mertua/) Helpguide. Attachment and adult relationship [online]. Diakses tanggal 20 November 2016.

(www.helpguide.org/articles/retionships/attachment-and-adult-relationships.htm)

Idntimes. Orang Bilang "Tinggal Bareng Mertua Kayak Neraka", Padahal 5 Keuntungan Ini Menanti Lho! [online]. Diakses tanggal 5 Juni 2017. (https://life.idntimes.com/family/riza- dian-kurnia/orang-bilang-tinggal-bareng-mertua-kayak-neraka-padahal-5-keuntungan-ini-menanti-lho/full)

Madjongke. Hal penting jika tinggal di rumah mertua. [online]. Diakses pada tanggal 20 Juni 2015. (http://www.madjongke.com/2014/12/hal-penting-jika-tinggal-di-rumah-mertua.html). Margaretha, M.Y. (2016). Studi Perbandingan Antara Pola Attachment saat Bersama Ibu dan

Suami pada Istri Korban KDRT di Lembaga “X” Kota Bandung (skripsi). Fakultas

Psikologi Universitas Kristen Maranatha: Bandung.

Newsweek. 5 biggest mistakes mothers law [online]. Diakses tanggal 28 Oktober 2016. (http://www.newsweek.com/5-biggest-mistakes-mother-law-81797)

(35)

66 Universitas Kristen Maranatha Psychoshare. Perkembangan dewasa awal [online]. Diakses tanggal 20 November 2016.

(http://www.psychoshare.com/file-119/psikologi-dewasa/perkembangan-dewasa-awal.html)

Tribunnews. Mau Tinggal di Pondok Mertua Indah? Cermati Hal-hal Berikut Ini. [on-line]. Diakses tanggal 7 Juni 2015. (http://www.tribunnews.com/lifestyle/2014/09/02/mau-tinggal-di-pondok-mertua-indah-cermati-hal-hal-berikut-ini)

Tribunnews. Beginilah plus minus tinggal di rumah mertua [online]. Diakses tanggal 7 Juni 2015. (http://www.tribunnews.com/lifestyle/2010/10/28/beginilah-plus-minus-tinggal-di-rumah-mertua).

Wolipop. 4 Hal yang Membuat Pasangan Tinggal di Rumah Mertua. [online]. Diakses tanggal 7 Juni 2015. (http://wolipop.detik.com/read/2011/07/30/131629/1692847/854/1/4-hal-yang-membuat-pasangan-tinggal-di-rumah-mertua)

Gambar

Tabel 4.4. Gambaran Pola Adult Attachment .....................................................................
Gambar 4.3. Gambaran Sampel Penelitian Berdasarkan Lama Tinggal di Rumah Mertua  46

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa Universitas Kristen Maranatha akan merasa tidak puas apabila kualitas pelayanan yang diberikan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Maranatha Bandung belum sesuai

Universitas Kristen Maranatha sebanyak 71,4 % (25 orang) karyawan PT “X membantu teman kerjanya ketika pekerjaan overload , mengerjakan tugas rekan kerja yang tidak

Jadi berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan pada saat penelitian mengenai hambatan komunikasi yang terjadi antara pasangan suami istri yang memiliki

Universitas Kristen Maranatha...

Universitas Kristen Maranatha Untuk hal-hal yang berkaitan dengan kondisi fisik lingkungan kerja (Working Condition) menunjukkan bahwa 12 orang (85.71%) personel merasa

Universitas Kristen Maranatha (... Universitas Kristen

Universitas

Implikasi dari adult attachment security pada hubungan dengan pasangan seperti yang diusulkan Bowlby (1979) bahwa adanya hubungan kausal yang kuat antara pengalaman istri perwira