No. Daftar FPIPS: 1434/UN.40.2.5.1/PL/2013
SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNAAN VENUE PAMERAN OLEH EVENT ORGANIZER
DI KOTA BANDUNG
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjanapariwisata pada program studi Manajemen Resort & Leisure
OLEH: SRI NUR INAYAH
0800253
MANAJEMEN RESORT AND LEISURE
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN
PENGGUNAAN VENUE PAMERAN OLEH EVENT ORGANIZER DI KOTA BANDUNG
SRI NUR INAYAH 0800253
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
Pembimbing I
Erry Sukriah, S.E, M.S.E, NIP. 197912152008122002
Pembimbing II
Dra. Kusumawardhani, M.Ed
Mengetahui,
Ketua Program Studi Manajemen Resort & Leisure Universitas Pendidikan Indonesia
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Penggunaan Venue Pameran Oleh Event Organizer di
Kota Bandung” sepenuhnya adalah karya saya sendiri. Tidak ada bagian di
dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya
saya ini.
Bandung, Januari 2013
Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN
PENGGUNAAN VENUE PAMERAN OLEH EVENT ORGANIZER DI KOTA BANDUNG
OLEH SRI NUR INAYAH
0800253
Wisata MICE berperan penting untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia. Kemenparekraf telah menjadikan wisata MICE sebagai salah satu dari 7 wisata minat khusus yang akan menjadi fokus pengembangan. Salah satunya dengan menetapkan 10 kota tujuan wisata MICE di Indonesia dan Kota Bandung merupakan salah satunya. Keempat komponen wisata MICE bersama-sama berkembang di Kota Bandung, baik berupa sebuah kesatuan penyelenggaraan maupun secara terpisah. Seiring dengan berjalannya waktu, kini usaha jasa pameran telah menjadi usaha tersendiri. Namun hingga saat ini, Kota Bandung belum memiliki venue yang representatif untuk kegiatan pameran. Sehingga pengelenggaraan pameran dilakukan di hotel/gedung pertemuan/lapangan terbuka yang ada di Kota Bandung.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan penggunaan venue pameran oleh Event Organizer di Kota Bandung. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah Event Organizer di Kota Bandung yang menyelenggarakan pameran dengan jumlah responden sebanyak 97 orang. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penelitian ini menggunakan metode analisis faktor melalui program SPSS 17 for
Windows.
Berdasarkan hasil analisis, dihasikan 6 faktor yang mempengaruhi keputusan penggunaan venue pameran oleh Event Organizer di Kota Bandung, yaitu (1) Kapasitas Venue dan Aksesibilitas, (2) Fasilitas Pendukung dan Sumber Daya Manusia, (3) Lokasi Venue dan Prosedur Penyewaan, (4) Venue Brand, (5) Venue
Signage dan Media Promosi Venue dan (6) Transportasi.
.
ABSTRACT
FACTOR ANALYSIS AFFECTING THE DECISION OF EXHIBITION VENUE USING BY EVENT ORGANIZER IN BANDUNG
BY
SRI NUR INAYAH 088253
MICE is important in increasing the number of foreign visitors coming to Indonesia. Kemenperkraf has made MICE to be one of 7 special interests that will be in the development focus program by making 10 MICE cities in Indonesia and Bandung is one of them. The four components of MICE are growing togerther in Bandung. And nowdays exhibition industry has become an independent business. But Bandung still does not have any representative venue for exhibition events. The exhibitions are held at hotel or hall or open space in Bandung.
This research is about finding factors that affecting the decision of exhibition venue using by event organizers in Bandung. This is a qualitative research. The population for this research is Event Organizers in Bandung which held exhibition events, the respondence are 97 people. The data that is used are primer data and secondary data. To analyze the factors that affecting using factor analysis method with SPSS 17 for windows.
Based on the analysis result, there are 6 factors which affecting the decision of exhibition venue using by Event Organizer in Bandung: (1) Venue Capacity And Accessibility, (2) Supporting Facilities And Human Resources, (3) Venue Location And Rent Procedure, (4) Venue Brand, (5) Venue Promotion Media dan (6) Transportation
DAFTAR ISI
ABSTRAK………... i
KATA PENGANTAR……….. iii
UCAPAN TERIMA KASIH ………... iv
DAFTAR ISI……… vii
DAFTAR TABEL………. ix
DAFTAR GAMBAR………... x
BAB I. PENDAHULUAN……… 1
A. Latar Belakang………..………. 1
B. Rumusan Masalah………..………… 5
C. Tujuan Penelitian………..………. 6
D. Manfaat Penelitian………. 6
E. Sistematika Penelitian……….……... 7
BAB II. KAJIAN TEORI……….. 9
A. Wisata Konvensi……… 9
B. Exhibition……….. 11
C. Event Organizer……… 25
D. Venue……… 28
E. Keputusan Pembelian Konsumen………. 33
F. Konsep Jasa………... 43
G. Bauran Pemasaran………. 46
H. Kerangka Pemikiran………... 56
A. Lokasi Dan Subjek Penelitian………. 57
B. Variabel……….…………. 59
C. Metode Penelitian……….…… 61
D. Definisi Operasional……….…… 62
E. Instrumen Penelitian……….. 64
F. Teknik Pengumpulan Data………..…….. 65
G. Analisis Data………..…….. 66
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….……... 75
A. Hasil Penelitian………..………… 75
1. Gambaran Umum Kota Bandung………..……… 75
2. Gambaran Umum Kepariwisataan di Kota Bandung……… 76
3. Gambaran Umum Industri Pameran di Kota Bandung………. 81
B. Identifikasi Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Penggunaan Venue Pameran Oleh Event Organizer Di Kota Bandung……….……… 85
1. Pengujian Validitas………... 88
2. Pengujian Reliabilitas……… 95
3. Analisis Faktor……….. 96
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………..……… 111
A. Kesimpulan………...………..…….... 113 B. Saran……….………..…… 114
DAFTAR PUSTAKA………..…… 117
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Nama Venue Penyelenggaraan Pameran Tahun 2011 – 2012………….. 4
Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Penggunaan Venue Pameran oleh Event Organizer di Kota Bandung…… 60
Tabel 4.1. Jumlah Potensi Wisata Kota Bandung Tahun 2012………. 79
Tabel 4.1 Lanjutan. Jumlah Potensi Wisata Kota Bandung Tahun 2012………….. 80
Tabel 4.2. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kota Bandung Tahun 2009-2011….. 81
Tabel 4.3. Jumlah Event Pameran yang diselenggarakan di Kota Bandung Tahun 2011-2012……….. 82
Tabel 4.4. Validitas Faktor Product………. 86
Tabel 4.4 Lanjutan. Validitas Faktor Product……….. 87
Tabel 4.5. Validitas Faktor Price……… 88
Tabel 4.6. Validitas Faktor Place………. 88
Tabel 4.6 Lanjutan. Validitas Faktor Place……….. 89
Tabel 4.7. Validitas Faktor Promotion……….. 90
Tabel 4.8. Validitas Faktor Physical Evidence………. 90
Tabel 4.8 Lanjutan. Validitas Faktor Physical Evidence……….. 91
Tabel 4.9. Validitas Faktor People……… 91
Tabel 4.10. Validitas Faktor Process………. 92
Tabel 4.11. Case Processing Summary………. 93
Tabel 4.12. Reliability Statistics……… 93
Tabel 4.13. KMO and Bartlett’s Test……… 95
Tabel 4.14. KMO and Bartlett’s Test……… 97
Tabel 4.15. Communalities……… 98
Tabel 4.16. Total Variance Explained ………. 99
Tabel 4.17. Component Matrix……….102
Tabel 4.18. Rotated Component Matrix ………...103
Tabel 4.19. Pengelompokan 25 Indikator Menjadi 6 Faktor……….105
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Wisata konvensi adalah pertemuan sekelompok orang yang secara
bersama-sama bertukar pengalaman dan informasi melalui pembicaraan,
mendengar, belajar dan mendiskusikan topik tertentu. Pelaksanaan wisata
konvensi diselenggarakan melalui kegiatan-kegiatan pertemuan asosiasi,
pertemuan perusahaan dan pameran dagang serta eksibisi. (Pendit, 2003:179).
Komponen wisata konvensi dikenal dengan sebutan MICE, yaitu Meeting,
Incentive, Conference, dan Exhibition. Saat ini terdapat 10 kota di Indonesia yang
ditetapkan menjadi kota tujuan wisata MICE, yaitu Jakarta, Bali, Makassar,
Surabaya, Yogyakarta, Medan, Padang, Batam, Manado, dan Bandung (Abdullah,
2009:24).
Keempat komponen wisata MICE bersama-sama berkembang di Kota
Bandung, baik berupa sebuah kesatuan penyelenggaraan maupun secara terpisah.
Seiring dengan berjalannya waktu, kini usaha jasa pameran telah menjadi usaha
tersendiri sebagaimana juga usaha jasa insentif, yang berkembanng luas seiring
berkembangnya perusahaan-perusahaan nasioanl maupun multinasional
(Abdullah, 2009:45). Direktorat Bina Usaha Perdagangan Departemen
Perdagangan Bagian Pembinaan Usaha Perdagangan mendefinisikan pameran
2
mempromosikan dan menyebarluaskan informasi hasil produksi barang atau jasa
kepada masyarakat termasuk didalamnya penyelenggaraan konvensi dan atau
seminar yang ditujukan untuk mendukung kegiatan pameran dimaksud.
Perusahaan menjadikan kegiatan pameran sebagai ajang promosi ataupun
pengenalan produk baru. Selain itu kegiatan pameran juga digunakan oleh Dinas
Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Bandung sebagai sarana mempertunjukkan
hasil karya penduduk lokal melalui usaha industri kreatif. Setiap bulannya
diadakan pameran yang berbeda-beda yang dapat menarik minat wisatawan untuk
datang berkunjung.
Sebuah pameran diselenggarakan oleh sebuah organizer. Lidia Evelina
(2009:10-11), mengelompokkan 5 golongan organizer yang ada pada kegiatan
pameran, yaitu:
1. State-owned organization
a. Pemerintah daerah (contoh: Pekan Raya Jakarta)
b. Asosiasi dagang (contoh: Kadin, Tokyo Trade Centre, Korean
Trade Centre)
2. Private organization – Public Corporation; dimiliki oleh Pemerintah
(contoh: China External Trade Development Council)
3. Trade Association – Asosiasi dagang. Contoh: Gaikindo Motor
Show—gabungan industri kendaraan motor Indonesia
4. Professional Associations – Asosiasi Profesional. Contoh: Hospital
5. Independent Private Organizers
a. Perusahaan swasta (berbadan hukum). Contoh: Pemerindo,
Debindo, Dyandra Promosindo dan lain-lain
b. Perusahaan swasta perorangan.
PEO menyelenggarakan pameran disebuah tempat penyelenggaraan yang
disebut venue. Namun, hingga saat ini Kota Bandung belum memiliki gedung
pertemuan (Conference/ Exhibition Center) yang representatif dan berstandar,
baik dari segi kapasitas ruangan, luas keseluruhan venue, fasilitas pendukung,
kualitas sumber daya manusia, kondisisi akses menuju venue dan lokasi tempat
venue berada. Menteri Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif menyoroti keluhan
utama dari pelaku industri kreatif selama ini adalah tidak tersedianya tempat
untuk menampilkan hasil karyanya, mereka kesulitan untuk menggelar pameran,
dan kurang pemberdayaan. Namun, penyelenggaraan tidak hanya terbatas pada
pameran industri kreatif. Di Kota Bandung banyak jenis produk yang ditawarkan
mulai dari produk mebel, produk alat-alat elektronik, produk jasa, dan lain-lain.
Penyelenggaraan pameran saat ini dilakukan terbatas di gedung-gedung
pertemuan berkapasitas lebih dari 500 orang dan di beberapa hotel berbintang
yang memiliki fasilitas ruang meeting dan ballroom. Sehingga para
penyelenggara pameran menggunakan fasilitas venue yang ada di Kota Bandung
4
Menurut data dari bidang promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
tahun 2011-2012, venue yang digunakan untuk penyelenggaraan pameran
diantaranya:
Tabel 1.1.
Nama Venue Penyelenggaraan Pameran Tahun 2011 - 2012
No Nama Venue Jumlah Pameran
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Landmark Convention Hall
Braga
Lapangan Gazibu
Graha Manggala Siliwangi
Paris Van Java Mall
Bandung Indah Plaza
Bandung Convention Center
Sasana Budaya Ganesa
Pusat Dakwah Agama Islam
21 3 5 16 1 4 1 1 4
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Bidang Promosi. 2012
Penentuan venue sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan sebuah
pameran yang dilihat dari banyaknya peserta yang hadir (Noor, 2007:17). Oleh
karena itu venue yang ada berupaya memperbaiki kualitas penjualan produk dan
pelayanan yang diberikan agar dapat menarik pengunjung untuk mengunjungi
jumlah penyewaan venue oleh Event Organizer. Upaya ini dilakukan dengan
memperhatikan aspek kebutuhan pasar yaitu para penyelenggara pameran.
Penulis terlebih dahulu mengalakukan pengamatan awal dengan
melakukan wawancara kepada beberapa staff Event Organizer dan pengelola
venue mengenai hal-hal yang mempengaruhi keputusan penggunaan venue yaitu
berdasarkan bauran pemasaran jasa penyewaan venue. Berdasarkan ulasan diatas,
penulis melakukan sebuah penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi Event Organizer di Kota Bandung dalam memutuskan untuk
menggunakan sebuah venue sebagai tempat penyelenggaraan pameran, agar dapat
diketauhi faktor apa saja yang sebenarnya sangat mempengaruhi keputusan
penggunaan venue pameran. Dengan mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi penyelenggara pameran dalam menentukan sebuah venue, akan
diketahui faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan yang diambil oleh Event
Organizer sehingga dapat menjadi rujukan untuk pembangunan ataupun
pengembangan venue pameran yang akan dibangun ataupun telah ada. Judul
penelitian ini adalah: “ Analisis Faktor yang Mempengaruhi Keputusan
Penggunaan Venue Pameran oleh Event Organizer di Kota Bandung”
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah penelitian ini
6
Faktor apakah yang menentukan keputusan penggunaan venue pameran
oleh Event Organizer di Kota Bandung?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah:
Mengidentifikasi faktor yang menentukan keputusan penggunaan venue
pameran oleh Event Organizer di Kota Bandung.
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari penilitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
a. Sebagai penambah wawasan bagi mahasiswa ataupun bagi mereka yang
memiliki ketertarikan di bidang pariwisata khususnya industri MICE di
Kota Bandung
b. Memperoleh pengetahuan mengenai faktor yang mempengaruhi Event
Organizer di Kota Bandung dalam pengambilan keputusan penggunaan
suatu venue sebagai tempat penyelenggaraan pameran
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti, sebagai referensi untuk penilitian selanjutnya yang berkaitan
dengan kepariwisataan di Kota Bandung khususnya di industry MICE
b. Bagi pemerintah daerah Kota Bandung, yaitu sebagai salah satu referensi
dalam pembangunan Convention/Exhibiton Centre di Kota Bandung
c. Bagi dunia usaha venue di Kota Bandung, yaitu sebagai bahan masukan
untuk dapat lebih mengembangkan produknya agar sesuai dengan
keinginan pasar
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan skripsi terbagi atas 5 (lima) bab. Uraian yang akan
disajikan pada setiap bab adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan gambaran proses penelituan, mulai dari masalah yang
diangkat dan dasar penelitian yang dilakukan serta manfaat penelitian ini.
Baba ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan pengertian mengenai teori-teori mendasar yang menjadi
bahasan dalam penelitian ini, teori teori tersebut bersumber dari studi
kepustakaan yang dilakukan peneliti, serta kerangka pemikiran.
8
Bab ini menguraikan metode-metode yang digunakan dalam penelitian,
meliputi lokasi dan waktu penelitian, desain penelitian, variabel penelitian,
alat pengumpulan data, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data,
prosedur dan teknik pengumpulan data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.
Bab ini menguraikan pembahasan yang terdiri dari temuan penelitian dan
pembahasan temuan.
BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan akhir dari penelitian yang membahas mengenai
kesimpulan hasil penelitian yang telah diperoleh dan rekomendasi yang
diberikan oleh peneliti berdasarkan teori dan kenyataan yang ada.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian
Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa
Barat sekaligus menjadi ibu kota provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km
sebelah tenggara Jakarta, dan merupakan kota terbesar ketiga
di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah penduduk. Sedangkan
wilayah Bandung Raya (Wilayah Metropolitan Bandung) merupakan
metropolitan terbesar ketiga di Indonesia
setelah Jabodetabek dan Gerbangkertosusila (Grebangkertosusilo). Kota Bandung
terletak pada koordinat 6°54 53.08 S107°36 35.32 E
Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga bentuk morfologi
wilayahnya bagaikan sebuah mangkok raksasa, secara geografis kota ini terletak
di tengah-tengah provinsi Jawa Barat, serta berada pada ketinggian ±768 m di atas
permukaan laut, dengan titik tertinggi berada di sebelah utara dengan ketinggian
1.050 meter di atas permukaan laut dan sebelah selatan merupakan kawasan
rendah dengan ketinggian 675 meter di atas permukaan laut. Semetara iklim kota
Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk, dengan
suhu rata 23.5 °C, curah hujan rata 200.4 mm dan jumlah hari hujan
59
Lokasi Kotamadya Bandung cukup strategis, dilihat dari segi komunikasi,
perekonomian maupun keamanan. Hal tersebut disebabkan oleh:
1. Kota Bandung terletak pada pertemuan poros jalan raya
a. Barat Timur memudahkan hubungan dengan Ibukota Negara
b. Utara Selatan yang memudahkan lalu lintas daerah perkebunan
(Subang dan Pengalengan)
2. Letak yang tidak terisolasi serta dengan komunikasi yang baik
akan memudahkan aparat keamanan untuk bergerak ke setiap
penjuru.
2. Subjek Penelitian
Subjek penilitian terdiri atas populasi dan sampel penelitian.
Popluasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki
karateristik tertentu, jelas, dan lengkap yang akan diteliti. Objek atau nilai yang
akan diteliti dalam populasi disebut unit analisis atau elemen populasi, dapat
berupa orang, perusahaan, media dan sebagainya Erwan dan Dyah (2007).
Berdasarkan pengertian diatas, maka populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh Event Organizer di Kota Bandung yang menyelenggarakan event pameran.
Penelitian ini dilakukan pada keseluruhan populasi. Erwan dan Dyah
(2007: 28-29) menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan terhadap seluruh
populasi sering disebut sensus (cencus). Sensus dilakukan dengan alasan sebagai
a. Jumlah populasi relatif kecil
b. Ada kemungkinan tingkat respon rendah
c. Tujuan penelitian akan dianalisis kedalam sub group analisis yang
lebih mendalam
Data yang diperoleh dari hasil sensus ini, disebut parameter atau yang
sebenarnya (True Value).
Responden dalam penelitian ini adalah orang-orang di dalam Event
Organizer yang berperan didalam pengambilan keputusan mengenai penggunaan
venue yang berjumlah 97 orang dari 63 Event Organizer di Kota Bandung yang
menyelenggarakan pameran.
B. VARIABEL (OPERASIONALISASI VARIABEL)
Variabel dalam penelitian ini adalah bauran pemasaran yang merupakan
faktor eksternal yang berpengaruh dalam keputusan pembelian. Konsep bauran
pemasaran Zeithaml dan Bitner (200:19), yaitu: Product, Price, Place, Promotion,
Physical Evidence, People dan Proces.
Secara lebih rinci operasionalisasi masing-masing variabel dapat terlihat
59
Tabel 3.1.
Operasionalisasi Variabel Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Penggunaan Venue Pameran oleh Event Organizer di Kota Bandung
Variabel Sub Variabel Indikator Skala No.
Item Bauran Pemasaran (Zeithaml dan Bitner (200:19)
Product Jenis venue
Luas venue
Venue Brand
Luas ruangan pameran
Kapasitas venue
Kelengkapan fasilitas multimedia
Kelengkapan fasilitas pendukung
Besarnya daya listrik
Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 1 2 3 4 5 6 7 8
Price Tingkat harga
Kesesuaian harga dengan fasilitas dan pelayanan
Diskon Ordinal Ordinal Ordinal 9 10 11
Place Lokasi Venue
Kondisi fisik akses jalan
Kondisi Lalu lintas
Kemudahan transportasi umum
Kemanan lingkungan sekitar venue
Luas tempat parkir
Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 12 13 14 15 16 17
Promotion Jumlah Iklan
Jenis media promosi
Ordinal Ordinal 18 19 Physical Evidence
Arsitektur bangunanan venue
Desain interior venue
Tata letak ruangan
Venue signage
Ketersediaan Sales kit
Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 20 21 22 23 24
People Jumlah SDM Keamanan
Jumlah SDM Kebersihan
Kualitas pelayanan
Komunikasi baik antara pengelola venue dengan pelanggan Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 25 26 27 28
Process Prosedur penyewaan
Kemudahan pelunasan pembayaran
Ordinal Ordinal
29 30
C. METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian
dilaksanakan. Metode penilitian berbeda dengan prosedur penelitian atau teknik
penelitian. Metode penelitian membicarakan tentang mengenai tata cara
pelaksanaan penelitian, sedangkan prosedur penelitian membicarakan urutan kerja
penelitian dan teknik penelitian membicarakan tentang alat-alat yang digunakan
dalam mengukur atau mengumpulkan data penelitian (Hasan, 2002:21)
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kuantitatif. Menurut Iqbal
Hasan (2002:22) deskriptif artinya melukiskan variabel demi variabel, satu demi
satu. Metode deskriptif digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau
karateristik populasi tertentu atau bidang tertentu. Tujuan dari metode deskriptif
adalah:
1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang
ada
2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek
yang berlaku
3. Membuat perbandingan atau evaluasi
4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah
yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana
dan keputusan pada waktu yang akan datang.
Pada hakekatnya, metode deskriptif adalah mencari teori, menitikberatkan
61
hanya membuat kategori pelaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku
observasi.
Penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif. Analisis kuantitatif
adalah analisis yang menggunakan alat analisis bersifat kuantitatif. Alat analisis
yang bersifat kuantitatif adalah alat analisis yang menggunakan model-model,
seperti model matematika, model statistik dan ekonometrik. Hasil analisis
disajikan dalam bentuk angka-angka yang kemudian dijelaskan dan
diinterpretasikan dalam suatu uraian (Hasan, 2002: 98).
D. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional adalah rujukan-rujukan empiris apa saja yang dapat
ditemukan dilapangan untuk menggambarkan secara tepat konsep yang dimaksud
sehingga konsep tersebut dapat diamati dan diukur (Erwan dan Dyah, 2007:18).
Definisi operasional dari judul penelitian “Analisis Faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Penggunaan Venue Pameran oleh Event
Organizer di Kota Bandung “ adalah sebagai berikut:
Analisis Faktor adalah sebuah kelas prosedur yang digunakan untuk
mereduksi data dan merangkum data (Malhotra, 2006: 288).
Menurut Kotler dan Keller (2009:226), keputusan pembelian adalah
tahap awal dalam proses pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen
Venue adalah tempat adalah tempat untuk mengadakan pertemuan yang
dilengkapi dengan berbagai sarana/prasarana pendukung pertemuan tersebut
(Alan, 2009:124).
Pameran adalah bentuk kegiatan mempertunjukkan, memperagakan,
memperkenalkan, mempromosikan dan menyebarluaskan informasi hasil
produksi barang/jasa maupun informasi visual disuatu tempat tertentu dalam
jangka waktu tertentu untuk disaksikan secara langsung oleh masyarakat untuk
meningkatkan penjualan, memperluas pasar dan mencari hubungan dagang
(Manaf, 2006:60).
Event Organizer adalah sekelompok orang yang terdiri dari tim
pelaksana, tim pekerja, tim produksi, dan tim manajemen yang menjalankan tugas
operasional suatu program acara atau melakukan pengorganisasian untuk
mewujudkan suatu program acara (Suseno, 2005:14).
Jadi maksud dari penelitian ini adalah menganalisis faktor yang
mempengaruhi Event Organizer di Kota Bandung dalam keputusan pembelian
jasa venue untuk penyelenggaraan kegiatan pameran, sehingga dapat diketahui
faktor yang paling menentukan dalam penggunaan venue pameran.
E. INSTRUMEN PENELITIAN
Skala pengukuran adalah peraturan penggunaan notasi bilangan dalam
pengukuran. Skala pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal
63
dimana penomoran objek/kategori disusun menurut besarnya yaitu dari tingkat
tertinggi atau sebaliknya dengan jarak yang tidak harus sama (Hasan, 2002:26).
Skala ini digunakan untuk mengelompokkan objek dan kategori data dapat
disusun berdasarkan urutan logis dan sesuai dengan besarnya karateristik yang
dimiliki.
Skala likert adalah pengukuran yang digunakan untuk mengukur opini
atau persepsi responden berdasarkan tingkat persetujuan atau ketidaksetujuan
( Erwan dan Dyah, 2007:63).
Variabel penelitian yang diukur dengan skala ini dijabarkan menjadi
indikator variabel yang kemudian dijadikan sebagai titik tolak penyusunan
item-item instrumen. Bisa berbentuk pertanyaan atau pernyataan (Hasan:2002) .
Jawaban setiap instrumen dinyatakan dalam kata-kata:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
R : Ragu-ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Data merupakan keterangan-keterangan tentang suatu hal, dapat berupa
digambarkan lewat angka, simbol, kode dan lain-lain. Berdasarkan sumber
pengambilannya, data terbagi atas dua kategori, yaitu:
a. Data primer adalah data yang diperoleh atau dilakukan langsung di
lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan
atau yang memerlukannya. Data primer ini disebut juga data asli atau data
baru. Contoh data primer yaitu wawancara, focus group discussion,
kuesioner, obeservasi.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang
yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini
biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan peneliti
terdahulu. Data sekunder disebut juga data tersedia.
Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-hal atau
keterangan-keterangan atau karateristik-karateristik sebagian atau seluruh elemen
populasi yang akan menunjang dan mendukung penelitian. Dalam penelitian ini
digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Angket (kuesioner)
Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau
mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden, yaitu para
pengambil keputusan dalam suatu Event Organizer. Responden adalah
orang yang memberikan tanggapan (respons) atas-atau, menjawab—
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
65
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan langsung oleh pewancara kepada responden dan
jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam.
c. Studi literatur
Studi literatur adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan
buku ilmiah dan karya tulis lainnya sebagai landasan teori sebuah karya
ilmiah. Studi literatur merupakan aspek yang terkait dengan masalah,
solusi dari masalah, ditujukan hubungannya dengan konsep yang
berkembang dalam studi literatur.
G. ANALISIS DATA
Lexy J. Moleong dalam Hasan (2002) menjelaskan, analisis data adalah
proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan
suatu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas, uji
reliabilitas, dan analisis faktor.
1. Uji Validitas
Validitas (Simamora, 2004: 58) adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu
instrumen dianggap valid apabila data yang diperoleh tepat dengan
Untuk menguji tingkat validitas empiris instrumen yaitu dengan
melakukan try-out dengan memakai responden terbatas terlebih
dahulu.
2. Uji Reliabilitas
Realiabilitas (Simamora, 2004: 63) adalah tingkat keandalan kuesioner.
Kuesioner yang reliabel adalah kuesioner yang apabila dicobakan
berulang-ulang kepada kelompok yang sama akan menghasilkan data
yang sama. Asumsinya, tidak terdapat perubahan psikologis pada
responden.
3. Analisis Faktor
a. Pengertian Analisis Faktor
Proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan
(interrelationship) anatara sejumlah variabel-variabel yang saling
independen satu dengan yang lain, sehingga bisa dibuat satu atau
beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari variabel awal.
Kumpulan variabel tersebut disebut faktor , dimana faktor tersebut
mencerminkan variabel-variabel aslinya. Secara sederhana, sebuah
variabel akan mengelompok ke suatu faktor (yang terdiri atas
67
berkorelasi dengan dengan sejumlah variabel lain yang ‘masuk’
dalam kelompok faktor tertentu.
b. Tujuan analisis faktor
1) Untuk melakukan data summarization untuk variabel-variabel
yang dianalisis, yakni mengidentifikasi adanya hubungan antar
variabel.
2) Data reduction, yakni setelah melakukan korelasi, dilakukan
proses membuat sebuah variabel set baru yang dinamakan
faktor
c. Kegunaan analisis faktor
Proses analisis faktor mencoba menembukan hubungan
(interrelationship) antara sejumlah variabel-variabel yang saling
independen satu sama lain, sehingga dapat dibuat satu atau
beberapa kumpulan varaibel yang lebih sedikit dari jumlah
variabel awal.
Maholtra (1996: 288-289), menjelaskan kegunaan Analisis Faktor
adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi dimensi-dimensi atau faktor-faktor yang
mendasari yang menerangkan korelasi diantara satu set
variabel.
2) Mengidentifikasi suatu variabel atau faktor baru yang lebih
dengan Analisis Multivarian atau Analisis Regresi atau
Diskriminan.
3) Mengidentifikasi tidak tepat kecil variabel penting dari tidak
tepat besar variabel untuk digunakan dalam Analisis
Multivarian selanjutnya.
d. Model analisis faktor
Secara matematis, analisis faktor mengekspresikan setiap variabel
sebagai kombinasi linear faktor-faktor dasar. Beasrnya varians dari
sebuah faktor dengan variabel lain yang dimasukkan ke dalam
analisis dirujuk sebagai komunalitas. Model faktor dapat disajikan
sebagai:
Xi = Ai1 F1 + Ai2 F2 + Ai3 F3 +….+ Aim Fn + ViUi
dimana:
Xi = Variabel bake ke-i
Aij = koefisiensi regresi majemuk yang dibakukan dari variabel
i atau atas faktor biasa j
F = faktor biasa
Vi = koefisiensi regresi yang dibakukan dari variabel i atas
faktor unik i
Ui = faktor unik untuk variabel i
69
Faktor-faktor yang unik tidak saling berkorelasi dan tidak
berkorelasi dengan faktor biasa. Faktor-faktor biasa sendiri dapat
diungkapkan sebagai kombinasi linear dari variabel-variabel yang
diamati.
Fi = Wi1X1 + Wi2X2 + Wi3X3 + … + WikXk
dimana:
Fi = estimasi faktor ke-i
Wi = bobot skor faktor
k = banyaknya variabel
e. Langkah-langkah analisis faktor
Malhotra (2006: 292) menjelaskan langkah-langkah pengerjaan
analisis faktor sebagai berikut:
1) Memformulasikan masalah
Dalam memformulasikan masalah, tujuan analisis faktor harus
terlebih dahulu diidentifikasi. Kemudian varaibel-variabel yang
akan dianalisis ditentukan spesifikasinya berdasarkan riset
masa lalu, teori dan penilaian peribadi peneliti. Variabel
tersebut diukur melalui skala tertentu. Untuk pengukuran
variabel, harus ditentukan jumlah sampel yang akan diteliti.
Jumlah ukuran sampel paling sedikit ahrus empat atau lima
2) Membuat matriks korelasi
Agar analisis faktor tepat, variabel-variabel tersebut harus
berkorelasi. Untuk menghitungnya digunakan
Kaiser-Meyer-Olkin (KMO). Indeks ini membandingkan besaran korelasi
pasrial. Nilai statistik KMO yang kecil mengindikasikan bahwa
korelasi antara pasangan-pasangan variabel tidak dapat
dijelaskan oleh variabel lain. Secara umum, nilai yang lebih
besar dari 0,5 adalah nilai yang diinginkan.
3) Menentukan model analisis faktor
Pendekatan yang digunakan untuk memperoleh koefisien skor
faktor dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Analisis komponen utama
Analaisis komponen utama disarankan jika yang menjadi
tujuan utama adalah untuk menentukan jumlah minimum
faktor yang bertanggung jawab atas varians maksimum
dalam data yang akan digunakan analisis multivatriat
selanjutnya. Dalam analisis ini, seluruh varians dalam data
diperhitungkan.
b. Analisis faktor biasa
Motode ini digunakan untuk mengidentifikasi dimensi
dasar dan varians biasa. Dalam analisis ini, faktor-faktor
71
Komunalitas disisipkan dalam matriks korelasi pada arah
diagonal. Metode ini disebut juga dengan pemfaktoran
sumbu utama.
4) Menentukan jumlah faktor
Dalam penelitian ini untuk menentukan jumlah faktor
menggunakan Plot Scree. Plot Scree adalah plot nilai eigen
terhadap jumlah faktor dalam urutan ekstraksi. Plot tersebut
mempunyai patahan yang jelas antara sudut kemiringan yang
curam dari faktor-faktor, dengan nilai eigen yang besar dan
suatu penurunan sedikit demi sedikit yang berhubungan
dnegan faktor lainnya. Penurunan sedikit demi sedikit disebut
Scree. Titik dimana scree berawal menunjukkan faktor
sesungguhnya.
5) Merotasi faktor
Suatu output penting analisis faktor yaitu matriks faktor.
Matriks faktor berisi koefisien yang digunakan untuk
menyatakan variabel-variabel standarisasi dalam faktor
tersebut. Koefisien matriks faktor digunakan untuk
menafsirkan faktor.
Dalam merotasi faktor terdapat 2 metode:
Dalam rotasi terdapat metode rotasi yang umum digunakan
yaitu prosedur varimax yang digunakan untuk
meminimumkan jumlah variabel dengan muatan yang
tinggi pada sebuah faktor, sehingga meningkatkan
kemampuan tafsir dari faktor tersebut. Rotasi ortogonal
menghasilkan faktor-faktor yang tidak berkorelasi.
b. Rotasi oblique
Rotasi oblique digunakan jika faktor-faktor dalam populasi
tampak berkorelasi dengan kuat.
6) Menafsirkan hasil
Penafsirkan dilakukan dengan mengidentifikasi
variabel-variabel yang mempunyai muatan yang besar pada faktor yang
sama. Faktor dapat ditafsirkan menurut variabel-variabel yang
diberi muatan yang tinggi. Dapat pula dengan melakukan plot
varabel-variabel menggunakan muatan faktor sebagai
koordinatnya.jika sebuah faktor tidak dapat didefinisikan
dengan jelas menurut variabel aslinya, maka faktor tersebut
harus diberi label sebagai sebuah faktor yang tidak terdifinisi
atau sebuah faktor umum.
73
Secara sederhana, sebuah faktor adalah sebuah kombinasi
linear varabel-varabel asli. Skor faktor-faktor tersebut utnuk
faktor ke-i diestimasi sebagi berikut:
Fi = Wi1 X1 + Wi2 X2 +Wi3 X3+ … + Wik Xk
dimana:
Fi = estimasi faktor ke-i
Wi = bobot skor faktor
k = banyaknya variabel
Koefisien skor faktor, digunakan untuk mengkombinasikan
variabel-variabel standar yang diperoleh dari matriks koefisien
skor-skor faktor.
8) Memilih variabel pengganti
Dengan menguji matriks faktor, dapat memilih setiap faktor
variabel muatan tertinggi atas faktor itu. Variabel tersebut
kemudian dapat digunakan sebagai sebuah varabel pengganti
untuk faktor yang berhubungan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Wisata konvensi adalah pertemuan sekelompok orang yang secara
bersama-sama bertukar pengalaman dan informasi melalui pembicaraan,
mendengar, belajar dan mendiskusikan topik tertentu. Saat ini terdapat 10 kota di
Indonesia yang ditetapkan menjadi kota tujuan wisata MICE, yaitu Jakarta, Bali,
Makassar, Surabaya, Yogyakarta, Medan, Padang, Batam, Manado, dan Bandung.
Keempat komponen wisata MICE bersama-sama berkembang di Kota Bandung,
baik berupa sebuah kesatuan penyelenggaraan maupun secara terpisah. Seiring
dengan berjalannya waktu, kini usaha jasa pameran telah menjadi usaha tersendiri.
Penyelenggara pameran menyelenggarakan pameran disebuah tempat
penyelenggaraan yang disebut venue. Namun, hingga saat ini Kota Bandung
belum memiliki gedung pertemuan (Conference/ Exhibition Center) yang
representatif dan berstandar.
Berdasarkan data dan hasil analisis dari pengolahan kuesioner terhadap
Event Organizer di Kota Bandung, mengenai faktor yang mempengaruhi
keputusan penggunaan venue pameran oleh Event Organizer di Kota Bandung
dapat disimpulkan bahwa terdapat 6 faktor yang mempengaruhi Event Organizer
dalam keputusannya menggunakan sebuah venue untuk penyelenggaraan pameran,
112
1. Faktor Kapasitas Venue dan Aksesibilitas, indikatornya adalah Jenis
venue, Luas venue, Luas ruangan pameran, Kapasitas venue, Kondisi
fisik akses jalan, Komunikasi baik antara pengelola venue dengan
pelanggan.
2. Faktor Fasilitas Pendukung dan Sumber Daya Manusia, indikatornya
adalah Kelengkapan fasilitas pendukung, Arsitektur bangunan venue,
Tata letak ruangan, Jumlah SDM Keamanan, Jumlah SDM Kebersihan,
Kualitas pelayanan, Kemudahan pelunasan pembayaran.
3. Faktor Lokasi Venue dan Prosedur Penyewaan, indikatornya adalah
Lokasi Venue, Besarnya daya listrik, Kesesuaian harga dengan
fasilitas dan pelayanan, Prosedur penyewaan.
4. Faktor Venue Brand indikatornya adalah venue Brand, Kemanan
lingkungan sekitar venue, Luas tempat parkir
5. Faktor Media Promosi Venue, indikatornya adalah Jenis media
promosi, Venue signage, Kesediaan Sales Kit.
6. Faktor Transportasi, indikatornya Kondisi Lalu Lintas Dan
Kemudahan Transportasi Umum
B. SARAN
Dari hasil penilitian peneliti memberikan saran:
1. Bekerjasama dengan dinas-dinas terkait di Kota Bandung seperti dinas
perhubungan, dinas pekerjaan umum, berkaitan dengan kondisi fisik
2. Venue yang telah ada dan sedang berjalan agar lebih meningkatkan
kualitas fisik produknya yaitu melalui pemeliharaan fisik gedung,
pemeliharaan fisik ruangan pameran seperti lantai, cat, langit-langit
dan interior ruangan dan fasilitas pendukung lainnya seperti ruang
panitia, ruang VIP, musholla, dan toilet.
3. Peningkatan kualitas pelayanan sumber daya manusia dengan cara
mengikuti pelatihan mengenai pemberian pelayanan yang prima dan
pelatihan khusus dibidang pengelolaan jasa venue yang diadakan oleh
instansi khusus terkait seperti Asosiasi Pengusaha Pameran Indonesia
(ASPERAPI). Selain itu pengaturan jumlah dan jadwal SDM
keamanan untuk menjaga keamanan venue dan lingkungan sekitar
venue selama 24 jam terutama ketika sedang berlangsung kegiatan
pameran.
4. Meningkatkan kegiatan promosi venue agar lebih dikenal oleh
masyarakat dan wisatawan, baik berupa penyediaan sales kit yang
menarik dan berisikan informasi yang akurat, promosi di media cetak
maupun media elektronik mengenai fasilitas venue dan event-event
yang pernah diselenggarakan. Kegiatan promosi venue akan
memberikan pengaruh terhadap brand image venue tersebut. Promosi
yang menarik dan berisikan informasi jelas akan memberikan
kemudahan bagi para calon penyewa venue untuk memahami produk
114
5. Dalam perencanaan pembuatan sebuah venue pameran hendaknya
memenuhi standar luas area, kelengkapan fasilitas, kualitas SDM
untuk pemberian pelayanan yang mengacu kepada standar
internasional sehingga menghasilkan sebuah bangunan venue yang
representatif untuk sebuah penyelenggaraan pameran baik skala
nasional maupun internasional seperti pada hall pameran di Balai
Sidang Jakarta Convention Centre, JIExpo, dan lain-lain. Selain itu,
perencanaan juga memperhatikan lokasi venue, yaitu dekat dengan
tol/bandara/terminal/stasiun agar memudahkan pengunjung untuk
mencapai lokasi venue dan dekat dengan fasilitas umum kota seperti
rumah sakit, kantor polisi, fasilitas akomodasi, pusat perbelanjaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Iqbal Alan. 2009. Manajemen Konferensi dan Event. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Bagyono. 2007. Pariwisata dan Perhotelan. Alfabeta. Bandung.
Brown, Timothy A. 2006. Confirmatory Factor Analysis For Applied Research. Guilford Publications. New York.
Cramer, Ducan. 2003. Advanced Quantitative Data Analysis. Open University Press and Two Penn Plaza. Inggris.
Evelina, Lidia. 2009. Event Organizer Pameran. Index. Jakarta
Gunawijaya, Jajang. 2006. Pengelolaan Usaha Jasa MICE. Pragram D III Pariwisata FIFIP UI. Depok.
Hasan, Muhammad Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Bogor.
Hurriyati, Ratuh. 2008. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Alfabeta. Bandung.
Jefkins, Frank. 1997. Advertising. Prentice Hall. United Kingdom
Kardinata, Sunaryo. 2008. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Kesrul, M. 2004. Meeting, Incentive Trip, Conference, Exhibition. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Indeks. Jakarta
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2012. Marketing Management. Pearson Education Limited. Inggris.
KRMT. Indro “Kimpling” Suseno. 2005. Cara Pinter Mengelola Event Organizer. Galangpress. Yogyakarta.
118
Lupiyoadi, Rambat dan a. hamdani. 2006. Manajemen Pemasaran Jasa. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Manaf, Tri J. Santoso. 2006. Pengelolaan Usaha Jasa MICE (Meetings,
Incentives, Conventions and Exhibitions), Penerbit Program D III
Pariwisata FISIP-UI. Jakarta
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Bogor.
Noor, Any. 2007. Globalisasi Industri MICE. Alfabeta, Bandung
Payne, Adrian. 1993. The Essence Of Service Marketing Pemasaran Jasa. Andi, Yogyakarta.
Pendit, Nyoman S. 2003. Ilmu Parisiwisata : Sebuah Pengantar Perdana. Pradnya Paramita, Jakarta
Prasetijo, Ristiyanti. 2005. Perilaku Konsumen. Andi. Yogyakarta.
Purwanto, Erwan Agus dan Dyah Ratih Sulistyastuti. 2007. Metode Penelitian
Kuantitatif Untuk Administrasi Publik Dan Masalah-Masalah Sosial.
Penerbit Gava media, Yogyakarta.
Riduwan. 2011. Cara Mudah Belajar SPSS Versi 17.0 dan Aplikasi Statistik
Penelitian.. Alfabeta, Bandung
Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kulaitatif, Kuantitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung.
Surjaweni, V. Wiratna & Endrayanto, Poly. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Sutisna. 2002. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran Jasa. Andi. Yogyakarta.
Widjaja, Bernard T. 2009. Lifestyle Marketing. Gramedia, Jakarta.
Yoeti, Oka A. 1996. Pemasaran Pariwisata. Penerbit Angkasa, Bandung
ONLINE
http://www.crctourism.com.au/wms/upload/resources/bookshop/crouch33011_
conventionsites.pdf
http://www.legco.gov.hk/yr11-12/english/panels/ci/papers/ci1115cb1-620-1-e.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Ragam_dan_Karateristik_Pameran
http://www.slideshare.net/jigisjig/chapter-4-managing-site-and-venue-selection-for-mice
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bandung
http://www.bandungtourism.com/office-neo.php#data-list
http://www.bandungtourism.com/office-neo.php#tupoksi-list
http://www.bandungtourism.com/office-neo.php#visimisi-list
https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:J9b5XeGlP2sJ:www.stavanger-forum.no/doc/PCO/PEOENG.pdf+&hl=en&pid=bl&srcid=ADGEEShf7
NkVz3iyd1rvnwU7CGoy7Shy7wHl9Gs_ydf7y_cKLm5KLR3QK__hrK
el1qCvKtZy1Q9v8MzxGgUvxZhuu2pCrGKUjPJgXpSC6CLVmqWxzb