• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Gejala Klinik, Hemoglobin, Leukosit, Trombosit dan Uji Widal Pada Penderita Demam Tifoid Dengan IgM Anti Salmonella typhi (+) Di Dua Rumah Sakit Subang Tahun 2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Gejala Klinik, Hemoglobin, Leukosit, Trombosit dan Uji Widal Pada Penderita Demam Tifoid Dengan IgM Anti Salmonella typhi (+) Di Dua Rumah Sakit Subang Tahun 2013."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

iv

ABSTRAK

GAMBARAN GEJALA KLINIK, HEMOGLOBIN, LEUKOSIT,

TROMBOSIT DAN WIDAL PADA PENDERITA

DEMAM TIFOID DENGAN IgM ANTI Salmonella typhi (+)

DI DUA RUMAH SAKIT SUBANG TAHUN 2013

Rinda Harpania Pritanandi, 2014

Pembimbing I : Djaja Rusmana, dr., M.Si

Pembimbing II : Christine Sugiarto,dr., SpPk

Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri

Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di

daerah tropis dan subtropis. Sampai saat ini belum ada penelitian mengenai

hubungan gejala klinik, Hb, leukosit, trombosit dan uji widal pada demam tifoid

dengan pemeriksaan IgM anti salmonella typhi positif di daerah subang.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemeriksaan leukosit,

trombosit dan widal pada penderita demam tifoid dengan pemeriksaan IgM anti

Salmonella typhi positif.

Penelitian ini menggunakan observasi data pasien yang dicurigai menderita

demam tifoid dengan hasil pemeriksaan IgM anti Salmonella typhi yang positif di

RSU Ciereng Subang dan RS Pamanukan Medical Center pada bulan Januari -

Desember 2013 yang akan disajikan dalam bentuk tabel dan dilakukan

perhitungan persentase.

Hasil penelitian ini didapatkan gejala klinik yang terbanyak adalah demam

(100%), mual (60%), muntah (46,7%) dan sakit kepala (43,3%), sedangkan pada

pemeriksaan laboratorium didapatkan terbanyak yaitu leukopenia (40%),

trombosit normal (83,3%) dan hemoglobin normal (40%). Pada uji widal

didapatkan 1/160 pada titer H (30%) dan 1/320 pada titer O (36,7%).

Simpulan penelitian ini yaitu didapatkan gejala klinik yang tersering adalah

demam gejala gastrointestinal dan sakit kepala. Pada pemeriksaan laboratorium

yaitu terdapat leukopenia, trombosit yang normal dan hemoglobin normal. Pada

uji widal terdapat 1/160 pada titer H dan 1/320 pada titer O.

Kata Kunci : Demam Tifoid, Salmonella typhi, IgM Anti Salmonella typhi,

(2)

v

ABSTRACT

DESCRIPTION OF CLINICAL MANIFESTATION, HEMOGLOBIN,

LEUKOCYTE, THROMBOCYTE AND WIDAL IN TYPHOID FEVER

PATIENTS WITH IgM ANTI Salmonella typhi (+)

IN TWO HOSPITAL IN SUBANG AT 2013

Rinda Harpania Pritanandi, 2014

1

st

Tutor : Djaja Rusmana, dr., M.Si

2

nd

Tutor : Christine Sugiarto,dr., SpPk

Typhoid fever is a systemic bacterial infection that is caused by Salmonella

typhi bacteria which is often occurred in some developing countries, especially in

tropical and subtropical regions. There is not yet a research about clinical

manifestation, Hb, leukocyte, thrombocyte and widal test in typhoid fever with

IgM anti Salmonella typhi test positive in Subang.

The purpose is to describe the clinical manisfestation and examination of

leukocyte, thrombocyte, hemoglobin and widal test in typhoid fever patients with

IgM anti Salmonella typhi test positive.

This research observed some data of patients who were suspected to suffer

typhoid fever with positive IgM anti Salmonella typhi test results in Ciereng

Subang and Pamanukan Medical Center Hospital from January to December

2013. It is going to be presented in table form and percentage calculation.

The most common clinical manifestation in this research are fever (100%),

nausea (60%), vomit (46,7%), and headache (43,3%), meanwhile in laboratory

tests, there are leukopenia (40%), normal thrombocyte level (83,3%) and normal

hemoglobin level (40%). Researcher found titer H level at 1/160 (30%) and titer

O level at 1/320 (36,7%) in widal test.

The conclution in this research is fever, gastrointestinal symptoms and

headache were the most common clinical manifestations. In laboratory test

leukopenia, normal thrombosit level and normal hemoglobin level was founded.

In the widal test, the most common level of H titer founded was 1/160 and O titer

was 1/320.

(3)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ...

i

LEMBAR PERSETUJUAN ...

ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ...

v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ...

x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ...

1

1.1. Latar Belakang ...

1

1.2. Identifikasi Masalah ...

3

1.3. Maksud dan Tujuan ...

3

1.3.1. Maksud ...

3

1.3.2. Tujuan ...

3

1.4. Manfaat Penelitian ...

3

1.4.1. Manfaat Akademis... ...

3

1.4.2. Manfaat Praktis... ...

4

1.5. Landasan Teori...

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...

6

(4)

vii

2.1.1. Definisi ...

6

2.1.2. Etiologi dan Karakteristik ...

6

2.1.2.1. Etiologi... ...

6

2.1.2.2. Karakteristik... ...

7

2.1.2.3. Taksonomi Salmonella typhi... ...

8

2.2. Epidemiologi ...

8

2.3. Patogenesis...

8

2.4. Respon Imunitas ...

9

2.5. Gejala Klinik ... 10

2.6. Dasar Diagnosis ... 12

2.6.1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik... 12

2.6.2. Pemeriksaan Laboratorium ... 13

2.6.2.1. Pemeriksaan Hematologi Rutin ... 13

2.6.2.2. Tes Widal ... 13

2.6.2.3. Pemeriksaan IgM Anti Salmonella typhi ... 14

2.6.2.4. Pemeriksaan Mikrobiologi ... 16

2.7. Komplikasi ... 17

2.7.1. Komplikasi Intestinal ... 17

2.7.2. Komplikasi Ekstraintestinal ... 18

2.7.2.1. Komplikasi pada Sistem Hematologi ... 18

2.7.2.2. Komplikasi pada Hepar ... 18

(5)

viii

2.7.2.4. Komplikasi pada Jantung ... 19

2.7.2.5. Komplikasi pada Sistem Saraf ... 19

2.7.2.6. Komplikasi pada Ginjal ... 19

BAB III METODE PENELITIAN... 20

...

3.1. Bahan Penelitian ... 20

3.2. Lokasi dan Waktu ... 20

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 20

3.2.2. Waktu Penelitian ... 20

3.3. Metode Penelitian ... 20

3.4. Prosedur Penelitian ... 21

3.5. Sampel ... 21

3.6 Definisi Operasional ... 21

3.7 Analisis Data ... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

4.1. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 24

4.2. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 25

4.3. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Kadar Leukosit ... 26

4.4. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Kadar Trombosit ... 26

(6)

ix

4.6. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Gejala Klinis ... 28

4.7. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Hemoglobin ... 30

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 31

5.1. Simpulan ... 31

5.2. Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

LAMPIRAN ... 35

(7)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.

Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Usia…….

... 24

Tabel 4.2. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin... 25

Tabel 4.3. Karakteristik Subje Penelitian Berdasarkan Kadar Leukosit ... .. 26

Tabel 4.4. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Kadar Trombosit ... . 27

Tabel 4.5. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Pemeriksaan Widal………

... 28

Tabel 4.6. Kara

kteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Gejala Klinik……....

... 29

(8)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Flagella Salmonella typhi dengan Pewarnaan Gram ...

7

(9)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Nilai Normal Leukosit, Trombosit dan Hemoglobin ... 35

Lampiran 2. Data Hasil Umur dan Jenis Kelamin ... 36

Lampiran 3. Data Hasil Leukosit, Trombosit, Hemoglobin dan Uji Widal ... 37

Lampiran 4. Data Hasil Gejala Klinik ... 38

Lampiran 5. Surat Perizinan Rumah Sakit Pamanukan Medical Center ... 39

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri

Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di

daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan kepadatan

penduduk, kesehatan dan kebersihan lingkungan, dan sumber air yang buruk serta

kebersihan industri pengolahan bahan makanan yang masih rendah (Maskalyk,

2003) . Demam tifoid dapat menyebabkan kematian. Pada tahun 2000, didapatkan

2,16 juta kasus demam tifoid yang terjadi di seluruh dunia, didapatkan 216.000

pasien meninggal, dan lebih dari 90% dari tingkat kesakitan dan kematian terjadi

di asia (WHO, 2008).

Profil kesehatan Indonesia 2008 menunjukkan prevalensi tifoid di Indonesia

masih cukup tinggi, yaitu 1,6% atau sekitar 600.000 sampai 1,5 juta kasus setiap

tahunnya dan menempati urutan 15 dari penyakit yang menyebabkan kematian di

Indonesia (Depkes RI, 2008). Kejadian demam tifoid di Indonesia sekitar 1100

kasus per 100.000 penduduk per tahunnya dengan angka kematian 3,1% - 10,4%

(Nasrudin, dkk, 2007). Berdasarkan laporan Ditjen Pelayanan Medis Depkes RI,

pada tahun 2008, demam tifoid menempati urutan kedua dari 10 penyakit

terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus

81.116 dengan proporsi 3,15% setelah diare dengan jumlah kasus 193.856 dengan

proporsi 7,52%, dan urutan ketiga ditempati oleh DBD dengan jumlah kasus

77.539 dengan proporsi 3,01% (Depkes RI, 2009). Menurut Departemen

Kesehatan RI penyakit ini menduduki urutan kedua sebagai penyebab kematian

pada kelompok umur 5-14 tahun di daerah perkotaan (Balitbangkes, 2008).

(11)

2

kebiasaan sering makan di luar (Albert M. V, 2003). Angka kesakitan demam

tifoid tertinggi terjadi pada umur 5-19 tahun dengan manifestasi klinis ringan

(Hadinegoro, 1999 ; Musnelina dkk.,2004). Sebuah penelitian di Dubai pada

tahun 2009, pada 75 pasien yang terdaftar sebagai penderita demam tifoid,

didapatkan rata-rata usia pasien 28.4±8.7 tahun dan laki-laki (81,3%) lebih sering

dari pada perempuan (18,6%). Hasil laboratorium terbanyak didapatkan anemia

(61,3%), trombosit normal (60%) dan leukosit normal (85,3%) (Abro, et al.

2009).

Banyak klinisi yang kesulitan menegakkan diagnosis berdasarkan gejala klinis

walaupun gejalanya jelas, mengingat bahwa terdapat variasi klinis yang lebar dan

tidak selalu khas sehingga sulit dibedakan dengan demam oleh sebab lain seperti

malaria atau demam dengue. Keterlambatan diagnosis merupakan salah satu

penyebab kegagalan pemutusan rantai penularan serta pencegahan terjadinya

komplikasi karena tidak jarang ditemui kesulitan menegakkan diagnosis demam

tifoid dengan tepat dan cepat hanya atas dasar gejala klinis saja.Untuk

memberikan diagnosis pasti, terdapat pemeriksaan khusus untuk penderita dengan

dugaan demam yaitu pemeriksaan isolasi kuman. Namun, pemeriksaan kultur

darah memerlukan waktu berhari-hari bahkan berminggu-minggu dan

prosedurnya sangat invasif dan hanya dapat dilakukan di rumah sakit besar

(Intralab, 2011). Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan

antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi misalnya pemeriksaan IgM anti

Salmonella typhi yang lebih sensitif dan spesifik dibanding pemeriksaan widal

(12)

3

ada data mengenai hubungan leukosit, trombosit dan pemeriksaan widal pada

pasien demam tifoid di daerah Subang. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui

gambaran gejala klinis, hemoglobin, leukosit, trombosit dan uji widal pada pasien

demam tifoid dengan pemeriksaan IgM anti Salmonella typhi positif.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dari penelitian ini yaitu bagaimana gambaran gejala klinis,

hemoglobin, leukosit, trombosit dan uji widal pada penderita demam tifoid

dengan pemeriksaan IgM anti Salmonella typhi yang positif.

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud

Maksud penelitian ini yaitu mengetahui gambaran gejala klinis, hemoglobin,

leukosit, trombosit dan uji widal pada penderita demam tifoid dengan

pemeriksaan IgM anti Salmonella typhi positif.

1.3.2 Tujuan

Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui gambaran gejala klinis, hemoglobin,

leukosit, trombosit dan uji widal pada penderita demam tifoid dengan

pemeriksaan IgM anti Salmonella typhi positif.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

(13)

4

1.4.2 Manfaat Praktisi

Memberi informasi mengenai usia tersering yang menderita demam tifoid.

Memberi informasi mengenai jenis kelamin terbanyak pada penderita

demam tifoid.

Memberi informasi mengenai gejala klinis tersering pada penderita demam

tifoid.

Memberi informasi mengenai gambaran hematologi dn widal pada demam

tifoid.

1.5 Landasan Teori

Salmonella typhi adalah bakteri basil gram negatif yang merupakan penyebab

dari demam tifoid. Insidensi pada negara maju menurun seiring dengan

peningkatan sanitasi yang baik, namun pada negara berkembang, penyakit ini

merupakan suatu masalah dengan insidensi yang masih tinggi (Scherer & Miller).

Pada demam tifoid dikarakteristikan dengan gejala yang tersering yaitu demam

tinggi, gejala gastrointestinal yang meliputi diare dan konstipasi, dan kadang ada

pula rash yang khas (rose spot). Infeksi fokal pada vaskuler, sumsum tulang dan

sendi serta berbagai organ sering terjadi (Scherer & Miller).

Endotoksin yang terdapat pada bakteri Salmonella typhi berperan penting

dalam mekanisme terjadinya leukopenia dan trombositopenia, yaitu dengan

menginduksi perubahan pada sumsum tulang. Lipopolisakarida juga dapat

menyebabkan penurunan yang cukup signifikan pada leukosit (Al-Sagair, et al

(2009)).

(14)

5

(15)

31

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pada penelitian ini didapatkan jumlah penderita antara laki-laki dan perempuan

adalah sama, pada penderita anak-anak dan dewasa lebih banyak dibanding orang

tua. Pada pemeriksaan hematologi didapatkan leukopenia, trombosit normal dan

kadar hemoglobin normal

. Pada uji widal didapatkan pada titer H dengan kadar 1/160

dan pada titer O dengan kadar 1/320 merupakan yang terbanyak. Gejala klinis yang

tersering dikeluhkan yaitu demam dan gejala gastrointestinal.

5.2 Saran

Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat menggunakan sampel yang lebih

banyak. Untuk rumah sakit, pencatatan data anamnesis dan pemeriksaan fisik

diharapkan lebih lengkap disertai pemeriksaan laboratorium darah rutin serial dan

(16)

GAMBARAN GEJALA KLINIK, HEMOGLOBIN, LEUKOSIT, TROMBOSIT

DAN UJI WIDAL PADA PENDERITA DEMAM TIFOID DENGAN

IgM ANTI

Salmonella typhi

(+) DI DUA RUMAH SAKIT SUBANG TAHUN 2013

DESCRIPTION OF CLINICAL MANIFESTATION, HEMOGLOBIN, LEUKOCUTE,

TROMBOCYTE AND WIDAL IN TYPHOID FEVER PATIENT WITH

IgM ANTI Salmonella typhi (+) IN TWO HOSPITAL IN SUBANG AT 2013

Djaja Rusmana

1

, Christine Sugiarto

2

, Rinda Harpania Pritanandi

3 1

Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

2

Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

3

Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis dan subtropis. Sampai saat ini belum ada penelitian mengenai hubungan gejala klinik, Hb, leukosit, trombosit dan uji widal pada demam tifoid dengan pemeriksaan IgM anti salmonella typhi positif di daerah subang.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemeriksaan leukosit, trombosit dan widal pada penderita demam tifoid dengan pemeriksaan IgM anti Salmonella typhi

positif.

Penelitian ini menggunakan observasi data pasien yang dicurigai menderita demam tifoid dengan hasil pemeriksaan IgM anti Salmonella typhi yang positif di RSU Ciereng Subang dan RS Pamanukan Medical Center pada bulan Januari - Desember 2013 yang akan disajikan dalam bentuk tabel dan dilakukan perhitungan persentase.

Hasil penelitian ini didapatkan gejala klinik yang terbanyak adalah demam (100%), mual (60%), muntah (46,7%) dan sakit kepala (43,3%), sedangkan pada pemeriksaan laboratorium didapatkan terbanyak yaitu leukopenia (40%), trombosit normal (83,3%) dan hemoglobin normal (40%). Pada uji widal didapatkan 1/160 pada titer H (30%) dan 1/320 pada titer O (36,7%).

Simpulan penelitian ini yaitu didapatkan gejala klinik yang tersering adalah demam gejala gastrointestinal dan sakit kepala. Pada pemeriksaan laboratorium yaitu terdapat leukopenia, trombosit yang normal dan hemoglobin normal. Pada uji widal terdapat 1/160 pada titer H dan 1/320 pada titer O.

(17)

ABSTRACT

Typhoid fever is a systemic bacterial infection that is caused by Salmonella typhi bacteria which is often occurred in some developing countries, especially in tropical and subtropical regions. There is not yet a research about clinical manifestation, Hb, leukocyte, thrombocyte and widal test in typhoid fever with IgM anti Salmonella typhi test positive in Subang.

The purpose is to describe the clinical manisfestation and examination of leukocyte, thrombocyte, hemoglobin and widal test in typhoid fever patients with IgM anti Salmonella typhi test positive.

This research observed some data of patients who were suspected to suffer typhoid fever with positive IgM anti Salmonella typhi test results in Ciereng Subang and Pamanukan Medical Center Hospital from January to December 2013. It is going to be presented in table form and percentage calculation.

The most common clinical manifestation in this research are fever (100%), nausea (60%), vomit (46,7%), and headache (43,3%), meanwhile in laboratory tests, there are leukopenia (40%), normal thrombocyte level (83,3%) and normal hemoglobin level (40%). Researcher found titer H level at 1/160 (30%) and titer O level at 1/320 (36,7%) in widal test. The conclution in this research is fever, gastrointestinal symptoms and headache were the most common clinical manifestations. In laboratory test leukopenia, normal thrombosit level and normal hemoglobin level was founded. In the widal test, the most common level of H titer founded was 1/160 and O titer was 1/320.

Keywords : Typhoid Fever, Salmonella typhi, IgM Anti Salmonella typhi, Leukocytes, Thrombocytes, Widal Test.

PENDAHULUAN

Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri

Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis dan subtropis1. Profil

kesehatan Indonesia 2008 menunjukkan prevalensi tifoid di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu 1,6% atau sekitar 600.000 sampai 1,5 juta kasus setiap tahunnya dan menempati urutan 15 dari penyakit yang menyebabkan kematian di Indonesia. Penelitian yang dilakukan di Ujung Pandang dan Semarang tentang faktor resiko demam tifoid menunjukkan bahwa insidensi demam tifoid berhubungan

dengan kebiasaan mencuci tangan,

higienis, sumber air selain PDAM, dan kebiasaan sering makan di luar2. Sebuah

penelitian di Dubai pada tahun 2009, pada 75 pasien yang terdaftar sebagai penderita demam tifoid, didapatkan rata-rata usia pasien 28.4±8.7 tahun dan laki-laki (81,3%) lebih sering dari pada perempuan (18,6%). Hasil laboratorium terbanyak didapatkan anemia (61,3%), trombosit normal (60%) dan leukosit normal (85,3%)3. Banyak klinisi yang kesulitan

(18)

satu penyebab kegagalan pemutusan rantai penularan serta pencegahan terjadinya komplikasi karena tidak jarang ditemui kesulitan menegakkan diagnosis demam tifoid dengan tepat dan cepat hanya atas dasar gejala klinis saja.Untuk memberikan diagnosis pasti, terdapat pemeriksaan khusus untuk penderita dengan dugaan demam yaitu pemeriksaan isolasi kuman.

Namun, pemeriksaan kultur darah

memerlukan waktu berhari-hari bahkan

berminggu-minggu dan prosedurnya

sangat invasif dan hanya dapat dilakukan di rumah sakit besar4. Pemeriksaan lain

yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi

misalnya pemeriksaan IgM anti Salmonella typhi yang lebih sensitif dan spesifik dibanding pemeriksaan widal5. Adapun

pemeriksaan yang sering digunakan di banyak rumah sakit yaitu pemeriksaan widal serta pemeriksaan yang sederhana dan umum digunakan yaitu pemeriksaan darah rutin yaitu hemoglobin, hematokrit, leukosit dan trombosit. Pemeriksaan ini

murah dan dapat digunakan di

laboratorium kecil dan dapat digunakan untuk membantu diagnosis demam tifoid mengingat penatalaksanaan pada demam tifoid ini perlu dilakukan secara cepat untuk menghindari terjadinya komplikasi yang mengancam jiwa. Saat ini belum ada

data mengenai hubungan leukosit,

trombosit dan pemeriksaan widal pada pasien demam tifoid di daerah Subang. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui gambaran gejala klinis, hemoglobin, leukosit, trombosit dan uji widal pada pasien demam tifoid dengan pemeriksaan IgM anti Salmonella typhi positif.

METODE PENELITIAN

penelitian ini berasal dari data sekunder berupa rekam medik pasien demam tifoid di Rumah Sakit Umum Daerah Ciereng Subang dan Rumah Sakit Pamanukan

Medical Center Subang periode Januari 2013 – Desember 2013 yang didalamnya memuat data-data usia, jenis kelamin, gejala klinis, hematologi rutin dan hasil pemeriksaan widal pada pasien demam tifoid dengan hasil pemeriksaan IgM anti

Salmonella typhi (+). Karya tulis ini dilaksanakan di bagian rekam medis Rumah Sakit Pamanukan Medical Center Subang, Rumah Sakit Umum Daerah Ciereng Subang dan Universitas Kristen

Maranatha selama periode 2014.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif retrospektif dari observasi data sekunder yaitu semua rekam medis pasien demam tifoid dengan pemeriksaan pemeriksaan IgM anti Salmonella typhi (+) dari Rumah Sakit Umum Ciereng Subang dan Rumah Sakit Pamanukan Medical Center Subang pada periode Januari sampai Desember 2013 yang akan disajikan

dalam bentuk tabel deskriptif dan

dilakukan perhitungan secara persentase.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(19)

4.1 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Usia (tahun) Jumlah Persentase

(Orang) (%)

Anak-anak (0 - 14) 14 46,7

Dewasa (15 - 64) 14 46,7

Orang tua (>64) 2 6,7

Total 30 100

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah penderita pada usia anak-anak (0 – 14 tahun) dan dewasa (15 – 64 tahun) adalah sama, yaitu didapatkan 14 orang (46,7%), sedangkan pada orang tua (> 64 tahun) didapatkan 2 orang (6,7%). Pada penelitian ini didapatkan usia rata-rata 20,06 tahun dengan standar deviasi 16,06. Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta pada tahun

2004 menunjukkan dari 119 sampel, rata-rata penderita demam tifoid berusia 24,98 tahun6. Penelitian lain yang dilakukan di

Bagian Penyakit Dalam RSCM-FKUI Jakarta, RS Persahabatan Jakarta dan RSUD Tanggerang pada bulan Mei 2006 – Oktober 2006, dari 52 sampel didapatkan penderita demam tifoid terbanyak yaitu berusia antara 21 – 30 tahun sebanyak 28 sampel (53,8%)5.

4.2 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

Laki-laki 15 50

Perempuan 15 50

Total 30 100

Berdasarkan Tabel 4.2 didapatkan bahwa persentase penderita demam tifoid di RS Pamanukan Medical Center dan RSUD Umum Subang antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah sama. Pada penelitian di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta pada tahun 2004, didapatkan

persentase penderita demam tifoid

tertinggi yaitu pada laki-laki 58,8% dari 119 sampel6. Penelitian lain yang

dilakukan di Bagian Penyakit Dalam RSCM-FKUI Jakarta, RS Persahabatan Jakarta dan RSUD Tanggerang pada Mei 2006 – Oktober 2006, didapatkan jumlah penderita demam tifoid terbanyak yaitu

(20)

4.3 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Kadar Leukosit

Kadar Leukosit Jumlah Persentase

(Orang) (%)

Leukositosis 7 23,3

Normal 11 36,7

Leukopenia 12 40

Total 30 100

Berdasarkan Tabel 4.3, pada pasien demam

tifoid didapatkan leukopenia yang

terbanyak yaitu sejumlah 12 orang (40%), sedangkan pasien dengan leukositosis berjumlah 7 orang (23,3%) dan leukosit normal berjumlah 11 orang (36,7%). Pada penelitian yang dilakukan di Bagian Penyakit Dalam RSCM-FKUI Jakarta, RS

Persahabatan Jakarta dan RSUD

Tanggerang, bahwa dari 52 sampel penderita demam tifoid, didapatkan 29 sampel (55,7%) mengalami leukopenia. Salah satu teori menyebutkan bahwa akibat infeksi S. typhi, terjadi perpindahan leukosit dri sirkulasi ke dinding pembuluh darah sehingga leukosit dalam sirkulasi berkurang5.

4.4 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Kadar Trombosit

Kadar Trombosit Jumlah (Orang) Persentase (%)

Trombositosis 0 0

Normal 25 83,3

Trombositopenia 5 16,7

Total 30 100

Berdasarkan Tabel 4.4 didapatkan bahwa jumlah penderita demam tifoid dengan kadar trombosit normal tertinggi, yaitu berjumlah 25 orang (83,3%), sedangkan pasien dengan trombositopenia berjumlah 5 orang (16,7%) dan tidak ada data mengenai pasien dengan trombositosis (0%). Pada penelitian yang dilakukan di Bagian Penyakit Dalam RSCM-FKUI Jakarta, RS Persahabatan Jakarta dan

RSUD Tanggerang pada Mei 2006 –

Oktober 2006, bahwa dari 52 sampel penderita demam tifoid, didapatkan 36

sampel (69,2%) mengalami

trombositopenia5. Begitu pula dengan

penelitian yang dilakukan di RS

(21)

4.5 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Pemeriksaan Widal

Uji Widal Titer H TiterO

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

Negatif 3 10 3 10

1/20 1 3,3 2 6,7

1/40 3 10 1 3,3

1/80 7 23,3 6 20

1/160 9 30 7 23,3

1/320 7 23,3 11 36,7

Total 30 100 30 100

Berdasarkan Tabel 4.5, jumlah penderita demam tifoid dengan hasil Tubex TF positif didapatkan uji widal pada titer H dengan kadar 1/160 merupakan yang tertinggi yaitu sejumlah 9 orang (30%), sedangkan pada titer O terbanyak yaitu dengan kadar 1/320 dengan jumlah 11 orang (36,7%). Pada penelitian di RS Muhammadiyah Palembang pada tahun 2010, hasil tes widal terbanyak yaitu 1/320 pada titer O (67,70%) dan 1/320 pada titer H (61,53%). Pada penelitian tersebut tidak dapat dibandingkan dengan penelitian

sebelumnya karena kriteria positif untuk tes widal berbeda-beda setiap daerah dan

tiap negara. Pada penelitian yang

dilakukan oleh PM Udani, Vimla Purohit dan Paresh Desai (1999), menyebutkan bahwa tes widal dinyatakan positif apabila

titer antigen O ≥1/250 dan antigen H

>1/125. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Y . F .Yap dan S .D. (2007) menggunakan antigen Salmonella typhi O

dan H ≥1/640 sebagai kriteria positif untuk tes widal7.

4.6 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Gejala Klinis

Gejala Klinis Jumlah (Orang) Persentase

Demam 30 100

Mual 18 60

Muntah 14 46,7

Sakit Kepala 13 43,3

Nyeri Abdomen 9 30

Lemas 4 13,3

Pegal-pegal 3 10

Mencret 2 6,7

Nyeri Tenggorokan 2 6,7

Batuk 2 6,7

(22)

Berdasarkan Tabel 4.6, gejala klinis yang didapatkan dari data anamnesis pasien demam tifoid yaitu demam dengan gejala yang tersering lainnya yaitu mual (60%), muntah (46,7%), sakit kepala (43,3%) dan nyeri abdomen (30%). Namun ada pula didapatkan gejala-gejala lain seperti konstipasi (3,3%), mencret (6,7%), lemas (13,3%), nyeri tenggorokan (6,7%), pegal-pegal (10%) dan batuk (6,7%). Terdapat dua gejala klinis mayor yang disebabkan oleh infeksi salmonella yaitu demam tifoid dan gastroenteritis. Pada demam tifoid karakteristik klinis yang didapatkan yaitu demam, gejala gastrointestinal (mual, muntah, diare dan konstipasi) dan

terkadang didapatkan rose spot pada kultur bakteri8. Pada penelitian yang dilakukan di

salah satu rumah sakit anak di Turki, didapatkan gejala demam disertai gejala

gastrointestinal (mual, muntah, diare, dan konstipasi) serta sakit kepala yang merupakan gejala klinis yang paling banyak ditemukan. Ada pula yang disertai gejala batuk, anorexia dan lemas9.

Penelitian demam tifoid pasien rawat inap di RS Muhammadyah Palembang tahun 2010, menunjukkan tanda klinis pada pasien demam tifoid yaitu demam (100%) dan gangguan sistem pencernaan seperti: mual (58,46%), muntah (50,31%), nyeri perut (35,38%) dan anorexia (32,31%)7.

4.7 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Hemoglobin

Jumlah (Orang) Persentase

Anemia 8 26,7

Normal 12 40

Total 30 100

Berdasarkan Tabel 4.7, penderita demam tifoid dengan kadar hemoglobin menurun hanya 26,7%, sedangkan dengan kadar hemoglobin normal yaitu sebesar 40%. S. typhii yang menginvasi ke organ

hemopoietik seperti nodus limfatikus, lien, tonsil, sumsum tulang, dan lainnya dapat

menyebabkan terjadinya depresi

hematopoiesis sehingga dapat

menimbulkan terjadinya anemia10.

SIMPULAN

Pada penelitian ini didapatkan jumlah penderita antara laki-laki dan perempuan adalah sama, pada penderita anak-anak dan dewasa lebih banyak dibanding orang

tua. Pada pemeriksaan hematologi

didapatkan leukopenia, trombosit normal dan kadar hemoglobin normal. Pada uji widal didapatkan pada titer H dengan kadar 1/160 dan pada titer O dengan kadar 1/320 merupakan yang terbanyak. Gejala

klinis yang tersering dikeluhkan yaitu demam dan gejala gastrointestinal.

SARAN

Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat menggunakan sampel yang lebih banyak. Untuk rumah sakit, pencatatan data

anamnesis dan pemeriksaan fisik

diharapkan lebih lengkap disertai

pemeriksaan laboratorium darah rutin serial dan uji widal dilakukan 2 kali pemeriksaan untuk melihat kenaikan titer

(23)

DAFTAR PUSTAKA

1. Maskalyk, J. (2003, July 22). Public Health : Typhoid Fever.

Canadian Medical Association Journal, 169, 132.

2. Lesmana, B. (2009). Gambaran Leukosit Dan Hitung Jenis Pada Pasien Rawat Inap Demam Tifoid Dengan Gall Culture Positif Di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2007 - Juni 2008.

3. Abro, A. H., Abdou, A. M., Gangwani, J. L., Ustadi, A. M., Younis, N. J., & Hussain, H. S. (2009, April-June). Hematological and Biochemical Changes In Typhoid Fever. Pakistan Journal Of Medical Science, 25, 166-171.

4. Intralab, P. M. (Ed.). (2011).

Informasi Produk Tubex TF "Diagnosa Tifoid Definitif Semi Kuantitatif dengan Metode IMBI".

Jakarta, Indonesia: PT Pacific Biotekindo Intralab.

5. Surya, H., Setiawan, B., Shatri, H., Sudoyo, A. W., & Loho, T. (2006). Perbandingan Pemeriksaan Uji Tubex TF Dengan Uji Widal

Dalam Mendiagnosis Demam

Tifoid.

6. Pohan , H. T. (2004, April - June).

Clinical and Laboratory

Manisfestation of Typhoid Fever at Persahabatan Hospital, Jakarta.

Division of Tropical and

Infectious Disease Departement of Internal Medicine Faculty of Medicine of The University of Indonesia, Jakarta, 36.

7. Saraswati, N. A., AR, J., & Ulfa,

M. (2012, September).

Karakteristik Tersangka Demam Tifoid Pasien Rawat Inap di

Rumah Sakit Muhammadiyah

Palembang Periode Tahun 2010.

Syifa' Medica, 3.

8. Scherer, C. A., & Miller, S. I. (n.d.). Molecular Pathogenesis of Salmonella. In E. A. Groisman,

Principles of Bacterial

Pathogenesis (pp. 266 - 316). Washington: Academic Press.

9. Yaramis, A., Yildrim, I., Katar, S., Ozbek, M. N., Yalcin, I., Tas, A. M., et al. (2001). Clinical and

Laboratory Presentation of

Typhoid Fever. International

Pediatrics, 16.

10. Okafor, A. I. (2007).

(24)

32

DAFTAR PUSTAKA

Abro, A. H., Abdou, A. M., Gangwani, J. L., Ustadi, A. M., Younis, N. J., &

Hussain, H. S. (2009, April-June). Hematological and Biochemical

Changes In Typhoid Fever. Pakistan Journal Of Medical Science, 25,

166-171.

Arifin, S., Hartoyo, E., & Srihandayani, D. (2010). Hubungan Tingkat Demam

Dengan Hasil Pemeriksaan Hematologi Pada Penderita Demam Tifoid.

Cara Membaca Hasil Laboratorium| Nilai Normal Hasil Laboratorium. (2012,

July

26).

Retrieved

from

Info

Laboratorium

Kesehatan:

https://infolaboratoriumkesehatan.wordpress.com

Chaerunnisa N, T. A. (2013). Proportion Of Positive IgM Anti Salmonella typhi

09 Examination Using Tubex With Positive Widal Examination In

Clinical Patient Of Acute Typhoid Fever In Dr. H. Abdul Moeloek

Hospital Bandar Lampung.

Fauci, A.S., Kasper, D.L., Longo, D.L., Braunwald, E., Jameson, J.L., Hauser,

S.L., & Loscalzo, J. (2008).

Harrison’s : Principles Of Internal Medicine

. 17

th

Edition. United State. pp: 3156 - 3157

Herawati, M. H., & Ghani, L. (2009). Hubungan Faktor Determinan dengan

Kejadian

Tifoiddi

Indonesia

Tahun

2007.

Media

Penelitian

Pengembangan Kesehatan, XIX.

Hosoglu, S., Aldemir, M., Akalin, S., Geyik, M. F., Tacylidiz, I. H., & Loeb, M.

(2004, January 29). Risk Factors for Enteric Perforation In Patients With

Typhoid Fever. Johns Hopkins Bloomerang School of Public Health, 160,

46 - 50.

Inawati. (2008). Demam Tifoid. Demam Tifoid.

Intralab, P. M. (Ed.). (2011). Informasi Produk Tubex TF "Diagnosa Tifoid

Definitif Semi Kuantitatif dengan Metode IMBI". Jakarta, Indonesia: PT

Pacific Biotekindo Intralab.

Krishna, D. S. (2013, May). A Comparative Study Of Typhoid And Widal Test In

The Diagnosis Of Typhoid Fever. Journal Of Evolution Of Medical And

(25)

33

Kumala, F. D. (2010, May 4). Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Retrieved

from http://fransiscakumala.wordpress.com/

Lesmana, B. (2009). Gambaran Leukosit Dan Hitung Jenis Pada Pasien Rawat

Inap Demam Tifoid Dengan Gall Culture Positif Di Rumah Sakit

Immanuel Bandung Periode Januari 2007 - Juni 2008.

Maskalyk, J. (2003, July 22). Public Health : Typhoid Fever. Canadian Medical

Association Journal, 169, 132.

Nelwan, R., Zulkarnain, H. I., Widodo, D., Pohan, H. T., Setiawan, B., Suhendro,

et al. (2012). 13th Jakarta Antimicrobial Update 2012 "Facing New

Challenges of Infectious Disease: The Art of Antimicribial". (R. Nelwan,

H. I. Zulkarnain, D. Widodo, H. T. Pohan, B. Setiawan, Suhendro, et al.,

Eds.) Jakarta, Indonesia: Division of Tropical Medicine and Infectious

Disease, Departement of Internal Medicine, Faculty of Medicine Univesity

of Indonesia, Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital.

Okafor, A. I. (2007). Haematological Alterations Due To Typhoid Fever In Enugu

Urban- Nigeria. Malaysian Journal of Microbiology , 3 (2), 19 - 22.

Pohan , H. T. (2004, April - June). Clinical and Laboratory Manisfestation of

Typhoid Fever at Persahabatan Hospital, Jakarta. Division of Tropical and

Infectious Disease Departement of Internal Medicine Faculty of Medicine

of The University of Indonesia, Jakarta, 36.

Rohman. (2010). Distribusi Penderita Demam Tifoid Menurut Umur dan Gejala

(Studi Kasus di RSI Roemani). Retrieved from Prosiding Seminar Nasional

Unimus: http://jurnal.unimus.ac.id

Saraswati, N. A., AR, J., & Ulfa, M. (2012, September). Karakteristik Tersangka

Demam Tifoid Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Muhammadiyah

Palembang Periode Tahun 2010. Syifa' Medica, 3.

Scherer, C. A., & Miller, S. I. (n.d.). Molecular Pathogenesis of Salmonella. In E.

A. Groisman, Principles of Bacterial Pathogenesis (pp. 266 - 316).

Washington: Academic Press.

Surya, H., Setiawan, B., Shatri, H., Sudoyo, A. W., & Loho, T. (2006).

Perbandingan Pemeriksaan Uji Tubex TF Dengan Uji Widal Dalam

Mendiagnosis Demam Tifoid.

Todar PhD, K. (2008 - 2012). Salmonella and Salmonellosis. Retrieved from

Todar's Online Textbook Of Bacteriology:

(26)

34

Wallach, J. (2000). Interpretation of Diagnostic Tests (7 ed.). Philadelphia, USA:

Lippincott Williams & Wilkins.

Yaramis, A., Yildrim, I., Katar, S., Ozbek, M. N., Yalcin, I., Tas, A. M., et al.

(2001). Clinical and Laboratory Presentation of Typhoid Fever.

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis penelitian ini adalah (1) model penemuan terbimbing memberikan hasil belajar yang sama dengan model cooperative learning, tetapi lebih baik

Dengan sasaran partai politik yang ada di Kabupaten Pelalawan, partai-partai politik yang sepakat untuk berkoalisi, serta pasangan calon bupati dan wakil bupati

2.3 The Procedure of Teaching Descriptive Writing Using Collaborative Learning (CL). The most important factor in writing exercises is that

Gerakan melingkar yang lebar, melibatkan penggunaan seluruh telapak tangan dengan penekanan yang utamanya berasal dari tumit tangan – dengan ditopang oleh

Eritema multiforme adalah suatu penyakit mukokutan bersifat akut, self limiting yang lebih sering mengenai individu muda dan kurang pada dewasa dan

Pengarah Eksekutif Kanannya, Wan Heng Choon, berkata GST juga adalah lebih telus dan seragam berbanding cukai jualan dan perkhidmatan (SST) yang dikenakan ketika ini yang

Selanjutnya ditegaskan pula bahwa pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan dilakukan oleh Petugas Polisi Negara Republik Indonesia dan atau petugas pemeriksa Pegawai Negeri Sipil

Tidak terdapat perubahan pada Dokumen Lelang untuk Pekerjaan Jasa Konstruksi Pembangunan Gedung Balai Nikah KUA Kecamatan Merigi Kelindang Kabupaten Bengkulu Tengah