PUYUH
(Survey Pada Peternak Burung Puyuh Di Kabupaten Sukabumi)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Manajemen Bisnis
Oleh:
Fahima Aulia Putri 0807056
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN BISNIS
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
Fahima Aulia Putri, 2014
(Survey Pada Peternak Burung Puyuh Di Kabupaten Sukabumi)
Oleh
Fahima Aulia Putri 0807056
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikaan Ekonomi dan Bisnis.
©Fahima Aulia Putri Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
HUBUNGAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN DENGAN KEBERHASILAN USAHA PADA PETERNAK BURUNG PUYUH
(SURVEY PADA PETERNAK BURUNG PUYUH DI KABUPATEN SUKABUMI)
Skripsi ini disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing
Prof. Dr. H. Agus Rahayu, MP. NIP. 19620607 198703 1 002
Mengetahui,
Dekan Fakultas
Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. H. Edi Suryadi, M. Si.
NIP. 19600412 198603 1 002 Ketua Program Studi Pendidikan Manajemen Bisnis
Dr. Lili Adi Wibowo, S.Pd, S.Sos, M.M. NIP. 19690404 199903 1 001
Tanggung Jawab Yuridis Ada Pada Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada masa pertengahan 1997,
memberikan pelajaran yang berharga kepada bangsa Indonesia betapa mahalnya
harga yang harus dibayar untuk model ekonomi kapitalistik yang pada dasarnya
mengejar pertumbuhan tinggi tanpa diimbangi oleh pemerataan yang memadai.
Terjadinya krisis ekonomi telah menyadarkan bangsa Indonesia bahwa
pengelolaan ekonomi tidak boleh diserahkan sepenuhnya pada usaha-usaha skala
besar. Strategi pembangunan ekonomi pada masa lalu yang mengutamakan
pertumbuhan dan mengesampingkan pemerataan tertentu hanya menghasilkan
sosok ekonomi yang rapuh. Masalah tersebut diperkirakan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi dunia yang lebih parah dan panjang serta mengganggu
ekonomi negara maju. (Sumber:www.komoditasindonesia.com).
Sementara itu, untuk menangkal krisis global, Kementerian Perindustrian
memilih menggalakkan pertumbuhan industri kecil dan menengah terbukti mampu
tahan terhadap krisis ekonomi. Total investasi yang telah terbentuk oleh industri
ini mencapai Rp 244 triliun dengan jumlah tenaga kerja sebesar 3,8 juta pada
2010. (Majalah Bloomberg Businessweek/40 22 Desember-11 Januari 2012).
Pemerintah mendorong usaha kecil dan menengah (UKM) untuk terus
tumbuh sehingga bisa lebih banyak menyerap tenaga kerja. UKM diharapkan
UKM Syarif Hasan mengungkapkan, pertumbuhan UMKM di Indonesia
meningkat dua tahun terakhir. Bila dua tahun lalu jumlah UKM berkisar 52,8 juta
unit usaha, di tahun 2010 berjumlah 53,8 juta dan pada 2011 sudah bertambah
menjadi 55,2 juta unit. Jumlah UKM yang terus meningkat ini diharapkan bisa
sebanding dengan penyerapan tenaga kerja.Sebagai catatan, rata-rata UKM bisa
menyerap 3–5 tenaga kerja. Dengan adanya penambahan sekitar 3 juta unit UKM,
dalam dua tahun terakhir, jumlah tenaga yang terserap bertambah 15 juta orang.
(www.depkop.go.id,19:50, 19 Desember 2012).
Usaha kecil dan mengengah (UKM) merupakan kelompok usaha yang
paling dapat bertahan ketika krisis ekonomi melanda negeri ini. Perkembangan
jumlah unit usaha kecil menengah yang terus meningkat, tentunya akan dapat
membuka lapangan kerja yang besar. Namun demikian usaha kecil ini masih
dipandang sebagai usaha yang lemah kinerjanya..
Menurut Ardiana Brahmawanti dalam jurnal Manajemen dan
kewirausahaan (2010;12) Usaha kecil dan menengah merupakan kegiatan usaha
yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi
yang luas pada masyarakat dapat berperan dalam proses pemerataan dan
peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomidan
berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional pada umumnya dan stabilitas
ekonomi pada khususnya. Ketersediaan bahan baku lokal bagi industri kecil dan
menengah merupakan keunggulan tersendiri yang memungkinkan dapat
beroperasi secara efisien. Pada sisi lain modal kerja yang dibutuhkan relatif kecil,
untuk mendirikan unit-unit usaha dengan kadar kecanggihan teknik produksi yang
terjangkau. Dalam batas-batas tertentu kegiatan industri kecil dan menengah dapat
mengurangi sebagian beban import sehingga dalam kerangka strategis, hal ini
dapat menghemat devisa.
Menurut Siti Nursyamsiah dalam jurnal Kajian Bisnis dan Manajemen
(2005;17) Selaras dengan program pembangunan ekonomi pemerintah Indonesia,
dimana titik tolak diarahkan pada peningkatan kesejahteraan dan pengentasan
kemiskinan melalui pemberdayaan ekonomi rakyat, maka diperkirakan Indonesia
memerlukan tambahan sekitar 20 juta unit usaha baru di luar sektor pertanian,
dalam 15 tahun mendatang dalam rangka meningkatkan daya dukung
pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja bagi penduduk Indonesia.
Hal ini berarti harus menumbuh kembangkan 1,3 juta unit usaha baru di
Indonesia setiap tahunnya, padahal infrastruktur untuk mewujudkannya relatif
sangat terbatas.
Menurut Marliana Budhiningtias dalam jurnal majalah ilmiah (2008;14)
untuk periode tahun 2005 - 2009 dicanangkan untuk menumbuhkan 6 juta unit
usaha UMKM baru di Indonesia. Pengembangan wirausaha baru terkait dengan
upaya menumbuhkan lingkungan usaha yang kondusif, menumbuhkan kemauan
masyarakat untuk berwirausaha, meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
berwirausaha.
Namun demikian pengembangan UKM harus disertai dengan
pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) dalam berbagai aspek. Salah satu
adalah SLTA (44,1%), D-3 (7,4%), dan S-1 (17,9%) dan sisanya dibawah SLTA.
Fakta ini sebenarnya menepis pandangan bahwa pendidikan UKM di Indonesia
relatif rendah. Namun peningkatan kualitas SDM sangat diperlukan terutama di
bidang kompetensi SDM seperti knowledge, skill dan ability serta attitude dalam
berwirausaha. Pengembangan SDM harus dilakukan tidak hanya kepada UKM
sebagai pemilik usaha, tetapi juga para pekerjanya.
Usaha Kecil Menengah (UKM) saat ini memiliki peran yang sangat besar
terhadap pembangunan ekonomi di Indonesia, Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
mempunyai peran yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi nasional, hal
ini terlihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia
yang terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan hasil survei dan perhitungan
Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi UKM terhadap PDB Indonesia yang terus
meningkat setiap tahunnya.
TABEL 1.1
PRODUK DOMESTIK BRUTO MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2013 (MILIAR RUPIAH)
NO LAPANGAN USAHA TAHUN 2013
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan 322.805.20
2 Pertambangan dan penggalian 245.667.60
3 Industri Penglahan 506.258.20
4 Listrik, Gas dan Air bersih 17.744.40
5 Konstruksi 218.495.70
6 Perdagangan Hotel dan Restoran 302.913.10
7 Pengangkutan dan Komunikasi 145.968.40
8 Keuangan, Real estate dan Jasa perusahaan 162.706.80
9 Jasa jasa 223.811.60
PDB 2.146.381.00
PDB Tanpa Migas 1.986.574.10
Sumber: www.bps.go.id/pdb.php
agrobisnisnya, karena negara kita negara agraris yang kaya akan sumber daya
alam yang melimpah banyaknya serta mudah untuk diperbaharui berbeda dengan
sumber daya lainnya yang tidak dapat diperbaharui. Untuk itu diperlukan
wirausaha-wirausaha yang tangguh untuk dapat memaksimalkan potensi atau
peluang yang ada dengan sebaik-baiknya, sehingga kita dapat merasakan
hasilnya.Kekuatan ekonomi suatu negara memiliki korelasi yang positif dengan
kontribusi UKM) terhadap perekonomian suatu negara.Semakin besar kontribusi
UKM terhadap perekonomian maka makin kuat ekonomi tersebut.
Sektor Usaha Kecil dan Menengah di Jawa Barat menjadi penyumbang
terbesar bagi Produk Domestik Regional Bruto Jawa Barat yakni mencapai 62,3
persen. Menurut Kepala Dinas Koperasi dan UKM Jawa Barat Wawan Hermawan
Jumlah UKM di Jawa Barat mencapai 8,2 juta, terbesar di Indonesia. Dan
berkontribusi ke PDRB secara keseluruhan mengungguli usaha berskala
besar,.(Sumber : http://www.antarajawabarat.com, 09.00, 2 Maret 2013)
Tahun 2009 ketika krisis global yang belum berlalu ketika terjadi
penurunan daya beli yang kemudian mendorong substitusi pangan ke produk
unggas, industri peternakan masih mampu bertahan.
Di indonesia sendiri, khususnya peternakan unggas. Produk unggas yang
tetap bertahan ditengah krisis salah satunya adalah burung puyuh, yang termasuk
sebagai protein hewani yang harganya relatif murah dibandingkan dengan harga
daging sapi.
Provinsi Jawa Barat sebagai mitra terdepan dari ibukota menghadapi
mengembangkan sektor industri pangan, mengingat wilayah Jawa Barat masih
memiliki potensial sumberdaya yang relatif cukup mendukung bagi tumbuhnya
sektor hulu, budidaya, hingga industri hilir. Dilain pihak posisi geografis yang
menarik mendorong masuk dan tumbuhnya peluang bagi sektor-sektor ekonomi
lainnya yang berpengaruh terhadap penggunaan sumberdaya di sejumlah wilayah
menjadi kompetitif. Di sejumlah wilayah kabupaten, sektor pertanian termasuk
peternakan mampu diandalkan menjadi tujuan investasi dan dalam perekonomian
sektor peternakan mempunyai peranan penting dalam menunjang keberhasilan
pembangunan daerah, sehingga pemerintah memberikan dukungan dalam bentuk
kebijakan yang memadai terhadap perkembangan sektor ini.
Selain itu Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memilki peluang
yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi.Jawa Barat memiliki potensi
sumber daya manusia dan sumber daya alam yang besar serta ditunjang dengan
tersedianya sarana dan prasarana informasi dan kelembagaan serta informasi
yang relatif lengkap.
Besaran potensi kontribusi dari sektor pertanian di Jawa Barat terhadap
pembangunan ekonomi tidak terlepas dari kontribusi sub sektor peternakan di
dalam struktur perekonomian. Kontribusi pertumbuhan ekonomi sektor
peternakan terhadap pertanian dan regional menunjukkan kecenderungan yang
selalu meningkat antar waktu, dibandingkan dengan sub sektor lainnya. Hal ini
dapat dilihat pada periode tahun 1900-an kontribusi pembentukan PDB
peternakan terhadap pertanian masih berkisar antara 3% dan 5% dari total PDB,
Secara relatif pangsa output sektor peternakan terbilang masih cukup rendah,
namun laju pertumbuhan ekonomi yang dimiliki merupakan yang tertinggi
dibandingkan dengan subsektor lainnya di dalam sektor pertanian di Jawa Barat.
Tinggi laju pertumbuhan PDB peternakan tersebut, antara lain ditunjang oleh
peluang dan potensi pengembangan subsektor peternakan yang masih
luas.Kecenderungan laju pertumbuhan yang selalu meningkat merupakan indikasi
yang menunjukkan bahwa sektor peternakan dapat berperan sebagai komponen
pengungkit (leverage) yang signifikan bagi pertumbuhan perekonomiaan Jawa
Barat.
TABEL 1.2
POPULASI TERNAK (EKOR) DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012
No Jenis Ternak Jumlah Populasi (ekor)
1 Sapi Potong 429,637
2 Sapi Perah 136,054
3 Kerbau 121,854
4 Kuda 14,418
5 Kambing 2,303,256
6 Domba 8,249,844
7 Babi 7,620
8 Ayam Buras 27,224,219
9 Ayam Ras Petelur 12,271,938
10 Ayam Ras Pedaging 101,739,384
11 Itik 8,773,043
12 Kelinci 282,553
13 Merpati 135,966
14 Puyuh 394,937
Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
Dari Tabel 1.2, jumlah persebaran populasi ternak di dominasi dengan
peternakan ayam, khususnya untuk ayam ras pedaging. Jumlah tersebut mampu
menyaingi jumlah populasi ternak lainnya seperti sapi, kambing, kerbau, dan
lainnya.Persebaran ternak di Provinsi Jawa Barat ini tersebar luas di 17 Kabupaten
Memasuki periode pembangunan tahun 2013 di Jawa Barat. Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat menyusun Rencana Kerja (Renja) yang
merupakan perencanaan pembangunan peternakan di Jawa Barat. Mengacu
kepada kebutuhan dan permasalahan pembangunan peternakan di Jawa Barat yang
sesuai dengan potensi sumber daya tersedia dengan tetap menjaga
kesinambungan pembangunan sesuai yang di arahkan didalam RPJMD (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah) dan Renstra (Rencana Strategi) Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat tahun 2008-2013.
Berdasarkan RPJMD Provinsi Jawa Barata tahun 2008-2013. Kebijakan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada sub sektor peternakan, program janji
gubernur pada bidang peternakan yang dilaksanakan melalui peningkatan nilai
produksi dan nilai tambah hasil pertanian. Kebijakan pembangunan kewilayahan
berdasarkan kawasan andalan pada subsektor peternakan yang difokuskan pada
peningkatan produsi dan distribusi pangan (protein hewani) yaitu pada
kawasan-kawasan andalan Bodebekpunjur, Sukabumi, Ciayumajakuning, Priangan Timur -
Pangandaran, Purwasuka.
Kondisi pembangunan peternakan di Kabupaten Sukabumi sebagai salah
satu Kabupaten yang memiliki jumlah peternak yang dominan, mendukung
Kabupaten Sukabumi menjadi kawasan agribisnis berbasis peternakan. Target
utama pembangunan pertanian dan peternakan 2010-2014 terdiri dari Empat hal,
yakni :
1. Pencapaian swasesembada berkelanjutan
3. Peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor
4. Peningkatan kesejahteraan petani.
Keempat sasaran program di atas bertujuan pada perkembangan agribisnis
untuk membangun daya saing tinggi dengan memanfaatkan keunggulan
komparatif yang dimiliki jumlah penduduk 237.600.000 jiwa dengan konsumsi
daging masyarakat Kabupaten Sukabumi menurut data tahun 2011 adalah
2,09kg/kapita/tahun maka kebutuhan daging mencapai 3.575.175 kg per tahun.
Sebagai salah satu pemasok hasil peternakan tertinggi ke Jakarta, selain
dikarenakan jarak tempuh yang dekat, Kabupaten Sukabumi memiliki 482 jumlah
lokasi peternak yang tersebar di beberapa kecamatan sehingga mampu mencukupi
kebutuhan lokal dan luar (sumber : www.republika.co.id, 16:56, 16 juni 2013).
Hal ini menunjukkan besarnya potensi ternak di wilayah Kabupaten Sukabumi.
TABEL 1.3
DATA POPULASI TERNAK DAN PRODUKSI DAGING KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2012
Jenis Ternak Populasi Produksi Daging
Sapi Lokal / Potong 20.074 1.404.688 kg
Sapi Perah 6.636 64.435 kg
Kerbau 12.014 72.120 kg
Kambing 82.335 128.778,53 kg
Domba 468.569 604.566,47 kg
Ayam Broiler 8.247.290 43.875.583 kg
Puyuh 131.763 3.623 kg
Itik 107.400 94.244 kg
Ayam Breeder 2.373.118 1.860.525 kg
Ayam Buras 1.184.469 -
Ayam Ras 2.294.347 1.284.834 kg
Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi
Berdasarkan Tabel 1.3, Jumlah populasi ayam di Kabupaten Sukabumi
sangat tinggi dibandingkan dengan sapi, kambing, domba, dan lainnya. Sehingga
burung puyuh, jumlah produksi daging terbilang rendah, di karenakan burung
puyuh masih di manfaatkan untuk produksi telur dan produksi daging puyuh
hanya di lakukan pada saat puyuh mencapai usia afkir.
Ketika terjadi penurunan daya beli mendorong subtitusi pangan ke produk
unggas. Produk unggas yang masih bertahan selain ayam adalah burung puyuh
sebagai pengganti protein hewani yang harganya relatif murah dibandingkan
dengan daging sapi.
Burung puyuh yang mempunyai nama latin Coturnix-coturnix Japonica
dan termasuk dalam keluarga Phasianidae ini, aslinya adalah burung liar yang
pertama kali diternakan di Amerika Serikat tahun 1870. Di Indonesia Puyuh
mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Selain dapat dinikmati
telur dan dagingnya, banyak yang sudah memanfaatkan bulu burung puyuh ini
sebagai bahan aneka kerajinan. Satu manfaat lagi yang diperoleh dari ternak
burung puyuh ini adalah kotoran yang dihasilkan dimanfaatkan sebagai pupuk
kandang ataupun pupuk kompos. Dengan tingkat kebutuhan pasar yang tinggi
menjadikan peternakan burung puyuh ini sebagai peluang usaha yang
menjanjikan. Di Indonesia, telur puyuh bisa didapatkan dengan mudah dengan
harga yang relatif murah. Sedangkan di kawasan Eropa Barat dan Amerika Utara,
telur puyuh dianggap sebagai makanan mewah.
Selain dagingnya yang dapat di konsumsi, burung puyuh juga
memproduksi telur yang memiliki manfaat segudang banyaknya. Dengan berat 10
gram hingga 12 gram, satu butir telur puyuh memiliki berbagai unsur yang
empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan telur ayam, yang memiliki berat 50
hingga 70 gram per butir. Telur puyuh mengandung 13 persen protein, telur ayam
hanya 11 persen. Selain itu, telur puyuh mengandung 140 mu-g vitamin B1,
bandingkan dengan 50 mu-g yang ada di telur ayam. Kandungan vitamin A dan
B2 telur puyuh dua kali telur ayam. Telur puyuh memiliki zat besi dan potasium
lima kali lebih banyak daripada telur ayam. Karena kandungan tersebut, telur
puyuh masuk dalam kategori dietary food. Telur puyuh tidak memiliki kolesterol
jahat (LDL) dan sangat kaya dengan kolesterol baik (HDL). Tidak seperti telur
ayam, telur puyuh tidak menyebabkan alergi bila di konsumsi dalam jumlah
banyak. Telur puyuh bisa membantu mengatasi gejala alergi. Telur puyuh
mengandung protein ovomucoid, yang dipakai untuk produksi obat anti alergi.
TABEL 1.4
KONTRIBUSI KANDUNGAN TELUR UNGGAS
Jenis Unggas Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%) Abu (%)
Ayam Ras 12.7 11.3 0.9 1.0
Ayam Buras 13.4 10.3 0.9 1.0
Itik 13.3 14.5 0.7 1.1
Angsa 13.9 13.3 1.5 1.1
Merpati 13.8 12.0 0.8 0.9
Kalkun 13.1 11.8 1.7 0.8
Puyuh 13.1 11.1 1.0 1.1
Sumber : CV. Slamet Quail Farm
Berdasarkan Tabel 1.4 kontribusi kandungan telur puyuh terbilang cukup
baik. Telur puyuh memiliki kandungan protein yang cukup tinggi di bandingkan
telur unggas lainnya, Sedangkan kandungan lemak pada telur puyuh terbilang
cukup rendah di bandingkan telur itik yang memiliki kandungan lemak 14.5%.
Kandungan karbohidrat pada telur puyuh pun mampu mengungguli dari telur
Burung Puyuh mempunyai siklus hidup relatif singkat dengan laju
metabolisme yang tinggi. Seekor Puyuh sudah mencapai dewasa dan mulai
bertelur pada umur 41 hari. Dalam setahun, seekor Puyuh dapat menghasilkan
telur 250-350 butir. Setelah itu tingkat produktifitas telurnya akan turun, dan
Puyuh akan diafkir dan dijual ke pasar. Dengan demikian, jika memelihara puyuh
1000 ekor, minimal 80% dari populasi akan bertelur setiap hari, berarti setiap hari
paling tidak akan terdapat sekitar 800 butir. Guna menghasilkan produksi burung
puyuh yang baik, penempatan dan perawatan puyuh pun perlu di perhatikan.
Habitat yang ideal, jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk, mempunyai
strategi transportasi, terutama jalur sapronak (sarana produksi peternakan) dan
jalur pemasaran. Bebas dari wabah penyakit, bukan merupakan daerah sering
banjir, selalu mendapatkan sirkulasi udara yang baik. Sedangkan untuk
perkandangan, temperatur kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25 derajat
C, kelembaban kandang berkisar 30-80%, penerangan kandang pada siang hari
cukup 25- 40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca
mendung/musim hujan), tata letak kandang diatur agar sinar matahari pagi dapat
masuk kedalam kandang. Hal ini perlu di terapkan untuk menjaga kualitas dari
burung puyuh tersebut.
Di Sukabumi sendiri, peternakan burung puyuh berkembang sekitar tahun
1992, Pada mulanya hanya berbentuk usaha rumahan yang di kelola oleh
peternak-peternak setempat. Pada tahun 2010 di bentuk kelompok tani, salah
satunya Kelompok Tani Cilangkap yan bergerak di bidang peternakan burung
DOQ, bibit GPS, bibit PS, dan Final Stock), penyedia sarana produksi peternakan
bagi anggota Inti-Plasma. Pembentukan Kelompok Tani Cilangkap sendiri sebagai
Sub Kelompok dibina oleh Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi, Penyuluh
Pendamping dan Kepala BP3K (Badan Pelaksana Penyuluhan Pertaninan
Perikanan). Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Wirausaha Budidaya Burung
Puyuh, yakni :
1. Harga telur puyuh belum pernah dijual di bawah modal
2. Antara Supply dan Demand tidak seimbang, sehingga mencipitakan banyak
peluang
3. Dibandingkan dengan usaha ternak unggas lainnya, penyakit pada burung
puyuh lebih sedikit.
4. Sistem pembayaran dalam penjualan hasil burung puyuh selalu tunai / cash
5. Konglomerasi belum masuk dalam usaha burung puyuh (masih dibudidayakan
UMKM)
6. Sangat mini dalam penggunaan lahan dan waktu kerja
7. Kotoran burung puyuh bisa di gunakan sebagai pupuk organik dan pakan
alternatif di bidang perikanan
TABEL 1.5
JUMLAH KELOMPOK TERNAK BURUNG PUYUH KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2009–2012
Tahun 2009 2010 2011 2012
Jumlah
Peternak 7 17 15 14
Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi
Berdasarkan Tabel 1.5, jumlah kelompok ternak burung puyuh di
peternak pada tahun 2011 menjadi 15 peternak, dikarenakan banyaknya peternak
puyuh yang beralih menjadi peternak ayam arab.
TABEL 1.6
DAFTAR PETERNAK BURUNG PUYUH KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT TAHUN 2012
NO. NAMA
1 Karang Taruna Karya Guna
2 Kelompok Tani Cilangkap Farm
3 Makmur
4 At-Tijarah (Pondok Pesantren)
5 Sangkar Maju Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi
Berdasarkan Tabel 1.6, jumlah peternak burung puyuh di Kabupaten
Sukabumi berjumlah 14 kelompok yang di bawahi Dinas Peternakan Kabupaten
Sukabumi dan Diskoperindag.
TABEL 1.7
DATA VOLUME PRODUKSI DAN PENJUALAN TELUR BURUNG PUYUH KABUPATEN SUKABUMI
Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi
Berdasarkan Tabel 1.7, jumlah volume produksi dan penjualan telur
burung payuh dapat di katakan mencapai pada titik tertinggi pada tahun 2010.
penurunan. Hal ini di karenakan jumlah peternak burung puyuh di Kabupaten
Sukabumi pada tiap tahunnya mengalami penurunan.
Peluang bisnis burung puyuh tak sebatas pada telurnya. Daging dan
kotorannya pun menawarkan rupiah. Bulu burung puyuh pun juga sudah banyak
di gunakan dalam bentuk kerajinan.
Prospek Telur, sampai kini belum ada angka statistik populasi puyuh yang
akurat. Namun, menurut Totok Setyarto, Direktur pemasaran PT Cargill
Indonesia, salah satu produsen pakan puyuh di Jakarta.Berdasarkan jumlah pakan
yang beredar, populasi puyuh diperkirakan hanya sekitar 10 juta ekor dengan
penyebaran terbanyak di Jawa Tengah dan Yogyakarta sekitar 50%, Jawa Timur
30%, Jawa Barat 15% dan lokasi lain 5%, (Sumber:
http://www.agrina-online.com). Permintaan terhadap produk puyuh, yaitu telur dan daging, cukup
tinggi. Menurut Slamet Wuryadi, Pemilik CV. Slamet Quail Farm dan Ketua
Pusat Asosiasi Peternak Puyuh Indonesia (APPI) periode 2010-2015, besarnya
permintaan 8 juta butir/minggu atau 32 juta butir/bulan, sementara baru mampu di
pasok 9 juta butir/bulan, berarti baru 28% pelanggan. Masih ada peluang sebanyak
72% belum mampu di penuhi. Sementara pasar nasional, menurut perhitungan
pihak PT Peksi, sebanyak 30 juta butir/minggu atau 120 juta butir/bulan.
Sedangkan pasar internasional mencakup Uni Emirat Arab, Bahrain, Jepang, dan
Malaysia. Untuk Jepang sendiri memerlukan 30 ton telur/bulan.
Kondisi tersebut membuat harga telur cenderung tinggi. Slamet
menegaskan, sejak awal berkenalan dengan puyuh pada 1992, harga telur tidak
Kemitraan PT Peksi menjelaskan, BEP telur sekitar Rp150/butir. Harga jual telur
akhir Agustus 2011 di peternak berkisar Rp 200 - Rp210/butir dan di tingkat
konsumen mencapai Rp230/butir atau Rp250/butir dalam bentuk matang.
Tidak hanya telur dan daging, kotoran puyuh pun bisa diuangkan. Kotoran
puyuh difermentasikan itu protein kasarnya bisa 28,8%. Kalau tidak diapa-apakan
17,51% sama dengan pakan pabrikan untuk ikan. Menurut Denden Ihsan
Rahmatulloh, pengurus Koperasi Tani Sejahtera (KTS) yang beroperasi di daerah
Kalapanunggal, Sukabumi, harganya yang di pasarkan sendiri cukup lumayan, 1
karung (40 kg) di beri harga Rp10 ribu rupiah.
Kotoran puyuh sangat baik digunakan sebagai pupuk. Berdasarkan hasil
analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB Bogor, kotoran
mengandung kalsium dan fosfor sebesar 3,54% dan 0,73%. Sedangkan bila telah
difermentasi, kandungan kalsium dan fosfornya menjadi 7,1% dan 1,61%.Kebun
jagung yang menggunakan pupuk ini hasilnya sangat bagus. Tanaman sayuran
yang dipupuk dengan kotoran puyuh pun tumbuh subur. Lahan KTS seluas 4,5 ha,
baru tergarap 1,7 ha. Untuk memupuk 4,5 ha perlu kotoran dari 90 ribu ekor.
TABEL 1.8
ANALISA USAHA BUDIDAYA BURUNG PUYUH
Jumlah Burung Puyuh 1.000 ekor @Rp. 8750,-
Produksi 80%
Umur Afkir 18 Bulan
Harga Kandang Rp. 500.000,-/unit
Pakan Rp. 5.500,-/kg (22gr/ekor/hari)
Harga Obat, Vitamin Rp. 1.500,-/hari/1.000 ekor
Harga Kotoran Rp. 250,-/kg
Telur Konsumsi Rp. 250,-/butir
Afkir Rp. 3.000,-/ekor
Listrik Rp. 20.000,-/bln
Berdasarkan Tabel 1.8 , ternak burung puyuh terbilang cukup menjanjikan
dengan jumlah produksi sekitar 80%. Selain penggunaan modal yang ringan,
biaya operasional yaitu pemberian pakan, perawatan, dan pemeliharaan terbilang
cukup murah di bandingkan dengan keuntungan yang di dapatkan.
Cara yang ditempuh untuk meningkatkan efisiensi ini adalah dengan cara
melakukan peningkatan supply guna memenuhi demand yang cukup tinggi, salah
satunya adalah pada fungsi manajemen operasi (produksi). Salah satu faktor
pemicu perkembangan manajemen produksi dan operasi pada dewasa ini adalah
tuntutan konsumen/pelanggan.
Permintaan (demand) yang cukup tinggi, mengharuskan suatu industri
untuk meningkatkan jumlah produksi (supply). Isu bisnis global dewasa ini marak
membicarakan hal yangberkaitan dengan keamanan produk (product safety),
kesinambungan produksi (production sustainibility), manajemen mutu terpadu
(total quality management), persaingan dan kerjasama (Co-opetion), serta semakin
disadari jika konsumen telah berkembang menjadi pemilik. Persaingan di bidang
kesinambungan produksi berubah semakin tinggi dan semakin canggih, hal ini
diakibatkan karena pentingnya kesinambungan produksi (production
sustainibility) dalam memenangkan persaingan di saat ini. Hal tersebut
menyebabkan banyak perusahaan menerapkan cara-cara baru di bidang
manajemen persediaan (inventory management) serta mengharuskan pihak
personalia untuk memahami dan menjiwai konsep manajemen yang diadopsi
Keharusan untuk mencapai kesinambungan produksi (production
sustainibility) telah disadari semakin kritis oleh peternak, oleh karena itu peternak
melakukan suatu metode baru untuk mencapainya yang kemudian berimbas pada
bagaimana mengelola persediaan perusahaan dengan lebih baik dan menghasilkan
produktivitas yang tinggi, sehingga mampu memenuhi permintaan dan bersaing di
dalam pasar.
Sumber : Disnak Kabupaten Sukabumi
GAMBAR 1.1
SUPPLY DAN DEMAND TELUR PUYUH KABUPATEN SUKABUMI JANUARI 2013 - JUNI 2013
Berdasarkan Gambar 1.1, Supply dan Demand telur puyuh tidak stabil.
Permintaan (demand) yang tinggi tidak sebanding dengan produksi (supply).Ini
terjadi di karenakan kurangnya pemasok / peternak burung puyuh. Menurut
Slamet Wuryadi, sepanjang tahun 2013 baru sekitar 28% permintaan telur puyuh
yang baru di penuhi. Sisanya masih ada 72% peluang usaha yang belum
terpenuhi.
Definisi sistem pengelolaan persediaan oleh pemasok menurut American
Production and Inventory Control Society (APICS) tahun 2005 dalam Vincent
Gaspersz (2007:506) adalah : 0
2 4 6 8 10 12 14
Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 May-13 Jun-13
Demand
Sistem pengelolaan persediaan oleh pemasok adalah sistem optimisasi
kinerja supply chain, dimana pemasok mempunyai akses ke data inventori
pelanggan dan bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat
Inventori pelanggan.
Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh peternak burung puyuh di
Kabupaten Sukabumi dalam pengelolaan Supply & Demand, yaitu masih adanya
ketidaksesuaian pada beberapa sektor bagian persediaan. Masalah terbesar dapat
terlihat dari tingginya jumlah permintaan pasar sedangkan untuk produksi sendiri
masih belum mampu menutupi jumlah permintaan, hal ini diakibatkan karena
kurangnya SDM. Budidaya puyuh sendiri memerlukan perlakuan yang khusus
untuk menjaga kualitas dari telur puyuh tersebut, dikarenakan burung puyuh
rentan akan stress baik itu dari faktor lingkungan dan pemeliharaan seperti suara
gaduh, memiliki pencahayaan yang cukup, kandang harus bebas dari hama seperti
kecoa, tikus, dan serangga lainnya yang mengakibatkan burung puyuh menjadi
stress, serta perlakuan khusus seperti pemberian pakan harus dengan orang yang
sama dan menggunakan warna pakaian yang sama. Hal tersebut menyebabkan
permasalahan kepada peternak yang secara langsung akan mengganggu proses
kegiatan produksinya. Salah satu permasalahan lainnya, masih kurangnya
peternak burung puyuh di karenakan kurangnya minat dan pengetahuan, serta
banyaknya peternak burung puyuh beralih ke unggas lainnya seperti ayam arab
Dengan gambaran permasalahan hal yang telah diuraikan , maka penulis
perlu untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Sikap Kewirausahaan
Dengan Keberhasilan Usaha Pada Peternak Burung Puyuh (Survey Pada
Peternak Burung Puyuh Di Kabupaten Sukabumi)”
1.2 Identifikasi Masalah
Budidaya burung puyuh merupakan salah satu usaha yang menjanjikan
dan berkembang di Kabupaten Sukabumi. Untuk mewujudkan kelompok tani
yang berdaya guna dengan melestarikan sumber bibit puyuh lokal yang unggul,
dengan cara memanfaatkan usaha berbasis peternakan burung puyuh guna
menghasilkan keuntungan dan menjamin keutuhan kelompok tani secara
berkelanjutan. Akan tetapi terdapat penurunan jumlah peternak burung puyuh di
Kabupaten Sukabumi, di karenakan sikap kewirausahaan yang belum mampu
menanggung resiko kegagalan sehingga banyak yang berhenti atau beralih ke
budidaya ayam ras dan ayam arab.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan
kewirausahaan,menurut Tulus Tambunan (2004:11), bahwa keberhasilan usaha
atau kegagalan usaha suatu perusahaan pada umumnya ditentukan oleh dua faktor,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah kekuatan dari
dalam peternak sendiri untuk tumbuh berkembang mandiri secara
berkesinambungan, dan faktor eksternal adalah kekuatan dari luar peternak yang
Dari latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi usaha yang
di lakukan para peternak burung puyuh di Kabupaten Sukabumi
dalam mencapai keberhasilan usaha dengan memperhatikan pada sikap
kewirausahaan pengusaha. Dengan membangun sikap kewirausahaan
yang baik para pengusaha dapat mengatasi hambatan usaha. Sehingga
pengusaha dapat menghasilkan volume produksi dan penjualan
sehingga dapat bersaing dengan pesaing dan dapat memenuhi
permintaan pasar serta menghasilkan pendapatan yang
berkesinambungan bagi keberhasilan perusahaan.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimana sikap kewirausahaan pada peternak burung puyuh di Kabupaten
Sukabumi
2. Bagaimana keberhasilan usaha pada peternak burung puyuh di Kabupaten
Sukabumi
3. Seberapa Besar hubungan sikap kewirausahaan dengan keberhasilan usaha
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini untuk memperoleh
hasil temuan mengenai :
1. Untuk mengetahui sikap kewirausahaan pada peternak burung puyuh di
Kabupaten Sukabumi
2. Untuk mengetahui keberhasilan usaha pada peternak burung puyuh di
Kabupaten Sukabumi
4. Untuk mengetahui hubungan sikap kewirausahaan dengan keberhasilan usaha
pada peternak burung puyuh di Kabupaten Sukabumi
1.5 Kegunaan Penelitian
Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kegunaan-kegunaan sebagai berikut :
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam
pengembangan ilmu manajemen bisnis dan juga dapat sebagai bahan masukan
pagi pengembangan ilmu kewirausahaan. Penelitian ini juga dapat dijadikan
dasar bagi peneliti lainnya yang tertarik untuk meneliti mengenai
permasalahan yang sama.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk sumber
masukan kepada peternak burung puyuh dalam upaya meningkatkan jumlah
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kewirausahaan khususnya
mengenai hubungan sikap kewirausahaan dengan keberhasilan usaha. Adapun
yang menjadi objek penelitian sebagai variabel bebas atau independent variabel
(X) adalah sikap kewirausahaan yang terdiri dari Percaya diri, Berorientasikan
tugas dan hasil, Pengambil resiko, Kepemimpinan, Keorisinilan. Kemudian yang
menjadi variabel terikat atau dependent variabel (Y) keberhasilan usaha yang
terdiri dari laba dan produktivitas.
Pada penelitian ini objek yang dijadikan responden adalah para peternak
burung puyuh di Kabupaten Sukabumi, maka hal-hal yang akan dianalisis
adalah yang berhubungan dengan hubungan sikap kewirausahaan dengan
keberhasilan usaha. Metode yang digunakan adalah metode penelitian survey
yang digunakan untuk mendapatkan data dari objek penelitian yang didalam
pengumpulan data dilakukan dengan cara mengedarkan angket dan wawancara
terstruktur.
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Jenis Penelitian dan Metode
Metode penelitian merupakan prosedur dan cara melakukan pengolahan
termasuk pengujian hipotesis sehingga memudahkan membuat kesimpulan.
Sugiyono (2010:2) menyatakan bahwa :
Metode penelitian dapat diartikan sebagai cari ilmiah yang dilakukan untuk
mendapatkan data yang objektif, valid, dan reliabel dengan tujuan dapat
ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada
saatnya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi
masalah.
Sesuai dengan masalah yang diteliti, metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dan verifikatif. Sedangkan untuk
mempermudah penafsiran data, penulis menggunakan metode statistik non
parametrik. Untuk menganalisis hubungan antara kedua variabel yang diteliti,
menggunakan analisis rank spearman.
Metode deskriptif adalah suatu metode penilaian yang mencari gambaran
tentang sifat individu, keadaan gejala suatu objek dengan mencari
masalah-masalah baru untuk mengisi kekurangan ilmu pengetahuan atau bersifat induktif.
Adapun ciri-ciri dari metode deskriptif adalah sebagai berikut :
1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa
sekarang dan masalah-masalah yang aktual.
2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, diolah, dijelaskan, dan
kemudian dianalisis.
Metode verikatif adalah metode penelitian yang menguji ilmu pengetahuan
yang masih diragukan kebenarannya. Mengumpulkan informasi mengenai
pengaruh antara variabel dengan menggunakan statistik. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian Hubungan Sikap Kewirausahaan Dengan
Keberhasilan Usaha adalah metode explanatory survey .
Berdasarkan jenis penelitian di atas yaitu penelitian deskriptif dan
verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, maka
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory survey. Menurut
Sugiyono (2010:11) yang dimaksud dengan metode survei adalah:
Metode survei yaitu metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar
maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang
diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian
relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antara variabel sosiologis
maupun psikologis.
Dalam penelitian ini penulis menetapkan desain penelitian dalam
pengertian yang lebih luas, desain penelitiannya mencakup proses-proses adalah
sebagai berikut:
a. Identifikasi dan pemilihan masalah.
b. Memformulasikan masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dari
tujuan, luas jangkauan (scope) dan hipotesa untuk diuji.
c. Memilih serta memberi definisi terhadap pengukuram variabel-variabel.
d. Memilih prosedur dan teknik sampling yang digunakan.
e. Menyusun alat serta teknik pengumpulan data dengan menggunakan
f. Menganalisis data serta pemilihan prosedur statistik untuk mengadakan
generalisasi serta inferensi statistik.
g. Pelaporan hasil penelitian termasuk proses penelitian dan interprestasi
data.
Dan penelitian ini pada dasarnya adalah ingin menguji seberapa besar
hubungan sikap kewirausahaan dengan keberhasilan usaha pada peternak burung
puyuh di Kabupaten Sukabumi.
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, satu variabel X (Independen
Variabel) yaitu sikap kewirausahaan dan satu variabel terikat (Dependen Variabel)
keberhasilan usaha.
Jonathan Sarwono (2005;5) mendefinisikan :
1. Variabel bebas (Independen Variable)
Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat).Variabel dalam penelitian ini adalah sikap kewirausahaan (variabel
X).
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah variabel yang memberikan reaksi (respon jika
dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel terikat adalah variabel yang
variabelnya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan
(variabel Y) yang dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu sikap kewirausahaan
(variabel X).
Penjabaran operasionalisasi dari variabel-variabel yang diteliti
tergambarkan pada Tabel 3.1 di bawah ini.
TABEL 3.1
OPERASIONAL VARIABEL Variabel/Su
b Variabel
Konsep
Variabel Indikator Ukuran Skala
ini lebih baik
dari pada
kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini
Tingkat penggunaan mesin pembuatan produk yang baik
Rasio
Tingkat manajemen tenaga kerja yang baik
Rasio
3.2.3 Jenis Dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan dibedakan menjadi dua, yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari
responden secara langsung yang dikumpulkan melalui survey lapangan dengan
menggunakan alat pengumpulan data tertentu yang dibuat secara khusus untuk itu
data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh pihak lain atau lembaga
pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro,
2003:127).
1. Data Primer
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah seluruh data
yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada sejumlah responden
yang sesuai dengan target sasaran dan dianggap mewakili seluruh populasi
data penelitian, yaitu semua pembudidaya ternak burung puyuh di
Kabupaten Sukabumi dimana dalam penelitian ini penulis mengadakan
2. Data Sekunder
Data sekunder ini berfungsi sebagai pelengkap data primer.Data sekunder
dapat diperoleh dari berbagai literatur, situs internet, buku-buku dan
catatan yang berkaitan erat dengan masalah yang sedang diteliti.
Data primer diperoleh dari jumlah seluruh peternak ternak burung puyuh
di Kabupaten Sukabumi, yaitu sebanyak 14 peternak, mengenai sikap
kewirausahaan dengan keberhasilan usahanya, berupa angket.
TABEL 3.2
JENIS DAN SUMBER DATA
No. Jenis Data Jenis Data Sumber Data
1. Pertumbuhan industri budidaya ternak burung puyuh
Sekunder Dinas Peternakan Sukabumi
2. Sektor usaha kecil dan
menengah di Jawa Barat Sekunder www.antarajawabarat.com
3. Data Industri Peternakan
Kabupaten Sukabumi Sekunder Dinas Peternakan Sukabumi
4. Jumlah pengusaha budidaya ternak burung puyuh di Kabupaten Sukabumi
Primer Pra Penelitian
5. Data tentang keberhasilan usaha budidaya ternak burung puyuh di Kabupaten Sukabumi
Primer Pra Penelitian
Sumber : diolah dari berbagai data 2013
3.2.4 Populasi dan Sampel
3.2.4.1 Populasi
Populasi merupakan sasaran (objek) umum penelitian. Sebagaimana
atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Populasi dalam penelitian ini adalah para peternak burung puyuh di Kabupaten
Sukabumi yang berjumlah 14 peternak berdasarkan pra penelitian tahun 2013.
Karena jumlah populasinya kurang dari 100, maka penelitian ini menggunakan
sampling jenuh. Sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (1998:120) yang
menyatakan bahwa: “untuk sekedar memperkirakan, maka apabila subjeknya
kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi”.
Dengan berpatokan pendapat Suharsimi Arikunto tersebut, maka peneliti
bermaksud menjadikan seluruh populasi sebagai objek penelitian karena jumlah
populasi yang akan diteliti kurang dari 100, yaitu sebanyak 14 pengusaha atau
responden. Jumlah tersebut berdasarkan hasil Pra Penelitian yang dilakukan.
3.2.4.2 Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:131) “Sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti”. Agar memperoleh sampel yang representatif dari
populasi, maka setiap subjek dalam populasi diupayakan untuk memiliki peluang
yang sama untuk menjadi sampel. Berdasarkan hasil Pra Penelitian yang
dilakukan oleh peneliti, jumlah populasi 14 pengusaha, maka sampel jenuhnya
3.2.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang lengkap dalam penelitian ini penulis
menggunakan beberapa teknik penelitian seperti berikut :
1. Observasi
Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan
pengamatan yaitu kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indera.
Pada penelitian ini, teknik observasi yang dilakukan adalah teknik observasi
partisipatif dimana pengamat terlibat langsung pada kegiatan. Dan melalui
kegiatan observasi ini pula penulis melakukan studi pendahuluan dimana
melaluiteknik ini dapat melihat, mengenal, mengidentifikasikan masalah yang
diteliti.
2. Angket
Angket adalah alat pengumpul data yang berisi sejumlah pernyataan tertulis
untuk dijawab oleh responden. Hal ini sejalan dengan pendapat yang diutarakan
oleh Suharsimi Arikunto (2010:151) yang menyatakan bahwa ”Angket adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.”
3. Studi Literatur
Dengan teknik ini penulis berusaha untuk mencari informasi serta data baik
berupa teori-teori, pengertian-pengertian dan uraian-uraian yang dikemukakan
yang diteliti yaitu sikap kewirausahaan dan keberhasilan usaha. Studi literatur
tersebut didapat dari berbagai sumber, yaitu:
a. Perpustakaan UPI, Widyatama
b. Skripsi, Tesis
c. Jurnal Kewirausahaan
d. Media cetak dan media elektronik (internet).
4. Wawancara
Metode pengumpulan data melalui wawancara ditujukan langsung oleh
peneliti kepada pihak perusahaan yang bersangkutan yaitu peternak dengan tujuan
untuk memperoleh data mengenai :
1.Laba
2. Sikap pengusaha dalam menghadapi hambatan usaha
3. Jumlah tenaga kerja dan lain-lain.
3.2.6 Pengujian Validitas dan Reliabilitas
3.2.6.1 Pengujian Validitas
Menurut Sugiyono (2010:172), “Instrument yang valid berarti alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur”. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berati
Dapat diketahui rumus yang dapat digunakan adalah rumus korelasi
product moment yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut:
(Sugiyono, 2012:248)
Keterangan:
r = Koefisien validitas item yang dicari
X = Skor yang diperoleh subjek seluruh item
Y = Skor total
X = Jumlah skor dalam distribusi X
Y = Jumlah skor dalam distribusi Y
2X = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X
2Y = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y
n = Banyaknya responden
Teknik perhitungan yang digunakan untuk menganalisa validitas tes ini
adalah teknik korelasi biasa, yakni korelasi antara skor-skor tes yang divalidasikan
dengan skor-skor tes tolak ukurnya dari peserta yang sama. Selanjutnya perlu diuji
apakah koefisien validitas tersebut signifikan pada taraf kesalahan tertentu, artinya
adanya koefisien validitas tersebut bukan karena faktor kebetulan, diuji dengan
rumus statistik sebagai berikut:
Keputusan pengujian validitas menggunakan taraf signifikansi dengan
kriteria sebagai berikut:
1. Nilai t dibandingkan dengan harga rtabel dengan dk = n-2 dan taraf signifikasi
α = 0,05.
2. Jika rhitung> rtabel maka soal tersebut valid.
3. Jika rhitung rtabel maka soal tersebut tidak valid.
Berdasarkan jumlah angket yang diuji sebanyak 14 dengan tingkat kesalahan
5% dan derajat kebebasan (dk) n-2 (14-2=12), maka didapati nilai rtabel sebesar
0,576.
Hasil uji coba instrumen penelitian untuk sikap kewirausahaan dengan
keberhasilan usahanya berdasarkan hasil perhitungan validitas item instrumen
yang dilakukan dengan bantuan program SPSS 21 for windows.
Tabel 3.3 menunjukan nilai hasil pengujian validitas tahap pertama dari
masing-masing indikator.
TABEL 3.3
HASIL PENGUJIAN VALIDITAS
Percaya Diri
No Pernyataan rhitung rtabel Keterangan
1. Dalam kegiatan usaha perlu
keyakinan yang tinggi 0,790 0,576 Valid
2. Tidak mudah terombang ambing
pendapat orang lain. 0,901 0,576 Valid
3. Mengutamakan Pemikiran sendiri
dibanding orang lain 0,901 0,576 Valid
4. Memiliki jiwa sosial yang tinggi. 0,970 0,576 Valid
5.
Optimisme merupakan sikap yang penting dalam pengambilan
Sumber : Hasil pengolahan data
6. Prestasi merupakan kebutuhan
dalam sikap kewirausahaan. 0,901 0,576 Valid
7. Energik dan memiliki inisiatif
dalam bersikap kewirausahaan. 0,790 0,576 Valid
Pengambilan Resiko
11. Mampu menghadapi dan
menanggapi segala bentuk kritik. 0,901 0,576 Valid
Keorisinilan
12. Memiliki sikap yang inovatif dan
kreatif dalam berwirausaha. 0,673 0,576 Valid
13.
Seorang pengusaha wajib memiliki sumber yang lebih baik dalam bentuk infomrasi.
0,901 0,576 Valid
14.
Memiliki kemampuan untuk melakukan lebih dari satu hal dalam berbagai situasi.
0,790 0,576 Valid
15. Mengetahui berbagai
perkembangan yang membangun. 0,901 0,576 Valid
16.
19. Jumlah pegawai atau man power
mempengaruhi hasil 0,901 0,576 Valid
20. Suatu manajemen yang baik
Sumber : Hasil pengolahan data
Item-item pernyataan dalam angket valid merupakan indikator yang skor
rhitung lebih besar jika dibandingkan dengan rtabel yang bernilai 0,576. Berdasarkan
tabel 3.3 diketahui bahwa terdapat pada variabel x, 20 item merupakan item-item
yang valid. Pada variabel y, 6 item merupakan item-item yang valid.
3.2.6.2 Pengujian Reliabilitas
Uji realibilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan alat
pengumpulan data yang digunakan. Realibitas menunjuk pada suatu pengertian
bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah
dipercaya, yang realibel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.
Laba
No Pernyataan rhitung rtabel Keterangan
1. Peningkatan laba selalu tercapai
disetiap tahun 0,873 0,576 Valid
2. Target laba selalu tercapai
selama tiga tahun 0,886 0,576 Valid mutu kehidupan hari ini lebih baik dari pada kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.
0,886 0,576 Valid
7. Manajemen tenaga kerja sudah
Menurut Sugiyono (2012:172) “Instrumen yang reliabel adalah instrumen
yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama”. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto
(2010:178) “Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan
sesuatu”.
Jika suatu instrumen dapat dipercaya maka data yang dihasilkan oleh
instrumen tersebut dapat dipercaya. Pengujian reliabilitas kuesioner penelitian
dilakukan dengan rumus Cronboach Alpha. Rumus Cronboach Alpha digunakan
untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket
atau soal bentuk uraian.
r = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan atau butir soal
2
Jumlah varian butir ditetapkan dengan cara mencari nilai varian tiap butir,
kemudian jumlahkan seperti yang dipaparkan berikut ini. Rumus deviasi standar
Keputusan uji reliabilitas ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Jika koefisian internal seluruh item rhitungrtabel dengan tingkat kesalahan 5%
maka item pertanyaan dikatakan reliabel.
2) Jika koefisian internal seluruh item rhitung<rtabel dengan tingkat kesalahan 5%
maka item pertanyaan dikatakan tidak reliabel.
TABEL 3.4
HASIL PENGUJIAN RELIABILITAS
No VARIABEL rhitung rtabel KET
1. Sikap Kewirausahaan 0,960 0,576 Reliabel
2. Keberhasilan usaha 0,930 0,576 Reliabel
Sumber : Hasil pengolahan data
3.2.7 Rancangan Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Setelah pengolahan data dilakukan, selanjutnya hasil pengolahan itu
dianalisis untuk memahami dan menjelaskan hasil pengolahan secara statistik.
Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Angket ini
disusun oleh penulis berdasarkan variabel yang terdapat dalam penelitian, yaitu
memberikan keterangan dan data mengenai hubungan sikap kewirausahaan
Pengolahan data yang terkumpul dalam penelitian kualitatif, analisis data
dilakukan setelah seluruh data responden terkumpul. Kegiatan analisis data
dilakukan melalui tiga tahap yaitu:
1. Menyusun data, kegiatan ini dilakukan untuk memeriksa kelengkapan identitas
responden, kelengkapan data serta isian data yang sesuai dengan tujuan
penelitian.
2. Tabulasi data, dengan langkah sebagai berikut:
a. Pemberian skor pada setiap item
b. Menjumlahkan skor pada setiap item
c. Menyusun ranking skor pada setiap variabel penelitian
3. Menganalisis dan menafsirkan hasil perhitungan berdasarkan angka-angka
yang diperoleh dari perhitungan statistik. Adapun metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan verifikatif.
3.2.7.1 Rancangan Analisis
Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang
lebih mudah diinterpretasikan. Analisis data diperlukan agar peneliti dapat
memperoleh hasil yang dapat dipercaya. Data yang dihimpun dari hasil penelitian
akan peneliti bandingkan antara data yang ada di lapangan dengan teori yang
relevan, kemudian dilakukan analisis untuk menarik kesimpulan.
1. Rancangan Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data yang bersifat
menggunakan analisis deskriptif untuk mendeskripsikan variabel-variabel
penelitian, antara lain:
1. Analisis deskriptif sikap kewirausahaan (X).
Variabel X terfokus pada penelitian terhadap sikap kewirausahaanyang terdiri
dari percaya diri, berorientasikan tugas dan hasil, pengambilan resiko,
kepemimpinan, keorisinilan.
2. Analisis deskriptif keberhasilan usaha(Y)
Variabel Y terfokus pada penelitian terhadap keberhasilan usaha yang
meliputi laba dan produktivitas
Untuk mengkategorikan hasil perhitungan, digunakan kriteria penafsiran
yang diambil dari 0% sampai 100%. Penafsiran pengolahan data berdasarkan
batas-batas disajikan pada Tabel 3.5 sebagai berikut:
TABEL 3.5
KRITERIA DESKRIPTIF HASIL PERHITUNGAN RESPONDEN No Kriteria Penafsiran Keterangan
1 0% Tidak Seorangpun
2 1% - 25% Sebagian Kecil
3 26% - 49% Hampir Setengahnya
4 50% Setengahnya
5 51% - 75% Sebagian Besar
6 76% - 99% Hampir Seluruhnya
7 100% Seluruhnya
Sumber: Moch. Ali (1985:184)
3.2.7.2Rancangan Analisis Verfikatif Menggunakan Korelasi Rank
Spearman
Analisis verifikatif dipergunakan untuk menguji hipotesis dengan
penelitian. Teknik analisis data yang dipergunakan untuk mengetahui hubungan
korelatif dalam penelitian ini yaitu teknik Rank Spearman.
Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Rank
Spearman, dengan alasan penggunaan teknik pengujian ini merupakan ukuran
asosiasi yang membentuk kedua variabel diukur sekurang-kurangnya dalam skala
ordinal sehingga objek-objek atau individu-individu yang dipelajari dapat
diranking. Adapun rumus korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut:
rs = 1 –6 ∑ bi2
n ( n2– 1 )
Keterangan:
rs =koefisien korelasi spearman’s rank
n = jumlah sampel
bi =selisih rank X dan rank Y
Jika data yang dianalisis memiliki rank kembar cukup banyak, maka rumus yang
digunakan yaitu:
rs =Koefisien korelasi spearman’s rank
∑ X2
=Jumlah ranking yang sama pada variabel X
∑ Y2
=Jumlah ranking yang sama pad variabel Y
∑ bi2
=Jumlah hasil pengurangan antara ranking yang terdapat
pada variabel X dan Variabel Y
Sugiyono (2010:357)
Rumus yang digunakan untuk mencari ∑ X2 dan ∑ Y2 :
Rumus untuk mencari Tx dan Ty adalah:
12
Tx = Jumlah ranking yang sama dalam variabel X
Ty = Jumlah ranking yang sama dalam variabel
Selanjutnya untuk mengetahui koefisien korelasi antara variabel X dengan
variabel Y maka digunakan klasifikasi koefisien korelasi yang disajikan pada
Tabel 3.6 berikut:
Selanjutnya untuk menafsirkan sejauh mana sikap kewirausahaan dengan
keberhasilan usaha digunakan pedoman interpretasi koefisien penentu dalam
–∑ T
tabel. Nilai koefisien penentu berada di antara 0-100%. Jika nilai koefisien
semakin mendekati 100% berarti semakin kuat pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Semakin mendekati 0 berarti semakin lemah
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
3.2.7.3 Pengujian Hipotesis
Rancangan analisis untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan harus
menggunakan uji statistik yang tepat. Hipotesis penelitian dapat diuji dengan
mendeskripsikan hasil analisis regresi linier. Untuk menguji ada atau tidaknya
pengaruh (korelasi) antara variabel X dan Y digunakan rumus student (tstudent).
Adapun rumusnya adalah:
Kriteria pengambilan keputusan untuk hipotesis yang diajukan adalah :
Jika thitung≤ ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak
Jika thitung>ttabel, maka Ha diterima dan H0 ditolak
Taraf kesalahan 0,05 dengan derajat kebebasan dk (n-2) serta pada uji satu
pihak, yaitu uji pihak kanan. Secara statistik, hipotesis yang akan diuji dalam
rangka pengambilan keputusan penerimaan atau penolakan hipotesis dapat ditulis
sebagai berikut:
Ho:ρ = 0, artinya tidak terdapat hubungan sikap kewirausahaan dengan
keberhasilan usaha pada peternak burung puyuh di Kabupaten
Sukabumi.
Keterangan :
t = distribusi student
Ha:ρ ≠ 0, terdapat hubungan sikap kewirausahaan dengan keberhasilan usaha pada
peternak burung puyuh di Kabupaten Sukabumi.
Adapun untuk membantu dalam pengolahan data dan pengujian hipotesis,
dapat menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS (Statistical Product for
Alfabeta. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatifd an R&D. Bandung: Alfabeta.
Ahmad Noor Hazlina, Ramayah .T, Wilson Carlene, Kummerow Liz. 2010. "Is
entrepreneurial competency and business success relationship
contingent upon business environment: A study of Malaysian SMEs".
International Journal of Entrepreneurial Behaviour & Research, Vol. 16 Iss: 3 pp. 182 – 203
Anwar Herson. 2009. Penilaian Sikap llmiah Dalam Pembelajaran Sains. Jurnal pelangi ilmu volume 2 No.5, Mei 2009
Buchari Alma. 2010. Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung: Alfabeta.
Callaghan. C, Venter. R. 2011. An investigation of the entrepreneurial orientation,
context and entrepreneurial performance of inner-city Johannesburg street traders. Southern African Business Review Volume 15 Number 1
Campos Hector Montiel. 2012. The Entrepreneurial Orientation-Dominant
Logic-Performance Relationship in New Ventures: an Exploratory Quantitative Study. BAR Rio de Janeiro. v. 9, Special Issue, art. 4, pp. 60-77
Casson, Mark and Godley, Andrew. 2005. Entrepreneurship and historical
explanation. New York. Palgrave macmilan
Chen Kuo-Hsiung. 2011. Performance and its Link to Entrepreneurial Behavior. American Journal of Applied Sciences 8 (7): 703-707
De Pillis, Emmeline, K. Reardon, Kathleen. 2007. Influence of personality traits
and persuasive messages on entrepreneurial intention: A cross-cultural comparison. Journal motivation to become an entrepreneurNo.1 Hawaii
and California, USA
Dr. Brinda Kalyani. P. R. 2011. Motivational factors, entrepreneurship and
education: Study with reference to women in SMEs. Jurnal Psychology and
Business Vol 3 No 3.Oman.
Erlina, Sri Mulyani, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis: Untuk Akuntansi dan
Manajemen, Cetakan Pertama USU Press. Medan.
H.A.R. Tilaar. 2009. Kekuasaandan Pendidikan: Kajian Menejemen Pendidikan
Gunarakswati, Made. 2009. Teologi Kewirausahaan. Taman Pustaka Kristen dan
Centre for Business Ethics and Profesionalism ,Universitas Kristen Duta
wacana.
Fillis, Ian. Rentschler. 2011. The Role Of Creativity In Entrepreneurship. Lambing. Charles. 2007. Entreprenership. Pearson, Prentice Hall.
L. Greene, Cynthia. 2012. Entrepreneurship Ideas In Action. South-Western Cengage Learning.
Lee D Y and Tsang E W K. 2001.The Effect of Entrepreneurial Personality,
Background and Network Activities on Venture Growth. Journal of
Management Studies, 38-4 pp 583 – 602.
HC, R. Heru Kristanto. 2009. Kewirausahaan Entrepreneurship : Pendekatan
Manajemen dan Praktik.Jakarta : Graha Ilmu
Hendro. 2011. Dasar-dasar kewirausahaan :Panduan bagi mahasiswa untuk
Mengenal, Memahami, dan Memasuki Dunia Bisnis. Jakarta :Erlangga
Herdaningtias. 2012. The Description Of Intention To The Achievement On The
Student Of Online Learning Program In Jakarta Bina Nusantara
University Which Is Viewed By Using Theory Of Planned Behavior.
Jakarta : Jakarta Bina Nusantara University.
Kotler, Philib. Amstorng, Gary. 2009. Principles of Marketing. Prentice Hall
Kotler, Philib. Lane, Kewin. Brady Mairead. & dkk. 2009. Marketing
Management :European Edition. Prentice Hall
Morris, Michael. 2009. Economic Growth and Social Equity in Developing
Countries. Standford University Press, Stanford.
M.M, Zulkarnain. 2010. Kewirausahaan, Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil
dan Penduduk Miskin. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa.
Noersasongko Edi. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik Individu,
Kewirausahaan Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kemampuan Usaha Serta Keberhasilan Usaha Pada Usaha Kecil Batik Di Jawa Tengah. Malang : Universitas Merdeka Malang
Russel, Edwar. 2010. 50 Terobosan Manajemen. Esensi
Ruth, McNeil. 2005. Business to business Market Research Understanding and
Measuring Business Markets. London: Kogan Page and Sterling, VA. Mitchelmore Siwan and Rowley Jennifer. 2010. "Entrepreneurial competencies: a literature review and development agenda". International Journal of Entrepreneurial Behaviour & Research. Vol. 16 Iss: 2 pp. 92 – 111
Munajat Ajat.2007. Hubungan Perilaku Kewirausahaan Dengan Keberhasilan
Usaha Pada Pembudidaya Ikan Jaring Apung Di Waduk Cirata Kabupaten Cianjur. Bandung : UPI
Mutaqin Gugi. 2009. Pengaruh Persaingan dan Perilaku Kewirausahaan
Terhadap Pendapatan Pengusaha Counter Pulsa Elektronik (Study Kasus Di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung). Bandung : UPI
Saefuddin Azwar. 2008. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sardiman AM. 2011. Interaksidan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers
Siti Irene Astuti D. 2009. Desentralisasi dan Partisipasi dalam Pendidikan. Yogyakarta: UNY.
Stefanovic, Ivan. Prokic, Sloboda et al. 2010. Motivational and Success Factors
Of Entrepreneurs: The Evidence from A Developing Country. Journal.
Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Sugiyono. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Yogayakarta: Bina Aksara.
Suharyadi, Arissetyanto N, Purwanto S.K, Maman F. 2011. Kewirausahaan
Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda. Jakarta: Salemba Empat.
Suparyanto. 2012. Kewirausahaan Konsep dan Realita pada Usaha Kecil