• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PARENTING ORANG TUA SEBAGAI BAGIAN DARI KONSELING KOMUNITAS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PARENTING ORANG TUA SEBAGAI BAGIAN DARI KONSELING KOMUNITAS."

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Doktor

Ilmu Pendidikan dalam Bidang Bimbingan dan Konseling

Promovendus

LILIS SATRIAH

NIM. 0800822

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Bagian dari Konseling Komunitas” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan

cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sangsi yang dijatuhkan

kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika

keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya

saya ini.

Bandung, 20 Januari 2014

Yang Membuat Pernyataan,

(3)

Prof. H. Furqon, Ph.D., M.Pd., M.A.

NIP.19570021986031001

Ko Promotor

Dr. H. Agus Taufiq, M.Pd.

NIP.195808161985031007

Anggota

Dr. H. Nandang Rusmana, M.Pd.

NIP.196005011986031000

Mengetahui:

Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling

(4)

LAMPIRAN DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Doktor

Ilmu Pendidikan dalam Bidang Bimbingan dan Konseling

Promovendus

LILIS SATRIAH

NIM. 0800822

SEKOLAH PASCA SARJANA

(5)

ABSTRAK

Lilis Satriah, 2013. Model Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Kemampuan Parenting Orang Tua Sebagai Bagian dari Konseling Komunitas. Tim promotor: Prof. H. Furqon, Ph.D., M.Pd., M.A., (Promotor) Dr. H. Agus Taufiq, M.Pd. (Ko-Promotor), Dr. H. Nandang Rusmana, M.Pd. (Anggota) Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Penelitian ini bertujuan menghasilkan model bimbingan kelompok yang efektif untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua. Metode penelitian menggunakan research and development, dengan one-group pretest-posttest design dan pretest-posttest control group design. Partisipan terdiri dari kader dan peserta Bina Keluarga Balita di Kota Bandung. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua, dalam mengharapkan dan menuntut perilaku bertanggung jawab dari anak, serta dalam menanggapi kebutuhan anak. Berdasarkan hasil penelitian tersebut model ini direkomendasikan untuk dipelajari, difahami secara utuh, dan diterapkan dalam rangka meningkatkan kemampuan parenting orang tua.

(6)

ABSTRACT

Lilis Satriah, 2013. A Group Guidance Model for Enhancing Parents’ Parenting Abilities as a Part of Community Counseling. Advisers team: Prof. H. Furqon, Ph.D. (Promotor), Dr. H. Agus Taufiq, M.Pd. (Co-promotor), and Dr. H. Nandang Rusmana, M.Pd. (Team Member). Postgraduate School, Indonesia University of Education, Bandung.

The present study is aimed at developing an effective group guidence model for

enhancing parents’ parenting abilities as a part of community counseling. The study

applies research and development approach with mixed research methods design, using experimental one-group pretest-posttest design and pretest-posttest control group design, as well as qualitative data analyses. The study involves cadres and members of BKB as samples and participants, and applies both qualitative and quantitative data analyses. The study comes up with a number of findings, including that the tested group guidance

model under study is effective to enhance parents’ parenting abilities in expecting and demanding children’s responsible behavior, and responding their needs. The model is

recommended to be studied thoroughly, and then applied in the efforts to enhance

parents’ parenting abilities.

(7)
(8)

DAFTAR ISI

BAB II KERANGKA TEORETIS BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PARENTING ORANG TUA SEBAGAI BAGIAN DARI KONSELING KOMUNITAS ... 16

A.Dasar Teoretis Mengenai Parenting ... 16

B.Dasar Rujukan Bimbingan untuk Meningkatkan Kemampuan Parenting Orang Tua ... 29

C.Dasar Bimbingan dan Konseling Islam untuk Meningkatkan Kemampuan Parenting Orang Tua dalam Persfektif Ilmu Dakwah .. 38

D.Dasar Teoretis Bimbingan Kelompok dalam Konseling Komunitas untuk Meningkatkan Kemampuan Parenting Orang Tua ... 50

E. Struktur Ideal Teoretis Model Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Kemampuan Parenting Orang Tua di BKB ... 70

F. Kerangka Pikir Pemecahan Masalah Penelitian ... 73

BAB III METODE PENELITIAN ... 82

A.Pendekatan Penelitian ... 82

B.Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian Pengembangan ... 83

(9)

D.Teknik Pengumpulan Data ... 90

E. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 92

F. Analisis Data ... 99

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 101

A. Hasil Penelitian ... 101

1. Kondisi Kemampuan Parenting Orang Tua Peserta BKB di Kota Bandung ... 101

2. Kondisi Layanan Bimbingan yang Telah Ada ... 103

3. Rumusan Model Hipotetik Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Parenting Orang Tua ... 117

4. Deskripsi Pengembangan Model Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Parenting Orang Tua ... 128

5. Efektivitas Model Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan Kemampuan Parenting Orang tua ... 134

B. Pembahasan Hasil penelitian ... 155

C. Rumusan Model Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Parenting Orang Tua Hasil Penelitian ... 186

D. Keterbatasan Penelitian ... 194

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 198

A. Kesimpulan ... 198

B. Rekomendasi ... 200

DAFTAR PUSTAKA ... 203

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... 210

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 3.2 3.3

Daftar BKB Tempat Studi Pendahuluan ... Desain Uji Efektifitas Model ...

(11)

DAFTAR GAMBAR

Kerangka Pikir Pemecahan Masalah Penelitian ... Bagan Alur Penelitian ... Grafik Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Uji Efektivitas Model Grafik Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen BKB Al Fatonah ... Grafik Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen BKB Al Fatonah Dimensi Demandingness ... Grafik Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen BKB Al Fatonah Dimensi Responsiveness ...

81 Fatonah Dimensi Demandingness ... Grafik Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol BKB Al Fatonah Dimensi Responsiveness ... Grafik Hasil Uji Efektivitas Model di BKB Al Fatonah ... Grafik Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen BKB Edelweis ... Grafik Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen BKB Edelweis Aspek Demandingness ... Grafik Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen BKB Edelweis Aspek Responsiveness ... Grafik Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol BKB Edelweis ... Grafik Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol BKB Edelweis Aspek Demandingness ... Grafik Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol BKB Edelweis Aspek Responsiveness ... Grafik Hasil Uji Efektivitas Model di BKB Edelweis ...

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A : Data Hasil Penelitian ... Lampiran B : Model Bimbingan Dan Panduan Praktik ... Lampiran C : Deskripsi Proses Bimbingan Dan Evaluasi Pada Uji Coba

Terbatas di BKB Edelweis ... Lampiran D : Deskripsi Proses Bimbingan Pada Uji Coba Terbatas ... Lampiran E :Rekam Proses Bimbingan Pada Uji Efektivitas Model di BKB Al Fathonah ... Lampiran F : Rekan Proses Uji Efektivitas Model di BKB Edelweis ...

213 265

311 325

344 384 Lampiran G : Instrumen Penelitian ………. 422

(13)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian pendahuluan disertasi ini diuraikan tentang (1) latar belakang

masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian

A. Latar Belakang Masalah

Layanan bimbingan dan konseling tidak hanya dibutuhkan di lingkungan

sekolah, karena permasalahan yang dihadapi oleh individu sangat luas, dan meliputi

berbagai aspek kehidupan, seperti keluarga, lingkungan sosial, ekonomi, pekerjaan,

agama dan lain-lain. Oleh karena itu, saat ini dikembangkan layanan bimbingan dan

konseling dalam seting masyarakat yang lebih luas, seperti di lingkungan keluarga,

perusahaan atau industri, dan lembaga-lembaga pemerintah ataupun swasta. Bidang

pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial,

pendidikan, pekerjaan dan lain-lain. Demikian pula sasarannya bukan hanya siswa,

tetapi individu dari berbagai usia, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, bahkan

lanjut usia.

Layanan bimbingan dan konseling dalam seting masyarakat dikenal dengan

community counseling atau konseling komunitas. Menurut Lewis dan Lewis (1998)

konseling komunitas adalah kegiatan membantu masyarakat dalam menyelesaikan

masalah yang berkembang di masyarakat, dengan memanfaatkan potensi yang ada

(14)

Masalah yang berkembang pada masyarakat dewasa ini adalah buruknya akhlak

atau karakter individu yang terdiri dari remaja, anak-anak, bahkan orang dewasa, baik

dari kalangan masyarakat bawah maupun pejabat pemerintah. Gambaran perilaku

buruk remaja terlihat perilaku seks mereka, sebagaimana diberitakan oleh Komnas

Perlindungan Anak (www.publicNews.com 29 Juli 2010) bahwa sebanyak 96%

remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno, 93,7% pernah ciuman, genital

simulation’meraba alat kelamin, dan melakukan oral seks (seks lewat mulut), 67%

tidak perawan, dan 30 % dari 2 juta aborsi dilakukan oleh remaja.

Fenomena lainnya adalah telah terjadi peningkatan jumlah pengguna narkoba di

Indonesia, yaitu sebesar 22,7%. Dari 1,1 juta di tahun 2006, menjadi 1,35 juta di

tahun 2008 (BNN, 2008:3), bahkan di tahun 2013 ini mencapai 4 juta orang.

Buruknya perilaku anak-anak Indonesia terlihat dari banyaknya anak nakal,

sebagaimana dikemukakan oleh Yayasan Sekretariat Anak Merdeka Indonesia,

bahwa dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, jumlah anak nakal yang ditangani oleh

yayasan tersebut mencapai 69 kasus. Jumlah tersebut melebihi perkiraan, yang hanya

mencanangkan 30 kasus (Samin:2007). Data lain yang menunjukkan banyaknya

kasus kenakalan anak, diperoleh dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan

Anak, sebagaimana dikutip oleh Virdhani (2009), bahwa terdapat 5000 anak yang

saat ini tersangkut hukum pidana dan tengah mengalami proses persidangan.

(15)

korupsi yang melibatkan pejabat tinggi di instansi kepolisian, mantan deputi gubernur

Bank Indonesia, mantan gubernur, bupati, walikota, anggota dewan, pegawai

perpajakan, bahkan melibatkan jaksa, dan hakim yang seharusnya menjadi pionir

penegak keadilan. Kasus lainnya adalah tawuran pelajar, geng motor, tawuran antar

kampung, pencurian, perampokan, bahkan pembunuhan dan pemerkosaan yang

hampir setiap hari menjadi bahan pemberitaan baik di media surat kabar maupun

media elektronik.

Fenomena tersebut tentu merupakan tantangan besar bagi masa depan bangsa

Indonesia, karena karakter atau akhlak mulia merupakan fondasi penting

terbentuknya sebuah tatanan masyarakat yang beradab dan sejahtera. Sebagaimana

Lord Channing (Megawangi, 2007:1) mengatakan bahwa harapan terbesar

masyarakat adalah kualitas akhlak setiap individu. Masyarakat yang aman, tentram

dan damai hanya akan terbentuk jika individu-individunya memiliki karakter yang

baik atau akhlakulkarimah.

Karakter individu terbentuk sejak anak usia dini, melalui proses pengasuhan

oleh orang tua atau parenting. Sebagaimana teori genotype menyebutkan bahwa hasil

akhir seorang anak ditentukan oleh faktor gen orang tua. Teori triangel relationship

juga menyebutkan, bahwa pembentukan karakter manusia, salah satunya ditentukan

(16)

yang dilahirkan dalam keadaan suci atau fitrah, ayah dan ibunyalah yang dapat

menyebabkan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani ataupun Majusi”. (HR Muslim)

Berdasarkan teori-teori tersebut, diperkuat dengan hadist Rasulullah Saw. di

atas dapat disimpulkan, bahwa pengasuhan anak oleh orang tua atau dikenal dengan

istilah parenting memegang peranan penting dalam pembentukan akhlak dan karakter

individu.

Hasil penelitian Rene Spitz, Bronfenbrenner, John Bolby, Cole & Dodge,

Haskett & Kister, Salzinger, Fielmand, Hammer & Rosario (Megawangi: 2009) juga

menunjukkan, bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara parenting dengan

terbentuknya karakter anak.

Demikian pentingnya peranan parenting dalam pembentukan akhlak atau

karakter individu, maka untuk menghasilkan anak-anak yang memiliki akhlak atau

karakter yang baik, parenting harus dilakukan dengan cara yang baik dan benar.

Sebab parenting yang salah akan berdampak pada terbentuknya anak-anak yang

memiliki karakter yang kurang baik (Megawangi, 2007). Oleh karena itu diperlukan

orang tua yang memiliki kemampuan parenting yang baik.

Kurangnya pengetahuan dan keterampilan orang tua tentang cara pengasuhan

atau teknik parenting yang baik, merupakan fenomena yang terjadi di Kota Bandung.

Beberapa kasus temuan peneliti selama menjadi praktisi PAUD (2001-2013) dan

(17)

orang tua tentang cara pengasuhan anak yang baik. Temuan tersebut diperkuat oleh

hasil penelitian Tim Monitoring IGTKA Jabar (2009-2010) terhadap 115 Lembaga

PAUD (TK Alquran Karakter dan SBB) di Jawa Barat (termasuk di dalamnya 55

lembaga di Kota Bandung) menunjukkan, bahwa ketidaktahuan orang tua tentang

cara pengasuhan yang baik, merupakan faktor utama yang menjadi penghambat dan

penyebab kurang optimalnya penerapan pendidikan karakter di TK Alquran Karakter

atau SBB.

Hasil penelitian Kusumawardhani (2008) juga merekomendasikan, bahwa

orang tua perlu mempunyai komunitas belajar sebagai orang tua, agar mereka

mendapat pengetahuan dan keterampilan tentang cara pengasuhan anak. Sebab,

“tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua, berpengaruh terhadap cara

pengasuhannya”. (Puspitasari, 2006:20). Oleh karena itu sangat penting memberikan

bantuan kepada orang tua, agar mereka memiliki kemampuan parenting yang baik.

Tidak adanya lembaga pendidikan formal atau sekolah untuk menjadi orang

tua, merupakan salah satu faktor penyebab kurangnya wawasan dan pengetahuan para

orang tua tentang cara parenting yang baik. Sebab jika merujuk kepada UU RI

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, pasal 1, butir 14

yaitu: “Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui

(18)

jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih

lanjut”. Selanjutnya dalam pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini butir 5

dinyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini melalui jalur pendidikan informal,

pendidikan keluarga, dan lingkungan. Seharusnya para orang tua difasilitasi untuk

dapat menjadi pendidik dan pengasuh yang profesional bagi anak-anaknya di dalam

keluarga.

Kebijakan pemerintah tentang Pendidikan Anak Usia Dini saat ini baru sampai

pada penyelenggaraan pendidikan formal dan nonformal. Para pendidik PAUD di

lembaga pendidikan formal dan nonformal yang kerjanya rata-rata hanya 2 jam

sehari, didorong untuk menempuh pendidikan sarjana agar menjadi guru PAUD yang

professional. Sementara untuk pendidikan informal dalam keluarga, para orang tua

yang kerjanya 24 jam sehari semalam, seolah luput dari perhatian, sehingga para

orang tua tidak mendapat pembekalan untuk menjadi pendidik atau pengasuh yang

profesional di dalam keluarga.

Meskipun demikian, upaya untuk meningkatkan kemampuan parenting orang

tua sebenarnya telah digagas pemerintah melalui BKKBN dengan program BKB

(Bina Keluarga Balita) yang dibentuk dan dilaksanakan oleh PKK di tingkat RW.

Tujuan program BKB adalah membekali para orang tua balita agar dapat

menumbuhkembangkan anak secara optimal dan membangun karakter anak

(19)

pelaksanaannya tidak didukung oleh dana operasional dan pembinaan yang memadai,

sehingga kelompok-kelompok BKB yang telah terbentuk tersebut, hanya tinggal

nama tanpa ada kegiatan. Seiring dengan munculnya program PAUD yang disertai

dana stimulan dari pemerintah kelompok-kelompok BKB pun menyelenggarakan

PAUD, bahkan beralih fungsi menjadi Lembaga Pendidikan Anak Usia dini.

Berdasarkan data dari BKKBN (2007) diketahui, bahwa pada tahun 2007

jumlah BKB yang terdaftar di Kota Bandung sebanyak 134 kelompok yang tersebar

di 18 kecamatan, namun berdasarkan data hasil penelitian pendahuluan penulis

diketahui bahwa jumlah kelompok BKB yang saat ini masih aktif ada 80 kelompok

yang tersebar di 25 kecamatan (lihat lampiran 1). Berarti terjadi penurunan jumlah

kelompok BKB yang aktif dalam kurun waktu 5 tahun (2007-2013) sebanyak 59 %.

Semua kelompok BKB yang saat ini masih aktif tersebut, pada umumnya

menyelenggarakan kegiatan dengan sasarannya bukan lagi para orang tua, melainkan

langsung berfokus pada anak-anaknya. Para kader pun beralih menjadi guru PAUD,

yang ada uang kesejahteraannya.

Untuk melihat kondisi kemampuan parenting orang tua peserta BKB tersebut,

penulis menyebarkan angket kepada 120 orang tua peserta BKB yang dipilih secara

purposive, hasilnya menunjukkan sebanyak 85% peserta menggunakan pola otoriter

(20)

bimbingan yang dilakukan di BKB belum dapat meningkatkan kemampuan parenting

orang tua secara baik.

Hasil penelitian Seri Mulyasari (2010) di BKB Melati Kec. Cibiru Kota

Bandung, dan Warnia Neng Siti Nurjanah (2011) di BKB Dahlia Andir Kota

Bandung, menunjukkan bahwa kendala yang dihadapi dalam penyelenggaran BKB

yaitu (1) tidak adanya dana bantuan baik untuk sarana dan prasarana, maupun untuk

kegiatan operasional BKB; (2) tidak ada pembinaan tentang bagaimana cara

pemberian layanan bimbingan maupun pendalaman materi bimbingan yang harus

disampaikan, (3) para kader BKB rata-rata lulusan SMA, dan SMP bahkan lulusan

SD sehingga bukan orang yang professional di bidang bimbingan; (4) para kader

mendapat materi bimbingan untuk penyelenggaraan kegiatan bimbingan dengan cara

membaca dari modul BKB, sehingga mereka kurang bisa memahami maknanya; (5)

para orang tua yang memiliki balita kurang antusias mengikuti kegiatan BKB.

Fenomena tersebut di atas, membuat peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh

tentang kondisi layanan bimbingan kepada orang tua di BKB. Dalam pandangan

peneliti layanan bimbingan kepada orang tua di BKB tersebut, merupakan sebuah

potensi yang telah ada di masyarakat, yang dapat dikembangkan menjadi layanan

bimbingan yang lebih terprogram dan terarah untuk membantu para orang tua

(21)

Fenomena bahwa sebanyak 85% orang tua peserta BKB di Kota Bandung,

berada pada kategori pola asuh otoriter, membutuhkan penanganan yang serius,

karena pola asuh otoriter berdampak pada terbentuknya karakter yang kurang baik

pada anak, sebagaimana Baumrind (Boyd & Bee, 2006) mengatakan, bahwa dampak

dari pola asuh otoriter adalah menghasilkan anak-anak yang memiliki tingkat

kecemasan dan ketakutan yang tinggi dibandingkan dengan anak lain; gagal memulai

suatu kegiatan; menarik diri karena tidak puas diri, dan memiliki keterampilan

komunikasi yang lemah. Hasil penelitian Boyd dan Bee (2006) juga menyebutkan,

bahwa remaja yang berasal dari keluarga dengan pola parenting yang otoriter,

memiliki nilai raport yang rendah, dan memilki konsep diri yang negatif dibanding

anak-anak yang diasuh dengan pola autoritatif, sedangkan dampak dari pola

parenting yang permisif menghasilkan anak yang memiliki self esteem yang rendah,

tidak dewasa dan merasa diasingkan dalam keluarga. Anak yang diasuh dengan pola

permisif cenderung impulsif, agresif, kurang dapat bertanggung jawab, dan kurang

mandiri.

Adapun pola parenting yang menghasilkan karakter dan kepribadian anak yang

paling positif menurut Baumrind (Boyd & Bee, 2006) adalah pola autoritatif. Anak

yang diasuh dengan pola autoritatif menunjukkan sikap merasa bahagia, mempunyai

kontrol diri dan rasa percaya diri yang terpupuk, bisa mengatasi stres, punya

(22)

orang dewasa, serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Mereka juga

memiliki nilai yang bagus serta motivasi berprestasi yang tinggi, dibandingkan anak

dari pola parenting lainnya. (Boyd & Bee, 2006)

Pendapat Baumrind, dan Boyd & Bee di atas, mendasari peneliti dalam

memfokuskan kemampuan parenting yang hendak dicapai melalui layanan

bimbingan, pada meningkatkan kemampuan menggunakan pola autoritatif dalam

pengasuhannya.

Upaya untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua dilakukan dengan

pemberian layanan bimbingan, sebab sebagaimana pendapat Yusuf dan Nurihsan

(2005,) bahwa layanan bimbingan dapat diberikan kepada setiap orang tanpa

mengenal batas usia, dan dalam berbagai seting.

Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa mendidik anak merupakan salah satu

kewajiban dalam agama Islam, maka upaya untuk membantu seseorang agar dapat

melakukan kewajiban beragama merupakan salah satu tujuan dari Bimbingan

Konseling Islam. Oleh karena itu upaya untuk memberikan bantuan kepada orang tua

agar dapat melakukan parenting dengan baik dapat merujuk kepada konsep irsyad

dalam bimbingan konseling Islam. Selain merujuk kepada konsep bimbingan dan

konseling Islam upaya pemberian bantuan kepada orang tua juga merujuk kepada

konseling komunitas atau community counseling, sebab para orang tua yang menjadi

(23)

(Bina Keluarga Balita). Konseling komunitas (community counseling)

memungkinkan dapat dilaksanakannya pemberian informasi dalam layanan

pendidikan langsung kepada masyarakat. Sebagaimana pendapat Lewis dan Lewis

(2008) terdapat empat jenis layanan dalam konseling komunitas yang salah satunya

adalah layanan pendidikan langsung kepada masyarakat yang disebut direct

community service.

Salah satu pendekatan dalam bimbingan dan konseling, termasuk juga dalam

konseling komunitas adalah pendekatan kelompok atau disebut bimbingan kelompok.

Menurut Natawidjaja (2009), “bimbingan kelompok dimaksudkan untuk efektivitas

waktu dan tenaga pembimbing”. Bimbingan kelompok juga dimaksudkan, agar

kegiatan bimbingan lebih dinamis dan bervariasi, karena bimbingan kelompok

memiliki beberapa metode seperti: permainan, latihan, simulasi, home room, dan

sosiodrama (Rusmana: 2009).

Melalui layanan bimbingan kelompok, peserta juga bisa mendapatkan informasi

sesuai tujuan yang dicanangkan, termasuk mengenai pentingnya parenting yang

benar, serta cara-cara melakukan parenting yang benar. Peserta juga dapat sharing

dalam menghadapi berbagai permasalahan perilaku anak di rumah (Wibowo,

2005:17).

Merujuk kepada pendapat di atas, maka layanan bimbingan kelompok dapat

(24)

meningkatkan kemampuan parenting-nya. Fenomena keberadaan program bimbingan

kepada orang tua dalam komunitas BKB sebagaimana dipaparkan di atas, juga

menjadi dasar bagi peneliti dalam merumuskan model bimbingan kelompok untuk

meningkatkan kemampuan parenting orang tua dalam seting komunitas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini bermaksud menghasilkan

rumuskan model bimbingan kelompok yang efektif untuk meningkatkan kemampuan

parenting orang tua. Usaha ini ditempuh dengan studi eksplorasi, memotret secara

obyektif pelaksanaan bimbingan kepada orang tua melalui program Bina Keluarga

Balita di Kota Bandung.

Agar penelitian lebih berfokus, terdapat masalah-masalah yang menarik untuk

dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1) Kemampuan parenting apa saja yang dibutuhkan oleh para orang tua peserta

BKB di Kota Bandung?

2) Bagaimana kondisi layanan bimbingan kepada orang tua yang telah ada?

3) Seperti apa model bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan

parenting orang tua dalam seting komunitas BKB?

4) Bagaimana pengembangan model bimbingan kelompok untuk meningkatkan

(25)

5) Bagaimanakah efektivitas model bimbingan kelompok untuk meningkatkan

kemampuan parenting orang tua?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, tujuan umum penelitian adalah

menghasilkan model bimbingan kelompok yang efektif untuk meningkatkan

kemampuan parenting orang tua dalam seting komunitas melalui realitas pelaksanaan

bimbingan kepada orang tua pada program Bina Keluarga Balita di Kota Bandung.

Tujuan umum ini akan dicapai melalui tujuan khusus penelitian yaitu untuk:

1) Mengidentifikasi kemampuan parenting yang menjadi kebutuhan para orang tua

peserta Bina Keluarga Balita di Kota Bandung.

2) Mengeksplorasi keseluruhan kondisi layanan bimbingan kepada orang tua yang

telah ada di masyarakat yaitu pada program BKB di Kota Bandung.

3) Merumuskan model hipotetik bimbingan kelompok dalam konseling komunitas

untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua dalam seting komunitas

BKB.

4) Mendeskripsikan pengembangan model bimbingan kelompok untuk

meningkatkan kemampuan parenting orang tua dalam seting komunitas BKB.

5) Mengetahui efektivitas model bimbingan kelompok untuk meningkatkan

(26)

D. Manfaat Penelitian

Sasaran utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah ditemukannya

model bimbingan kelompok yang efektif untuk meningkatkan kemampuan parenting

orang tua. Dengan memiliki kemampuan parenting yang baik, para orang tua

diharapkan dapat melakukan parenting dengan baik, sehingga menghasilkan

anak-anak yang memiliki karakter dan kepribadian yang baik.

Model bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting orang

tua dalam seting komunitas, pada akhirnya diorientasikan untuk membantu

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para orang tua dalam berbicara,

bersikap dan bertindak ketika menetapkan aturan atau batasan, memantau perilaku

anak, menegakkan aturan, dan menstimulasi tugas perkembangan anak,

berkomunikasi efektif dengan anak, menjadi pendengar yang baik bagi anak,

menunjukkan kasih sayang kepada anak, dan memberikan pujian kepada anak,

dengan pola autoritaif.

Hasil penelitian berupa model bimbingan kelompok untuk meningkatkan

kemampuan parenting orang tua diharapkan bermanfaat bagi semua pihak.

(27)

Penelitian ini merupakan aplikasi dari teori Bimbingan dengan Seting Komunitas

atau Masyarakat dan Bimbingan Konseling Islam. Rumusan model memuat

teknik-teknik bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting

orang tua dalam seting komunitas atau masyarakat. Manfaat yang diharapkan

adalah berguna dalam mengembangkan teori maupun praktik bimbingan dan

konseling dalam seting komunitas atau masyarakat, sehingga memperkaya

khasanah keilmuan bimbingan dan konseling khususnya konseling komunitas

dan Bimbingan Konseling Islam.

2) Bagi Lembaga Pendidik Konselor

Hasil penelitian berupa panduan pelaksanaan bimbingan kelompok dalam seting

komunitas, diharapkan memberikan sumbangan kepada lembaga pendidik

konselor. Lembaga pendidik konselor dapat memanfaatkan hasil penelitian ini

untuk mengembangkan kemampuan para konselor di bidang Bimbingan

Kelompok dalam Konseling Komunitas dan Bimbingan Konseling Islam.

3) Bagi Praktisi Bimbingan di Masyarakat

Hasil penelitian berupa model bimbingan kelompok, memuat satuan layanan

kegiatan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting orang

tua pada seting komunitas atau masyarakat. Para praktisi bimbingan di

masyarakat, khususnya kader BKB, dapat memanfaatkan satuan layanan produk

(28)

Modul produk ini juga dapat digunakan untuk pelayanan bimbingan kepada

orang tua di BKB, atau dalam berbagai seting komunitas atau masyarakat

lainnya, seperti co parenting kepada para orang tua di PAUD (Taman

Kanak-Kanak atau Play Group), bimbingan pranikah di KUA, atau bimbingan Islam

kepada para orang tua di majelis taklim.

4) Bagi Para Orang Tua

Program bimbingan yang dihasilkan dari penelitian ini, berisi materi tentang

teknik-teknik parenting dalam menetapkan aturan dan batasan, memantau

perilaku anak, menegakkan aturan, menstimulasi tugas perkembangan anak,

berkomunikasi efektif dengan anak, menjadi pendengar yang baik bagi anak,

mengekspresikan kasih sayang kepada anak, dan memberikan pujian yang efektif

meningkatkan perilaku baik anak. Materi-materi tersebut diharapkan dapat

menambah pengetahuan dan keterampilan para orang tua, untuk diterapkan

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pembahasan pada bab III meliputi: (1) pendekatan penelitian, (2)

langkah-langkah pelaksanaan penelitian, (3) subjek penelitian, (4) teknik pengumpulan data,

(5) pengembangan instrumen penelitian, dan (6) analisis data.

A. Pendekataan Penelitian

Terwujudnya model bimbingan kelompok yang efektif untuk meningkatkan

kemampuan parenting orang tua merupakan tujuan akhir penelitian ini. Strategi

penelitian yang dianggap paling tepat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut

adalah penelitian dan pengembangan (research and development). Borg dan Gall

(1989) menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan merupakan,“a process used

develop and validate educational product”. Penelitian dan pengembangan

digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasikan suatu produk. Penelitian dan

pengembangan juga merupakan jembatan antara penelitian dasar dan penelitian

terapan. Pengembangan model hipotetik dilakukan dengan menganalisis kebutuhan

menggunakan penelitian dasar lalu diuji menggunakan metode eksperimen, kemudian

diaplikasikan dalam situasi layanan yang sebenarnya.

Metode penelitian kualitatif dan kuantitatif digunakan bersama-sama secara

terpadu dan saling mendukung (mixed method design). Metode penelitian kualitatif

(30)

kepada orang tua di BKB (Bina Keluarga Balita) dan untuk mengetahui validitas

rasional model bimbingan kelompok. Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk

mengetahui keefektifan model bimbingan kelompok dalam meningkatkan

kemampuan parenting orang tua. Pada tataran teknis dilakukan metode deskriptif dan

metode kuasi eksperimen. Metode analisis deskriptif digunakan pada tahap awal

untuk mendapatkan data tentang kondisi objektif lapangan yang meliputi: (1) kondisi

model layanan bimbingan yang sudah ada untuk digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam model yang akan dikembangkan, (2) kondisi pihak pengguna

model layanan yaitu kader BKB dan orang tua peserta BKB. Sedangkan metode kuasi

eksperimen digunakan untuk melakukan uji coba model.

B. Langkah-Langkah Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dan pengembangan (research and development) dalam

pelaksanaannya menggunakan metode deskriptif, evaluatif dan experimental. Metode

deskriptif digunakan pada tahap awal untuk mendapatkan data tentang kondisi nyata

di lapangan. Data tersebut meliputi: (1) kondisi produk yang sudah ada yang

digunakan sebagai bahan pertimbangan pada produk yang akan dikembangkan, (2)

kondisi pihak pengguna produk, kader BKB, dan peserta BKB. Metode eksperimen

digunakan untuk menguji efektivitas model, meskipun pada tahap uji coba terbatas

dilakukan evaluasi, tetapi hasil evaluasi tersebut hanya digunakan untuk memperbaiki

(31)

Secara konseptial Borg and Gall (1989) mengemukakan urutan kegiatan

research and development yaitu, “(1) Reasearch and information collecting,

(planning), (2) develop preliminary from product, (3) main product revision, (4) main

field testing, (5) operational product process, (6) operational field testing, (7) final

product revision, (8) desimination and implementation.”

Secara operasional penelitian ini dilakukan dalam empat tahap, yaitu studi

pendahuluan, perencanaan, pengembangan dan efektivitas model. Tahapan penelitian

tersebut digambarkan dalam gambar 3.1.

Bagan Alur Penelitian

Gambar 3.1 1. Studi Pendahuluan

PENDAHULUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN EFEKTIVITAS

Studi Literatur Penyusunan Model Hipotetik

Uji Coba Terbatas

Uji Efektivitas Model

Studi Lapangan

Model Hasil Uji Coba

Terbatas Model

(32)

Studi pendahuluan dilakukan untuk memperoleh bahan pengembangan model.

Bahan tersebut selanjutnya digunakan untuk merancang model hipotetik. Kegiatan

penelitian pada tahap studi pendahuluan adalah: (1) mengkaji literatur yang berkaitan

dengan teori, konsep dan hasil penelitian yang relevan dengan masalah penelitian, (2)

studi lapangan tentang pelaksanaan bimbingan kepada orang tua di Bina Keluarga

Balita (BKB).

a. Studi Literatur

Studi literatur bertujuan untuk mengkaji teori-teori, prinsip-prinsip,

konsep-konsep yang berhubungan dengan model yang sedang dikembangkan, yaitu

bimbingan kelompok dalam community counseling dan parenting. Studi literatur

dilakukan secara intensif dengan menggunakan sumber informasi yang relevan

dengan topik-topik yang sedang dibahas baik berupa buku teks, jurnal, laporan

penelitian maupun artikel. Hasil studi pendahuluan kemudian digunakan sebagai

dasar untuk merancang model hipotetik. Uraian tentang hasil studi literatur

dipaparkan secara komprehensif pada bab II.

b. Studi Lapangan

Tujuan studi lapangan adalah untuk mengetahui kondisi dan situasi nyata di

lokasi penelitian yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Ada dua aspek

yang menjadi fokus studi lapangan, yaitu pelaksanaan layanan bimbingan kepada

(33)

Data-data yang diperoleh dari studi lapangan selanjutnya dipadukan dengan

data yang diperoleh dari studi literatur. Hasil perpaduan antara dua sumber tersebut

dijadikan sebagai landasan untuk merencanakan dan mendisain model hipotetik.

Studi lapangan pendahuluan dilakukan pada 6 kelompok BKB yang yang terdapat di

kota Bandung. Objek yang menjadi sasaran studi lapangan pendahuluan yaitu: (1)

objek material, sarana bimbingan dan konseling, (2) objek personal, peserta dan

kader/ pelaksana bimbingan.

Tabel 3.1

Daftar BKB Tempat Studi Lapangan Pendahuluan

NO NAMA KELOMPOK BKB KECAMATAN WILAYAH

1 Dahlia RW 07 Kel. Cioyom Andir Bojonegoro

2 Sedap Malam RW 08 Kel. Pasir Layung

Cibeunying Kidul Cibeunying

3 Eidelweis RW 08 Kel Sukapura Kiaracondong Karees

4 Dahlia RW 08 Kel. Pelindung Hewan

Astana Anyar Tegalega

5 Al Fatonah RW 14 Kel Cipadung Kidul

Panyileukan Ujung Berung

6 Sinar Rahayu RW 04 Kel. Cimincrang

Gede Bage Gede Bage

2. Perencanaan

Tujuan penelitian yang ingin dicapai pada tahap perencanaan adalah terciptanya

model hipotetik bimbingan kelompok untuk meningkatkaan kemampuan parenting

orang tua peserta Bina Keluarga Balita (BKB). Model hipotetik tersebut pada

(34)

pendahuluan. Setelah model hipotetik tersusun langkah selanjutnya adalah melakukan

pengembangan model.

3. Pengembangan Model

Pada tahap pengembangan model dilakukan uji rasional model dan uji coba

terbatas.

a. Uji Rasional Model

Uji rasional model bertujuan untuk menguji sejauhmana model hipotetik yang

telah dirumuskan layak untuk digunakan. Uji rasional model dilakukan dengan

berkonsultasi kepada tiga orang pakar di bidang bimbingan dan konseling serta

parenting yaitu, (1) Dr. Ilfiandra, M.Pd, (2) Dr. Nani Sugandi, M.Pd dan (3) Dr. Aan

Listiana, M.Pd.

b. Uji Coba Terbatas

Uji coba terbatas dilakukan di kelompok BKB Edelweis RW 08 Kelurahan

Sukapura Kecamatan Kiaracondong. Lokasi tersebut dipilih karena baik peserta

maupun kadernya memungkinkan untuk dijadikan sebagai tempat uji coba.

Uji coba terbatas dilakukan kepada sepuluh orang peserta BKB. Uji coba

dilakukan secara sistematis sesuai dengan langkah-langkah dan prosedur yang

(35)

refleksi terhadap keseluruhan proses uji coba model. Hasil evaluasi dan refleksi

menjadi pedoman pada saat merevisi model yang dikembangkan.

4. Efektivitas Model

Uji efektivitas model bertujuan untuk mengetahui sejauhmana kefektivan model

yang sedang dikembangkan. Uji efektifitas model dilaksanakan di BKB Edelweis dan

BKB Al Fatonah Cipadung Kidul Panyileukan. Kelompok BKB tersebut merupakan

representasi dari dua wilayah yang berbeda dan berjauhan. Disain penelitian

menggunakan pretest-posttest control group design dengan langkah-langkah berikut:

(1) menentukan kelompok eksperimen, dan kelompok kontrol, (2) kelompok

eksperimen diberi perlakuan mendapat bimbingan kelompok menggunakan model

yang dirancang, sedangkan kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan bimbingan

kelompok, (3) kedua kelompok dilakukan pretest dan dihitung mean untuk

masing-masing kelompok, (4) mengadakan posttest terhadap kedua kelompok dan dihitung

mean untuk masing-masing kelompok, (5) menghitung perbedaan mean (posttest dan

pretest) dari masing-masing kelompok, selanjutnya membandingkan perbedaan

tersebut secara statistik. Disain uji coba model digambarkan pada tabel 3.3.

Tabel 3.2

Disain Uji Efektivitas Model

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O X O

(36)

C. Sampel Penelitian

Jumlah sampel penelitian berbeda-beda pada setiap tahapan uji coba. Gambaran

tentang jumlah sampel penelitian dideskripsikan sebagai berikut.

1. Jumlah Sampel pada Tahap Studi Pendahuluan

Jumlah sampel pada tahap studi pendahuluan adalah 120 orang diambil dari

enam kelompok BKB dari enam wilayah di Kota Bandung. Setiap wilayah diwakili

oleh satu kelompok BKB. Ketua BKB enam orang, kader 12 orang dan peserta 120

orang. Rincian Subjek penelitian disajikan melalui tabel 3.3.

Tabel 3.3 Subjek Penelitian

NO KATEGORI JUMLAH SAMPEL

1. Ketua BKB 6 Orang

2. Kader 12 Orang

3. Peserta 120 Orang

2. Jumlah Sampel pada Tahap Uji Coba Terbatas

Jumlah sampel pada uji coba terbatas adalah sepuluh orang. Penerapan jumlah

sampel penelitian berdasarkan kepada kualifikasi bimbingan kelompok, yaitu jumlah

anggota kelompok yang efektif adalah antara 8-15 orang. Rincian subjek penelitian

(37)

Tabel 3.4 Subjek Penelitian

Pada Tahap Uji Coba Terbatas

NO KATEGORI JUMLAH SAMPEL

1 Kader 2 Orang

2 Peserta 10 Orang

3. Jumlah Sampel pada Tahap Uji Efektivitas Model

Pada tahap uji validitas model jumlah sampel sebanyak 40 peserta,

masing-masing 20 orang peserta untuk kelompok eksperimen dan 20 orang peserta untuk

kelompok kontrol. Penentuan jumlah ini sesuai dengan disain penelitian dan

karakteristik bimbingan kelompok yang efektif, yaitu antara 8-15 orang anggota.

Rincian subjek penelitian disajikan melalui tabel 3.5.

Tabel 3.5 Subjek Penelitian

Pada Tahap Uji Efektivitas Model

Kelompok BKB Kelompok Jumlah

BKB Edelweis Eksperimen 10 Orang

Kontrol 10 Orang

BKB Al Fatonah Eksperimen 10 Orang

Kontrol 10 Orang

D.Teknik Pengumpulan Data

Menurut Wolcott (Sukmadinata 2005:151) ada tiga teknik pengumpulan data

(38)

pengungkapan (enquiring), dan (3) pengujian (examining). Pengalaman diperoleh

dengan melakukan observasi. Pengungkapan diperoleh dengan melakukan

wawancara, dan pengujian.

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh data yang komprehensif mengenai

berbagai aspek yang relevan dengan fokus penelitian seperti prilaku atau tindakan

manusia dan kondisi atau situasi lingkungan. Sebagaimana pendapat Sujana &

Ibrahim (1989:109) bahwa teknik observasi digunakan untuk mengukur tingkah laku

individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi

sebenarnya maupun dalam situasi buatan.

Dalam penelitian ini observasi dilakukan pada setiap tahapan. Pada studi

pendahuluan observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi layanan bimbingan

kepada orang tua di BKB. Pada tahap pengembangan dan validasi model teknik

observasi dilakukan untuk mengetahui proses pengimplementasian model bimbingan

kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua.

2. Wawancara

Menurut Ridwan (2003:56), “teknik wawancara digunakan untuk memperoleh

informasi mengenai pendapat, aspirasi, harapan, persepsi, keinginan, keyakinan dan

(39)

juga mengemukakan bahwa wawancara merupakan pertanyaan atau pernyataan yang

diucapkan secara lisan oleh peneliti dan direspon langsung oleh subjek penelitian.

Dalam penelitian ini teknik wawancara banyak digunakan pada tahap studi

pendahuluan, yaitu untuk mendapatkan data tentang kondisi layanan bimbingan

kepada orang tua di BKB. Meskipun demikian dalam tahap pengembangan, uji coba

terbatas, uji coba diperluas dan uji validasi, teknik wawancara juga digunakan untuk

mendapatkan data tambahan dalam rangka merevisi model yang sedang

dikembangkan. Untuk meminimalisasi terjadinya gangguan ketika wawancara,

peneliti mempersiapkan pedoman wawancara.

3. Instrumen Penilaian

Penilaian dalam penelitian ini menggunakan instrumen pengungkap tipe

parenting orang tua. Skor tertinggi pada suatu tipe parenting menunjukkan kategori

tipe parenting yang digunakan oleh responden.

E.Pengembangan Instrumen Penelitian

Berdasarkan jenis data yang dibutuhkan maka dikembangkan dua instrumen, yaitu

intrumen pengungkap tipe parenting orang tua, dan pedoman wawancara tentang

(40)

Pengembangan instrumen penelitian dilakukan secara sistematis dengan

langkah-langkah: (1) menyusun kisi-kisi; (2) membuat pertanyaan atau pernyataan

yang sesuai dengan kisi-kisi; (3) meminta pertimbangan ahli yang kompeten dengan

bidang yang diteliti sebelum dilakukan uji coba; (4) melakukan uji coba instrumen

untuk menentukan tingkat validitas dan reliabilitas instrumen, sehingga instrumen

secara akademik layak digunakan, dan (5) elakukan revisi terhadap hasil uji coba

instrumen.

1. Instrumen Pengungkap Tipe Parenting Orang Tua

Langkah-langkah pengembangan instrumen pengungkap tipe parenting adalah

sebagai berikut.

a. Rumusan Konseptual

Instrumen pengungkap pola parenting orang tua dikembangkan dari konsep tipe

parenting Baumrind(Macoby & Martin, 1993) yang mencakup empat pola parenting

yaitu authoritariran parenting style ‘otoriter’, authoritative parenting style

‘autoritatif’, permissive indulgent parenting style ‘indulgen’, dan permissive

neglectfull parenting style ‘neglec’. Maccoby dan Martin (1993) mentransformasi

empat kategori tipe parenting tersebut ke dalam dua dimensi yaitu parental

demandingness dan parental responsiveness. Aspek demandingness meliputi

sejauhmana orang tua memantau prilaku anak, menetapkan aturan dan batasan,

(41)

meliputi sejauhmana orang tua memberi kesempatan kepada anak untuk

mengungkapkan perasaannya, menjelaskan harapan dan aturan, memberikan

penghargaan dan pujian, serta menunjukkan cinta dan kasih sayang.

Konsep tersebut dijadikan dasar pengembangan instrumen penelitian karena

indikator dan komponen yang terdapat didalamnya mengandung unsur-unsur yang

dapat digunakan untuk mengungkap pola parenting orang tua.

b. Menyusun Kisi-kisi

Berdasarkan dimensi demandingness dan responsiveness tersebut di atas,

indikator pola parenting dirumuskan dalam tabel 3.6

Tabel 3.6

Indikator Tipe Parenting Orang Tua

Dimensi Sub Dimensi Indikator

Otoriter Autoritatif Indulgen Neglect

(42)
(43)

kepada

Instrumen terdiri dari 40 item pertanyaan, masing-masing item memiliki empat

pilihan jawaban yang menggambarkan empat kategori pola parenting orang tua.

Teknik pensekoran dilakukan dengan pengkategorisasian menggunakan teknik

persentil yaitu pola parenting dikategorisasikan menjadi empat: (O) Otoriter, (A)

Autoritatif, (I) Indulgen, dan (N) Neglect. Jumlah persentase jawaban terbanyak

menunjukkan kategori pola parenting yang digunakan (Kisi-kisi instrumen dapat

dilihat pada lampiran 2).

2. Instrumen Kondisi Objektif Layanan Bimbingan Kepada Orang Tua a. Rumusan Konseptual

Kondisi objektif layanan bimbingan kepada orang tua di BKB yang dimaksud

(44)

mencakup (1) kondisi sarana bimbingan, (2) kondisi pembimbing (kader), dan (3)

pelaksanaan bimbingan.

b. Menyusun Kisi-Kisi

Setelah mengkaji konsep-konsep tentang kondisi objektif layanan bimbingan

kepada orang tua, selanjutnya dirancang kisi-kisi instrumen sebagaimana yang

terdapat dalam tabel 3.7.

Tabel 3.7

Pedoman Observasi dan WawancaraTentang Kondisi Bimbingan di BKB

Aspek Indikator

A.Kondisi sarana dan prasarana bimbingan

Ruang kerja kader, ruang pertemuan, ruang admnisitrasi, ruang penyimpanan data/rak/lemari, meja, kursi, papan tulis, papan pengumuman, sarana teknis sperti: angket, daftar cek, alat-alat belajar dan lain_lain.

B.Kondisi pembimbing/ kader

Jumlah pembimbing/kader, latar belakang pendidikan, pelatihan yang diikuti, masa kerja sebagai kader BKB.

C.Implementasi layanan bimbingan

Penyusunan program, pelaksanaan layanan bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, tindak lanjut pelaksanaan bimbingan.

3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan untuk mendapatkan data-data diuji terlebih

dahulu validitas dan reliabilitasnya sebelum dilaksanakan penelitian. Pengujian

(45)

a. Validitas

1) Validitas Internal

Uji coba alat ukur dimaksudkan untuk memperoleh keterangan tentang cukup

atau tidaknya pernyataan dalam alat ukur tersebut untuk menjaring kriteria yang

diharapkan dalam penelitian. Uji validitas dilakukan untuk melihat sejauh mana alat

ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Alat ukur dapat dikatakan memiliki

validitas tinggi apabila dapat menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat.

Untuk mendapatkan validitas instrumen, maka dilakukan uji validitas, yaitu

validitas isi (content validity) dan validitas konstruk. Hal tersebut dilakukan dengan

meminta pertimbangan (judgment) pakar diantaranya Dr. Ilfiandra, M.Pd., Ibu Dr.

Nani Sugandhi, M.Pd., dan Ibu Dr. Aan Listiana, M.Pd. Pertimbangan yang diberikan

oleh pakar berkaitan dengan aspek isi, redaksi item, dan keefektifan susunan kalimat

atau bahasa.

Para pakar memberikan pertimbangan cukup baik terhadap perangkat

pertanyaan aspek-aspek pengungkap tipe parenting, dengan kata lain instrumen ini

telah memadai untuk dijadikan alat ungkap data penelitian (Masukan dari pakar

terhadap instrumen dapat dilihat pada lampiran 3).

(46)

Supaya diperoleh derajat ketepatan setiap pertanyaan pada instrumen

pengungkap pola parenting yang sesungguhnya, maka dilakukan uji coba yang

melibatkan sepuluh orang tua peserta BKB. Berdasarkan uji coba tersebut maka

diperoleh keterangan bahwa instrumen dapat digunakan untuk mengungkap data

penelitian.

Pengujian validitas dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keterandalan

instrumen yang digunakan sehingga instrumen tersebut layak untuk diolah dan

digunakan dalam penelitian. Untuk menentukan validitas instrumen peneltian

digunakan rumus korelasi product moment dengan menggunakan SPSS. Pengujian

validitas ini dilakukan pada setiap butir soal, kemudian hasil perhitungannya

dikonsultasikan dengan tabel harga kritik product moment pada taraf signifikansi

yang telah ditentukan, dengan kaidah keputusan :

Jika t hitung > t tabel (½ α, n-2) Alat ukur valid

Jika t hitung < t tabel (½ α, n-2) Alat ukur tidak valid

Korelasi yang dihitung adalah korelasi antara masing-masing pertanyaan

dengan skor total, dihitung dengan tujuan untuk mengetahui pertanyaan-pertanyaan

mana yang valid dan yang tidak valid. Pertanyaan yang tidak valid diganti atau

diperbaiki. Setelah diperoleh pertanyaan yang valid baru diproses pada tahap

berikutnya (Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 4).

(47)

Reliabilitas adalah indek yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat

dipercaya atau diandalkan, yang ditunjukkan dengan kekonsistenan hasil pengukuran.

Ancok (1989) mengatakan bahwa reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauhmana

alat ukur yang digunakan tersebut memiliki taraf ketelitian, kepercayaan, kekonstanan

atau kestabilan. Uji reliabilitas alat pengumpulan data penelitian dimaksudkan untuk

melihat ketepatan alat yang digunakan dalam penelitian.

Teknik pengujian reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji

reliabilitas dengan menggunakan perangkat SPSS diperoleh hasil sebagai berikut.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas diketahui R hitung = 0,82 dibandingkan dengan r

tabel sebesar 0,312. Karena r hitung = 0,82 > tabel = 0,312 maka dapat disimpulkan

bahwa intrumen reliabel.

F. Analisis Data

Penelitian ini mengumpulkan dua jenis data yaitu data kualitatif dan data

kuantitatif. Data kualitatif mencakup kondisi layanan bimbingan di Bina Keluarga

Balita, sedangkan data kuantitatif mencakup data tentang tingkat kemampuan

parenting orang tua. Data kualitatif dianalisis dengan menggunakan analisis

deskriptif naratif, sedangkan data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan

perhitungan statistik melalui uji perbedaan rata-rata, yaitu uji-t (t-test).

Penelitian tentang model bimbingan kelompok kelompok untuk meningkatkan

(48)

parenting orang tua, (2) data tentang kondisi layanan bimbingan kepada orang tua di

BKB, (3) data tentang penerapan model bimbingan kelompok untuk meningkatkan

kemampuan parenting orang tua, dan (4) data tentang validasi model bimbingan

kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua.

Analisis data dilakukan melalui dua cara, yaitu analisis kualitatif dan analisis

data kuantitatif. Analisis data kuantitatif dilakukan pada tahap uji coba lapangan

dengan menggunakan disain one group pretest posttest. Pada tahap uji lapangan

operasional dilakukan dengan disain pretest posttest control group desain.

Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan secara langsung proses

layanan bimbingan kelompok baik ketika uji terbatas, lebih luas, maupun uji

validitas. Data yang diperoleh pada setiap tahapan penelitian, dilakukan proses

(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab V dikemukakan tentang kesimpulan dan rekomendasi penelitian.

Kesimpulan penelitian diuraikan berdasarkan pertanyaan penelitian, sedangkan

rekomendasi penelitian dikembangkan dalam rangka: (1) pengembangan ilmu

bimbingan dan konseling khususnya seting masyarakat: (2) penataan layanan

bimbingan kepada orang tua di Bina Keluarga Balita, dan (3) penelitian selanjutnya.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang model bimbingan kelompok untuk

meningkatkan kemampuan parenting orang tua diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Kondisi kemampuan parenting orang tua peserta BKB di Kota Bandung

menunjukkan kurang baik, sehingga menjadi dasar dibutuhkannya layanan

bimbingan yang terprogram dan terarah untuk meningkatkannya. Kondisi

tersebut juga menjadi dasar dalam penyusunan model bimbingan yang dirancang

yaitu bahwa orang tua membutuhkan pengetahuan dan keterampilan parenting

autoritatif pada dimensi demandingness dan responsiveness. Model bimbingan

yang dirancang merupakan upaya untuk mengubah tipe parenting otoriter

menjadi autoritatif, dengan memperhatikan aspek dan sub aspek demandingness

dan responsiveness.

(50)

orang tua yang telah berjalan di masyarakat melalui program Bina Keluarga

Balita (BKB) dalam keadaan kurang, sehingga memerlukan perbaikan dan

pembenahan dalam berbagai aspeknya. Koordinator dan pelaksana bimbingan

kepada orang tua pada program BKB yaitu kader, membutuhkan pelatihan

khusus mengenai teknik bimbingan dan dasar-dasar parenting karena tidak ada

seorang pun dari mereka yang memliki latar belakang pendidikan bimbingan dan

konseling. Rata-rata pendidikan mereka adalah SMA dan SMP, bahkan ada yang

lulusan SD. Implementasi layanan bimbingan yang meliputi, penyusunan

program, pelaksanaan bimbingan, dan evaluasi, masih kurang memadai, sehingga

memerlukan perbaikan dalam berbagai aspeknya, agar menjadi sebuah layanan

bimbingan yang proporsional, tersusun, terencana dan terarah.

3. Model bimbingan kelompok yang dikembangkan untuk meningkatkan

kemampuan parenting orang tua, terdiri dari dua bagian, yaitu: pertama

substansi model mencakup rasional, tujuan, asumsi, komponen, kompetensi,

struktur intervensi, isi intervensi, fungsi, tanggung jawab dan kompetensi

pembimbing/kader, evaluasi serta indikator keberhasilan. Kedua suplemen model

yaitu teknis operasional yang berisi deskripsi proses bimbingan kelompok berupa

satuan layanan kegiatan dan materi bimbingan.

4. Pengembangan model bimbingan kelompok dilakukan dengan menganalisis

(51)

dengan melakukan uji rasional, dan uji terbatas sehingga menghasilkan model

akhir.

5. Model bimbingan kelompok sebagai bagian dari konseling komunitas atau

community counseling terbukti efektif untuk meningkatkan kemampuan

parenting orang tua. Hal tersebut ditandai dengan adanya perubahan tipe

parenting orang tua dari otoriter ke autoritatif. Berdasarkan pertimbangan

teoretis dan empiris, maka model ini dapat digunakan sebagai kerangka kerja

konseptual dan sekaligus sebagai salah satu strategi peningkatan kemampuan

parenting orang tua peserta BKB, dalam mengontrol prilaku anak

(demandingness), dan dalam menanggapi kebutuhan anak (responsiveness).

B.Rekomendasi

Dengan memperhatikan dan menelaah hasil penelitian, penulis mengemukakan

beberapa rekomendasi sebagai berikut.

1. Kondisi layanan bimbingan yang telah ada belum dapat meningkatkan

kemampuan parenting orang tua, sehingga upaya pengembangan model

bimbingan penting dilakukan, agar kemampuan parenting orang tua peserta BKB

dapat meningkat. Untuk implementasinya pada tataran praktis dibutuhkan

kerjasama secara fungsional antara pihak yang ada di kelompok BKB yaitu kader

dan para orang tua, dengan para praktisi dan ahli bimbingan seperti PLKB dan

(52)

2. Upaya meningkatkan kemampuan parenting orang tua selama ini, belum optimal.

Penelitian ini merupakan langkah awal dalam meningkatkan kemampuan

parenting orang tua pada aspek demandingness, yang meliputi : memantu prilaku

anak, menetapkan aturan dan batasan kepada anak, menegakkan aturan, dan

menuntut kedewasaan anak. Pada aspek responsiveness meningkatkan

kemampuan orang tua dalam berkomunikasi efektif dengan anak, menjadi

pendengar yang baik bagi anak, menunjukkan kasih sayang dan perhatian kepada

anak, serta memberikan penghargaan dan pujian kepada anak. Oleh karena itu

diperlukan penelitian lain untuk memperluas kemampuan parenting pada aspek

yang lain, seperti kemampuan menerapkan kedisiplinan kepada anak,

kemampuan membangun kelekatan dengan anak, dan lain lain. Demikian pula

dilakukan penelitian lanjutan/pengembangan penelitian, dengan tema lain yang

relevan dengan penelitian ini.

3. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa model bimbingan kelompok

sebagai bagian dari konseling komunitas terbukti efektif dalam meningkatkan

kemampuan parenting orang tua, yaitu dengan mengubah pola asuh orang tua

yang tadinya otoriter menjadi autoritatif. Agar model tersebut dapat

diimplementasikan dengan baik di masyarakat terutama di kelompok BKB,

diperlukan sosialisasi dan kerjasama. Sosialisasi perlu dilakukan kepada

(53)

dengan seksama. Kepada pelaksana program yaitu para kader, agar menerapkan

model bimbingan ini dalam memberikan layanan kepada orang tua. Kerjasama

antara kader BKB sebagai praktisi di lapangan, para ahli bimbingan atau

konselor masyarakat, serta aparat pemerintah yang terkait dengan program BKB

(BKKBN), diperlukan agar kegiatan berjalan sesuai program, terencana dengan

baik, dan terpantau, serta mendapat sokongan dana.

4. Bimbingan kelompok ini dirancang untuk diberikan kepada para orang tua yang

memiliki anak usia 4 s.d. 5 tahun, dengan seting komunitas di masyarakat. Maka

model ini tidak hanya dapat diterapkan di kelompok BKB saja melainkan juga

dapat diterapkan pada seting komunitas masyarakat lainnya, seperti: di sekolah

parenting, di majelis taklim, atau di lembaga pendidikan PAUD (TK/ Play

Group) yang menyelenggarakan layanan bimbingan kepada orang tua, dengan

syarat subjeknya adalah para orang tua yang memiliki anak usia 4-5 tahun.

5. Model bimbingan ini memuat teknik-teknik dan metode yang dirancang untuk

bimbingan kelompok, sehingga dapat diadopsi untuk digunakan dalam

memberikan layanan bimbingan kepada orang tua yang memiliki anak usia SD,

SMP, SMU bahkan mahasiswa, dengan penyesuaian materi sesuai kebutuhan

peserta.

6. Keberhasilan model ini baru dilihat dari sisi perubahan pola asuh orang tua saja,

(54)

bimbingan kelompok dari sisi perubahan prilaku anak atau dalam membentuk

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Jamal. (2005). Tahapan Mendidik Anak Teladan Rosulullah. Bandung: Irsyad Baitus Salam.

Adalbjarnardottir, S. & Hafsteinsson L.G. (2001). Adolescents' Perceived Parenting Styles and Their Substance Use: Concurrent and Longitudinal Analysis.

Dalam Journal of Research on Adolescence, 11, 401-423.

Badu, Ruslin. (2011). Pengembangan Model Pelatihan Permainan Traidisional Edukatif Berbasis Potensi Lokal dalam Meningkatkan Kemampuan danKeterampilan Orang Tua anak Usia Dini. Dalam Jurnal Penelitian dan Pendidikan Volume 8 Nomor 1, Maret 2011

Baihaqi, Ibnu Buchori Ihsan. (2010). Yuk, Jadi Orang tua Shalih, Sebelum Meminta Anak Shalih. Bandung: Mizania.

Baumrind, D. (1966). Effects of Authoritative Parental Control on Child Behavior. Dalam Journal Child Development, 37, 887-907.

Baumrind, D. (1991). Parenting Styles and Adolescent Development. In J. Brooks, R. Lerner, & A.C. Peterson (Eds.). The Encyclopedia of Adolescence (pp. 758-772). New York: Garland.

Baumrind, D. (1991). The Influence of Parenting Style on Adolescent Competence and Substance Use. Dalam Journal of Early Adolescence, 11, 56-95.

Borg, W.R. & Gall M.D. (1989). Educational Research. An Introduction, Firth Edition, New York: Logman.

Boyd. D. & Bee H. (2006). Lifespan development. Boston: Pearson Education. Inc.

(56)

BKKBN. (1997). Pedoman Pelaksanaan Bina Keluarga Balita (BKMM, BKB,BKR,BKD.BKL) Bagi Petugas/Pengelola, Gerakan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Bandung: BKKBN JABAR.

BKKBN.(2007). Buku Pedoman Sistem Pemantauan dan Rujukan Bina Keluarga Balita, Jawa Barat.

BKKBN. (2007) Modul Bina Keluarga Balita, Jawa Barat

Brooks, Jane B. (2003). The Process of Parenting, six edition, United States: McGraw Hill.

Catherine L. Packer, Columbus. (2004). Ohio Counseling in African-American Communities: Biblical Perspectives on Tough Issues. Dalam Western Journal of Black Studies28. 2 (Summer 2004): 394-395.

Caughy, Margaret O'Brien, et all. (2001). Perceptions of Parenting: Individual Differences and the Effect of Community. Dalam American Journal of Community Psychology29. 5 (Oct 2001): 679-99.

Conrad, C.S dan Sarlito W.S. (2010). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prilaku Seksual Remaja dalam Berpacaran. Dalam Jurnal Mind Set, Vol 1 No 2, Juni 2010.

Darling, N. & Steinberg L. (1993). Parenting Style as Context: An Integrative Model. Dalam Psychological Bulletin, 113, 487-496.

Depdikbud. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Domenecch, Rodriguez Melanie, Donovick Melissa, Crowley Suzan L. (2009). Parenting Styles in a Cultural Context: Observations of "Protective Parenting" in First-Generation Latinos. Dalam Journal Article Document Feature Tables; References Accession number 19579905 ProQuest Document ID 218874594 tersedia (http://search.proquest.com/docview/218874594? accountid=38628) [1 Okt 2001]

(57)

Bandung. Dalam Jurnal Pengabdian Kepada masyarakat, Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Unpad.Vol 16 No 10, Juni 2006.

Fajri, A. dan Maya K. (2011). Hubungan antara Komunikasi Ibu-Anak dengan Kesiapan Menghadapi Menstruasi Pertama pada Siswi SMP Muhamdiyah Banda Aceh. Dalam Jurnal Psikologi Undip, Volume 10, No 2, Oktober 2011.

Fernand, G. dan Enrique. Is Always Authoritative The Optimum Parenting Style? Evidence From Spanish Families. (2009). Dalam Adolescence 44. 173 (Spring 2009): 101-31.

Fortmann, S. P., Flora, J. A., Winkleby, M. A., Schooler, C., Taylor, C. B., & Farquhar, J. W. (1995). Community Intervention Trials: Reflections on the Stanford Five-City Project Experience. Dalam American Journal of Epidemiology, 142, 576-586.

Gustavo, Carlo, et. al. (2007) “Parenting Styles or Practices? Parenting, Sympathy,

and Prosocial Behaviors Among Adolescents”. Dalam The Journal of Genetic Psychology168. 2 (2007): 147-76.

Happner, P. Paul, Bruce Wampold and Dannis M. Kivlighan, (2008).Reaserch Desain in Counseling.United State: Thomson Brooks/ Cole.

Hartinah, Sitti. (2009). Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: Refik Aditama.

Hellen, Gremillion.,Cheshire, Aileen,Lewis, Dorothea. (2008). Scaffolding a Community of Competent Practitioners: Positioning and Agency in a Training Program for Narrative Counseling. Accepted May 1, 2008.Family Process 51. 1(M ar 2012): 43-55.

Hershenson, David B., Paul W. Power, Michael Waldo. (1996).

Community Counseling Contemporary Theory and Practice. USA.

Gambar

Gambar 3.1
Tabel 3.1 Daftar BKB Tempat Studi Lapangan Pendahuluan
Tabel 3.2 Disain Uji Efektivitas Model
Tabel 3.3  Subjek Penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

 Berikutnya aktifkan Pick Tool untuk merubah posisi dari text KABUPATEN KUDUS dengan klik pilihan pada. Vertical Placement yang

Ada sebagian orang yang senang sekali membatasi hidup orang lain berdasarkan warna yang dia gunakan, misalnya mengatakan “kamu sih suka baju warna hitam,

Adanya kekhasan dalam konstelasi geografis dan keragaman suku, ras, budaya, agama dan bahasa dalam negara, menjadikan bangsa Indonesia harus memiliki sikap dan cara pandang

Kekurangan yang terjadi pada sabuk ini adalah terjadinya slip antara sabuk dan puli sehingga tidak digunakan untuk putaran tetap atau perbandingan transmisi yang tetap

They are stakeholders involved in or associated with FORCLIME such as national, provincial and district governments, Forest Management Units, forestry education and training

Nilai pH, produksi protein mikrobia, degradabilitas bahan kering dan bahan organik pada ransum T1 dengan penambahan tepung bonggol pisang dan pada ransum T2 dengan

Salah satu persembahan penting yang dilakukan umat manusia Hindu di Bali adalah Manusa Yadnya yang dilakukan untuk kesempurnaan dan kesejahteraan hidup, di mana

Pada saat form Cetak Laporan Data Peminjaman di aktifkan, user diminta untuk memasukkan pilihan cetak data, yaitu: Berdasarkan Nomer Anggota, Berdasarkan Kode Buku, dan