DISERTASI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Doktor
Ilmu Pendidikan dalam Bidang Bimbingan dan Konseling
Promovendus
LILIS SATRIAH
NIM. 0800822
SEKOLAH PASCASARJANA
Bagian dari Konseling Komunitas” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sangsi yang dijatuhkan
kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya
saya ini.
Bandung, 20 Januari 2014
Yang Membuat Pernyataan,
Prof. H. Furqon, Ph.D., M.Pd., M.A.
NIP.19570021986031001
Ko Promotor
Dr. H. Agus Taufiq, M.Pd.
NIP.195808161985031007
Anggota
Dr. H. Nandang Rusmana, M.Pd.
NIP.196005011986031000
Mengetahui:
Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling
LAMPIRAN DISERTASI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Doktor
Ilmu Pendidikan dalam Bidang Bimbingan dan Konseling
Promovendus
LILIS SATRIAH
NIM. 0800822
SEKOLAH PASCA SARJANA
ABSTRAK
Lilis Satriah, 2013. Model Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Kemampuan Parenting Orang Tua Sebagai Bagian dari Konseling Komunitas. Tim promotor: Prof. H. Furqon, Ph.D., M.Pd., M.A., (Promotor) Dr. H. Agus Taufiq, M.Pd. (Ko-Promotor), Dr. H. Nandang Rusmana, M.Pd. (Anggota) Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
Penelitian ini bertujuan menghasilkan model bimbingan kelompok yang efektif untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua. Metode penelitian menggunakan research and development, dengan one-group pretest-posttest design dan pretest-posttest control group design. Partisipan terdiri dari kader dan peserta Bina Keluarga Balita di Kota Bandung. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua, dalam mengharapkan dan menuntut perilaku bertanggung jawab dari anak, serta dalam menanggapi kebutuhan anak. Berdasarkan hasil penelitian tersebut model ini direkomendasikan untuk dipelajari, difahami secara utuh, dan diterapkan dalam rangka meningkatkan kemampuan parenting orang tua.
ABSTRACT
Lilis Satriah, 2013. A Group Guidance Model for Enhancing Parents’ Parenting Abilities as a Part of Community Counseling. Advisers team: Prof. H. Furqon, Ph.D. (Promotor), Dr. H. Agus Taufiq, M.Pd. (Co-promotor), and Dr. H. Nandang Rusmana, M.Pd. (Team Member). Postgraduate School, Indonesia University of Education, Bandung.
The present study is aimed at developing an effective group guidence model for
enhancing parents’ parenting abilities as a part of community counseling. The study
applies research and development approach with mixed research methods design, using experimental one-group pretest-posttest design and pretest-posttest control group design, as well as qualitative data analyses. The study involves cadres and members of BKB as samples and participants, and applies both qualitative and quantitative data analyses. The study comes up with a number of findings, including that the tested group guidance
model under study is effective to enhance parents’ parenting abilities in expecting and demanding children’s responsible behavior, and responding their needs. The model is
recommended to be studied thoroughly, and then applied in the efforts to enhance
parents’ parenting abilities.
DAFTAR ISI
BAB II KERANGKA TEORETIS BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PARENTING ORANG TUA SEBAGAI BAGIAN DARI KONSELING KOMUNITAS ... 16
A.Dasar Teoretis Mengenai Parenting ... 16
B.Dasar Rujukan Bimbingan untuk Meningkatkan Kemampuan Parenting Orang Tua ... 29
C.Dasar Bimbingan dan Konseling Islam untuk Meningkatkan Kemampuan Parenting Orang Tua dalam Persfektif Ilmu Dakwah .. 38
D.Dasar Teoretis Bimbingan Kelompok dalam Konseling Komunitas untuk Meningkatkan Kemampuan Parenting Orang Tua ... 50
E. Struktur Ideal Teoretis Model Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Kemampuan Parenting Orang Tua di BKB ... 70
F. Kerangka Pikir Pemecahan Masalah Penelitian ... 73
BAB III METODE PENELITIAN ... 82
A.Pendekatan Penelitian ... 82
B.Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian Pengembangan ... 83
D.Teknik Pengumpulan Data ... 90
E. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 92
F. Analisis Data ... 99
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 101
A. Hasil Penelitian ... 101
1. Kondisi Kemampuan Parenting Orang Tua Peserta BKB di Kota Bandung ... 101
2. Kondisi Layanan Bimbingan yang Telah Ada ... 103
3. Rumusan Model Hipotetik Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Parenting Orang Tua ... 117
4. Deskripsi Pengembangan Model Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Parenting Orang Tua ... 128
5. Efektivitas Model Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan Kemampuan Parenting Orang tua ... 134
B. Pembahasan Hasil penelitian ... 155
C. Rumusan Model Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Parenting Orang Tua Hasil Penelitian ... 186
D. Keterbatasan Penelitian ... 194
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 198
A. Kesimpulan ... 198
B. Rekomendasi ... 200
DAFTAR PUSTAKA ... 203
RIWAYAT HIDUP PENULIS ... 210
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 3.2 3.3
Daftar BKB Tempat Studi Pendahuluan ... Desain Uji Efektifitas Model ...
DAFTAR GAMBAR
Kerangka Pikir Pemecahan Masalah Penelitian ... Bagan Alur Penelitian ... Grafik Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Uji Efektivitas Model Grafik Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen BKB Al Fatonah ... Grafik Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen BKB Al Fatonah Dimensi Demandingness ... Grafik Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen BKB Al Fatonah Dimensi Responsiveness ...
81 Fatonah Dimensi Demandingness ... Grafik Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol BKB Al Fatonah Dimensi Responsiveness ... Grafik Hasil Uji Efektivitas Model di BKB Al Fatonah ... Grafik Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen BKB Edelweis ... Grafik Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen BKB Edelweis Aspek Demandingness ... Grafik Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen BKB Edelweis Aspek Responsiveness ... Grafik Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol BKB Edelweis ... Grafik Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol BKB Edelweis Aspek Demandingness ... Grafik Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol BKB Edelweis Aspek Responsiveness ... Grafik Hasil Uji Efektivitas Model di BKB Edelweis ...
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A : Data Hasil Penelitian ... Lampiran B : Model Bimbingan Dan Panduan Praktik ... Lampiran C : Deskripsi Proses Bimbingan Dan Evaluasi Pada Uji Coba
Terbatas di BKB Edelweis ... Lampiran D : Deskripsi Proses Bimbingan Pada Uji Coba Terbatas ... Lampiran E :Rekam Proses Bimbingan Pada Uji Efektivitas Model di BKB Al Fathonah ... Lampiran F : Rekan Proses Uji Efektivitas Model di BKB Edelweis ...
213 265
311 325
344 384 Lampiran G : Instrumen Penelitian ………. 422
BAB I PENDAHULUAN
Pada bagian pendahuluan disertasi ini diuraikan tentang (1) latar belakang
masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian
A. Latar Belakang Masalah
Layanan bimbingan dan konseling tidak hanya dibutuhkan di lingkungan
sekolah, karena permasalahan yang dihadapi oleh individu sangat luas, dan meliputi
berbagai aspek kehidupan, seperti keluarga, lingkungan sosial, ekonomi, pekerjaan,
agama dan lain-lain. Oleh karena itu, saat ini dikembangkan layanan bimbingan dan
konseling dalam seting masyarakat yang lebih luas, seperti di lingkungan keluarga,
perusahaan atau industri, dan lembaga-lembaga pemerintah ataupun swasta. Bidang
pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial,
pendidikan, pekerjaan dan lain-lain. Demikian pula sasarannya bukan hanya siswa,
tetapi individu dari berbagai usia, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, bahkan
lanjut usia.
Layanan bimbingan dan konseling dalam seting masyarakat dikenal dengan
community counseling atau konseling komunitas. Menurut Lewis dan Lewis (1998)
konseling komunitas adalah kegiatan membantu masyarakat dalam menyelesaikan
masalah yang berkembang di masyarakat, dengan memanfaatkan potensi yang ada
Masalah yang berkembang pada masyarakat dewasa ini adalah buruknya akhlak
atau karakter individu yang terdiri dari remaja, anak-anak, bahkan orang dewasa, baik
dari kalangan masyarakat bawah maupun pejabat pemerintah. Gambaran perilaku
buruk remaja terlihat perilaku seks mereka, sebagaimana diberitakan oleh Komnas
Perlindungan Anak (www.publicNews.com 29 Juli 2010) bahwa sebanyak 96%
remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno, 93,7% pernah ciuman, genital
simulation’meraba alat kelamin, dan melakukan oral seks (seks lewat mulut), 67%
tidak perawan, dan 30 % dari 2 juta aborsi dilakukan oleh remaja.
Fenomena lainnya adalah telah terjadi peningkatan jumlah pengguna narkoba di
Indonesia, yaitu sebesar 22,7%. Dari 1,1 juta di tahun 2006, menjadi 1,35 juta di
tahun 2008 (BNN, 2008:3), bahkan di tahun 2013 ini mencapai 4 juta orang.
Buruknya perilaku anak-anak Indonesia terlihat dari banyaknya anak nakal,
sebagaimana dikemukakan oleh Yayasan Sekretariat Anak Merdeka Indonesia,
bahwa dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, jumlah anak nakal yang ditangani oleh
yayasan tersebut mencapai 69 kasus. Jumlah tersebut melebihi perkiraan, yang hanya
mencanangkan 30 kasus (Samin:2007). Data lain yang menunjukkan banyaknya
kasus kenakalan anak, diperoleh dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan
Anak, sebagaimana dikutip oleh Virdhani (2009), bahwa terdapat 5000 anak yang
saat ini tersangkut hukum pidana dan tengah mengalami proses persidangan.
korupsi yang melibatkan pejabat tinggi di instansi kepolisian, mantan deputi gubernur
Bank Indonesia, mantan gubernur, bupati, walikota, anggota dewan, pegawai
perpajakan, bahkan melibatkan jaksa, dan hakim yang seharusnya menjadi pionir
penegak keadilan. Kasus lainnya adalah tawuran pelajar, geng motor, tawuran antar
kampung, pencurian, perampokan, bahkan pembunuhan dan pemerkosaan yang
hampir setiap hari menjadi bahan pemberitaan baik di media surat kabar maupun
media elektronik.
Fenomena tersebut tentu merupakan tantangan besar bagi masa depan bangsa
Indonesia, karena karakter atau akhlak mulia merupakan fondasi penting
terbentuknya sebuah tatanan masyarakat yang beradab dan sejahtera. Sebagaimana
Lord Channing (Megawangi, 2007:1) mengatakan bahwa harapan terbesar
masyarakat adalah kualitas akhlak setiap individu. Masyarakat yang aman, tentram
dan damai hanya akan terbentuk jika individu-individunya memiliki karakter yang
baik atau akhlakulkarimah.
Karakter individu terbentuk sejak anak usia dini, melalui proses pengasuhan
oleh orang tua atau parenting. Sebagaimana teori genotype menyebutkan bahwa hasil
akhir seorang anak ditentukan oleh faktor gen orang tua. Teori triangel relationship
juga menyebutkan, bahwa pembentukan karakter manusia, salah satunya ditentukan
yang dilahirkan dalam keadaan suci atau fitrah, ayah dan ibunyalah yang dapat
menyebabkan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani ataupun Majusi”. (HR Muslim)
Berdasarkan teori-teori tersebut, diperkuat dengan hadist Rasulullah Saw. di
atas dapat disimpulkan, bahwa pengasuhan anak oleh orang tua atau dikenal dengan
istilah parenting memegang peranan penting dalam pembentukan akhlak dan karakter
individu.
Hasil penelitian Rene Spitz, Bronfenbrenner, John Bolby, Cole & Dodge,
Haskett & Kister, Salzinger, Fielmand, Hammer & Rosario (Megawangi: 2009) juga
menunjukkan, bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara parenting dengan
terbentuknya karakter anak.
Demikian pentingnya peranan parenting dalam pembentukan akhlak atau
karakter individu, maka untuk menghasilkan anak-anak yang memiliki akhlak atau
karakter yang baik, parenting harus dilakukan dengan cara yang baik dan benar.
Sebab parenting yang salah akan berdampak pada terbentuknya anak-anak yang
memiliki karakter yang kurang baik (Megawangi, 2007). Oleh karena itu diperlukan
orang tua yang memiliki kemampuan parenting yang baik.
Kurangnya pengetahuan dan keterampilan orang tua tentang cara pengasuhan
atau teknik parenting yang baik, merupakan fenomena yang terjadi di Kota Bandung.
Beberapa kasus temuan peneliti selama menjadi praktisi PAUD (2001-2013) dan
orang tua tentang cara pengasuhan anak yang baik. Temuan tersebut diperkuat oleh
hasil penelitian Tim Monitoring IGTKA Jabar (2009-2010) terhadap 115 Lembaga
PAUD (TK Alquran Karakter dan SBB) di Jawa Barat (termasuk di dalamnya 55
lembaga di Kota Bandung) menunjukkan, bahwa ketidaktahuan orang tua tentang
cara pengasuhan yang baik, merupakan faktor utama yang menjadi penghambat dan
penyebab kurang optimalnya penerapan pendidikan karakter di TK Alquran Karakter
atau SBB.
Hasil penelitian Kusumawardhani (2008) juga merekomendasikan, bahwa
orang tua perlu mempunyai komunitas belajar sebagai orang tua, agar mereka
mendapat pengetahuan dan keterampilan tentang cara pengasuhan anak. Sebab,
“tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua, berpengaruh terhadap cara
pengasuhannya”. (Puspitasari, 2006:20). Oleh karena itu sangat penting memberikan
bantuan kepada orang tua, agar mereka memiliki kemampuan parenting yang baik.
Tidak adanya lembaga pendidikan formal atau sekolah untuk menjadi orang
tua, merupakan salah satu faktor penyebab kurangnya wawasan dan pengetahuan para
orang tua tentang cara parenting yang baik. Sebab jika merujuk kepada UU RI
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, pasal 1, butir 14
yaitu: “Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut”. Selanjutnya dalam pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini butir 5
dinyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini melalui jalur pendidikan informal,
pendidikan keluarga, dan lingkungan. Seharusnya para orang tua difasilitasi untuk
dapat menjadi pendidik dan pengasuh yang profesional bagi anak-anaknya di dalam
keluarga.
Kebijakan pemerintah tentang Pendidikan Anak Usia Dini saat ini baru sampai
pada penyelenggaraan pendidikan formal dan nonformal. Para pendidik PAUD di
lembaga pendidikan formal dan nonformal yang kerjanya rata-rata hanya 2 jam
sehari, didorong untuk menempuh pendidikan sarjana agar menjadi guru PAUD yang
professional. Sementara untuk pendidikan informal dalam keluarga, para orang tua
yang kerjanya 24 jam sehari semalam, seolah luput dari perhatian, sehingga para
orang tua tidak mendapat pembekalan untuk menjadi pendidik atau pengasuh yang
profesional di dalam keluarga.
Meskipun demikian, upaya untuk meningkatkan kemampuan parenting orang
tua sebenarnya telah digagas pemerintah melalui BKKBN dengan program BKB
(Bina Keluarga Balita) yang dibentuk dan dilaksanakan oleh PKK di tingkat RW.
Tujuan program BKB adalah membekali para orang tua balita agar dapat
menumbuhkembangkan anak secara optimal dan membangun karakter anak
pelaksanaannya tidak didukung oleh dana operasional dan pembinaan yang memadai,
sehingga kelompok-kelompok BKB yang telah terbentuk tersebut, hanya tinggal
nama tanpa ada kegiatan. Seiring dengan munculnya program PAUD yang disertai
dana stimulan dari pemerintah kelompok-kelompok BKB pun menyelenggarakan
PAUD, bahkan beralih fungsi menjadi Lembaga Pendidikan Anak Usia dini.
Berdasarkan data dari BKKBN (2007) diketahui, bahwa pada tahun 2007
jumlah BKB yang terdaftar di Kota Bandung sebanyak 134 kelompok yang tersebar
di 18 kecamatan, namun berdasarkan data hasil penelitian pendahuluan penulis
diketahui bahwa jumlah kelompok BKB yang saat ini masih aktif ada 80 kelompok
yang tersebar di 25 kecamatan (lihat lampiran 1). Berarti terjadi penurunan jumlah
kelompok BKB yang aktif dalam kurun waktu 5 tahun (2007-2013) sebanyak 59 %.
Semua kelompok BKB yang saat ini masih aktif tersebut, pada umumnya
menyelenggarakan kegiatan dengan sasarannya bukan lagi para orang tua, melainkan
langsung berfokus pada anak-anaknya. Para kader pun beralih menjadi guru PAUD,
yang ada uang kesejahteraannya.
Untuk melihat kondisi kemampuan parenting orang tua peserta BKB tersebut,
penulis menyebarkan angket kepada 120 orang tua peserta BKB yang dipilih secara
purposive, hasilnya menunjukkan sebanyak 85% peserta menggunakan pola otoriter
bimbingan yang dilakukan di BKB belum dapat meningkatkan kemampuan parenting
orang tua secara baik.
Hasil penelitian Seri Mulyasari (2010) di BKB Melati Kec. Cibiru Kota
Bandung, dan Warnia Neng Siti Nurjanah (2011) di BKB Dahlia Andir Kota
Bandung, menunjukkan bahwa kendala yang dihadapi dalam penyelenggaran BKB
yaitu (1) tidak adanya dana bantuan baik untuk sarana dan prasarana, maupun untuk
kegiatan operasional BKB; (2) tidak ada pembinaan tentang bagaimana cara
pemberian layanan bimbingan maupun pendalaman materi bimbingan yang harus
disampaikan, (3) para kader BKB rata-rata lulusan SMA, dan SMP bahkan lulusan
SD sehingga bukan orang yang professional di bidang bimbingan; (4) para kader
mendapat materi bimbingan untuk penyelenggaraan kegiatan bimbingan dengan cara
membaca dari modul BKB, sehingga mereka kurang bisa memahami maknanya; (5)
para orang tua yang memiliki balita kurang antusias mengikuti kegiatan BKB.
Fenomena tersebut di atas, membuat peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh
tentang kondisi layanan bimbingan kepada orang tua di BKB. Dalam pandangan
peneliti layanan bimbingan kepada orang tua di BKB tersebut, merupakan sebuah
potensi yang telah ada di masyarakat, yang dapat dikembangkan menjadi layanan
bimbingan yang lebih terprogram dan terarah untuk membantu para orang tua
Fenomena bahwa sebanyak 85% orang tua peserta BKB di Kota Bandung,
berada pada kategori pola asuh otoriter, membutuhkan penanganan yang serius,
karena pola asuh otoriter berdampak pada terbentuknya karakter yang kurang baik
pada anak, sebagaimana Baumrind (Boyd & Bee, 2006) mengatakan, bahwa dampak
dari pola asuh otoriter adalah menghasilkan anak-anak yang memiliki tingkat
kecemasan dan ketakutan yang tinggi dibandingkan dengan anak lain; gagal memulai
suatu kegiatan; menarik diri karena tidak puas diri, dan memiliki keterampilan
komunikasi yang lemah. Hasil penelitian Boyd dan Bee (2006) juga menyebutkan,
bahwa remaja yang berasal dari keluarga dengan pola parenting yang otoriter,
memiliki nilai raport yang rendah, dan memilki konsep diri yang negatif dibanding
anak-anak yang diasuh dengan pola autoritatif, sedangkan dampak dari pola
parenting yang permisif menghasilkan anak yang memiliki self esteem yang rendah,
tidak dewasa dan merasa diasingkan dalam keluarga. Anak yang diasuh dengan pola
permisif cenderung impulsif, agresif, kurang dapat bertanggung jawab, dan kurang
mandiri.
Adapun pola parenting yang menghasilkan karakter dan kepribadian anak yang
paling positif menurut Baumrind (Boyd & Bee, 2006) adalah pola autoritatif. Anak
yang diasuh dengan pola autoritatif menunjukkan sikap merasa bahagia, mempunyai
kontrol diri dan rasa percaya diri yang terpupuk, bisa mengatasi stres, punya
orang dewasa, serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Mereka juga
memiliki nilai yang bagus serta motivasi berprestasi yang tinggi, dibandingkan anak
dari pola parenting lainnya. (Boyd & Bee, 2006)
Pendapat Baumrind, dan Boyd & Bee di atas, mendasari peneliti dalam
memfokuskan kemampuan parenting yang hendak dicapai melalui layanan
bimbingan, pada meningkatkan kemampuan menggunakan pola autoritatif dalam
pengasuhannya.
Upaya untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua dilakukan dengan
pemberian layanan bimbingan, sebab sebagaimana pendapat Yusuf dan Nurihsan
(2005,) bahwa layanan bimbingan dapat diberikan kepada setiap orang tanpa
mengenal batas usia, dan dalam berbagai seting.
Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa mendidik anak merupakan salah satu
kewajiban dalam agama Islam, maka upaya untuk membantu seseorang agar dapat
melakukan kewajiban beragama merupakan salah satu tujuan dari Bimbingan
Konseling Islam. Oleh karena itu upaya untuk memberikan bantuan kepada orang tua
agar dapat melakukan parenting dengan baik dapat merujuk kepada konsep irsyad
dalam bimbingan konseling Islam. Selain merujuk kepada konsep bimbingan dan
konseling Islam upaya pemberian bantuan kepada orang tua juga merujuk kepada
konseling komunitas atau community counseling, sebab para orang tua yang menjadi
(Bina Keluarga Balita). Konseling komunitas (community counseling)
memungkinkan dapat dilaksanakannya pemberian informasi dalam layanan
pendidikan langsung kepada masyarakat. Sebagaimana pendapat Lewis dan Lewis
(2008) terdapat empat jenis layanan dalam konseling komunitas yang salah satunya
adalah layanan pendidikan langsung kepada masyarakat yang disebut direct
community service.
Salah satu pendekatan dalam bimbingan dan konseling, termasuk juga dalam
konseling komunitas adalah pendekatan kelompok atau disebut bimbingan kelompok.
Menurut Natawidjaja (2009), “bimbingan kelompok dimaksudkan untuk efektivitas
waktu dan tenaga pembimbing”. Bimbingan kelompok juga dimaksudkan, agar
kegiatan bimbingan lebih dinamis dan bervariasi, karena bimbingan kelompok
memiliki beberapa metode seperti: permainan, latihan, simulasi, home room, dan
sosiodrama (Rusmana: 2009).
Melalui layanan bimbingan kelompok, peserta juga bisa mendapatkan informasi
sesuai tujuan yang dicanangkan, termasuk mengenai pentingnya parenting yang
benar, serta cara-cara melakukan parenting yang benar. Peserta juga dapat sharing
dalam menghadapi berbagai permasalahan perilaku anak di rumah (Wibowo,
2005:17).
Merujuk kepada pendapat di atas, maka layanan bimbingan kelompok dapat
meningkatkan kemampuan parenting-nya. Fenomena keberadaan program bimbingan
kepada orang tua dalam komunitas BKB sebagaimana dipaparkan di atas, juga
menjadi dasar bagi peneliti dalam merumuskan model bimbingan kelompok untuk
meningkatkan kemampuan parenting orang tua dalam seting komunitas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini bermaksud menghasilkan
rumuskan model bimbingan kelompok yang efektif untuk meningkatkan kemampuan
parenting orang tua. Usaha ini ditempuh dengan studi eksplorasi, memotret secara
obyektif pelaksanaan bimbingan kepada orang tua melalui program Bina Keluarga
Balita di Kota Bandung.
Agar penelitian lebih berfokus, terdapat masalah-masalah yang menarik untuk
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1) Kemampuan parenting apa saja yang dibutuhkan oleh para orang tua peserta
BKB di Kota Bandung?
2) Bagaimana kondisi layanan bimbingan kepada orang tua yang telah ada?
3) Seperti apa model bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan
parenting orang tua dalam seting komunitas BKB?
4) Bagaimana pengembangan model bimbingan kelompok untuk meningkatkan
5) Bagaimanakah efektivitas model bimbingan kelompok untuk meningkatkan
kemampuan parenting orang tua?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, tujuan umum penelitian adalah
menghasilkan model bimbingan kelompok yang efektif untuk meningkatkan
kemampuan parenting orang tua dalam seting komunitas melalui realitas pelaksanaan
bimbingan kepada orang tua pada program Bina Keluarga Balita di Kota Bandung.
Tujuan umum ini akan dicapai melalui tujuan khusus penelitian yaitu untuk:
1) Mengidentifikasi kemampuan parenting yang menjadi kebutuhan para orang tua
peserta Bina Keluarga Balita di Kota Bandung.
2) Mengeksplorasi keseluruhan kondisi layanan bimbingan kepada orang tua yang
telah ada di masyarakat yaitu pada program BKB di Kota Bandung.
3) Merumuskan model hipotetik bimbingan kelompok dalam konseling komunitas
untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua dalam seting komunitas
BKB.
4) Mendeskripsikan pengembangan model bimbingan kelompok untuk
meningkatkan kemampuan parenting orang tua dalam seting komunitas BKB.
5) Mengetahui efektivitas model bimbingan kelompok untuk meningkatkan
D. Manfaat Penelitian
Sasaran utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah ditemukannya
model bimbingan kelompok yang efektif untuk meningkatkan kemampuan parenting
orang tua. Dengan memiliki kemampuan parenting yang baik, para orang tua
diharapkan dapat melakukan parenting dengan baik, sehingga menghasilkan
anak-anak yang memiliki karakter dan kepribadian yang baik.
Model bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting orang
tua dalam seting komunitas, pada akhirnya diorientasikan untuk membantu
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para orang tua dalam berbicara,
bersikap dan bertindak ketika menetapkan aturan atau batasan, memantau perilaku
anak, menegakkan aturan, dan menstimulasi tugas perkembangan anak,
berkomunikasi efektif dengan anak, menjadi pendengar yang baik bagi anak,
menunjukkan kasih sayang kepada anak, dan memberikan pujian kepada anak,
dengan pola autoritaif.
Hasil penelitian berupa model bimbingan kelompok untuk meningkatkan
kemampuan parenting orang tua diharapkan bermanfaat bagi semua pihak.
Penelitian ini merupakan aplikasi dari teori Bimbingan dengan Seting Komunitas
atau Masyarakat dan Bimbingan Konseling Islam. Rumusan model memuat
teknik-teknik bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting
orang tua dalam seting komunitas atau masyarakat. Manfaat yang diharapkan
adalah berguna dalam mengembangkan teori maupun praktik bimbingan dan
konseling dalam seting komunitas atau masyarakat, sehingga memperkaya
khasanah keilmuan bimbingan dan konseling khususnya konseling komunitas
dan Bimbingan Konseling Islam.
2) Bagi Lembaga Pendidik Konselor
Hasil penelitian berupa panduan pelaksanaan bimbingan kelompok dalam seting
komunitas, diharapkan memberikan sumbangan kepada lembaga pendidik
konselor. Lembaga pendidik konselor dapat memanfaatkan hasil penelitian ini
untuk mengembangkan kemampuan para konselor di bidang Bimbingan
Kelompok dalam Konseling Komunitas dan Bimbingan Konseling Islam.
3) Bagi Praktisi Bimbingan di Masyarakat
Hasil penelitian berupa model bimbingan kelompok, memuat satuan layanan
kegiatan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting orang
tua pada seting komunitas atau masyarakat. Para praktisi bimbingan di
masyarakat, khususnya kader BKB, dapat memanfaatkan satuan layanan produk
Modul produk ini juga dapat digunakan untuk pelayanan bimbingan kepada
orang tua di BKB, atau dalam berbagai seting komunitas atau masyarakat
lainnya, seperti co parenting kepada para orang tua di PAUD (Taman
Kanak-Kanak atau Play Group), bimbingan pranikah di KUA, atau bimbingan Islam
kepada para orang tua di majelis taklim.
4) Bagi Para Orang Tua
Program bimbingan yang dihasilkan dari penelitian ini, berisi materi tentang
teknik-teknik parenting dalam menetapkan aturan dan batasan, memantau
perilaku anak, menegakkan aturan, menstimulasi tugas perkembangan anak,
berkomunikasi efektif dengan anak, menjadi pendengar yang baik bagi anak,
mengekspresikan kasih sayang kepada anak, dan memberikan pujian yang efektif
meningkatkan perilaku baik anak. Materi-materi tersebut diharapkan dapat
menambah pengetahuan dan keterampilan para orang tua, untuk diterapkan
BAB III
METODE PENELITIAN
Pembahasan pada bab III meliputi: (1) pendekatan penelitian, (2)
langkah-langkah pelaksanaan penelitian, (3) subjek penelitian, (4) teknik pengumpulan data,
(5) pengembangan instrumen penelitian, dan (6) analisis data.
A. Pendekataan Penelitian
Terwujudnya model bimbingan kelompok yang efektif untuk meningkatkan
kemampuan parenting orang tua merupakan tujuan akhir penelitian ini. Strategi
penelitian yang dianggap paling tepat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut
adalah penelitian dan pengembangan (research and development). Borg dan Gall
(1989) menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan merupakan,“a process used
develop and validate educational product”. Penelitian dan pengembangan
digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasikan suatu produk. Penelitian dan
pengembangan juga merupakan jembatan antara penelitian dasar dan penelitian
terapan. Pengembangan model hipotetik dilakukan dengan menganalisis kebutuhan
menggunakan penelitian dasar lalu diuji menggunakan metode eksperimen, kemudian
diaplikasikan dalam situasi layanan yang sebenarnya.
Metode penelitian kualitatif dan kuantitatif digunakan bersama-sama secara
terpadu dan saling mendukung (mixed method design). Metode penelitian kualitatif
kepada orang tua di BKB (Bina Keluarga Balita) dan untuk mengetahui validitas
rasional model bimbingan kelompok. Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk
mengetahui keefektifan model bimbingan kelompok dalam meningkatkan
kemampuan parenting orang tua. Pada tataran teknis dilakukan metode deskriptif dan
metode kuasi eksperimen. Metode analisis deskriptif digunakan pada tahap awal
untuk mendapatkan data tentang kondisi objektif lapangan yang meliputi: (1) kondisi
model layanan bimbingan yang sudah ada untuk digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam model yang akan dikembangkan, (2) kondisi pihak pengguna
model layanan yaitu kader BKB dan orang tua peserta BKB. Sedangkan metode kuasi
eksperimen digunakan untuk melakukan uji coba model.
B. Langkah-Langkah Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dan pengembangan (research and development) dalam
pelaksanaannya menggunakan metode deskriptif, evaluatif dan experimental. Metode
deskriptif digunakan pada tahap awal untuk mendapatkan data tentang kondisi nyata
di lapangan. Data tersebut meliputi: (1) kondisi produk yang sudah ada yang
digunakan sebagai bahan pertimbangan pada produk yang akan dikembangkan, (2)
kondisi pihak pengguna produk, kader BKB, dan peserta BKB. Metode eksperimen
digunakan untuk menguji efektivitas model, meskipun pada tahap uji coba terbatas
dilakukan evaluasi, tetapi hasil evaluasi tersebut hanya digunakan untuk memperbaiki
Secara konseptial Borg and Gall (1989) mengemukakan urutan kegiatan
research and development yaitu, “(1) Reasearch and information collecting,
(planning), (2) develop preliminary from product, (3) main product revision, (4) main
field testing, (5) operational product process, (6) operational field testing, (7) final
product revision, (8) desimination and implementation.”
Secara operasional penelitian ini dilakukan dalam empat tahap, yaitu studi
pendahuluan, perencanaan, pengembangan dan efektivitas model. Tahapan penelitian
tersebut digambarkan dalam gambar 3.1.
Bagan Alur Penelitian
Gambar 3.1 1. Studi Pendahuluan
PENDAHULUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN EFEKTIVITAS
Studi Literatur Penyusunan Model Hipotetik
Uji Coba Terbatas
Uji Efektivitas Model
Studi Lapangan
Model Hasil Uji Coba
Terbatas Model
Studi pendahuluan dilakukan untuk memperoleh bahan pengembangan model.
Bahan tersebut selanjutnya digunakan untuk merancang model hipotetik. Kegiatan
penelitian pada tahap studi pendahuluan adalah: (1) mengkaji literatur yang berkaitan
dengan teori, konsep dan hasil penelitian yang relevan dengan masalah penelitian, (2)
studi lapangan tentang pelaksanaan bimbingan kepada orang tua di Bina Keluarga
Balita (BKB).
a. Studi Literatur
Studi literatur bertujuan untuk mengkaji teori-teori, prinsip-prinsip,
konsep-konsep yang berhubungan dengan model yang sedang dikembangkan, yaitu
bimbingan kelompok dalam community counseling dan parenting. Studi literatur
dilakukan secara intensif dengan menggunakan sumber informasi yang relevan
dengan topik-topik yang sedang dibahas baik berupa buku teks, jurnal, laporan
penelitian maupun artikel. Hasil studi pendahuluan kemudian digunakan sebagai
dasar untuk merancang model hipotetik. Uraian tentang hasil studi literatur
dipaparkan secara komprehensif pada bab II.
b. Studi Lapangan
Tujuan studi lapangan adalah untuk mengetahui kondisi dan situasi nyata di
lokasi penelitian yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Ada dua aspek
yang menjadi fokus studi lapangan, yaitu pelaksanaan layanan bimbingan kepada
Data-data yang diperoleh dari studi lapangan selanjutnya dipadukan dengan
data yang diperoleh dari studi literatur. Hasil perpaduan antara dua sumber tersebut
dijadikan sebagai landasan untuk merencanakan dan mendisain model hipotetik.
Studi lapangan pendahuluan dilakukan pada 6 kelompok BKB yang yang terdapat di
kota Bandung. Objek yang menjadi sasaran studi lapangan pendahuluan yaitu: (1)
objek material, sarana bimbingan dan konseling, (2) objek personal, peserta dan
kader/ pelaksana bimbingan.
Tabel 3.1
Daftar BKB Tempat Studi Lapangan Pendahuluan
NO NAMA KELOMPOK BKB KECAMATAN WILAYAH
1 Dahlia RW 07 Kel. Cioyom Andir Bojonegoro
2 Sedap Malam RW 08 Kel. Pasir Layung
Cibeunying Kidul Cibeunying
3 Eidelweis RW 08 Kel Sukapura Kiaracondong Karees
4 Dahlia RW 08 Kel. Pelindung Hewan
Astana Anyar Tegalega
5 Al Fatonah RW 14 Kel Cipadung Kidul
Panyileukan Ujung Berung
6 Sinar Rahayu RW 04 Kel. Cimincrang
Gede Bage Gede Bage
2. Perencanaan
Tujuan penelitian yang ingin dicapai pada tahap perencanaan adalah terciptanya
model hipotetik bimbingan kelompok untuk meningkatkaan kemampuan parenting
orang tua peserta Bina Keluarga Balita (BKB). Model hipotetik tersebut pada
pendahuluan. Setelah model hipotetik tersusun langkah selanjutnya adalah melakukan
pengembangan model.
3. Pengembangan Model
Pada tahap pengembangan model dilakukan uji rasional model dan uji coba
terbatas.
a. Uji Rasional Model
Uji rasional model bertujuan untuk menguji sejauhmana model hipotetik yang
telah dirumuskan layak untuk digunakan. Uji rasional model dilakukan dengan
berkonsultasi kepada tiga orang pakar di bidang bimbingan dan konseling serta
parenting yaitu, (1) Dr. Ilfiandra, M.Pd, (2) Dr. Nani Sugandi, M.Pd dan (3) Dr. Aan
Listiana, M.Pd.
b. Uji Coba Terbatas
Uji coba terbatas dilakukan di kelompok BKB Edelweis RW 08 Kelurahan
Sukapura Kecamatan Kiaracondong. Lokasi tersebut dipilih karena baik peserta
maupun kadernya memungkinkan untuk dijadikan sebagai tempat uji coba.
Uji coba terbatas dilakukan kepada sepuluh orang peserta BKB. Uji coba
dilakukan secara sistematis sesuai dengan langkah-langkah dan prosedur yang
refleksi terhadap keseluruhan proses uji coba model. Hasil evaluasi dan refleksi
menjadi pedoman pada saat merevisi model yang dikembangkan.
4. Efektivitas Model
Uji efektivitas model bertujuan untuk mengetahui sejauhmana kefektivan model
yang sedang dikembangkan. Uji efektifitas model dilaksanakan di BKB Edelweis dan
BKB Al Fatonah Cipadung Kidul Panyileukan. Kelompok BKB tersebut merupakan
representasi dari dua wilayah yang berbeda dan berjauhan. Disain penelitian
menggunakan pretest-posttest control group design dengan langkah-langkah berikut:
(1) menentukan kelompok eksperimen, dan kelompok kontrol, (2) kelompok
eksperimen diberi perlakuan mendapat bimbingan kelompok menggunakan model
yang dirancang, sedangkan kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan bimbingan
kelompok, (3) kedua kelompok dilakukan pretest dan dihitung mean untuk
masing-masing kelompok, (4) mengadakan posttest terhadap kedua kelompok dan dihitung
mean untuk masing-masing kelompok, (5) menghitung perbedaan mean (posttest dan
pretest) dari masing-masing kelompok, selanjutnya membandingkan perbedaan
tersebut secara statistik. Disain uji coba model digambarkan pada tabel 3.3.
Tabel 3.2
Disain Uji Efektivitas Model
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O X O
C. Sampel Penelitian
Jumlah sampel penelitian berbeda-beda pada setiap tahapan uji coba. Gambaran
tentang jumlah sampel penelitian dideskripsikan sebagai berikut.
1. Jumlah Sampel pada Tahap Studi Pendahuluan
Jumlah sampel pada tahap studi pendahuluan adalah 120 orang diambil dari
enam kelompok BKB dari enam wilayah di Kota Bandung. Setiap wilayah diwakili
oleh satu kelompok BKB. Ketua BKB enam orang, kader 12 orang dan peserta 120
orang. Rincian Subjek penelitian disajikan melalui tabel 3.3.
Tabel 3.3 Subjek Penelitian
NO KATEGORI JUMLAH SAMPEL
1. Ketua BKB 6 Orang
2. Kader 12 Orang
3. Peserta 120 Orang
2. Jumlah Sampel pada Tahap Uji Coba Terbatas
Jumlah sampel pada uji coba terbatas adalah sepuluh orang. Penerapan jumlah
sampel penelitian berdasarkan kepada kualifikasi bimbingan kelompok, yaitu jumlah
anggota kelompok yang efektif adalah antara 8-15 orang. Rincian subjek penelitian
Tabel 3.4 Subjek Penelitian
Pada Tahap Uji Coba Terbatas
NO KATEGORI JUMLAH SAMPEL
1 Kader 2 Orang
2 Peserta 10 Orang
3. Jumlah Sampel pada Tahap Uji Efektivitas Model
Pada tahap uji validitas model jumlah sampel sebanyak 40 peserta,
masing-masing 20 orang peserta untuk kelompok eksperimen dan 20 orang peserta untuk
kelompok kontrol. Penentuan jumlah ini sesuai dengan disain penelitian dan
karakteristik bimbingan kelompok yang efektif, yaitu antara 8-15 orang anggota.
Rincian subjek penelitian disajikan melalui tabel 3.5.
Tabel 3.5 Subjek Penelitian
Pada Tahap Uji Efektivitas Model
Kelompok BKB Kelompok Jumlah
BKB Edelweis Eksperimen 10 Orang
Kontrol 10 Orang
BKB Al Fatonah Eksperimen 10 Orang
Kontrol 10 Orang
D.Teknik Pengumpulan Data
Menurut Wolcott (Sukmadinata 2005:151) ada tiga teknik pengumpulan data
pengungkapan (enquiring), dan (3) pengujian (examining). Pengalaman diperoleh
dengan melakukan observasi. Pengungkapan diperoleh dengan melakukan
wawancara, dan pengujian.
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data yang komprehensif mengenai
berbagai aspek yang relevan dengan fokus penelitian seperti prilaku atau tindakan
manusia dan kondisi atau situasi lingkungan. Sebagaimana pendapat Sujana &
Ibrahim (1989:109) bahwa teknik observasi digunakan untuk mengukur tingkah laku
individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi
sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Dalam penelitian ini observasi dilakukan pada setiap tahapan. Pada studi
pendahuluan observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi layanan bimbingan
kepada orang tua di BKB. Pada tahap pengembangan dan validasi model teknik
observasi dilakukan untuk mengetahui proses pengimplementasian model bimbingan
kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua.
2. Wawancara
Menurut Ridwan (2003:56), “teknik wawancara digunakan untuk memperoleh
informasi mengenai pendapat, aspirasi, harapan, persepsi, keinginan, keyakinan dan
juga mengemukakan bahwa wawancara merupakan pertanyaan atau pernyataan yang
diucapkan secara lisan oleh peneliti dan direspon langsung oleh subjek penelitian.
Dalam penelitian ini teknik wawancara banyak digunakan pada tahap studi
pendahuluan, yaitu untuk mendapatkan data tentang kondisi layanan bimbingan
kepada orang tua di BKB. Meskipun demikian dalam tahap pengembangan, uji coba
terbatas, uji coba diperluas dan uji validasi, teknik wawancara juga digunakan untuk
mendapatkan data tambahan dalam rangka merevisi model yang sedang
dikembangkan. Untuk meminimalisasi terjadinya gangguan ketika wawancara,
peneliti mempersiapkan pedoman wawancara.
3. Instrumen Penilaian
Penilaian dalam penelitian ini menggunakan instrumen pengungkap tipe
parenting orang tua. Skor tertinggi pada suatu tipe parenting menunjukkan kategori
tipe parenting yang digunakan oleh responden.
E.Pengembangan Instrumen Penelitian
Berdasarkan jenis data yang dibutuhkan maka dikembangkan dua instrumen, yaitu
intrumen pengungkap tipe parenting orang tua, dan pedoman wawancara tentang
Pengembangan instrumen penelitian dilakukan secara sistematis dengan
langkah-langkah: (1) menyusun kisi-kisi; (2) membuat pertanyaan atau pernyataan
yang sesuai dengan kisi-kisi; (3) meminta pertimbangan ahli yang kompeten dengan
bidang yang diteliti sebelum dilakukan uji coba; (4) melakukan uji coba instrumen
untuk menentukan tingkat validitas dan reliabilitas instrumen, sehingga instrumen
secara akademik layak digunakan, dan (5) elakukan revisi terhadap hasil uji coba
instrumen.
1. Instrumen Pengungkap Tipe Parenting Orang Tua
Langkah-langkah pengembangan instrumen pengungkap tipe parenting adalah
sebagai berikut.
a. Rumusan Konseptual
Instrumen pengungkap pola parenting orang tua dikembangkan dari konsep tipe
parenting Baumrind(Macoby & Martin, 1993) yang mencakup empat pola parenting
yaitu authoritariran parenting style ‘otoriter’, authoritative parenting style
‘autoritatif’, permissive indulgent parenting style ‘indulgen’, dan permissive
neglectfull parenting style ‘neglec’. Maccoby dan Martin (1993) mentransformasi
empat kategori tipe parenting tersebut ke dalam dua dimensi yaitu parental
demandingness dan parental responsiveness. Aspek demandingness meliputi
sejauhmana orang tua memantau prilaku anak, menetapkan aturan dan batasan,
meliputi sejauhmana orang tua memberi kesempatan kepada anak untuk
mengungkapkan perasaannya, menjelaskan harapan dan aturan, memberikan
penghargaan dan pujian, serta menunjukkan cinta dan kasih sayang.
Konsep tersebut dijadikan dasar pengembangan instrumen penelitian karena
indikator dan komponen yang terdapat didalamnya mengandung unsur-unsur yang
dapat digunakan untuk mengungkap pola parenting orang tua.
b. Menyusun Kisi-kisi
Berdasarkan dimensi demandingness dan responsiveness tersebut di atas,
indikator pola parenting dirumuskan dalam tabel 3.6
Tabel 3.6
Indikator Tipe Parenting Orang Tua
Dimensi Sub Dimensi Indikator
Otoriter Autoritatif Indulgen Neglect
kepada
Instrumen terdiri dari 40 item pertanyaan, masing-masing item memiliki empat
pilihan jawaban yang menggambarkan empat kategori pola parenting orang tua.
Teknik pensekoran dilakukan dengan pengkategorisasian menggunakan teknik
persentil yaitu pola parenting dikategorisasikan menjadi empat: (O) Otoriter, (A)
Autoritatif, (I) Indulgen, dan (N) Neglect. Jumlah persentase jawaban terbanyak
menunjukkan kategori pola parenting yang digunakan (Kisi-kisi instrumen dapat
dilihat pada lampiran 2).
2. Instrumen Kondisi Objektif Layanan Bimbingan Kepada Orang Tua a. Rumusan Konseptual
Kondisi objektif layanan bimbingan kepada orang tua di BKB yang dimaksud
mencakup (1) kondisi sarana bimbingan, (2) kondisi pembimbing (kader), dan (3)
pelaksanaan bimbingan.
b. Menyusun Kisi-Kisi
Setelah mengkaji konsep-konsep tentang kondisi objektif layanan bimbingan
kepada orang tua, selanjutnya dirancang kisi-kisi instrumen sebagaimana yang
terdapat dalam tabel 3.7.
Tabel 3.7
Pedoman Observasi dan WawancaraTentang Kondisi Bimbingan di BKB
Aspek Indikator
A.Kondisi sarana dan prasarana bimbingan
Ruang kerja kader, ruang pertemuan, ruang admnisitrasi, ruang penyimpanan data/rak/lemari, meja, kursi, papan tulis, papan pengumuman, sarana teknis sperti: angket, daftar cek, alat-alat belajar dan lain_lain.
B.Kondisi pembimbing/ kader
Jumlah pembimbing/kader, latar belakang pendidikan, pelatihan yang diikuti, masa kerja sebagai kader BKB.
C.Implementasi layanan bimbingan
Penyusunan program, pelaksanaan layanan bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, tindak lanjut pelaksanaan bimbingan.
3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan untuk mendapatkan data-data diuji terlebih
dahulu validitas dan reliabilitasnya sebelum dilaksanakan penelitian. Pengujian
a. Validitas
1) Validitas Internal
Uji coba alat ukur dimaksudkan untuk memperoleh keterangan tentang cukup
atau tidaknya pernyataan dalam alat ukur tersebut untuk menjaring kriteria yang
diharapkan dalam penelitian. Uji validitas dilakukan untuk melihat sejauh mana alat
ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Alat ukur dapat dikatakan memiliki
validitas tinggi apabila dapat menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat.
Untuk mendapatkan validitas instrumen, maka dilakukan uji validitas, yaitu
validitas isi (content validity) dan validitas konstruk. Hal tersebut dilakukan dengan
meminta pertimbangan (judgment) pakar diantaranya Dr. Ilfiandra, M.Pd., Ibu Dr.
Nani Sugandhi, M.Pd., dan Ibu Dr. Aan Listiana, M.Pd. Pertimbangan yang diberikan
oleh pakar berkaitan dengan aspek isi, redaksi item, dan keefektifan susunan kalimat
atau bahasa.
Para pakar memberikan pertimbangan cukup baik terhadap perangkat
pertanyaan aspek-aspek pengungkap tipe parenting, dengan kata lain instrumen ini
telah memadai untuk dijadikan alat ungkap data penelitian (Masukan dari pakar
terhadap instrumen dapat dilihat pada lampiran 3).
Supaya diperoleh derajat ketepatan setiap pertanyaan pada instrumen
pengungkap pola parenting yang sesungguhnya, maka dilakukan uji coba yang
melibatkan sepuluh orang tua peserta BKB. Berdasarkan uji coba tersebut maka
diperoleh keterangan bahwa instrumen dapat digunakan untuk mengungkap data
penelitian.
Pengujian validitas dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keterandalan
instrumen yang digunakan sehingga instrumen tersebut layak untuk diolah dan
digunakan dalam penelitian. Untuk menentukan validitas instrumen peneltian
digunakan rumus korelasi product moment dengan menggunakan SPSS. Pengujian
validitas ini dilakukan pada setiap butir soal, kemudian hasil perhitungannya
dikonsultasikan dengan tabel harga kritik product moment pada taraf signifikansi
yang telah ditentukan, dengan kaidah keputusan :
Jika t hitung > t tabel (½ α, n-2) Alat ukur valid
Jika t hitung < t tabel (½ α, n-2) Alat ukur tidak valid
Korelasi yang dihitung adalah korelasi antara masing-masing pertanyaan
dengan skor total, dihitung dengan tujuan untuk mengetahui pertanyaan-pertanyaan
mana yang valid dan yang tidak valid. Pertanyaan yang tidak valid diganti atau
diperbaiki. Setelah diperoleh pertanyaan yang valid baru diproses pada tahap
berikutnya (Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 4).
Reliabilitas adalah indek yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat
dipercaya atau diandalkan, yang ditunjukkan dengan kekonsistenan hasil pengukuran.
Ancok (1989) mengatakan bahwa reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauhmana
alat ukur yang digunakan tersebut memiliki taraf ketelitian, kepercayaan, kekonstanan
atau kestabilan. Uji reliabilitas alat pengumpulan data penelitian dimaksudkan untuk
melihat ketepatan alat yang digunakan dalam penelitian.
Teknik pengujian reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji
reliabilitas dengan menggunakan perangkat SPSS diperoleh hasil sebagai berikut.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas diketahui R hitung = 0,82 dibandingkan dengan r
tabel sebesar 0,312. Karena r hitung = 0,82 > tabel = 0,312 maka dapat disimpulkan
bahwa intrumen reliabel.
F. Analisis Data
Penelitian ini mengumpulkan dua jenis data yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif mencakup kondisi layanan bimbingan di Bina Keluarga
Balita, sedangkan data kuantitatif mencakup data tentang tingkat kemampuan
parenting orang tua. Data kualitatif dianalisis dengan menggunakan analisis
deskriptif naratif, sedangkan data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan
perhitungan statistik melalui uji perbedaan rata-rata, yaitu uji-t (t-test).
Penelitian tentang model bimbingan kelompok kelompok untuk meningkatkan
parenting orang tua, (2) data tentang kondisi layanan bimbingan kepada orang tua di
BKB, (3) data tentang penerapan model bimbingan kelompok untuk meningkatkan
kemampuan parenting orang tua, dan (4) data tentang validasi model bimbingan
kelompok untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua.
Analisis data dilakukan melalui dua cara, yaitu analisis kualitatif dan analisis
data kuantitatif. Analisis data kuantitatif dilakukan pada tahap uji coba lapangan
dengan menggunakan disain one group pretest posttest. Pada tahap uji lapangan
operasional dilakukan dengan disain pretest posttest control group desain.
Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan secara langsung proses
layanan bimbingan kelompok baik ketika uji terbatas, lebih luas, maupun uji
validitas. Data yang diperoleh pada setiap tahapan penelitian, dilakukan proses
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pada bab V dikemukakan tentang kesimpulan dan rekomendasi penelitian.
Kesimpulan penelitian diuraikan berdasarkan pertanyaan penelitian, sedangkan
rekomendasi penelitian dikembangkan dalam rangka: (1) pengembangan ilmu
bimbingan dan konseling khususnya seting masyarakat: (2) penataan layanan
bimbingan kepada orang tua di Bina Keluarga Balita, dan (3) penelitian selanjutnya.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang model bimbingan kelompok untuk
meningkatkan kemampuan parenting orang tua diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kondisi kemampuan parenting orang tua peserta BKB di Kota Bandung
menunjukkan kurang baik, sehingga menjadi dasar dibutuhkannya layanan
bimbingan yang terprogram dan terarah untuk meningkatkannya. Kondisi
tersebut juga menjadi dasar dalam penyusunan model bimbingan yang dirancang
yaitu bahwa orang tua membutuhkan pengetahuan dan keterampilan parenting
autoritatif pada dimensi demandingness dan responsiveness. Model bimbingan
yang dirancang merupakan upaya untuk mengubah tipe parenting otoriter
menjadi autoritatif, dengan memperhatikan aspek dan sub aspek demandingness
dan responsiveness.
orang tua yang telah berjalan di masyarakat melalui program Bina Keluarga
Balita (BKB) dalam keadaan kurang, sehingga memerlukan perbaikan dan
pembenahan dalam berbagai aspeknya. Koordinator dan pelaksana bimbingan
kepada orang tua pada program BKB yaitu kader, membutuhkan pelatihan
khusus mengenai teknik bimbingan dan dasar-dasar parenting karena tidak ada
seorang pun dari mereka yang memliki latar belakang pendidikan bimbingan dan
konseling. Rata-rata pendidikan mereka adalah SMA dan SMP, bahkan ada yang
lulusan SD. Implementasi layanan bimbingan yang meliputi, penyusunan
program, pelaksanaan bimbingan, dan evaluasi, masih kurang memadai, sehingga
memerlukan perbaikan dalam berbagai aspeknya, agar menjadi sebuah layanan
bimbingan yang proporsional, tersusun, terencana dan terarah.
3. Model bimbingan kelompok yang dikembangkan untuk meningkatkan
kemampuan parenting orang tua, terdiri dari dua bagian, yaitu: pertama
substansi model mencakup rasional, tujuan, asumsi, komponen, kompetensi,
struktur intervensi, isi intervensi, fungsi, tanggung jawab dan kompetensi
pembimbing/kader, evaluasi serta indikator keberhasilan. Kedua suplemen model
yaitu teknis operasional yang berisi deskripsi proses bimbingan kelompok berupa
satuan layanan kegiatan dan materi bimbingan.
4. Pengembangan model bimbingan kelompok dilakukan dengan menganalisis
dengan melakukan uji rasional, dan uji terbatas sehingga menghasilkan model
akhir.
5. Model bimbingan kelompok sebagai bagian dari konseling komunitas atau
community counseling terbukti efektif untuk meningkatkan kemampuan
parenting orang tua. Hal tersebut ditandai dengan adanya perubahan tipe
parenting orang tua dari otoriter ke autoritatif. Berdasarkan pertimbangan
teoretis dan empiris, maka model ini dapat digunakan sebagai kerangka kerja
konseptual dan sekaligus sebagai salah satu strategi peningkatan kemampuan
parenting orang tua peserta BKB, dalam mengontrol prilaku anak
(demandingness), dan dalam menanggapi kebutuhan anak (responsiveness).
B.Rekomendasi
Dengan memperhatikan dan menelaah hasil penelitian, penulis mengemukakan
beberapa rekomendasi sebagai berikut.
1. Kondisi layanan bimbingan yang telah ada belum dapat meningkatkan
kemampuan parenting orang tua, sehingga upaya pengembangan model
bimbingan penting dilakukan, agar kemampuan parenting orang tua peserta BKB
dapat meningkat. Untuk implementasinya pada tataran praktis dibutuhkan
kerjasama secara fungsional antara pihak yang ada di kelompok BKB yaitu kader
dan para orang tua, dengan para praktisi dan ahli bimbingan seperti PLKB dan
2. Upaya meningkatkan kemampuan parenting orang tua selama ini, belum optimal.
Penelitian ini merupakan langkah awal dalam meningkatkan kemampuan
parenting orang tua pada aspek demandingness, yang meliputi : memantu prilaku
anak, menetapkan aturan dan batasan kepada anak, menegakkan aturan, dan
menuntut kedewasaan anak. Pada aspek responsiveness meningkatkan
kemampuan orang tua dalam berkomunikasi efektif dengan anak, menjadi
pendengar yang baik bagi anak, menunjukkan kasih sayang dan perhatian kepada
anak, serta memberikan penghargaan dan pujian kepada anak. Oleh karena itu
diperlukan penelitian lain untuk memperluas kemampuan parenting pada aspek
yang lain, seperti kemampuan menerapkan kedisiplinan kepada anak,
kemampuan membangun kelekatan dengan anak, dan lain lain. Demikian pula
dilakukan penelitian lanjutan/pengembangan penelitian, dengan tema lain yang
relevan dengan penelitian ini.
3. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa model bimbingan kelompok
sebagai bagian dari konseling komunitas terbukti efektif dalam meningkatkan
kemampuan parenting orang tua, yaitu dengan mengubah pola asuh orang tua
yang tadinya otoriter menjadi autoritatif. Agar model tersebut dapat
diimplementasikan dengan baik di masyarakat terutama di kelompok BKB,
diperlukan sosialisasi dan kerjasama. Sosialisasi perlu dilakukan kepada
dengan seksama. Kepada pelaksana program yaitu para kader, agar menerapkan
model bimbingan ini dalam memberikan layanan kepada orang tua. Kerjasama
antara kader BKB sebagai praktisi di lapangan, para ahli bimbingan atau
konselor masyarakat, serta aparat pemerintah yang terkait dengan program BKB
(BKKBN), diperlukan agar kegiatan berjalan sesuai program, terencana dengan
baik, dan terpantau, serta mendapat sokongan dana.
4. Bimbingan kelompok ini dirancang untuk diberikan kepada para orang tua yang
memiliki anak usia 4 s.d. 5 tahun, dengan seting komunitas di masyarakat. Maka
model ini tidak hanya dapat diterapkan di kelompok BKB saja melainkan juga
dapat diterapkan pada seting komunitas masyarakat lainnya, seperti: di sekolah
parenting, di majelis taklim, atau di lembaga pendidikan PAUD (TK/ Play
Group) yang menyelenggarakan layanan bimbingan kepada orang tua, dengan
syarat subjeknya adalah para orang tua yang memiliki anak usia 4-5 tahun.
5. Model bimbingan ini memuat teknik-teknik dan metode yang dirancang untuk
bimbingan kelompok, sehingga dapat diadopsi untuk digunakan dalam
memberikan layanan bimbingan kepada orang tua yang memiliki anak usia SD,
SMP, SMU bahkan mahasiswa, dengan penyesuaian materi sesuai kebutuhan
peserta.
6. Keberhasilan model ini baru dilihat dari sisi perubahan pola asuh orang tua saja,
bimbingan kelompok dari sisi perubahan prilaku anak atau dalam membentuk
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Jamal. (2005). Tahapan Mendidik Anak Teladan Rosulullah. Bandung: Irsyad Baitus Salam.
Adalbjarnardottir, S. & Hafsteinsson L.G. (2001). Adolescents' Perceived Parenting Styles and Their Substance Use: Concurrent and Longitudinal Analysis.
Dalam Journal of Research on Adolescence, 11, 401-423.
Badu, Ruslin. (2011). Pengembangan Model Pelatihan Permainan Traidisional Edukatif Berbasis Potensi Lokal dalam Meningkatkan Kemampuan danKeterampilan Orang Tua anak Usia Dini. Dalam Jurnal Penelitian dan Pendidikan Volume 8 Nomor 1, Maret 2011
Baihaqi, Ibnu Buchori Ihsan. (2010). Yuk, Jadi Orang tua Shalih, Sebelum Meminta Anak Shalih. Bandung: Mizania.
Baumrind, D. (1966). Effects of Authoritative Parental Control on Child Behavior. Dalam Journal Child Development, 37, 887-907.
Baumrind, D. (1991). Parenting Styles and Adolescent Development. In J. Brooks, R. Lerner, & A.C. Peterson (Eds.). The Encyclopedia of Adolescence (pp. 758-772). New York: Garland.
Baumrind, D. (1991). The Influence of Parenting Style on Adolescent Competence and Substance Use. Dalam Journal of Early Adolescence, 11, 56-95.
Borg, W.R. & Gall M.D. (1989). Educational Research. An Introduction, Firth Edition, New York: Logman.
Boyd. D. & Bee H. (2006). Lifespan development. Boston: Pearson Education. Inc.
BKKBN. (1997). Pedoman Pelaksanaan Bina Keluarga Balita (BKMM, BKB,BKR,BKD.BKL) Bagi Petugas/Pengelola, Gerakan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Bandung: BKKBN JABAR.
BKKBN.(2007). Buku Pedoman Sistem Pemantauan dan Rujukan Bina Keluarga Balita, Jawa Barat.
BKKBN. (2007) Modul Bina Keluarga Balita, Jawa Barat
Brooks, Jane B. (2003). The Process of Parenting, six edition, United States: McGraw Hill.
Catherine L. Packer, Columbus. (2004). Ohio Counseling in African-American Communities: Biblical Perspectives on Tough Issues. Dalam Western Journal of Black Studies28. 2 (Summer 2004): 394-395.
Caughy, Margaret O'Brien, et all. (2001). Perceptions of Parenting: Individual Differences and the Effect of Community. Dalam American Journal of Community Psychology29. 5 (Oct 2001): 679-99.
Conrad, C.S dan Sarlito W.S. (2010). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prilaku Seksual Remaja dalam Berpacaran. Dalam Jurnal Mind Set, Vol 1 No 2, Juni 2010.
Darling, N. & Steinberg L. (1993). Parenting Style as Context: An Integrative Model. Dalam Psychological Bulletin, 113, 487-496.
Depdikbud. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Domenecch, Rodriguez Melanie, Donovick Melissa, Crowley Suzan L. (2009). Parenting Styles in a Cultural Context: Observations of "Protective Parenting" in First-Generation Latinos. Dalam Journal Article Document Feature Tables; References Accession number 19579905 ProQuest Document ID 218874594 tersedia (http://search.proquest.com/docview/218874594? accountid=38628) [1 Okt 2001]
Bandung. Dalam Jurnal Pengabdian Kepada masyarakat, Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Unpad.Vol 16 No 10, Juni 2006.
Fajri, A. dan Maya K. (2011). Hubungan antara Komunikasi Ibu-Anak dengan Kesiapan Menghadapi Menstruasi Pertama pada Siswi SMP Muhamdiyah Banda Aceh. Dalam Jurnal Psikologi Undip, Volume 10, No 2, Oktober 2011.
Fernand, G. dan Enrique. Is Always Authoritative The Optimum Parenting Style? Evidence From Spanish Families. (2009). Dalam Adolescence 44. 173 (Spring 2009): 101-31.
Fortmann, S. P., Flora, J. A., Winkleby, M. A., Schooler, C., Taylor, C. B., & Farquhar, J. W. (1995). Community Intervention Trials: Reflections on the Stanford Five-City Project Experience. Dalam American Journal of Epidemiology, 142, 576-586.
Gustavo, Carlo, et. al. (2007) “Parenting Styles or Practices? Parenting, Sympathy,
and Prosocial Behaviors Among Adolescents”. Dalam The Journal of Genetic Psychology168. 2 (2007): 147-76.
Happner, P. Paul, Bruce Wampold and Dannis M. Kivlighan, (2008).Reaserch Desain in Counseling.United State: Thomson Brooks/ Cole.
Hartinah, Sitti. (2009). Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: Refik Aditama.
Hellen, Gremillion.,Cheshire, Aileen,Lewis, Dorothea. (2008). Scaffolding a Community of Competent Practitioners: Positioning and Agency in a Training Program for Narrative Counseling. Accepted May 1, 2008.Family Process 51. 1(M ar 2012): 43-55.
Hershenson, David B., Paul W. Power, Michael Waldo. (1996).
Community Counseling Contemporary Theory and Practice. USA.