ABSTRAK
Desy Ika Savittri. 2016. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Ditinjau dari Hasil Belajar dan Keaktifan Belajar Matematika Siswa Kelas VIII-C SMP Negeri 2 Yogyakarta pada Materi Keliling dan Luas Lingkaran. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan : (1) efektivitas pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams-Achievement Divisions (STAD) pokok bahasan keliling dan luas
lingkaran ditinjau dari keaktifan belajar siswa (2) efektivitas pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams-Achievement Divisions (STAD) pokok bahasan keliling dan luas lingkaran
ditinjau dari hasil belajar siswa.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental semu. Populasi dari penelitian ini adalah 92 siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Yogyakarta dan 61 diantaranya adalah sampel. Instrumen pada penelitian ini meliputi lembar observasi keaktifan belajar dan tes hasil belajar siswa. Validitas isi diperoleh melalui uji pakar yaitu dosen pembimbing dan guru mata pelajaran. Reliabilitas tes hasil belajar sebesar 0,85.
Hasil dari penelitian ini yaitu (1) persentase keaktifan siswa pada pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam kategori tinggi dan sangat tinggi masing-masing adalah 21,43% dan 28,57%, sedangkan pada pembelajaran konvensional masing-masing adalah 17,24% dan 13,79%. Dari uji independent
sample t test dengan taraf signifikasi sebesar 5% diperoleh nilai Sig. (1-tailed)
yaitu 0,000 sehingga H0 ditolak. (2) persentase hasil belajar siswa pada
pembelajaran kooperatif STAD yaitu 96,77%, dan 89,65% pada pembelajaran konvensional yang sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimum (KKM). Dari uji independent sample t test dengan taraf signifikasi sebesar 5% diperoleh nilai Sig. (1-tailed) yaitu 0,010 sehingga H0 ditolak. Ditinjau dari hasil belajar dan
keaktifan belajar siswa dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan pembelajaran kooperatiftipe STAD sudah efektif dibandingkan pembelajaran matematika secara konvensional.
ABSTRACT
Desy Ika Savittri. 2016. Effectiveness of Cooperative Learning Model Teams- Student Achievement Divisions (STAD) Judging from the Learning Outcomes and the activeness in Mathematics from 8th Grade class C Junior High School 2 Yogyakarta on Circumference Matter and Area of a Circle. Thesis. Mathematics Education. Department of Mathematics and Science Teaching and Education of Scince Factulty. Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This study aimed to describe : (1) the effectiveness of learning mathematics using cooperative learning model Teams- student Achievement Divisions (STAD) with subjectof the circumference and area of a circleon student activities. (2) the effectiveness of learning mathematics using cooperative learning model Teams- student Achievement Divisions (STAD) with subject of the circumference and area of a circleon learning result.
The research method used was quasi-experimental. The population of this study were 93 students of the 8th grade students of Junior High School 2 Yogyakarta and 63 of them were the samples. Instruments in this study include observation of the student activity sheet and test result of student learnings. Obtained through the content validity of the test, namely experts as such lecturers and subjects teachers.Reabilitas of the test result on learning was 0.85.
The results of research were (1) the percentageof student activities in STAD cooperative learning in high and very high category were 21,43%and28,57%, and in the convensional learning were 17,24% and 13,79%. Test of independent sample t test with significance level of 5% obtained by the Sig. (1-tailed) were 0,000 therefore H0 was rejected. (2) the percentage of student learning outcomes
in STAD cooperative learning was 96.77%, and 89,65% in the conventional learning that meets the minimum completeness criteria (KKM). Test of independent sample t test with significance level of 5% obtained by the Sig. (1-tailed) were 0,010 therefore H0 was rejected. Drawing from the results of learning
and students learning activeness,it could be concluded that the study of mathematics usedone of the cooperative learning STADwas more effective than conventional mathematics learning.
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DITINJAU DARI HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII-C SMP NEGERI 2 YOGYAKARTA PADA MATERI
KELILING DAN LUAS LINGKARAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Matematika
Disusun Oleh : Desy Ika Savittri NIM : 111414096
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DITINJAU DARI HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII-C SMP NEGERI 2 YOGYAKARTA PADA MATERI
KELILING DAN LUAS LINGKARAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Matematika
Disusun Oleh : Desy Ika Savittri NIM : 111414096
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO
“
Dalam hidup jangan hanya melihat keatas karena diatas langit masih ada
langit hendaklah kamu senantiasa melihat kebawah karena kamu akan
menyadari bagaimana rasanya bersyukur selalu
”
Karya ini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus
Ayahanda tercinta Kornelius Sulatna dan Ibunda tercinta Korentina Ismiyati,
Adekku tersayang Dwiky Mahardika ,
Bowo Titinegoro dan Mentari serta Sahabat-sahabatku,
vii ABSTRAK
Desy Ika Savittri. 2016. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Ditinjau dari Hasil Belajar dan Keaktifan Belajar Matematika Siswa Kelas VIII-C SMP Negeri 2 Yogyakarta pada Materi Keliling dan Luas Lingkaran. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan : (1) efektivitas pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams-Achievement Divisions (STAD) pokok bahasan keliling dan luas
lingkaran ditinjau dari keaktifan belajar siswa (2) efektivitas pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams-Achievement Divisions (STAD) pokok bahasan keliling dan luas lingkaran
ditinjau dari hasil belajar siswa.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental semu. Populasi dari penelitian ini adalah 92 siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Yogyakarta dan 61 diantaranya adalah sampel. Instrumen pada penelitian ini meliputi lembar observasi keaktifan belajar dan tes hasil belajar siswa. Validitas isi diperoleh melalui uji pakar yaitu dosen pembimbing dan guru mata pelajaran. Reliabilitas tes hasil belajar sebesar 0,85.
Hasil dari penelitian ini yaitu (1) persentase keaktifan siswa pada pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam kategori tinggi dan sangat tinggi masing-masing adalah 21,43% dan 28,57%, sedangkan pada pembelajaran konvensional masing-masing adalah 17,24% dan 13,79%. Dari uji independent
sample t test dengan taraf signifikasi sebesar 5% diperoleh nilai Sig. (1-tailed)
yaitu 0,000 sehingga H0 ditolak. (2) persentase hasil belajar siswa pada
pembelajaran kooperatif STAD yaitu 96,77%, dan 89,65% pada pembelajaran konvensional yang sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimum (KKM). Dari uji independent sample t test dengan taraf signifikasi sebesar 5% diperoleh nilai Sig. (1-tailed) yaitu 0,010 sehingga H0 ditolak. Ditinjau dari hasil belajar dan
keaktifan belajar siswa dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan pembelajaran kooperatiftipe STAD sudah efektif dibandingkan pembelajaran matematika secara konvensional.
viii ABSTRACT
Desy Ika Savittri. 2016. Effectiveness of Cooperative Learning Model Teams- Student Achievement Divisions (STAD) Judging from the Learning Outcomes and the activeness in Mathematics from 8th Grade class C Junior High School 2 Yogyakarta on Circumference Matter and Area of a Circle. Thesis. Mathematics Education. Department of Mathematics and Science Teaching and Education of Scince Factulty. Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This study aimed to describe : (1) the effectiveness of learning mathematics using cooperative learning model Teams- student Achievement Divisions (STAD) with subjectof the circumference and area of a circleon student activities. (2) the effectiveness of learning mathematics using cooperative learning model Teams- student Achievement Divisions (STAD) with subject of the circumference and area of a circleon learning result.
The research method used was quasi-experimental. The population of this study were 93 students of the 8th grade students of Junior High School 2 Yogyakarta and 63 of them were the samples. Instruments in this study include observation of the student activity sheet and test result of student learnings. Obtained through the content validity of the test, namely experts as such lecturers and subjects teachers.Reabilitas of the test result on learning was 0.85.
The results of research were (1) the percentageof student activities in STAD cooperative learning in high and very high category were 21,43%and28,57%, and in the convensional learning were 17,24% and 13,79%. Test of independent sample t test with significance level of 5% obtained by the Sig. (1-tailed) were 0,000 therefore H0 was rejected. (2) the percentage of student learning outcomes
in STAD cooperative learning was 96.77%, and 89,65% in the conventional learning that meets the minimum completeness criteria (KKM). Test of independent sample t test with significance level of 5% obtained by the Sig. (1-tailed) were 0,010 therefore H0 was rejected. Drawing from the results of learning
and students learning activeness,it could be concluded that the study of mathematics usedone of the cooperative learning STADwas more effective than conventional mathematics learning.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah Bapa di surga yang telah
melimpahkan kasih dan karuniannya sehingga dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-
Achievement Divisions (Stad) Ditinjau dari Hasil Belajar dan Keaktifan Belajar
Matematika Siswa Kelas VIII-C SMP Negeri 2 Yogyakarta pada Materi Keliling
dan Luas Lingkaran”.
Skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, sehingga
penulis ingin menghaturkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Sukardjono, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi dengan sabar
dan waktu yang telah diberikan serta segala arahan dan masukan yang sangat
membantu peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Haniek Sri Pratini, M.Pd. dan Bapak Febi Sanjaya, M.Sc. sebagai dosen
penguji skripsi yang telah memberikan arahan dan masukan yang sangat
membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
4. Bapak Dr. Hongki Julie, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika.
5. Segenap dosen pendidikan matematika dan staf sekretariat JPMIPA yang telah
banyak membantu saya selama saya kuliah di Sanata Dharma.
6. Bapak Drs. Emed Heryana selaku kepala sekolah SMP Negeri 2 Yogyakarta
yang telah memberikan izin penelitian kepada saya.
7. Ibu Budi Lestari, S.Pd. selaku guru matematika yang telah memberikan waktu,
dukungan, dan masukan kepada saya sehingga saya dapat melaksanakan
penelitian dengan baik.
8. Siswa SMP Negeri 2 Yogyakarta khususnya siswa kelas VIII C dan VIII B
atas segala kerjasamanya selama penelitian berlangsung.
9. Ayahanda Sulatna serta Ibunda Ismiyati yang senantiasa memberikan
x
10.Adekku Dwiky Mahardhika yang selalu memberikan dukungan dan doa
kepada saya.
11.Bowo Titinegoro dan Mentari yang selalu menemani saya selama ini dan atas
segala dukungan, doa, dan kesabaran yang selalu diberikan kepada saya.
12.Keluarga besar saya khususnya kakak-kakak dan adek-adek sepupu saya,
mbak Rina, mbak Tita, mbak Yayan, mbak Efi, mbak Ema, mbak Sulis, mbak
Dwik, mbak Ita dek Nova, dek Lia, dek Litha, dan dek Via atas segala
dukungan dan doanya.
13.Sahabat – sahabat saya yaitu, Ima, Eliz, Monik, Ade, Iva, Lidia, Arlin, Septi, Retna dan yang lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
14.Teman-teman pendidikan matematika angkatan 2011 atas segala yang pernah
dilalui selama proses perkuliahan.
Penulis berharap semoga apa yang telah penulis paparkan dalam skripsi ini dapat
berguna. Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam skripsi ini. Oleh sebab
itu, penulis mengharapkan masukan, kritik, ataupun saran untuk lebih baiknya
skripsi ini.
Yogyakarta, 26 Februari 2016
Peneliti
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Batasan Istilah ... 9
G. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 12
1. Pengertian Belajar ... 12
xii
b. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Belajar Siswa ... 15
c. Hakekat Belajar ... 20
2. Keaktifan Peserta Didik ... 21
3. Prestasi dan Hasil Belajar ... 23
a. Definisi Hasil Belajar ... 24
b. Indikator – Indikator Hasil Belajar ... 25
c. Faktor – Faktor yang Mempenaruhi Prestasi Belajar ... 27
4. Model Pembelajaran Kooperatif ... 32
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 32
b. Jenis – Jenis Model Pembelajaran Kooperatif ... 36
5. STAD (Student Team-Achivement Division) ... 40
a. Pengertian STAD ... 40
b. Penggunaan STAD ... 41
c. Penghargaan Kelompok ... 42
d. Lima Komponen Utama dalam Model STAD ... 42
6. Lingkaran ... 44
a. Unsur – Unsur Pada Lingkaran ... 44
b. Bagian – Bagian Pada Lingkaran ... 45
c. Keliling lingkaran ... 45
d. Luas Bidang Lingkaran ... 46
B. Kerangka Berfikir ... 46
C. Hipotesis ... 48
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 49
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 49
C. Populasi dan Sampel ... 49
D. Variabel Bebas dan Variabel Terikat ... 50
E.Instrumen Penelitian ... 51
1. Instrumen Pembelajaran ... 51
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 51
xiii
2. Instrument Observasi Keaktifan Siswa ... 52
3. Instrument Hasil Belajar ... 53
a. Lembar Tes ... 53
F.Teknik Penumpulan Data ... 56
1. Observasi atau Pengamatan ... 56
a. Observasi Keaktifan Siswa ... 56
2. Tes ... 57
G. Validitas dan Reliabilitas ... 57
1. Validitas ... 57
a. Validitas Isi ... 57
b. Validitas Butir Soal ... 58
2. Reliabilitas ... 58
3. Uji Coba Instrument ... 59
a. Uji Validitas ... 59
b. Uji Reliabilitas ... 60
H. Metode Analisis Data ... 60
1. Kelayakan Analisis ... 60
2. Analisis Data Keaktifan Siswa ... 61
a. Uji Normalitas ... 62
b. Uji Homogenitas Variansi ... 62
c. Uji Perbedaan Rata-Rata ... 63
3. Analisis Data Hasil Belajar ... 64
a. Uji Normalitas ... 65
b. Uji Homogenitas Variansi ... 66
c. Uji Perbedaan Rata-Rata ... 66
I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 67
1. Perencanaan ... 68
2. Pelaksanaan dan Pengamatan ... 68
3. Pengolahan Data ... 68
xiv
B. Deskripsi Data ... 70
1. Metode Pembelajaran ... 70
2. Keaktifan Belajar Siswa ... 68
3. Hasil Belajar Siswa ... 76
C. Inferensi ... 81
D. Pembahasan hasil penelitian ... 91
E. Keterbatasan peneliti ... 93
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 95
B. Saran ... 85
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagian – Bagian Lingkaran (a) ... 45
Gambar 2.2 Bagian – Bagian Lingkaran (b) ... 45
Gambar 2.3 Jari – Jari dan Diameter Lingkaran ... 45
Gambar 3.1 Lembar Pengamatan Keaktifan Belajar Siswa ... 52
Gambar 4.1 Histogram Keaktifan Belajar (n=28) ... 74
Gambar 4.2 Histogram Keaktifan Belajar (n=29) ... 75
Gambar 4.3 Histogram Hasil Belajar (n=31) ... 79
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pedoman Menentukan Nilai Perkembangan ... 42
Tabel 3.1 Kisi – Kisi Soal Pre-Test ... 54
Tabel 3.2 Kisi – Kisi Soal Post-Test ... 55
Tabel 3.3 Uji Validitas Tes Hasil Belajar ... 59
Tabel 4.1 Data Mentah Hasil Pengamatan Kekatifan Belajar Siswa Menggunakan Pembelajaran Kooperatif (n=28) ... 71
Tabel 4.2 Data Mentah Hasil Pengamatan Keaktifan Belajar Siswa Menggunakan Pembelajaran Konvensional (n=31) ... 62
Table 4.3 Frekuensi Keaktifa Siswa Menggunakan Pembelajaran Kooperatif 74 Table 4.4 Frekuensi Keaktifan Belajar Siswa Menggunakan Pembelajaran Konvensional ... 75
Table 4.5 Data Mentah Skor Hasil Post-Test Menggunakan Pembelajaran Kooperatif ... 76
Table 4.6 Data Mentah Skor Hasil Post-Test Siswa Menggunakan Pembelajaran Konvensional ... 77
Table 4.7 Frekuensi Data Hasil Belajar (Post-Test) Siswa Menggunakan Pembelajaran Kooperatif ... 79
Table 4.8 Frekuensi Data Hasil Belajar (Post-Test) Siswa Menggunakan Pembelajaran Konvensional ... 80
Tabel 4.9 Tests of normality keaktifan kelas VIII C ... 81
Tabel 4.10 Tests of normality keaktifankelas VIII B ... 82
Tabel 4.11 Test of homogeneity of variances keaktifan ... 84
Tabel 4.12 Group statistics keaktifan ... 85
Tabel 4.13 Independent samples keaktifan ... 85
Tabel 4.14 Tests of normality post-test kelas VIII C ... 86
Tabel 4.15 Tests of normality post-test kelas VIII B ... 86
Tabel 4.16 Test of homogeneity of variances post-test ... 88
Tabel 4.17Group statistics post-test ... 90
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
Silabus ... 100
Rencana Pelaksanaan Pembelajran(RPP) ... 104
Lembar Kerja Siswa ... 109
Lembar Pengamatan Keaktifan ... 113
LAMPIRAN B Pre-Test ... 115
Tugas 1 ... 120
Tugas 2 ... 120
Post-Test ... 121
Kunci Jawaban ... 126
Daftar Nilai Siswa ... 131
LAMPIRAN C Validitas Pakar ... 133
Validitas Butir Soal ... 139
Reliabilitas Tes Hasil Belajar ... 140
LAMPIRAN D Contoh Hasil Pengamatan Keaktifan ... 142
Contoh Hasil Pre-Test ... 160
Contoh Hasil LKS 1 ... 170
Contoh Hasil Tugas 1 ... 174
Contoh Hasil LKS 2 ... 176
Contoh hasil Tugas 2 ... 180
Contoh Hasil Post-Test ... 182
xviii
LAMPIRAN E
Foto-Foto Saat Penelitian ... 205
Perhitungan Kemajuan Skor Tim ... 206
LAMPIRAN F
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan,
karena belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada
semua orang dan berlangsung seumur hidup. Dalam hal ini belajar sudah
didefinisikan menurut beberapa ahli salah satunya adalah pengertian
belajar. Menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977
yang dikutip oleh Eveline dan Hartini (2010:4) belajar merupakan sejenis
perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang
keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar
dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat
adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan
serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah. Selain itu Hudojo
(1988:3) mengatakan: seseorang dikatakan belajar bila dapat diasumsikan
dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses kegiatan yang
mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku
itu dapat diamati dan berlaku dalam waktu relatif lama yang disertai usaha
orang tersebut dari tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu
mengerjakannya. Dari definisi belajar yang dikemukakan oleh para ahli di
atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses serangkaian
menimbulkan perubahan (tingkah laku, kepandaian, dan lain-lain) yang
berasal dari pengalaman orang seorang yang berhubungan dengan
kognitif, afektif, dan psikomotor.
Mengajar merupakan aktivitas dari pembelajaran yaitu dilakukan
oleh seorang guru kepada siswa. Menurut Hamalik (2001:50) mengajar
atau mendidik itu adalah memberikan bimbingan belajar kepada murid.
Pemberian bimbingan menjadi kegiatan mengajar yang utama. Siswa
sendiri melakukan kegiatan belajar seperti mendengarkan ceramah,
membaca buku, melihat demonstrasi, menyaksikan pertandingan,
mengarang dan sebagainya. Aktivitas mengajar merupakan kegiatan guru
dalam mengaktifkan proses belajar peserta didik dengan menggunakan
berbagai metode.
Setelah pembelajaran dimulai pada akhirnya kita akan melihat
sebuah hasil, yaitu berupa hasil belajaran. Mulyasa (2008:37) hasil belajar
merupakan prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang menjadi
indikator kompetensi dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan.
Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa
agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada
pengalaman langsung.
Dalam sekolah tidak luput dengan adanya pembelajaran
matematika mulai dari SD sampai SMA atau SMK di semua jurusan juga
ada, karena keberadaannya tersebut patut kita anggap bahwa mamematika
pelajari. Pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivis
adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi
konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan
sendiri melalui proses internalisasi. Erman Suherman mengemukakan
bahwa dalam pembelajaran matematika para siswa dibiasakan untuk
memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang
dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek. Salah satu hakekat
matematika adalah sifatnya abstrak, untuk itu seorang guru harus dapat
menanamkan konsep matematika dengan baik agar siswa dapat
membangun daya nalarnya secara logis, sistematik, konsisten, kritis, dan
disiplin. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh guru yang
bertujuan untuk mengadakan perubahan tingkah laku siswa terhadap
matematika sehingga siswa dapat menggunakan daya nalar secara logis,
sistematik, konsisten dan kritis.
Dalam pelaksanaanya, kegiatan pembelajaran diselenggarakan
untuk membentuk watak dan meningkatkan mutu kehidupan peserta didik.
Kegiatan pembelajaran juga mengembangkan kemampuan mengetahui,
memahami, melakukan sesuatu, dan hidup dalam kebersamaan. Menurut
tim SBM (2009:14) bahwa: “Kegiatan pembelajaran itu perlu: berpusat
pada peserta didik, mengembangkan kreatifitas peserta didik,
menciptakan kondisi menyenangkan, dan menantang, bermuatan nilai,
mencapai hal-hal tersebut maka pelaksanaan pembelajaran menerapkan
berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan,
kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
yang menyenangkan dan terpusat pada siswa. Model pembelajaran
kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan
struktur penghargaan. Dalam proses pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif siswa didorong untuk bekerjasama pada suatu
tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran
kooperaif adalah prestasi belajar akademik siswa meningkat dan siswa
dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan
keterampilan sosial. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah
Student Teams- Achievement Divisions (STAD) .
SMP Negeri 2 Yogakarta adalah sekolah negeri yang berada di
dekat pusat keramaian. Dari informasi Guru cenderung menggunakan
metode pembelajaran klasikal, namun terkadang juga menggunakan
metode diskusi dengan teman satu meja saja selain itu guru juga lebih
sering menjelaskan materi dengan metode ceramah memberikan
pembelajaran dengan media powerpoint membuat rangkuman dan
menuliskan di papan tulis. Setelah akhir pembelajaran guru memberikan
pekerjaan rumah (PR). Pembelajaran diawali dengan doa, kemudia
kesiapan siswa mengikuti pembelajaran, kemudian dilanjutkan tanya
jawab tentang materi yang sebelumnya. Pembelajaran dimulai dengan
guru yang berceramah di depan kelas dan sesekali menulis materi
pembelajaran di papan tulis. Disini guru sering memberikan pertanyaan
untuk memancing keaktifan siswa, selain itu jika ada yang ribut pasti guru
langsung memberikan pertanyaan agar siswa tersebut memperhatikan
ulang. Setelah itu guru selalu berkeliling selama proses pembelajaran
berlangsung. Guru juga sesekali memberikan pekerjaan rumah agar siswa
bisa lebih memahami dan memperbanyak latihan soal.
Saat proses pembelajaran, guru juga selalu memberikann latihan
soal yang bertujuan agar siswa lebih memperdalami materi yang telah
disampaikan. Beberapa siswa memperhatikan saat guru menerangkan,
menanggapi saat guru bertanya dan berani bertanya saat guru menjelaskan
pembelajaran yang kurang jelas. Namun ada beberapa siswa juga yang
terlihat kurang aktif saat mengikuti pembelajaran matematika siswa tidak
memperhatikan, tidak mengerjakan soal, mereka cenderung tidak memiliki
semangat untuk belajar matematika, terlihat saat diberikan latihan soal
mereka tidak mengerjakan, berbincang-bincang dengan teman sebangku
dan bahkan mengantuk. Saat peneliti melakukan observasi di sekolah,
siswa sedang mempelajari materi lingkaran disini terlihat siswa masih
kurang pemahaman dalam menentukan keliling dan luas dari lingkaran
mungkin karena metode yang digunakan guru kurang begitu bisa dipahami
keliling dan luas lingkaran. Menurut peneliti pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana adalah tipe Student Teams-Achievement Divisions
(STAD) dimana siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan
empat atau lima orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja,
jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa
bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah
menguasai pelajaran tersebut (Darmiyati 2008:16), pada umumnya model
pembelajaran tersebut digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan
pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap
materi.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian mengenai pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif Tipe Student Teams- Achievement Divisions
(STAD) ditinjau dari hasil belajar dan keaktifan siswa belajar matematika
dengan mengangkatnya menjadi bahan kajian dalam skripsi yang berjudul:
“Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-
Achievement Divisions (STAD) ditinjau dari Hasil Belajar dan Keaktifan
Belajar Matematika Siswa Kelas VIII-C SMP Negeri 2 Yogyakarta pada
Materi Keliling dan Luas Lingkaran”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat
1. Saat pembelajaran berlangsung terlihat siswa bosan untuk mengikuti
pembelajaran sehingga beberapa siswa mengantuk.
2. Siswa kurang atusias dalam mengikuti proses belajar matematika
dikelas karena mereka tidak membawa peralatan yang lengkap seperti
penggaris, pensil, penghapus dan alat matematika lainnya.
3. Beberapa siswa kurang aktif dalam pembelajaran dikelas karena masih
sibuk mengobrol dengan rekan sebangku dan tidak mengerjakan soal
latihan.
4. Siswa banyak kesulitan dalam mengerjakan latihan soal, terlihat
beberapa pekerjaan siswa masih ada yang salah.
5. Pada pembelajaran matematika siswa hanya berpusat pada guru saja,
sehingga aktivitas belajar saat pembelajaran matematika di kelas masih
rendah.
C. Pembatasan Masalah
Beberapa masalah telah teridentifikasi, tetapi karena keterbatasan
waktu, tenaga,dan biaya maka peneliti ini dibatasi pada pengamatan
mengenai Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Teams- Achievement Divisions (STAD) ditinjau dari Hasil Belajar dan
Keaktifan Belajar Matematika Siswa Kelas VIII-C SMP Negeri 2
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka
penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana efektivitas pembelajaran matematika menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) pokok bahasan keliling dan luas lingkaran ditinjau
dari keaktifan belajar siswa ?
2. Bagaimana efektivitas pembelajaran matematika menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams- Achievement Divisions
(STAD) pokok bahasan keliling dan luas lingkaran ditinjau dari hasil
belajar siswa ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan efektivitas pembelajaran matematika menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) pokok bahasan keliling dan luas lingkaran lingkaran
ditinjau dari keaktifan belajar siswa
2. Mendeskripsikan efektivitas pembelajaran matematika menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) pokok bahasan keliling dan luas lingkaran lingkaran
F. Batasan Istilah
Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Belajar
Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada
semua orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu pertanda
bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tinkah
laku dalam dirinya, perubahan tersebut haruslah bersifat relative
permanen, tahan lama dan menetap.
2. Keaktifan belajar
Keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat
dilihat dengan turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya,
terlibat dalam pemecahan masalah, bertanya kepada siswa lain atau
guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, berusaha
mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan
masalah, melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal serta
menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh.
3. Hasil belajar
Hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan
mengunakan alat pengukur, yakini berupa tes baik tertulis, lisan
maupun perbuatan. Hasil belajar menjadi sangat pentin bagi siswa
karena nilai atau angka yang diberikan meripakan manifestasi dari
prestasi belajar siswa dan berguna dalam pengambilan keputusan atau
4. Model pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi belajar
mengajar dimana siswa dalam kelas dipandang sebagai kelompok atau
dibagi dalam beberapa kelompok untuk saaling bekerjasama sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai. .
5. Student Teams- Achievement Divisions (STAD)
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe (STAD) sebagai berikut
: a.Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil
bersama. b.Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan
menjunjung tinggi norma-norma kelompok. c.Siswa aktif berperan
sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan
kelompok. d.Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan
kemampuan mereka dalam berpendapat.
G. Manfaat Penilitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat baik teoritis
maupun manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan
pemikiran bagi dunia pendidikan terutama untuk mengetahui
Achievement Divisions (STAD) pada pokok bahasan keliling dan
luas lingkaran.
b. Menjadi bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu
bagi pihak-pihak yang berkepentingan, guna melakukan penelitian
lebih lanjut terhadap objek sejenis atau aspek lainya yang belum
tercakup dalam penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti, penelitian ini memberikan pengalaman dalam
meningkatkan wawasan sebagai calon guru sehingga ketika terjun
ke lapangan, peneliti dapat mempersiapkan model pembelajaran
yang dapat mengaktifkan dan meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru
untuk lebih kreatif dalam menerapkan model pembelajaran yang
sesuai dengan tujuan, materi, karakteristik siswa dan kondisi
pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih
menarik dan menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar siswa.
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai
bahan masukan dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan
kinerja guru dan kualitas proses belajar mengajar.
d. Bagi pemerintah, hasil penelitin ini diharapkan bermanfaat sebagai
bahan pertimbangan informasi dan referensi dalam program
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi
pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu pertanda
bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan
tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut
menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan
ketrampilan (prikomotor) maupun yan menyangkut nilai dan sikap
(afektif). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seseorang
dikatakan telah belajar kalau sudah terdapat perubahan tingkah laku
dalam dirinya. Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat dari interaksi
dengan lingkungannya, tidak karena pertumbuhan fisiknya atau
kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh
obat-obatan. Kecuali itu, perubahan tersebut haruslah bersifat relatif
permanen, tahan lama dan menetap, tidak berlangsung sesaat menurut
Eveline dan Hartini (2010:5).
Setelah pradigma pembelajaran berkembang, belajar dimaknai
sebagai kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau
mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk
belajar sepanjang hayat. Belajar bukan lagi merupakan konsenkuensi
otomatis dari penyampaian informasi oleh guru ke dalam kepala
seorang peserta didik. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan
aktivitas siswa sendiri. Siswa sebagai subyek didik harus secara aktif
meraih dan memperoleh pengetahuan baru sesuai dengan minat, bakat,
perilaku dan norma-norma serta nilai-nilai yang berlaku. Belajar
adalah suatu kebutuhan hidup yang self generating, yang
mengupayakan diri sendiri, karena sejak lahir manusia memiliki
dorongan untuk melangsungkan hidup, menuju suatu tujuan tertentu
Suyono dan Hariyanto (2011 :14).
Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi
pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu pertanda
bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tinkah
laku dalam dirinya, perubahan tersebut haruslah bersifat relative
permanen, tahan lama dan menetap.
a. Prinsip pembelajaran
Dalam melaksanakan pembelajaran, agar dicapai hasil yang
lebih optimal perlu diperhatikan beberapa prinsip pembelajaran.
Beberapa prinsip ditemukan oleh Eveline dan Hartini (2010 : 14),
sebagai berikut.
1) Perlunya pemberian umpan balik positif dengan segera atas
membuat respons, tidak hanya duduk diam dan mendengarkan
saja.
2) Perlunya menyatakan tujuan pembelajaran secara jelas kepada
siswa sebelum pelajaran dimulai agar siswa bersedia belajar lebih
giat. Juga penggunaan metode dan media belajar agar dapat
mendorong keaktifan siswa dalam proses belajar.
3) Pemberian isi yang berguna pada siswa di dunia luar ruangan
kelas selain itu juga dengan memberikan penghargaan terhadap
keberhasilan siswa. selain itu siswa juga perlu diberikan latihan
dan tes agar kemampuan siswa bertambah.
4) Pemberian kegiatan belajar kepada siswa yan melibatkan
tanda-tanda atau kondisi yang mirip dengan kondisi dunia nyata.
5) Belajar menggeneralisasikan dalam pemecahan masalah karena
perlu digunakan secara luas bukan saja contoh-contoh yang
positif, tapi juga yang negatif.
6) Pentingnya menarik perhatian siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
7) Guru harus menanalisis pengalaman belajar siswa menjadi
keiatan-kegiatan kecil, disertai latihan dan balikan terhadap
hasilnya.
8) Penggunaan media dan metode pembelajaran yang dapat
model, relaita, film, program video, komputer, drama,
demonstrasi dan lain-lain.
9) Tujuan belajar harus dirumuskan dalam bentuk hasil belajar yang
operasional.
10) Belajar akan lebih cepat, efisien dan menyenangkan bila siswa di
beri informasi tentang kualitas penampilannya dan cara
meningkatkanya.
11) Pentingnya penguasaan siswa terhadap materi prasyarat
sebelumnya mempelajari materi pembelajaran selanjutnya, siswa
mendapat kesempatan maju menurut kecepatan masing-masing.
12) Dengan persiapan, siswa dapat mengambangkan kemampuan
mengoranisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan
umpan balik bagi dirinya untuk membuat respons yang benar.
b. Faktor-faktor yang mempenaruhi belajar siswa
Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah
laku si subyek belajar, ternyata banyak faktor yang mempengaruhinya.
Menurut Muhibbin (2005:132) faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar siswa antara lain :
1) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa
yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. faktor internal
a) Aspek fisiologis
Aspek fisiologis merupakan aspek yang bersifat jasmaniah
yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan
sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan
intensitas siswa dalam mengikutu pelajaran. Kondisi
organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera
pendengaran dan indera penglihatan, juga sangat
mempengaruhi kemampuan siswa dalam menerap informasi
dan pengetahuan, khususnya yang disajikan dikelas.
Kemerosotan rasa percaya diri pada seorang siswa akan
menimbulkan frustasi yang pada gilirannya cepat atau
lambat siswa tersebut akan menjadi under-achiver atau
mungkin gagal, meskipun kapasitas kognitif mereka normal
atau lebih tinggi dari pada teman-temannya.
b) Aspek psikologi
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan
pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor-faktor
rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih
esensial itu adalah sebagai berikut :
i. Intelegesi siswa
Pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara
yang tepat (reber, 1988). Jadi, inteligensi sebenarnya
bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga
kualitas organ-organ tubuh lainya. Tingkat kecerdasan
atau inteligensi siswa tidak dapat diragukan lagi, sangat
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini
bermakna, semakin tinggi kmampuan intelegensi
seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk
meraih sukses.
ii. Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif
berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons
dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang,
barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun
negatif. Sikap siswa yang positif, terutama kepada guru
dimata pelajaran yang guru sajikan merupakan pertanda
awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut.
Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru dan mata
pelajaran menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.
iii. Bakat siswa
Secara umum, bakat adalah kemapuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada
setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi
untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu
sesuai dengan kapasitas masing-masing. Dalam
perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan
sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas
tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya
pendidikan dan latihan.
iv. Minat siswa
Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas
pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang
studi tertentu. Seseorang siswa yang menaruh minat
besar terhadap matematika akan memusatkan
perhatianya lebih banyak dari pada siswa lainnya.
v. Motivasi siswa
Motivasi adalah keadaan internalorganisme baik
manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk
berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti
pemasokan daya untuk bertinkah laku secara terarah.
Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan
yang datang dari luar individu siswa yang juga
2) Faktor eksternal siswa
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari dalam luar siswa
yakni kondisi lingkungan siswa. Faktor eksternal meliputi dua
macam yaitu
a) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf
adminitrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi
semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya, yang
termasuk lingkungan sosial adalah masyarakat dan tetangga
juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan
siswa tersebut. Lingkungan sosial yang lebih banyak
mempengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua dan keluarga
siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan
keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga,
semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk
terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
Dalam hal ini, bukan saja anak tidak mau belajar melainkan
juga ia cenderung berperilaku menyimpang, terutama
perilaku menyimpang yang berat seperti antisosial.
b) Lingkungan nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah
keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan
cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
3) Faktor pendekatan belajar
Pendekatan belajar, seperti yang telah diuraikan secara panjang
lebar pada subbab sebelumnya, dapat dipahami sebagai segala
cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang
evektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Di
samping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana
yang telah dipaparkan, faktor pendekatan belajar juga
berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran
siswa tersebut.
c. Hakekat belajar
Hakekakat proses belajar bertitik tolak dari suatu konsep belajar
merupakan perubahan perbuatan melalui aktivitas, praktik, dan
pengalaman. Dua faktor utama yang menentukan proses belajar adalah
hereditas dan lingkungan. Hereditas adalah bawaan sejak lahir seperti
bakat, abilitas, dan intelegensi, sedangkan aspek lingkungan yang paling
berpengaruh adalah orang dewasa sebagai unsur manusia yang
menciptakan lingkungan, yakni guru dan orang tua. Faktor lainya ialah
aspek jasmaniah seperti penglihatan, pendengaran, bioimia, susunan saraf,
dan respons individu terhadap perangsang dengan berbagai kekuatan dan
Kategori belajar terdiri atas ketrampilan sensorimotor, yakni
tindakan yang bersifat otomatis, belajar asosiasi, yakni hubungan antara
urutan kata objek, keterampilan pengamatan motoris, yakni gabungan
antara belajar sensorimotor dengan belajar asosiasi, belajar konseptual,
yakni gambaran mental secara umum dan abstrak tentang situasi atau
kondisi, belajar cita-cita dan sikap, dan belajar memecahkan masalah yang
menuntut kemampuan memanipulasikan ide-ide yang abstrak dalam
Omear Hamalik (2009 :55).
2. Keaktifan peserta didik
Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan
aktivitas dan kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan
pengalaman belajar. Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar
yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah
kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir
sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001:
98). Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktifitas, baik
aktifitas fisik maupun psikis. Aktifitas fisik adalah siswa giat aktif
dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia
tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa
yang memiliki aktifitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya
bekerja sebanyak–banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka
Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk
mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif
membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang
mereka hadapi dalam proses pembelajaran. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia aktif berarti giat (bekerja, berusaha). Keaktifan
diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif. Rousseau
dalam (Sardiman, 1986: 95) menyatakan bahwa setiap orang yang
belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktifitas proses pembelajaran
tidak akan terjadi.
Menurut Bonwell dan J.Eison (dalam Ardian,2013) aktifitas
belajar adalah segala sesuatu yang meningkatkan kemapuan peserta
didik untuk melakukan sesuatu dan berpikir tentang apa yang mereka
lakukan. Aktifitas belajar terjadi ketika peserta didik berpartisipasi
dengan aktifitas tangan (hands-on activities) yang dapat
mengembangkan ketrampilan berpikir kritis dan memperluas
wawasan; terjadi ketika belajar yang dilakukan tidak hanya sekedar
mengingat. Ini akan berhubungan dengan bertambahnya pengetahuan
baru dari pengetahuan yang sudah dimiliki dan mendiskusikan
pemahaman tersebut dengan orang lain (Bonwell dan J, Eison dalam
Ardian, 2013).
Menurut Sardiman (2000:93), aktifitas diperlukan dalam
belajar karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk
bahwa keaktifan siswa dalam belajar merupakan segala kegiatan yang
bersifat fisik maupun non fisik siswa dalam proses kegiatan belajar
mengajar yang optimal sehingga dapat menciptakan suasana kelas
menjadi kondusif.
Keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar
dapat dilihat dengan turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya,
terlibat dalam pemecahan masalah, bertanya kepada siswa lain atau
guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, berusaha
mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan
masalah, melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal serta
menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh.
3. Prestasi dan Hasil belajar
Prestasi belajar mempunyai arti dan manfaat yang sangat
penting bagi anak didik, pendidik, wali murid, dan sekolah, karena
nilai atau angka yang diberikan merupakan manifestasi dari prestasi
belajar siswa dan berguna dalam pengambilan keputusan atau
kebijakan terhadap siswa yang bersangkutan maupun sekolah. Prestasi
belajar merupakan kemampuan siswa yang dapat diukur, berupa
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dicapai dalam kegiatan
mengajar. Sardiman (1988: 25) menyatakan prestasi belajar sangat
vital dalam dunia pendidikan, mengingat prestasi belajar itu dapat
peran sebagai hasil penilaian dan sebagai alat motivasi diuraikan
seperti berikut ini :
a. Definisi hasil belajar
Menurut Nana Sudjana (2001:35) hasil belajar adalah suatu
akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran,
yakni berupa tes yang disusun secara terencana, baik tertulis, lisan
maupun perbuatan. Sedangkan S. Nasution berpendapat bahwa hakikat
hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak
hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan
penghayatan dalam pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah
hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari
mata pelajaran yang berupa data kualitatif maupun kuantitatif. Untuk
melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang
bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai materi atau
belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan
oleh suatu instruksi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin
tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan
peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. (Cullen
dalam Fathul Himam, 2004).
Hasil belajar dapat dilihat dari hasil ulangan harian (formatif), nilai
ulangan tengah semester (subsumatif), dan nilai ulangan semester
(sumatif). Dalam penelitian ini, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah
akhlak. Ulangan harian dilakukan secara selesai proses pembelajaran
dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian ini
terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab oleh para siswa, dan
tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang
dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan tiga kali dalam setiap
semester. Tujuan ulangan harian ini bertujuan untuk memperbaiki modul,
dan program pembelajaran serta sebagai bahan pertimbangan dalam
memberikan nilai terhadap siswa.
Hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan
mengunakan alat pengukur, yakini berupa tes baik tertulis, lisan
maupun perbuatan. Hasil belajar menjadi sangat pentin bagi siswa
karena nilai atau angka yang diberikan meripakan manifestasi dari
prestasi belajar siswa dan berguna dalam pengambilan keputusan atau
kebijakan terhadap siswa yang bersangkutan maupun sekolah.
b. Indikator-indikator hasil belajar
Indikator hasil belajar siswa akan melibatkan aspek-aspek seperti:
1) Indikator ranah cipta (kognitif), yaitu terdiri dari enam buah
indikator, yaitu:
a) Pengamatan: dapat menunjukkan, membandingkan dan
menghubungkan;
c) Pemahaman: dapat menjelaskan dan mendefinisikan dengan
lisan sendiri;
d) Penerapan: dapat memberikan contoh dan mengungkapkan
secara tepat;
e) Sintesis (pemeriksaan dan pemilihan secara teliti): dapat
menguraikan dan mengklasifikasikan, dan;
f) Analisis (membuat panduan baru dan utuh): dapat
menghubungkan, menyimpulkan dan menggeneralisasikan
(membuat prinsip baru).
2) Indikator ranah rasa (afektif), yaitu terdiri dari:
a) Penerimaan: menunjukkan sikap menerima dan menolak;
b) Sambutan: kesediaan berpartisipasi atau terlibat dan
memanfaatkan;
c) Apresiasi (sikap menghargai): menganggap penting dan
bermanfaat, indah dan harmonis, serta mengagumi;
d) Internalisasi (pendalaman): mengakui dan meyakini atau
mengingkari;
e) Karakterisasi (penghayatan): melambangkan atau
meniadakan dan menjelmakan atau berperilaku dalam
sehari-hari.
3) Indikator ranah karsa (psikomotor), yang terdiri dari:
b) Manipulasi;
c) Presisi;
d) Artikulasi, dan
e) Naturalisasi.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Di antara berbagai hal yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar adalah kondisi individu siswa yang memegang peranan paling
penting. Kondisi individu siswa dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu kondisi fisiologis dan kondisi psikologis.
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu faktor yang berasal dari
dalam diri siswa (faktor internal) dan faktor yang berasal dari luar
individu siswa (faktor eksternal).
Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu faktor biologis dan faktor
psikologis yang dapat dikategorikan sebagai faktor biologis antara lain
usia, kematangan, dan kesehatan. Sedangkan yang dapat dikategorikan
sebagai faktor psikologis antara lain adalah kelelahan, suasana hati,
motivasi, minat dan kebiasaan belajar. Adapun penjelasannya sebagai
berikut:
1) Kondisi Fisiologis. Pada umumnya kondisi fisiologis sangat
keadaan segar jasmaninya akan berbeda dari siswa yang yang
dalam keadaan kelelahan. Siswa yang kekurangan gizi ternyata
kemampuan belajarnya di bawah siswa yang cukup baik gizinya.
Di samping kondisi fisiologis umum itu, faktor yang tidak kalah
pentingnya adalah kondisi panca indera terutama penglihatan dan
pendengaran. Karena pentingnya penglihatan dan pendengaran,
maka dalam lingkungan formal orang melakukan berbagai
penelitian untuk menemukan bentuk dan cara penggunaan alat
peraga yang dapat dilihat dan didengarkan (Audio Visual Aids).
2) Kondisi Psikologis. Semua keadaan dan fungsi psikolog tentu saja
berpengaruh terhadap proses belajar yang bersifat psikologis ini.
Beberapa faktor psikologis tersebut antara lain:
a) Motivasi. Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi untuk belajar
adalah kondisi yang mendorong siswa untuk belajar.
Penemuan-penemuan penelitian menunjukkan bahwa prestasi
belajar meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah.
Menurut Eny Sriyanti yang dikutip dari Paul Hersey (1993: 60)
bahwa motivasi akan lebih meningkat apabila kebutuhan yang
ada meningkat dan kebutuhan yang paling kuat pada saat
tertentu menggerakan aktivitas. Secara tradisional orang biasa
membedakan adanya dua macam motivasi, yaitu motivasi
dorongan yang timbul dari dalam individu siswa tanpa
rangsangan atau bantuan orang lain. Misalnya siswa mau
belajar matematika karena ingin memperoleh pengetahuan
matematika. Oleh karena itu, ia rajin belajar tanpa disuruh
orang lain tetapi atas kesadaran sendiri. Motivasi intrinsik
lebih efektif, terutama dalam mendorong siswa untuk giat
belajar. Motivasi ekstrensik adalah dorongan yang timbul
sebagai akibat pengaruh dari luar diri individu, apakah karena
adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain. Misalnya
siswa mau belajar bahasa Inggris karena disuruh orang tuanya
sendiri.
b) Minat, yaitu dapat diartikan suatu kecenderungan hati individu
yang menyebabkan ia merasa suka dan tidak suka, tertarik atau
tidak tertarik, senang atau tidak senang terhadap suatu objek.
Bahwa minat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Kalau
siswa tidak mempunyai minat untuk mempelajari ilmu
matematika tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan baik.
Sebaliknya kalau siswa mempelajari ilmu matematika dengan
penuh minat, maka dapat diharapkan hasilnya lebih baik.
Dengan demikian, minat berfungsi memperkuat motif dan
perhatian individu siswa untuk mencapai tujuan belajarnya.
Rendahnya prestasi belajar siswa pada masa pelajaran
Jarkasih mengutip pendapat Moh. Surya (1999: 29), bahwa
minat individu terdiri dari: 1) Minat Volunter, yaitu minat
yang timbul secara sukarela, timbul dengan sendirinya dari
individu tanpa adanya pengaruh dari luar, 2) Minat Involunter,
yaitu minat yang timbul dari individu dengan pengaruh situasi
dari luar (lingkungan), dan 3) Minat Nonvolunter, yaitu minat
yang timbul sengaja dipaksakan atau diharuskan.
c) Perhatian. Perhatian bersifat lebih sementara dan ada
hubungannya dengan minat. Perbedaannya ialah minat sifatnya
menetap, sedangkan perhatian sifatnya sementara, adakalanya
timbul dan ada kalanya menghilang. Misalnya seorang siswa
yang sedang belajar diganggu temannya, maka hilanglah
perhatian siswa tersebut terhadap sesuatu yang dipelajarinya.
Sesudah temannya menghilang, maka ia mulai memusatkan
lagi perhatiannya. Apabila diperhatikan, dalam kegiatan belajar
mengajar akan dipakai 2 (dua) macam tipe perhatian, yakni: i)
Perhatian terpusat, yaitu perhatian yang hanya tertuju pada satu
objek saja. Perhatian ini sangat dibutuhkan oleh guru pada saat
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di kelas. Hal ini
dilakukan oleh guru dengan menggunakan berbagai alat peraga
pelajaran dalam penyajian materi pelajaran kepada siswa, ii)
Perhatian terbagi, yaitu perhatian yang tertuju kepada
terjadi pada siswa ketika peristiwa belajar mengajar tetapi
menjadi kewajiban bagi guru untuk memperhatikan setiap
siswa, bahan pelajarannya, dan juga ucapannya, serta
memperhatikan segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya.
d) Kecakapan. Secara psikologis, kecakapan (ability) lazimnya
diartikan sebagai dasar kemampuan atau kesanggupan individu
untuk melakukan suatu tindakan yang dimanifestasikan dalam
kecepatan, ketepatan dan kemudahannya melakukan suatu
pekerjaan, yakni mengenai tugas-tugas belajar yang diberikan
guru. Kecakapan dimiliki siswa bukan saja karena pembawa
kelahirannya melainkan karena pengalaman yang terkait
dengan proses belajarnya. Oleh karena itu kecakapan setiap
individu siswa tidak sama walaupun diberikan latihan yang
sama dan dalam waktu yang sama pula. Menurut para ahli
psikologi pendidikan, kecakapan dibedakan kepada kecakapan
potensial (potensial ability) dan kecakapan nyata (actual
ablitiy). Kecakapan potensial diperoleh karena pembawaan
kelahirannya, yaitu kemampuan dasara umum (intelegensi) dan
kemampuan dasar khusus (bakat) dalam bidang tertentu.
Sedangkan kecakapan nyata adalah prestasi individu siswa
yang diperolehnya melalui pengalaman yang berhubungan
Faktor-faktor yang bersumber dari luar individu siswa dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu faktor manusia (human) dan faktor
non-manusia. Yang dapat dikategorikan sebagai faktor manusia adalah
lingkungan di keluarga, di sekolah dan lingkungan di masyarakat
(pergaulan). Sedangkan yang dapat dikategorikan sebagai faktor
non-manusia seperti alam, benda, hewan dan lingkungan fisik.
Hal yang sama dikemukakan oleh Sumiati (1985) bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar adalah: (1) bahan
yang diajarkan; (2) faktor lingkungan; (3) faktor instrumental, dan (4)
faktor individu/siswa. Muhibbin dalam Psikologi Pendidikan (1997),
mengemukakan pendapatnya bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar siswa dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) faktor internal, yakni aspek
fisiologis dan aspek psikologis, (2) faktor eksternal, yakni kondisi
lingkungan di sekitar siswa, dan (3) faktor pendekatan belajar (approach to
learning).
4. Pembelajaran kooperatif
a. Pengertian pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan
belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok
tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan.
Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan empat siswa yang
ditempatkan kedalam kelompok kooperatif, dan mereka dilatih
ketrampilan khusus untuk membantu bekerjasam dengan baik,
memberikan penjelasan dengan baik, dan mengajukan pertanyaan
dengan baik (Suyatno, 2003:14). Burn (1996:247) mengatakan
bahwa pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa
mengaktifkan schemata mereka dan belajar dari schemata taman
sekelas mereka, siswa dilibatkan secara aktif dalam belajar dan
mempertinggi perhatian siswa.yang lebih cepat memahami isi teks
bacaan dapat membantu teman yang lain. Slavin dalam isjoni
(2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa belajra dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 oran dengan
struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans
dalam Isjoni (2009: 15) mengemukaan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan suaru cara pendekatan atau serangkaian
stategi yang khusus dirancangkan untuk memberi dorongan kepada
siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya
Stahl dalam Isjoni (2009:15) menyatakan pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan
sikap saling tolong-menolong dalam perilaku sosial.
Menurut Lie (2000:17) pembelajaran kooperatif biasa
didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang
learning merupakan system pengajaran yang memberi kesempatan
kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam
tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal
dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar
kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja
kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan
atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan
terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat
interdepedensi efektif diantara anggota kelompok (Sugandi,
2002:14).
Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”,
bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama
dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar
yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang
dilakukan asal-asalan.
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas
dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5
orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model
pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting
kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman
anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan
sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan
ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi Pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan
kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi
belajar mengajar dimana siswa dalam kelas dipandang sebagai
kelompok atau dibagi dalam beberapa kelompok untuk saaling
bekerjasama sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Untuk
mencapai tujuan pembelajaran dengan maksimal dalam
pembelajaran koperatif, terdapat lima unsur pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) yang harus diterapkan, yaitu:
1) Saling ketergantungan positif yaitu m