• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) ditinjau dari hasil belajar dan keaktifan belajar matematika siswa kelas VIII-C SMP Negeri 2 Yogyakarta pada materi keliling dan luas lingkaran.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) ditinjau dari hasil belajar dan keaktifan belajar matematika siswa kelas VIII-C SMP Negeri 2 Yogyakarta pada materi keliling dan luas lingkaran."

Copied!
231
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Desy Ika Savittri. 2016. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Ditinjau dari Hasil Belajar dan Keaktifan Belajar Matematika Siswa Kelas VIII-C SMP Negeri 2 Yogyakarta pada Materi Keliling dan Luas Lingkaran. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan : (1) efektivitas pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams-Achievement Divisions (STAD) pokok bahasan keliling dan luas

lingkaran ditinjau dari keaktifan belajar siswa (2) efektivitas pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams-Achievement Divisions (STAD) pokok bahasan keliling dan luas lingkaran

ditinjau dari hasil belajar siswa.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental semu. Populasi dari penelitian ini adalah 92 siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Yogyakarta dan 61 diantaranya adalah sampel. Instrumen pada penelitian ini meliputi lembar observasi keaktifan belajar dan tes hasil belajar siswa. Validitas isi diperoleh melalui uji pakar yaitu dosen pembimbing dan guru mata pelajaran. Reliabilitas tes hasil belajar sebesar 0,85.

Hasil dari penelitian ini yaitu (1) persentase keaktifan siswa pada pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam kategori tinggi dan sangat tinggi masing-masing adalah 21,43% dan 28,57%, sedangkan pada pembelajaran konvensional masing-masing adalah 17,24% dan 13,79%. Dari uji independent

sample t test dengan taraf signifikasi sebesar 5% diperoleh nilai Sig. (1-tailed)

yaitu 0,000 sehingga H0 ditolak. (2) persentase hasil belajar siswa pada

pembelajaran kooperatif STAD yaitu 96,77%, dan 89,65% pada pembelajaran konvensional yang sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimum (KKM). Dari uji independent sample t test dengan taraf signifikasi sebesar 5% diperoleh nilai Sig. (1-tailed) yaitu 0,010 sehingga H0 ditolak. Ditinjau dari hasil belajar dan

keaktifan belajar siswa dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan pembelajaran kooperatiftipe STAD sudah efektif dibandingkan pembelajaran matematika secara konvensional.

(2)

ABSTRACT

Desy Ika Savittri. 2016. Effectiveness of Cooperative Learning Model Teams- Student Achievement Divisions (STAD) Judging from the Learning Outcomes and the activeness in Mathematics from 8th Grade class C Junior High School 2 Yogyakarta on Circumference Matter and Area of a Circle. Thesis. Mathematics Education. Department of Mathematics and Science Teaching and Education of Scince Factulty. Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This study aimed to describe : (1) the effectiveness of learning mathematics using cooperative learning model Teams- student Achievement Divisions (STAD) with subjectof the circumference and area of a circleon student activities. (2) the effectiveness of learning mathematics using cooperative learning model Teams- student Achievement Divisions (STAD) with subject of the circumference and area of a circleon learning result.

The research method used was quasi-experimental. The population of this study were 93 students of the 8th grade students of Junior High School 2 Yogyakarta and 63 of them were the samples. Instruments in this study include observation of the student activity sheet and test result of student learnings. Obtained through the content validity of the test, namely experts as such lecturers and subjects teachers.Reabilitas of the test result on learning was 0.85.

The results of research were (1) the percentageof student activities in STAD cooperative learning in high and very high category were 21,43%and28,57%, and in the convensional learning were 17,24% and 13,79%. Test of independent sample t test with significance level of 5% obtained by the Sig. (1-tailed) were 0,000 therefore H0 was rejected. (2) the percentage of student learning outcomes

in STAD cooperative learning was 96.77%, and 89,65% in the conventional learning that meets the minimum completeness criteria (KKM). Test of independent sample t test with significance level of 5% obtained by the Sig. (1-tailed) were 0,010 therefore H0 was rejected. Drawing from the results of learning

and students learning activeness,it could be concluded that the study of mathematics usedone of the cooperative learning STADwas more effective than conventional mathematics learning.

(3)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DITINJAU DARI HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII-C SMP NEGERI 2 YOGYAKARTA PADA MATERI

KELILING DAN LUAS LINGKARAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Matematika

Disusun Oleh : Desy Ika Savittri NIM : 111414096

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DITINJAU DARI HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII-C SMP NEGERI 2 YOGYAKARTA PADA MATERI

KELILING DAN LUAS LINGKARAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Matematika

Disusun Oleh : Desy Ika Savittri NIM : 111414096

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO

Dalam hidup jangan hanya melihat keatas karena diatas langit masih ada

langit hendaklah kamu senantiasa melihat kebawah karena kamu akan

menyadari bagaimana rasanya bersyukur selalu

Karya ini kupersembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus

Ayahanda tercinta Kornelius Sulatna dan Ibunda tercinta Korentina Ismiyati,

Adekku tersayang Dwiky Mahardika ,

Bowo Titinegoro dan Mentari serta Sahabat-sahabatku,

(8)
(9)
(10)

vii ABSTRAK

Desy Ika Savittri. 2016. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Ditinjau dari Hasil Belajar dan Keaktifan Belajar Matematika Siswa Kelas VIII-C SMP Negeri 2 Yogyakarta pada Materi Keliling dan Luas Lingkaran. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan : (1) efektivitas pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams-Achievement Divisions (STAD) pokok bahasan keliling dan luas

lingkaran ditinjau dari keaktifan belajar siswa (2) efektivitas pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams-Achievement Divisions (STAD) pokok bahasan keliling dan luas lingkaran

ditinjau dari hasil belajar siswa.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental semu. Populasi dari penelitian ini adalah 92 siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Yogyakarta dan 61 diantaranya adalah sampel. Instrumen pada penelitian ini meliputi lembar observasi keaktifan belajar dan tes hasil belajar siswa. Validitas isi diperoleh melalui uji pakar yaitu dosen pembimbing dan guru mata pelajaran. Reliabilitas tes hasil belajar sebesar 0,85.

Hasil dari penelitian ini yaitu (1) persentase keaktifan siswa pada pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam kategori tinggi dan sangat tinggi masing-masing adalah 21,43% dan 28,57%, sedangkan pada pembelajaran konvensional masing-masing adalah 17,24% dan 13,79%. Dari uji independent

sample t test dengan taraf signifikasi sebesar 5% diperoleh nilai Sig. (1-tailed)

yaitu 0,000 sehingga H0 ditolak. (2) persentase hasil belajar siswa pada

pembelajaran kooperatif STAD yaitu 96,77%, dan 89,65% pada pembelajaran konvensional yang sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimum (KKM). Dari uji independent sample t test dengan taraf signifikasi sebesar 5% diperoleh nilai Sig. (1-tailed) yaitu 0,010 sehingga H0 ditolak. Ditinjau dari hasil belajar dan

keaktifan belajar siswa dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan pembelajaran kooperatiftipe STAD sudah efektif dibandingkan pembelajaran matematika secara konvensional.

(11)

viii ABSTRACT

Desy Ika Savittri. 2016. Effectiveness of Cooperative Learning Model Teams- Student Achievement Divisions (STAD) Judging from the Learning Outcomes and the activeness in Mathematics from 8th Grade class C Junior High School 2 Yogyakarta on Circumference Matter and Area of a Circle. Thesis. Mathematics Education. Department of Mathematics and Science Teaching and Education of Scince Factulty. Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This study aimed to describe : (1) the effectiveness of learning mathematics using cooperative learning model Teams- student Achievement Divisions (STAD) with subjectof the circumference and area of a circleon student activities. (2) the effectiveness of learning mathematics using cooperative learning model Teams- student Achievement Divisions (STAD) with subject of the circumference and area of a circleon learning result.

The research method used was quasi-experimental. The population of this study were 93 students of the 8th grade students of Junior High School 2 Yogyakarta and 63 of them were the samples. Instruments in this study include observation of the student activity sheet and test result of student learnings. Obtained through the content validity of the test, namely experts as such lecturers and subjects teachers.Reabilitas of the test result on learning was 0.85.

The results of research were (1) the percentageof student activities in STAD cooperative learning in high and very high category were 21,43%and28,57%, and in the convensional learning were 17,24% and 13,79%. Test of independent sample t test with significance level of 5% obtained by the Sig. (1-tailed) were 0,000 therefore H0 was rejected. (2) the percentage of student learning outcomes

in STAD cooperative learning was 96.77%, and 89,65% in the conventional learning that meets the minimum completeness criteria (KKM). Test of independent sample t test with significance level of 5% obtained by the Sig. (1-tailed) were 0,010 therefore H0 was rejected. Drawing from the results of learning

and students learning activeness,it could be concluded that the study of mathematics usedone of the cooperative learning STADwas more effective than conventional mathematics learning.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah Bapa di surga yang telah

melimpahkan kasih dan karuniannya sehingga dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-

Achievement Divisions (Stad) Ditinjau dari Hasil Belajar dan Keaktifan Belajar

Matematika Siswa Kelas VIII-C SMP Negeri 2 Yogyakarta pada Materi Keliling

dan Luas Lingkaran”.

Skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, sehingga

penulis ingin menghaturkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Sukardjono, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi dengan sabar

dan waktu yang telah diberikan serta segala arahan dan masukan yang sangat

membantu peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Haniek Sri Pratini, M.Pd. dan Bapak Febi Sanjaya, M.Sc. sebagai dosen

penguji skripsi yang telah memberikan arahan dan masukan yang sangat

membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

4. Bapak Dr. Hongki Julie, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika.

5. Segenap dosen pendidikan matematika dan staf sekretariat JPMIPA yang telah

banyak membantu saya selama saya kuliah di Sanata Dharma.

6. Bapak Drs. Emed Heryana selaku kepala sekolah SMP Negeri 2 Yogyakarta

yang telah memberikan izin penelitian kepada saya.

7. Ibu Budi Lestari, S.Pd. selaku guru matematika yang telah memberikan waktu,

dukungan, dan masukan kepada saya sehingga saya dapat melaksanakan

penelitian dengan baik.

8. Siswa SMP Negeri 2 Yogyakarta khususnya siswa kelas VIII C dan VIII B

atas segala kerjasamanya selama penelitian berlangsung.

9. Ayahanda Sulatna serta Ibunda Ismiyati yang senantiasa memberikan

(13)

x

10.Adekku Dwiky Mahardhika yang selalu memberikan dukungan dan doa

kepada saya.

11.Bowo Titinegoro dan Mentari yang selalu menemani saya selama ini dan atas

segala dukungan, doa, dan kesabaran yang selalu diberikan kepada saya.

12.Keluarga besar saya khususnya kakak-kakak dan adek-adek sepupu saya,

mbak Rina, mbak Tita, mbak Yayan, mbak Efi, mbak Ema, mbak Sulis, mbak

Dwik, mbak Ita dek Nova, dek Lia, dek Litha, dan dek Via atas segala

dukungan dan doanya.

13.Sahabat – sahabat saya yaitu, Ima, Eliz, Monik, Ade, Iva, Lidia, Arlin, Septi, Retna dan yang lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

14.Teman-teman pendidikan matematika angkatan 2011 atas segala yang pernah

dilalui selama proses perkuliahan.

Penulis berharap semoga apa yang telah penulis paparkan dalam skripsi ini dapat

berguna. Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam skripsi ini. Oleh sebab

itu, penulis mengharapkan masukan, kritik, ataupun saran untuk lebih baiknya

skripsi ini.

Yogyakarta, 26 Februari 2016

Peneliti

(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Batasan Istilah ... 9

G. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 12

1. Pengertian Belajar ... 12

(15)

xii

b. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Belajar Siswa ... 15

c. Hakekat Belajar ... 20

2. Keaktifan Peserta Didik ... 21

3. Prestasi dan Hasil Belajar ... 23

a. Definisi Hasil Belajar ... 24

b. Indikator – Indikator Hasil Belajar ... 25

c. Faktor – Faktor yang Mempenaruhi Prestasi Belajar ... 27

4. Model Pembelajaran Kooperatif ... 32

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 32

b. Jenis – Jenis Model Pembelajaran Kooperatif ... 36

5. STAD (Student Team-Achivement Division) ... 40

a. Pengertian STAD ... 40

b. Penggunaan STAD ... 41

c. Penghargaan Kelompok ... 42

d. Lima Komponen Utama dalam Model STAD ... 42

6. Lingkaran ... 44

a. Unsur – Unsur Pada Lingkaran ... 44

b. Bagian – Bagian Pada Lingkaran ... 45

c. Keliling lingkaran ... 45

d. Luas Bidang Lingkaran ... 46

B. Kerangka Berfikir ... 46

C. Hipotesis ... 48

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 49

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 49

C. Populasi dan Sampel ... 49

D. Variabel Bebas dan Variabel Terikat ... 50

E.Instrumen Penelitian ... 51

1. Instrumen Pembelajaran ... 51

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 51

(16)

xiii

2. Instrument Observasi Keaktifan Siswa ... 52

3. Instrument Hasil Belajar ... 53

a. Lembar Tes ... 53

F.Teknik Penumpulan Data ... 56

1. Observasi atau Pengamatan ... 56

a. Observasi Keaktifan Siswa ... 56

2. Tes ... 57

G. Validitas dan Reliabilitas ... 57

1. Validitas ... 57

a. Validitas Isi ... 57

b. Validitas Butir Soal ... 58

2. Reliabilitas ... 58

3. Uji Coba Instrument ... 59

a. Uji Validitas ... 59

b. Uji Reliabilitas ... 60

H. Metode Analisis Data ... 60

1. Kelayakan Analisis ... 60

2. Analisis Data Keaktifan Siswa ... 61

a. Uji Normalitas ... 62

b. Uji Homogenitas Variansi ... 62

c. Uji Perbedaan Rata-Rata ... 63

3. Analisis Data Hasil Belajar ... 64

a. Uji Normalitas ... 65

b. Uji Homogenitas Variansi ... 66

c. Uji Perbedaan Rata-Rata ... 66

I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 67

1. Perencanaan ... 68

2. Pelaksanaan dan Pengamatan ... 68

3. Pengolahan Data ... 68

(17)

xiv

B. Deskripsi Data ... 70

1. Metode Pembelajaran ... 70

2. Keaktifan Belajar Siswa ... 68

3. Hasil Belajar Siswa ... 76

C. Inferensi ... 81

D. Pembahasan hasil penelitian ... 91

E. Keterbatasan peneliti ... 93

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 95

B. Saran ... 85

(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagian – Bagian Lingkaran (a) ... 45

Gambar 2.2 Bagian – Bagian Lingkaran (b) ... 45

Gambar 2.3 Jari – Jari dan Diameter Lingkaran ... 45

Gambar 3.1 Lembar Pengamatan Keaktifan Belajar Siswa ... 52

Gambar 4.1 Histogram Keaktifan Belajar (n=28) ... 74

Gambar 4.2 Histogram Keaktifan Belajar (n=29) ... 75

Gambar 4.3 Histogram Hasil Belajar (n=31) ... 79

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pedoman Menentukan Nilai Perkembangan ... 42

Tabel 3.1 Kisi – Kisi Soal Pre-Test ... 54

Tabel 3.2 Kisi – Kisi Soal Post-Test ... 55

Tabel 3.3 Uji Validitas Tes Hasil Belajar ... 59

Tabel 4.1 Data Mentah Hasil Pengamatan Kekatifan Belajar Siswa Menggunakan Pembelajaran Kooperatif (n=28) ... 71

Tabel 4.2 Data Mentah Hasil Pengamatan Keaktifan Belajar Siswa Menggunakan Pembelajaran Konvensional (n=31) ... 62

Table 4.3 Frekuensi Keaktifa Siswa Menggunakan Pembelajaran Kooperatif 74 Table 4.4 Frekuensi Keaktifan Belajar Siswa Menggunakan Pembelajaran Konvensional ... 75

Table 4.5 Data Mentah Skor Hasil Post-Test Menggunakan Pembelajaran Kooperatif ... 76

Table 4.6 Data Mentah Skor Hasil Post-Test Siswa Menggunakan Pembelajaran Konvensional ... 77

Table 4.7 Frekuensi Data Hasil Belajar (Post-Test) Siswa Menggunakan Pembelajaran Kooperatif ... 79

Table 4.8 Frekuensi Data Hasil Belajar (Post-Test) Siswa Menggunakan Pembelajaran Konvensional ... 80

Tabel 4.9 Tests of normality keaktifan kelas VIII C ... 81

Tabel 4.10 Tests of normality keaktifankelas VIII B ... 82

Tabel 4.11 Test of homogeneity of variances keaktifan ... 84

Tabel 4.12 Group statistics keaktifan ... 85

Tabel 4.13 Independent samples keaktifan ... 85

Tabel 4.14 Tests of normality post-test kelas VIII C ... 86

Tabel 4.15 Tests of normality post-test kelas VIII B ... 86

Tabel 4.16 Test of homogeneity of variances post-test ... 88

Tabel 4.17Group statistics post-test ... 90

(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

Silabus ... 100

Rencana Pelaksanaan Pembelajran(RPP) ... 104

Lembar Kerja Siswa ... 109

Lembar Pengamatan Keaktifan ... 113

LAMPIRAN B Pre-Test ... 115

Tugas 1 ... 120

Tugas 2 ... 120

Post-Test ... 121

Kunci Jawaban ... 126

Daftar Nilai Siswa ... 131

LAMPIRAN C Validitas Pakar ... 133

Validitas Butir Soal ... 139

Reliabilitas Tes Hasil Belajar ... 140

LAMPIRAN D Contoh Hasil Pengamatan Keaktifan ... 142

Contoh Hasil Pre-Test ... 160

Contoh Hasil LKS 1 ... 170

Contoh Hasil Tugas 1 ... 174

Contoh Hasil LKS 2 ... 176

Contoh hasil Tugas 2 ... 180

Contoh Hasil Post-Test ... 182

(21)

xviii

LAMPIRAN E

Foto-Foto Saat Penelitian ... 205

Perhitungan Kemajuan Skor Tim ... 206

LAMPIRAN F

(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan,

karena belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada

semua orang dan berlangsung seumur hidup. Dalam hal ini belajar sudah

didefinisikan menurut beberapa ahli salah satunya adalah pengertian

belajar. Menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977

yang dikutip oleh Eveline dan Hartini (2010:4) belajar merupakan sejenis

perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang

keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar

dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat

adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan

serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah. Selain itu Hudojo

(1988:3) mengatakan: seseorang dikatakan belajar bila dapat diasumsikan

dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses kegiatan yang

mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku

itu dapat diamati dan berlaku dalam waktu relatif lama yang disertai usaha

orang tersebut dari tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu

mengerjakannya. Dari definisi belajar yang dikemukakan oleh para ahli di

atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses serangkaian

(23)

menimbulkan perubahan (tingkah laku, kepandaian, dan lain-lain) yang

berasal dari pengalaman orang seorang yang berhubungan dengan

kognitif, afektif, dan psikomotor.

Mengajar merupakan aktivitas dari pembelajaran yaitu dilakukan

oleh seorang guru kepada siswa. Menurut Hamalik (2001:50) mengajar

atau mendidik itu adalah memberikan bimbingan belajar kepada murid.

Pemberian bimbingan menjadi kegiatan mengajar yang utama. Siswa

sendiri melakukan kegiatan belajar seperti mendengarkan ceramah,

membaca buku, melihat demonstrasi, menyaksikan pertandingan,

mengarang dan sebagainya. Aktivitas mengajar merupakan kegiatan guru

dalam mengaktifkan proses belajar peserta didik dengan menggunakan

berbagai metode.

Setelah pembelajaran dimulai pada akhirnya kita akan melihat

sebuah hasil, yaitu berupa hasil belajaran. Mulyasa (2008:37) hasil belajar

merupakan prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang menjadi

indikator kompetensi dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan.

Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa

agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada

pengalaman langsung.

Dalam sekolah tidak luput dengan adanya pembelajaran

matematika mulai dari SD sampai SMA atau SMK di semua jurusan juga

ada, karena keberadaannya tersebut patut kita anggap bahwa mamematika

(24)

pelajari. Pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivis

adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi

konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan

sendiri melalui proses internalisasi. Erman Suherman mengemukakan

bahwa dalam pembelajaran matematika para siswa dibiasakan untuk

memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang

dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek. Salah satu hakekat

matematika adalah sifatnya abstrak, untuk itu seorang guru harus dapat

menanamkan konsep matematika dengan baik agar siswa dapat

membangun daya nalarnya secara logis, sistematik, konsisten, kritis, dan

disiplin. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh guru yang

bertujuan untuk mengadakan perubahan tingkah laku siswa terhadap

matematika sehingga siswa dapat menggunakan daya nalar secara logis,

sistematik, konsisten dan kritis.

Dalam pelaksanaanya, kegiatan pembelajaran diselenggarakan

untuk membentuk watak dan meningkatkan mutu kehidupan peserta didik.

Kegiatan pembelajaran juga mengembangkan kemampuan mengetahui,

memahami, melakukan sesuatu, dan hidup dalam kebersamaan. Menurut

tim SBM (2009:14) bahwa: “Kegiatan pembelajaran itu perlu: berpusat

pada peserta didik, mengembangkan kreatifitas peserta didik,

menciptakan kondisi menyenangkan, dan menantang, bermuatan nilai,

(25)

mencapai hal-hal tersebut maka pelaksanaan pembelajaran menerapkan

berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan,

kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

yang menyenangkan dan terpusat pada siswa. Model pembelajaran

kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan

struktur penghargaan. Dalam proses pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif siswa didorong untuk bekerjasama pada suatu

tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk

menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran

kooperaif adalah prestasi belajar akademik siswa meningkat dan siswa

dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan

keterampilan sosial. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah

Student Teams- Achievement Divisions (STAD) .

SMP Negeri 2 Yogakarta adalah sekolah negeri yang berada di

dekat pusat keramaian. Dari informasi Guru cenderung menggunakan

metode pembelajaran klasikal, namun terkadang juga menggunakan

metode diskusi dengan teman satu meja saja selain itu guru juga lebih

sering menjelaskan materi dengan metode ceramah memberikan

pembelajaran dengan media powerpoint membuat rangkuman dan

menuliskan di papan tulis. Setelah akhir pembelajaran guru memberikan

pekerjaan rumah (PR). Pembelajaran diawali dengan doa, kemudia

(26)

kesiapan siswa mengikuti pembelajaran, kemudian dilanjutkan tanya

jawab tentang materi yang sebelumnya. Pembelajaran dimulai dengan

guru yang berceramah di depan kelas dan sesekali menulis materi

pembelajaran di papan tulis. Disini guru sering memberikan pertanyaan

untuk memancing keaktifan siswa, selain itu jika ada yang ribut pasti guru

langsung memberikan pertanyaan agar siswa tersebut memperhatikan

ulang. Setelah itu guru selalu berkeliling selama proses pembelajaran

berlangsung. Guru juga sesekali memberikan pekerjaan rumah agar siswa

bisa lebih memahami dan memperbanyak latihan soal.

Saat proses pembelajaran, guru juga selalu memberikann latihan

soal yang bertujuan agar siswa lebih memperdalami materi yang telah

disampaikan. Beberapa siswa memperhatikan saat guru menerangkan,

menanggapi saat guru bertanya dan berani bertanya saat guru menjelaskan

pembelajaran yang kurang jelas. Namun ada beberapa siswa juga yang

terlihat kurang aktif saat mengikuti pembelajaran matematika siswa tidak

memperhatikan, tidak mengerjakan soal, mereka cenderung tidak memiliki

semangat untuk belajar matematika, terlihat saat diberikan latihan soal

mereka tidak mengerjakan, berbincang-bincang dengan teman sebangku

dan bahkan mengantuk. Saat peneliti melakukan observasi di sekolah,

siswa sedang mempelajari materi lingkaran disini terlihat siswa masih

kurang pemahaman dalam menentukan keliling dan luas dari lingkaran

mungkin karena metode yang digunakan guru kurang begitu bisa dipahami

(27)

keliling dan luas lingkaran. Menurut peneliti pembelajaran kooperatif yang

paling sederhana adalah tipe Student Teams-Achievement Divisions

(STAD) dimana siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan

empat atau lima orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja,

jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa

bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah

menguasai pelajaran tersebut (Darmiyati 2008:16), pada umumnya model

pembelajaran tersebut digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan

pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap

materi.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian mengenai pengaruh penerapan model

pembelajaran kooperatif Tipe Student Teams- Achievement Divisions

(STAD) ditinjau dari hasil belajar dan keaktifan siswa belajar matematika

dengan mengangkatnya menjadi bahan kajian dalam skripsi yang berjudul:

Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-

Achievement Divisions (STAD) ditinjau dari Hasil Belajar dan Keaktifan

Belajar Matematika Siswa Kelas VIII-C SMP Negeri 2 Yogyakarta pada

Materi Keliling dan Luas Lingkaran”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat

(28)

1. Saat pembelajaran berlangsung terlihat siswa bosan untuk mengikuti

pembelajaran sehingga beberapa siswa mengantuk.

2. Siswa kurang atusias dalam mengikuti proses belajar matematika

dikelas karena mereka tidak membawa peralatan yang lengkap seperti

penggaris, pensil, penghapus dan alat matematika lainnya.

3. Beberapa siswa kurang aktif dalam pembelajaran dikelas karena masih

sibuk mengobrol dengan rekan sebangku dan tidak mengerjakan soal

latihan.

4. Siswa banyak kesulitan dalam mengerjakan latihan soal, terlihat

beberapa pekerjaan siswa masih ada yang salah.

5. Pada pembelajaran matematika siswa hanya berpusat pada guru saja,

sehingga aktivitas belajar saat pembelajaran matematika di kelas masih

rendah.

C. Pembatasan Masalah

Beberapa masalah telah teridentifikasi, tetapi karena keterbatasan

waktu, tenaga,dan biaya maka peneliti ini dibatasi pada pengamatan

mengenai Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student

Teams- Achievement Divisions (STAD) ditinjau dari Hasil Belajar dan

Keaktifan Belajar Matematika Siswa Kelas VIII-C SMP Negeri 2

(29)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka

penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana efektivitas pembelajaran matematika menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement

Divisions (STAD) pokok bahasan keliling dan luas lingkaran ditinjau

dari keaktifan belajar siswa ?

2. Bagaimana efektivitas pembelajaran matematika menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams- Achievement Divisions

(STAD) pokok bahasan keliling dan luas lingkaran ditinjau dari hasil

belajar siswa ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan efektivitas pembelajaran matematika menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement

Divisions (STAD) pokok bahasan keliling dan luas lingkaran lingkaran

ditinjau dari keaktifan belajar siswa

2. Mendeskripsikan efektivitas pembelajaran matematika menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement

Divisions (STAD) pokok bahasan keliling dan luas lingkaran lingkaran

(30)

F. Batasan Istilah

Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Belajar

Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada

semua orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu pertanda

bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tinkah

laku dalam dirinya, perubahan tersebut haruslah bersifat relative

permanen, tahan lama dan menetap.

2. Keaktifan belajar

Keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat

dilihat dengan turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya,

terlibat dalam pemecahan masalah, bertanya kepada siswa lain atau

guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, berusaha

mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan

masalah, melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal serta

menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh.

3. Hasil belajar

Hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan

mengunakan alat pengukur, yakini berupa tes baik tertulis, lisan

maupun perbuatan. Hasil belajar menjadi sangat pentin bagi siswa

karena nilai atau angka yang diberikan meripakan manifestasi dari

prestasi belajar siswa dan berguna dalam pengambilan keputusan atau

(31)

4. Model pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi belajar

mengajar dimana siswa dalam kelas dipandang sebagai kelompok atau

dibagi dalam beberapa kelompok untuk saaling bekerjasama sehingga

tujuan pembelajaran dapat tercapai. .

5. Student Teams- Achievement Divisions (STAD)

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe (STAD) sebagai berikut

: a.Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil

bersama. b.Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan

menjunjung tinggi norma-norma kelompok. c.Siswa aktif berperan

sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan

kelompok. d.Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan

kemampuan mereka dalam berpendapat.

G. Manfaat Penilitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat baik teoritis

maupun manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan

pemikiran bagi dunia pendidikan terutama untuk mengetahui

(32)

Achievement Divisions (STAD) pada pokok bahasan keliling dan

luas lingkaran.

b. Menjadi bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu

bagi pihak-pihak yang berkepentingan, guna melakukan penelitian

lebih lanjut terhadap objek sejenis atau aspek lainya yang belum

tercakup dalam penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti, penelitian ini memberikan pengalaman dalam

meningkatkan wawasan sebagai calon guru sehingga ketika terjun

ke lapangan, peneliti dapat mempersiapkan model pembelajaran

yang dapat mengaktifkan dan meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru

untuk lebih kreatif dalam menerapkan model pembelajaran yang

sesuai dengan tujuan, materi, karakteristik siswa dan kondisi

pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih

menarik dan menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan

keaktifan dan hasil belajar siswa.

c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai

bahan masukan dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan

kinerja guru dan kualitas proses belajar mengajar.

d. Bagi pemerintah, hasil penelitin ini diharapkan bermanfaat sebagai

bahan pertimbangan informasi dan referensi dalam program

(33)

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi

pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu pertanda

bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan

tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut

menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan

ketrampilan (prikomotor) maupun yan menyangkut nilai dan sikap

(afektif). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seseorang

dikatakan telah belajar kalau sudah terdapat perubahan tingkah laku

dalam dirinya. Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat dari interaksi

dengan lingkungannya, tidak karena pertumbuhan fisiknya atau

kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh

obat-obatan. Kecuali itu, perubahan tersebut haruslah bersifat relatif

permanen, tahan lama dan menetap, tidak berlangsung sesaat menurut

Eveline dan Hartini (2010:5).

Setelah pradigma pembelajaran berkembang, belajar dimaknai

sebagai kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau

(34)

mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk

belajar sepanjang hayat. Belajar bukan lagi merupakan konsenkuensi

otomatis dari penyampaian informasi oleh guru ke dalam kepala

seorang peserta didik. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan

aktivitas siswa sendiri. Siswa sebagai subyek didik harus secara aktif

meraih dan memperoleh pengetahuan baru sesuai dengan minat, bakat,

perilaku dan norma-norma serta nilai-nilai yang berlaku. Belajar

adalah suatu kebutuhan hidup yang self generating, yang

mengupayakan diri sendiri, karena sejak lahir manusia memiliki

dorongan untuk melangsungkan hidup, menuju suatu tujuan tertentu

Suyono dan Hariyanto (2011 :14).

Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi

pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu pertanda

bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tinkah

laku dalam dirinya, perubahan tersebut haruslah bersifat relative

permanen, tahan lama dan menetap.

a. Prinsip pembelajaran

Dalam melaksanakan pembelajaran, agar dicapai hasil yang

lebih optimal perlu diperhatikan beberapa prinsip pembelajaran.

Beberapa prinsip ditemukan oleh Eveline dan Hartini (2010 : 14),

sebagai berikut.

1) Perlunya pemberian umpan balik positif dengan segera atas

(35)

membuat respons, tidak hanya duduk diam dan mendengarkan

saja.

2) Perlunya menyatakan tujuan pembelajaran secara jelas kepada

siswa sebelum pelajaran dimulai agar siswa bersedia belajar lebih

giat. Juga penggunaan metode dan media belajar agar dapat

mendorong keaktifan siswa dalam proses belajar.

3) Pemberian isi yang berguna pada siswa di dunia luar ruangan

kelas selain itu juga dengan memberikan penghargaan terhadap

keberhasilan siswa. selain itu siswa juga perlu diberikan latihan

dan tes agar kemampuan siswa bertambah.

4) Pemberian kegiatan belajar kepada siswa yan melibatkan

tanda-tanda atau kondisi yang mirip dengan kondisi dunia nyata.

5) Belajar menggeneralisasikan dalam pemecahan masalah karena

perlu digunakan secara luas bukan saja contoh-contoh yang

positif, tapi juga yang negatif.

6) Pentingnya menarik perhatian siswa selama proses pembelajaran

berlangsung.

7) Guru harus menanalisis pengalaman belajar siswa menjadi

keiatan-kegiatan kecil, disertai latihan dan balikan terhadap

hasilnya.

8) Penggunaan media dan metode pembelajaran yang dapat

(36)

model, relaita, film, program video, komputer, drama,

demonstrasi dan lain-lain.

9) Tujuan belajar harus dirumuskan dalam bentuk hasil belajar yang

operasional.

10) Belajar akan lebih cepat, efisien dan menyenangkan bila siswa di

beri informasi tentang kualitas penampilannya dan cara

meningkatkanya.

11) Pentingnya penguasaan siswa terhadap materi prasyarat

sebelumnya mempelajari materi pembelajaran selanjutnya, siswa

mendapat kesempatan maju menurut kecepatan masing-masing.

12) Dengan persiapan, siswa dapat mengambangkan kemampuan

mengoranisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan

umpan balik bagi dirinya untuk membuat respons yang benar.

b. Faktor-faktor yang mempenaruhi belajar siswa

Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah

laku si subyek belajar, ternyata banyak faktor yang mempengaruhinya.

Menurut Muhibbin (2005:132) faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar siswa antara lain :

1) Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa

yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. faktor internal

(37)

a) Aspek fisiologis

Aspek fisiologis merupakan aspek yang bersifat jasmaniah

yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan

sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan

intensitas siswa dalam mengikutu pelajaran. Kondisi

organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera

pendengaran dan indera penglihatan, juga sangat

mempengaruhi kemampuan siswa dalam menerap informasi

dan pengetahuan, khususnya yang disajikan dikelas.

Kemerosotan rasa percaya diri pada seorang siswa akan

menimbulkan frustasi yang pada gilirannya cepat atau

lambat siswa tersebut akan menjadi under-achiver atau

mungkin gagal, meskipun kapasitas kognitif mereka normal

atau lebih tinggi dari pada teman-temannya.

b) Aspek psikologi

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat

mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan

pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor-faktor

rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih

esensial itu adalah sebagai berikut :

i. Intelegesi siswa

Pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan

(38)

menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara

yang tepat (reber, 1988). Jadi, inteligensi sebenarnya

bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga

kualitas organ-organ tubuh lainya. Tingkat kecerdasan

atau inteligensi siswa tidak dapat diragukan lagi, sangat

menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini

bermakna, semakin tinggi kmampuan intelegensi

seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk

meraih sukses.

ii. Sikap siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif

berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons

dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang,

barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun

negatif. Sikap siswa yang positif, terutama kepada guru

dimata pelajaran yang guru sajikan merupakan pertanda

awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut.

Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru dan mata

pelajaran menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.

iii. Bakat siswa

Secara umum, bakat adalah kemapuan potensial yang

dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada

(39)

setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi

untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu

sesuai dengan kapasitas masing-masing. Dalam

perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan

sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas

tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya

pendidikan dan latihan.

iv. Minat siswa

Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan

kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar

terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas

pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang

studi tertentu. Seseorang siswa yang menaruh minat

besar terhadap matematika akan memusatkan

perhatianya lebih banyak dari pada siswa lainnya.

v. Motivasi siswa

Motivasi adalah keadaan internalorganisme baik

manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk

berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti

pemasokan daya untuk bertinkah laku secara terarah.

Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan

yang datang dari luar individu siswa yang juga

(40)

2) Faktor eksternal siswa

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari dalam luar siswa

yakni kondisi lingkungan siswa. Faktor eksternal meliputi dua

macam yaitu

a) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf

adminitrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi

semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya, yang

termasuk lingkungan sosial adalah masyarakat dan tetangga

juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan

siswa tersebut. Lingkungan sosial yang lebih banyak

mempengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua dan keluarga

siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan

keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga,

semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk

terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

Dalam hal ini, bukan saja anak tidak mau belajar melainkan

juga ia cenderung berperilaku menyimpang, terutama

perilaku menyimpang yang berat seperti antisosial.

b) Lingkungan nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah

(41)

keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan

cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.

3) Faktor pendekatan belajar

Pendekatan belajar, seperti yang telah diuraikan secara panjang

lebar pada subbab sebelumnya, dapat dipahami sebagai segala

cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang

evektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Di

samping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana

yang telah dipaparkan, faktor pendekatan belajar juga

berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran

siswa tersebut.

c. Hakekat belajar

Hakekakat proses belajar bertitik tolak dari suatu konsep belajar

merupakan perubahan perbuatan melalui aktivitas, praktik, dan

pengalaman. Dua faktor utama yang menentukan proses belajar adalah

hereditas dan lingkungan. Hereditas adalah bawaan sejak lahir seperti

bakat, abilitas, dan intelegensi, sedangkan aspek lingkungan yang paling

berpengaruh adalah orang dewasa sebagai unsur manusia yang

menciptakan lingkungan, yakni guru dan orang tua. Faktor lainya ialah

aspek jasmaniah seperti penglihatan, pendengaran, bioimia, susunan saraf,

dan respons individu terhadap perangsang dengan berbagai kekuatan dan

(42)

Kategori belajar terdiri atas ketrampilan sensorimotor, yakni

tindakan yang bersifat otomatis, belajar asosiasi, yakni hubungan antara

urutan kata objek, keterampilan pengamatan motoris, yakni gabungan

antara belajar sensorimotor dengan belajar asosiasi, belajar konseptual,

yakni gambaran mental secara umum dan abstrak tentang situasi atau

kondisi, belajar cita-cita dan sikap, dan belajar memecahkan masalah yang

menuntut kemampuan memanipulasikan ide-ide yang abstrak dalam

Omear Hamalik (2009 :55).

2. Keaktifan peserta didik

Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan

aktivitas dan kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan

pengalaman belajar. Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar

yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah

kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir

sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001:

98). Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktifitas, baik

aktifitas fisik maupun psikis. Aktifitas fisik adalah siswa giat aktif

dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia

tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa

yang memiliki aktifitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya

bekerja sebanyak–banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka

(43)

Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk

mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif

membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang

mereka hadapi dalam proses pembelajaran. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia aktif berarti giat (bekerja, berusaha). Keaktifan

diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif. Rousseau

dalam (Sardiman, 1986: 95) menyatakan bahwa setiap orang yang

belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktifitas proses pembelajaran

tidak akan terjadi.

Menurut Bonwell dan J.Eison (dalam Ardian,2013) aktifitas

belajar adalah segala sesuatu yang meningkatkan kemapuan peserta

didik untuk melakukan sesuatu dan berpikir tentang apa yang mereka

lakukan. Aktifitas belajar terjadi ketika peserta didik berpartisipasi

dengan aktifitas tangan (hands-on activities) yang dapat

mengembangkan ketrampilan berpikir kritis dan memperluas

wawasan; terjadi ketika belajar yang dilakukan tidak hanya sekedar

mengingat. Ini akan berhubungan dengan bertambahnya pengetahuan

baru dari pengetahuan yang sudah dimiliki dan mendiskusikan

pemahaman tersebut dengan orang lain (Bonwell dan J, Eison dalam

Ardian, 2013).

Menurut Sardiman (2000:93), aktifitas diperlukan dalam

belajar karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk

(44)

bahwa keaktifan siswa dalam belajar merupakan segala kegiatan yang

bersifat fisik maupun non fisik siswa dalam proses kegiatan belajar

mengajar yang optimal sehingga dapat menciptakan suasana kelas

menjadi kondusif.

Keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar

dapat dilihat dengan turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya,

terlibat dalam pemecahan masalah, bertanya kepada siswa lain atau

guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, berusaha

mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan

masalah, melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal serta

menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh.

3. Prestasi dan Hasil belajar

Prestasi belajar mempunyai arti dan manfaat yang sangat

penting bagi anak didik, pendidik, wali murid, dan sekolah, karena

nilai atau angka yang diberikan merupakan manifestasi dari prestasi

belajar siswa dan berguna dalam pengambilan keputusan atau

kebijakan terhadap siswa yang bersangkutan maupun sekolah. Prestasi

belajar merupakan kemampuan siswa yang dapat diukur, berupa

pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dicapai dalam kegiatan

mengajar. Sardiman (1988: 25) menyatakan prestasi belajar sangat

vital dalam dunia pendidikan, mengingat prestasi belajar itu dapat

(45)

peran sebagai hasil penilaian dan sebagai alat motivasi diuraikan

seperti berikut ini :

a. Definisi hasil belajar

Menurut Nana Sudjana (2001:35) hasil belajar adalah suatu

akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran,

yakni berupa tes yang disusun secara terencana, baik tertulis, lisan

maupun perbuatan. Sedangkan S. Nasution berpendapat bahwa hakikat

hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak

hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan

penghayatan dalam pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah

hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari

mata pelajaran yang berupa data kualitatif maupun kuantitatif. Untuk

melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang

bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai materi atau

belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan

oleh suatu instruksi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin

tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan

peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. (Cullen

dalam Fathul Himam, 2004).

Hasil belajar dapat dilihat dari hasil ulangan harian (formatif), nilai

ulangan tengah semester (subsumatif), dan nilai ulangan semester

(sumatif). Dalam penelitian ini, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah

(46)

akhlak. Ulangan harian dilakukan secara selesai proses pembelajaran

dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian ini

terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab oleh para siswa, dan

tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang

dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan tiga kali dalam setiap

semester. Tujuan ulangan harian ini bertujuan untuk memperbaiki modul,

dan program pembelajaran serta sebagai bahan pertimbangan dalam

memberikan nilai terhadap siswa.

Hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan

mengunakan alat pengukur, yakini berupa tes baik tertulis, lisan

maupun perbuatan. Hasil belajar menjadi sangat pentin bagi siswa

karena nilai atau angka yang diberikan meripakan manifestasi dari

prestasi belajar siswa dan berguna dalam pengambilan keputusan atau

kebijakan terhadap siswa yang bersangkutan maupun sekolah.

b. Indikator-indikator hasil belajar

Indikator hasil belajar siswa akan melibatkan aspek-aspek seperti:

1) Indikator ranah cipta (kognitif), yaitu terdiri dari enam buah

indikator, yaitu:

a) Pengamatan: dapat menunjukkan, membandingkan dan

menghubungkan;

(47)

c) Pemahaman: dapat menjelaskan dan mendefinisikan dengan

lisan sendiri;

d) Penerapan: dapat memberikan contoh dan mengungkapkan

secara tepat;

e) Sintesis (pemeriksaan dan pemilihan secara teliti): dapat

menguraikan dan mengklasifikasikan, dan;

f) Analisis (membuat panduan baru dan utuh): dapat

menghubungkan, menyimpulkan dan menggeneralisasikan

(membuat prinsip baru).

2) Indikator ranah rasa (afektif), yaitu terdiri dari:

a) Penerimaan: menunjukkan sikap menerima dan menolak;

b) Sambutan: kesediaan berpartisipasi atau terlibat dan

memanfaatkan;

c) Apresiasi (sikap menghargai): menganggap penting dan

bermanfaat, indah dan harmonis, serta mengagumi;

d) Internalisasi (pendalaman): mengakui dan meyakini atau

mengingkari;

e) Karakterisasi (penghayatan): melambangkan atau

meniadakan dan menjelmakan atau berperilaku dalam

sehari-hari.

3) Indikator ranah karsa (psikomotor), yang terdiri dari:

(48)

b) Manipulasi;

c) Presisi;

d) Artikulasi, dan

e) Naturalisasi.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Di antara berbagai hal yang mempengaruhi proses dan hasil

belajar adalah kondisi individu siswa yang memegang peranan paling

penting. Kondisi individu siswa dibedakan menjadi dua kelompok,

yaitu kondisi fisiologis dan kondisi psikologis.

Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu faktor yang berasal dari

dalam diri siswa (faktor internal) dan faktor yang berasal dari luar

individu siswa (faktor eksternal).

Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa dapat

diklasifikasikan menjadi dua yaitu faktor biologis dan faktor

psikologis yang dapat dikategorikan sebagai faktor biologis antara lain

usia, kematangan, dan kesehatan. Sedangkan yang dapat dikategorikan

sebagai faktor psikologis antara lain adalah kelelahan, suasana hati,

motivasi, minat dan kebiasaan belajar. Adapun penjelasannya sebagai

berikut:

1) Kondisi Fisiologis. Pada umumnya kondisi fisiologis sangat

(49)

keadaan segar jasmaninya akan berbeda dari siswa yang yang

dalam keadaan kelelahan. Siswa yang kekurangan gizi ternyata

kemampuan belajarnya di bawah siswa yang cukup baik gizinya.

Di samping kondisi fisiologis umum itu, faktor yang tidak kalah

pentingnya adalah kondisi panca indera terutama penglihatan dan

pendengaran. Karena pentingnya penglihatan dan pendengaran,

maka dalam lingkungan formal orang melakukan berbagai

penelitian untuk menemukan bentuk dan cara penggunaan alat

peraga yang dapat dilihat dan didengarkan (Audio Visual Aids).

2) Kondisi Psikologis. Semua keadaan dan fungsi psikolog tentu saja

berpengaruh terhadap proses belajar yang bersifat psikologis ini.

Beberapa faktor psikologis tersebut antara lain:

a) Motivasi. Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi untuk belajar

adalah kondisi yang mendorong siswa untuk belajar.

Penemuan-penemuan penelitian menunjukkan bahwa prestasi

belajar meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah.

Menurut Eny Sriyanti yang dikutip dari Paul Hersey (1993: 60)

bahwa motivasi akan lebih meningkat apabila kebutuhan yang

ada meningkat dan kebutuhan yang paling kuat pada saat

tertentu menggerakan aktivitas. Secara tradisional orang biasa

membedakan adanya dua macam motivasi, yaitu motivasi

(50)

dorongan yang timbul dari dalam individu siswa tanpa

rangsangan atau bantuan orang lain. Misalnya siswa mau

belajar matematika karena ingin memperoleh pengetahuan

matematika. Oleh karena itu, ia rajin belajar tanpa disuruh

orang lain tetapi atas kesadaran sendiri. Motivasi intrinsik

lebih efektif, terutama dalam mendorong siswa untuk giat

belajar. Motivasi ekstrensik adalah dorongan yang timbul

sebagai akibat pengaruh dari luar diri individu, apakah karena

adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain. Misalnya

siswa mau belajar bahasa Inggris karena disuruh orang tuanya

sendiri.

b) Minat, yaitu dapat diartikan suatu kecenderungan hati individu

yang menyebabkan ia merasa suka dan tidak suka, tertarik atau

tidak tertarik, senang atau tidak senang terhadap suatu objek.

Bahwa minat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Kalau

siswa tidak mempunyai minat untuk mempelajari ilmu

matematika tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan baik.

Sebaliknya kalau siswa mempelajari ilmu matematika dengan

penuh minat, maka dapat diharapkan hasilnya lebih baik.

Dengan demikian, minat berfungsi memperkuat motif dan

perhatian individu siswa untuk mencapai tujuan belajarnya.

Rendahnya prestasi belajar siswa pada masa pelajaran

(51)

Jarkasih mengutip pendapat Moh. Surya (1999: 29), bahwa

minat individu terdiri dari: 1) Minat Volunter, yaitu minat

yang timbul secara sukarela, timbul dengan sendirinya dari

individu tanpa adanya pengaruh dari luar, 2) Minat Involunter,

yaitu minat yang timbul dari individu dengan pengaruh situasi

dari luar (lingkungan), dan 3) Minat Nonvolunter, yaitu minat

yang timbul sengaja dipaksakan atau diharuskan.

c) Perhatian. Perhatian bersifat lebih sementara dan ada

hubungannya dengan minat. Perbedaannya ialah minat sifatnya

menetap, sedangkan perhatian sifatnya sementara, adakalanya

timbul dan ada kalanya menghilang. Misalnya seorang siswa

yang sedang belajar diganggu temannya, maka hilanglah

perhatian siswa tersebut terhadap sesuatu yang dipelajarinya.

Sesudah temannya menghilang, maka ia mulai memusatkan

lagi perhatiannya. Apabila diperhatikan, dalam kegiatan belajar

mengajar akan dipakai 2 (dua) macam tipe perhatian, yakni: i)

Perhatian terpusat, yaitu perhatian yang hanya tertuju pada satu

objek saja. Perhatian ini sangat dibutuhkan oleh guru pada saat

berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di kelas. Hal ini

dilakukan oleh guru dengan menggunakan berbagai alat peraga

pelajaran dalam penyajian materi pelajaran kepada siswa, ii)

Perhatian terbagi, yaitu perhatian yang tertuju kepada

(52)

terjadi pada siswa ketika peristiwa belajar mengajar tetapi

menjadi kewajiban bagi guru untuk memperhatikan setiap

siswa, bahan pelajarannya, dan juga ucapannya, serta

memperhatikan segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya.

d) Kecakapan. Secara psikologis, kecakapan (ability) lazimnya

diartikan sebagai dasar kemampuan atau kesanggupan individu

untuk melakukan suatu tindakan yang dimanifestasikan dalam

kecepatan, ketepatan dan kemudahannya melakukan suatu

pekerjaan, yakni mengenai tugas-tugas belajar yang diberikan

guru. Kecakapan dimiliki siswa bukan saja karena pembawa

kelahirannya melainkan karena pengalaman yang terkait

dengan proses belajarnya. Oleh karena itu kecakapan setiap

individu siswa tidak sama walaupun diberikan latihan yang

sama dan dalam waktu yang sama pula. Menurut para ahli

psikologi pendidikan, kecakapan dibedakan kepada kecakapan

potensial (potensial ability) dan kecakapan nyata (actual

ablitiy). Kecakapan potensial diperoleh karena pembawaan

kelahirannya, yaitu kemampuan dasara umum (intelegensi) dan

kemampuan dasar khusus (bakat) dalam bidang tertentu.

Sedangkan kecakapan nyata adalah prestasi individu siswa

yang diperolehnya melalui pengalaman yang berhubungan

(53)

Faktor-faktor yang bersumber dari luar individu siswa dapat

diklasifikasikan menjadi dua yaitu faktor manusia (human) dan faktor

non-manusia. Yang dapat dikategorikan sebagai faktor manusia adalah

lingkungan di keluarga, di sekolah dan lingkungan di masyarakat

(pergaulan). Sedangkan yang dapat dikategorikan sebagai faktor

non-manusia seperti alam, benda, hewan dan lingkungan fisik.

Hal yang sama dikemukakan oleh Sumiati (1985) bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar adalah: (1) bahan

yang diajarkan; (2) faktor lingkungan; (3) faktor instrumental, dan (4)

faktor individu/siswa. Muhibbin dalam Psikologi Pendidikan (1997),

mengemukakan pendapatnya bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar siswa dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) faktor internal, yakni aspek

fisiologis dan aspek psikologis, (2) faktor eksternal, yakni kondisi

lingkungan di sekitar siswa, dan (3) faktor pendekatan belajar (approach to

learning).

4. Pembelajaran kooperatif

a. Pengertian pembelajaran kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan

belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok

tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan.

Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan empat siswa yang

(54)

ditempatkan kedalam kelompok kooperatif, dan mereka dilatih

ketrampilan khusus untuk membantu bekerjasam dengan baik,

memberikan penjelasan dengan baik, dan mengajukan pertanyaan

dengan baik (Suyatno, 2003:14). Burn (1996:247) mengatakan

bahwa pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa

mengaktifkan schemata mereka dan belajar dari schemata taman

sekelas mereka, siswa dilibatkan secara aktif dalam belajar dan

mempertinggi perhatian siswa.yang lebih cepat memahami isi teks

bacaan dapat membantu teman yang lain. Slavin dalam isjoni

(2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model

pembelajaran dimana siswa belajra dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 oran dengan

struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans

dalam Isjoni (2009: 15) mengemukaan bahwa pembelajaran

kooperatif merupakan suaru cara pendekatan atau serangkaian

stategi yang khusus dirancangkan untuk memberi dorongan kepada

siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya

Stahl dalam Isjoni (2009:15) menyatakan pembelajaran kooperatif

dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan

sikap saling tolong-menolong dalam perilaku sosial.

Menurut Lie (2000:17) pembelajaran kooperatif biasa

didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang

(55)

learning merupakan system pengajaran yang memberi kesempatan

kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam

tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal

dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar

kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja

kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan

atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan

terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat

interdepedensi efektif diantara anggota kelompok (Sugandi,

2002:14).

Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”,

bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama

dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar

yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang

dilakukan asal-asalan.

Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran

yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas

dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5

orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model

pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting

kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman

anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan

(56)

sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk

mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan

ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi Pembelajaran

kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan

kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi

belajar mengajar dimana siswa dalam kelas dipandang sebagai

kelompok atau dibagi dalam beberapa kelompok untuk saaling

bekerjasama sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Untuk

mencapai tujuan pembelajaran dengan maksimal dalam

pembelajaran koperatif, terdapat lima unsur pembelajaran

kooperatif (cooperative learning) yang harus diterapkan, yaitu:

1) Saling ketergantungan positif yaitu m

Gambar

Gambar 2.1 Bagian – Bagian Lingkaran (a) ...................................................
Tabel 2.1 menampilkan penentuan nilai perkembangan dari Slavin dan
Gambar 2.1 bagian-bagian lingkaran (a)
Gambar 3.1 Lembar Pengamatan Keaktifan Belajar Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

ke lapangan (Gudang Produsen/Distributor) terhadap ketersedian barang yang ditawarkan dengan Jadwal Pelaksanaan yang akan ditentukan kemudian, jiika saudara tidak

Mahmudi (Pedagang Bandeng), Umi Komsiyah (Pedagang Kios), Setiawan (Pedagang Kelontong), Suroso (Pedagang Sembako), Sri Maryati (Pedagang sembako), Jumiyem

Kwh meter atau dalam dunia PLN disebut Alat Pembatas dan alat Pengukur (APP) adalah Alat milik PT PLN (Persero) yang berfungsi untuk membatasi daya listrik yang dipakai serta

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi dokumen penawaran paket pekerjaan Peningkatan Jalan Dengan Konstruksi HRS-Base dalam kawasan Perumahan RSS Oesapa dan

[r]

HASIL EPROF ECCT 2016 - S1 ILMU KOMUNIKASI Berlaku efektif. BAGIAN PUSAT

Dakwah islam Masyarakat kaum muslim merupakan satu state(negara) dibawah bimbingan nabi muhammad saw yang mempunyai kedaulatan. Ini merupakan dasar bagi usaha

bahwa dalam rangka menyesuaikan nomenklatur Tunjangan Kinerja dan pemberian Tunjangan Kinerja sebagaimana diatur dengan Peraturan Presiden Nomor 156 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai