ABSTRAK
UJI V ALIDITAS PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH ALA T SW A-MONITOR GLUKOMETER
DIBANDINGKAN DENGAN METODASTANDARSPEKTROFOTOMETER
Elfan Moeljono, 2005, Pembimbing: Penny Setyawati M,dr., Sp.PK, M.Kes.
Prevalensi, morbiditas dan mortalitas penderita OM cenderung meningkat, terutama OM tipe 2. Upaya mengatasi masalah tersebut diperlukan pemantauan kadar gula darah dan penatalaksanaan OM. Saat ini banyak dipasarkan glukome-ter sebagai swa-monitor kadar glukosa darah.
Tujuan penelitian ini: menguji validitas glukometer terhadap metode standar spektrofotometer dan mengetahui perbedaan kadar glukosa darah vena dan kapiler.
Penelitian deskriptif-analitik kadar glukosa darah 50 subjek penelitian, di Laboratorium RS Immanuel, Bandung. Pengukuran kadar glukosa darah dengan glukometer menggunakan sampel "whole blood', sedangkan metode spektrofotometer menggunakan sampel serum. Pada penelitian ini juga dilakukan pengukuran kadar glukosa darall vena dan kapiler terhadap 28 orang subjek penelitian untuk mengetahui perbedaan kadar glukosa darah vena dan kapiler. Data dianalisis dengan uji diagnostik, uji "t" berpasangan (a = 0,05), uji Fdan
limit of aggreement.
Penelitian menunjukkan hasil pengukuran glukometer tidak berbeda bermakna dengan spektrofotometer dengan P-value = 0,5124 (> 0,05), dengan limit ~f aggreement 94%. Hasil uji t kadar glukosa darah vena dan kapiler berbeda bermakna, t = -3,741 dengan P= 0,0009 «0,05). Kadar glukosa kapiler rata-rata 8,64% lebih tinggi dari vena.
Hasil penelitian ini menunjukkan kesesuaian yang bermakna antara spektrofotometer dan glukometer. Kadar glukosa darah kapiler lebih tinggi dari darah vena.
Kata kunci: Glukometer, Swa-monitor.
ABSTRACT
THE VALIDITY TEST OF GLUCOMETER AS A SWA-MONITOR BLOOD GLUCOSE'S MEASUREMENT
COMPARE TO SPHECTROPHOTOMETER AS A STANDART METHOD
E({an Moeljono, 2005. Tutor: Penny Setyawati M,dr., Sp.PK, M.Kes.
The prevalency, morbidity, and mortality of Diabetes mellitus have tendency to increased, especially type 2 DM Blood glucose monitoring and treatment of DM are needed to solve the problems. Recently, glucometers as a swamonitor blood glucose are globally market.
The aims of study are to determined the validity glucose measurement of glucometer compare to sphectrophotometer and to compared the dif:jerences between vein and capiller blood glucose concentration.
This analytic-description study of blood glucose was done to 50 patiens in the laboratory of R.B Immanuel, Bandung. The measurement of blood glucose with glucometer using whole blood, while sphectrophotometer using serum of blood vein. On this study, the measurement of vein and capilar blood glucose also was done to 28 subjects to examined the differences between blood glucose in vein and capillar. Data was analyzed using diagnostic test, paired t-test, F-test and the limit of aggreement.
The result of this study showed: There is no sign~ficant deferences between both methods with P-value = 0,5124 (> 0,05), and the limit of aggreement 94%.
The t-test result of blood glucose measurement of vein and capillary have a signifficant deferences, t = -3,741 P-value = 0,0009 «0,05). The mean of capillary blood glucose 8,64% higher than vein.
The result of glucose measurement of both method showed significantty. The concentration of capillary blood glucose is higher than blood glucose vein.
Key-Words: Glucometer, Swa-monltor
DAFT AR ISI
Halaman
ABSTRAK iv
ABS TRACT v
KAT A PENGANT AR vi
DAFT AR IS I ix
DAFT AR TABEL xiii
DAFT AR GAMBAR xiv
DAFT AR GRAFIK xv
DAFT AR LAMPlRAN xvi
BAB I PEND AHULU AN 1
1.1 Latar .Belaka.ngPenelitian 1
1.2 Identifikasi Masalah
2
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
3
1.3.1. Maksud Penelitian
3
1.3.2. Tujuan Penelitian
3
1.4 Manraa t Penelitian 3
1.4.1. Manfaa t Akademis 3
1.4.2. Manfaa t Pra ktis 4
1.5 Kerangka Pemikiran 4
1.6 Rumusan Hipotesis 5
1.6.1. Glukometer sahih (valid) digunakan sebagai
alat swa-monitor kadar glukosa darah 5 1.6.2. Kadar glukosa darah arteri lebih tinggi dari
kadar glukosa da rah vena 5
1.7. Metode Penelitian 5
1.7.1 Bentuk dan Rancangan Penelitian 5
1.7.2 Subyek Penelitian 5
1.7.2.1. Vji validitas glukometer dan Spektrofotometer 5
1.7.2.2. Menentukan perbedaan kadar glukosa
darah kapiler dengan darah vena 6
1.7.3 Varia bel Penelitian 6
1.7.3.1 Vji Validitas Glukometer
dibandingkan dengan Spektrofotometer 6 1.7.3.2 Menentukan Perbedaan Kadar Glukosa
Darah kapiler dengan Darah Vena 6
1.7.4 Analisis Data 6
1.8. Lokasi dan W aktu 7
1.8.1. Lo kasi 7
1.8.2. W aktu 7
BAB II TINJAUAN PUST AKA 8
2.1 Metabolisme Glukosa Normal pada Manusia 8 2.2 Hormon-Hormon yang Berperan dalam Metabolisme Glukosa 9
2.3 Insulin 11
2.4 Diabetes Mellitus .
13
2.4.1. Definisi Diabetes Mellitu.s
13
2.4.2. Klasifikasi Diabetes Mellitus 13
2.4.3. Etiologi dan Patogenesis Diabetes Mellitus 13 2.4.4. Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus 14
2.4.5. Komplikasi Diabetes Mellitus I 5
2.4.5. Pencegahan Diabetes Mellitus 17
2.4.6. Diagnosis Diabetes mellitus 18
2.4. 7.HbAl c dalam pemantauan Diabetes Mellitus 22
2.4.9. Pengendalian Diabetes Mellitus 23
2.5. Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah 24
2.5.1. Prinsip Pengukuran Spektrofotometri 24
2.5.2. Metoda Penguku ran 26
2.5.2.1. Metode Glukosa-oksidase 26
2.5.2.2. Metode Heksokinase 28 2.5.2.3. Metode Glukosa-dehidrogenase (GDH) 29
2.6. Glukometer
30
2.7. SI)ektrofotom eter
33
2.8. Bahan Pemeriksaan (BP) Untuk Pemeriksaan Glukosa Darah
37
2.9. Pengambilan Sampel Darah
37
2.10. Faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan
38
BAB III M ETODOLOG I 39
3.1. Bentuk dan Rancangan Penelitian 39
3.2. Sub j e k Pen eIitian 39
3.2.1. Uji validitas glukometer dan Spektrofotometer 39 3.2.2. Menentukan perbedaan kadar glukosa darah
kapiler dengan darab vena 40
3.3. Varia bel Penelitian
40
3.4. Bahan Pemeriksaan 40
3.5. Alur Penelitian
41
3.6. Alat dan Bahan Pemeriksaan 42
3.6.1. Glukometer Accu-Chek Active@ 42
3.6.1.1. Bahan Pemeriksaan 42
3.6. t .2. Reagen dan Alat-alat 42
3.6.2. Spektrofotometer ...42
3.6.2.1. Ba han Pemeri ksaan 42
3.6.2.2. Reagen dan Ala t-ala t 42
3.6.2.3. Pengukuf'8n
...
43
3.7. Prosedur Kerja 43
3.7.1. Pemeriksaan kadar glukosa darah dengan Glukometer 43 3.7.2. Pemeriksaan kadar glukosa darah dengan Spektrofotometer 44
3.8. Analisis Data dan Ujian Hipotesis 45
3.8.2. Ana lisis Data 45
3.8.2. Uj i Hipotesis 46
XII
3.9. Lokasi dan Waktu
47
3.9.1. Lokasi 47
3.9.2. Wa ktu. 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 48
4.1. Hasil Uji Validitas Glukometer dan Spektrofotometer 48 4.2. Hasil Pemeriksaan kadar gula darah vena dan kapiler
dengan gIukom ete r 51
4.3. Pem bahasan ..
53
BAD V KESIMPULAN DAN SARAN 55
5.1 Kesimpula n .
55
5.2 Saran ...
55
DAFT AR PUST AKA 56
LAM PIRAN 59
DAFTAR TABEL
Tabel2.1 Batasan Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa pada
Uji Saring dan Diagnosis Diabetes mellitus 22 Tabel 2.2.Perbandingan Spektrofotometer dan Glukometer 36 Tabel3.1 Prosedur Pemeriksaan Glukosa Darah dengan
Spektro fotom eter 44
Tabel4.l.Tabulasi Data Pengukuran Kadar Glukosa Darah Vena
Glukometer dan Spektrofotometer 60
TabeI4.2. Tabulasi Data Pengukuran Kadar Glukosa Darah
Kapiler dan Vena dengan Glukometer 61
DAFT AR GAMBAR
Gambar 2.1. Pengaturan Metabolisme Glukosa 8 Gambar 2.2. Peran Hormon Dalam Metabolisme Glukosa 10
Gambar 2.3. Pankreas manusia 11
Gambar 2.4. Pulau-pulau langerhans 11
Gambar 2.5. Struktur asam amino insulin 12
Gambar 2.6. Skema Diagnosis DM dan Gangguan Toleransi Glukosa 20 Gambar 2.7. Skema Pemeriksaan secara Spektrofotometer 25
Gambar 2.8. Glukometer Accu-Check@ active 31
Gambar 2.9. Spektrofotometer Hitachi 4010 34
Gambar 2.10. Bagan Spektrofotometer 35
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1 Spektra Reftektansi
32
Grafik 4.1.
Boxplot
Kadar Glukosa Darah Hasil Pemeriksaan
Glukometer dan Spektrofotometer
48
Grafik4.2.
Limit of Agreement
hasil pengukuran kadar glukosa darah
dengan glukometer dan spektrofotometer
51
Grafik 4.3.
Boxplot
Kadar Glukosa Darah Kapiler dan Darah Vena
52
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Formulir Persetujuan KUnik
(Informed Consent)
59
Lampiran 2. TabeI4.1. Tabulasi Data Pengukuran
Kadar Glukosa Darah Vena Glukometer dan
Spektrofotom eter
60
Lampiran 3 TabeI4.2. Tabulasi Data Pengukuran
Kadar Glukosa Darah Kapiler dan Vena
dengan Glukometer
61
Lampiran 4 Output perbitungan statistik deskriptif basil
penggukuran kadar gula darab menggunakan
alat ukur glukometer dan fotometer
62
Lampiran 5 Vji F dan basil perbitungan
Limit of aggreement, 63
Lampiran 6 Output perbitungan untuk statistik
deskriptif basil penggukuran vena dan kapiler 64
[image:10.595.93.460.113.597.2]Lam pira.n 7 Gam bar 66
Gambar L7.1. Alat Sentrifuge 66
Gambar L7.2. Pipet mikro 10 66
Gambar L7.3 Reagen Standart Randox 67
Gambar L7.4 Reagen Glukosa 100 mgldl 67
Gambar L7.5 Strip Tes Glukometer 68
Gambar L7.6 Tabung Accu-Chek 68
Gambar L7.7 Hasil Reaksi Spektrofotometer 69
59
LAMPIRAN 1
FORMULIR PERNYATAAN PERSETUJUAN
KLINIK
(INFORMED CONSEN1)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRITEN MARANATHA
RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN
UJI KLINIK
Yang bertanda tangan di bawab ini:
Nama
. ...
Status
: Pasien
I
keluarga pasien
Usia
:
tabun ( Pria
I
Wan ita )
Ala mat
. ...
Pekerjaan
: ...
No KTP/Identitas
lainnya
. ...
No urut
: ...
Setelah mendapat
penjelasan selengkapnya
dan menyadari
maksud, tujuan
dan manfaat penelitian tersebut di bawah ini yang berjudul :
UJI VALIDIT AS PEMERIKSAAN
KADAR GLUKOSA DARAH
ALA T SW A-MONITOR GLUKOMETER
TERHADAP
METODESTANDARSPEKTROFOTOMETER
Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran, penuh tanggung
jawab tanpa paksaan pihak manapun.
Peneliti
Bandung, ... ... ... .. ... 2004 Yang membuat pemyataan,
No
vena
kapiler
Beda
Beda
No
vena
kapiler
Beda
Beda
(%)
(%)
1
92
87
-5
-5.747
15
90
101
11
10.891
2
95
94
-1
-1.064
16
80
83
3
3.614
3
85
78
-7
-8.974
17
90
113
23
20.354
4
80
94
14
14.894
18
196
211
15
7. 109
5
85
90
5
5.556
19
181
183
2
1.093
6
94
113
19
16.814
20
83
98
15
15.306
7
88
87
-1
-1.149
21
67
80
13
16.250
8
108
112
4
3.571
22
88
89
1.124
9
116
115
-1
-0.870
23
96
85
-11
-12.941
10
86
90
4
4.444
24
72
93
21
22.581
11
94
87
-7
-8.046
25
85
95
10
10.526
12
74
84
10
11.905
26
90
98
8
8.163
13
110
114
4
3.509
27
101
105
4
3.810
14
80
85
5
5.882
28
80
95
15
15.789
61
LAMPIRAN 3
LAMPlRAN 4
62
Berdasarkan
datapada Tabel 4.1 dilakukan pengolahan data melalui bantuan
perangkat lunak MedCalc. Output perhitungan untuk statistik deskriptif hasil
penggukuran kadar gula darah menggunakan alat ukur glukometer dan fotometer
diperoleh sebagai berikut:
Variable
: Spektrofotometer
Sample size
Lowest value
Highest value
Arithmetic mean
95% CI for the mean
Median
95% CI for the median
Variance
Standard deviation
Relative standard deviation
Standard error of the mean
50
60,0000
227,0000
107,6200
95,5529 to 119,6871
93,5000
84,7654 to 105,2346
1802,8935
42,4605
0,3945 (39,45%)
6,0048
---Percentiles: 2.5th =
5th = 10th = 25th = 60,7500 63,0000 71,0000 79,0000
Variable : Glukometer Sample size
Lowest value Highest val ue Arithmetic mean
95% CI for the mean Median
95% CI for the median Variance
Standard deviation
Relative standard deviation Standard error of the mean
97.5th 95th 90th 75th 221,7500 217,0000 185,5000 126,0000 50 52,0000 247,0000 106,2000
93,3824 to 119,0176 96,5000
85,7654 to 105,0000 2034,1224
45,1012
0,4247 (42,47%) 6,3783
---Percentiles: 2.5th =
LAMPIRAN 5
63
Melalui bantuan perangkat lunak MedCalc diperoleh hasil perhitungan
Paired t-test
Mean difference : 1,4200
Standard deviation : 15,2169
95 % CI : -2,9046 to 5,7446 t=O,660 DF=49 P = 0,5124
Variance ratio test (F-test) Variance ratio
=
1,1283 P= 0,674
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai F = 1,1283 dengan nilai P-value sebesar 0,674. Oleh karena nilai P-value > 0,05 "Hipotesis nol" diterima, disimpulkan tidak didapatkan perbedaan bennakna antara sebaran data hasil pengukuran glukometer dengan spektrofotometer.
Melalui bantuan prangkat lunak Medcalc diperoleh hasil perhitungan Limit (?faggreement sebagai berikut,
Method A : spektrofotometer Method B : glukometer Differences: Sample size Arithmetic mean 95% CI Standard deviation Lower limit 95% CI Vpper limit 95% CI
=
50=
1,4200= -2,9046 to 5,7446
= 15,2169
= -28,4052
= -35,8455 to -20,9648
= 31,2452
Sample size
=
28
Lowestvalue
=
67,0000
Highest value
=
196,0000
Arithmetic mean
=
95,9286
95% CI for the mean
=
84,9084 to 106,9487
Median
=
89,0000
95% CI for the median
=
84,1705 to 94,4147
Variance
=
807,6984
Standard deviation
=
28,4200
Relative standard deviation
=
0,2963 (29,63%)Standard error of the mean
=
5,3709
Variable
: kapiler
Sample size
=
28
Lowestvalue
=
78,0000
Highest value
=
211,0000
Arithmetic mean
=
102,1071
95% CI for the mean
=
90,8143 to 113,400064
LAMPIRAN 6
Berdasarkan data pada Tabel 4.2 dilakukan pengolahan data melalui bantuan perangkat lunak MedCa/c. Output perhitungan untuk statistik deskriptif hasil penggukuran vena dan kapiler diperoleh sebagai berikut,
Variable : vena
=
2,7058 (P<O,ooOI) 7,5925 (P=O,0003) Coefficient of Skewness
Coefficient of Kurtosis
=
Percentiles
95% Confidence Interval
25
=
75
=
81,5000
95,5000
Median
=
94,0000
95% CI for the median
=
87,0000 to 102,6589
Variance
=
848,1733
Standard deviation
=
29,1234
Relative standard deviation
=
0,2852 (28,52 %)
Standard error of the mean =
5,5038
Coefficient of Skewness
=
2,8441 (P<O,OOOI)Coefficient of Kurtosis
=
8,5173 (P=0,0002)65
Percentiles
95% Confidence Interval
25
=
87,000075
=
108,500083,0058 to 93,5653 94,4347 to 1 14,9942
Paired t-test
Mean difference
Standard deviation
95 % CI
: -6,1786
: 8,7392
: -9,5673 to -2,7898
t=-3,741 DF=27 P = 0,0009
Hasil perhitungan statistik uji t diperoleh nilai t = -3, 741 dengan P-value
sebesar 0,0009, oleh karena nilai P-value < 0,05,
"Hipotesis
nol ditolak "
sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan bermakna antara rata-rata vena
DAFT AR RIW A Y AT HIDUP
1. Nama lengkap : Elfan Moeljono
2. Tempat clan tanggallahir : Bandung, 5 Desember 1981
3. Alamat : JI. SabarNo 18
Bandung
4.
Pendidikan
a. SDN 1, Besuki lulus: tabun 1994 b. SMPK Mater Dei Probolinggo lulus: tabun 1997 c. SMUK Santa Maria, Surabaya lulus: tahun 2000
BABI
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Diabetes mellitus (OM) adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia
karena penurunan efektifitas dan atau jumlah insulin, akibat
gangguan pankreas. Pada keadaan normal pankreas memproduksi insulin untuk
memetabolisme karbohidrat yang terkandung dalam makanan yang kita makan.
Penurunan
efektifitas
dan
atau
jumlah
insulin
menyebabkan
gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak, air, dan elektrolit. (Kahn, 2001; Knudson, 2001)
Diabetes mellitus dibedakan menjadi 2 tipe yaitu
Insulin Dependent Diabetes
Mellitus
(100M) dan
Non Insulin Dependent Diabetes A4ellitus
(NIODM). lDDM
dikenal sebagai OM tipe 1. Penderita OM tipe 1 tergantung pada terapi insulin dan
penderitanya sering mengalami ketosis. NIDOM dikenal sebagai OM
tipe 2,
penderita OM tipe 2 tidak tergantung pada terapi insulin, dapat dijumpai pada
penderita obesitas maupun non-obesitas, dan umumnya penderita OM tipe 2
jarang mengalami ketosis. (Schteingart,
1992)
Penyakit DM merupakan masalah kesehatan dunia. Secara epidimiologis
prevalensi OM terus meningkat terutama OM tipe 2. Prevalensi OM tipe 2 tinggi
dikarenakan gejala klinik OM tipe 2 tidak jelas sehingga diagnosis sering
terlambat ditegakkan. (Handrawan Nadesul, 2002). Prevalensi OM di dunia saat
ini sekitar 176 juta jiwa (WHO, 2003). Prevalensi penderita OM tipe 2 di
Indonesia cenderung meningkat, hal ini disebabkan pola makanan masyarakat
indonesia tinggi karbohidrat. diperkirakan sekitar 5,6 juta dari 125 juta jiwa yang
berusia 20 tahun atau lebih, dengan prevalensi 4,6%. (PERKENI, 2002).
Insidensi OM cenderung meningkat dengan cepat terutama di Asia Pasifik
dalam 2 dasawarsa ini.(Handrawan Nadesul, 2002). Insidensi OM pada tahun
2003 ada sekitar 8 juta jiwa. lumlah penderita OM sedunia diperkirakan akan
meningkat menjadi 370 juta jiwa padahun 2030 dan 21 juta jiwa di antaranya ada
di Indonesia. (WHO, 2003).
2
Diabetes mellitus mernpakan penyakit menahun yang umumnya diderita sepanjang sisa hidup penderita, perlu pengobatan jangka panjang dengan biaya cukup besar. Selain itu, penderita sering mengalami penyulit -penyulit akibat komplikasi DM. Maka upaya-upaya untuk penegakan diagnosis dini dan pengelolaan penderita DM perlu ditingkatkan untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi DM. Pengelolaan DM terntama ditujukan pada pengendalian kadar glukosa darah penderita DM. (WHO, 2003; PERKENI, 2004).
Pemeriksaan kadar glukosa darah biasa dilakukan di Laboratorium Klinik dengan metode standar spektrofotometer yang telah direkomendasikan oleh
International Federation Clinical Chemistri (IFCC), biaya yang relatif cukup mahal dan kurang praktis karena penderita harus pergi ke laboratorium. (Birtis, Ashwood, 1999).
Saat ini banyak dipasarkan secara bebas alat swa-monitor untuk pemeriksaan glukosa darah yaitu glukometer dengan berbagai merek. Prosedur pemeriksaan glukosa darah dengan glukometer cukup praktis dan sederhana, dapat dilakukan sendiri di rumah, hanya perlu sedikit sampel darah yang biasanya cukup diambil dari ujung jari penderita, hasilnya cepat diperoleh dan relatif murah. Walaupun banyak keuntungan yang diperoleh dengan adanya swa-monitor glukometer, tetapi kita juga hams waspada terhadap akurasi alat tersebut.
Maka penulis ingin melakukan penelitian untuk menguji validitas glukometer sebagai alat swa-monitor pengukur kadar glukosa darah terhadap hasil pengukuran kadar glukosa darah metode standar spektrofotometer yang direkomendasikan oleh International Federation Clinical Chemistry (IFCC) dengan menentukan akurasi alat tersebut. (Birtis, Ashwood, 1999).
1.2. Identifikasi Masalah
.
Bagaimana hasil uji validitas glukometer sebagai
alat swa-monitor
.
Adakah
perbedaan
bermakna
antara hasil pemeriksaan kadar glukosa
darah vena dengan darah kapiler.
1.3. Maksud dan Tujuan
1.3.1. Maksud Penelitian:
.:. Mengetahui vahditas glukometer sebagai swa-monitor kadar glukosa darah.
.:. Mengetahui kira-kira berapa faktor konversi kadar glukosa darah vena bila pemeriksaan menggunakan sampel darah kapiler.
1.3.2. Tujuan Penelitian:
,
Membandingkan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah yang diperiksa
glukometer dibandingkan dengan metode standar spektrofotometer.
,
Membandingkan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah vena dengan
darah kapiler yang diperiksa glukometer.
,
Mengetahui apakah glukometer layak dan valid untuk pemantauan kadarglukosa darah terutama pada penderita-penderita DM.
1.4. Manfaat Penelitian
Penulis menaruh harapan, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat:
1.4.1 Manfaat Akademis:
,
Menambah wawasan tentang metode pemeriksaan kadar glukosa darah
4
);0- Mengetahui validitas hasil pemeriksaan alat swa-monitor tersebut sehingga kita dapat menilai apakah alat terse but dapat dipertanggung-jawabkan ketepatan basil pengukurannya.
1.4.2 Manfaat Praktis:
"
Dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi bahwa
pemeriksaan glukosa darah dapat dilakukan dengan swa-monitor dengan
hasil alat dan prosedur yang sederhana serta hasil yang cukup akurat.
);0-Membantu klinisi dalam pengontrolan glukosa darah pasien secara
intensif. Dengan demikian pengelolaan DM akan lebih terarah dan
komplikasi DM dapat diminimalisasi.
1.5. Kerangka Pemikiran
Angka morbiditas dan mortalitas penderita DM akllir-akhir ini cenderung terns meningkat (WHO, 2003), maka dirasakan perlunya langkah-Iangkah pengendalian kadar glukosa darah secara lebih intensif terntama pada penderita yang menggunakan terapi insulin dan sudah mengalami komplikasi DM.
Pemeriksaan kadar glukosa darah standar yang direkomendasikan oleh
International Federation Clinical Chemistry (IFCC) adalah pemeriksaan yang menggunakan alat spektrofotometer yang biasa dilakukan di laboratorium dan biayanya relatif mahal.
Glukometer sebagai alat swa-monitor kadar glukosa darah yang saat ini banyak dipasarkan dengan berbagai merek, harga relatif murah, prosedur pemeriksaan mudah dan sederhana serta hanya sedikit membutuhkan sampel darah. Hal ini sangat menarik minat kelompok penderita DM, tetapi akurasi hasil pemeriksaan kadar glukosa darah belum diketahui secara pasti.
5
Federation Clinical Chemistry (IFCC) yaitu spektrofotometer. (WHO, 2003). Melalui uji validitas kita dapat mengetahui sensitivitas, spesifitas dan akurasi glukometer sebagai alat swa-monitor kadar glukosa darah. Dengan demikian kita dapat menentukan apakah alat tersebut sahib (valid) dan membantu memantau kadar glukosa darah serta penatalaksanaan penderita DM.
1.6. Rumusan Hipotesis
.
Glukometer sahih (valid) digunakan sebagai alat swa-monitor kadar glukosa darah..
Kadar glukosa darah kapiler lebih tinggi dari kadar glukosa darah vena.1.7. Metodologi
1.7.1 Bentuk dan Rancangan Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian uji diagnostik dengan rancangan cross sectional study. (Hulley, Cummings, 1988; Pusponegoro, Wirya, Pudjiadi, Bisanto, ZuIkamain, 2002; Ghazalli, Sastromihardjo, Soedjarwo, Soelaryo, Pramulyo, 2002).
1.7.2 Subyek Penelitian
1.7.2.1. Uji Validitas Glukometer dibandingkan dengan Spektrofotometer
6
1.7.2.2. Menentukan Perbedaan Kadar Glukosa Darah kapiler dengan Darah
Vena
Dua puluh delapan Mahasiswa FK UKM yang diperiksa kadar glukosa darah
vena dan kapiler dengan menggunakan glukometer di laboratorium Patologi
Klinik FK UKM.
1.7.3. Variabel Penelitian
1.7.3.1 Uji Validitas Glukometer dibandingkan dengan Spektrofotometer
,.
Kadar
glukosa
darah
vena
(whole
blood)
yang diukur
dengan
glukometer.
,.
Kadar
glukosa
darah
vena
(serum)
yang
diukur
dengan
spektrofotometer.
1.7.3.2 Menentukan Perbedaan Kadar Glukosa Darah kapiler dengan Darah
Vena
,.
Kadar glukosa darah kapiler
(whole blood)
yang diukur dengan
glukometer.
,.
Kadar glukosa
darah
vena
(whole
blood)
yang diukur
dengan
glukometer.
1.7.4. Analisis Data
7
kesamaan varian v, uji F dan ditentukan limit of agrement-nya dengan metode
('omparison Bland &Altman Plot.
Ada atau tidaknya perbedaan kadar glukosa darah kapiler dan vena diuji
dengan uji
"t"berpasangan dengan
a
= 0,05
.1.8. Lokasi dan Waktu
1.8.1. Lokasi:
Laboratorium Rumah
Sakit Immanuel dan Laboratorium
Patologi Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung.
1.8.2. Waktu:
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
,
Hasil pemeriksaan glukosa darah dengan glukometer sahih (valid). Jadi
glukometer sahih sebagai alat swa-monitor kadar glukosa darah.
,
Kadar glukosa darah arteri lebih tinggi 8,642 % daripada darah vena.
5.2. Saran
,
Glukometer dapat digunakan sebagai alat swa-monitor kadar glukosa
darah bagi penderita DM yang memerlukan pemantauan kadar glukosa
secara intensif sehingga pengelolaan DM dapat terpantau dengan baik.
Risiko sering terjadinya hiperglikemia dapat cepat diketahui dan dikelola
secara baik atau risiko hipoglikemia akibat dosis terapi insulin atau OHO
yang terlalu tinggi dapat cepat diketahui. Dengan demikian
risiko
terlambatnya penanganan atas komplikasi dapat segera ditangani.
,
Pemantauan kadar glukosa di laboratorium klinik tetap harns dilakukan
secara
berkala
untuk
pemantauan
silang
kemungkinan
kalau-kalau
kalibrasi alat sudah tidak memenuhi standar.
DAFT AR PUST AKA
Askandar Tjokroprawiro A. 2001. Klasifikasi diabetes mellitus.
Diabetes mellitus:
klas[fikasi, diagnosis, dan terapi.Edisi
3. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama. p. 10-5.
Augusta L. Augusta L. Arifin. 2004. Diabetes mellitus dan permasalahannya. Bandung: SMF FK Unpad.
Birtis, Ashwood. 1999.
Tietz texbook of clinical chemistry.
3 thed. Philadelphia,
London, Toronto, Montreal, Sydney, Tokyo; Saunders Company. p.
3-12,75-93.
Estridge B, Reynolds A, Walters N. 2000. Measuring blood glukose. In: B Estrid-ge, A Reynolds, N Walters (eds.), Basic medical laboratory techniques, 4th ed. America: Delmar. p. 427-33
Fajan SS.1997. Classification and diagnosis of diabetes.
In
D Porte, R Sherwin
(eds) Diabetes Mellitus.5th ed. California; Appleton and Lange. p. 365-71.
Feliq P, Bergman M. 1995. The endocrine pancreas diabetes mellitus. In P Feliq,JD Baxter, L Frohman (eds) Hndocrinology and metaboh'i'l1le. 3rd ed.
New York St Louis San Francisco Aucland Bogota Caracas Lisbon London Madrid Mexico city Milan Montreal New Delhi San Juan Sydney Singapore Tokyo Toronto; Mc Graw-Hill. p. 95-9.
Ghazalli MV, Sastromihardjo S, Soedjarwo SR, Soelaryo T, Pramulyo HS. 2002.Studi Cross Sectional. Dalam: S Sastroasmoro, S Ismael (Ed.), Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, edisi ke-2. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Guyton & Hall, 1997. Endokrinologi insulin, glukagon dan diabetes mellitus. Dalam: Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi IX. Jakarta: EGC. p. 1021- 5. Handoko T & Suharto B. 1995. Insulin, glukagon dan anti diabetik oral. Dalam:
Sulistia G.Ganiswarna, ed. Farmakologi dan terapi. Edisi IV. Jakarta: FKUI. p 467 - 71
Hardjoeno H dkk. 2003. Interpretasi Hasil laboratorium Diagnostik. Makasar:
LEPHAS. p. 167-84.
Howanitz PJ, Howanitz JH, Henry JB. 2001. Principal ofInstrumentation.
In
JB
Henry (ed) Clinical diagnosis and management by laboratory methods, 19thed.
Philadelphia London Toronto Montreal Sydney Tokyo; W.b. Saunders
company. p. 173-82.
57
Hulley SE, Cummings SR 1988. Designing clinical research. Baltimore Hongkong London Sydney: Williams & Wilkins.
Kahn SE, Porte D. 2001. The metabolic and Molecular Disease.8tlied. California Massachusetts New York Ontario Amsterdam Bonn Paris Milan Madrid Sydney Singapore Tokyo Seoul Taipe Mexico city San Juan Puorto Rico; Addison Weslwy Publising company. p. 95-9.
Karam JH. 1997. Pacreatic Hormones and Diabetes mellitus. FS Greenspan, GJ Strewler (eds.), Basic and Clinical Endocrinology, 15th edition. Stamford: Prientice-Hall International Inc. p. 595-619.
Knudson P, Weinstock
R
Henry JB. 2001. Carbohidrate. In: JB Henry (ed) Clinical diagnosis and management by laboratory methods, 20tli ed.Philadelphia London Toronto Montreal Sydney Tokyo; Wb Saunders company. p. 211-21.
Khopkar SM. 1990. Konsep dasar kimia analitik. Spektrofotometri sinar tampak dan ultraviolet. Edisi 3. Jakarta; Universitas Indonesia. p. 215-23.
Muhamad wirahadikusumah. 1985. Biokimia metabolisme energi, karbohidrat, dan lipid, edisi ke-1. Bandung: ITB. p. 37-38.
Nguyen AND. Sunheimer RL, Henry JB. 2001. Principal of Instrumentation. In
JB Henry (ed) Clinical diagnosis and management by laboratory methods, 19th ed. Philadelphia London Toronto Montreal Sydney Tokyo; W.b. Saunders company. p. 60-8.
PERKENI. 2002. Pengelolaan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia. p. 1,4,10,14. Powers A.c. 2001. Diabetes Mellitus. Dalam: Harrison principles of internal
medicine. 15tli edition. New York- Toronto. McGraw-Hill. p. 2109-26,2131,2133
Pusponegoro HD, Wirya IGNW, Pudjiadi AH, Bisanto J, Zulkamain SZ. 2002. Uji Diagnostik. Dalam: S Sastroasmoro, S Ismael (Ed.), Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, edisi ke-2. Jakarta: Bagian I1mu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sacks DB. 1999. Carbohydrates. IN CA Burtis, ER Ashwood (ed) Tietz texbookof clinical chemistry.3rd ed. Philadelphia London Toronto Mexico City Rio De Janeiro Sydney Tokyo Hongkong: W.B Saunders Company. p. 50-79.
Schteingart DE. 1992. Pancreas: Glucose Metabolism and Diabetes mellitus. In:
58
Processes, 4th edition. New York Philadelphia: Mosby-Year Book, Inc. p.
1109-17.
Sidartawan Soegondo. 2004. Tinjauan patobiologi pada diabetes mellitus. http://www.brainomics.comloatobiologiDm.htm. 28 oktober 2004
Snell, 1997. Abdomen II: Rongga abdomen. Anatomi Klinik. Edisi V. Jakarta: EGC. p. 220,266 - 8
Sri Hartini KS. Kariadi, Johan S. Masjhur. 2004. Endokrinologi klinik V-2004. Bandung. p.I-15
Sudigdo Sastroasmoro. 2002. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi 2. Jakarta; Sagung Seto. p. 328-31.
Supartondo. 1998. Konsensus pengelolaan diabetes mellitus di indonesia. http://www.kompas.com. 2 oktober 2004.
Swa Kurniati, 2004. Pemikiran praktis pengelo1aan diabetes mellitus tipe 2 dalam praktek sehari-hari. Majalah kedokteran Atma Jaya vol.3. Jakarta: p. 30-5. Threatte GA, Hemy JB. Carbohydrate.1996. In: JB Hemy (ed) Clinical diagnosis
and management by laboratory methods, 19th ed. Philadelphia London Toronto Montreal Sydney Tokyo; W.b. Saunders company: p. 194-207. Wallach 1. 2000. Interpretation Of Diagnostic Test. 17thedition. Usa. Lippincott
Williams and Wilkins. p. 615-20.