• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki keragaman budaya dari berbagai daerah, yang berarti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki keragaman budaya dari berbagai daerah, yang berarti"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki keragaman budaya dari berbagai daerah, yang berarti bahwa Indonesia mempunyai keunikan khas yang berbeda dari negara lain. Hal itu dapat dilihat dari berbagai macam suku bangsa yang ada di Indonesia, yang didalamnya terdapat ciri khas budaya dari masing-masing suku ataupun dari daerah-daerah tersebut. Salah satu suku terbesar yang ada yaitu Jawa, dengan berbagai daerah yang terdapat di pulau Jawa membuat budaya yang ada semakin banyak dan berkembang serta dikenal oleh masyarakat luas baik domestik maupun luar negeri.

Bahkan salah satu budaya Indonesia yaitu batik sudah diakui menjadi salah satu warisan dunia oleh UNESCO, hal itu merupakan prestasi yang patut untuk dibanggakan oleh masyarakat Indonesia. Namun akhir-akhir ini ada beberapa karya cipta yang diklaim oleh negara tetangga yaitu Malaysia diantaranya di bidang kesenian seperti reog, bidang musik, serta yang tak lain karya cipta batik. Keadaan ini sungguh sangat meresahkan, karena hal tersebut sangat berkaitan dengan aset budaya bangsa yang memang merupakan karya cipta dari rakyat Indonesia sendiri salah satunya yaitu batik yang memang sudah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu karya cipta dari Indonesia ( Warih Priyonggo, 2012: 1).

(2)

Pemerintah Indonesia dapat bertindak yang semestinya untuk melindungi aset budaya bangsa dari pengakuan negara lain guna tetap terjaganya warisan budaya dari sejak dulu yang memang sudah menjadi keunikan khas atau identik dari bangsa Indonesia. Karya cipta batik merupakan hasil pemikiran rakyat Indonesia yang sejatinya merupakan rasa yang tertuang dalam bentuk seni batik. Hal itu merupakan salah satu HAKI dari masyarakat Indonesia yang memang perlu untuk dilindungi, pada wadah perdagangan Internasional telah diketahui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara pendiri WTO dan telah meratifikasi persetujuan pembentukan WTO melalui UU No. 7 Tahun 1994, yang didalam persetujuan tersebut salah satunya ada pada bidang HAKI tercantum dalam perjanjian terpisah mengenai perlindungan kekayaan intelektual, disebut Perjanjian TRIPs.

Dalam kaitannya dengan HAKI, TRIPs sebagai suatu kesepakatan Internasional memiliki relevansi dengan konvensi-konvensi dan perjanjian Internasional lainnya dibidang HAKI. Dalam beberapa segi TRIPs merupakan kaidah penunjuk untuk berlakunya ketentuan-ketentuan perjanjian dibidang HAKI. Anggota harus mematuhi ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam Pasal 1 s.d. Pasal 12 dan Pasal 19 Konvensi Paris (1976) serta tidak satu pun ketentuan TRIPs yang memungkinkan negara-negara anggota terbebas dari kewajiban-kewajiban yang timbul atas dasar ketentuan Konvensi Paris, Konvensi Bern, Konvensi Roma, dan perjanjian HAKI tentang Rangkaian Elektronik Terpadu (Ahmad Ramli, 2001: 21).

(3)

Di Indonesia batik sedang menjadi trend karena macamnya corak yang ada dari masing-masing daerah yang berbeda-beda pula. Corak batik itu memiliki makna tersendiri pada masing-masing daerah. Dari macam corak batik yang ada, kadang membuat masyarakat sendiri sulit untuk membedakan corak batik berasal dari daerah mana. Hal itu sebenarnya merupakan ciri batik yang dimiliki masing-masing daerah, yang merupakan HAKI yang dimiliki. Menurut John Locke “manusia memiliki hak alamiah yang eksklusif atas tubuhnya”. Dalam arti tersebut bahwa apa yang berkaitan dengan tubuh manusia seperti halnya tenaga ataupun pikiran menjadi hak eksklusif yang dimiliki oleh individu yang berkaitan. Salah satunya batik yang merupakan hasil pemikiran dari seseorang untuk dituangkan kedalam kain sehingga terbentuk kain yang indah dan berkualitas, sehingga dari hak eksklusif tersebut timbullah hakcipta dari batik itusendiri (http://www.academia.edu/93 7 9 6 0 4 /A_Judul_PERLINDUNGAN_HUKUM_HAK_CIPTA_ATAS_TARI_TRADI SONAL).

Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2014, Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Saat ini Indonesia telah memiliki UU No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, sebagaimana telah diubah dengan UU No. 7 Tahun 1987 serta diubah dengan UU No. 12 Tahun 1997 yang selanjutnya disebut UU Hak Cipta. Mengalami perubahan kembali yaitu UU No. 19 Tahun 2002 dan terakhir diubah dengan UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (Suyud Margono, 2010: 55).

(4)

Salah satu daerah di Propinsi Jawa Tengah tepatnya di Kabupaten Purbalingga, terdapat beberapa pengrajin batik yang tersebar didaerah seperti Bobotsari, Bojongsari, Karangmoncol, Karanganyar, Kalimanah. Pengrajin batik tersebut menghasilkan karya seni berupa corak-corak batik yang memang patut untuk dihargai karena dari motif-motif tersebut memiliki filosofi atau makna, jadi tidak mudahpara pengrajin batik dalam menuangkan ide-ide kreatifnya. Hal tersebutlah yang memang harus dibanggakan dan dihargai karena itu merupakan bagian dari HAKI yang memiliki hak moral dan hak ekonomi.

Berdasarkan wawancara dengan salah satu pengrajin batik dari Karangjoho Limbasari yaitu Sutaryo, menurutnya setelah diberikan pelatihan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga kini sudah bisa melakukan pewarnaan sendiri. Tidak hanya hal tersebut, ada pula penjiplakan yang dilakukan oleh orang lain terhadap motif batik yang sudah digambarkan olehnya, tetapi hal tersebut tidak terlalu dihiraukan hanya memperingatkan penjiplak saja. Padahal semestinya hal itu tidak terjadi, namun karena minimnya pengetahuan tentang pendaftaran suatu ciptaan atau yang biasa disebut hak cipta sehingga dengan mudah orang lain dapat meniru motif batiknya. Menurut Sutaryo sendiri mengapa saat ini belum mendaftarkan ciptaannya dikarenakan biaya yang terlalu mahal, sehingga ia enggan untuk mendafttarkannya.

Pengrajin batik yang lain yang ada di Desa Galuh, Bojongsari yaitu Nasimah mengatakan kalau dirinya tidak mengetahui adanya pendaftaran

(5)

tentang suatu karya seni batiknya. Ia hanya membuat batik tersebut kemudian untuk dipasarkan kemasyarakat atau diperjualbelikan dan tidak tahu kalau batik itu merupakan HAKI yang memang dilindungi dan didafttarkan pada lembaga yang terkait. Disitulah sangat minim informasi tentang adanya pendaftaran suatu hak cipta.

Menurut Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Purbalingga yaitu Sukwanto, masih beredarnya produk batik impor dari Cina dengan harga yang lebih murah daripada harga batik yang dimiliki Purbalingga, sehingga masyarakat lebih memilih harga yang lebih murah daripada harus mengeluarkan uang yang banyak untuk produksi dalam negeri sendiri. Menurutnya para pengrajin batik juga belum banyak yang mengetahui adanya suatu pendaftaran hak cipta atas batik, hal itu dikarenakan kurangnya sosialisasi tentang hak cipta serta biaya yang dibutuhkan untuk pendaftaran tersebut terbilang mahal.

Dari hal diatas maka Penulis akan mengadakan penelitian dengan judul

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK CIPTA CORAK BATIK PURBALINGGA BERDASARKAN UU NO. 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA.

(6)

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana perlindungan hukum atas hak cipta corak batik Purbalingga berdasarkan UU No. 28 tahun 2014 tentang hak cipta?

2. Upaya hukum apa yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga dalam memberikan perlindungan hukum atas corak batik Purbalingga?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum atas hak cipta corak batik Purbalingga berdasarkan UU No. 28 tahun 2014 tentang hak cipta; 2. Untuk mengetahui upaya hukum yang dilakukan Pemerintah Kabupaten

Purbalingga dalam melindungi corak batik Purbalingga.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian dapat memberikan kegunaan untuk mengembangkan ilmu hukum;

b. Dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penelitian yang lain yang sesuai dengan bidang penelitian yang penulis teliti.

2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi masyarakat atau praktisi hukum dan instansi terkait tentang perlindungan hukum atas

(7)

hak cipta corak batik Purbalingga berdasarkan UU No. 28 tahun 2014 tentang hak cipta;

b. Dengan dibuatnya penulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat umum;

c. Diharapkan dapat memberikan pengetahuan untuk para pengrajin batik mengenai adanya pendaftran Hak Cipta batiknya;

d. Dengan dibuatnya penulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang perlindungan hukum terhadap corak batik bagi Pemerintah Kabupaten Purbalingga.

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti menyiapkan hal yang dibutuhkan untuk mendukung proses pembelajaran, antara lain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan sintag model pembelajaran

Suryono, 2005, Mikrokontroler ISP MCS-5,Lab Elektronika & Instrumentasi Fisika Undip. Suryono, 2005, Workshop Elektronika Dasar, Lab Elektronika & Instrumentasi Fisika

Natrium tiosulfat digunakan untuk membuang kelebihan iodium dan melawan warna (paling sering pewarna Van Gieson) digunakan untuk membedakan noda utama. Serat elastis dan inti

Keberadaan Majelis taklim sebagai lembaga non formal di tengah-tengah masyarakat memberi dampak yang cukup positif dalam meningkatkan kegiatan ibadah dan

Untuk meningkatkan effisiensi dan efektifitas pembelajaran IPBA melalui teleskop, dirancang perangkat sistem jaringan akuisisi astronomi yang menyambungkan komputer

Berdasarkan hasil dari penelitian tentang Identifikasi Jenis Buah Apel Menggunakan Algoritma K – Nearest Neighbor (KNN) dengan Ekstraksi Fitur Histogram, dapat

Work family conflict berpengaruh terhadap stres kerja dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wirakristama (2011) bahwa konflik peran ganda berpengaruh