• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pengendalian Diabetes Melitus pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pengendalian Diabetes Melitus pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS UDAYANA

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU

PENGENDALIAN DIABETES MELITUS PADA PASIEN

DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN

TAHUN 2016

NI KADEK AYU SUKMAWATI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

i

UNIVERSITAS UDAYANA

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU

PENGENDALIAN DIABETES MELITUS PADA PASIEN

DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN

TAHUN 2016

NI KADEK AYU SUKMAWATI NIM. 1220025028

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(3)

ii

UNIVERSITAS UDAYANA

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU

PENGENDALIAN DIABETES MELITUS PADA PASIEN

DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN

TAHUN 2016

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

NI KADEK AYU SUKMAWATI NIM. 1220025028

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(4)

iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 14 Juli 2016

Pembimbing

(5)

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipresentasikan dan diujikan dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 14 Juli 2016

Tim Penguji Skripsi

Penguji I

Dr. drh. I Made Subrata, M.Erg NIP. 19681120 200801 1 013

Penguji II

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas berkat dan rahmat-Nya skripsi yang berjudul “Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pengendalian Diabetes Melitus Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016

dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan atas kerjasama dan bantuannya dalam penyusunan proposal ini kepada :

1. dr. I Made Ady Wirawan, MPH., PhD, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

2. Ni Luh Putu Suariyani, SKM., MHlth & IntDev, selaku Kepala Bagian Peminatan Epidemiologi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

3. dr. I Made Sutarga, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Dr. drh I Made Subrata, M.Erg dan Made Pasek Kardiwinata, SKM., M.Kes, selaku penguji I dan penguji II yang telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

(7)

vi

6. Kepala Puskesmas II Denpasar Selatan dan seluruh staf yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh responden dalam penelitian ini yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Orang tua (I Nengah Jiwa dan Ni Ketut Sukariyanti) dan saudara (I Putu Suadityawan, S.Sos) yang telah memberikan doa dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat angkatan 2012 yang telah memberikan dukungan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini. Demikian skripsi ini disusun semoga dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang menggunakan skripsi ini. Penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakan skripsi ini.

(8)

vii

Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pengendalian Diabetes Melitus Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

Di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016

ABSTRAK

Penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan sebagian besar pasien DM tipe 2 memiliki pengendalian DM yang buruk dan berisiko untuk terjadinya komplikasi akut maupun kronik. Keberhasilan pengendalian DM tergantung dari perilaku pasien DM yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor yang mempengaruhi perilaku pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016.

Desain penelitian yaitu cross-sectional deskriptif. Populasi dalam penelitian yaitu pasien DM tipe 2 yang berkunjung ke Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2015 dengan jumlah sampel sebanyak 60 responden yang dipilih menggunakan teknik systematic random sampling. Data dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuisioner. Data dianalisis secara univariat dan bivariat

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 68,33% responden memiliki pengetahuan baik, 58,33% responden memiliki sikap positif, 85% responden memiliki jarak fasilitas kesehatan yang dekat, 71,67% responden menjawab biaya pengobatan tidak menjadi beban, 56,67% responden memperoleh dukungan keluarga baik, 70% responden memperoleh dukungan petugas kesehatan baik dan 73,33% responden memiliki perilaku pengendalian DM yang kurang.

Diperlukan upaya untuk meningkatkan pemahaman pasien DM tipe 2 mengenai penyakit dan pengendalian DM sehingga dapat membantu pasien dalam mengendalikan kadar gula darah dan mencegah terjadinya komplikasi.

(9)

viii

Description of Factors Influencing Behavior of Diabetes Mellitus Control In Patients With Type 2 Diabetes Mellitus in the Working Area of

South Denpasar II Community Health Center In 2016

ABSTRACT

Research conducted in Indonesia showed the majority of patients with Type 2 DM have poor control of DM and the risk of acute and chronic complications. The success of DM control depends on the patient behavior who are influenced by various factors. This study aimed to describe of factors influencing behavior of DM control in patients with Type 2 DM in the working area of South Denpasar II Community Health Center in 2016.

The study design is cross-sectional descriptive. The population in the study is patients with Type 2 DM who visited the South Denpasar II Community Health Center in 2015 with a sample size of 60 respondents and selected using systematic random sampling. Data were collected by interview using a questionnaire. Data were analysed using univariate and bivariate.

The results showed as much as 68.33% of respondents have good knowledge, 58.33% of respondents have positive attitude, 85% of respondents have nearby distance of health facilities, 71.67% of respondents said the cost of treatment is not a burden, 56.67% of respondents obtain good family support, 70% of respondents obtain good health workers support and 73.33% of respondents have poor behavior of DM control.

Efforts are needed to improve the understanding of patients with Type 2 DM about diseases and control of DM so that it can help patients in controlling blood sugar levels and prevent complications.

(10)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iii

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

Ruang Lingkup Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

Diabetes Melitus... 8

2.1.1 Definisi Diabetes Melitus ... 8

2.1.2 Epidemiologi Diabetes Melitus ... 8

2.1.3 Diagnosis Diabetes Melitus ... 10

2.1.4 Komplikasi Diabetes Melitus ... 11

2.1.5 Pengendalian Diabetes Melitus ... 11

Perilaku ... 14

2.2.1 Definisi perilaku ... 14

(11)

x

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 18

Kerangka Konsep ... 18

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 19

BAB IV METODE PENELITIAN ... 21

Desain Penelitian ... 21

Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

Populasi dan Sampel ... 21

4.3.1 Populasi penelitian ... 21

4.3.2 Sampel penelitian ... 21

4.3.3 Penentuan besar sampel ... 22

4.3.4 Teknik pengambilan sampel ... 22

Teknik Pengumpulan Data ... 23

Pengolahan dan Teknik Analisis Data ... 24

4.5.1 Pengolahan data ... 24

4.5.2 Teknik analisis data ... 24

BAB V HASIL ... 26

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 26

Analisis Univariat... 27

5.2.1 Karakterisitk responden ... 27

5.2.2 Pengetahuan ... 28

5.2.3 Sikap ... 29

5.2.4 Persepsi jarak fasilitas kesehatan ... 30

5.2.5 Persepsi biaya pengobatan ... 30

5.2.6 Dukungan keluarga ... 30

5.2.7 Dukungan petugas kesehatan... 32

5.2.8 Perilaku ... 33

Analisis Bivariat ... 34

BAB VI PEMBAHASAN ... 36

Gambaran Pengetahuan Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016 ... 36

Gambaran Sikap Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016 ... 37

Gambaran Persepsi Jarak Fasilitas Kesehatan pada Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016 ... 39

Gambaran Persepsi Biaya Pengobatan pada Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016 ... 40

(12)

xi

Gambaran Dukungan Petugas Kesehatan pada Pasien DM Tipe 2 di

Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016 ... 43

Gambaran Perilaku Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016 ... 45

Keterbatasan Penelitian ... 48

BAB VII PENUTUP ... 49

Simpulan ... 49

Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Pengendalian DM………. 14 Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel……… 19 Tabel 5.1 Karakteristik Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar

Selatan Tahun 2016……… 27 Tabel 5.2 Indikator Pengetahuan Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas II

Denpasar Selatan Tahun 2016…...……… 28 Tabel 5.3 Gambaran Pengetahuan Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016…...……… 28 Tabel 5.4 Indikator Sikap Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas II

Denpasar Selatan Tahun 2016…...……… 29 Tabel 5.5 Gambaran Sikap Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas II

Denpasar Selatan Tahun 2016…...……… 30 Tabel 5.6 Gambaran Persepsi Jarak Fasilitas Kesehatan pada Pasien DM Tipe 2 di

Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016….………… 30 Tabel 5.7 Gambaran Persepsi Biaya Pengobatan pada Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016…………...………… 30 Tabel 5.8 Indikator Dukungan Keluarga pada Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja

Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016……… 31 Tabel 5.9 Gambaran Dukungan Keluarga pada Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja

Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016……….……… 31 Tabel 5.10 Indikator Dukungan Petugas Kesehatan pada Pasien DM Tipe 2 di

Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016…...……… 32 Tabel 5.11 Gambaran Dukungan Petugas Kesehatan pada Pasien DM Tipe 2 di

Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016……..…… .32 Tabel 5.12 Indikator Perilaku Pengendalian DM pada Pasien DM Tipe 2 di Wilayah

Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016…..…………...…… 33 Tabel 5.13 Gambaran Perilaku Pengendalian DM pada Pasien DM Tipe 2 di

Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016………..…. 33 Tabel 5.14 Tabulasi Silang Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pengendalian DM

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Langkah-langkah Diagnostik DM dan Gangguan Toleransi

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jadwal Penelitan

2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)

3. Lembar Kuisioner Penelitian Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pengendalian Diabetes Melitus pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016

4. Output STATA 5. Dokumentasi

(16)

xv

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

Daftar Lambang

% : persen

> : lebih besar < : lebih kecil

> : lebih besar sama dengan < : lebih kecil sama dengan

Daftar Singkatan

ADA : American Diabetes Association IDF : International Diabetes Federation DM : Diabetes Melitus

HDL : High Density Lipoprotein IMT : Indeks Massa Tubuh LDL : Low Density Lipoprotein

NIDDM : Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus PTM : Penyakit Tidak Menular

STP : Surveilans Terpadu Penyakit TTGO : Tes Toleransi Glukosa Oral

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyakit tidak menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan dunia dimana morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang. Hal tersebut menjadi beban ganda dalam pelayanan kesehatan, sekaligus tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia. Penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, stroke, kanker, Diabetes Melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa per tahun (WHO, 2010 dalam Kemenkes RI, 2014).

Diabetes Melitus (DM) termasuk salah satu dari empat jenis PTM utama menurut WHO (Balitbangkes, 2013). Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, DM merupakan penyakit metabolisme yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah akibat gangguan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Diabetes Melitus tipe 2 merupakan jenis yang paling banyak dijumpai. Dimana sekitar 90 – 95% kasus DM adalah DM tipe 2 (Smeltzer & Bare, 2002 dalam Artawan, 2015) International Diabetes Federation (IDF) mengestimasi prevalensi diabetes

(18)

Sedangkan Indonesia menempati urutan ke-7 dengan jumlah penderita DM sebanyak 10 juta orang dan jika terus berlanjut diperkirakan pada tahun 2040 akan meningkat menjadi 16,2 juta orang atau menempatai urutan ke-6 (IDF, 2015).

International Diabetes Federation (IDF) mengestimasi prevalensi diabetes di

Indonesia pada tahun 2015 sebesar 6,5% (IDF, 2015). Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan glukosa darah pada penduduk usia ≥15 tahun diperoleh proporsi DM 6,9% (12 juta orang), gula darah puasa (GDP) terganggu 36,6%, dan toleransi glukosa terganggu (TGT) 29,9% (Balitbangkes, 2013). Prevalensi DM di Indonesia tahun 2013 berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5% dengan prevalensi tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%), dan Kalimantan Timur (2,3%). Sedangkan prevalensi DM di Bali yang terdiagnosis dokter sebesar 1,3% (Balitbangkes, 2013).

(19)

Diabetes Melitus tipe 2 merupakan penyakit kronik yang dapat menimbulkan komplikasi akut dan komplikasi kronik (makrovaskular maupun mikrovaskular). Dalam studi United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) pada pasien DM tipe 2 tampak bahwa dalam 9 tahun, 9% pasien DM mengalami komplikasi mikrovaskular dan 20% mengalami komplikasi makrovaskular dimana komplikasi makrovaskular berupa aterosklerotik merupakan 75% penyebab kematian pada DM tipe 2. Selain itu, dilaporkan bahwa DM merupakan penyebab utama kebutaan dan gagal ginjal (Wallace, 1999 dalam Kurniawan, 2010). Sedangkan penelitian yang dilakukan Soewondo dkk (2010) pada pasien DM tipe 2 di Indonesia diketahui bahwa Neuropati merupakan komplikasi yang paling umum terjadi (67,2%).

Mengingat tingginya prevalensi dan biaya perawatan untuk penderita DM maka perlu adanya upaya untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit tersebut meliputi peningkatan edukasi, perilaku konsumsi obat diabetes, latihan jasmani (aktivitas fisik), pengaturan makanan serta pengecekan berkala glukosa darah (Anani, 2012). Keberhasilan pengendalian DM tergantung dari perilaku pasien DM dimana perilaku penanggulangan DM yang dilakukan oleh setiap pasien berbeda-beda yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Perubahan perilaku seseorang ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pendukung (enabling factors), dan faktor pendorong (reinforcing factors) (Notoatmodjo, 2010).

(20)

dengan jumlah kunjungan penderita DM tipe 2 sebanyak 342 orang (Puskesmas II Denpasar Selatan, 2015). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran faktor yang mempengaruhi perilaku pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana gambaran faktor yang mempengaruhi perilaku pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016.

Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran pengetahuan tentang pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016? 2. Bagaimana gambaran sikap tentang pengendalian DM pada pasien DM tipe

2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016?

3. Bagaimana gambaran persepsi jarak fasilitas kesehatan pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016?

4. Bagaimana gambaran persepsi biaya pengobatan pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016?

5. Bagaimana gambaran dukungan keluarga dalam pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016?

(21)

7. Bagaimana gambaran perilaku pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016?

Tujuan

1.4.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran faktor yang mempengaruhi perilaku pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016.

1.4.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016.

2. Untuk mengetahui gambaran sikap tentang pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016. 3. Untuk mengetahui gambaran persepsi jarak fasilitas kesehatan pada

pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016.

4. Untuk mengetahui gambaran persepsi biaya pengobatan pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016. 5. Untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga dalam pengendalian DM

pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016.

(22)

7. Untuk mengetahui gambaran perilaku pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016.

Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan pengetahuan yang berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi perilaku pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 serta dapat dijadikan masukan awal atau referensi untuk penelitian selanjutnya yang lebih mendalam.

1.5.2 Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Puskesmas II Denpasar Selatan dalam merencanakan atau mengembangkan kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian DM pada pasien DM tipe 2.

Ruang Lingkup Penelitian

(23)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Diabetes Melitus

2.1.1 Definisi Diabetes Melitus

Menurut ADA (2010) DM merupakan penyakit metabolisme yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah akibat gangguan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Perkeni, 2011). DM merupakan kelainan metabolik dengan etiologi multifaktoral yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak dan protein (Ramachandran dan Chamukuttan, 2009).

Diabetes Melitus tipe 2 atau Non-Insulin dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) disebabkan oleh resistensi insulin perifer atau produksi insulin berkurang (sekresi insulin). Sering ditemukan keadaan bahwa hormon insulin di dalam tubuh masih ada bahkan masih tersedia dengan jumlah yang cukup di dalam tubuh, namun insulin ini tidak bisa masuk ke dalam pembuluh darah perifer sehingga insulin tidak bisa diserap oleh pembuluh darah dan kadar gula di dalam darah menjadi tinggi. Keadaan lainnya yaitu kurangnya insulin yang diproduksi oleh sel β pankreas sehingga kadar hormon insulin tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tubuh dalam menormalkan kadar gula darah (Marewa, 2015).

2.1.2 Epidemiologi Diabetes Melitus

(24)

DM tipe 2 sudah mulai ditemukan pada usia anak-anak dan remaja, yang kasusnya semakin meningkat. Secara umum kasus DM tipe 2 pada pria lebih banyak ditemukan pada usia < 60 tahun dan wanita pada usia > 65 tahun (Marewa, 2015).

Kelebihan berat badan atau obesitas (IMT > 25 kg/m2) merupakan faktor risiko utama terjadinya DM tipe 2. Orang dengan berat badan berlebih berisiko 3 kali lipat dan meningkat 7 kali lebih besar pada orang dengan obesitas dibandingkan dengan orang-orang dengan berat badan ideal. Lingkar pinggang yang lebar juga dikaitkan peningkatan risiko DM tipe 2. Pria berisiko lebih tinggi terkena DM tipe 2 jika memiliki lingkar pinggang 94 – 102 cm dan berisiko sangat tinggi jika > 102 cm. Perempuan berisiko lebih tinggi jika memiliki lingkar pinggang 80 – 88 cm dan berisiko sangat tinggi jika > 88 cm (Gatineau et al, 2014).

Prevalensi DM tipe 2 pada ras kulit putih berkisar antara 3 – 6% dari orang dewasanya. Bukti menunjukkan bahwa ras kulit hitam, Asia, dan kelompok etnis minoritas lainnya berisiko lebih besar terkena DM tipe 2 dibandingkan dengan ras kulit putih Eropa pada tingkat IMT yang setara. Penelitian di Inggris menemukan bahwa orang dewasa non-kulit putih berusia 40 – 69 tahun berisiko 2 – 4 kali lebih cenderung menderita DM tipe 2 dibandingkan dengan orang dewasa berkulit putih. Sedangkan prevalensi DM pada ras Asia Selatan dengan IMT 22 kg/m2 setara dengan prevalensi DM pada ras kulit putih dengan IMT 30 kg/m2 (Gatineau et al, 2014).

(25)

tahun 1993 dan kemudian menjadi 12,8% pada tahun 2001 di daerah sub-urban Jakarta (Perkeni, 2006).

2.1.3 Diagnosis Diabetes Melitus

Diagnosis klinis DM umumnya akan dilakukan bila ada keluhan klasik berupa poliuri, polidipsi, polifagi, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lainnya seperti lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada pasien wanita. Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah yang dapat dilakukan melalui tiga cara. Pertama, jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa darah sewaktu > 200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Kedua, dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL dengan adanya keluhan klasik. Ketiga

Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) didapatkan kadar glukosa darah pasca pembebanan > 200 mg/dL (Soegondo, 2015).

Sumber: Perkeni (2011)

(26)

2.1.4 Komplikasi Diabetes Melitus

Komplikasi DM dapat dibedakan menjadi dua yaitu komplikasi akut dan kronik.

1. Komplikasi Akut

Komplikasi yang akut akibat DM terjadi secara mendadak. Keluhan dan gejalanya terjadi dengan cepat dan biasanya berat. Komplikasi akut umumnya timbul akibat glukosa darah yang terlalu rendah (hipoglikemia) atau terlalu tinggi (hiperglikemia) (Tandra, 2008). Keadaan hiperglikemia terdiri dari Keto Asidosis Diabetik, Hiperosmolar Non Ketotik, dan Asidosis Laktat (Boedisantoso, 2015).

2. Komplikasi Kronik

Komplikasi kronik terjadi karena glukosa darah berada di atas normal yang berlangsung selama bertahun-tahun. Komplikasi kronik diartikan sebagai kelainan pembuluh darah yang akhirnya bisa menyebabkan serangan jantung, gangguan fungsi ginjal, dan gangguan saraf (Tandra, 2008). Komplikasi kronik bisa dibagi menjadi dua bagian, yaitu komplikasi vaskular dan non-vaskular. Komplikasi vaskular terbagi lagi menjadi mikrovaskular (retinopati, neuropati, dan nefropati) dan makrovaskular (penyakit arteri koroner, penyakit arteri perifer, penyakit serebrovaskular). Sedangkan komplikasi non-vaskular dari DM yaitu gastroparesis, infeksi, dan perubahan kulit (Powers, 2010 dalam Restu, 2013).

2.1.5 Pengendalian Diabetes Melitus

(27)

glukosa darah. Untuk jangka panjang, tujuannya yaitu mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikroangipati, makroangiopati, dan neuropati, dengan tujuan akhir menurunkan morbiditas dan mortalitas DM (Perkeni, 2011).

Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik, diperlukan pengendalian DM yang baik yang merupakan sasaran terapi. Diabetes terkendali baik, apabila kadar glukosa darah mencapai kadar yang diharapkan serta kadar lipid dan A1c juga mencapai kadar yang diharapkan. Demikian pula status gizi dan tekanan darah. Penatalaksanaan dan pengelolaan DM tipe 2 dititik beratkan pada 4 pilar utama yaitu (Perkeni, 2011):

1. Edukasi

Tujuan pendidikan kesehatan kesehatan bagi penyandang DM adalah meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku sehat. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi.

2. Terapi gizi medis

(28)

makanan selingan diantara makanan utama jarak waktu makan dilakukan tiap 3 jam (Waspadji, 2015).

3. Latihan jasmani

Latihan jasmani secara teratur (3 – 5 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.

4. Intervensi farmakologis

Dalam pengendalian DM, langkah pertama yang harus dilakukan adalah pengelolaan non farmakologi, berupa perencanaan makan dan kegiatan jasmani. Namun, jika dengan langkah-langkah tersebut sasaran pengendalian diabetes yang ditentukan belum tercapai, dilanjutkan dengan penggunaan obat/pengelolaan farmakologis yang terdiri dari:

a. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi beberapa golongan: pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue), penambah sensitifitas terhadap insulin, penghambat glukoneogenesis, penghambat absorpsi glukosa, dan DPP-IV inhibitor.

b. Insulin

(29)

laktat, gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal, stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke), kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan makan, gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat, kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO.

Tabel 2.1 Kriteria Pengendalian DM

Baik Sedang Buruk Kolesterol HDL (mg/dL) Pria: > 40

Wanita: > 50

Untuk pasien berumur lebih dari 60 tahun dengan komplikasi, sasaran kendali kadar glukosa darah dapat lebih tinggi dari biasa (puasa < 150 mg/dL dan sesudah makan < 200 mg/dL), demikian pada kadar lipid, tekanan darah, dll mengacu pada batasan kriteria pengendalian sedang. Hal ini dilakukan mengingat sifat-sifat khusus pasien usia lanjur dan juga untuk mencegah kemungkinan timbulnya efek samping dan interaksi obat (Waspadji, 2015).

Perilaku

2.2.1 Definisi perilaku

(30)

baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2014).

2.2.2 Faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan

Menurut teori Lawrence Green, perubahan perilaku seseorang ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu (Notoatmodjo, 2010):

1. Faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainnya.

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian Tazkiyya (2010) menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pengetahuan dengan perilaku upaya pencegahan sekunder pada pasien DM tipe 2 di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat Tangerang Selatan (p = 0,008).

b. Sikap

(31)

(2010) menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku upaya pencegahan sekunder pada pasien DM tipe 2 di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat Tangerang Selatan (p = 0,042).

2. Faktor pendukung (enabling factors)

Faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan seperti sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan serta kemudahan untuk mencapainya.

a. Persepsi Jarak Fasilitas Kesehatan

Jarak fasilitas kesehatan yang mudah terjangkau dapat membantu meningkatkan kepatuhan penderita DM untuk selalu teratur menjalankan pengobatan dan pemeriksaan gula darah secara rutin (Purwitaningtyas, 2015). Hasil penelitian Purwitaningtyas (2015) menunjukkan bahwa jarak fasilitias kesehatan merupakan salah satu faktor risiko yang dapat meningkatkan kendali glikemik buruk pada pasien DM tipe 2 (p = 0,021).

b. Persepsi Biaya Pengobatan DM

(32)

3. Faktor pendorong (reinforcing factors)

Faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, keluarga, dan teman sebaya yang merupakan kelompok referensi dari perilaku seseorang yang bersangkutan.

a. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh anggota keluarga yang lain sehingga akan memberikan kenyamanan fisik dan psikologis pada orang yang dihadapkan pada situasi stress (Taylor, 2006 dalam Yusra, 2010). Hasil penelitian Lestari (2012) menyatakan bahwa dukungan keluarga memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan diet pada pasien DM tipe 2 rawat jalan di RSUP Fatmawati (p = 0,001).

b. Dukungan Petugas Kesehatan

Gambar

Gambar 2.2 Langkah-langkah Diagnostik DM dan Gangguan Toleransi Glukosa
Tabel  2.1 Kriteria Pengendalian DM

Referensi

Dokumen terkait

In terms of surface roughness, the outer surface of the PVDF hollow fiber membranes were compared using various roughness parameters such as the mean

[r]

diberikan angket untuk menunjukkan respon siswa terhadap asesmen written feedback. Beberapa indikator komentar yang digunakan dalam pembelajaran asesmen written. feedback

Untuk mengetahui durasi yang diperlukan untuk pengembalian modal awal menggunakan indicator Pay Back Period. Sebuah bisnis dinyatakan layak apabila nilai dari Pay Back Period

Berdasarkan pengolahan data hasil penelitian tentang makna simbol kenegaraan (variabel Y), 19,64% menyatakan kategori menolak, ini disebabkan karena siswa masih

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa Model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan teknik open-ended problem berpengaruh

Antena Dipole Dengan Pembebanan Resistif dan Layer Dielektrik Untuk Ground Penetrating Radar (GPR) ... Kajian Mengenai Radar Clutter Dan Pengaruhnya Pada Unjuk Kerja Radar

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan remaja putri tentang menstruasi dengan kesiapan untuk