• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pendapatan Petani Kentang di Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pendapatan Petani Kentang di Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENDAPATAN PETANI KENTANG

DI DESA CANDIKUNING, KECAMATAN BATURITI,

KABUPATEN TABANAN

SKRIPSI

Oleh

IDA AYU CANDRA DEWI

KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

i

ANALISIS PENDAPATAN PETANI KENTANG

DI DESA CANDIKUNING, KECAMATAN BATURITI,

KABUPATEN TABANAN

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Oleh

Ida Ayu Candra Dewi 1105315042

KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan sebelumnya untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Saya bersedia dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam aturan yang berlaku apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri atau mengandung tindakan

plagiarism.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Denpasar, 13 Januari 2016 Yang menyatakan,

(4)

iii

ABSTRACT

Ida Ayu Candra Dewi. NIM 1105315042. Analysis income farmers potato in the village Candikuning, the Subdistrict Baturiti, the District Tabanan Advisor by: Dr. Ir. I Made Sudarma, MS. and A.A.A Wulandira SDJ,SP,MMA.

One of the goals of horticultural development is the increase in farmers' income achieved through increased production and productivity. Horticulture development in Indonesia in the future will be driven to agribusiness system, for example in the village of Tabanan Candikuning which is the developer of the village horticultural plant all kinds of crops, especially potatoes. To assist in the marketing of potatoes are usually farmers or in cooperation with related institutions in which most farmers do partnerships, while there are also other farmers who do not follow the partnership. Under these conditions, this study aims to determine the ratio between the income of farmers who follow a partnership with farmers who do not follow Candikuning partnerships in the village, Tabanan. The data were obtained through interview, observation and documentation, which is then analyzed using qualitative quantitative methods. The results showed that the income of farmers who followed the partnership Rp. 44.326 million while the income of farmers who do not follow the partnership Rp. 17.635 million, with shows that farmers who followed the partnership better off than farmers who do not follow the partnership. Limitations of quality seeds to farmers to make the production process is hampered because the seeds are supplied directly from outside the area, so if there is a delay in ordering seeds will greatly affect the production process of potato.

(5)

iv

ABSTRAK

Ida Ayu Candra Dewi. NIM 1105315042. Analisis Pendapatan Petani Kentang Di Desa Candikuning, Kecamtan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Dibimbing oleh: Dr. Ir I Made Sudarma, MS. Dan A.A.A Wulandira SDJ, SP, MMA.

Salah satu tujuan pembangunan hortikultura adalah peningkatan pendapatan petani dicapai melalui peningkatan produksi dan produktivitas. Pengembangan hortikultura di Indonesia di masa depan akan didorong ke arah sistem agribisnis, misalnya di desa Candikuning Tabanan yang merupakan hortikultura pengembang desa menanam semua jenis tanaman, terutama kentang. Untuk membantu dalam pemasaran kentang biasanya petani akan bekerja sama dengan instansi terkait di mana sebagian besar petani melakukan kemitraan, sementara ada juga petani lain yang tidak bermitra. Dengan kondisi tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara pendapatan petani yang bermitra dengan petani yang tidak bermitra di Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi, yang kemudian dianalisis menggunakan metode kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan petani yang bermitra Rp. 49.078.600 sedangkan pendapatan petani yang tidak bermitra Rp. 20.407.500, hal ini menunjukkan bahwa petani yang bermitra lebih diuntungkan daripada petani yang bermita. Keterbatasan bibit yang berkualitas untuk petani membuat proses produksi terhambat karena bibit dipasok langsung dari luar daerah, sehingga jika ada penundaan dalam memesan bibit akan sangat mempengaruhi proses produksi kentang.

(6)

v

RINGKASAN

Indonesia merupakan salah satu negara pengembang hotikultura yang maju. Pengembangan hortikultura di Indonesia di masa depan akan didorong ke arah sistem agribisnis, misalnya saja Bali khususnya di desa Candikuning Kabupaten Tabanan yang merupakan daerah hortikultura pengembang desa yang menanam semua jenis tanaman seperti kol, strawbery, beat, bunga kol tomat dan selada, tak terkecuali kentang. Untuk membantu dalam proses pemasaran kentang biasanya petani akan bekerja sama dengan instansi terkait dimana sebagian besar petani melakukan kemitraan, sementara ada juga petani lain yang tidak mengikuti kemitraan. Dengan kondisi tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan pendapatan antara petani yang mengikuti kemitraan dengan petani yang tidak mengikuti kemitraan, serta mengetahui manfaat yang didapat dari bermitra serta mengetahui mekanisme dalam kemitraaan yang dilaksanakaan di Desa Candikuning, Kabupaten Tabanan. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi, yang kemudian dianalisis menggunakan metode kuantitatif kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan petani yang bermitra Rp. 44.326.600 per tahun sedangkan pendapatan petani yang tidak bermitra Rp. 17.635.500 per tahun dengan ini menunjukkan bahwa petani yang bermitra lebih diuntungkan daripada petani yang tidak bermitra. Keterbatasan bibit yang berkualitas merupakan kendala, untuk petani membuat proses produksi terhambat karena bibit dipasok langsung dari luar daerah, sehingga jika ada penundaan dalam pemesanan bibit akan sangat mempengaruhi proses produksi kentang.

(7)

vi

lebih diuntungkan satu sama lain baik itu dari perusahaan maupun petani kentang itu sendiri.

(8)

vii

ANALISIS PENDAPATAN PETANI KENTANG

DI DESA CANDIKUNING, KECAMATAN BATURITI,

KABUPATEN TABANAN

Ida Ayu Candra Dewi

NIM. 1105315042

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Ir. I Made Sudarma,MS. A.A.A Wulandira SDJ,SP,MMA. NIP. 19600728 198601 1 002 NIP. 19751027 200312 2 001

Mengesahkan Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Udayana

(9)

viii Tanggal Lulus: 13 Januari 2016

ANALISIS PENDAPATAN PETANI KENTANG

DI DESA CANDIKUNING, KECAMATAN BATURITI,

KABUPATEN TABANAN

dipersiapkan dan diajukan oleh

Ida Ayu Candra Dewi NIM. 1105315042

telah diuji dan dinilai oleh Tim Penguji

Berdasarkan SK Dekan Fakultas Pertaniaan Universitas Udayana No. : 08/ UN14.1.23/DL/2016

Tanggal : 13 Januari 2016 Tim Penguji Skripsi adalah:

Ketua : Ir. I Dewa Gede Agung, MMA Anggota :

(10)

ix

RIWAYAT HIDUP

IDA AYU CANDRA DEWI, lahir di Kota Denpasar, pada tanggal 24 Agustus 1993 yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Ida Bagus Yogi Atmaja, Spd (Ayah) dan Ida Ayu Sri Dewi (Ibu).

Mulai menempuh pendidikan formal pada tahun 1999 di SD Negeri 2 Denpasar dan menamatkan pendidikan dasar pada tahun 2005. Kemudian di tahun yang sama melanjutkan pendidikan ke SMP Dwijendra Denpasar dan tamat pada tahun 2008. Selanjutnya menempuh pendidikan di SMA Negeri 8 Denpasar di tahun yang sama yaitu 2008 dan berhasil menamatkan pada tahun 2011.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Skripsi yang berjudul “Perbandingan Pendapatan Petani Kentang yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kemitraan di Desa Candikuning, Kabupaten Tabanan, yang disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai Gelar Sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari bimbingan, perhatian, bantuan, dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebersar-besarnya kepada pihak-pihak terhormat berikut ini.

1. Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai,MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana, atas izin dan kemudahan yang diberikan dalam melakukan penelitian.

2. Ir. I Wayan Widyantara,MP, selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana, atas izin dan kemudahan yang diberikan dalam melakukan penelitian,

3. Ir. Ni Wayan Putu Artini,MP, selaku Pembimbing Akademik, atas pengarahan dan bimbingannya kepada penulis selama menjadi mahasiswa. 4. Dr. Ir. I Made Sudarma, MS, selaku Pembimbing I dan A.A.A Wulandira

SDJ, SP, MMA, selaku Pembimbing II yang penuh kesabaran memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

(12)

xi

arahan dan bimbingan selama menyelesaikan skripsi sehingga dapat menyelesaikan bahan mata kuliah.

6. Segenap pegawai Program Studi Agribisnis khususnya, dan Fakultas Pertanian umumnya atas bantuan dan dukungannya sehingga penulis lebih mudah dalam penyelesaian skripsi.

7. I Made Mudita, selaku Kepala Desa Candikuning beserta staf yang telah member izin untuk melakukan penelitian dan informasi yang menyangkut skripsi penulis.

8. Orang tua penulis, terima kasih kepada Aji (Ida Bagus Yogi Atmaja,Spd) ibu (Ida Ayu Sri Dewi), adikku Gus Yoga dan seluruh keluarga penulis, yang telah memberikan dukungan moral maupun material.

9. Orang terdekat, terima kasih Ida Bagus Gde Wras Prasetia.P yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama awal perkuliahan hingga akhir dan dapat terselesaikannya skripsi ini.

10. Teman-teman seperjuangan (Widi, Erma, Angga, Winda Purnami, Winda savitri, Gita, Fitria) serta seluruh teman-teman angkatan 2011 baik itu dari Konsentrasi PB maupun PM, terima kasih karena selalu memberikan semangat selama perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga sangat diharapkan saran dan kritik untuk menyempurnakannya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca ataupun yang membutuhkan.

Om Santhi, Shanti, Shanti

Denpasar, 13 Januari 2016

(13)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat besar dan beragam. Kekayaan akan sumber daya alam tersebut akan menjamin terjadinya arus perdagangan antar wilayah, sehingga otomatis suatu daerah akan membutuhkan produk komoditas dari daerah lain, demikian pula sebaliknya. Keadaan ini akan memberikan jaminan bahwa agribisnis hortikultura di Indonesia akan berkembang secara berkelanjutan, berdaya saing, berbasis kerakyatan, dan terdesentralisasi, selama para pelaku bisnis mampu mengenali selera konsumen di daerah lain. Pengembangan sektor agribisnis hortikultura di Indonesia harus dibagi menjadi dua aspek, yaitu aspek budidaya tanaman dan aspek produk hortikultura. Aspek budidaya tanaman sepenuhnya menjadi tanggung jawab petani, praktisi, dan institusi pemerintah yang relevan, sementara aspek produk hortikultura selayaknya ditangani oleh para pengusaha swasta/industri hortikultura dan pemerintah daerah setempat (Zulkarnain, 2010).

(14)

2

Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu tanaman holtikultura yang dibudidayakan di Indonesia. Kentang mempunyai arti penting dalam perwujudan ketahanan pangan. Budidaya tanaman kentang layak untuk diprioritaskan karena selain memiliki nilai ekonomis tinggi, kentang juga dapat dijadikan sebagai bahan pangan alternatif dan bahan baku industri makanan. Sebagai bahan pangan, kandungan karbohidrat pada kentang mencapai sekitar 18 %, protein 2,4 % dan lemak 0,1 %. Total energi yang diperoleh dari 100 gr kentang adalah sekitar 80 kkal. Dibanding beras, karbohidrat lemak, dan energi kentang lebih rendah, namun, jika dibandingkan dengan umbi-umbian lain seperti singkong, ubi jalar, dan talas komposisi gizi kentang masih relatif lebih baik (Astawan, 2009).

(15)

3

strawberry, beat, bunga kol, tomat, dan selada. Pada daerah ini tanaman kentang dapat hidup subur dengan keadaan (iklim, suhu, tanah, dan ketinggian tempat) sangat cocok untuk tanaman kentang.

Sebagian besar petani di daerah Candikuning membudidayakan kentang berjenis gronola kentang berjenis ini merupakan kentang dengan kualitas terbaik. Dalam satu bulan tanaman kentang dapat dipanen sebanyak tiga kali, setiap kali panen dapat diproduksi sebanyak 50 kg untuk luasan 40 are. Dengan demikian dapat diakumulasikan dalam sebulan petani dapat memproduksi kentang sebanyak 150 kg. Berikut adalah tabel produksi tanaman kentang di Kabupaten Tabanan.

Tabel 1.1

Luas Lahan dan Hasil Produksi Tanaman Kentang di Kabupaten Tabanan pada Tahun 2009 s.d 2013

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Provinsi Bali (2014)

(16)

4

mengikuti kemitraan dimana mereka melakukan proses penjualan produksinya sendiri ke pasar tradisional atau supermarket tanpa melakukan suatu kemitraan dengan pihak lain serta mengeluarkan dana swadaya sendiri untuk membantu keperluan sarana produksi. Sedangkan, sebagian petani lainnya mengikuti kemitraan dengan pihak lain, agar diberikan kemudahan dalam melangsungkan prosess produksi maupun mendapatkan pinjaman modal usaha untuk pembelian sarana produksi, jadi untuk mempermudah proses pemasaran kentang biasanya petani menjual hasil produksinya dengan tengkulak dan diedarkan ke pasar tradisonal.

(17)

5

menjual dengan cara itu mereka mendapatkan pendapatan yang diinginkan, tetapi petani harus menerima keadaan pasar yang tidak menentu karena harga di pasar tidak terkendali.

Melihat fenoma diatas terdapat permasalahan yang akan dijadikan rumusan masalah sebagai berikut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan, sebagai berikut.

1. Bagaimana mekanisme kemitraan yang dilakukan oleh petani kentang dengan Perusahaan Daerah Provinsi Bali?

2. Apakah manfaat yang diperoleh petani kentang dalam pola kemitraan dengan Perusahaan Daerah Provinsi Bali?

3. Bagaimanakah perbedaan pendapatan petani kentang antara yang mengikuti dan tidak mengikuti kemitraan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat dijadikan tujuan penelitian adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui mekanisme kemitraan yang dilakukan oleh petani kentang dengan perusahaan Daerah Provinsi Bali.

2. Mengetahui manfaat yang didapat petani kentang dalam mengikuti kemitraan dengan Perusahaan Daerah Provinsi Bali.

(18)

6

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian di atas diharapkan mempunyai manfaat yang baik sebagai berikut.

1. Bagi peneliti, agar dapat memberikan solusi yang lebih baik pada petani dan Perusahaan Daerah Provinsi Bali tentang bagaimana bermitra yang menguntungkan semua pihak.

2. Bagi perusahaan, agar dapat mengetahui manfaat yang diberikan saat proses bermitra antara petani dengan Perusahaan Daerah Provinsi Bali.

3. Bagi para petani, dapat mengetahui kelemahan dan keunggulan dari sistem kemitraan tersebut, sehingga mereka tahu apakah sistem bermitra yang dilakukan menguntungkan atau tidak.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

(19)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kentang

Kentang pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1794 di daerah Cisarua, Cimahi (Bandung). Jenis kentang yang di tanam di Cisarua diduga berasal dari Amerika Serikat, yang dibawa oleh orang-orang Eropa. Varietas kentang yang pertama kali didatangkan ke Indonesia adalah Eigenhiemer. Pada tahun 1811 kentang sudah ditanam secara luas di berbagai daerah,terutama di pegunungan (dataran tinggi) Facet, Lembang, Pengalengan (Jawa Barat), Wonosobo, Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu, Tengger (JawaTimur), Aceh, Tanah Karo, Padang, Bengkulu, Sumatera Selatan, Minahasa,Bali dan Flores (Rukmana, 1997). Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan tanaman sayuran semusim, berumur pendek kurang lebih hanya 90 s.d 180 hari dan berbentuk perdu atau semak. Bervariasi sesuai varietasnya (Samadi, 1997).

2.1.1 Klasifikasi kentang (Solanum tuberosum L.)

Menurut Rukmana (1997), dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan kentang diklasifikasikan sebagai berikut.

Kingdom : Plantoe (tumbuh - tumbuhan)

Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji) Subdivisio : Angiospermae (Berbiji tertutup) Clasis : Dicotyledonae (Biji berkeping dua) Ordo : Solanales

(20)

8

Genus : Solanum

Spesies : Solanum tuberosum Linn 2.1.2 Syarat tumbuh tanaman kentang

Daerah yang cocok untuk menanam kentang adalah dataran tinggi atau daerah pegunungan dengan ketinggian 1000 s.d 3000 m dpl. Pada dataran medium, tanaman kentang dapat di tanam pada ketinggian 300 s.d 700 m dpl. (Samadi, 1997). Keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kentang adalah suhu rendah (dingin) dengan suhu rata-rata harian antara 15 s.d 20o C. Kelembaban udara 80 s.d 90% cukup mendapat sinar matahari (moderat ) dan curah hujan antara 200 s.d 300 mm per bulan atau rata-rata 1000 mm selama pertumbuhan (Rukmana, 1997). Suhu tanah optimum untuk pembentukan umbi yang normal berkisar antara 15 s.d 180 C. Pertumbuhan umbi akan sangat terhambat apabila suhu tanah kurang dari 10o C dan lebih dari 30o C (Samadi, 1997).

(21)

9

Daerah yang berangin kencang harus dilakukan pengairan yang cukup dan sering dilakukan pengontrolan keadaan tanah karena angin kencang yang berkelanjutan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan tanaman dan penularan bibit penyakit ke tanaman dan ke areal pertanaman yang lain.

2.2 Pengertian Kemitraan

a. Menurut Hafsah (2000) "Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan antara masing-masing dari pihak pemitra."

b. Menurut Rachmat (2004) "Kemitraan merupakan hubungan kerjasama usaha diberbagai pihak yang strategis, bersifat sukarela, dan berdasar prinsip saling membutuhkan, saling mendukung, dan saling menguntungkan dengan disertai pembinaan dan pengembangan UKM oleh usaha besar."

c. Menurut Hafsah (1999) ada enam dasar etika berbisnis dimana empat yang pertama merupakan interaksi manusia dan selebihnya merupakan perspektif bisnis. Keenam dasar etika tersebut adalah sebagai berikut.

(1) Karakter, integritas. dan kejujuran

(22)

10

dimiliki oleh manusia yang selalu diawali dengan niat dan praktek sehari-hari.

(2) Kepercayaan

Kepercayaan yang teguh akan orang lain merupakan modal dasar dalam menjalin bisnis. Kemitraan yang direncanakan oleh kedua pihak mitra atas dasar kepercayaan dan saling mempercayai.

(3) Komunikasi yang terbuka

Merupakan suatu proses dimana suatu informasi atau gagasan dipertukarkan secara terbuka. Pertukaran informasi secara bebas oleh pelaku yang bermitra akan melahirkan suatu ide atau gagasan cemerlang yang akan memicu kreativitas sehingga berdampak pada kegiatan yang dilakukan.

(4) Adil

Kemitraan yang dilandasi sikap adil menunjukkan pengorbanan dari pihak yang bermitra untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. (5) Keinginan pribadi dari pihak yang bermitra

(23)

11

(6) Keseimbangan antara insentif dan resiko

Kemitraan merupakan keseimbangan antara resiko yang diberikan dengan hasil yang diterima. Keseimbangan ini harus tetap dipertahankan dalam melakukan praktek bisnis secara umum

2.2.1 Syarat-syarat kemitraan

Kemitraan usaha bukanlah penguasaan yang satu atas yang lain, khususnya yang besar atas yang kecil, melainkan menjamin kemandirian pihak-pihak yang bermitra, karena kemitraan bukanlah proses merger atau akuisisi. Kemitraan usaha yang kita inginkan bukanlah kemitraan yang bebas nilai, melainkan kemitraan yang tetap dilandasi oleh tanggung jawab moral dan etika bisnis yang sehat, yang sesuai dengan demokrasi ekonomi. Adapun syarat-syarat kemitraan adalah sebagai berikut:

(1) Tujuan umum yang sama (2) Kesetaraan

(3) Saling menghargai

(4) Saling memberi kontribusi (5) Ada efek sinergi

(6) Saling menguntungkan

2.2.2 Tujuan kemitraan

(1) Meningkatkan pendapat usaha kecil dan masyarakat.

(2) Meningkatkan perbolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan. (3) Meningkat pemeran dan pemberdayaan masyarakat.

(24)

12

(5) Memperluas kesempatan kerja.

(6) Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional

2.2.3 Kendala umum kemitraan

Kemitraan pada dasarnya menggabungkan aktivitas beberapa badan usaha bisnis, oleh karena itu sangat dibutuhkan suatu organisasi yang memadai.Dengan pendekatan konsep sistem, diketahui bahwa organisasi pada dasarnya terdiri dari sejumlah unit atau sub unit yang saling berinteraksi dan interdepedensi. Performansi dan satu unit dapat menyebabkan kerugian pada unit-unit lainnya. Tidak terlepas dari keterkaitan hal diatas maka akan mengalami beberapa kendala antara lain.

(1) Perbedaan yang masih besar antara Usaha Besar dan Usaha Kecil (2) Kualitas produksi belum teijamin

(3) Kerja sama kurang berkembang (4) UB bersifat integral vertical

(5) Belum terjadi alih teknologi dan manajemen dari ub dan uk

(6) Belum berkembangnya sistem dan pola kemitraan dan belum berkembangnya unsur pendukung

(25)

13

Pola dan system kemitraan dikembangkan oleh suatu perusahaan hingga menjadi good practice. Lima jenis kemitraan yang dikembangkan di Eropa dan dapat ditiru.

(1) Buying and selling yang meliputi kegiatan suppliers dan subcontracting

(2) Positive restructuring yang meliputi outsourcing, spinoffs, management

by-outs, community renewal dan trade offs.

(3) SME support yang meliputi start-up companies, mentoring, kerjasama penelitian dan pengembangan (R&D) dan bantuan ekspor.

(4) Training dan education, misalnya untuk supplier dan magang serta recruitment calon pemitra

(5) Local focus adalah kegiatan kemitraan dengan tujuan mengembangkan ekonomi wilayah.

Latihan manajemen dan ketrampilan, magang, studivisit dan alih teknologi adalah salah satu kegiatan yang dilakukan dalam rangka memodernisasi uk. Jadi, agar kesenjangan manajemen dan teknologi antara ub dan uk tidak terlalu jauh ketinggalan, maka pengembangan SDM hams selalu menjadi agenda kemitraan.

2.2.4 Beberapa pola atau jenis kemitraan usaha antara lain.

(1) Inti-plasma, inti berfungsi melakukan pembinaan, penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis dan pemasaran, sedangkan plasma melakukan fungsi produksi.

(26)

14

produksinya. Sedangkan usaha menengah dan besar berfungsi melakukan pembelian komponen dari usaha kecil untuk keperluan produksinya. Pola ini di dorong oleh ketentuan dan peraturan yang di tetapkan untuk menyelamatkan usaha. kecil sebagai mitra bagian yang tidak terpisahkan, pola ini lebih sederhana dan mudah diterapkan bila didukung oleh suatu aturan yang jelas dari pemerintah.

(3) Dagang Umum pola ini usaha menengah dan besar memasarkan hasil produksi usaha atau usaha kecil sebagai pemasok kebutuhan usaha menengah dan besar. Pola ini dilakukan dalam dunia bisnis atas dasar saling menguntungkan.

(4) Waralaba pemberian waralaba memberikan hak penguasaan lisensi merek dagang dan saluran distribusi perusahaannya kepada penerima waralaba dengan bantuan bimbingan manajemen. Pada prinsipnya pola ini banyak digunakan dalam dunia bisnis terutama bagi merek-merek terkenal dan dikonsumsi banyak orang. Hampir setiap celah bisnis dapat menggunakan pola ini seperti fast food, industri kima, obat-obatan dan industri jasa lainnya. Pola ini secara bisnis lebih menjamin keberhasilan namun dalam jangka panjang pola ini dapat menguras devisa negara sangatlah besar karena royalti yang akan dibayar secara totalitas sangatlah besar.

(27)

15

2.2.5 Manfaat kemitraan

Menurut Saptana dan Ashari (2007) kemitraan pada usaha agribisnis mampu memberikan manfaat, sebagai berikut.

(1) Meningkatkan produksi pertanian secara moderat, stabil, dan berkesinambungan.

(2) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

(3) Mengentaskan kemiskinan dan mengurangi pengangguran di pedesaan. (4) Meningkatkan pemerataan dan keadilan sosial.

(5) Menciptakan kerja dan lapangan berwirausaha.

(6) Meningkatkan efisiensi pengangguran sumberdaya alam dan lingkungan. (7) Meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan petani dan pelaku agribisnis. (8) Melestarikan kualitas lingkungan untuk mendukung kegiatan

pembangunan berkelanjutan.

2.2.6 Kelebihan pola kemitraan dalam usaha agribisnis.

(1) Beberapa perusahaan ada yang menawarkan dukungan permodalan kepada petani atau pembudidaya, hal ini tentu sangat menguntungkan bagi petani atau pembudidaya dengan modal yang terbatas.

(2) Beberapa perusahaan ada yang menawarkan dukungan sarana-sarana produksi, sehingga petani atau pembudidaya tidak kesulitan dalam mengadakan sarana-sarana produksi.

(28)

16

(4) Adanya pendampingan teknis oleh perusahaan tentu akan memberikan tambahan pengalaman kepada petani atau pembudidaya dalam hal teknologi budidaya.

(5) Kualitas produksi akan lebih terkontrol, sehingga petani atau pembudidaya akan lebih disiplin selama proses produksi

(6) Penetapan target produksi, sehingga dapat memacu produtivitas di sektor pertanian.

(7) Jika sistem kemitraan berkembang dengan baik, dapat meningkatkan ekonomi masyarakat pada suatu daerah.

(8) Produktifitas lahan yang tinggi akan memberikan pengaruh pada perekonomian nasional.

2.2.7 Kekurangan pola kemitraan dalam usaha agribisnis.

(1) Adanya keterkaitan dan tanggung jawab banyak orang, sehingga sistem kemitraan ini akan memerlukan banyak proses dalam pelaksanaannya.

(2) Aturan yang dibuat biasanya berdasarkan kepentingan perusahaan untuk memenuhi pangsa pasar yang dikelolanya, sehingga petani atau pembudidaya tidak memiliki nilai tawar yang kuat

(3) Jika salah satu pihak tidak menepati komitmen yang telah disepakati, maka akan menimbulkan suatu perselisihan.

(29)

17

(5) Standarisasi produk yang sangat ketat, jika produksi yang dihasilkan oleh petani banyak yang tidak masuk pada criteria standar yang telah ditetapkan, maka akan dilakukan sortasi dalam jumlah yang besar. Hal ini tentu saja sangat merugikan petani atau pembudidaya.

(6) Jika tenis budidaya yang dikembangkan mengikuti arahan teknis dari perusahaan, dan pada suatu ketika dalam proses produksi mengalami kendala, misalnya serangan hama atau penyait, maka penanganan pun akan sedikit terhambat, karena tidak jarang yang menunggu instruksi atau persetujuan perusahaan untuk menanggulangi serangan hama atau penyakit. Hal ini akan menimbulkan resiko yang lebih besar terutama pada pihak produsen.

2.2.8 Tipe tantangan dan permasalahan kemitraan agribisnis di Indonesia

1. Tipe disparsial

Tipe disparsial diartikan sebagai pola hubungan antara pelaku usaha yang satu sama sekali tidak memiliki ikatan formal yang baik. Tipe ini dicirikan tidak ada hubungan antara organisasi fungsional diantara setiap tingkatan usaha hulu dan hilir, jaringan agribisnis hanya hanya terikat pada mekanisme pasar sedangkan antar pelakunya bersifat tidak langsung.

2. Tipe sinergis

(30)

18

ini dicirikan adanya hubungan antara organisasi fungsional diantara setiap tingkatan usaha hulu dan hilir, jaringan agribisnis hanya hanya terikat pada mekanisme pasar sedangkan antar pelakunya bersifat langsung.

3. Tipe saling menguntungkan

Tipe saling menguntungkan ini adalah ketika perusahaan dengan para petani menerima keuntungan masing-masing sehingga menciptakan kerjasama yang baik untuk ditinggkatkan kembali antara satu sama lain oleh perusahaan maupun oleh petani kentang

2.3 Usahatani Kentang

Dalam usahatani kentang ini mebahas mengenai biaya produksi, produktivitas, dan penerimaan petani dalam menjalin kemitraan.

2.3.1 Biaya produksi

Biaya produksi usahatani merupakan semua pengeluaran yang dipergunkan dalam mengorganisasikan dan melaksanakan proses produksi, termasuk di dalamnya modal, input-input, dan jasa-jasa yang digunakan di dalam produksi (Hafsah, dalam Yuliani, 2004).

Secara umum, biaya dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yaitu biaya yang dalam jangka waktu tertentu besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi. Biaya variabel yaitu biaya yang besarnya tergantung pada besar kecilnya produksi (Raharja, 2004).

2.3.2 Produktivitas

(31)

19

Menurut Ravianto (1985) produktivitas dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan multidisiplin yang secara efektif merumuskan tujuan rencana pembangunan dan pelaksanaan cara-cara produktifitas dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien maupun tetap menjaga kualitas.

2.3.3 Penerimaan

Menurut Soekartawi (2002), penerimaan merupakan perkalian antara hasil produksi yang diperoleh dengan harga jual. Penerimaan usahatani diartikan sebagai penerimaan dari semua bidang usahatani meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai, penjualan hasil, dan dikonsumsi.

2.4 Hasil Penelitian Sebelumnya

Hasil penelitian Latifah Nur Hikmah (2010) dengan judul Sikap Petani Tembakau terhadap Program Kemitraan PT. Gudang Garam di Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro, menyimpulkan bahwa pola kemitraan yang telah terjadi tergolong efektif. Hal ini disebabkan dengan adanya hubungan yang signifikan antara pengalaman pribadi, pendidikan formal dan pendidikan non formal dengan sikap petani tembakau terhadap program kemitraan PT. Gudang Garam, dengan arah positif dan tingkat kepercayaan 99 %. Adapun hubungan yang signifikan antara pengaruh orang lain yang dianggap penting dengan sikap petani tembakau terhadapprogram kemitraan PT.Gudang Garam dengan arah positif pada tingkat kepercayaan 95 %.

(32)

20

kerjasama antara peternak dengan kemitraan perseorangan (bakul) wajib memberikan uang jaminan tanpa kontrak tertulis sedangkan peternak yang bermitra dengan perusahaan sebaliknya tidak memberikan uang jaminan namun terdapat kesepakatan kontrak yang bersifat tertulis.Sedangkan pendapatan peternak yang bermitra dengan perusahaan cenderung lebih tinggi dibandingkan pendapatan peternak yang bermitra dengan kemitraan perseorangan (bakul).

Hasil penelitian Reni Elfida Siburian (2014) dengan judul “Pola Kemitraan

Antara Petani Sayuran dengan Koperasi Merta Nadi di Desa Plaga Kecamatan Petang Kabupaten Badung”, menyimpulkan bahwa pola kemitraan tergolong efektif. Hal ini dikarenakan adanya keberhasilan dalam kemitraan antara petani dengan koperasi merta nadi yang dapat dilihat dari nisbah keuntungan yang diperoleh petani sebesar 1,36 dan nisbah keuntungan yang diperoleh koperasi sebesar 0,85. Dari keuntungan yang diperoleh koperasi mampu meningkatkan modal koperasi, sehingga koperasi mampu membeli seluruh hasil produksi sayuran petani dan juga mampu memperluas daerah pemasaran dan memenuhi daerah pemasaran tersebut.

2.5 Kerangka Pemikiran

(33)

21

(34)

22

Pendapatan

Kemitraan Non Kemitraan

Hak & Kewajiban

Analisis Usahatani

Penerimaan Biaya Pendapatan

Analisis Usahatani

Penerimaan Biaya Pendapatan

Perbandingan

Kesimpulan

Rekomendasi Petani Kentang

Gambar 2.1

Gambar

Tabel 1.1 Luas Lahan dan Hasil Produksi Tanaman Kentang di Kabupaten Tabanan pada
Gambar 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Keaktifan siswa mengalami peningkatan yang mendukung proses pembelajaran diikuti respon siswa terhadap pembelajaran terhadap penerapan model pembelajaran lompat tinggi

Hasil analisa keragaman menunjukkan bahwa pada semai jati Ambon dengan pemberian mikoriza berpengaruh nyata sampai sangat nyata terhadap semua variabel yang

Byan meminta Tari untuk sepakat dan menjalankan semua yang sudah tertulis disurat perjanjian tersebut, perjanjian tersebut merupakan salah satu tindakan yang

2) Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh tiap-tiap perguruan tinggi dengan mengacu Standar

Kuesioner ini adalah kuesioner untuk penulisan skripsi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara (USU), oleh karena itu saya sebagai peneliti akan sangat berterima kasih

Dua pernyataan tersebut menegaskan bahwa keadilan dari kebijakan pengembalian barang dapat disambut positif oleh pelanggan jika mereka yakin akan kemungkinan yang terjadi

Bisnis keluarga sangat terkenal bisa meningkatkan peran ekonomi khususnya di Indonesia, namun apakah dengan demikian bisnis keluarga juga memiliki tanggung jawab sosial

MENYATAKAN KEBERATAN KERJA PADA PEKERJAAN DIMANA SYARAT K3 SERTA APD YANG DIWAJIBKAN DIRAGUKAN OLEHNYA, KECUALI DALAM HAL-HAL KHUSUS DITENTUKAN LAIN OLEH PEGAWAI PENGAWAS ATAU AHLI