SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Ilmu Ekonomi
Oleh: IRMA SUCIANTI 0611010020/FE/IE FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN” JAWA TIMUR
TANGGA DI KABUPATEN GRESIK
( STUDY KASUS KECAMATAN SEDAYU)
Yang Diajukan
Irma Sucianti 0611010020
Telah Diseminarkan Dan Disetujui Untuk Menyusun Skripsi Oleh
Pembimbing Utama
Ir. Hamidah Hendrarini, MSi Tanggal : ……….
Mengetahui
Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi
TANGGA DI KABUPATEN GRESIK
( STUDY KASUS KECAMATAN SEDAYU)
Yang Diajukan
Irma Sucianti 0611010020
Disetujui Untuk Ujian Skripsi Oleh
Pembimbing Utama
Ir. Hamidah Hendrarini, MSi Tanggal : ……….
Mengetahui
Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Pertama-tama peneliti panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang peneliti susun dengan judul “ ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PERMINTAAN SAMBUNGAN LISTRIK PADA SEKTOR RUMAH TANGGA DI KABUPATEN GRESIK ( Studi kasus kecamatan Sedayu )” ini dapat terselesaikan.
Skripsi ini peneliti susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini sering kali menghadapi hambatan dan keterbatasan dalam berbagai hal. Namun, tanpa bantuan bimbingan, motivasi, saran dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak, peneliti tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya. Untuk itu dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Ir. Hamidah Hendrarini, Msi. selaku Dosen Pembimbing Utama telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan suatu bimbingan,
dengan sebaik-baiknya, serta teman HMC & sameone special.
3. Ibu Dra. Ec. Hj. Sri Mulyaningsih, MSi selaku Dosen Wali yang telah meluangkan waktu dalam membimbing dan mendampingi peneliti selama menempuh pendidikan didalam perkuliahan.
4. Bapak Drs. EC. Marseto, DS, Msi, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak bantuan berupa sarana fasilitas perijinan guna pelaksanaan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.
7. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur yang telah dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.
8. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf Badan Pusat Statistik cabang Surabaya, dan Bank Indonesia cabang Surabaya, yang telah memberikan banyak
iii
membantu menyelesaikan skripsi ini serta semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang selalu memotivasi, membantu, dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan dan memberikan balasan, limpahan rahmat, serta karunia-Nya, atas segala amal kebaikan serta bantuan yang telah diberikan.
Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.
Terima kasih dan, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surabaya, 10 Mei 2010
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR... ix
BAB I : PENDAHULUAN... 1
1.1.Latar Belakang... 1
1.2. Perumusan Masalah... 5
1.3. Tujuan Penelitian... 6
1.4. Manfaat Penelitian... 7
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ...8
2.2.Landasan Teori ... 13
2.2.1.Pengertian Pembangkit Listrik...13
2.2.2. Teori Permintaan ... 14
2.2.2.1.Pengertian Permintaan ... 15
2.2.2.2. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Permintaan... 16
2.2.2.3. Fungsi Permintaan dan Kurva Permintaan... 19
2.2.2.4. Elastisitas Permintaan... 22
2.2.3. Pengertian Penawaran ... 25
2.2.5.Teori Harga ... 30
2.2.6. Mekanisme Harga... 30
2.2.7.Pengertian Tarif... 31
2.2.7.1.Penetapan Tarif Listrik... 32
2.2.8.Struktur Pasar... 33
2.2.9.Teori Monopoli... 34
2.2.10.PLN Sebagai Badan Usaha Milik Negara... 35
2.2.11. PLN Sebagai Satu – Satunya Penyelenggara Jasa Sambungan Listrik Monopoli... 36
2.2.12. Teori Penduduk ... 37
2.3. Kerangka Pikir ... 38
2.4. Hipotesis ... 41
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 43
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 43
3.2. Teknik Penentuan Sampel... 45
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 45
3.3.1. Jenis Data ... 45
3.3.2. Sumber Data ... 45
3.3.3. Pengumpulan Data... 45
3.5. Uji Asumsi Klasik ……….……….. 50
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 55
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ……… 55
4.1.1. Letak Geografis Kecamatan Sedayu Kabupaten Gresik ... 55
4.1.2. Sejarah Singkat Perusahaan Listrik Negara (PLN) ... 55
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 56
4.2.1. Perkembangan Jumlah Permintaan Listrik Sektor Rumah Tangga di Kecamatan Sedayu ... 56
4.2.2. Perkembangan Jumlah Penduduk ……….. 58
4.2.3. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto ………. 58
4.2.4. Perkembangan Jumlah Daya Tersambung ………. 59
4.2.5. Perkembangan Tarif Dasar Listrik……….. 60
4.3. Analisis dan Uji Hipotesis ... 61
4.3.1. Pengujian Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Sesuai Dengan Asumsi BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) ... 61
4.3.2. Analisis Hasil Perhitungan Koefisien Regresi ………... 65
4.3.3. Uji Hipotesis Secara Simultan ... 67
4.3.4. Uji Hipotesis Secara Parsial ... 69
5.2. Saran ………..……. 79 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
2008 ... 57
Tabel.2. Perkembangan Jumlah Penduduk Tahun 1999-2008 ... 58
Tabel.3. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Tahun 1999-2008 ... 59
Tabel.4. Perkembangan Jumlah Daya Tersambung Tahun 1999-2008 ... 60
Tabel.5. Perkembangan Tarif Dasar Listrik Tahun 1999-2008 ... 61
Tabel.6. Tes Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman Korelasi ... 64
Tabel.7. Analisis Varian (ANOVA) ………. 65
Tabel.8. Hasil Analisis Variabel Jumlah Penduduk, PDRB, Daya Tersambung dan Tarif Dasar Listrik terhadap Jumlah Permintaan Listrik di Sedayu ... 65
Gambar 2. Kurva Permintaan ... 21
Gambar 3. Kurva penawaran ……….. 28
Gambar 4. Kerangka Pikir ... 41
Gambar 5. Kurva Uji hipotesis secara simultan ... 48
Gambar 6. Kurva Uji hipotesis secara parsial ... 49
Gambar 7 . Statistik Durbin –Watson... 53
Gambar 8. Kurva Statistik Durbin Watson ... 63
Gambar 9. Distribusi Kriteria Penerimaan/Penolakan Hipotesis Secara Simultan atau Keseluruhan ………... 68
Gambar 10. Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Jumlah Penduduk (X1) terhadap Jumlah Permintaan Listrik di Sedayu (Y) ... 70
Gambar 11. Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial PDRB (X2) Jumlah Permintaan Listrik di Sedayu (Y) ... 71
Gambar12. Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Daya Tersambung (X3) terhadap Jumlah Permintaan Listrik di Sedayu (Y) ... 73
Gambar 13. Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Tarif Dasar Listrik (X4) terhadap Jumlah Permintaan Listrik di Sedayu (Y) ... 74
x
Lampiran 2 : Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Dengan Program SPSS 13.0 (Statistical Program for Social Science)
(STUDY KASUS KECAMATAN SEDAYU)
Oleh :
Irma Sucianti
ABSTRAKSI
Tenaga listrik merupakan sumber energi yang sangat penting bagi kehidupan manusia baik untuk kegiatan industri, kegiatan komersial, maupun dalam kehidupan sehari-hari rumah tangga. Energi listrik dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan penerangan dan juga proses produksi yang melibatkan barang-barang elektronik dan alat-alat atau mesin industri. Mengingat begitu besar dan pentingnya manfaat energi listrik sedangkan sumber energi pembangkit listrik terutama yang berasal dari sumber daya tak terbarui, keberadaannya terbatas, maka untuk menjaga kelestarian sumber energi ini perlu diupayakan langkah-langkah strategis yang dapat menunjang penyediaan energi listrik secara optimal dan terjangkau.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh Jumlah Penduduk, Produk Domestik Regional Bruto, Jumlah Daya Tersambung dan Tarif Dasar Listrik terhadap Permintaan Sambungan Listrik Sektor Rumah Tangga di Kabupaten Gresik kecamatan Sedayu. Dalam melakukan penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dan telah diolah oleh instansi-instansi yang berkaitan dalam penelitian ini yang diambil selama kurun waktu 10 tahun.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangTenaga listrik merupakan sumber energi yang sangat penting bagi kehidupan manusia baik untuk kegiatan industri, kegiatan komersial, maupun dalam kehidupan sehari-hari rumah tangga. Energi listrik dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan penerangan dan juga proses produksi yang melibatkan barang-barang elektronik dan alat-alat atau mesin industri. Mengingat begitu besar dan pentingnya manfaat energi listrik sedangkan sumber energi pembangkit listrik terutama yang berasal dari sumber daya tak terbarui, keberadaannya terbatas, maka untuk menjaga kelestarian sumber energi ini perlu diupayakan langkah-langkah strategis yang dapat menunjang penyediaan energi listrik secara optimal dan terjangkau.
Kehadiran listrik didalam kehidupan kita sudah menjadi hal yang biasa bahkan terkadang tidak terasa lagi kehadirannya ditengah-tengah kehidupan kita, begitu pula akan arti pentingnya bagi tiap aktivitas kehidupan sehari-hari. Padahal banyak sekali aktivitas yang mungkin tidak dapat berlangsung tanpa kehadiran listrik. Walaupun sebuah proses kelistrikan berlangsung mulai dari proses pembuatannya sampai pendistribusiaannya ketangan kita para pengguna akhir. Layanan kelistrikan kini tidak sekedar memberikan energi pencahayaan dan penggerak sarana yang digunakan para pengguna akhir dalam kehidupan
hari, tetapi lebih jauh dari pada itu, keselamatan dan kesejahteraan pengguna yang hidup disekitar sarana kelistrikan juga menjadi satu hal yang harus diperhatikan.
Saat ini, ketersediaan sumber energi listrik tidak mampu memenuhi peningkatan kebutuhan listrik di Indonesia. Terjadinya pemutusan sementara dan pembagian energi listrik secara bergilir merupakan dampak dari terbatasnya energi listrik yang dapat di supply oleh PLN. Hal ini terjadi karena laju pertambahan sumber energi baru dan pengadaan pembangkit tenaga listrik tidak sebanding dengan peningkatan konsumsi listrik. Sedangkan pemborosan merupakan salah satu penyebab terbesar krisis energi listrik yang terkadang dirasakan kecil pengaruhnya. Padahal jika kita kalkulasikan secara kumulatif, energi yang terbuang secara sia-sia akibat pemborosan listrik ini sungguh besar. (www.thoughts.com diakses 5 oktober 2008 )
Suparmoko( 1997: 23 – 25 ) Untuk masyarakat yang sering mengunakan listrik untuk produksi dan juga konsumsi baik itu penggunaan listrik untuk kebutuhan sehari-hari tanpa disadari telah terjadi pemborosan listrik yang semestinya dapat dicegah atau dihemat mengingat perekonomian yang tidak stabil, maka dapat dimulai suatu penghematan atau penggunaan alternatif lain yang lebih efisien dengan suatu tindakan konservasi bagi sumber daya alam yang bersifat dapat pulih ( renewable resource ).
kapasitas pasokan. Hal ini menyebabkan krisis pasokan listrik, yang dalam jangka panjang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran sederharna mengenai perkembangan kondisi kelistrikan di Indonesia diantaranya adalah kapasitas terpasang, daya yang tersedia dan beban puncak. Kapasitas pembangkit terpasang menujukan daya maksimum yang mampu dihasilkan oleh pembangkit listrik.
Data kapasitas terpasang sedikit banyak memberi gambaran mengenai antisipasi jangka panjang pemerintah terhadap peningkatan kebutuhan listrik, sedangkan daya yang tersedia (PLN menyebutnya dengan daya mampu) menunjukan realisasi daya yang dapat dihasilkan pembangkit listrik. Data daya tersedia dapat menjadi gambaran umum mengenai pencapaian operasional PLN data operator pemasok energi listrik lainnya. Misalnya pertumbuhan kapasitas terpasang yang jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan daya tersedia dapat menjadi indikasi kuat adanya masalah di level operasional pembangkit. Sementara itu, beban puncak (peak demand) menggambarkan maksimum daya yang digunakan atau dikonsumsi.
pada periode setelah krisis sampai dengan tahun 2004. Sementara itu, pertumbuhan disisi permintaan terlihat lebih kuat dari pertumbuhan disisi supply. Rata-rata pertumbuhan beban puncak (mengambarkan peningkatan konsumsi listrik) pascakrisis sampai dengan 2006 mencapai 5,9 persen. Pertumbuhan rata-rata beban puncak yang terjadi pada masa pascakrisis ini jauh melampaui pertumbuhan daya yang tersedia. Hal ini sebenarnya sudah menggambarkan prospek terjadinya krisis. Ancaman terjadinya krisis pasokan listrik terlihat dengan lebih jelas dari terus menurunnya selisih (gap) antara daya tersedia dan beban puncak pada tahun 2003-2008. Pada tahun 2004 selisih tersebut bahkan menjadi negatif, yang berarti terdapat defisit pasokan.
Ketenagalistrikan selain sebagai komuditas publik, juga memiliki dampak luas pada aspek ekonomi, sosial budaya dan Hankam. Kondisi inilah yang harus dihadapi pada masa yang akan datang yang jauh lebih kompleks dibandingkan periode-periode sebelumnya. Untuk itulah dipilih sektor pembangkit sebagai prioritas utama yang akan dijalankan, karena sektor lain dirasakan belum siap untuk terjun langsung kedalam kompetisi.
kehidupan, pelanggan Perusahaan Listik Negara telah menyentuh masyarakat luas.
Oleh karena itu perlu diteliti beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan energi listrik sektor rumah tangga di Kabupaten Gresik (studi kasus Kecamatan Sedayu) dikarenakan jumlah rumah tangga yang ada di Kabupaten tersebut mengalami kenaikan setiap tahunnya maka, permintaan terhadap sambungan listrik disektor tersebut juga mengalami peningkatan. Salah satu pemicu kenaikan tersebut adalah naiknya jumlah penduduk di Kabupaten Gresik (studi kasus Kecamatan Sedayu) sehingga keinginan masyarakat untuk mendirikan tempat pemukiman (rumah) juga semakin bertambah.
Akan tetapi sampai saai ini masih banyak rumah tangga yang belum mempunyai sambungan listrik, terutama bagi mereka yang berada di daerah pelosok yang tidak dapat di jangkau oleh saluran jaringan distribusi PLN. Bahkan banyak daerah perkotaan dalam wilayah jaringan ditribusi masih belum mempunyai sambungan listrik, hal ini disebabkan oleh tingkat taraf hidup yang kurang memadai dan rendahnya pendapatan perkapita masyarakat, sehingga mereka tidak dapat membayar tarif pemasangan sambungan listrik yang di tetapkan oleh PLN.
1.2. Perumusan Masalah
a. Apakah jumlah penduduk, PDRB, jumlah daya tersambung dan tarif dasar listrik berpengaruh terhadap jumlah permintaan sambungan listrik pada sektor rumah tangga di Kabupaten Gresik (studi kasus Kecamatan Sedayu)?
b. Manakah dari keempat variabel tersebut yang paling dominan pengaruhnya terhadap jumlah permintaan sambungan listrik pada sektor rumah tangga di Kabupaten Gresik (studi kasus Kecamatan Sedayu) ?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang di atas, maka tujuan yang hendak di capai sehubungan dengan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengaruh jumlah penduduk, PDRB, jumlah daya yang tersambung, dan tarif dasar listrik terhadap jumlah permintaan sambungan listrik pada sektor rumah tangga di Kabupaten Gresik (studi kasus Kecamatan Sedayu)
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah, sebagai berikut :
a. Sebagai masukan bagi pengambil keputusan dalam menentukan kebijaksanaan di bidang listrik pada saat sekarang dan masa yang akan datang.
b. Penelitiaan ini dimaksudkan agar dapat memberikan masukan dalam rangka mengembangkan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual bagi anak didik secara komprehensif dan proposional dalam pembentukan ekonom yang memiliki kemampuan pemahaman yang tinggi.
Dalam penelitian ini penulis selain memperoleh informasi dari berbagai literatur perputakaan dan instansi terkait, juga memperoleh informasi lain dari penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang penulis lakukan. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
Indrawati ( 2005:72 ) Dengan judul “ANALISA BEBERAPA
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN SAMBUNGAN
LISTRIK RUMAH TANGGA DI KBUPATEN BLITAR “. Penelitian ini
mengunakan data sekunder yang diperoleh dari PT. Perusahaan Listrik Negara Blitar dan Kantor Pusat Statistik mulai tahun 1993 – 2002, data tersebut dianalisa dengan mengunakan analisis regresi linier berganda melalui uji – F dan uji – t dengan asumsi klasik BLUE. Penelitian ini menunjukkan secara simultan adanya hubungan yang nyata antara variabel bebas Pendapatan Perkapita ( X1 ), Jumlah rumah ( X2 ), dan tarif penjualan listrik / Kwh ( X3 ) berpengaruh nyata terhadap variabel terikat Permintaan sambungan listrik ( Y ) .Hal ini diketahui dari uji – F yaitu diperoleh F hitung 1845,224 > F tabel 4,76, sedangkan secara parsial, variabel Pendapatan perkapita ( X1 ) berpengaruh nyata terhadap Permintaan Sambungan Listrik (Y ) dengan mengunakan uji – t hitung 6,013 > t tabel 2,447, variabel Jumlah Rumah ( X2 ) tidak berpengaruh nyata terhadap Permintaan Sambungan Listrik (Y) dimana t hitung 11,242 > t tabel 2,447.
Kurniasari ( 2006:71 ) Dengan judul “ FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERMINTAAN SAMBUNGAN LISTRIK DI
WILAYAH SURABAYA “.Penelitian tersebut menggunakan data sekunder
Yudi ( 2007:85 ) Dengan judul “ ANALISA FAKTOR – FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN SAMBUNGAN LISTRIK
RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SIDOARJO “.penelitian ini
menggunakan data sekunder yaitu dari tahun 1990 sampai tahun 2004 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur di Surabaya serta literatur – literatur yang diterbitkan oleh PT. PLN ( persero ) Distribusi Jawa Timur. Model analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dan selanjutnya dilakukan dengan uji hipotesis untuk menguji pengaruh simultan digunakan uji F, sedangkan untuk menguji secara parsial digunakan uji t. Hasil dari penelitian ini yaitu secara simultan menunjukan adanya pengaruh yang nyata antara variabel bebas Tarif penjualan ( X1 ), Jumlah rumah tangga ( X2 ), dan Pendapatan perkapita ( X3), terhadap permintaan sambungan listrik rumah tangga di Kabupaten Sidoarjo (Y). Hal ini dapat diketahui dari uji F hitung sebesar 108,012 > F tabel 3,49 dan secara parsial dapat dilakukan dengan
uji t yaitu bahwa variabel dengan t hitung sebesar -3,058 dan variabel jumlah rumah tangga dengan t hitung sebesar 0,131 serta pendapatan perkapita dengan t hitung sebesar 8,936 berpengaruh terhadap Permintaan Sambungan Listrik Rumah Tangga karena > t tabel 2,201. Oleh karena itu dengan kenaikan Tarif Penjualan Listrik yang diiringi dengan bertambahnya Jumlah Rumah Tangga dan Pendapatan Perkapita, diharapakan akan meningkatkan Permintaan Sambungan listrik Rumah Tangga di Kabupaten Sidoarjo.
Makmun dan Abdurahman ( 2003 ) dengan judul ” DAMPAK
KENAIKAN TARIF DASAR LISTRIK TERHADAP KONSUMSI LISTRIK
DAN PENDAPATAN MASYARAKAT ”. Tingkat pendapatan berkolerasi
riilnya sampai 5,26 persen. Sedangkan pengurangan balas jasa yang diterima perusahaan sekitar 1,46 persen.
Nuryanti, Scorpio S.Herdine (2007) dengan judul ” ANALISIS
KARAKTERISTIK KONSUMSI ENERGI PADA SEKTOR RUMAH
TANGGA DI INDONESIA ”.Kelompok rumah tangga kaya mendominasi
dalam konsumsi energi komersial, terkait dengan alasan kepraktisan, peningkatan daya beli dan perubahan gaya hidup. Sementara kelompok rumah tangga miskin mengkonsumsi energi komersial dalam porsi yang relatif kecil. Ini secara jelas menunjukkan adanya disparitas dalam konsumsi energi pada sektor rumah tangga. Porsi rata-rata pengeluaran rumah tangga untuk energi dibandingkan rata-rata pengeluaran rumah tangga secara umum relatif masih kecil, yaitu rata-rata sekitar 18,01 % per tahun. Rata-rata pertumbuhan per tahun dari konsumsi energi komersial terlihat sangat signifikan, yaitu minyak tanah sebesar 3,14%, LPG sebesar 7,77%, Gas bumi sebesar 9,45% dan listrik sebesar 10,04%.
Utama ( 2007:21 ) dengan judul “ PRAKIRAAN KEBUTUHAN
LISTRIK PROPINSI BALI SAMPAI TAHUN 2018 DENGAN METODE
REGRESI BERGANDA DERET WAKTU”. Prakiraan kebutuhan energi
kebutuhan listrik propinsi Bali sampai tahun 2018. Prakiraan kebutuhan energi listrik meliputi empat sektor yaitu: sektor rumah tangga, sektor komersial, sektor publik, dan sektor industri. Pola kecenderungan kebutuhan energi listrik ditentukan mengunakan metode regresi berganda dengan variabel tak bebas adalah kebutuhan energi listrik (Y), sedangkan variabel bebasnya adalah jumlah pelanggan(X1), harga dasar listrik setiap sektor (X2), jumlah penduduk(X3), dan produk domestik regional bruto (PDRB) (X4). Hasil prakiraan menunjukkan bahwa kebutuhan energi listrik untuk sektor rumah tangga mengalami peningkatan dengan rata – rata peningkatan sebesar 55.71 Gwh per tahun. Untuk sektor komersial, publik dan industri menunjukkan peningkatan dengan rata – rata masing – masing adalah 73.39, 5.64 dan 0.46 Gwh per tahun. Pada tahun 2018 kebutuhan tenaga listrik Propinsi Bali adalah sebesar 3700.03 Gwh dengan rata – rata peningkatan per tahun sebesar 135,202 Gwh.
2.2. Landasan Teori
Dalam tinjauan pustaka, penulisan landasan teori ini dimaksudkan untuk menemukan, memahami dasar – dasar secara teoritis guna membantu memecahkan permasalahan.
2.2.1. Pengertian Pembangkit Listrik
rangkaian alat itu terdiri dari Turbin dan Generator Listrik. Fungsi dari Turbin adalah untuk memutar Rotor dari Generator Listrik, sehingga dari putaran Rotor itu dihasilkanlah energi listrik. Listrik yang dihasilkan dinaikkan dulu voltasenya menjadi 150 KV s/d 500 KV melalui Trafo Step Up. Penaikan tegangan ini berfungsi untuk mengurangi kerugian akibat hambatan pada kawat penghantar sela proses transmisi. Dengan tegangan yang ekstra tinggi maka arus yang mengalir pada kawat penghantar menjadi kecil. Tegangan yang sudah dinaikkan kemudian ditransmisikan melalui jaringan Saluran Udara Ekstra Tinggi (SUTET) ke Gardu Induk/GI, untuk diturunkan voltasenya menjadi tegangan menengah 20 KV, kemudian tegangan menengah disalurkan melalui Jaringan Tegangan Menengah (JTM), ke Trafo-trafo Distribusi. Di trafo-trafo distribusi voltasenya diturunkan dari 20 KV menjadi 220 volt dari trafo-trafo distribusi disalurkan melalui Jaringan Tegangan Rendah (JTR) ke Pelanggan Listrik. ( Anonim:2000:7 )
2.2.2.Teori Permintaan
permintaan terhadap barang tersebut dengan asumsi ceteris paribus (faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan).
Hukum permintaan di atas dapat dilihat dari adanya sifat yang saling berkaitan yang disebabkan karena kenaikan harga menyebabkan para pembeli barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti terhadap barang yang mengalami kenaikan harga tersebut. Sebaliknya apabila harga turun maka mengurangi pembelian terhadap barang lain yang sama jenisnya dan menambah pembelian terhadap barang lain yang sama jenisnya dan menambah pembelian terhadap barang yang mengalami penurunan harga. Kenaikan harga menyebabkan pendapatan yang merosot tersebut memaksa konsumen untuk mengurangi pembeliannya ke berbagai jenis barang dan terutama barang yang mengalami kenaikan harga (Sukirno, 2004 : 75).
2.2.2.1. Pengertian Permintaan
Permintaan terhadap suatu barang dibedakan menjadi dua yaitu permintaan potensial dan permintaan efektif. Permintaan yang didasarkan oleh keinginan saja disebut permintaan potensial, sedangkan permintaan yang didukung oleh daya beli disebut permintaan efektif.
Pengertian permintaan diantaranya terdapat beberapa definisi seperti berikut :
b. Permintaan adalah keinginan yang di dukung oleh daya beli (uang) atau kesediaan untuk membeli (Kadariah, 1994 : 1).
c. Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat haraga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dalam jumlah periode yang tertentu ( Putong, 2003 : 32 )
Seperti diatas adalah faktor yang dianggap penting dalam mempengaruhi permintaan yaitu harga barang itu sendiri dengan asumsi pendapatan konsumen (fixed income) dan harga barang lain adalah tetap (ceteris paribus).
2.2.2.2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Seperti yang dinyatakan Sukirno (2004:76) bahwa permintaan seseorang atau masyarakat terhadap suatu barang ditentukan oleh banyak faktor. Diantara faktor – faktor tersebut yang terpenting seperti yang dinyatakan dibawah ini :
a. Harga barang itu sendiri
pendapatan riil para pembeli berkurang, pendapatan yang merosot tersebut memaksa para pembeli untuk mengurangi pembeliannya terhadap jenis barang, terutama barang yang mengalami kenaikan harga.
b. Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut
Hubungan antara suatu barang dengan berbagai jenis barang lainnya dibedakan menjadi tiga golongan :
1. Barang lain tersebut merupakan barang penganti.
Suatu barang dinamakan barang penganti terhadap barang lain apabila ia dapat mengantikan barang lain tersebut seperti : Kopi dan Teh adalah dua barang yang dapat mengantikan fungsinya .
2. Barang lain itu merupakan barang pelengkap.
Apabila suatu barang selalu digunakan bersama – sama dengan barang lainnya maka barang tersebut dinamakan barang pelengkap terhadap barang tersebut, seperti halnya Gula adalah barang pelengkap untuk Kopi dan Teh .
3. Barang yang tidak memiliki kaitan sama sekali (barang netral).
seperti Beras dan Buku tulis yang tidak mempunyai hubungan sama sekali.
c. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata – rata masyarakat Pendapatan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan permintaan terhadap berbagai barang. Perubahan pendapatan selalu menimbulkan perubahan terhadap permintaan berbagai jenis barang . d. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat.
Distribusi pendapatan yang dapat mempengaruhi corak permintaan terhadap berbagai jenis barang. Sejumlah pendapatan masyarakat yang tertentu besarnya akan menimbulkan corak permintaan masyarakat berbeda apabila permintaan tersebut dirubah corak distribusinya. Sekiranya pemerintah menaikan pajak terhadap orang – orang kaya dan kemudian mengunakan hasil pajak ini untuk menaikan pendapatan pekerja yang bergaji rendah maka corak permintaan terhadap berbagai barang akan mengalami perubahan. Barang – barang yang digunakan orang kaya akan berkurang permintaannya, tetapi sebaliknya barang – barang yang akan digunakan orang yang pendapatan rendah akan mengalami kenaikan terhadap permintaanya.
e. Cita rasa masyarakat
f. Jumlah Penduduk.
Pertambahan penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan. tetapi biasanya pertambahan diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat. Penambahan daya beli ini akan menambah permintaan.
g. Ramalan mengenai masa yang akan datang.
Perubahan – perubahan yang diramalakan mengenai keadaan yang akan datang dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan para konsumen bahwa harga- harga akan menjadi bertambah tinggi pada masa yang akan depan akan mendorong mereka untuk membeli lebih banyak pada masa kini, hal ini dilakukan untuk menghemat pengeluaran dimana yang akan datang.
2.2.2.3. Fungsi Permintaan dan Kurva Permintaan
Rosyidi (2004 : 240) mengatakan tentang fungsi permintaan yang benar adalah Q = f (P) dan bukan P = f (Q) karena P yang bergerak lebih dahulu yang kemudian diikuti oleh gerakan Q dan bukan sebaliknya, jika Q bergerak maka P pun akan bergerak pula dalam arah yang berlawanan. Kurva permintaan adalah gambar yang terbentuk dari hubungan erat yang ada antara harga dan jumlah barang (output) yang diminta. Di bawah ini adalah gambar kurva permintaan.
Gambar 1 : Kurva Permintaan
Sumber : Rosyidi, 2004, Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan Teori Ekomomi Mikro dan Makro, PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta, hal : 242.
Terlihat bahwa jika harga naik dari OP menjadi OP’, maka jumlah barang yang diminta turun dari OQ menjadi OQ’. Demikian juga, jika harga turun dari OP menjadi OP”, maka jumlah barang yang diminta naik dari OQ menjadi OQ”. P dan Q memang bergerak dengan arah yang berlawan satu sama lain karena berlaku the law of diminishing demand (hukum permintaan
Q P
P’ P
D P”
Q Q”
yang menurun), hukum itu berbunyi apabila harga sesuatu barang dinaikkan maka semakin berkurang jumlah barang yang diminta.
Gambar 2 : Kurva Pemintaan Px
Pendapatan Turun
Pendapatan Naik
D1 D0
D2
X
Sumber : Boediono, 2000, Ekonomi Mikro, Perilaku konsumen dan permintaan Pasar, BPFE: Yogyakarta, hal 26.
Keterangan :
Kurva permintaan D : X = f (Px/ Py, Pz, M, S) Kurva permintaan D1 : X = f (Px/ P1y1, P1z, M1, S1) Dimana :
Kurva permintaan bergeser dari D menjadi D1 karena adanya perubahan dari faktor-faktor lain. (Py, Pz, M, S) yang semula dianggap tetap (ceteris
paribus).Sehingga terjadi perubahan pada jumlah barang yang diminta.
2.2.2.4.Elastisitas Permintaan
Salah satu karakteristik penting dari kurva atau fungsi permintaan pasar adalah derajat kepekaan jumlah permintaan terhadap perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya. Ukuran derajat kepekaan ini disebut Elastisitas.
Dalam ilmu ekonomi, elastisitas permintaan atau price elasticity of
demand (PED) adalah ukuran kepekaan perubahan jumlah permintaan barang
terhadap perubahan harga dan mengukur perubahan jumlah barang yang dibeli akibat perubahan suatu faktor yang mempengaruhinya. Ada tiga macam konsep Elastisitas permintaan yaitu :
a. Elastisitas harga
1. Elastisitas harga adalah tingkat kepekaan relatif dari jumlah yang diminta konsumen, akibat adanya perubahan proporsional dari sejumlah barang yang diminta dibagi dengan perubahan
proporsional dari harga (Sudarman, 1992:103).
2. Elastisitas harga adalah persentase perubahan jumlah yang diminta yang disebabkan oleh perubahan harga barang tersebut dengan satu persen atau secara umum :
Eh =
tersebut barang
harga perubahan Persentase
diminta yang
jumlah perubahan
Bila Eh > 1 dikatakan bahwa permintaan elastis Bila Eh < 1 dikatakan bahwa permintaan inelastis
Bila Eh = 1 dikatakan bahwa permintaan (unitary Elasticity)
Adapun tolak ukur yang dipakai untuk hal ini adalah sebagai berikut.
Jika koefisien Elastisitas permintaan itu menunjukkan angka (Rosyidi, 2004 : 268).
- Tak terhingga (), maka Elastisitas permintaannya adalah elastis sempurna (perfect elastic). Yaitu pada tingkat harga yang sama dapat diminta jumlah barang yang ada berbeda-beda, artinya adalah sekalipun tidak ada perubahan harga, tetapi jumlah barang yang diminta dapat juga berubah-ubah. - Lebih besar dari pada satu (>1), maka Elastisitasnya adalah
elastis (elastic atau relatively elastic). Adalah jumlah barang yang diminta sangat dipengaruhi oleh perubahan harga.
- Sama dengan satu (=1), maka Elastisitas permintaannya adalah unit (= satu). Atau disebut juga unitary elastic. Adalah untuk barang-barang yang perubahan jumlah yang diminta sebanding (proporsional) dengan perubahan harga.
- Sama dengan nol (=0), maka Elastisitas permintaannya adalah inelastis sempurna (perfect inelastic). Jumlah yang tertentu akan tetap diminta orang sekalipun harganya berubah-ubah. b. Elastis Silang
1. Elastis silang adalah pengukuran tentang derajat kepekaan relatif dari jumlah barang yang diminta sebagai akibat adanya perubahan tingkat harga barang yang lain. Dengan kata lain, Elastisitas silang adalah perubahan proporsional dari jumlah barang X yang diminta konsumen dibagi dengan perubahan proporsional dari Y (Sudarman, 1992:106). 2. Elastisitas silang adalah persentase perubahan jumlah yang diminta
akan sesuatu barang yang diakibatkan oleh perubahan harga barang lain (yang mempunyai “hubungan”) dengan satu persen atau secara umum : Berdasarkan koefisien Elastisitas silang, maka hubungan antara dua jenis barang dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu :
Bila Es >0, maka kedua barang tersebut mempunyai
hubungan saling menggantikan (substitusi).
Bila Es < 0, maka kedua barang tersebut mempunyai
1. Elastisitas pendapatan adalah tingkat perubahan relatif dari jumlah barang yang diminta konsumen karena adanya perubahan penghasilan atau pendapatan. Dengan kata lain, Elastisitas pendapatan adalah perubahan proporsional dari jumlah barang yang diminta dibagi dengan perubahan proporsional pendapatan secara nominal (Sudarman, 1992:108).
2. Elastisitas pendapatan adalah persentase perubahan permintaan akan suatu barang yang diakibatkan oleh kenaikan pendapatan (income) riil konsumen dengan satu persen atau secara umum :
Ep = untuk barang “normal” Ep positif dan untuk barang “inferior” Ep negatif. Barang-barang kebutuhan pokok biasanya mempunyai Ep < 1 (tidak elastis), sedangkan untuk barang tidak pokok (barang mewah) Ep > 1 (elastis)
2.2.3. Pengertian Penawaran
tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya semakin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan. (Putong, 2003: 38 )
2.2.3.1. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penawaran a. Harga barang itu sendiri
Harga suatu barang selalu dipandang sebagai faktor yang sangat penting dalam menentukan penawaran barang tersebut. Oleh sebab itu penawaran menumpukan perhatiannya kepada hubungan antara tingkat harga dengan jumlah barang yang ditawarkan.
b. Harga barang – barang lain.
Sama dengan halnya faktor terhadap teori permintaan terhadap barang lain yang terdapat pada teori penawaran. Suatu harga dikatakan mempunyai kaitanya apabila barang tersebut dapat mengantikan fungsi dari pada barang tersebut.
c. Biaya produksi
Pembayaran kepada faktor – faktor produksi merupakan pengeluaran yang sangat penting dalam proses produksi. Pengeluaran tersebut mempunyai peranan yang sangat besar dalam menentukan biaya produksi. Tanpa adanya kenaikan produktivitasnya dan efisiensi, dan kenaikan harga faktor – faktor akan menaikan biaya produksi.
d. Tujuan produksi dan perusahaan
mengunakan kapasitas produksinya secara maksimal, tetapi akan mengunakanya pada tingkat kapasitas yang akan memaksimumkan keuntungannya.
e. Tingkat teknologi
Tingkat teknologi memegang peranan yang sangat kuat dalam menentukan banyaknya jumlah barang yang dapat ditawarkan. Kemajuan teknologi telah dapat mengurangi biaya produksi, mempertinggi produktivitas, mempertinggi mutu barang dan menciptakan barang – barang baru .
2.2.3.2 Fungsi Penawaran dan Kurva Penawaran
Gambar 3. Kurva Penawaran
A2 A1
S
S H
A
Jumlah yang ditawarkan E D
B C
P
0 Q
R G A
Pada gambar kurva penawaran terdapat dua titik yaitu titik A1 dan A2. Titik A1 maupun A2 terletak dalam didalam sebuah kurva penawaran, maka gerakan antara kedua titik itu disebut gerakan sepanjang kurva penawaran. Gerakan itu mencerminkan adanya perubahan jumlah yang ditawarkan dari OD ke OE atau sebaliknya. Atau gerakan perubahan harga dari OB ke OC atau sebaliknya. Oleh karena itu,dapatlah kemudian disimpulkan, bahwa perubahan jumlah yang diminta serta gerakan sepanjang kurva penawaran terjadi adanya perubahan harga barang yang ditawarkan itu sendiri.
2.2.4. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB )
Sehingga dari pendapatan ini masyarakat akan membeli barang dan jasa baik untuk keperluan konsumsi maupun investasi.( Anonim:2006: 4 -5 ) Produk Domestik Regional Bruto dapat didefinisikan sebagai berikut : a) Menurut pengertian produksi, PDRB adalah jumlah nilai produksi
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang beroperasi disuatu daerah dalam jangka waktu tertentu.
b) Menurut pengertian pendapatan, PDRB adalah nilai balas jasa yang diterima atas penggunaan faktor-faktor produksi yang ikut dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.
c) Menurut pengertian pengeluaran, PDRB adalah jumlah pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung (nirlaba), konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor netto suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.
Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah seluruh nilai tambah (produk) yang ditimbulkan oleh berbagai sektor atau lapangan usaha, yang melakukan kegiatan usahanya di suatu daerah atau region tertentu tanpa memperhatikan pemilikan atas faktor produksi.
2.2.5. Teori Harga
Harga suatu barang dan jasa adalah suatu tingkat penawaran yang pada terangkum. Barang yang bersangkutan dapat ditukarkan dengan barang lain apapun bentuknya ( Rosyidi 1998: 237 ).
Pengertian harga suatu barang dan jasa adalah suatu tingkat penilaian yang pada tingkat itu barang yang bersangkutan dapat ditukarkan dengan barang lainnya apapun bentuknya. Suatu barang dikatakan berharga bila barang tersebut memiliki kriteria :
a) Mempunyai nilai kegunaan artinya adalah kegunaan suatu barang akan menimbulkan keingginan, dan keingginan tersebut akan menimbulkan permintaan terhadap barang tersebut.
b) Jumlahnya terbatas artinya kelangkaan suatu barang akan mendorong seseorang memanfaatkan kelangkaan tersebut untuk menjual sehingga akan menimbulkan penawaran.
Jadi dapat disimpulkan kelangkaan penawaran akan menimbulkan permintaan, sehingga harga ditentukan oleh bertemunya dua kekuatan yaitu penawaran dan permintaan.
2.2.6. Mekanisme Harga
Problem ekonomi yang paling mendasar adalah bagaimana mengunakan sumber–sumber ekonomi yang terbatas jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sebaik – baiknya, problem tersebut biasanya digunakan sebagai berikut:
a) Apa ( what ) yang diproduksi dan dalam jumlah berapa
b) Bagaimana ( how ) sumber- sumber ekonomi yang tersedia harus digunakan untuk memproduksi barang – barang tersebut
c) Untuk siapa ( to whom ) barang – barang tersebut diproduksi.
Pada suatu waktu harga suatu barang mungkin naik karena gaya tarik konsumen, karena sesuatu hal menjadi lebih kuat (yaitu para konsumen minta lebih banyak barang tersebut ). Sebaliknya harga suatu barang turun apabila permintaan para konsumen melemah.
2.2.7. Pengertian Tarif
2.2.7.1.Penetapan Tarif Listrik
Setelah melalui pembahasan yang matang, pemerintah akhirnya memutuskan harga jual listrik PT. PLN ( Persero ) mulai April 2000 dinaikan tentang harga jual yang disediakan oleh PT. PLN ( Persero ). Namun tidak semua pelanggan rumah tangga dan pelanggan lain yang memilki listrik dengan daya sambungan dibawah 900 VA tidak mengalami kenaikan tarif.
Seperti tercantum dalam Keppres No. 49 tahun 2000, harga jual tenaga listrik diperkotaan maupun pedesaan dan untuk mendorong kegiatan ekonomi, mempertimabngkan rasa keadilan, kemampuan daya beli masyarakat, biaya produksi dan efisisensi sistem yang dipakai semua itu diperkirakan secara matang oleh pemerintah agar PT. PLN tetap dapat beroperasi.
Pelanggan listrik ditetapkan berdasarkan golongan yaitu sosial (S),rumah tangga (R), industri (I), perkantoran (P) dan multi guna (M), mereka yang memakai listrik bertegangan rendah (TR), menengah (TM), dan tinggi (TT). Untuk keperluan rumah tangga R1 / TR ( 450 VA ), R1 / TR (900 VA, 1300 VA dan 2200 VA), R2 / TR 2200 VA sampai dengan 6600 VA, sedangkan R3 / TR diatas 6600 VA. Tarif dasar listrik ditetapkan berdasarkan dari kemampuan pelanggan tarif tersebut dalam meraih keuntungan dan sudah mampu mandiri.
bersangkutan dengan perusahaan listrik negara. Dan bagi pelanggan dengan daya tersambung sampai 900 VA yang tidak membayar sesuai tarif kistrik 1994.
2.2.8.Struktur Pasar
Pada umunya struktur pasar industri energi, seperti BBM dan Listrik, adalah stuktur pasar yang tidak sempurna ( imperfect competition ), termasuk di Indonesia perkembangan industri energi, khususnya kelistrikan di Negara– negara lain, seperti Amerika Serikat atau Inggris berubah – ubah dari pasar monopoli ke kompetisi kemudian kembali ke monopoli.
Listrik tergolong energi strategis mengigat kebutuhan listrik menyangkut hajat hidup orang banyak. Selama sekitar satu abad sejarah penyediaan listrik di kebanyakan Negara barat, pengusahanya diberikan hak monopoli alamiah ( natural monopoly ) kepada suatu perusahaan tertentu, hanya saja diatur pemerintah dengan regulasi tertentu untuk melindungi konsumen. (Afianto, 2004: 116 )
Yang dimaksud pasar monopoli adalah suatu pasar yang memilki ciri : 1) Hanya ada satu penjual
2) Tidak ada penjual lain yang menjual out put yang dapat menganti secara baik ( close substitute ) out put yang dijual monopolist.
2.2.9. Teori Monopoli
Monopoli adalah suatu bentuk pasar dimana banyak terdapat suatu perusahaan saja. Dan perusahaan ini menghasilkan barang yang tidak mempunyai barang penganti yanng sangat dekat.( Sukirno,2003:265 )
( Boediono, 1982: 126 ) Suatu perusahaan monopoli bisa timbul karena beberapa sebab, antara lain :
a) Penguasaan bahan mentah strategis
Kalau X adalah input utama untuk produk Y, maka penguasaan sumber – sumber X akan bisa menimbulkan perusahaan monopoli untuk barang Y, dengan jalan menolak penjualan X kepada perusahaan- perusahaan lain.
b) Hak paten
Merupakan suatu sumber terjadinya monopoli untuk suatu macam barang tertentu atau cara produksi tertentu.
c) Terbatasnya pasar
akan mengalami kesulitan dalam menjual barang – barangnya. Jadi di dalam pasar tetap hanya ada satu penjual saja.
d) Pemberian hak monopoli oleh pemerintah
Merupakan sebab lain timbulnya perusahaan monopoli
2.2.10. PLN Sebagai Badan Usaha Milik Negara
Dengan misi utama perlindungan dan pelayanan kepentingan umum maka penguasaan cabang – cabang produksi yang penting bagi Negara yang menguasai hidup orang banyak, hanyalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara maksimal, karena begitu banyaknya kepentingan umum yang perlu dibenahi, maka pemerintah membagi badan usaha milik Negara ( BUMN ) atas:
a) Perusahaan perseroan (persero) yang bertugas untuk memupuk modal dan menghasilkan penerimaan Negara.
b) Perusahaan umum (perum) terutama bertugas melayani dan memenuhi kebutuhan pokok yang strategis tanpa harus rugi.
c) Perusahaan jawatan (perjaw) bertugas melayani kepentingan masyarakat banyak dengan penyediaan subsidi bila dianggap perlu.
peningkatan peran BUMN adalah peningkatan produktivitas dan efisiensi pengelolaan BUMN. Langkah – langkah yang diperlukan untuk ini mencakup pemberiaan otonomi yang semakin besar dalam pegelolaan BUMN agar terdorong untuk meningkatkan efisiensi dan inovasinya
2.2.11. PLN Sebagai Satu – Satunya Penyelenggara Jasa Sambungan Listrik Monopoli.
Pemerintah memberikan hak monopoli kepada perusahaan listrik Negara untuk menyelengarakan jasa yang melayani kebutuhan sambungan listrik dengan sebaik – baiknya. Monopoli adalah suatu keadaan dimana didalam pasar hanya ada satu penjual sehigga tidak ada pihak lain yang menyaiginya .
Ciri dari monopoli adalah bahwa dalam pasar hanya terdapat satu atau seorang produsen dan terdapat batasan atau rintangan untuk perusahaan baru yang akan masuk kedalam industri atau pasar barang tersebut. Oleh karena itu maka perusahaan atau produsen dalam pasar monopoli menjadi produsen tunggal dan mampu mempengaruhi harga barang yang dijualnya dengan cara mengubah jumlah barang yang dihasilkan ( Suparmoko, 1990 : 35 )
pemberiaan hak monopoli oleh pemerintah maka perusahaan listrik Negara dapat mencapai tingkat produksi yang tinggi. Sehingga dapat mencapai skala ekonomis yang maksimal atas pemasaran jasa sambungan listrik dalam jumlah yang sangat besar. Kondisi tersebut membawa keubtungan berupa tingkat pendapatan tinggi dan penghematan biaya, dengan demikian akhirnya kepentingan masyarakat akan mendapat perhatian yang maksimal. Dan dengan hak monopoli PLN mempunyai keharusan dalam mengembangkan teknologi dan motivasi guna mendorong kemajuan usahanya.
2.2.12. Teori Penduduk
Penduduk adalah semua orang yang biasanya tinggal di suatu tempat atau rumah tangga 6 bulan dan lebih atau yang belum 6 bulan namun berniat untuk menetap. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut adat istiadat tertentu secara kontinu dan terikat dengan identitas. Malthus selanjutnya menyatakan bahwa jumlah penduduk akan selalu bertambah dengan bertambahnya jumlah alat-alat pemuas kebutuhan, jumlah penduduk itu dibatasi oleh tersedia atau tidaknya alat-alat pemuas kebutuhan.
Jumlah yang mendiami suatu daerah tertentu dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : 1. Tingkat kelahiran atau birth rate.
Komposisi penduduk berdasarkan : 1. Tempat tinggal
Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat dan termasuk dalam satu kesatuan hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan yang terendah langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangga sendiri di dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat, yang tidak berhak menyelenggarakan rumah tangga sendiri.
2.3. Kerangka Pikir
Ditinjau dari kebutuhan individu terhadap sarana sambungan listrik yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi maupun faktor sosial antara lain pendapatan seseorang dan status sosialnya. Sehubungan dengan listrik Negara pada dasarnya merupakan produk jasa Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) secara individu bisa merupakan kebutuhan tersier, namun dalam kehidupan sekarang ini statusnya bisa menjadi kebutuhan primer atau utama, bahkan menjadi kebutuhan pokok untuk menunjang aktifitas ekonomi.
yang dimaksud faktor demongrafis adalah jumlah penduduk diwilayah tersebut. Dari uaraian tersebut dapat kita lihat dan kita buat gambar skema tentang jumlah permintaan sambungan listrik sektor rumah tangga.
Adapun hubungan antara permintaaan sambungan listrik, terhadap jumlah penduduk (X1), PDRB (X2), jumlah daya tersambung (X3), tarif dasar listrik (X4) adalah sebagai berikut :
X1 = Apabila jumlah penduduk di suatu wilayah mengalami kenaikan setiap tahunnya maka jumlah konsumen terhadap permintaan sambungan listrik akan meningkat pula, dan apabila jumlah penduduk mengalami penurunan setiap tahunnya maka jumlah konsumen terhadap permintaan sambungan listrik akan mengalami penurunan pula, tetapi hal itu tidak mungkin terjadi karena dari prediksi yang diperoleh jumlah penduduk akan selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya.
X2 =PDRB juga merupakan faktor terpenting lainnya karena meningkatnya jumlah rumah tangga akan meningkatkan pula PDRB di wilayah Gresik tersebut, maka kemampuan daya beli masyaratnya juga akan mengalami kenaikan dan hal ini berdampak pada meningkatnya permintaan sambungan listrik sektor rumah tangga.
dinaikkan seperti halnya menambah jumlah mesin, karyawan dan peralatan yang menunjang operasional.
Gambar 4 :Kerangka Pikir
PDRB ( X2 )
Jumlah daya tersambung ( X3 )
Tarif dasar listrik ( X4 )
Konsumen
Jumlah permintaan sambungan listrik sektor rumah tangga ( Y ) Daya beli
Kapasitas layanan perusahaan
Daya sambung Jumlah penduduk
( X1 )
Sumber : peneliti
2.4. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara yang belum tentu dapat diterima dan masih perlu di uji kebenarannya. Dari uraian latar belakang dan perumusan masalah, serta tujuan penelitian didukung oleh teori – teori pada bab terdahulu yang digunakan untuk menjawab permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut :
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan
ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur
variabel tersebut.
Variabel-variabel yang diamati dalam pelaksanaan penelitian
sehubungan dengan penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :
a. Variabel Terikat ( Dependent Variabel )
Jumlah permintaan sambungan listrik di sektor rumah tangga di
Kabupaten Gresik Kecamatan Sedayu. Yang dimaksud adalah banyaknya
permintaan akan sambungan listrik bagi penduduk yang belum
menggunakan listrik di Kabupaten Gresik (studi kasus Kecamatan Sedayu)
pada sektor rumah tangga dalam kurun waktu tertentu yang pengukurannya
dilakukan dalam satuan unit pertahun.
b. Variabel Bebas ( Independent Variabel ) terdiri dari :
1. Jumlah Penduduk (X1)
Jumlah Penduduk dalam hal ini adalah seseorang atau sekelompok
orang yang mendiami atau yang tinggal dan menempati dalam rumah
tangga dan tidak memandang status kependudukan yang pengukurannya
dilakukan dalam satuan orang pertahun.
2. PDRB (X2)
PDRB adalah jumlah seluruh nilai produksi barang dan jasa
yang diterima pada periode tertentu di wilayah Kabupaten Gresik (studi
kasus Kecamatan Sedayu) yang pengukurannya dilakukan dalam satuan
rupiah per tahun .
3. Jumlah Daya Tersambung (X3)
Jumlah daya tersambung adalah jumlah daya yang telah
disediakan oleh Perusahaan Listrik Negara dalam kurun waktu tertentu
yang siap disalurkan dan disambungkan ke sektor rumah tangga wilayah
Kabupaten Gresik (studi kasus Kecamatan Sedayu) yang pengukurannya
dilakukan dalam satuan Volt Ampera per tahun. Dalam penelitian ini
daya sambung yang digunakan adalah R1 / TR 450 VA
4. Tarif Dasar Listrik (X4)
Tarif dasar listrik adalah gabungan antara biaya pasang baru
dan uang jaminan langganan ( UJL ) yang dibebankan pada para
pelanggannya yang pengukurannya dilakukan dalam satuan Rupiah per
3.2. Teknik Penentuan Sampel
Data yang digunakan sebagai sampel penelitian skripsi ini adalah data
yang mencakup wilayah Kabupaten Gresik (studi kasus Kecamatan Sedayu).
Dari tahun 1999 – 2008.
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
Dalam melakukan penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data
yang diperoleh dan telah diolah oleh instansi-instansi yang berkaitan dalam penelitian
ini.
3.3.2. Sumber Data
Sumber Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
instansi terkait, yaitu :
1. Kantor Badan Pusat Statistik Jawa Timur di Surabaya.
2. Kantor APJ PT. PLN ( persero ) cabang Kabupaten Gresik Kecamatan
Sedayu
3. Perpustakaan Pusat UPN “Veteran” Jawa Timur.
3.3.3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan memanfaatkan sarana
kepustakaan untuk membaca buku-buku, literatur - literatur, jurnal-jurnal,
makalah-makalah dan beberapa informasi di internet yang berhubungan
dengan penelitian ini yang sesuai dengan materi bahan skripsi ini.
b. Studi Lapangan
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mengambil laporan,
mencatat atau mengutip data-data yang ada pada Kantor Badan Pusat
Statistik Jawa Timur atau Instansi yang terkait dengan masalah yang
dibahas. Studi lapangan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data
sekunder yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis
Dengan melihat hasil pengamatan dengan metode kuantitatif langkah -
langkah yang akan dilakukan dalam menganalisis penelitian ini adalah :
Analisis regresi linear berganda dengan asumsi Klasik BLUE (Best, Linear,
Unbiassed, Estimator) yang bertujuan untuk menentukan arah dan kekuatan
pengaruh dari masing-masing variabel. Adapun bentuk persamaan untuk
menentukan hubungan antara variabel dependent dengan variabel
independent, sehingga dapat diformulasikan sebagai berikut :
Model fungsional tersebut di atas akan ditetapkan pada model regresi
berganda baik linear maupun non linear seperti rumus di bawah ini :
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3 X 3 + β4 X4 +μi
(
Sudrajat, 1988:27)
Dimana :Y = Jumlah permintaan sambungan listrik di sektor rumah tangga
Kabupaten Gresik Kecamatan Sedayu.
X1 = Jumlah penduduk
X2 = PDRB
X3 = Jumlah daya tersambung
X4 = Tarif dasar listrik
β 0 = Konstanta
β1 … β4 = Koefisien regresi X1, X,2 X 3,X4
μ = Variabel pengganggu, merupakan wakil dari semua faktor lain
yang dapat mempengaruhi namun tidak dapat dimasukkan
dalam model.
i = Pengamatan
3.4.2. Uji Hipotesis
Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara
a. Uji F
Disebut juga uji beda varians yaitu pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui pengaruh dari variabel bebas secara simultan atau serempak
terhadap variabel terikat, dengan kriteria sebagai berikut :
HO = β1 = β2 = β3 = β4 = 0 (tidak ada pengaruh)
H1 = paling tidak salah satu β≠ 0 (ada pengaruh)
Gambar 5 : Kurva uji hipotesis secara simultan
Daerah penolakan
Daerah penerimaan
F ()
Sumber : Sugiyono,2002. Statistik Untuk Pemula, Penerbit : Alfabeta, Bandung,hal:100
H0 diterima jika F hitung ≤ F tabel
H0 ditolak jika F hitung ≥ F table
Fhitung = KT Regresi
KT Galat (Sudrajat,1988 :94)
Dengan derajat bebas = (k, n – k – 1)
Keterangan : n = Jumlah Sampel
k = Jumlah Parameter Regresi
KT = Kuadrat Tengah
1. Bila F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak, artinya variabel
bebas tidak mempengaruhi variabel terikat secara simultan.
2. Bila F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima, artinya variabel
bebas mempengaruhi variabel terikat secara simultan.
b. Uji t
Yaitu pengujian yang dilakukan untuk mempengaruhi pengaruh dari
masing-masing variabel bebas secara parsial atau individu atau terpisah terhadap
variabel terikat dan kriterianya sebagai berikut :
Ho : β1 = 0 (tidak ada pengaruh)
Hi : β1≠ 0 (ada pengaruh)
Gambar 6 : Kurva Uji Hipotesis Secara Parsial
Ho ditolak Daerah penerimaan Ho ditolak Ho
( -t 2 ; n-k-l ) ( t 2 ; n-k-l )
Sumber : Sugiyono,2002. Statistik Untuk Pemula, Penerbit Alfabeta Bandung, Hal : 94)
Ho diterima jika – t tabel ≤ t hitung ≥ t hitung
Ho ditolak jika t hitung ≤ - t tabel atau t hitung ≤ t tabel
t hitung = βj ……….. (Sudrajat, 1997: 74)
Se(βj)
β = Koefisien Regresi
Se = Standart Error
n = Jumlah sampel
k = Jumlah parameter regresi
j = Variabel Bebas ( j = 1,2,3,4,)
Kaidah pengujian :
a. Apabila t hitung ≥ t tabel maka Ho ditolak dan Hi diterima, berarti ada
pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
b. Apabila t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima dan Hi ditolak, berarti tidak
ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
3.5. Uji Asumsi Klasik
Persamaan regresi tersebut di atas harus bersifat BLUE (Best Linear
Unbiaseed Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak
boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka persamaan regresi
harus memenuhi ketiga asumsi klasik ini :
a) Tidak boleh ada autokorelasi
b) Tidak boleh ada multikolinearitas
c) Tidak boleh ada heteroskedatisitas
Sifat BLUE dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Best = Pentingnya sifat ini bila diterapkan dalam uji signifikan buku
2. Linear = Sifat ini dibutuhkan untuk memudahkan dalam penaksiran.
3. Unbiassed = Nilai jumlah sampel sangat besar penaksir parameter diperoleh
dari sampel besar kira-kira mendekati nilai parameter.
4. Estimated = μi diharapkan sekecil mungkin.
Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka
persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga
pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias.
1. Uji Multikolinearitas
Persamaan regresi linier berganda di atas diasumsikan tidak terjadi
pengaruh anatar variabel bebas. Apabila ternyata ada pengaruh linier antar
variabel bebas, maka asumsi tersebut tidak berlaku lagi (terjadi bias).
Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dapat dilihat ciri-cirinya sebagai
berikut :
a. Koefisien determinan berganda (R square) tinggi.
b. Koefisien korelasi sederhananya tinggi.
c. Nilai F hitung tinggi (signifikan).
d. Tapi tak satupun (sedikit sekali) di antara variabel-variabel bebas yang
signifikan.
Akibat adanya multikolinieritas adalah :
1. Nilai standart error (standart baku) tinggi sehingga taraf kepercayaan
(confidence intervalnya) akan semakin melebar. Dengan demikian,
2. Probabilitas untuk menerima hipotesa Ho diterima (tidak ada pengaruh
antara variabel bebas terhadap variabel terikat) akan semakin besar.
Identifikasi secara statistic ada atau tidaknya gejala multikolinier dapat
dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi product moment atau
Variance Inflation Faktor (VIF).
1 VIF =
Q – Rj2
VIF menyatakan tingkat “pembengkakan” varian. Apabila varians lebih besar
dari 10. hal ini berarti terdapat multikolinieritas pada persamaan regresi linier.
2. Uji Heteroskedatisitas
Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan
variabel X. Hal ini biasa diidentifikasikan dengan cara menghitung korelasi
rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas.
Rumus Rank Spearman adalah :
∑di2 rs = 1-6
N(N2 – 1)
Keterangan :
di = Perbedaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas ke-
3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah antara anggota seri observasi yang disusun menurut
urutan waktu atau menurut urutan tempat/ruang atau korelasi pada dirinya
sendiri, dengan symbol yang dapat dinyatakan sebagai berikut :
E (u I u j ) = 0, i=j.
Untuk melihat apakah hasil dari estimasi regresi tidak mengandung
korelasi, maka diperlukan uji. Yaitu dengan menggunakan uji Durbin Watson.
Gambar 7 : Statistik Durbin-Watson
2 4
Menerima Ho atau H*o Atau kedua-duanya
Sumber: Suliyanto, 2005, Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran, Ghalia Indonesia, hal. 86
Ho : tidak ada autokorelasi positif
Ho : tidak ada autokorelasi negatif
Jika Ho : tidak ada autokorelasi positif, maka
d<dL : menolak Ho
dL<d>dU : pengujian tidak meyakinkan
Jika Ho : tidak ada autokorelasi negatif, maka jika
d<4 – dL : menolak Ho
d>4 – dU : tidak menolak Ho
4-dU<4-dL : pengujian Ho tidak meyakinkan
Jika Ho : tidak ada autokorelasi positif maupun negative, maka jika
d<dL : menolak Ho
d>4 – dL : menolak Ho
dU<d<4-dU : tidak menolak Ho
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Letak Geografis Kecamatan Sedayu Kabupaten Gresik.
Kecamatan Sedayu berbatasan langsung dengan Kecamatan Ujung
Pangkah di sebelah utara. Kecamatan Bungah di sebelah selatan.
Kecamatan Dukun dan Kecamatan Panceng di sebelah barat. Serta dengan
Selat Madura di sebelah timur. Ibukota Kecamatan Sedayu ditetapkan di
beberapa desa yang masuk kawasan ibu kota kecamatan, yaitu desa
Kauman, Pengulu, Mriyunan, Asempapak, Raci Tengah, Bunderan,
Purwodadi, Sedagaran dan Sidomulyo.
4.1.2. Sejarah Singkat PT.PLN
Tenaga listrik mulai tersedia untuk masyarakat Indonesia sejak
tahun 1898 sampai sebelum pecah Perang Dunia ke II tahun 1942.
Perkembangan pengelolaan tenaga listrik di Indonesia dilakukan oleh
Pemerintah Kolonial Belanda bersama dengan perusahaan – perusahaan
listrik swasta seperti ANIEM ( Algemen Nedelans Indische Elektricities
Maatchapy ), GEBEO ( Gas en Electricien Maatchapy Bandung on
Omgeering ). Selama masa pendudukan Jepang ( tahun 1942 – 1945 )
pengelolaan tenaga listrik di Indonesia dilakukan oleh pemerintah
Pendudukan Jepang selama masa revolusi fisik ( 1945 -1950 ) didaerah
yang dikuasai oleh pemerintah Republik Indonesia pengelolaan tenaga
listrik dilakukan oleh jawatan Listrik dan Gas, sedangkan di daerah yang
diduduki kembali oleh Belanda kembali seperti keadaan sebelum Perang
Dunia ke II.
Jawatan Listrik dan Gas didirikan pada tanggal 27 Oktober 1945
yang sekarang diperingati sebagai Hari Listrik Nasional. Setelah
kedaulatan Republik Indonesia dipulihkan oleh Belanda pada akhir tahun
1949 maka pengelolaan tenaga listrik di Indonesia dilakukan sebagian oleh
Jawatan Listrik dan Gas bersama perusahaan – perusahaan Listrik Swasta
Belanda. Pada tahun 1985 dikeluarkan undang – undang Nomor : 15 yang
memungkinkan Swasta turut dalam perusahaan tenaga listrik bagi
kepentingan umum, kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Nomor :
17 tahun 1990 sebagai penganti peraturan Pemerintah Nomor : 18 tahun
1994 status PLN diubah menjadi PERSERO dengan peraturan pemerintah
Nomor : 23 tahun 1994.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1. Perkembangan Jumlah Permintaan Listrik di Sedayu
Tabel di bawah terlihat bahwa mulai tahun 1999 sampai dengan
tahun 2008 jumlah permintaan akan listrik di Sedayu terus mengalami
peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari nilai perkembangannya.
Perkembangan terendah terjadi pada tahun 2007 dengan perkembangan
sebesar -1,65 persen. Dengan jumlah permintaan listrik pada tahun 2006
sebesar 7.091 unit turun menjadi 6.974 unit di tahun berikutnya.
persen. Dengan jumalh permintaan listrik sebesar 3.061 unit di tahun 2001
naik menjadi 4.335 unit di tahun 2002.
Permintaan Sambungan Listrik Sektor Rumah Tangga
mengalami penurunan hal ini disebabkan karena semakin berkurangnya
jumlah rumah tangga yang meminta sambungan listrik sehingga jumlah
konsumen berkurang dan semakin tingginya tarif dasar listrik. Sedangkan
Permintaan Sambungan Listrik Sektor Rumah Tangga mengalami
peningkatan, hal ini disebabkan karena turunnya tarif dasar listrik dan
semakin tingginya pendapatan yang diterima pada masyarakat.
Perkembangan nilai Jumlah Permintaan Listrik di Sedayu disajikan pada
tabel 1 :
Tabel 1 : Perkembangan Jumlah Permintaan Listrik di Kecamatan Sedayu tahun 1999–2008
Sumber : Perusahaan Listrik Negara,UPJ Sedayu ( diolah )
Tahun Jumlah Permintaan Listrik( unit ) Perkembangan ( % )
1999 1.757 -
2000 2.245 27,77
2001 3.061 36,35
2002 4.355 42,27
2003 4.534 4,11
2004 5.111 12,73
2005 6.123 19,80
2006 7.091 15,81
2007 6.974 -1,65
4.2.2. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kecamatan Sedayu.
Di bawah ini disajikan tabel perkembangan jumlah penduduk di
Kecamatan Sedayu pada tabel 2 :
Tabel 2 : Perkembangan Jumlah Penduduk tahun 1999-2008
Tahun Jumlah Penduduk
(unit)
Perkembangan ( % )
1999 34.078 -
2000 34.597 1,52
2001 35.468 2,52
2002 36.797 3,75
2003 37.027 0,63
2004 37.632 1,63
2005 38.675 2,77
2006 39.324 1,68
2007 39.593 0,68
2008 40.773 2,98
Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur( diolah )
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa perkembangan Jumlah
penduduk yang tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 2,98 persen. Dan
perkembangan terendah terjadi pada tahun 2003 sebesar 0,63 persen.
Jumlah penduduk mengalami peningkatan karena tiap tahunnya pasti ada
angka kelahiran, ataupun penduduk pendatang, sedangkan jika jumlah penduduk
mengalami penurunan itu di akibatkan karena adanya angka kematian yang
meningkat atau sudah pindah ke daerah lain.
4.2.3. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto
Berdasarkan tabel dibawah dapat diketahui bahwa pekembangan
cenderung mengalami kenaikkan. Perkembangan PDRB tertinggi selama
periode penelitian adalah pada tahun 2000 sebesar 185,88 persen dengan
PDRB sebesar Rp 3.205.472,55 ditahun 1999 dan meningkat menjadi Rp
9.163.881,26 ditahun 2000 . Sedangkan perkembangan terendah adalah
pada tahun 2000 sebesar 3,57 persen.
Produk Domestik Regional Bruto mengalami kenaikan disebabkan
karena semakin tingginya daya beli masyarakat terhadap permintaan
sambungan listrik. Sedangkan Produk Domestik Regional Bruto mengalami
penurunan karena semakin tingginya tingkat inflasi dan naiknya
harga-harga barang. Sehingga mengakibatkan kurangnya produksi yang
dihasilkan
Tabel 3 : Perkembangan PDRB Gresik tahun 1999 – 2008
Tahun PDRB ( Rp ) Perkembangan ( % )
1999 3.205.472,55 -
2000 9.163.881,26 185,88
2001 9.491.119,25 3,57
2002 9.899.145,70 4,30
2003 10.333.772,44 4,39
2004 11.102.199,28 7,44
2005 11.892.606,44 7,12
2006 12.702.241,51 6,81
2007 13.553.685,95 6,70
2008 14.412.941,49 6,34
Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur( diolah )
4.2.3. Perkembangan Daya Tersambung Listrik di Sedayu
Perkembangan Daya Tersambung dapat dilihat dalam tabel di