• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian Mobil Suzuki Apv Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian Mobil Suzuki Apv Surabaya."

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

Suzuki Apv Sur abaya

Yang Diajukan

Aang Zahruddin NPM. 0912010203/FE/EM

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh

Pembimbing Utama

Drs. Kustini. Msi Tanggal ………

Mengetahui

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran”

J awa Timur

Dr s. Ec. Rahman A. Suwaidi, MS

(2)

SKRIPSI

PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP

KEPUTUSAN PEMBELIAN MOBIL SUZUKI APV DI

SURABAYA

Disusun oleh :

Aang zahruddin 0912010203/FE/EM

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal : 31 Mei 2013

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Dra. Ec. Kustini, MM Dr. Prasetyo Hadi, MM

Sekretaris

Dra. Ec. Kustini, MM

Anggota

Dra. Ec. Nur Mahmudah, MS

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

(3)

rahmat dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang

berjudul “ Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian Mobil

Suzuku Apv di Surabaya. “ Skripsi ini di ajukan untuk memenuhi sebagai

persyratan dalam memproleh gelar sarjana Ekonomi jurusan Manajemen.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini seringkali

menghadapi hambatan dan keter batasan dalam berbagai hal. Namun, karena

dorongan dan bimbingan yang telah diberikan berbagai pihak akhirnya penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk mitu dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepeda:

1. Bapak Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP. Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE,MM selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ‘Veteran ‘Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar MM. Ketua Program Studi Ekonomi

Manajemen.

4. Ibu Dra. EC. Kustini, Msi Selaku Dosen Pembimbing Utama Sekaligus

Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan

pengarahan selama penulisan skripsi ini.

5. Special family dear Ayah, Ibu, dan segenap keluarga yang telah banyak

memberikan dukungan dan pengorbanan,baik secara moril maupun materil

(4)

6. Teman-teman sekalian terimah kasih banyak atas kerjasamanya Rizka,

Ricki, Farid, Cahyo, Faisal atau (ndul), Yudi atau (meme), Adrian Ghati,

Totok, dll.

Akhirnya, penulis menyadari bukan hal yang tidak mungkin apabila skripsi

jauh dari sempurna, dan dengan rendah hati bersedia menerima segala saran yang

bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,

khususnya penulis.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan

semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis

dan para pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT meridhoi dan dicatat

sebagai ibadah disisi-Nya, amin.

Surabaya, Juni 2013

(5)

Kata Pengantar... i

Daftar Isi... iii

Daftar Gambar... vii

Daftar Tabel... viii

Daftar Lampiran... ix

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang...1

1.2

Perumusan Masalah...5

1.3

Tujuan Penelitian...5

1.4

Manfaat Penelitian...6

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu...8

2.2 Landasan Teori...12

2.2.1 Pengertian Merek (Brand)...12

2.2.2 Pengertian Ekuitas Merek...14

(6)

2.2.5 Brand Asosiasi...20

2.2.6 Keputusan Pembelian...22

2.2.7 Proses Dan Tahapan Keputusan Pembelian...24

2.3 Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian...27

2.3.1

Hubungan

Kesadaran

Merek

Terhadap

Keputusan

Pembelian...27

2.3.2

Hubungan

Persepsi

Kualitas

Terhadap

Keputusan

Pembelian...29

2.3.3

Hubungan

Asosiasi

Merek

Terhadap

Keputusan

Pembelian...30

2.4 Kerangka Pikir...33

2.5 Hipotesis...33

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel...34

3.1.1 Devinisi Operasional Varibel...34

3.2 Pengukuran Variabel...37

(7)

3.4 Teknik Pengumpulan...39

3.4.1 Jenis Data...39

3.4.2 Sumber Data...39

3.4.3 Pengumpulan Data...40

3.5 Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis...41

3.5.1 Teknik Analisis...41

3.5.2 Pengujian Hipotesis...54

BAB IV ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian...55

4.1.1 Sejarah Singkat...55

4.2 Deskripsi Jawaban Responden...58

4.2.1 Penyebaran Kuisioner...58

4.2.2 Deskripsi Krakteristik Responden...58

4.3 Deskripsi Variabel...60

(8)

4.4 Hasil Partial Least Square...68

4.4.1 Evaluiasi Model Pengukuran...68

4.4.2 Evaluasi Model Struktural...68

4.4.3 Uji Kausalitas...70

4.5 Pembahasan...71

4.5.1 Variabel Ekuitas Merek...71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...74

5.2 Saran...74

DAFTAR PUSTAKA

(9)

Oleh :

Aang Zahr uddin NPM. 0912010203/FE/EM

ABSTRAKSI

Perkembangan ekonomi, Teknologi, dan Sosial Budaya sebagai arus perubahan global yang mendorong transformasi pada seluruh aspek prilaku konsumen dan pemenuhan keseluruhan yang terus berkembang produk mobil yang berkualitas seperti Suzuki APV. Pihak marketer atau pengelola Suzuki APV harus senantisa memahami prilaku konsumen secara keseluruhan agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan dapat merumuskan strategi pemasaran dengan cepat dan tepat. Oleh karena itu Suzuki APV merupakan perusahaan yang menghasilkan produk berupa jasa layanan maupun jasa penjualan yang harus dipasarkan pada konsumen,. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penelitian tertari untuk melakukan penelitian yang berjudul pengaruh ekuitas merek terhadap keputusan pembelian mobil Suzuki APV di Surabaya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah pengaruh ekuitas merek terhadap keputusan pembelian serta untuk mengetahui manakah yang paling berpengaruh terhadap keputusan pembelianmobil Suzuki APV di Surabaya. Metode penelitian ini yang di gunakan Partial LeastSquare (PLS) serta pengujian asumsi klasik (PLS) yang di lanjutkan dengan pengujian hipotesis, dimana data yang di gunakan adalah sampel sebanyak 104 orang penguna Suzuki APV di Surabaya.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangan ekonomi, teknologi, dan social

budaya sebagai dari arus perubahan global yang mendorong transformasi

pada seluruh aspek prilaku konsumen dan pemenuhan kebutuhan yang terus

berkembang produk mobil yang berkualitas seperti Suzuki Apv.

Suzuki APV Arena dan juga APV Luxury merupakan kendaraan

MPV (Multi-Purpose Vehicle) yang didesain bagi konsumen segmen

menengah yang dapat digunakan sebagai alat transportasi keluarga ataupun

sebagai pendukung dalam melaksanakan sebuah jenis usaha atau bisnis.

Kendaraan yang terinsipirasi dari desain mobil Van yang dipasarkan di

Eropa dan Amerika ini adalah hasil kreasi atau desain anak bangsa yang kini

banyak digemari oleh konsumen di tanah air.

Diproduksi pertama kali pada tahun 2004, Suzuki APV telah banyak

mendapat perubahan, baik dari performa mesin hingga fitur keamanan serta

kenyamanan lainnya. Kendaraan ini tentu saja menjadi salah satu

kebanggaan kita bersama karena merupakan hasil produksi dalam negeri

yang dilakukan oleh PT.Indomobil Suzuki International yang berlokasi di

(11)

pihak Suzuki terus menambah varian kendaraan ini hingga pada APV Arena

yang memulai debutnya pada tahun 2007, diikuti oleh APV Luxury dua

tahun kemudian.

Surabaya sebagai kota berkembang kedua setelah Jakarta, merupakan

lahan tersendiri bagi tumbuhnya bisnis layanan transportasi atau jasa atau

banyaknya show room mobil, dimana sudah banyak kebutuhan atau rutinitas

masyarakat berkembang untuk melakukan perubahan di bidang otomotif.

Dengan banyaknya show room mobil, akan membuka pesaing pada

mobil-mobil yang lain, dan akan memberikan dampak negative Suzuki

APV, disatu sisi tentunya membawa keuntungan bagi konsumen karena akan

lebih banyak alternative pilihan tepat bagi mereka yang ingin melakukan

perubahan dibidang transportasi,akan tetapi akan memberikan ancaman bagi

penggelola Suzuki APV itu tersendiri, karena harus menghadapi pesaing

yang sangat ketat dalam memperebutkan jumlah pelanggan/konsumen yang

ada.

Pihak marketer atau penggelola Suzuki APV harus senantiasa

memahami prilaku konsumen secara keseluruhan agar dapat

mempertahankan kelangsungan hidupnya dan dapat merumuskan strategi

pemasaran dengan cepat dan tepat. Oleh karena Suzuki APV merupakan

perusahaan yang menghasilkan produk berupa jasa layanan maupun jasa

penjualan yang harus dipasarkan pada konsumen, konsumen banyak di

(12)

3

Top Brand Index Mobil MPV Tahun 2010 - 2012

Sumber : www.marketing.co.id

TOP BRAND INDEX TAHUN 2010 s/d 2012

Merek Mobil 2010 2011 2012

Toyita Avanza 16,7% 28,8% 35,8%

Toyota Kijang Inova 38,0% 24,1% 15,8%

Daihatzu Xenia 10,0% 11,9% 14,2%

Suzuki Apv 10,0% 12,5% 12,0%

Isuzu Panther 3,5% 4,2% 2,4%

(13)

Berdasarkan table TBI diatas terlihat bahwa mobil Suzuki Apv dari

tahun 2010 – 2012 mengalami penilaian konsumen yang flukuatif. Index

dari Suzuki Apv sejak tahun 2007 terus mengalami penurunan, di tahun

2010 indexnya 10,0% Suzuki Apv berada di urutan ke 4 di tahun 2011

indexnya 12,5% dan di tahun 2012 indexnya 12,0%. Kalau ini terus terjadi

dan Suzuki Apv tidak melakukan perubahan produk, di prediksi Indexnya

tinggal 10% Sumber: www.marketing.co.id

Padahal mobil Suzuki Apv sudah melakukan beberapa perubahan

pada Spesifikasi : Mesin G15A SOHC 16 Valve 4 in Line Multi Point

Injection, 105 PS, Tilt steering, Power Steering, Power Window, Key Less

Entry, Electric Mirror with Foldable Mirror (SGX),2 Din Radio Tape JVC

(Gl Sinle Din), Double Blower AC (GL single),Captain Seat (SGX), Child

Door Lock,2 tone colour dasboard (beige), Fog Lamp, Side Body

Moulding,Velg Racing 195/65 R15 / 185/80 R14 (GL), Upper Spoiler

(SGX).Sumber: id.carmall.com

Meskipun demikian masih terdapat beberapa kelemahan pada mobil

Suzuki Apv antara lain: Air AKI yang cepat habis, Posisi Ban depan di

bawah supir yang cepat Aus kedalam, Motor ExtraFan/Kondesor AC, Gigi

mundur susah masuk. Sumber: id.carmall.com

Durianto, dkk, (2001:1) mengatakan bahwa ekuitas merek (brand

equity) adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan

(14)

5

yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa kepada perusahaan atau pada

pelanggan perusahaan.

Di dukung dengan penelitian (Arianis Chan), menyatakan bahwa

menunjukkan bahwa ekuitas merek Bank Muamalat Indonesia memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap proses keputusan pembelian

konsumen.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Ekuitas Merek terhadap

Keputusan Pembelian Mobil Suzuki Apv Surabaya”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka penting bagi Suzuki APV untuk

mengetahui. Hal ini yang menjadikan penelitian tertarik untuk mengetahui

pengaruh Ekuitas merek terhadap keputusan pembelian produk Suzuki APV.

sesuai dengan pokok-pokok pikiran yang dikemukakan diatas, maka yang

diangkat sebagai permasalahan penelitian ini adalah:

1. Apakah variable Ekuitas Merek mempunyai pengaruh terhadap

keputusan pembelian produk Suzuki APV?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

Untuk menganalisis ekuitas merek terhadap keputusan pembelian

(15)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penulis ini adalah:

1. Peneliti

Menjadi masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang

berhubungan dengan disiplin ilmu ekonomi khususnya Manajemen

Pemasaran.

2. Bagi perusahaan

a. Sebagai bahan refrensi bagi perusahaan umtuk mengetahui apakah

penerapan Ekuitas Merek mempengaruhi terhadap Keputusan

Pembelian.

b. Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk megembangkan

program Ekuitas Merek.

3. Bagi peneliti lain

Sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang berminat untuk

(16)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah

penelian yang dilakukan oleh:

1. Nur Ida Iriani, dengan judul penelitian “ Pengaruh Dimensi Brand

Equity (Ekuitas Merek) terhadap Keputusan Pembelian Kartu Telepon

Seluler Telkom di Kota Malang”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh

terjadinya Era globalisasi telah membawa perubahan cukup besar

terhadap berbagai bidang, tidak terkecuali dibidang bisnis. Perubahan

tersebut memberikan peluang kepada semua pihak, khususnya produsen

untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang baik dan harga yang

relatif bersaing. Hal ini secara tidak langsung berimplikasi pada

krakteristik produk dipasaran yang menjadi cenderung mirip dan sulit

dibedakan. Sehingga konsumen dewasa ini lebih bebas untuk memilih

produk-produk yang diinginkan. Dan secara countinue sifat pasar kini

mulai berlebih dari sellers market (pasar penjual) buyers market (pasar

pembeli), dimana konsumen menjadi raja

Disisi lain, iklim dunia usaha yang semakin kompetitif

memberikan sinyalemen bahwa setiap perusahaan harus mrumuskan

(17)

Kraktristik produk yang hampir sama, menjadikan para produsen

harus terus berusaha untuk mendiferensiasikan produknya melalui

pengembangan dan perbaikan standart kualitas secara terus menerus

dan berusaha menekan biaya produksi seminim mungkin, sehingga

harga pruduk menjadi lebih kompetitif. Namun demikian, ditengah

situasi persaigan yang sangat ketat dan sifat pasar yang fluktuatif, hanya

mengandal kan strategi difrensiasi kualitas dan harga sebagai model

keunggulan bersaing bagi produsen tidaklah cukup. Apalagi kedua

strategi tersebut seara bersamaan juga digunakan oleh pesaing lainnya

guna mengunggulkan produknya di pasaran. Dengan demikian

dibutuhkan strategilain yang tidak bisa ditiru dan dapat mendukung

keduannya.Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah

dilakukan, maka dapatditarik kesimpulan sebagai berikut :

Dari serangkaian hasil penelitian dan pembahasan, dapat diuraikan

beberapa poin penting yang menjadi kesimpulan yaitu: (1) secara dimensi

brand equity (ekuitas merek) yang terdiri dari variabel merek, kesan

kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek berpengaruh signifikan

terhadap keputusan pmbelian kartu telephone seluler Telkomsel, dan

secara parsial variable loyalitas merek, kesan kualitas, dan asosiasi merek

juga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen

sedangkan variable kesadaran merek tidak berpengaruh signifikan

terhadap keputusan pembelian konsumen dalam melakukan pembelian

(18)

9

dominan berpengaruh terhadap keputusan pembelian kartu telephone

seluler Telkomsel di kota Malang adalah variable loyalitas merek. Hal ini

berarti bahwa kartu telephone seluler produk Telkom seluler telah

memberikan keterikatan emosional yang dipengaruhi oleh kepuasan yang

dirasakan oleh konsumen yang telah mengunakan kartu telephone produk

Telkomsel, baik itu merek Simpati, As, dan Hallo.

2. Dwi Cempakasari, Nunik Kusnilawati melakukan penelitian Analisis

pengaruh Kualitas Produk, Harga, dan Promosi terhadap Keputusan

Pembelian (Studi kasus pada Gaudi Paragon Mall Semarang).Penelitian ini

melatar belakangi karenaMunculnya produsen retail dari pesaing semakin

memperketat persaingan industri retil atau fashion di Indonesia. Namun

hingga saat ini Gaudi tetap menjadi pilihan bagi masyarakat indonesia

karena berbagai macam keunggulan yang dimilikinya. Keputusan

konsumen dalam menentukan atau memilih merek pakaian atau fashion

tertentu bukan lah hal yang begitu saja terjadi. Banyak pertimbangan yang

dilakukan konsumen sebelum memutuskan untuk membeli untuk

membeli suatu produk misalnya, kualitas produk, harga, dan promosi

(Engel,1994).

Untuk lebih memperkenalkan produknya, Gaudi gencar melakukan

kegiatan promosi untuk menarik minat beli konsumen. Diantara menbuat

iklan melalui media cetak atau elektronik, mengadakan petunjukan

fashion, menjadi sponsor realiti show dan lain-lain. Munculnya pesaing

(19)

menyebabkan konsumen dapat membandingkan produk sebelum memilih

dan membeli produk yang sesuai dengan keinginan dan harapannya.

Sehingga berdampak langsung pada tingkat penjualan pakaian atau fashion

di Gaudi Paragon Mall Semarang.

Gaudi adalah salah satu toko fashion yang menawarkan produk fashion

casual sampai dengan formal serta accesoris-accesoris. Pada tahun 2011

Gaudi lebih tidak sering mencapai target yang ditetapkan oleh manajemen,

kondisi ini menandakan masih adanya prmasalahan pada keputusan

pembelian di Gaudi Paragon Mall Semarang. Berdasarkan hasil analisis,

dapat diambil kesimpulan penelitian ini sebagai berikut: (1) Uji Validitas

menunjukkan bahwa nilai hitung dari masing-masing variabel lebih besar

dari tabel 0,202 dan tingkat signifikan dari masing-masing variable kurang

dari 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing butir pertanyaan

adalah Valid. (2) Uji Rebilitas adalah menunjukkan bahwa nilai crounbach

Alpha dari tiap-tiap konstruk atau variable lebih besar dari 0,60 yang

berarti kuesioner yang merupakan indikator-indikator dari variable trsebut

adalah riabel atau handal. (3) diketahui bahwa kualitas produk memiliki

penggaruh yang positif terhadap keputusan pemblian. Hal ini ditunjukkan

pada pengelolahan data dengan SPSS for windows, hasil analisa linier

berganda menunjukakan besarnya pengaruh kualitas produk (X1) sebesar

3,226 dengan tingkat signifikan 0,002 sedangkan nilai tabel untuk

penelitian ini sebesar 1,662 dan tingkat signifikan t kurang dari 5%. (4)

(20)

11

yang telah dilakukan, maka diketahui adalah harga memiliki pengaruh

yang positif terhadap keputusan pembelian. Hal ini ditunjukan pada hasil

pengelolahan data dngan SPSS for windows, hasil analisis regresi linear

berganda nenunjukkan besarnya untuk pengaruh harga (X2) sebesar 0,337

terhadap keputusan pembelian (Y) dan nilai t hitung sebesar 3,689 dengan

singkat signifikan 0,000 sedangkan nilai t tabel untuk penelitian ini sebesar

1,662 dan ingkat signifikan t kurang dari 5%. (5) Berdasarkan penelitian

pada konsumen Gaudi Paragon Mall Semarang yang telah dilakukan, maka

diketahui bahwa promosi memiliki pengaruh yang positif terhadap

keputusan pembelian. Hal ini ditunjukan pada hasil pengelolahan data

dengan SPSS for windws, hasil analisis regresi linear beganda menunjukan

besarnya pengaruh promosi (X3) sebesar 0,312 terhadap keputusan

pelangan (Y) dan nilai t hitung sebesar 3,694 dengan tingkat signifikan

0,000 sedangkan nilai t tabel untuk peenelitian ini sebesar 1,662 dan

signifikan t kurang dari 5%. (6) berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan pada responden konsumen Gaudi Paragon Mall Semarang, maka

data mentah yang di proleh selanjutnya diolah dengan program SPSS for

windws dan dari hasil pengelolahan data tersebut dihasilkan persamaan

(21)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Merek (Brand)

Sebagaimana diketahui bahwa merek merupakan pembeda antar

satu produk dengan produk lainnya. Kita menyimpan memori dibenak

kita akan suatu produk dengan isi mengenai mengenal produk tersebut,

bukan tentang produk-produk apa yang fungsi dan kegunaanya sama.

Merek (brand) telah menjadi elemen yang sangat krusial yang

berkontribusi terhadap kesuksesan sebuah organisasi pemasaran, baik

perusahaan bisnis maupun penyedia jasa, organisasi lokal maupun

global.

Menurut UU Merek No.15 Tahun 2001 Pasal 1 Ayat 1:Merek

adalah tanda yang berupa gambar, nama kata, huruf-huruf, angka-angka,

susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki

daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan

jasa.

Definisi ini memiliki kesamaan dengan definisi versi American

Marketing Association yang menekankan peranan merek sebagai

identifier dan differentiation.

Aaker dan Joachimstahler (2000 : 51), mengemukakan bahwa

“merek memiliki karakteristik yang lebih luas dari pada produk yaitu

citrapengguna produk, asosiasi perusahaan, symbol-simbol, dan

(22)

13

dan produsen. Menurut Kotler (2003 : 38), bagi produsen merek

berperan penting sebagai :

A. Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau

pelacakan produk bagi perusahaan.

B. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik.

C. Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga

mereka bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi di lain

waktu.

D. Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan

produk dari para pesaing.

E. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan

hukum, loyalitas pelanggan, dan citra unik yang berbentuk dalam

benak konsumen.

F. Sumber financial returns terutama menyangkut pendapatan masa

depan.

Sedangkan bagi konsumen, merek berfungsi sebagai identifikasi

sumber produk, penetapan tanggung jawab pada pemanufaktur atau

distributor tertentu, pengurangan resiko, penekanan biaya pencarian

internal dan eksternal, janji dan ikatan khusus dengan produsen, alat

simbolis yang memproyeksi citra diri,dengan signal kualitas.

Menurut Palmer (2001 : 184), bahwa merek adalah penting

didalam membimbing pembeli ketika memilih antara pelayanan yang

(23)

Selanjutnya Palmer (2001 : 184), menegaskan bahwa :Merek

selalu digunakan oleh perusahaan untuk menyajikan bukti berupa standar

tetap dan terutama penting untuk perusahaan yang tidak memiliki

kesempatan untuk mengembangkan hubungan secara terus menerus

dengan pelanggannya.

Menurut Kotler (2004 : 460), yaitu :Merek adalah suatu nama,

istilah, tanda, lambang, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut,

yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang

atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk

pesaing.

2.2.2. Pengertian Ekuitas Merek

Durianto, dkk, (2001:1) mengatakan bahwa merek memberikan

“nilai” sehingga total produk yang “bermerek” baik menjadi lebih tinggi

dibandingkan produk yang dinilai semata-mata secara objektif. Salah

satu pertimbangan yang dapat dikemukakan adalah reputasi tinggi merek

yang baik tentunya tidak jatuh dari langit tetapi dibangun melalui proses

yang bahkan tidak jarang memakan waktu ratusan tahun. Jika

perkembangan merek itu memerlukan usaha sedemikian rupa, maka

wajarlah muncul kompensasi tambahan nilai.

Lebih lanjut Durianto, dkk, (2001:1) mengatakan bahwa ekuitas

merek (brand equity) adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang

berkaitan dengan suatu merek, nama, simbol, yang dapat menambah atau

(24)

15

perusahaan atau pada pelanggan perusahaan. Menurut Davis yang

dikutip oleh Simamora, (2002:50) mengatakan bahwa merek yang kuat

(ekuitas merek) memperoleh manfaat berikut :

1. Loyalitas memungkinkan terjadinya pembelian/transaksi berulang

atau jika konsumen tersebut merupakan commited buyer, tidak hanya

terhenti pada pembelian ulang, namun konsumen tersebut juga dapat

menganjurkan/merekomendasikannya kepada orang lain.

2. Merek yang kuat memungkinkan perusahaan menetapkan harga yang

lebih tinggi (premium), yang berarti margin yang lebih tinggi bagi

perusahaan.

3. Merek yang kuat akan memberikan kredibilitas pada produk lain

yang menggunakan merek tersebut. d. Merek yang kuat

memungkinkan return yang lebih tinggi.

4. Merek yang kuat memungkinkan diferensiasi relatif dengan pesaing

yang jelas, bernilai dan berkesinambungan.

5. Merek yang kuat memungkinkan fokus internal yang jelas.

6. Merek yang kuat, dapat menciptakan toleransi konsumen terhadap

kesalahan produk atau perusahaan, melalui loyalitas yang tinggi

terhadap merek tersebut.

7. Merek yang kuat menjadi faktor yang menarik karyawan–karyawan

berkualitas, sekaligus mempertahankan karyawan–karyawan (yang

(25)

8. Merek yang kuat dapat menarik konsumen untuk hanya

menggunakan faktor merek dalam pengambilan keputusan

pembelian.

2.2.3. Pengertian Kesadar an Merek

Kesadaran Merek (Brand Awareness) Menurut Aaker

(1997)"Kesadaran Merek (brand awareness)adalah kesanggupan seorang

pembeliuntukmengenali dan mengingat kembalibahwa suatu

merekmerupakanperwujudan kategori produk tertentu".Kesadaran merek

membutuhkanjangkauan kontinum (ContinumRanging) dari perasaan

yang tak pastibahwa merek tertentu dikenal menjadikeyakinan bahwa

produk tersebutmerupakan satu-satunya dalam kelasproduk

bersangkutan, kontinum inidapat diwakili oleh tingkat ^kesadaranmerek

yang berbeda.

Gambar 3.1 : Piramida “brand awareness”

(26)

17

Jangkauan kontinum ini diwakili oleh4 tingkatan kesadaran merek, yaitu:

A. Tidak Menyadari Merek (Unwareof Brand) Merupakan tingkatanmerek,

yang paling rendah dimanakonsumen tidak menyadari, akaneksistensi suatu

merek.

B. Pengenalan Merek (BrandRecognition) Merupakan tingkatminimal dari

kesadaran merek yangmerupakan pengenalan merekdengan bantuan,

misalnya denganbantuan daftar merek, daftargambar, atau cap merek.

Merekyang masuk dalam ingatankonsumen disebut brand recognition.

C. Pengingatan Kembali Merek (BrandRecall) Mencerniinkan merek-merekapa

saja yang diingat konsumensetelah menyebutkan merek yangpertama kali

disebut. Dimaria merek-merekyang disebutkan kedua, ketigadan seterusnya

merupakan merekyang menempati brand recall dalambenak konsumen.

D. Puncak Pikiran (Top of Mind) Yaitumerek produk yang pertama

kalidisebutkan oleh konsumen secaraspontan atau yang pertamakali dalam

benak konsumen. Dengankata lain merek tersebut merupakanmerek utama

dari berbagai merekyang ada dalam benak konsumen.

E. Kesan Kualitas (perceived Value)Menurut Aaker (1997)"Kesan atau

persepsi kualitasmerupakan persepsi konsumen terhadapkeseluruhan

kualitas atau keunggulansuatu produk atau jasa layanan yangsama dengan

maksud yangdiharapkannya". Secara umum nilainilaiatau atribut dari kesan

konsumendapat digambarkan sebagai berikut

(27)

Sumber : Rungkuti (2002)

Penjelasan dari Gambar di atas dapatdilihat sebagai berikut:

1. Alasan membeliKesan kualitas sebuah merek memberikan alasan yang

penting untukmembeli. Hal ini mempengaruhimerek-merek mana yang

harusdipertimbangkan, dan selanjutnyamempengaruhi merek apa yang

akandipilih.

2. Diferensiasi/posisiDiferensiasi mempunyaididefinisikan sebagai

suatukarakteristik penting dari merek,apakah merek tersebut bernilai

atauekonomis juga berkenaan denganpersepsi apakah merek tersebutterbaik

atau sekadar kompetitifterhadap merek-merek lain.

3. Harga optimumKeuntungan ini memberikan pilihan-pilihandalam menetapkan

hargaoptimum yang bias meningkatkanlaba atau memberikan sumber

dayauntuk reinvestasi pada merektersebut.

4. Minat Saluran distribusiKeuntugan ini yaitu meningkatkanminat para

distributor dikarenakandapat menawarkan suatu produkyang memiliki

persepsi kualitastinggi dengan harga yang menarikdan menguasai lalu lintas

distribusitersebut untuk menyalurkan merek-merekyang diminati konsumen. KESAN

KUALITAS

ALASAN UNTUK MEMBELI

DIFERENSIASI / POSISI

PERLUASAN MEREK

(28)

19

5. Perluasan MerckKesan kualitas dapat dieksploitasidengan cara mengenalkan

berbagaiperluasan merek, yaitu denganmenggunakan merek tertentu

untukmasuk kedalam kategori produkbaru.

2.2.4. Pengertian Kesan Kualitas

Kesan kualitas dapat di definisikan sebagai persepsi pelanggan

terhadap seluruh kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan

sehubungan dengan maksud yang diharap kan maka kesan kualitas

berbeda dengan berbagai konsepyang hamper sama (Aaker, 1997:124),

seprti:

1. Actual or Objective quality( kualitas actual atau objektif), yaitu

perluasan suatu bagian dari suatu produk atau jasa yang memberikan

layanan yang lebih baik.

2. Produck-based( kualitas isi produk ), yaitu kraktristik dan kualitas

unsure, bagian-bagian atau pelayanan yang disertakan.

3. Manufacturing quality( kualitas proses manufactur ), yaitu

kesesuaian dengan sepesifikasi, hasil akhir yang “tanpa cacat” (Zero

defec).

Kesan kualitas (Zeithaml,1990:4) adalah model yang digunakan

untuk menggukur tentang kesempurnaan sebuah produk. Seseorang

pelanggan dapat dipuaskan hanya mempunyai harapan yang rendah

terhadap kinerja suatu produk,sebenarnya harapan rendah tidaklah

(29)

kualitas yang tinggi dengan memberikan kualitas produk kepada

pelanggan tinggi, memahami tanda-tanda kualitas pembelian,

mengkomunikasikan kesan kualitas tersebut dengan menyakinkan, serta

mengidentifikasi dimensi penting dari kualitas.

Kesan kualitas tidak dapat ditetapkan secara obkektif karena lebih

merupakan persepsi dan kepentingan pelanggan. Berbagai krroteria perlu

mendasari dalam penilaian suatu kesan kualitas dan terpenting adalah

kepuasan yang diproleh oleh pelanggan tidak sama dengan kesan

kualitas.

2.2.5. Brand Asosiasi

Brand asosiasi merek sebagai salah satu kompomen dari ekuitas

merek, ekuitas merek yang kuat akan tercapai jika konsumen memiliki

tingakat Awearnessdan familiarityyang tinggi dari suatu merek, dan juga

memiliki asosiasi yang kuat, unik seta memiliki arti yang positif bagi

konsumen (Keller,2003).

Merupakan bagia dari sumber-sumber ekuitas merek, pangertian

dari ekuitas merek adalah merek yang mempunyai ekuitas merek yang

kuat merupakan merek yang mampu bertahan, bersaing dan menjadi

penguasa dipersaingan pasar yang kuat.Semakin ketat ekuitas merek,

semakin kuat pula daya tariknya dimata konsumen untuk mengkonsumsi

merek tersebut secara setia, serta membuat pihat perusahaan dapat

(30)

21

Assosiasi merek dapat berbentuk dalam berbagai jenis yang dapat

dikelompok kan menjadi 3 kategori ( Keller, 2003), yaitu:

1. Atribut

Kategori atribut merupakan kategori dngan fitur-fitur yang mengenai

kraktristik dari produk atau jasa yang ada saat proses pembelian dan

konsumsi. Pada kategori atribut ini dapat digolongkan menjadi 2

bagian yaitu:

a. Atribut produk

Asosiasi produk terbentuk secaralangsung dan mengenai

karaktristik dari produk atau jasa yang bersangkutan.Asosiasi ini

merupakan strategi yang pling sering digunakan untuk.

Mengembangkan asosiasi semacam ini merupakan efektif karena

atribut tersebut berbenak, dapat secara langsung diterjemahkan

dalam alas an pembelian suatu merek.

b. Atribut non-produk

Atribut non produk dapat langsung memproleh proses pembelian

atau proses konsumsi tetapi tidak langsung mempengaruhi

kinerja produk yang bersangkutan.atribut non produk merupakan

atribut yang tidak berhubungan langsungdengan kinerjadari

(31)

2.2.6. Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara

langsung terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan

pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual. Pengertian

keputusan pembelian, menurut Kotler & Armstrong (2001: 226) adalah

tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen

benar-benar membeli. Pengambilan keputusan merupakansuatukegiatan

individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan

mempergunakan barang yang ditawarkan.

Keputusan pembelian menurut Schiffman, Kanuk (2004, p.547) adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan.

Ada tiga aktivitas yang berlangsung dalam proses

keputusan pembelian oleh konsumen yaitu ( Hahn, 2002 : 69 ) :

a. Rutinitas konsumen dalam melakukan pembelian.

b. Kualitas yang diperoleh dari suatu keputusan pembelian.

c. Komitmen atau loyalitas konsumen yang sudah biasa beli

dengan produk pesaing.

Menurut Kotler ( 2002 : 183 ), perilaku pembelian

konsumen dipengaruhi oleh:

(32)

23

a. Budaya, merupakan penentu keinginan dan perilaku yang

paling mendasar.

b. Sub-budaya, masing-masing budaya memiliki sub-budaya yang

lebihkecilyang memberikan lebih banyak ciri-ciri sosialisasi

khusus bagi anggotanya.

c. Kelas sosial, adalah pembagian masyarakat yang relative

homogen dan permanent, yang tersusun secara hierarkis dan

anggotanya menganut nilai-nilai, minat dan perilaku yang sama.

2. Faktor Sosial

a. Kelompok acuan, yaitu kelompok yang memiliki pengaruh

langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau

perilaku seseorang.

b. Keluarga

c. Peran dan Status , dimana peran adalah kegiatan yang

diharapkan akan dilakukan oleh seseorang dan masing-masing

peran tersebut menghasilkan status.

3. Faktor Pribadi, yang terdiri dari usia dan tahap siklus hidup;

pekerjaan dan lingkungan ekonomi; gaya hidup dan kepribadian

dan konsep diri.

4. Faktor Psikologis, yang terdiri dari motivasi, persepsi,

(33)

2.2.7. Pr oses dan Tahapan Keputusan Pembelian

Proses keputusan pembelian bukan sekedar mengetahui berbagai

faktor yang akan mempengaruhi pelanggan, tetapi berdasarkan peranan

dalam pembelian keputusan untuk membeli. Menurut Simamora (2002 :

15), terdapat lima peran yang terjadi dalam keputusan pembelian yaitu :

1. Pemrakarsa : orang yang pertamakali menyarankan membeli suatu

produk atau jasa.

2. Pemberi pengaruh : orang yang pandangan / nasehatnya memberi

bobot dalam pengambilan keputusan akhir.

3. Pengambil keputusan : orang yang sangat menentukan sebagian atau

keseluruhan keputusan pembelian, apakah pembeli, apa yang dibeli,

kapan hendak membeli, bagaimana cara membeli, dan dimana akan

membeli.

4. Pembeli : Orang yang melakukan pembelian nyata, Pengenalan

masalah, Pencarian informasi, Evaluasi alternative, Keputusan

pembelian, Perilaku pembelian

5. Pemakai : orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau

jasa.

Perusahaan yang cerdik akan melakukan riset atau proses

keputusan pembelian kategori produk mereka. Mereka bertanya

kepada konsumen kapan pertama kali mereka mengenal kategori dan

merek produk tersebut, serta seperti apa keyakinan merek mereka,

(34)

25

bagaimana mereka melakukan pemilihan merek, dan seberapa puas

mereka setelah pembelian.

Adapun langkah-langkah konsumen dalam melakukan proses

pengambilan keputusan pembelian dapat dilihat pada gambar

berikut:

Gambar 2.2 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Sumber : Setiadi (2003 : 16)

Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa tahap-tahap yang dilewati

pembeli untuk mencapai keputusan membeli melewati lima tahap, yaitu:

Adapun penjelasan dari tahap pembelian tersebut yaitu :

A. Pengenalan masalah, adalah proses dimulai saat pembeli menyadari adanya

masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara yang nyata

dan yang diinginkan.Kebutuhan ini disebabkan karena adanya rangsangan internal

maupun eksternal. Dari pengalaman sebelumnya orang telah belajar, bagaimana

mengatasi dorongan ini dan dimotivasi ke arah yang diketahuinya akan

memuaskan dorongan ini.

B. Pencarian informasi, ialah dimana seorang konsumen mungkin terdorong

kebutuhannya , atau juga mencari informasi lebih lanjut.

Pencarian informasi ada dua jenis menurut tingkatannya :

A. Perhatian yang meningkat yang ditandai dengan pencarian informasi

(35)

B. Pencarian informasi secara aktif yang dilakukan dengan mencari

informasi dari segala sumber.

Sementara informasi konsumen digolongkan kedalam empat

kelompok, yaitu:

a. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan.

b. Sumber komersial : iklan, wiraniaga, kemasan, pajangan di toko.

c. Sumber publik : media massa, organisasi penentu, peringkat

konsumen.

d. Sumber pengalaman : pengkajian, dan pemakaian produk.

C. Evaluasi alternatif adalah konsumen memproses informasi tentang

pilihan merek untuk membuat keputusan akhir.

D. Keputusan pembelian, adalah pada tahap evaluasi, konsumen

menyusun merek-merek dalam himpunan pilihan serta membentuk

nilai pembelian. Biasanya ia akan memilih merek yang disukai tetapi

ada pula faktor yang mempengaruhi seperti sikap orang lain dan

faktor-faktor keadaan tidak terduga.

E. Perilaku pembelian adalah perilaku sesudah pembelian terhadap suatu

produk, dimana konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan

atau ketidakpuasan.

a. Kepuasan sesudah pembelian. Konsumen mendasarkan harapannya

kepada informasi yang mereka terima tentang produk. Jika

(36)

27

diharapkan maka mereka akan tidak puas. Bila produk tersebut

memenuhi harapan mereka maka mereka akan merasa puas.

b. Tindakan sesudah pembelian .Penjualan perusahaan berasal dari

dua kelompok yaitu pelanggan baru dan pelanggan

ulang.Mempertahankan pelanggan lama adalah lebih penting dari

pada menarik pelanggan baru.

Oleh karena itu, perusahaan harus memerhatikan kepuasan

pelanggan. Jika konsumen merasa puas ia akan memperlihatkan

kemungkinan untuk membeli lagi produk tersebut.

2.3. Penggaruh Ekuitas Merek terhadap Keputusan Pembelian

Menurut Aaker (1991:15-16) Ekuitas Merek adalah seperangkat

asset dan liabilitas yang terkait dengan suatu merek, nama dan symbol

yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah

produk atau jasa baik pada perusahaan atau pun pada pelanggan.

2.3.1. Hubungan Kesadar an Merek (Brand Awareness) TerhadapKeputusan

Pembelian

Peran kesadaran merek dalam membantu merek dapat dipahami

denganmegkaji bagaimana kesadaran merek menciptakan suatu nilai.

Nilai-nilai yangdapat diciptakan oleh kesadaran merek (Durianto, dkk,

2004) antara lain:

1. Jangkar yang menjadi cantolan bagi asosiasi lainSuatu merek yang

(37)

tersebut karena daya jelajah merektersebut menjadi sangat tinggi di benak

konsumen. Sehingga dapatdisimpulkan bahwa jika kesadaran suatu merek

rendah, suatu asosiasiyang diciptakan pemasar akan sulit melekat pada

merek tersebut.

2. Familier / rasa suka

Jika kesadaran merek sangat tinggi, konsumen akan sangat akrabdengan

suatu merek.

3. Substansi / komitmen

Apabila kesadaran merek tinggi, kehadiran merek itu akan selalu

dapatdirasakan konsumen.

4. Mempertimbangkan merek

Langkah awal dalam suatu proses pembelian adalah menyeleksi

merekmerekyang dikenal dalam suatu kelompok untuk dipertimbangkan

dandiputuskan merek mana yang akan dibeli. Merek dengan Top Of

Mindyang tinggi mempunyai nilai pertimbangan yang tinggi. Jika suatu

merektidak tersimpan dalam ingatan, merek tersebut tidak akan

dipertimbangkandalam benak konsumen.

Kesadaran merek mempengaruhi rasa percaya diri pelanggan

ataskeputusan pembelian dengan mengurangi tingkat risiko yang dirasakan

atas suatumerek yang diputuskan untuk dibeli (Aaker, 1997).Kesadaran

merek mampumemberikan keyakinan konsumen dalam memilih suatu

merek.Produk mudahuntuk ditiru, tetapi merek yang terekam dalam benak

(38)

29

Cahyadi (2007), saat pengambilankeputusan pembelian dilakukan,

kesadaran merek (brand awareness) memegangperanan penting. Merek

menjadi bagian dari (consideration set) sehinggamemungkinkan preferensi

pelanggan untuk memilih merek tersebut.

2.3.2. Hubungan Per sepsi Kualitas (Perceived Quality) Terhadap Keputusan

Pembelian

Persepsi kualitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

persepsipelanggan terhadap kualitas suatu merek produk. Persepsi kualitas

ini akanmembentuk persepsi kualitas secara keseluruhan terhadap suatu

produk dibenakkonsumen. Persepsi kualitas keseluruhan dari suatu produk

dapat menentukannilai dari produk atau jasa tersebut dan berpengaruh

secara langsung kepadakeputusan pembelian konsumen.

Aaker (1997) menyatakan bahwa persepsi kualitas (perceived

quality)akan mempengaruhi keputusan pembelian dan brand loyalty secara

langsung.Persepsi kualitas harus diikuti dengan peningkatan kualitas yang

nyata dariproduknya. Kesan atau kualitas yang dirasakan mencerminkan

perasaankonsumen secara menyeluruh mengenai suatu merek, sehingga

menjadi sangatberperan dalam keputusan konsumen dalam memutuskan

merek yang akan dibeli(Durianto, dkk, 2004). Persepsi kualitas

mempengaruhi rasa percaya diripelanggan atas keputusan pembelian

melalui keunikan atribut, karenamenciptakan alasan yang kuat (reason to

buy) bagi pelanggan untuk membeliyang dinilai mampu memenuhi

(39)

2.3.3. Hubungan Asosiasi Merek (Brand Association) Ter hadap Keputusan

Pembelian

Berbagai asosiasi merek yang saling berhubungan akan

menimbulkansuatu rangsangan yang disebut brand image (Durianto, dkk,

2004). Semakinbanyak asosiasi yang saling berhubungan, maka akan

semakin kuat citramereknya (Durianto, dkk, 2004). Aaker (1997)

menyatakan asosiasi merek dapatmemberi manfaat bagi konsumen

(customers benefits) yang pada akhirnya akanmemberikan alasan spesifik

bagi konsumen untuk membeli dan menggunakanmerek tersebut. Menurut

Astuti dan Cahyadi (2007) asosiasi merek dapatmenciptakan kredibilitas

merek yang baik di pikiran pelanggan. Hal ini akanmenimbulkan rasa

percaya diri pelanggan atas keputusan pembelian.

Ekuitas merek dapat dikelompokan dalam lima kategori:loyalitas

merek, kesadaran merek, kesan kualitas, asosiasi merek dan aset-aset

mereklainnya. Masing-masing penjelasannya dapat dirangkum sebagai

berikut:

1. Loyalitas Merek (Brand Loyalty): Mencerminkan tingkat keterikatan

konsumendengan suatu merek produk. Ukuran ini mampu

memberikan gambaran tentangmampu tidaknya seorang pelanggan

beralih ke merek produk lain. Bila loyalitasterhadap suatu merek

(40)

31

2. Kesadaran Merek (Brand Awareness) : Menunjukan kesanggupan

seorang calonuntuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu

merek merupakan bagiandari kategori produk tertentu. Ukuran dari

kesadaran merek(Aaker,1991:62)terdiri dari beberapa level: Unaware

of brand ;brand recognition; brand recall;top of mind. Unaware of

brand merupakan tingkat yang palingrendahdimana konsumen tidak

menyadari akan adanya suatu merek. BrandRecognitionberhubungan

dengan kemampuan konsumen untuk mengenali merek

ketikadisebutkan sebuah merek. Dengan kata lain brand recognition

hanya terjadi jikakonsumen sebelumnya pernah melihat atau

mendengar merek tersebut. Brandrecall berhubungan dengan

kemampuan konsumen mendapatkan kembali merek

dari memorinya ketika diberikan isyarat kategori produk. Tingkatan

yang palingtinggi adalah top of mind yang menggambarkan merek

pertama kali diingatkonsumen ketika yang bersangkutan ditanya

tentang suatu kategori produk.

3. Kesan Kualitas (Perceived Quality) : Menunjukan persepsi pelanggan

terhadapkeseluruhan kualitas/keunggulan suatu produk atau jasa

layanan berkaitan denagnapa yang diharapkan oleh pelanggan.

Mengenai dimensi kualitas pelayananuntuk konteks jasa, Aaker

(41)

4. Asosiasi Merek (Brand Association) : Menunjukan persepsi yang

terbentuk dalambenak responden mengenai karakteristik atau

atribut-atribut produk yang

dimiliki oleh suatu merek. Sebuah link terhadap merek akan lebih kuat

ketikadidasari pada beberapa pengalaman merek atau diekspos melalui

komunikasi.

5.Other proprietary brand assets (aset-aset merek lainnya).

Sedangkan sebuah imej menurut Aaker merupakan seperangkat

asosiasi.Para ahli menyatakan terdapat dua perspektif untuk mempelajari

ekuitas merekyang pertama yaitu dari perspektif keuangan yaitu untuk

memperkirakan nilai darisuatu merek untuk kepentingan merjer, akuisisi

atau divestasi dan alasan kedua padaperspektif konsumen yang banyak

berhubugan dengan masalah psikologis dan perilakukonsumen (Farquhar

(1989), Aaker (1992), Keller (1993), Pitta &Katnasis(1995), Faircloth et al

(2001) ). Pada umumnya para ahli tersebutmemfokuskan padaperspektif

(42)

33

2.4. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.3. Kerangka Konseptual

2.5. Hipotesis

Berdasarkan masalah pokok dan tujuan penelitian, maka hipotesis yang

dikemukakan adalah :

Semakin Ekuitas Merek meningkat maka akan memberi peningkatan

terhadap keputusan pembelian mobil Suzuki APV. Ekuitas Merek

X

Keputusan Pembelian

(43)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1 Definisi Operasional Variabel

Variable beserta definisi operasional yang digunakan dalam

pembahasan penelitian ini adalah:

Ekuitas Merek (X)

Ekuitas merek adalah seperangkat aset yang di miliki perusahaan

yang berkaitan dengan merek, nama dan symbol yang dapat menambah

atau mengurangi nilai yang di berikan produk adalah (Aaker 1997),:

1. Kesadar an Merek (X1)

Kesanggupan konsumen merek kendaraan bermotor (mobil)

sebagai kategori produk tertentu, baik melalui tingkat kepopuleran

maupun media promosi yang membedakan dengan pesaing (jurnal

Gus Indra, SE., MM .(Aaker 1997)).

XI.1. Kemampuan pengguna mengenali logo kendaraan bermotor

(mobil) merek Suzuki Apv

XI.2.Kemampuan pengguna mengingat iklan kendaraan bermotor

(44)

35

XI.3. Kegiatan promosi yang dilakukan kendaraan bermotor (mobil)

Suzuki Apv semakin gencar.

2. Asosiasi Merek (X2)

Kesan yang muncul dibenak konsumen setelah melakukan

penilaian terhadap merek kendaraan bermotor (mobil) pilihan

dibandingkan dengan merek kendaraan bermotor (mobil) lainnya

(jurnal Gus Indra, SE., MM (Aaker 1997)).

X2.1. Mengutamakan nilai harga produk kendaraan bermotor (mobil)

merek Suzuki Apv.

X2.2. Mengutamakan nilai keamanan produk kendaraan bermotor

(mobil) merek Suzuki Apv

X2.3.Mengutamakan tempat lokasi penjualan produk kendaraan

bermotor (mobil) merek Suzuki Apv.

3. Kesan Kualitas (X3)

Persepsi atau kesan yang didapat konsumen terhadap

penilaian kualitas secara keseluruhan terhadap suatu merek

kendaraan bermotor (mobil) (jurnal Gus Indra, SE., MM (Aaker

1997)).

X3.1. Persepsi yang diberikan kepada kendaraan bermotor (mobil)

(45)

X3.2. Persepsi yang dikaitkan kepada kendaraan bermotor (mobil)

Suzuki Apv terhadap rancangan produk.

X3.3. Persepsi yang diberikan kepada kendaraan bermotor (mobil)

Suzuki Apv terhadap nilai fungsional harga.

X3.4. Persepsi yang diutamakan kepada konsumen kendaraan

bermotor (mobil) Suzuki Apv terhadap kesempurnaan produk.

X3.5. persepsi yang diunggulkan kepada pengguna kendaraan

bermotor (mobil) Suzuki Apv terhadap nilai emosional

kenyamanan.

Keputusan Pembelian (Y)

Keputusan pembelianadalah proses merumuskansebagai

alternative tindakan guna menjatuhkan pilihan pada salah satu

alternative tertentu untuk melakukan pembelian. (dalam jurnal Dwi

Cempaka, Nunik Kustilawati) Engel et. All (2003:31). Adapun

indicator yang digunakan dalam penelitian ini:

Y1. Produk

Menjatuhkan pilihan atau alternative pada produk yang terbaik.

Y2. Pengambilan keputusan.

Pengambilan keputusan dilakukan secara sadar, rasional,

(46)

37

3.2. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variable yang digunakan penelitian ini

menggunakan skala interval. Menurut Riduwan (2004:84), skala interval

merupakan skala yang menunjukan jarak antara satu data dengan data yang

lain dan mempunyai bobot yang sama, sedangkan teknik pengukuran sikap

menggunakan Skala Likert. Riduwan (2004:90) menyatakan bahwa skala ini

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau

sekelompok tentang kejadian atau gejala social. Analisis yang dilakukan

dengan meminta responden untuk menjawab atau memberikan penilaian

terhadap suatu konsep atau objek tertentu. Skala data yang digunakan adalah

1 sampai 5.

Conoh praktis pertanyaan bentuk Checklist Berilah jawaban

pertanyaan dengan tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan

pendapat saudara.

Keterangan Sangat

tidak setuju (STS) Tidak setuju (TS) Netral (N)

Setuju (S) Sangat

setuju (SS) Logo kendaraan bermotor (mobil) merek Suzuki Apv cukup dikenali di masyarakat

(47)

Keterangan :

Sangat Tidak Setuju (STS) = 1

Tidak Setuju (TS) = 2

Netral (N) = 3

Setuju (S) = 4

Sangat setuju(SS) = 5

3.3. Teknik penentuan sample

3.3.1. Populasi

Populasi adalah merupakan sekumpulan orang atau objek dan

individu maupun kelompok yang memiliki kesamaan dalam satu atau

beberapa hal dan membentuk dalam satu riset khusus. Populasi dalam

penelitian ini adalah semua orang penguna mobil di Surabaya.

3.3.2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi objek

sesungguhnya dari suatu penelitian. Penelitian ini menggunakan

tekniknon probability sampling dan ditentukan dengan teknik accidental

(48)

39

yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan dapat digunakan

sebagai sampel bila dipandang orang yang kebetulan itu cocok sebagai

sumber data (Sugiyo, 2009:122).

Penentuan sample dalam penelitian ini menggunakan pedoman dari

Naresh K. Malhotra (2009 : 364) yaitu:

Sampel adalah sub kelompok elemen populasi yang terpilih untuk

berpartisipasi dalam study, yakni penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu. Maka sumber datanya adalah orang-orang yang

sudah menggunakan atau pengguna mobil Suzuku Apv dikota Surabaya.

Sampel yang di ambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 104 orang

yang berada di kota Surabaya.

3.4. Teknik Pengumpulan

3.4.1. J enis Data

Data Primer

Data dalam penelitian ini yaitu: menggunakan data primer, data

yang diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan

kuisioner kepada konsumen.

3.4.2. Sumber Data

Data penelitian ini diperoleh melalui jawaban responden melalui

(49)

3.4.3. Pengumpulan Data

a. Wawancara

Metode dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung

terhadap konsumen yang berhubungan dengan permasalahan yang

diteliti dan mencatat kegiatan yang ada.

b. Kuisioner

Merupakan daftar pertanyaan yang dimana untuk memproleh data

(50)

41

Gambar3.1 :Model PLS.

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.5.1. Teknik Analisis

Partial Least Squar e

Partial Least Square (PLS) merupakan sebuah metode untuk

mengkonstruksi model-model yang dapat diramalkan ketika

faktor-faktor terlalu banyak. PLS dikembangkan pertama kali oleh Wold

sebagai metode umum untuk mengestimasi path model yang

(51)

menggunakan variabel laten dengan mutiple indikator. PLS juga

merupakan faktor indeterminacy metode analisis yang powerful karena

tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala tertentu,

jumlah sampel kecil.Awalanya Partial Least Square berasal dari ilmu

sosial (khususnya Ekonomi, Her manWold, 1996).Model ini

dikembangkan sebagai altrnatif untuk situasi dimana dasar teori pada

perancangan model lemah atau indikator yang tidak tersedia tidak

memenuhi model pengukuran refleksif.PLS selain dapat digunakan

sebagai konfirmasi teori juga dapat digunakan untuk membangun

hubungan yang belum ada landasan teorinya atau pengujian proposisi.

Selain PLS, metode lain yang dapat digunakan adalah SEM (Structur

Equation Modelling) tetapi dengan jumlah sampel yang besar.

SEM dengan menggunakan diagram jalur memiliki beberapa ciri,

diantaranya adalah :

a. Model struktural memenuhi sifat model rekursif.

b. Variabel laten, ada yang model pengukurannya bersifat formatif

(soaial keluarga, ekonomi keluarga, kesejahteraan keluarga dan

minat kembali ke luar negeri). Dalam model formatif, indikator

dipandang sebagai variabel laten menurut Bollen dan Lennox

(1991). Dan ada yang bersifat refleksif. Dalam model refleksif

indikator atau manifest dipandang sebagai variabel yang

dipengaruhi oleh variabel laten, sehingga perubahan dalam satu

(52)

43

dengan arah yang sama. Sructur Equation Model (SEM) adalah

salah satu bidang kajian statistik yang dapat menguji sebuah

rangkaian hubungan yang relatif sulit terukur secara bersamaan.

SEM terdiri dari model yang cocol untuk pasangan data.

Berdasarkan ciri ke 2, maka penerapan SEM tidak bisa

digunakan, mengingat SEM hanya bisa digunakan pada model

struktural yang variabel latennya memiliki indikator bersifat

refleksif.

SEM berbasis covariance based, adapun perbedaan antara

covariance based SEM dengan component based PLS adalah

dalam penggunaan model persamaan struktural untuk menguji

teori atau pengembangan teori untuk tujuan prediksi oleh Ghozali

(2008:5). Pada situasi dimana penelitian mempunyai dasar teori

yang kuat dan pengujian teori atau pengembangan teori sebagai

tujuan utama riset, maka metode dengan covariance based lebih

sesuai. Namun demikian adanya indeterminacy dari estimasi

faktor score maka akan kehilangan ketepatan prediksi dari

pengujian teori tersebut. Untuk tujuan prediksi, pendekatan PLS

lebih cocok. Karena pendekatan untuk mengestimasi variabel

laten dianggap sebagai kombinasi linier dari indikator maka

menghindarkan masalah indeterminacy dan memberikan definisi

yang pasti dari komponen skor. Bilamana model struktural yang

(53)

memiliki indikator yang besifat forematif, refleksif atau

campuran, maka yang tepat diterapkan adalah PLS.

PLS merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk tujuan

prediksi, hal ini terutama pada kondisi dimana indikator bersifat

formatif. Dengan variabel laten berupa kombinasi linier dari

indikatornya, maka prediksi nilai dari variabel dapat dengan

mudah diperoleh, sehingga prediksi terhadap variabel laten yang

dipengaruhinya juga dapat dengan mudah dilakukan

(Ghozali2008). Sedangkan SEM kurang cocok untuk tujuan

prediksi karena indikatornya bersifat relfeksif, sehingga

perubahan nilai dari suatu indikator sangat sulit untuk mengetahui

perubahan nilai dari variabel laten, sehingga pelaksanaan prediksi

sulit dilakukan. Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan

metode PLS.

Didalam PLS variabel laten bisa berupa hasil pemcerminan

indikatornya, diistilahkan dengan indikator refleksif (reflesive

indicator). Di samping itu, variabel yang dipengaruhi oleh

indikatornya, diistilahkan dengan indikator formatif (formative

indicator).

1. Model refleksif dipandang secara matematis indikator

seolah-olah sebagai variabel yang dipengaruhi oleh variabel

(54)

45

suatu indikator akan berakibat pada perubahan pada

indikator lainnya dengan arah yang sama.

Ciri-ciri model indikator reflektif adalah :

a. Arah hubungan kausalitas seolah-olah dari variabel

laten (Y) ke indikator (X1, X2, X3, X4).

b. Anatra indikator diharapkan saling berkorelasi

(memiliki internal consitency reliability).

c. Menghilangkan satu indikator dari model pengukuran

tidak akan merubah makna dan arti variabel laten.

d. Menghitung adanya kesalahan pengukuran (error) pada

tingkat indikator.

2. Model formatif dipandang secara matematis indikator

seolah-olah sebagai variabel yang mempengaruhi variabel

laten, jika salah satu indikator meningkat, tidak harus

diikuti oleh peningkatan indikator lainnya dalam satu

kontruk, tapi jelas akan meningkatkan variabel latennya.

PLS adalah salah satu metode yang dapat menjawab

masalah pengukuran indeks keputusan pembelian karena

PLS tidak memerlukan asumsi yang ketat, baik mengenai

sebaran dari sebuah pengamatan maupun dari ukuran

contoh yang tidak besar.

Keunggulan PLS antara lain :

(55)

Dimensi ukuran bukan masalah, misalnya variabelnya

banyak.

2. Dapat mencocokkan data dengan komponen yang lebih

sedikit (sampel data tidak harus besar).

Metode lain yang dapat digunakan adalah LISREL (Linier

Sructural Relations, software / program computer yang

sering digunakan pada SEM) yaitu metode yang dalam

perhitungannya memerlukan sebaran data berdistribusi

normal dan ukuran sampel harus besar (n > 100) (Bacon,

1997). Oleh J oreskog dan Wold (1982), PLS

dikembangkan sebagai metode umum untuk pendugaan

model laten yang diukur secara tidak langsung oleh perubah

penjelas.

Cara Kerja PLS

Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat dikategorikan

menjadi tiga. Kategori pertama yaitu weight estimate yang digunakan

untuk menciptakan skor atau nilai variabel laten. Kedua mencerminkan

estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan variabel laten dan

antar variabel laten dan indikatornya (loading), ketiga berkaitan dengan

means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator

dan variabel laten. Untuk memperoleh ketiga estimasi ini, PLS

menggunakan proses interasi tiga tahap dan setiap tahap iterasi

(56)

47

tahap kedua menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model,

tahap ketiga menghasilkan estimasi means san lokasi (konstanta).

Selama iterasi berlangsung inner model estimate digunakan untuk

mendapatkan outside approximation weigth, sementara itu outer model

estimate digunakan untuk mendapatkan inside approximation weigth.

Prosedur iterasi ini akan berhenti ketika presentase perubahan setiap

outside approxomation weigth relatif terhadap proses iterasi

sebelumnya kurang dari 0,01.

Model Spesifikasi PLS

PLSterdiri atas hubungan eksternal (outer model atau model

pengukuran) dan hubungan internal (inner model atau model struktur).

Hubungan tersebut didefinisikan sebagai dua persamaan linier, yaitu

model pengukuran yang menyatakan hubungan antara peubah laten

dengan sekelompok peubah penjelas dan model struktural yaitu

hubungan antar peubah-peubah laten (Gefen, 2000). Model analisis

jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set hubungan : (1)

inner model yang mengespesifikasi hubungan antar variabel laten

(structural model), (2) outer model yang menspesifikasi hubungan antar

variabel laten dengan indikator atau variabel manifestasinya

(measurement model), (3) weigth relation dalam mana nilai kasus dari

(57)

Penduga PLS

Prosedur penduga PLS melalui dua tahapan yang mendasar. Tahap

pertama menggunakan pendugaan iterative dan didapat peubah-peubah

laten sebagai kombinasi linier dari sekelompok peubah-peubah

penjelasnya. Tahap kedua menggunakan pendugaan noniteratif untuk

koefisien model structural dari model pengukuran (Gefen, 2000).

Pendugaan peubah laten yang telah terdefinisi digunakan untuk

menghitung pembobot dan koefisien-koefisien model structural yang

diperoleh dengan cara menerapkan metode kuadrat terkecil. Koefisien

lintas model structural diperoleh dengan meregresikan setiap

hubungan-hubungan secara parsial. Inti prosedur PLS menentukan pembobot yang

digunakan untuk menduga peubah laten. Pembobot didapat dari hasil

regresi dengan metode kuadrat terkecil terhadap peubah penjelas pada

setiap blok. Penduga pembobotan dalam masalah ini adalah outward

mode yang dapat dihitung berdasarkan regresi sederhana. Outward

mode sebenarnya pendugaan pembobotan untuk peubah penjelas

refleksif, yaitu peubah penjelas yang diasumsikan sebagai cerminan

dari peubah laten (Chin, 2000).

Evaluasi PLS

Oleh karena PLS tidak mengasumsikan adanya distribusi tertentu

untuk estimasi parameter, maka teknik parametrik untuk menguji

(58)

49

PLS berdasarkan pada pengukuran prediksi yang mempunyai sifat non

parametrik. Model pengukuran atau outer model dengan indicator

refleksif dievaluasi dengan corvengent dan discrimanant validity dari

indikatornya dan composite reliability untuk block indicator. Sedangkan

outer model dengan formatif indicator dievaluasi berdasarkan pada

substantive contentnya yaitu dengan membandingkan besarnya relative

weight dan melihat signifikasi dari ukuran weight tersebut (Chin,

1998). Model structural atau inner model dievaluasi dengan melihat

persentase variance yang dijelaskan yaitu dengan melihat nilai R2 untuk

konstruk laten dependen dengan menggunakan ukuran stone-Geiser Q

Squares test (Stone, 1974; Geisser, 1975) dan juga melihat besarnya

koefisien jalur strukturnya. Stabilitas dari estimasi ini dievaluasi dengan

menggunakan uji t-statistik yang didapat lewat prosedur boostraping.

Langkah-langkah Partial Least Squar e (PLS)

Langkah-langkah pemodelan persamaan struktural PLS dengan

(59)

Gambar 3.1. Langkah-langkah Analisis PLS

a) Merancang inner model

Merancang model struktur (inner model) yaitu merancang

hubungan antar variabel laten pada PLS dengan didasarkan pada

rumusan masalah atau hipotesis penelitian.

b) Merancang outer model

Merancang model pengukuran (outer model) yaitu merancang

hubungan variabel laten dengan indikatornya.

Merancang Model Struktural (inner model)

Merancang Model Pengukuran (outer model)

Mengkonstruksi Diagram Jalur

Konversi Diagram Jalur ke Sistem Persamaan

Estimasi: Weight,Koef. Jalur, danLoading

Evaluasi Goodness of Fit

Pengujian Hipotesis (Resampling Bootstraping)

1

2

3

4

5

6

(60)

51

Pada SEM semua bersifat refleksif, model pengukuran tidak

penting.

Pada PLS perancangan outer model sangat penting, refleksif

atau formatif.

Dasar teori penelitian empiris sebelumnya atau rasional.

Estimasi: koefisien jalur, loading dan weight

Pendugaan parameter di dalam PLS meliputi 3 hal, yaitu :

1. Weight estimate yang digunakan untuk menghitung data variabel

laten.

2. Estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan antar variabel

laten (koefisien jalur) dan antara variabel laten dengan indikatornya

(loading).

3. Berkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai konstanta

regresi) untuk indikator dan variabel laten.

Goodness of Fit

Model pengukuran atau outer model dengan indikator refleksif

dievaluasi dengan composite reliability. Model struktural atau inner

model dievaluasi dengan melihat presentase varian yang dijelaskan

yaitu dengan melihat R2 untuk variabel laten dependen dengan

(61)

besarnya koefisien jalur strukturalnya. Stabilitas dari estimasi ini

dievaluasi dengan menggunakan uji t-statistik yang didapat lewat

prosedur bootstrapping.

Goodness of fit outer model reflesif meliputi convergent validity,

discrimin

Gambar

Gambar 3.1 : Piramida “brand awareness”
Gambar 2.2 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Gambar 2.3. Kerangka Konseptual
Gambar 3.1.  Langkah-langkah Analisis PLS

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu upaya atas pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dimaksud, antara lain dengan implementasi layanan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)

5.5 Tabulasi Silang Karakteristik Bidan, Faktor Sistem dan Faktor Individu dengan Situation Awareness Bidan Pada Pelayanan Hamil, Bersalin dan Nifas

Demikian Pengumuman ini disampaikan, apabila Peserta yang keberatan dengan hasil tersebut diberi kesempatan untuk melakukan sanggahan sampai dengan tanggal 15 Mei 2012 yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepadatan benih kerapu bebek (Cromileptes altivelis) yang menghasilkan tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan

• Mengetahui penghematan biaya dengan menekan waktu siklus kerja pada alat berat menggunakan pola pemuatan double stopping

11>ere zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA ar~ O s~and~ay on this

Tujuan penulisan laporan akhir ini adalah membuat sebuah Aplikasi Pengolahan Data Rekam Medis Rawat Jalan dan Rawat Inap pada Rumah Sakit Siti MIrza

Suatu analisa yang menggunakan lebih dari satu kasus yang dapat dilakukan secara statistik maupun secara kualitatif, akan tetapi tidak semua analisa statistik dan analisa