• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTUK TARI FAMADOGO OMO DALAM UPACARA MEMASUKI RUMAH BARU PADA MASYARAKAT NIAS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BENTUK TARI FAMADOGO OMO DALAM UPACARA MEMASUKI RUMAH BARU PADA MASYARAKAT NIAS."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BENTUK TARI FAMADOGO OMO DALAM UPACARA

MEMASUKI RUMAH BARU PADA

MASYARAKAT NIAS

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : SRI RAHAYU

2113142074

PROGRAM STUDI SENI TARI JURUSAN SENDRATASIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian yang berjudul Bentuk Tari Famadogo Omo Dalam Upacara Memasuki Rumah Baru Pada Masyarakat Nias. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S1 Jurusan Sendratasik Program Studi Pendidikan Tari di Universitas Negeri Medan.

Semua yang penulis lakukan ini mungkin belum mencapai hasil yang maksimal, untuk itu saran dan masukan yang konstruktif dari pembaca sangat diharapkan. Semoga Skripsi ini bisa memberi konstribusi dan membantu terhadap kegiatanpenelitian-penelitian yang relevan.

Banyak sudah dukungan dan bantuan yang penulis dapatkan dalam menyelesaikan Skripsi ini. Tanpa bantuan, dukungan, dan kemudahan yang diperoleh, sulit kiranya penulis menyelesaikan Skripsi ini. Untuk itu tak lupa penulis sampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Prof. Dr.Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan 2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan

3. Uyuni Widiastuti, M.Pd selaku Ketua Jurusan Sendratasik

4. Siti Rahmah, S.Pd, M.Si selaku Ketua Program Studi PendidikanTari 5. Nurwani, S.S.T, M.Hum sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan dorongan dan yang telah membimbing penulis.

6. Dra. Tuti Rahayu, M.Si selaku Pembimbing Skripsi I dan Drs. Inggit Prastiawan M.Sn selaku Pembimbing Skripsi II.

7. Seluruh Staf Dosen Pengajar di Jurusan Sendratasik khususnya Program Studi Pendidikan Tari yang telah banyak memberikan dorongan dan motivasi dalam menyelesaikan perkuliahan.

(7)

iv

kasih sayang dan Doanya kepada penulis serta abang tersayang Brigadir Ade Susanto, kakak tersayang Desi Zahrianti, A.M.Keb, dan adik tersayang Nur Fadillah yang senantiasa memberikan dukungan dan kasih sayangnya kepada penulis.

9. Terima kasih kepada Abror Harahap, SE yang sudah membantu dalam persiapan pemberkasan.

10. Yuterlin Zalukhu, S.Sos, M.M, selaku narasumber yang memberikan banyak informasi dan masukan mengenai Bentuk Tari Famadogo Omo

Dalam Upacara Memasuki Rumah Baru Pada Masyarakat Nias.

11. Dan ucapan terima kasih kepada Lailatul Fitria Pane, dan seluruh sahabatku Seni Tari Stambuk 2011 serta Taufan Zebua dan semuateman-teman yang membantu yang tidak bisa dituliskan satu per satu.

Penulis berharap semoga kebaikan yang telah mereka berikan mendapat Balasan dari Allah SWT. Amin.

Medan, September 2015 Penulis,

Sri Rahayu

(8)

v

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

3. Pengertian Upacara Memasuki Rumah Baru ... 9

(9)

vi

3. Bentuk Tari Famadogo Omo Dalam Kesatuan yang Utuh ... 28

(10)

vii

(11)

viii

DAFTAR TABEL

(12)

ix

DAFTAR FOTO

Gambar4.1 Peta Pulau Nias ... 20

Gambar4.2 Rumah Adat Nias Omo Sebua ... 23

Gambar4.3 Rumah Adat Nias Omo Hada ... 26

Gambar4.4 Hiwõ-hiwõ ... 31

Gambar4.5 Hoho ... 33

Gambar4.6 Lailõ ... 34

Gambar4.7 Hihia ba au ... 36

Gambar4.8 Mangowulo Sebua ... 37

Gambar4.9 Mangowulo Side-side ... 38

Gambar4.10 Mamaheyu Omo... 39

Gambar4.11 Fanuno ... 40

Gambar4.12 Hoho .. ... 41

Gambar4.13 Mangawuli .. ... 42

Gambar4.14 Gondra .. ... 55

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Nias terletak ± 85 mil laut dari sibolga (Daerah Provinsi Sumatera Utara). Nias merupakan daerah kepulauan yang memiliki pulau-pulau kecil sebanyak 27 buah. Banyaknya pulau-pulau kecil yang dihuni oleh penduduk adalah sebanyak 11 buah, dan yang tidak dihuni ada sebanyak 16 buah. Pulau Nias ini terbagi atas empat kabupaten dan satu kota, terdiri atas kabupaten Nias, Nias Selatan, Nias Utara, Nias Barat dan Kotamadya Gunungsitoli. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang.

Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias dan hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi secara umum hukum adat Nias disebut 1fondrako. Nias juga memiliki rumah adat yang sangat menarik. Rumah tradisional yang tertua dan terluas yang dinamakan Omo Sebua, yang merupakan rumah asli dan suku yang suka perang terdapat di Dea Bawomatulou atau Sunhill. Rumah ini tingginya mencapai 22 m dan beberapa tiangnya lebih tebal dari 1 m. Rumah ini masih dimiliki dan ditempati oleh keluarga kerajaan. Rumah adat dan ukiran-ukiran batu tua dapat ditemukan disekitar pulau bagian tengah. Beberapa dari rumah adat ini bahkan telah berusia 3.000 tahun.

1

(14)

2

Nias memiliki tradisi Lompat Batu yang begitu terkenal, tradisi ini juga menunjukan kekuatan dan ketangkasan para pemuda yang melakukannya. Tidak hanya bagi individu yang melakukannya, melainkan juga bagi keluarga orang tersebut, bahkan seluruh masyarakat desa. Oleh karena itu biasanya setelah anak laki-laki berhasil melakukan tradisi ini, akan diadakan syukuran sederhana dengan menyembelih ayam atau hewan lainnya. Orang yang berhasil melakukan tradisi ini juga akan dianggap matang dan menjadi pembela kampungnya jika ada konflik dengan warga desa lain. Dalam melakukan tradisi ini tidaklah mudah, terbukti tidak semua pemuda dapat melakukan tradisi lompat batu ini meskipun sudah berlatih sejak lama. Banyak orang yang percaya bahwa selain latihan, ada unsur magis dimana seseorang yang berhasil melompati batu dengan sempurna, maka mereka telah diberkati oleh roh leluhur dan para pelompat batu sebelumnya yang sudah meninggal. Nias memiliki tari-tarian tradisional yang merupakan hal penting dan masih ada sampai sekarang, seperti: Tari Famadogo omo, Tari Maluaya, Tari Maena, Tari Tuwu, Tari Perang dan masih banyak lainnya.

(15)

3

dari malapetaka yang menimpa. Salah satu ciri khas dari tari Famadogo Omo

adalah cara pementasannya yaitu pementasan tari Famadogo Omo ini langsung dipertunjukkan pada rumah adat yang telah selesai di bangun dan akan ditempati. Urutan pementasan tari Famadogo Omo diawali dengan Fangoholi (ajakan) oleh seorang “Ere Hoho”(pemimpin adat ) dan diikuti dengan hiwo yang dipandu juga seorang Ere. Mereka kemudian akan melantunkan beberapa syair, sembari membentuk barisan yang berliku, menari menuju rumah dan adegan pola tari lainnya yang diakhiri dengan FolayaNio’otambali’o yang dilakukan secara berkelompok pada sisi kiri dan kanan bangunan.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah salah satu proses yang paling penting karena dengan adanya identifikasi masalah ini, penulis dapat mengenal lebih dekat permasalahan apa yang akan ditemukan ketika melakukan penelitian di lapangan. Dari uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang ditemukan pada penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Bagaimana latar belakang tari Famadogo Omodalam upacara memasuki rumah baru pada masyarakat Nias?

(16)

4

C.Pembatasan Masalah

Mengingat ruang lingkup permasalahan bisa menjadi luas, maka penulis perlu untuk membuat batasan masalah terhadap materi penelitian yang akan dilakukan agar pembahasan tidak melebar dan dapat mencapai sasarannya. Dengan demikian dari identifikasi permasalahan yang ada maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana bentuk tari Famadogo Omodalam upacara memasuki rumah baru pada masyarakat Nias?

D.Rumusan Masalah

Sebuah penelitian bisa dilakukan, apabila rumusan dan penelitian sudah didapat. Perumusan masalah diperlakukan agar dalam penelitian di lapangan tidak terjadi penyimpangan dalam pengambilan data. Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimana bentuk tari

Famadogo Omo dalam upacara memasuki rumah baru pada masyarakat Nias?

E.Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan selalu mengarah pada tujuan yang merupakan suatu keberhasilan penelitian.Tujuan penelitian harus benar-benar mengacu pada rumusan masalah penelitian. Dari perumusan masalah yang ada sehingga penulis memiliki tujuan yang harus dicapai dalam penelitian yaitu:

(17)

5

F. Manfaat Penelitian

Seorang penulis selalu memiliki hasil yang bermanfaat atau berguna, terutama untuk menambah pengetahuan, wawasan, baik bagi penulis maupun lembaga, instansi tertentu, ataupun orang lain. Sesuai dengan penjelasan diatas dan setelah penelitian ini dirangkumkan, maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai masukan bagi penulis dalam menambah pengetahuan wawasan mengenai tari Famadogo Omo.

2. Sebagai referensi bagi penulis-penulis lainnya yang hendak meneliti kesenian di Nias.

3. Sebagai bahan motivasi bagi setiap pembaca, khususnya yang menekuni dan mendalami seni tari.

4. Membangkitkan keinginan masyarakat untuk melestarikan budaya, khususnya pada masyarakat Nias.

(18)

58

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan dari uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang hingga pembahasan, maka penulis dapat menyimpulkan keseluruhan hasil penelitian terhadap bentuk tari Famadogo Omo dalam upacara memasuki rumah baru pada masyarakat Nias adalah bentuk tari Famadogo Omo pada masyarakat Nias yang pada dahulunya ditarikan di dalam rumah adat yang baru selesai di bangun untuk menguji ketahanan dan kekuatan bangunan tersebut. Pada masa sekarang tarian

Famadogo Omo ini disajikan sebagai tarian pertunjukkan maupun hiburan sebagai acara penyambutan. Dalam tarian Famadogo Omo ini yang menjadi musik iringan adalah syair yang di nyanyikan, dan alat musik yang digunakan dalam tarian ini hanya alat musik Gondra (gendang). Tari ini terdiri dari sembilan ragam yaitu,

Hiwõ-hiwõ (lompat masuk), Hoho (adu pendapat), Lailõ (syair), Hihia ba au

(memanggil arwah), Mangowulo Sibua (lingkaran besar/terbuka), Mangowulo Side-side (lingkaran kecil/tertutup), Mamaheyu Omo (mengguncang rumah),

(19)

59

perpindahan seperti yang kita ketahui pola pertama sampai pola ke lima, yaitu berbentuk pola lingkaran, dari perpindahan pola lantai lima ke pola lantai enam dengan pola empat bagian yang terdiri dari atas dua diagonal depan kanan dan dua diagonal belakang kiri dengan melakukan gerakan Mamaheyu Omo

(20)

60

menghentak kaki dan tangan) yang mengartikan gerakan ini bahwasannya Ere Hoho dan penari Ere lainnya bersepaham atas pengujian bangunan rumah tersebut, setelah itu masuk kepada gerakan Lailõ (syair, lompat double) dengan maksud tarian tersebut para penari menguji dengan melompat-lompat menggoyangkan dengan sekuat-kuatnya bangunan rumah tersebut, lalu gerakan

Hihia ba au (memanggil arwah, melangkah berjalan dengan tangan kanan menunjuk kearah diagonal depan kanan dan kiri) di mana para penari mengelilingi lingkaran dengan seruan memanggil para arwah dengan di ujinya bangunan rumah tersebut, setelah itu di lanjutkan dengan gerakan Mangowulo Sibua (lingkaran besar/terbuka) dan Mangowulo Side-side (lingkaran kecil/tertutup) dimana gerakan ini dengan maksud persiapan sebelum melakukan gerakan puncak untuk menguji ketahanan atau kekuatan pada bangunan rumah yaitu dengan gerakan

Mamaheyu Omo (mengguncang rumah) dimana gerakan ini yang menjadi puncak atau klimaks pada rangakaian di lakukannya pengujian bangunan rumah ini, dan setelah itu masuk pada gerak Fanuno (memuji) dimana para penari memuji dengan bentuk suka cita bahwasannya rumah yang telah di uji ketahanannya adalah kokoh dan rumah tersebut di nyatakan bisa huni atau di tempati, dan dengan gerakan Hoho (adu pendapat, menghentak kaki dan tangan) Ere Hoho

danpenari Ere lainnya bersepaham dengan bangunan yang telah mereka uji ternyata kokoh dan tidak berguncang, dan di lanjutkan dengan gerakan

(21)

61

Omo ada terdapat sembilan ragam dan perbandingan atas tenaga besar ada terdapat pada ragam satu Hiwõ-hiwõ, empat Hihia ba au, dan sembilan

Mangawuli. Untuk tenaga sedang terdapat pada gerakan dua Hoho,

limaMangowulo Sibua dan Mangowulo Side-side, dan enam Mamaheyu Omo.

Dan untuk tenaga kecil terdapat pada ragam ke tujuh yaitu gerak Fanuno.

Sedangkan dalam perbandingan untuk ruang besar dalam bentuk pola lingkaran terdapat pada ragam satu Hiwõ-hiwõ, dua Hoho, tiga Lailõ, empat Hihia ba au, lima (a) Mangowulo Sibua di mana pola lingkaran besar tersebut membutuhkan ruang yang besar, dan perbandingan untuk ruang besar dalam bentuk pola horizontal lurus ke samping terdapat pada ragam Mangawuli dengan para penari yang bergerak satu arah dengan tujuan telah selesainya tarian ini ditarikan untuk menguji ketahanan bangunan, untuk perbandingan ruang kecil dalam bentuk pola lingkaran terdapat pada ragam lima (b) Mangawulo Side-side di mana para penari membentuk lingkaran kecil dengan tujuan persiapan sebelum masuk gerakan klimaks, untuk perbandingan ruang sedang dalam bentuk pola ada dua yaitu pola vertikal dua baris yang terdapat pada ragam Fanuno di mana gerakan ini para penari mengelilingi setengah dari ruangan dengan pola vertikal dua baris dengan satu arah dan gerakan ini membutuhkan ruang sedang di dalamnya dan perbandingan ruang sedang yang ke dua dengan ragam enam Mamaheyu Omo

(22)

62

perbandingan dalam waktu atau tempo gerak cepat terdapat pada ragam dua

Hoho, empat Hihia ba au, limaMangowulo Sibuadan Mangawulo Side-side, dan ke enam Mamaheyu Omo. Untuk perbandingan dalam tempo gerak sedang terdapat pada ragam satu Hiwõ-hiwõ, tiga Lailõ, dan sembilan Mangawuli.

(23)

63

menggunakan tata rias, dan untuk properti oleh karena tujuan dari tarian ini untuk menguji ketahanan dan kekuatan pada bangunan rumah.

B.Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis dapat memberikan beberapa saran, yaitu :

1. Kepada pihak yang bersangkutan agar tetap menjaga kelestarian tari

Famadogo Omo sebagai aset budaya bangsa.

2. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti berharap kepada pihak yang berkompeten dalam bidang kebudayaan Nias agar lebih memberi perhatian dan kesempatan bagi masyarakat yang ingin meneliti tentang kebudayaan yang ada maupun bagi masyarakat yang ingin mengetahui kebudayaan-kebudayaan yang masih ada di Nias.

3. Kepada generasi muda agar diharapkan dapat mempelajari lebih dalam lagi tari-tarian tradisional Nias secara baik dan benar sesuai dengan norma adat istiadat guna melestarikan budaya.

(24)

64

DAFTAR PUSTAKA

Anya, Peterson, 2007, The Antropologi of Dance, terjemahan F.X Widaryanto,Bandung : STSI Press

Arikunto, Suharsimi, 2006, Prodesur Penelitian, Jakarta : Rieneke Cipta Budiono, 2005, Bentuk Dalam Karya, Bandung : Pustaka

Bogdan dan Taylor, 1975, Methodology Approach, Pustaka Widyatama. Djelantik, 1999,Wujud Nyata Dalam Tari, Semarang : Pustaka

Endraswara, Suwardi. (2006). Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan.Sleman: Pustaka Widyatama.

Hwkins, Alma, (1990), Tari Dalam Ekspresi, Pustaka Widyatama.

Hadi, Sutrisno. (Sugiono 2010).Observasi Dalam Penelitian, Bandung : Pustaka Hidayat, Aziz, A, 2007, Susunan Dalam Metode, Pustaka Widyatama

Langer, Susane, K. 1977, Problems of Art, terjemahan F.X. Widyamanto, Bandung : Akademi Seni Tari Indonesia.

Murgianto, Sal, 1983, Koreografi Pengetahuan Dasar Komposisi Tari, Jakarta: (Direktorat Jendral) Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ndruru.Mudilia. 2010.Peranan Musik dalam Maena Fangowai Pada Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Nias Tundrumbaho, Kecamatan Lolomatua, Kabupaten Nias Selatan. Universitas Negeri Medan. Skripsi.

Nurhasannah. 2011. Skripsi yang berjudul “Bentuk Penyajian dan Nilai Estetika Tari Piso Surit Pada Masyarakat Karo. Skripsi ini membahas tentang bentuk penyajian dan nilai estetika dalam gerak tari Piso Surit.Skripsi ini di gunakan peneliti sebagai referensi untuk melengkapi dan menambahi penulisan dalam bentuk penyajian.

Nurwani, 2014. “Bahan Ajar Pengetahuan Seni Tari”,Medan : Unimed Press Sari. Nur Utari Septiana. 2013.Makna Gerak Tari Faluaya (Tari Perang) Pada

Masyarakat Nias Selatan Di Kota Medan. Universitas Negeri Medan.Skripsi.

(25)

65

Sugiono, 1988, Observasi Data, Yogyakarta : Pustaka

Suryadiningrat, 1990, Musik Dalam tari, Yogyakarta : Pustaka

Sedyawati, Edy. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan.Jakarta : Sinar harapan. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Telaumbanua.Chris Mart S. Y. S.Maena Fangowai ditinjau dari peranan dan bentuk penyajian dalam acara perkawinan masyarakat Nias di Pematangsiantar. Universitas Negeri Medan. Skripsi.

Waruwu.Etty Veri Yanti. 2007. Tari Fogaele Sejarah Fungsi Pada Masyarakat

Nias Selatan Desa Orahili Fa’u, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten

Nias Selatan. Universitas Negeri Medan. Skripsi.

Weaver, John, 1721, Forms of Beauty in the Dance, terjemahan Ita Sari : Bandung Y. Hadi Sumandiyo. (2007:25). Kajian Tari, Yogyakarta: Pustaka.

http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Nias http://www.Indonesianbackpackersnias.com

Gambar

Tabel 4.2 Bentuk Pola Lantai Tari Famadogo Omo.. .....................................
Gambar4.1 Peta Pulau Nias ........................................................................

Referensi

Dokumen terkait

pendidikan sosial yang terdapat didalam Tari Moyo (Tari Elang) pada masyarakat Nias di Kota Medan.. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori bentuk

Tari Dakdeng adalah bagian dalam ritual upacara Tolak-bala, yang merupakan kesatuan dan pengiring dalam ritual upacara Tolak bala pada masyarakat Melayu di Desa

Penelitian ini menggunakan teori Fungsi, Bentuk dan Makna simbol, Tari tembut-tembut in dilaksanakan pada upacara adat ndilo wari uda didesa Seberaya kecanatan

Penelitian ini membahas tentang metafora yang terdapat dalam amaedola Nias yang dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan hierarki ruang persepsi manusia menurut

Sebagai kajian utama penulis dalam penelitian ini yaitu kajian fungsi dari Folaya pada acara Foko’o Simate dalam upacara kematian masyarakat Nias, penulis

Menurut Soedarsono (1982:26) jenis tari menurut fungsinya terbagi menjadi tiga bagian yaitu tari upacara, tari hiburan dan tari tontonan atau tari pertunjukan.

Tari ini ditarikan oleh lima orang penari yaitu penari utama pengantin sebagai primadona dan ke empat penarinya sebagai dayang, dengan penari utama yaitu pengantin

Sedangkan Pola rumah tinggal di Kasepuhan Ciptarasa dapat dilihat pada bentuk rumah tinggalnya berupa panggung dan organisasi ruang (tata ruang) yang terdiri dari