• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN TENTANG PELANGGARAN TATA TERTIB Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pengambilan Keputusan Tentang Pelanggaran Tata Tertib Di SD Negeri 1 Kedungjati.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN TENTANG PELANGGARAN TATA TERTIB Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pengambilan Keputusan Tentang Pelanggaran Tata Tertib Di SD Negeri 1 Kedungjati."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN TENTANG PELANGGARAN TATA TERTIB

DI SD NEGERI 1 KEDUNGJATI

Oleh :

DJOKO PURWANTORO Q 100 140 054

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA

▸ Baca selengkapnya: sk kepala tata usaha sekolah

(2)
(3)
(4)
(5)

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN TENTANG PELANGGARAN TATA TERTIB

DI SD NEGERI 1 KEDUNGJATI

Oleh

Djoko Purwantoro1, Sutama2, dan Suyatmini3

1)Mahasiswa Program Studi Magister Administrasi Pendidikan Pascasarjana,

email: djokopurwantoro@gmail.com

2), 3) Dosen Magister Administrasi Pendidikan Pascasarjana UMS

Abstract

This study aims to: 1) describes steps of the principal decision making in terms of aspects identification of problems regarding discipline violations by students and teachers, 2) explain the steps of principals decision making in terms of aspects the study of the situation and the causes of violations of discipline by students and teachers, 3) knowing the steps of the principal's decision making in terms of aspects positive and negative impacts for students or teachers. This research is qualitative research with case study design. Data was collected by observation, interview, and documentation. Data analysis use interactive model of analysis. Results of this study shows: 1) Steps of decision making principals in terms of aspects identifying problems, find out what types of disciplinary violations, find and determine the type of sanction and the solution to this type of violation of discipline, implement the decisions of the types of violations that are mild, moderate and severe. 2) steps of principals decision making in terms of aspects the study of the situation, includes principals know more closely students and teachers; observing offenses committed students and teachers and look for the cause of the infringement; search and find factors that cause students and teachers in disciplines violation; clarify the causes of violations committed and finding the cause. 3) steps of the principal's decision making in terms of aspects positive and negative impacts are principals recognize the type of violation and its impact; supervising teachers and students, establish communication and socialization to students to keep clean; encourage the active participation of teachers to build the character and behavior of students by role model; and tell the teacher not to show smoke in front of students.

Keywords: principals leadership, decision making, violation, discipline

Abstrak

(6)

dokumentasi. Teknik analisa data menggunakan analisis model interaktif. Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) Langkah-langkah pengambilan keputusan kepala sekolah ditinjau dari aspek identifikasi masalah adalah mengidentifikasi, mengetahui klasifikasi jenis pelanggaran tata tertib, menemukan dan menentukan jenis sanksi dan solusi terhadap jenis pelanggaran tata tertib, melaksanakan keputusan terhadap jenis pelanggaran ringan, sedang dan berat. 2) Langkah-langkah pengambilan keputusan kepala sekolah ditinjau dari aspek kajian situasi, meliputi kepala sekolah mengenal lebih dekat siswa dan guru; mengamati jenis pelanggaran dan mencari penyebabnya; mencari dan menemukan faktor-faktor melakukan pelanggaran tata tertib; mengklasifikasi penyebab pelanggaran dan menemukan penyebabnya. 3) Langkah-langkah pengambilan keputusan kepala sekolah ditinjau dari aspek dampak positif dan negatif bagi siswa ataupun guru, adalah kepala sekolah mengenali jenis pelanggaran dan dampaknya; melakukan pengawasan terhadap guru dan siswa, kepedulian guru terhadap pelanggaran yang dilakukan siswa; menjalin komunikasi dan melakukan sosialisasi kepada siswa untuk menjaga kebersihan; mengajak partisipasi aktif guru membina karakter dan perilaku siswa melalui keteladanan; serta memberitahukan kepada guru untuk tidak menunjukkan merokok di hadapan siswa.

Kata Kunci: kepemimpinan kepala sekolah, pengambilan keputusan, pelanggaran, tata tertib

Pendahuluan

Sekolah sebagai suatu organisasi dan lembaga pendidikan dipimpin oleh seorang kepala sekolah. Kepala sekolah memegang manajemen penyelenggaraan, sehingga kepala sekolah memegang administrator. Sebagai administrator bertanggung jawab mengatur bawahan, termasuk guru-guru dan karyawan. Kepala sekolah selain sebagai administrator juga sebagai supervisor yaitu membimbing secara lengkap bagi para guru bawahanya dalam bekerja. Dengan demikian kepala sekolah harus mampu menciptakan suasana yang harmonis serta komunikasi yang fleksibel antara kepala sekolah dengan guru dan karyawan.

(7)

Pengalaman yang dialami guru di Sekolah Dasar Negeri 1 Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan, dari serangkaian pergantian kepala sekolah, menyatakan tidak semua kepala sekolah mampu melaksanakan kepemimpinannya sesuai dengan harapan guru dan siswa. Baik kepada guru yang berprestasi dan siswa yang berprestasi, apalagi yang tidak berprestasi sama sekali. Kepala sekolah dituntut dapat mengambil keputusan dengan cepat, tepat dan dapat diterima oleh semua pihak.

Permasalahan yang dihadapi Kepala Sekolah di SD Negeri 1 Kedungjati sangat kompleks. Masalah terkait dengan siswa diantaranya pelanggaran tata tertib sekolah, dukungan orang tua yang rendah, serta minimnya dukungan sarana belajar yang dimiliki siswa. Permasalahan terkait dengan guru, diantaranya adalah adanya salah satu guru yang suka terlambat datang ke sekolah, motivasi guru untuk mengembangkan kompetensi kurang, serta kesulitan untuk menjalin kerjasama tim. Sementara permasalahan lain yang harus dihadapi kepala sekolah adalah permasalahan yang berasal dari lingkungan sekitar sekolah diantaranya suara bising, persaingan antar sekolah dan menjaga hubungan social dengan masyarakat sekitar. Hal inilah yang harus dihadapi oleh Kepala Sekolah SD Negeri 1 Kedungjati dan harus disikapi dengan pengambilan keputusan yang dapat mendukung kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menjabarkan langkah-langkah pengambilan keputusan Kepala Sekolah ditinjau dari aspek identifikasi masalah mengenai pelanggaran tata tertib oleh siswa dan guru, 2) memaparkan langkah-langkah pengambilan keputusan Kepala Sekolah ditinjau dari aspek kajian situasi dan penyebab terjadinya pelanggaran tata tertib oleh siswa dan guru, 3) Mengetahui langkah-langkah pengambilan keputusan kepala sekolah ditinjau dari aspek dampak positif dan negatif bagi siswa ataupun guru.

Metode Penelitian

(8)

Nara sumber penelitian ini antara lain guru, kepala sekolah, dan siswa. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. metode triangulasi yang dipakai pada penelitian ini yaitu triangulasi sumber, dimana triangulasi dilakukan dengan memperbandingkan dan melakukan pengecekan balik derajat kepercayaan sebuah keterangan yang didapatkan lewat perbedaan waktu dan perangkat pada metode penelitian kualitatif ini.

Peneliti menggunakan analisis model interaktif (Interactive Model of Analysis) sebagai teknik analisis data sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Berdasarkan teori dari Miles dan Huberman (2008: 16) yang menyatakan ada 3 komponen yang ada dalam model analisis interaktif, antara lain reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan, dimana dalam suatu siklus dilakukan dengan cara interaktif guna melakukan pengumpulan data.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Langkah-langkah pengambilan keputusan Kepala Sekolah ditinjau dari aspek identifikasi masalah mengenai pelanggaran tata tertib oleh siswa maupun guru

(9)

yang dilakukannya. Tetapi perlu ada klarifikasi atau pendataan awal yang harus dilakukan oleh guru, karena sanksi yang diberikan harus sesuai denganperbuatan yang dilakukan peserta didik tersebut. Oleh karena itu, langkah awal untuk mengetahui dan mengklasifikasi jenis-jenis pelanggaran ini sangat penting bagi kepala sekolah untuk pengambilan keputusan selanjutnya.

Langkah-langkah untuk mengetahui dan mengklasifikasi jenis-jenis pelanggaran siswa di atas dilakukan untuk menemukan dan menentukan jenis sanksi dan solusi terhadap jenis pelanggaran tata tertib siswa. Langkah-langkah pengambilan keputusan kepala sekolah tersebut sesuai dengan karakteristik kepala sekolah seperti yang disampaikan oleh Hauserman dan Stick (2013) bahwa salah satu karakteristik kepala sekolah dalam kelompok yang sangat transformasional adalah proaktif dalam memecahkan masalah, dan memberikan solusi kreatif. Jadi, setelah kepala sekolah mengetahui dan mengklasifikasi jenis-jenis pelanggaran siswa maka langkah selanjutnya adalah menemukan dan menentukan jenis sanksi dan solusi terhadap jenis pelanggaran tata tertib siswa.

(10)

tertib sekolah pada siswa antara lain mengevaluasi pelanggaran oleh guru, memberikan sanksi yang jelas dan mendidik, dan merazia siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Seperti pernyataan dari Lydiah and Nasongo (2009) dalam penelitiannya bahwa peran kepala sekolah dalam keberhasilan sekolah adalah pemantauan disiplin siswa. Dalam hal ini, pemantauan disiplin siswa dari kepala sekolah dengan menentukan dan memberikan sanksi bagi siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan.

Pelanggaran tata tertib tidak hanya dilakukan oleh siswa saja, kadangkala guru juga melakukan pelanggaran terhadap tata tertib sekolah. Dalam masalah ini, kepala sekolah melakukan tindakan awal sama seperti yang dilakukan terhadap siswa yaitu kepala sekolah mengenali dan melakukan klasifikasi jenis-jenis pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh guru. Setelah langkah awal tersebut dilakukan, tindakan selanjutnya adalah menemukan dan menentukan jenis sanksi dan solusi terhadap jenis pelanggaran tata tertib siswa. Temuan penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriwati, dkk. (2015) bahwa langkah-langkah pengambilan keputusan pemberian hukuman terhadap pelanggaran dilakukan melalui empat tahapan yaitu tahap pemberitahuan, teguran, peringatan dan hukuman. Pada tahapan pemberitahuan dengan dilakukannya pengarahan saat MOS (Masa Orientasi Siswa), penyebaran surat edaran, penempelan tata tertib di kelas, adanya gambar-gambar mengenai tata tertib di lingkungan sekolah. Pada tahapan teguran dilakukan dengan cara teguran langsung dan teguran tak langsung kepada siswa yang melanggar aturan. Pada tahap peringatan terdapat peringatan lisan dengan dilakukannya pembinaan dan peringatan tulisan dengan pemberlakuan SP (Surat Peringatan). Dan pada tahap hukuman dilakukan dengan cara memberikan skorsing, home visit serta pengembalian kepada orang tua siswa. Dalam penelitian ini pemecahan masalah pemberian sanksi terhadap pelanggaran tata tertib guru dilakukan sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan oleh guru yaitu pelanggaran ringan, sedang, dan berat.

(11)

sanksi sesuai dengan keputusan yang telah diambil sebelumnya sesuai jenis pelanggaran yang sudah dilakukan. Kepala sekolah memberikan sanksi terhadap jenis pelanggaran ringan yang dilakukan guru berupa pemanggilan ke ruang tertutup, untuk jenis pelanggaran sedang sanksinya berupa diskusi internal guru atas adanya pelanggaran yang dilakukan oleh guru, sedangkan untuk jenis pelanggaran berat sanksi yang dilakukan berupa pemberitahuan kepada Pengawas Sekolah dalam bentuk supervisi. Pelaksanaan pemberian sanksi ini sesuai dengan keputusan yang telah diambil kepala sekolah dengan mempertimbangkan jenis pelanggaran yang dilakukan. Omote, Thinguri, Moenga (2015) dalam penelitiannya menyimpulkan masing-masing sekolah memiliki cara unik sendiri untuk mempertahankan disiplin di sekolah. Ada metode umum disiplin yang digunakan seperti sekolah pada umumnya, yaitu aturan sekolah, hukuman, dan bimbingan dan konseling. Semua metode ini sampai batas tertentu membantu sekolah untuk mengelola masalah kedisiplinan. Oleh karena itu, gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam pengambilan keputusan pelaksanaan pemberian sanksi menjadi sangat penting.

Langkah-langkah pengambilan keputusan Kepala Sekolah ditinjau dari aspek kajian situasi dan penyebab terjadinya pelanggaran tata tertib oleh siswa dan guru

(12)

Langkah selanjutnya dalam pengambilan keputusan kepala sekolah ditinjau dari aspek kajian situasi dan penyebab terjadinya pelanggaran tata tertib oleh siswa adalah mengamati jenis pelanggaran yang dilakukan siswa dan mencari penyebab terjadinya pelanggaran. Kemudian mencari dan menemukan faktor-faktor yang menyebabkan siswa melakukan pelanggaran tata tertib. Mengklasifikasi penyebab pelanggaran yang dilakukan siswa, dan menemukan penyebabnya yaitu ekonomi, minimnya pengawasan dan perhatian orang tua, sikap otoriter orang tua, tidak ada pengawasan sosial di lingkungan tempat tinggal (RT tidak peduli saat jam belajar anak, sehingga banyak anak tidak belajar dan mengerjakan PR). Penelitian dari Ali, Dada, Isiaka dan Salmon (2014) bahwa menyimpulkan bahwa beberapa faktor penyebab pelanggaran seperti sekolah, siswa dan masyarakat pada umumnya memberikan kontribusi ke tindakan ketidakdisiplinan di kalangan siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Simuforosa dan Rosemary (2014) bahwa salah satu penyebab ketidakdisiplinan siswa adalah masalah yang berasal dari rumah (keluarga) siswa sehingga menyebabkan gangguan perilaku siswa di sekolah. Diperkuat dengan hasil penelitian dari Gutuza dan Mapolisa (2015) bahwa penyebab utama dari ketidakdisiplinan di sekolah adalah tekanan teman sebaya, penghapusan hukuman fisik, perilaku guru, penyalahgunaan obat, latar belakang keluarga, dan iklim sekolah yang tertutup.

(13)

faktor-faktor yang menyebabkan siswa melakukan pelanggaran tata tertib sekolah dengan cara pendekatan dan komunikasi langsung dengan siswa seperti yang dilakukan kepala sekolah di atas.

Kepala sekolah juga perlu mengamati jenis pelanggaran yang dilakukan guru dan mencari penyebab terjadinya pelanggaran. Mencari dan menemukan faktor-faktor yang menyebabkan guru melakukan pelanggaran tata tertib. Hasil penelitian dari Muturi (2014) menyebutkan bahwa kebanyakan guru tidak hanya termotivasi oleh uang tetapi kebanyakan oleh pengakuan dari kepala sekolah dan nilai yang mereka dapatkan dalam pekerjaan mereka dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kinerja tinggi adalah yang terpenting. Sementara penelitian dari Ngwokabuenui (2015) menunjukkan jenis ketidakdisiplinan sebagai ketidaktaatan guru termasuk kesalahan dan kebiasaan yang tidak dapat diterima Oleh karena itu kepala sekolah perlu mendengarkan dan mendiskusikan kepada guru yang melakukan pelanggaran tata tertib terhadap faktor penyebab pelanggaran yang dilakukan. Melalui diskusi ini, guru merasa dihargai dan memperoleh pengakuan dari kepala sekolah, sehingga guru akan lebih terbuka terhadap penyebab permasalahan pelanggaran tata tertib yang dihadapi.

Langkah-langkah pengambilan keputusan kepala sekolah ditinjau dari aspek dampak positif dan negatif bagi siswa ataupun guru

(14)

mendengarkan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh siswa dan guru ini, kepala sekolah dapat menentukan keputusan apa yang harus diambil selanjutnya.

Pelanggaran siswa yang meliputi siswa yang tidak mengerjakan PR dan melanggar kedisplinan belajar, akan berdampak pada siswa akan kesulitan dapat meningkatkan prestasinya. Maka langkah keputusan yang dapat diambil oleh kepala sekolah adalah melakukan pengawasan terhadap guru dalam mengelola siswa di kelas. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Lydiah and Nasongo (2009) kaitannya dengan pengelolaan siswa di kelas adalah bahwa para kepala sekolah juga terlibat dalam kegiatan akademik dengan mengamati dan memeriksa pekerjaan siswa dan guru, pemantauan disiplin siswa.

Pelanggaran tata tertib dari siswa yang tidak mengenakan pakaian seragam yang seharusnya, memiliki dampak negatif yang mempengaruhi sikap siswa mengikuti pelajaran. Kepala sekolah dapat mengambil keputusan dengan melakukan pengawasan langsung kepada siswa dan kepedulian guru terhadap pelanggaran yang dilakukan siswa. Sesuai dengan penelitian dari Hauserman dan Stick (2013) dimana karakteristik kepala sekolah dalam kualitas kepemimpinan transformasional adalah mendengarkan dan peduli dan membuat keputusan yang terbaik untuk siswa. Kepala sekolah dapat melakukan pendekatan kepada siswa dan guru melalui komunikasi langsung dengan cara mendengarkan dan berdiskusi dengan pelaku pelanggaran.

(15)

Pelanggaran tata tertib yaitu siswa berkelahi dengan teman sekolah memiliki dampak negatif pada perilaku pergaulan yang cenderung merusak, maka kepala sekolah dapat mengambil keputusan dengan cara melakukan pengawasan langsung kepada siswa dan mengajak partisipasi aktif guru membina karakter dan perilaku siswa melalui keteladanan. Dipertegas hasil penelitian dari Lee, dkk. (2011) bahwa guru senang bekerja dengan kepala sekolah, karena kepala sekolah selalu menunjukkan pemahamannya. Bagi para guru, sebagian besar perhatian dari kepala sekolah adalah kepercayaan penuh pada mereka. Kepala sekolah memberi guru otonomi besar untuk melaksanakan tugas mereka masing-masing, kepala sekolah bisa menjadi sangat kompromistis dan guru merasa rasa tanggung jawab dan bermakna. Untuk guru, pekerjaan tidak hanya memberikan makna khusus, tetapi juga memberikan kepuasan intrinsik. Bagi guru, hadiah terbesar dari perhatian yang dapat diberikan kepada mereka adalah kepercayaan dan dukungan. Ajakan dan perhatian dari kepala sekolah ini akan memotivasi guru untuk membina karakter dan perilaku siswa melalui keteladanan.

Pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh guru terlambat hadir ke sekolah dan melanggar kedisiplinan belajar memiliki dampak negatif hak belajar siswa berkurang dan prestasi siswa sulit berkembang, maka dalam hal ini kepala sekolah dalam mengambil langkah keputusan dengan melakukan pengawasan terhadap guru dalam mengelola siswa di kelas. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Irwansa (2016) bahwa upaya sekolah menjadi penting terhadap penyelesaian persoalan perilaku siswa-siswi terhadap pelaksanaan tata tertib sekolah misalnya pemeriksaan secara tiba-tiba, pemberian sanksi yang tegas, pembinaan baik secara konseling maupun spiritual, dan pemeriksaan kelas. Selain itu, kualitas pribadi kepala sekolah dan gaya kepemimpinan berdampak pada perannya dalam pengelolaan pengambilan keputusan di sekolah dan penciptaan iklim sekolah yang positif serta menggembirakan.

(16)

candaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Omote, dkk. (2015) bahwa kualitas kepala sekolah harus berada di garis depan, selalu ada untuk siswa dan gurunya, mudah ditemui, dan membangun struktur dan iklim, dialog, kerja sama, komunikasi terbuka dan public relations yang baik. Dengan diskusi dan humor ini guru tidak akan merasa tersinggung atas ucapan kepala sekolah.

Kesimpulan

Langkah-langkah pengambilan keputusan Kepala Sekolah ditinjau dari aspek identifikasi masalah mengenai pelanggaran tata tertib oleh siswa maupun guru, mengidentifikasi jenis-jenis pelanggaran tata tertib siswa; mengetahui klasifikasi jenis pelanggaran tata tertib siswa, mulai dari yang paling berat, sedang, dan ringan; menemukan dan menentukan jenis sanksi dan solusi terhadap jenis pelanggaran tata tertib siswa, mulai dari yang paling berat, sedang, dan ringan; melaksanakan keputusan terhadap jenis pelanggaran ringan yang dilakukan siswa berupa teguran persuasif tanpa menimbulkan ketidaknyamanan siswa atas teguran tersebut; melaksanakan keputusan terhadap jenis pelanggaran sedang yang dilakukan siswa berupa teguran persuasif tanpa menimbulkan ketidaknyamanan siswa atas teguran tersebut diikuti pemberitahuan kepada orang tua siswa; melaksanakan keputusan terhadap jenis pelanggaran berat yang dilakukan siswa berupa teguran persuasif tanpa menimbulkan ketidaknyamanan siswa atas teguran tersebut diikuti pemberitahuan dan surat peringatan keras kepada orang tua siswa; melaksanakan keputusan terhadap jenis pelanggaran ringan yang dilakukan guru berupa pemanggilan ke ruang tertutup; melaksanakan keputusan terhadap jenis pelanggaran sedang yang dilakukan guru berupa diskusi internal guru atas adanya pelanggaran yang dilakukan oleh guru; serta melaksanakan keputusan terhadap jenis pelanggaran berat yang dilakukan guru berupa pemberitahuan kepada Pengawas Sekolah dalam bentuk supervisi.

(17)

terjadinya pelanggaran; mencari dan menemukan faktor-faktor yang menyebabkan siswa melakukan pelanggaran tata tertib; mengklasifikasi penyebab pelanggaran yang dilakukan siswa, dan menemukan penyebabnya yaitu ekonomi, minimnya pengawasan dan perhatian orang tua, sikap otoriter orang tua, tidak ada pengawasan sosial di lingkungan tempat tinggal (RT tidak peduli saat jam belajar anak, sehingga banyak anak tidak belajar dan mengerjakan PR); mengamati jenis pelanggaran yang dilakukan guru dan mencari penyebab terjadinya pelanggaran; mencari dan menemukan faktor-faktor yang menyebabkan guru melakukan pelanggaran tata tertib.

Langkah-langkah pengambilan keputusan kepala sekolah ditinjau dari aspek dampak positif dan negatif bagi siswa ataupun guru, adalah Kepala sekolah mengenali jenis pelanggaran dan dampak atas pelanggaran tersebut, baik kepada siswa ataupun guru; melakukan pengawasan terhadap guru dalam mengelola siswa di kelas; pengawasan langsung kepada siswa dan kepedulian guru terhadap pelanggaran yang dilakukan siswa; menjalin komunikasi dan melakukan sosialisasi kepada siswa untuk menjaga kebersihan; melakukan pengawasan langsung kepada siswa dan mengajak partisipasi aktif guru membina karakter dan perilaku siswa melalui keteladanan; melakukan pengawasan terhadap guru dalam mengelola siswa di kelas; serta memberitahukan kepada guru untuk tidak menunjukkan merokok di hadapan siswa.

Daftar Pustaka

Agustina, Rahmi., dan Sulaiman. 2013. Hubungan Motivasi dan Kepuasan Kerja dengan Kinerja Guru pada SMA Negeri di Kabupaten Pidie. Sains Riset Volume 3 - No. 1, hlm. 1-10.

Fitriwati, C., Sulistyarini, dan Parijo. 2015. Penerapan Sistem Poin dalam Menanggulangi Siswa yang Melanggar Aturan di SMA N 2 Pontianak. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol. 4, No. 6, hlm. 1-11.

Freire, Isabel dan Amado, Joao. 2009. Managing And Handling Indisicipline in Schools: A research Project. International Journal of Violence and School, Vol. 8, hlm. 85-97.

(18)

Hauserman, Cal P. dan Stick, Sheldon L. 2013. “The Leadership Teachers Want from Principals: Transformational”. Canadian Journal of Education/ Revue canadienne de l’éducation, Vol. 36, No. 3, hlm. 184-203.

Irwansa, A. 2016. Analisis Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah Pada Siswa di SMK Negeri 1 Makassar. Jurnal Tomalebbi, Vol. 2, No. 1, hlm. 1-13.

Julia, Emi. 2013. Analisis Faktor Penyebab dan Upaya Mengatasi Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Pada SMA Wisuda Pontianak. Artikel Penelitian. Pontianak: Universitas Tanjungpura.

Lee, Cheah; Abdullah, Abdul Gani Kanesan; Ismail, Aziah; Alizydeen, Naser Jami. 2011. “How Democratic Leaders Empower Teachers Job Satisfaction? The Malaysian Case”. International Journal of Business and Social Science, Vol. 2 No.10, hlm. 251-257.

Lydiah, L.M. and Nasongo, J.W. 2009. “Role of the Headteacher in Academic Achievement in Secondary Schools in Vihiga District, Kenya”. Current Research Journal of Social Sciences (Vol. 1 No. 3). Page: 84-92

Marliana, Ayu D. dan Tani, M. T. 2013. Strategi Sekolah Dalam Menangani Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Pada Siswa di SMP Negeri I Papar Kediri. Kajian Moral dan Kewarganegaraan, No 1 Vol 1 Tahun 2013, hlm. 232-246.

Miles, B Matthew & A. Michael Huberman. 2008. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.

Mohajeran, Behnaz and Ghaleei, Alireza. 2008. “Principal Role and School Structure”. International Journal of Human and Social Sciences (Vol. 3 No.1), Page: 52-61.

Muturi, Phyllis Muthoni. 2014. “Shared Leadership And Students’ Performance In Secondary Schools”. International Journal of Economics, Commerce and Management, Vol. II, Issue 5, hlm. 1-10.

Ngwokabuenui, Ponfua Y. 2015. Students’ Indiscipline: Types, Causes and Possible Solutions: The Case of Secondary Schools in Cameroon. Journal of Education and Practice, Vol.6, No.22, hlm. 64-72.

Ningsih, Bekti M. dan Widiharto, C.A. 2014. Peningkatan Disiplin Siswa dengan Layanan Informasi Media Film. Jurnal Empati, Volume 1, Nomor 1, hlm. 73-92.

Nurhayati, Siti. 2009. Pelaksanaan Tata Tertib Sistem Skoring dalam Peningkatan Disiplin Siswa di SMP Negeri 20 Malang. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.

(19)

School Authorities in Public High Schools in Kenya. International Journal of Education and Research, Vol. 3, No. 12, hlm. 1-10.

Perdana, Aryo. 2015. Peran Guru dalam Pembentukan Perilaku Santun Berlalu Lintas Pada Siswa. Artikel Penelitian. Pontianak: Universitas Tanjungpura.

Simuforosa, M. dan Rosemary, N. 2014. Learner Indiscipline in Schools. Review of Arts and Humanities, Vol. 3, No. 2, hlm. 79-88.

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan analisis dilakukan dengan program SAP 2000 dan cara manual dengan program Ms Excel untuk mengetahui dmensi struktur kolom dan balok pada gedung

Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kecukupan energi dan protein pada pasien, diantaranya yaitu pasien mengalami penurunan nafsu makan sehingga akan

Dari 4 skenario simulasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa adanya jalur BRT memperparah kemacetan lalu lintas yang terjadi, dapat dilihat dari nilai tingkat pelayanan (LOS)

Isu pelaksanaan CSR telah mengalami pergeseran dari kewajiban apa yang diharapkan oleh masyarakat untuk dilakukan oleh perusahaan menjadi bagaimana perusahaan

XYZ khususnya pada proyek Urban Transport terkait masalah pengelolaan limbah B3 yang dilakukan dalam kegiatan operasionalnya , analisis dalam membuat estimasi

Dari hasil penelitian diketahui bahwa untuk meningkatkan penerimaan diri dan penguasaan lingkungan mahasiswa, maka mahasiswa perlu lebih memiliki rasa kesadaran,

Dari latar belakang yang telah dijelaskan, didapat rumusan penelitian ini yang bertujuan menjelaskan proses penghitungan menggunakan metode naïve bayes untuk

Dinyatakan lulus dan dibenarkan memakai gelar Sarjana Teknik Informatika ( ST ) dengan Yudisium kelulusan : ... Transkrip dari yang bersangkutan selama mengikuti