commit to user
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH (MENCARI PASANGAN)
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS GEOGRAFI
(Pokok Bahasan Ketenagakerjaan Pada Siswa Kelas VIII-B Semester II SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010)
SKRIPSI
Disusun Oleh : SYA’BAN ISTIQOMAH
K5406005
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH (MENCARI PASANGAN)
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS GEOGRAFI
(Pokok Bahasan Ketenagakerjaan Pada Siswa Kelas VIII-B Semester II SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010)
Oleh :
SYA’BAN ISTIQOMAH K5406005
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji
skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta,
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Drs. Haris Mudjiman, MA, Ph.D Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd NIP. 1303 444 54 NIP. 19560420 198303 1 003
commit to user
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Selasa
Tanggal : 18 Januari 2011
Tim Penguji Skripsi : Tanda Tangan
Ketua : Setya Nugraha, S.Si, M.Si ……….
Sekretaris : Rahning Utomowati, S.Si ……….
Anggota I : Prof. Drs. Haris Mudjiman, MA, Ph.D ……….
Anggota II : Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd ……….
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001
commit to user ABSTRAK
Sya’ban Istiqomah, K5406005. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS GEOGRAFI POKOK BAHASAN KETENAGAKERJAAN PADA SISWA KELAS VIII-B SEMESTER II SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Desember 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar geografi siswa kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumberdaya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII-B sebanyak 37 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, tes formatif, angket dan dokumen. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif.
Hasil belajar pada siklus I menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam pembelajaran geografi belum mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian. Hal ini ditunjukkan pada motivasi siswa yang baru mencapai 64,86% dan hasil belajar siswa baru mencapai 62,16%. Hasil penelitian Siklus II menunjukan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam pembelajaran geografi mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa telah mencapai target keberhasilan penelitian. Hasil belajar siswa setelah Siklus II telah mencapai 89,18% dan Motivasi siswa mencapai 89,19% dari jumlah siswa. Hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II meningkat 27,02% (siklus I = 62,16% dan siklus II = 89,18%), Motivasi belajar siswa meningkat 24,33% (siklus I = 64,86% dan siklus II = 89,19%). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam pembelajaran geografi dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya Motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta setelah dilakukan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumberdaya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya.
commit to user ABSTRACT
Sya'ban Istiqomah, K5406005. THE APPLICATION OF MAKE A MATCH TYPE OF COOPERATIVE LEARNING TO IMPROVE STUDENT THE MOTIVATION AND LEARNING RESULT IN GEOGRAPHY SOCIAL SCIENCE OF LABOR FORCE SUBJECT MATTER IN THE VIII-B GRADERS OF SEMESTER II OF SMP NEGERI 16 SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2009/2010. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, December 2010.
The objective of research was to find out the improvement of student motivation and student learning result of geography in the VIII-B Graders of Semester II of SMP Negeri 16 Surakarta in the school year of 2009/2010. using make a match type of cooperative learning in basic competency of labor force problem and labor as the resource in economic activity, as well as the role of government in the attempt of coping with them.
This study belongs to a Classroom Action Research. The subject of research was the VIII-B graders consisting of 37 students. Techniques of collecting data used were observation, formative test, questionnaire, and document. Technique of analyzing data used in this research was a descriptive qualitative analysis.
The learning result in cycle I shows that the application of Make a Match type of cooperative learning model in geography learning has not improved the student motivation and student learning result consistent with the successfulness of research. It is indicated in the student motivation reaching only 64.86% and the student learning result reaching only 62.16%. The learning result in cycle II shows that the application of Make a Match type of cooperative learning model in geography learning can improve the student motivation and the student learning result had reached the targeted successfulness of research. The student learning result in cycle II had reached 89.18% and the student motivation reached 89.19% of student number. The student learning result increases by 27.02% from cycle I to cycle II (cycle I = 62.16% and cycle II = 89.18%), and student learning motivation increases by 24.33% from cycle I to cycle II (cycle I = 64.86% and cycle II = 89.19%). These results of research shows that that the application of Make a Match type of cooperative learning model in geography learning can improve the student motivation and the student learning result consistent with the indicator of research successfulness. It is indicated by the increase in student learning motivation and result in VIII-B Graders of Semester II of SMP Negeri 16 Surakarta in the school year of 2009/2010 after the application of Make a Match type of cooperative learning model in the basic competency of describing the labor force problems and labor as the resource in economic activity, as well as the role of government in the attempt of coping with them.
commit to user MOTTO
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan
yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah kamu berharap. (QS Al-Insyirah:6-8)
Tak ada sesuatupun yang dapat membuatmu menyerah kecuali dirimu yang mengizinkannya.
(Anonim)
Kesabaran menghadapi saat-saat sulit merupakan tanda dari kedewasaan. (Penulis)
commit to user PERSEMBAHAN
Dalam Naungan Ridho Allah SWT, kupersembahkan karya ini untuk:
Ayah dan I bu tercinta yang selalu memanjatkan
doa untuk ku,selalu memberikan cinta, motivasi
dan kasih sayang yang tak terhingga dan
pengorbanan yang tak ternilai harganya.
Adek-adekku tercinta (Annis I slamawati &
I lham Fitriansyah) terimakasih sayang atas do’a
dan dukungannya.
Bustamil Arifin (Nano-nano ku), semoga Allah
memberikan jalan terbaik buat kita.
Sahabat-sahabat seperjuangan Geografi ’06
Anak-anak kos Griyananda dan Blue House
terimakasih do’a & kebersamaanya.
Almamaterku.
commit to user KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin…… Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan skripsi
ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang
timbul dapat teratasi. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin penelitian untuk menyusun skripsi ini.
2. Drs. Syaiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian untuk
menyusun skripsi ini.
3. Drs. Partoso Hadi, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
ijin penelitian untuk menyusun skripsi ini.
4. Prof. Haris Mudjiman, MA, Ph.D selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan banyak bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan penyusunannya.
5. Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan banyak bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan penyusunannya.
6. Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd selaku Pembimbing Akademik yang dengan
sabar membimbing penulis sejak awal m`asa studi.
commit to user
7. Bapak/ Ibu dosen Program Studi Geografi yang telah memberikan bekal
ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan perkuliahan
dan penyusunan skripsi ini.
8. Drs. M. Amir Khusni, MM selaku kepala SMP Negeri 16 Surakarta yang
telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian
9. Tri Wahyuni S, S. Pd selaku guru mata pelajaran geografi SMP Negeri 16
Surakarta yang telah berkenan membantu penelitian.
10.Siswa-siswi kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta.
11.Sahabat-sahabat Geografi’06 (Agung H, Agung P, Anis, Novika,
Maryanti, Rohmat, Bekti, Watik, Ika, Lilik, Novi, Kuntari, Silva, Wiwis,
Rohaye, Arif, Uzie, Ardian, Abidin, Intan, Kukuh, Guntur, Ari, Arno,
Reza, Yulian, Dyas, Diah, Indri, Yohanes, Tedy, Mitra, Yenik, Anita, Eki)
yang selalu memberikan semangat dan persahabatan yang tak terlupakan,
terimakasih kenangan indahnya selama ini semoga silaturahmi kita tak
pernah putus.
12.Sahabat-sahabatku kost Griyananda (Vita, Ratna, Hilfi, Pepi, Iis, D’e,
Andre, Ratih, Bror, Nita, Lala, Ullie,Devi, Ina) yang mewarnai hari-hatiku
di kos, terimakasih kebersamaan dan kelucuannya
13.Sahabat baikku Anis Iryaningtyas, terimakasih buat semuanya,
kebersamaannya hampir 5 tahun ini, jangan sampai putus silaturrahmi kita.
14.Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu penyelesaian penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu saran dan kritik sangat penulis harapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
commit to user DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN ABSTRAK ... v
HALAMAN ABSTRACT... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 8
1. Hasil Belajar dan Pembelajaran ... 8
2. Pembelajaran Aktif ... 11
3. Metode Pembelajaran ... 14
4. Pembelajaran Kooperatif ... 15
5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match (Mencari Pasangan) ... 18
6. Motivasi Belajar Siswa ... 20
7. Hasil Belajar ... 25
B. Penelitian yang Relevan ... 28
commit to user
C. Kerangka Berfikir ... 32
D. Hipotesis Tindakan ... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 36
1. Tempat Penelitian ... 36
2. Waktu Penelitian ... 36
B. Subyek Penelitian ... 37
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 37
D. Sumber Data ... 40
E. Validitas Data ... 40
F. Teknik Pengumpulan Data ... 41
G. Teknik Analisis Data ... 42
H. Indikator Bekerja……… ... 43
I. Prosedur Penelitian……… ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 48
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 51
1. Observasi Pra Tindakan ... 51
2. Deskripsi Siklus I………. ... 54
a. Perencanaan Tindakan Siklus I ... 54
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 55
c. Observasi dan Evaluasi Siklus I ... 62
d. Analisis dan Refleksi Siklus I ... 67
3. Deskripsi Siklus 2 ... 68
a. Perencanaan Tindakan Siklus II ... 68
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 69
c. Observasi dan Evaluasi Siklus II ... 76
d. Analisis dan Refleksi Siklus II ... 80
C. Pembahasan ... 81
commit to user
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 86
B. Implikasi ... 86
C. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 88
LAMPIRAN ... 90
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rata-Rata Nilai Ulangan HarianGeografi Kelas VIII SMP Negeri 16
Surakarta ... 4
2. Perbedaan Penelitian oleh Peneliti dengan Penelitian Sebelumnya ... 30
3. Jadwal Penyusunan Skripsi ... 36
4. Kategori Motivasi Belajar Siswa ... 52
5. Kategori Motivasi Awal Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta Terhadap Mata Pelajaran Geografi ... 52
6. Ketuntasan Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta Sebagai Data Awal ... 53
7. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Siklus I ... 56
8. Kategori Motivasi Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta Terhadap Mata Pelajaran Geografi Pada Siklus I ... 62
9. Ketuntasan Nilai Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 16 Surakarta Pada Siklus I ... 63
10. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Siklus II ... 70
11. Kategori Motivasi Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta Terhadap Mata Pelajaran Geografi Pada Siklus II ... 76
12. Ketuntasan Nilai Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 16 Surakarta Pada Siklus II ... 77
13. Perbandingan Kategori Motivasi Siswa ... 83
14. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ... 84
commit to user DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Berpikir ... 34
2. Model Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2009: 16) ... 38
3. Skema Prosedur Penelitian ... 47
4. Histogram Motivasi Awal Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta Terhadap Mata Pelajaran Geografi ... 53
5. Histogram Ketuntasan Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta Sebagai Data Awal ... 54
6. Histogram Kategori Motivasi Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta Terhadap Mata Pelajaran Geografi Pada Siklus I ... 64
7. Histogram Ketuntasan nilai siswa kelas VII-B SMP Negeri 16 Surakarta pada siklus I ... 66
8. Kategori Motivasi Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 16Surakarta Terhadap Mata Pelajaran Geografi Pada Siklus II... 77
9. Histogram Ketuntasan Nilai Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 16 Surakarta Pada Siklus II ... 78
10. Histogram Motivasi Siswa Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II .... 83
11. Histogram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II ... 84
12. Kelas Penelitian ... 160
13. Suasana Kelas Saat Guru Menyampaikan Materi ... 160
14. Siswa Saat Mencari Pasangan Soal dan Jawaban ... 161
15. Siswa Menemukan Pasangan Soal dan Jawaban ... 161
16. Guru Mengoreksi Bersama-Sama Hasil Pasangan Soal dan Jawaban ... 162
17. Siswa Mengerjakan Tes Formatif ... 162
18. Siswa Mengisi Angket Motivasi ... 163
19. Siswa Mendapat Penghargaan ... 163
commit to user DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Silabus Siklus I ... 91
2. Silabus Siklus II ... 93
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 95
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 100
5. Materi yang Diajarkan ... 105
6. Kisi-Kisi Evaluasi Siklus I dan Siklus II ... 121
7. Soal Tes Formatif Siklus I ... 122
8. Soal Tes Formatif Siklus II ... 125
9. Kunci Jawaban Tes Formatif Siklus I ... 129
10.Kunci Jawaban Tes Formatif Siklus II ... 131
11.Soal dan Jawaban Make a Matcah (Mencari Pasangan) Siklus I ... 134
12.Soal dan Jawaban Make a Matcah (Mencari Pasangan) Siklus II ... 137
13.Angket Motivasi Belajar Geografi ... 141
14.Kisi-Kisi Penyusunan Angket Belajar ... 146
15.Lembar Observasi Motivasi... 147
16.Tabel Skor Motivasi Siswa Kelas VIII-B Sebagai Data Motivasi Awal ... 148
17.Tabel Skor Motivasi Siswa Kelas VIII-B Sebagai Data Motivasi Siklus I 150 18.Tabel Skor Motivasi Siswa Kelas VII-B Sebagai Data Motivasi Siklus II 152 19.Tabel Hasil Belajar Siswa Kelas VIII-B Sebagai Data Awal ... 154
20.Tabel Hasil Belajar Siswa Kelas VIII-B Siklus I ... 156
21.Tabel Hasil Belajar Siswa Kelas VIII-B Siklus II ... 158
22.Dokumentasi Penelitian ... 160
23.Surat Perijinan ... 162
commit to user
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dalam menentukan masa depan
dan kelangsungan hidup suatu bangsa. Melalui pendidikan akan dihasilkan
manusia-manusia terdidik sebagai sumber daya manusia berkualitas yang akan
berperan dalam pembangunan. Mengingat pentingnya peranan pendidikan, maka
masalah pendidikan menjadi perhatian serius bangsa Indonesia. Pemerintah
berusaha membentuk suatu sistem pendidikan yang berkualitas sehingga tujuan
pendidikan nasional dapat tercapai. Di Indonesia, masalah pendidikan menjadi
pelik ketika output yang dihasilkannya kurang memenuhi kriteria yang
distandarkan baik dalam bidang pengetahuannya maupun moralitas yang dimiliki
oleh output dari pendidikan tersebut. Maka dibutuhkan pembelajaran yang
berorientasi sepenuhnya kepada proses maupun hasil pendidikan.
Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang berperan
aktif dalam peningkatan mutu pendidikan. Kualitas pendidikan dapat terlihat pada
indikator keberhasilan dalam pembelajaran yaitu tercapainya tujuan pembelajaran
yang ditetapkan. Salah satunya adalah dengan meningkatnya pemahaman siswa
terhadap materi yang diajarkan yang dapat ditunjukkan dengan hasil belajar.
Selain itu pembaharuan dalam bidang pendidikan harus dilakukan agar kualitas
pendidikan terus meningkat.
Proses belajar mengajar disekolah merupakan kegiatan yang integral
antara guru dan siswa. Dalam hal ini siswa berkedudukan sebagai pelajar yang
menuntut ilmu dan guru mempunyai posisi sebagai pengajar yang menyampaikan
materi pelajaran. Serangkaian perbuatan guru dan siswa mampunyai hubungan
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu. Hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat
penting berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar
mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru
dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya
commit to user
penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan
nilai pada diri siswa yang sedang belajar. Proses belajar mengajar dapat dikatakan
sebagai suatu proses komunikasi. Setiap proses komunikasi diperlukan media
untuk menyalurkan pesan, sehingga dikatakan bahwa media mempunyai peranan
penting dalam proses belajar mengajar.
Keberhasilan belajar mengajar dapat ditinjau dari dua faktor utama yaitu
faktor dari dalam dan faktor dari luar diri siswa. Faktor dari luar siswa adalah
faktor guru dan sarana prasarana. Guru sebagai pengajar harus dapat menyajikan
materi pelajaran dengan baik, efektif dan efisien dengan memilih dan
menggunakan metode serta pembelajaran yang sesuai. Hendaknya pula, guru
tidak mendominasi kegiatan tersebut tetapi memotivasi dan membimbing siswa
agar dapat mengembangkan potensi dan kreatifitasnya melalui belajar mengajar.
Jadi dalam kegiatan ini terjadi interaksi timbal balik antar siswa dan guru,
sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai secara optimal.
Penerapan Kurikulum yang digunakan sekarang ini yaitu KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) mengharuskan siswa untuk berperan aktif
dalam proses belajar mengajar. Kurikulum ini mulai diberlakukan sejak tahun
2006 yang merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya yaitu KBK.
Pada kedua kurikulum ini, guru tidak lagi mendominasi pembelajaran (teacher
centered) tapi menempatkan siswa sebagai subyek didik sehingga pendekatannya berpusat pada siswa (student centered). Salah satu acuan dalam penyusunan KTSP adalah peningkatan potensi, kecerdasan dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik. Paradigma lama yaitu guru
merupakan pusat kegiatan belajar di kelas (Teacher Centered Learning) tidak bisa
lagi dipertahankan. Tetapi hal ini nampaknya masih banyak diterapkan di
ruang-ruang kelas dengan alasan pembelajaran seperti ini adalah yang paling praktis dan
tidak menyita waktu. Sehingga tidak mengherankan kalau siswa cenderung jenuh,
bosan dan akhirnya kurang tertarik terhadap pelajaran Geografi. Hal ini
berpengaruh terhadap capaian hasil belajar siswa. Seorang pendidik harus
menguasai berbagai macam metode dan pendekatan mengajar, sebab metode dan
commit to user
beberapa macam pendekatan mengajar antaralain pendekatan konsep, pendekatan
induktif, pendekatan ketrampilan proses dan lain-lain. Seorang guru dapat
memilih pendekatan mengajar yang sesuai dengan materi yang disampaikan,
kemampuannya dalam mengingat situasi dan kondisi saat proses belajar mengajar
berlangsung.
Disamping itu dalam memberikan materi pelajaran guru harus
memberikan metode yang tepat, yang sesuai dengan materi dan pendekatan yang
disampaikan, karena apabila materi dan metode tidak sesuai dengan
pendekatannya maka siswa akan mengalami kegaduhan di dalam menerima
pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru, dalam proses belajar mengajar,
siswa perlu mengalami proses ilmu pengetahuan sendiri melalui kegiatan
pengamatan, pemecahan masalah, percobaan dan sebagainya. Salah satu bentuk
metode dari pendekatan ketrampilan proses yang dapat digunakan adalah model
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa.
Pada metode Make a Match (Mencari Pasangan) siswa diajak untuk dapat bekerja sama dengan baik dengan teman-temannya. Disini siswa juga diajak
bermain sekaligus dapat menambah nilai. Pada metode ini, siswa disuruh untuk
mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya,
yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Kelebihan dari metode ini adalah :
Melatih untuk ketelitian, kecermatan dan ketepatan serta kecepatan. Dengan
adanya metode yang bervariasi ini tidak hanya akan membuat siswa menjadi
semangat belajar tetapi juga dapat mengurangi kebosanan siswa dalam belajar
sehingga siswa menjadi betah di kelas. Selain itu juga dapat membantu guru
dalam mengajar dan juga dapat membantu guru mencapai tujuan pembelajaran
yang diinginkan. Guru tidak perlu lagi memarahi siswa yang ribut atau yang
mengantuk di kelas karena dengan adanya game dalam belajar ini diharapkan
siswa dapat menjadi aktif dalam belajar dan dapat mengakrabkan siswa yang satu
commit to user
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Geografi dan pengamatan
yang dilakukan penulis, diketahui bahwa metode yang sering digunakan di SMP
Negeri 16 Surakarta dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) adalah metode
ceramah yaitu guru menyampaikan materi sedangkan siswa mencatat pada buku
catatan. Sehingga kurangnya interaksi antara siswa dengan guru dan siswa dengan
siswa sehingga siswa cenderung pasif. Karena KBM didominasi oleh guru maka
guru dikatakan aktif, sedangkan siswa hanya duduk, mendengarkan, mencatat
bahkan ada sebagian siswa yang diam dengan keadaan mengantuk, guru tidak
menyadari metode konvensional yang dilakukan secara terus menerus membuat
siswa bosan, kurang antusias, dan kurang tertarik, sehingga motivasi belajar siswa
rendah pada saat pembelajaran berlangsung. Motivasi merupakan salah satu
indikator bagi keberhasilan pembelajaran. Jika siswa kurang memiliki motivasi
maka hasil belajarpun kurang optimal. Sesulit apapun materi jika siswa memiliki
motivasi yang tinggi maka siswa akan tetap belajar.
Berdasarkan data arsip hasil ulangan harian mata pelajaran Geografi
menunjukkan hasil belajar siswa kurang optimal dan motivasi untuk belajar
geografi rendah, ini terlihat dari data nilai ulangan harian yang belum mencapai
nilai ketuntasan minimal yaitu 65 untuk mata pelajaran IPS. Pada saat diadakan
ulangan harian, kelas VIII-B memiliki nilai rata-rata paling rendah bila dibanding
kelas VIII yang lain. Nilai rata-rata ulangan harian kelas VIII-B adalah 60,95.
Berikut disajikan tabel rata-rata nilai ulangan harian Geografi kelas VIII.
Tabel 1. Rata-Rata Nilai Ulangan Harian Geografi Kelas VIII SMP
Negeri 16 Surakarta
Kelas Rata-Rata Nilai Ulangan
VIII-A 65,30
VIII-B 60,95
VIII-C 63,90
VIII-D 62,35
VIII-E 64,20
Sumber: Dokumen Guru Pengampu Pelajaran Geografi Kelas VIII SMP
commit to user
Berdasarkan data nilai ulangan harian, sebagian besar siswa kelas VIII-B
belum mencapai nilai 65 yang merupakan standar Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) pada mata pelajaran geografi. Dari 37 siswa kelas VIII-B, yang sudah
mencapai ketuntasan dalam pembelajaran berjumlah 16 anak (43,24% dari jumlah
siswa) sedangkan yang belum tuntas adalah 21 anak (56,76% dari jumlah siswa).
Berdasarkan pengalaman guru geografi mengajar kelas VIII, materi
ketenagakerjaan merupakan materi yang dianggap membosankan. Guru memiliki
kesulitan dalam memahamkan materi tersebut kepada siswa karena materi kurang
menarik. Selain itu, kegiatan pembelajaran berupa penyampaian materi
ketenagakerjaan dengan metode ceramah saja dan tanpa kegiatan aktif bagi siswa
untuk memahami konsep materi menjadikan situasi belajar membosankan
sehingga siswa sulit menyerap materi. Apalagi dengan sikap siswa yang kurang
aktif dalam pembelajaran seperti ketidakberanian dalam mengungkapkan
ketidakpahaman melalui pertanyaan sehingga semakin menyulitkan guru untuk
memahamkan mereka.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian
tentang penerapan model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa. Pembelajaran geografi akan sangat menarik jika dikemas dalam suatu
bentuk pembelajaran interaktif yang menyenangkan untuk meningkatkan motivasi
dan hasil belajar siswa. Salah satunya dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan). Make a Match (Mencari Pasangan) merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat
melatih siswa untuk lebih aktif sehingga termotivasi untuk belajar.
Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan diatas maka penulis
memilih judul :
commit to user
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah pembelajaran geografi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII-B SMP Negeri 16 surakarta tahun ajaran 2009/2010 pada pokok bahasan
Ketenagakerjaan?
2. Apakah pembelajaran geografi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-B SMP Negeri 16 surakarta tahun ajaran 2009/2010 pada pokok bahasan Ketenagakerjaan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar geografi dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan) pada pokok bahasan Ketenagakerjaan pada siswa kelas VIII-B SMP Negeri 16 surakarta tahun ajaran
2009/2010?
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar geografi dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan) pada pokok bahasan Ketenagakerjaan pada siswa kelas VIII-B SMP Negeri 16 surakarta tahun ajaran
2009/2010?
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru, sekolah dan
peneliti.
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan kontribusi keilmuan yang bermanfaat dalam dunia pendidikan mengenai
penerapan pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan) untuk peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa mata pelajaran geografi terutama pada
pokok bahasan Ketenagakerjaan.
b. Sebagai acuan pembelajaran yang inovatif dan mendukung teori pembelajaran
commit to user
c. Menjadi bahan pembanding, pertimbangan, dan pengembangan bagi peneliti di masa
yang akan datang di bidang dan permasalahan yang sejenis atau bersangkutan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi.
2) Mempermudah siswa dalam memahami pelajaran dan tidak mudah bosan.
3) Memberi suasana belajar yang bervariasi dan praktis sehingga dapat
membangkitkan semangat belajar siswa.
4) Memberi peluang siswa berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar
mengajar.
b. Bagi Guru
1) Sebagai masukan bagi guru geografi dalam menentukan metode mengajar yang
tepat sesuai dengan materi yang bersangkutan, dalam rangka peningkatan
motivasi belajar siswa.
2) Memberikan informasi bagi guru untuk lebih menekankan keterlibatan siswa
dalam proses belajar mengajar.
3) Meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dan hasil belajar siswa.
d. Bagi Peneliti
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman, bahwasanya dalam
mengajar geografi banyak cara yang dapat digunakan agar pelajaran geografi dapat
menarik untuk diikuti oleh siswa. Salah satunya yaitu menerapkan model
commit to user BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.
Ini berarti berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan ini amat
tergantung pada proses belajar yang di alami siswa. Oleh karena pemahaman yang
benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya
mutlak diperlukan oleh para guru.
Belajar juga merupakan aktivitas yang selalu dilakukan oleh seseorang
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan seseorang selalu melakukan
kegiatan yang sebenarnya merupakan gejala belajar, karena mustahil apabila
seseorang melakukan kalau tidak melalui belajar terlebih dahulu. Sebagai contoh
adalah seorang anak yang bisa berjalan, mengenakan pakaian sendiri, makan
sendiri, semuanya merupakan hasil dari kegiatan belajar.
Beberapa ahli telah menyusun devinisi belajar menurut sudut pandang
masing-masing, antara lain adalah sebagi berikut :
Menurut Winkel (1996:53), ”Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis,
yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai
sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.”
Sardiman (2010:20) menyatakan bahwa, “Belajar itu senantiasa
merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan, serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain
sebagainya.”
Menurut Sujana (1989 :28), “ Belajar adalah suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang.” Perubahan sebagai hasil proses
belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan
commit to user
pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya,
kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan
lain-lain aspek yang ada pada diri individu. Sedangkan Gulo (2002:74)
mengungkapkan bahwa, “Belajar adalah aktivitas manusia dimana semua potensi
manusia dikerahkan.” Kegiatan ini tidak terbatas hanya pada kegiatan mental
intelektual, tetapi juga melibatkan kemampuan-kemampuan yang bersifat
emosional bahkan tidak jarang melibatkan kemampuan fisik. Rasa senang atau
tidak senang, tertarik atau tidak tertarik, simpati atau antipati, adalah
dimensi-dimensi emosional yang turut terlibat dalamproses belajar tersebut.
Menurut Slameto (2003:2), “Belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”. Jadi belajar lebih menekankan pada perubahan tingkah laku
seseorang dalam belajar sebagai hasil pengalaman dan latihan. Lebih lanjut
Slameto (2003:3-4) menjelaskan, ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam
pengertian belajar adalah :
1. Perubahan terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya sesuatu perubahan dalam dirinya.
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahn yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan usaha individu itu sendiri.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karna proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.
commit to user
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku.
Menurut Slameto (2003:54-71), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
adalah :
1. Faktor-faktor intern
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar. Dari faktor intern dibagi menjadi 3 faktor yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
a) Faktor jasmaniah, meliputi : kesehatan dan cacat tubuh
b) Faktor psikologis, meliputi : intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
c) Faktor kelelahan, meliputi : kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. 2. Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang berada di luar individu. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat di kelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
a) Faktor keluarga, meliputi : cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
b) Faktor sekolah, meliputi : metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa denga siswa, dan alat pembelajaran.
c) Faktor masyarakat, meliputi : kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
Berdasarkan definisi-definisi tentang belajar diatas dapat disimpulkan
bahwa belajar merupakan suatu proses yang di tandai adanya perubahan pada diri
seseorang yang dapat di tunjukkan dalam berbagi bentuk seperti penambahan
pengetahuan, kecakapan, pemahaman sikap dan tingkah laku serta segala aspek
yang ada pada individu. Dengan kata lain belajar merupakan proses dalam usaha
menemukan tingkah laku yang baru baik berupa kecakapan, ketrampilan,
pemecahan suatu masalah, sikap, maupun kebiasaan ke arah yang baik.
b. Pengertian Pembelajaran
Purwanto (2003:32) menyatakan bahwa, “Pembelajaran adalah suatu
usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan
commit to user
Berdasarkan Dimyati dan Mudjiono (1999:297) ”Pembelajaran adalah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa
belajar secara aktif yang menekankan pada sumber belajar.” Lanjutnya Dimyati
dan Mudjiono (1999:76) menyatakan bahwa pembelajaran tidak mengabaikan
karakteristik pebelajar dan prinsip-prinsip belajar. Oleh karena itu dalam program
pembelajaran guru perlu berpegang bahwa pebelajar adalah ”Primus motor”
dalam belajar. Dengan demikian guru dituntut untuk memusatkan perhatian,
mengelola, meganalisis dan mengoptimalkan hal-hal yang berkaitan dengan (1)
perhatian dan motivasi belajar siswa (2) keaktifan siswa (3) optimalisasi
keterlibatan siswa (4) melakukan pengulangan-pengulangan belajar (5) pemberian
tantangan agar siswa bertanggung jawab (6) memberikan balikan dan penguatan
terhadap siswa dan (7) mengelola proses belajar sesuai perbedaan individual
siswa.
Berdasarkan definisi-definisi tentang pembelajaran diatas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh
guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor internal yang
datang dari dalam individu sedangkan faktor eksternal yang datang dari
lingkungan kegiatan belajar mengajar.
2. Pembelajaran Aktif
Menurut Sujana (1989:20), ”Bahwa cara belajar siswa aktif adalah suatu
proses kegiatan belajar mengajar yang subyek didikannya terlibat secara
intelektual dan emosional sehingga ia betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif
dalam melakukan kegiatan belajar.”
Masdjudi, S. Belen, Ujang Sukandi, Muhlisoh (2003 : 3-4) menyatakan
bahwa “Pembelajaran aktif dimaksudkan adalah bahwa dalam proses
pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian hingga siswa aktif
bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.” Sedangkan Belajar
memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun
pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru
commit to user
siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan
hakekat belajar. Peran aktif siswa sangat penting dalam rangka pembentukan
generasi yang kreatif yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan
dirinya sendiri dan orang lain.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
yang dimaksud dengan Pembelajaran Aktif adalah salah satu cara strategi
belajar-mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi subyek didik optimal mungkin,
sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan
efisien.
Untuk melihat terwujudnya pembelajaran aktif dalam proses belajar
mengajar, terdapat indikator cara belajar siswa aktif. Menurut Nana Sujana
(1989:21 ), “Indikator ini dapat dilihat tingkah laku mana yang muncul dalam
suatu proses belajar mengajar berdasarkan apa yang dirancang guru”.
1. Aktif Dilihat Dari Sudut Siswa
Jika di amati dari sisi siswa maka akan tampak :
a) Keinginan dan keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan permassalahan.
b) Keingina dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar.
c) Penampilan sebagia usaha atau kekreatifan belajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilan. d) Kebebasan atau keleluasaan melakukan hal tersebut diatas tanpa tekanan
guru atau pihak lainnya. 2. Aktif Dilihat DariSudut Guru
a) Tampak adanya usaha untuk mendorong, membina gairah belajar dan prestasi siswa secara aktif.
b) Tampak bahwa peranan guru tidak mendomonasi kegiatan proses belajar siswa.
c) Tampak bahwa guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut cara dan keadaan masing-masing.
d) Tampak bahwa guru menggunakan berbagai jenis metode mengajar serta pendekatan multi media.
3. Aktif Dari Segi Program
a) Hendaknya tujuan instruksional serta konsep maupun isi pelajaran itu sesuai dengan kebutuhan, minat serta subjek didik.
b) Hendaknya program cukup jelas dapat dimengerti siswa dan menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar.
commit to user
4. Aktif Dilihat Dari Situasi Belajar
a) Tampak adanya iklim hubungan intim dan erat antara guru dengan siswa, siswa dengan siswwa, guru dengan guru, serta dengan unsur pimpinan sekolah dan stick holder yang ada.
b) Tampak adanya gairah serta kegembiraan siswa meningkat sehingga siswa memiliki motivasi yang kuat, serta keleluasaan mengenbangkan cara belajar masing-masing.
5. Aktif Dilihat Dari Sarana Belajar
a) Tampak adanya sumber-sumber belajar bagi siswa.
b) Tampak adanya fleksibelitas waktu untuk melakukan kegiatan belajar. c) Tampak adanya kegiatan belajar siswa yang tidak terbatas didalam kelas
dan juga diluar kelas. 6. Ciri-ciri Pembelajaran Aktif
Ada beberapa ciri yang harus tampak dalam proses pembelajaran aktif antara lain :
a) Situasi kelas menantang siswa menantang kegiatan belajar secara bebas, tetapi terkendali.
b) Guru tidak mendominasi pembicaraan, tetapi lebih banyak memberikan rangsangan nerfikir kepada siswa untuk memecahkan masalah.
c) Guru menyediakan dan mengusahakan sumber belajar bagi siswa, bisa sumber tertilis, sumber manusia, misalnya murid itu sendiri, menjelaskan permasalahan kepada murid lainnya, berbagi media pembelajaran, alat bantu pengajaran, termasuk guru sendiri sebagi sumber belajar.
d) Kegiatan siswa bervariasi, ada kegiatan yang sifatnya bersama-sama dilakukan oleh semua siswa, ada yang dilakukan secara kelompok dan ada yang dilakukan siswa secara individual. Penetapan tersebut di atur oleh guru secara sistematis dan terencana.
e) Hubungan guru dengan siswanya sifatnya harus mencerminkan hubungan manusiawi bagaikan hubungan antara bapak dengan anak, bukan pimpinan dengan bawahan. Guru menempatkan diri sebagai pembimbing semua siswa yang memerlukan bantuan manakala siswa menghadapi persoalan dan tidak dapat memecahkannya sendiri.
f) Situasi dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan sususan yang mati, tetapi sewaktu-waktu diubah sesuai dengan keburuhan siswa.
g) Belajar tidak hanya dilihat dan diukur dari segi hasil yang dicapai siswa, tetapi juga dilihat dan diukur dari segi proses belajar yang dilakukan oleh siswa.
h) Adanya keberanian siswa mengajukan pendapat melalui pertanyaan atau pernyataan gagasannya, baik yang diajukan kepada guru maupuin siswa lainnya dalam pemecahan masalah belajarnya.
commit to user
Melihat ciri-ciri tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
aktif merupakan pembelajaran yang saling bertanya dan mempertanyakan,
interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa sangat menonjol, hubunga
antara guru dengan siswa sangat akrab, layaknya orang tua dengan anaknya,
sehingga siswa ada keberanian untuk mengemukakan pendapa dan gagasannya
secara terbuka. Pembelajaran bisa berjalan dengan aktif sangat tergatung dari
peran guru itu sendiri.
3. Metode Pembelajaran
Slameto (2003:65) menyatakan bahwa, “Metode mengajar adalah suatu
cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar.” Lebih lanjut Slameto
(2003:92) menyatakan bahwa, “Variasi pembelajaran merupakan penerapan
beberapa metode dalam proses mengajar. Variasi metode pembelajaran
mengaakibatkan penyajian bahan pelajaran menjadi lebih menarik perhatian
siswa.” Metode penyajian yang selalu sama akan membosankan siswa, hal ini
dikarenakan siswa tidak tertarik pada penyampaian materi oleh guru, sehingga
dengan variasi metode pembelajaran akan dapat meningkatkan minat dan kegiatan
belajar siswa.
Menurut Gazali dalam Slameto (2003:30), “Pembelajaran adalah
menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat.”
Sehingga metode pembelajaran dapat diartikan sebagai skema yang berupa
struktur cara menanamkan pengetahuan pada seseorang. Metode pembelajaran
membuat para pengembang pembelajaran memahami dan merinci masalah ke
dalam unit-unit yang lebih mudah diatasi dan menyelesaikan masalah
pembelajaran.
Untuk mencapai hal- hal tersebut, maka guru harus dapat memilih dan
mengembangkan metode mengajar yang tepat, efisien dan efektif sesuai dengan
materi yang diajarkan. Dengan pemilihan metode yang tepat, maka akan
mempengaruhi belajar siswa dengan baik sehingga siswa benar-benar memahami
commit to user
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan pengertian metode
pembelajaran adalah cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi
pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan membuat kemampuan
intelektual siswa berkembang, sehingga belajar dapat berjalan secara efisien dan
bermakna bagi siswa.
4. Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian pembelajaran kooperatif.
Menurut Suprijono (2009:54), “Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang
lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang
lebih di pimpin oleh guru atau di arahkan oleh guru.” Secara umum pembelajaran
kooperatif dianggap lebih di arahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas
dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang
dirancang untuk membantu peserta didiknya menyelesaikan masalah yang
dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.
Sedangkan Slavin (2009: 73) menyatakan bahwa , “Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi pembelajaran yang mendorong siswa bekerja sebagai sebuah
tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau
mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya.
Menurut Umit (2008:25) menyebutkan bahwa, ”Cooperative learning can be defined as a method where students create small mixed groups and help each other for a common academic aim, boost each other’s self-esteem, develop communication abilities, increase problem solving and critical thinking abilities and take active part in learning”.
Dari pendapat diatas dapat diartikan bahwa “pembelajaran kooperatif
dapat didefinisikan sebagai suatu metode yang menciptakan suasana pembelajaran
dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu
sama lain, terdapat persaingan secara individual, mengembangkan kemampuan
berkomunikasi, meningkatkan kemampuan untuk memecahkan masalah dan
commit to user
Johnson dalam Tuan (2010:65) berpendapat“Cooperative Learning as a
structured and systematic instructional design in which small groups work together toreach a common goal.”
Berdasarkan pendapat diatas dapat diartikan “pembelajaran kooperatif adalah suatu struktur dan desain intruksional dimana siswa bekerja dalam
kelompok–kelompok kecil untuk mencapai tujuan”.
Model pembelajaran kooperatif learning tidak sama dengan sekedar
belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan
pembagian kelompok yang dilakukan tanpa pertimbangan. Pelaksanaan prosedur
pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola
kelas dengan lebih baik dan efektif. Menurut Roger dan David Johnson dalam Lie
(2010:31), “untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran
gotong-royong harus diterapkan”, yaitu :
a. Saling ketergantungan positif
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Intinya setiap anggota mempunyai tugas yang berlainan, kemudian berkumpul dan bertukar pikiran atau informasi. Selanjutnya pengajar akan mengevaluasi semua anggota mengenai seluruh bagian, sehingga dengan cara ini mau tidak mau setiap anggota harus merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar anggota yang lain juga dapat berhasil.
b. Tanggung Jawab Perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan prosedur penilaian dibuat menurut prosedur cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan pengajar dalam penyusunan tugasnya.
c. Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa anggota akan lebih baik dari pada hasil pemikiran dari individu saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. Inti dari sinergi adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.
d. Komunikasi Antar anggota
commit to user
mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka mengutarakan pendapat mereka.
e. Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama kelompok tersebut agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. (Lie, 2010:31)
Bekerjasama berarti melakukan sesuatu secara bersama dengan saling
membantu dan bekerjasama sebagai tim (kelompok). Jadi pembelajaran kooperatif
berarti belajar bersama, saling membantu dalam pembelajaran agar setiap anggota
kelompok dapat mencapai tujuan atau menyelesaikan tugas yang diberikan
dengan baik. Dalam pembelajaran kooperatif, para siswa dikelompokkan secara
variatif (beraneka ragam) berdasarkan prestasi mereka sebelumnya,
kesukaan/kebiasaan, jenis kelamin, budaya, dan tingkat sosio-ekonomi yang
berbeda. Hal ini akan memotivasi mereka untuk saling berinteraksi, sehingga di
dalam kelas siswa diharapkan saling membantu, berdiskusi dan berargumentasi.
Para siswa dalam kelompok kooperatif belajar bersama-sama dan
memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah benar-benar menguasai
konsep-konsep yang dipelajari, karena keberhasilan mereka dalam kelompok
tergantung dari pemahaman masing-masing anggota. Ada beberapa keuntungan
yang bisa diperoleh dari penggunaan model pembelajaran kooperatif ini, yaitu
siswa dapat mencapai prestasi akademis yang bagus, menerima pelajaran dengan
senang hati/sebagai hiburan karena adanya kontak fisik antar siswa, serta dapat
mengembangkan kemampuan sosial siswa. Dalam model seperti ini siswa akan
melihat sejauh mana pemahaman teman mereka, sehingga mendorong mereka
untuk berusaha lebih keras dalam memahami materi pelajaran agar mereka juga
dapat membantu teman lain dan dapat saling mengisi kekosongan pemahaman
yang lain, sehingga di sini peran guru menjadi lebih minimal, sebaliknya lebih
didominasi peranan masing-masing individu dalam kelompok tersebut.
Metode kerja kelompok sebenarnya bukan hal yang baru dalam dunia
pendidikan. Kerja kelompok telah banyak diterapkanguru dalam proses belajar
commit to user
kerja kelompok mengalami kemajuan yang pesat berhubungan dengan
ditemukannya inovasi-inovasi baru dalam kerja kelompok.
Macam-macam pembelajaran kooperatif dalam Lie (2010 : 54-71)
diantaranya: mencari pasangan (Make a Match), berkirim salam dan soal, kepala
bernomor, dua tingal dua tamu, keliling kelas, tari bambu dll. Sedangkan dalam
penelitian ini yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe Make a Match
(Mencari Pasangan).
5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match (Mencari Pasangan)
Teknik belajar mengajar Mencari Pasangan (Make a Match)
dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah
siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam
suasana yang menyenangkan. Tehnik ini bisa digubakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua usia tingkatan anak didik (Lie, 2010 : 55).
Tujuan Penerapan model pembelajaran mencari pasangan dalam proses
pembelajaran adalah agar siswa meningkatkan motivasinya dalam belajar
sehingga siswa memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan perubahan sikap yang
positif.
Langkah-langkah dalam Make a Match (Mencari Pasangan) adalah sebagai berikut:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. dan memberikan informasi tentang langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh siswa dengan metode pemblajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan).
2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
3) Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.
4) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban).
5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 6) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda
dari sebelumnya. Demikian seterusnya. 7) Kesimpulan.
8) Penutup.
Manfaat yang akan didapat dengan model ini adalah Siswa termotivasi
commit to user
bermain. Suasana pembelajaran yang berkesan, menyenangkan, dan
mencerdaskan siswa, itu salah satunya dapat tercipta melalui model pembelajaran
mencari pasangan (Guntur, K.K).
Pada metode Make a Match (Mencari Pasangan) siswa diajak untuk dapat bekerja sama dengan baik dengan teman-temannya. Disini siswa juga diajak
bermain sekaligus dapat menambah nilai. Pada metode ini, siswa disuruh untuk
mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya,
yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Berdasarkan kegiatan proses
belajar mengajar, siswa dapat lebih aktif dengan mencari pasangan kartu antara
jawaban dan soal. Dengan metode pencarian kartu siswa dapat mengidentifikasi
permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang ditemukannya dan
menceritakannya dengan sederhana dan jelas secara bersama-sama.
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi soal/jawaban untuk sesi
review (satu sisi berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban).
Kemudian guru memerintahkan siswa untuk mengambil kartu, siswa menarik satu
kartu soal. Setelah siswa mendapatkan kartu soal/jawaban, masing-masing
memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. Kelompok dengan
pasangannya saling mendahului untuk mencari pasangan dan mencocokkan
dengan kartu (kartu soal atau kartu jawaban) yang dimilikinya. Di sinilah terjadi
interaksi antar kelompok dan interaksi antar siswa di dalam kelompok untuk
membahas kembali soal dan jawaban. Peneliti membimbing siswa dalam
mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh
siswa. Adapun kelebihan dari metode ini adalah: Melatih untuk ketelitian, kecermatan dan ketepatan serta kecepatan. Dengan adanya metode yang
bervariasi ini tidak hanya akan membuat siswa menjadi semangat belajar tetapi
juga dapat mengurangi kebosanan siswa dalam belajar sehingga siswa menjadi
betah di kelas. Selain itu juga dapat membantu guru dalam mengajar dan juga
dapat membantu guru mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Guru tidak
perlu lagi memarahi siswa yang ribut atau yang mengantuk di kelas karena dengan
commit to user
belajar dan dapat mengakrabkan siswa yang satu dengan yang lain (Ramadhan,
T).
Berdasarkan penjelasan diatas penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Make a Match (Mencari Pasangan) diharapkan dapat meningkatan motivasi belajar siswa, sehingga hasil belajar siswa pun baik. Dalam pembelajaran Make a
Match siswa mencari pasangan sambil belajar dalam suasana yang menyenangkan seperti bermain.
6. Motivasi Belajar Siswa
Secara bahasa motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai
daya upaya yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Sardiman (2010:73),
“Berpendapat bahwa motif dapat dikatakan sebagai daya pengerak dari dalam dan
di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu
tujuan.” Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern
(kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada
saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan
atau mendesak.
Seseorang atau anak yang belajar berarti ia memperbaiki
kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya. Dengan meningkatnya
kemampuan-kemampuan tersebut maka keinginan, kemauan, atau perhatian pada
lingkumgan sekitarnya makin bertambah. Demijian proses belajar itu akan terus
berlanjut sepanjang hidupnya. Proses yang berkelanjutan ini akan terus
berlangsung sebab seseoramg atau anak tersebut memiliki motivasi.
Uno (2009:23) menyatakan bahwa, “Motivasi dan belajar merupakan dua
hal yang saling mempengaruhi.” Belajar adalah perubahan tingkah laku secara
relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau
penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan
tertent. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan
keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.
commit to user
yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik. Kedua faktor tersebut
disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk
melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada
umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator
motivasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan
4) Adanya penghargaan dalam belajar
5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa
dapat belajar dengan baik.
Menurut Sardiman (2010:75), “Motivasi dapat juga dikatakan
serangkaian uasaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga
seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka ia
berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.” Jadi
motivasi itu dapat di rangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah
tumbuh dari dalam diri seseorang. Sedangkan dalam kegiatan belajar, maka
motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin keberlangsungan dari
kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan
yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.
Pengertian motivasi dikemukakan oleh Mc. Donald dalam Sardiman
(2010:73-74) mengatakan bahwa “Motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculya feeling dan didahului dengan adanya tanggapan terhadap adanya tujuan.” Dari pengertian yang di kemukakan Mc.
Donald ini mengandung tiga elemen penting.
commit to user
menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motiwasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya. Rasa/ “feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.
Menurut Sardiman A.S (2010:86-91) , macam atau jenis motivasi ini
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau
motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi. Dan salah satu jenis motivasi adalah
sebagai berikut :
1. Motivasi intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri.
Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai adalah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial.
2. Motivasi ekstrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar-mengajar tetap penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar-mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah
kesanggupan untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong oleh