• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI PERBANDINGAN EFEK ASAP ROKOK KONVENSIONAL Perbandingan Efek Asap Rokok Konvensional Dan Rokok Herbal Terhadap Kerusakan Histologis Paru Mencit(Mus Musculus).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI PERBANDINGAN EFEK ASAP ROKOK KONVENSIONAL Perbandingan Efek Asap Rokok Konvensional Dan Rokok Herbal Terhadap Kerusakan Histologis Paru Mencit(Mus Musculus)."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

PERBANDINGAN EFEK ASAP ROKOK KONVENSIONAL

DAN ROKOK HERBAL TERHADAP KERUSAKAN

HISTOLOGIS PARU MENCIT (Mus Musculus)

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan Oleh :

ALDINO SIWA PUTRA

J 500 110 042

FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)
(3)

ABSTRAK

Aldino Siwa Putra, J500110042, 2015. Perbandingan Efek Asap Rokok Konvensional Dan Rokok Herbal Terhadap Kerusakan Histologis Paru Mencit (Mus Musculus)

Latar Belakang : WHO mencatat saat ini (2006) terdapat 1,5 milyar perokok di dunia. Jumlah kematian akibat konsumsi rokok adalah 4 juta orang/tahun. Diperkirakan, pada tahun 2025, jumlah kematian akan berlipat ganda mendekati 7 juta orang, bila pola konsumsi rokok terus berlangsung. Merokok dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui perbandingan efek asap rokok konvensional dan rokok herbal terhadap kerusakan histologis paru mencit.

Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan pendekatan post test only control group design, sampel diambil secara purposive sampling, sebanyak 30 mencit jantan berusia 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 gr galur Swiss Webster. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji oneway ANOVA.

Hasil Penelitian : Terdapat perbedaan signifikan pada kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan 1 dengan nilai p = 0,000 namun pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan signifikan dengan kelompok perlakuan 2 yang mempunyai nilai p = 0,392 dan pada kelompok perlakuan 1 terdapat perbedaan signifikan dengan kelompok perlakuan 2 dengan nilai p = 0,013.

Kesimpulan : Terdapat perbedaan kerusakan histologis paru antara mencit yang terpapar asap rokok konvensional dengan rokok herbal. Rokok herbal tetap memberikan efek kerusakan histologis pada paru meskipun karsinogen yang dihasilkan sedikit dibanding rokok konvensional.

(4)

ABSTRACT

Aldino Siwa Putra, J500110042, 2015. Comparative Effects of Conventional Cigarettes and Herbal Cigarettes on Lung Histological Damage Mice (Mus Musculus)

Background: WHO noted that at this time (2006) there are 1.5 billion smokers in the world. The number of deaths due to tobacco consumption is a result of 4 million people / year. It is estimated that, by 2025, the number of deaths will double close to 7 million people, when cigarette consumption patterns continue. Smoking can cause health problems such as cancer, heart attacks, impotence, disorders of pregnancy and fetal.

Objective: To determine the comparative effects of conventional cigarettes and herbal cigarettes on lung histological damage mice.

Methods: This research uses experimental methods to approach post-test only control group design, the sample was taken by purposive sampling, 30 mice 2-3 month old male weighing 20-30 grams webster strain. Data analysis is done by using oneway ANOVA.

Results: There are significant differences in the control group to the treatment group 1 with p = 0.000 in the control group, but there were no significant differences in treatment group 2 which has a value of p = 0.392 and in the treatment group 1 significant differences in treatment group 2 with a value of p = 0.013 .

Conclusion: There is a difference between the lung histological damage in mice exposed to cigarette smoke conventional cigarettes with herbs. Herbal cigarettes still give effect to lung histological damage though carcinogens generated less than conventional cigarettes.

(5)

PENDAHULUAN

Rokok dikonsumsi oleh berbagai lapisan masyarakat, berbagai umur, dan

berbagai status ekonomi. Meskipun mereka sadar akan bahaya merokok, namun

kenikmatan yang dirasakan menyebabkan banyak orang melupakan bahayanya

(Winarsi, 2007).

Saat ini diprediksi ada sekitar 1,5 milyar perokok di dunia. Jumlah kematian

akibat konsumsi rokok adalah 4 juta orang/tahun, jika pola konsumsi yang ada

terus berlangsung, maka jumlah kematian akan berlipat ganda, mendekati 7 juta

orang pada tahun 2025. Di Indonesia cenderung mengalami peningkatan

kebiasaan merokok, hingga mampu menduduki posisi peringkat kelima konsumen

rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang tahun 2007

(World Health Organization, 2006). Prevalensi perokok di Indonesia tahun 2010

sebesar 34,7%. Prevalensi perokok tertinggi di Provinsi Kalimantan Tengah

(43,2%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (28,3%). Sedangkan prevalensi

perokok tinggi pada kelompok umur 25-64 tahun dengan rentangan 37,0-38,2%,

sedangkan penduduk kelompok umur 15-24 tahun yang merokok tiap hari sudah

mencapai 18,6% (Riskesdas, 2010).

Untuk mengatasi tingginya jumlah perokok, maka pemerintah memberikan

peringatan pada kemasan rokok yang menyatakan bahwa merokok dapat

menyebabkan gangguan kesehatan seperti kanker, serangan jantung, impotensi,

gangguan kehamilan dan janin. Namun peringatan tersebut tidak mendapatkan

tanggapan baik dari masyarakat.Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh nikotin

yang berasal dari asaparus utama (mainstream smoke) dan asap arus samping

(sidestream smoke) setelah pembakaran rokok (Fauzan, 2003)

Mainstream smokea dalah asap rokok yang dihisap melalui mulut, sedangkan

sidestream smoke adalah asap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang

terbakar dan dihembuskan ke udara oleh perokok. Sidestream smoke

(6)

mengandung 4000 jenis bahan kimia berbahaya. Bahan kimia yang terdapat dalam

rokok dibagi menjadi 2 komponen, yaitu komponen gas, antara lain nitrosamine,

nitrosopirolidin, hidrazin, vinil klorida, ureten, formaldehid, hydogren sianida

(HCN), akrolein, asetaldehid, nitrogen oksida (NO), ammonium (NH4), piridin

dan karbon monoksida (CO). Komponen padat, antara lain benzopirin,

dibensakridin, fluoranten, dibensokrasol, piron, hidrokarbon aromatic,

polinuklear, naftalen, nitrosamine yang tidak mudah menguap, nikel, arsen,

nikotin, alkaloid tembakau, fenol, kresol dan tar (Sitepoe, 2000).

Berbagai usaha untuk menghindari asap rokok telah dilakukan oleh

pihak-pihak yang peduli kesehatan, seperti larangan merokok di tempat umum, tempat

kerja, dan instalasi khusus. Belum lama ini, ada produsen rokok yang

menawarkan sebuah terobosan yang mereka klaim sebagai rokok

kesehatan.Rokok ini terbuat dari tanaman-tanaman obat yang diyakini bisa

meningkatkan kesehatan pemakainya.Rokok jenis ini bisa juga disebut

dengan rokok herbal, jika dilihat dari bahan penyusunnya (Aditama, 2003).

Bahan penyusun rokok herbal antara lain kayu siwak, daun sirih, teh hijau,

dan srigunggu. Bahan tersebut tidak akan didapat pada rokok biasa atau

konvensional. Misalnya kayu siwak yang mampu membunuh bakteri di dalam

mulut dan memberi aroma yang segar. Kemudian ada srigunggu yang biasa

digunakan dalam pengobatan tradisional, yaitu gurah. Srigunggu dipercaya dapat

mengobati penyakit saluran pernapasan, seperti batuk, bronchitis, sinusitis dan

asma, serta juga menjadikan saluran pernapasan terasa lebih longgar (Hernani,

2006).

Penelitian oleh Glanzt pada tahun 2009 tentang rokok herbal, diperoleh hasil

bahwa rokok herbal memberikan sedikit karsinogen dibandingkan dengan rokok

konvensional. Rokok herbal dianggap sebagai rokok yang terbuat dari campuran

rempah-rempah dan tidak mengandung tembakau. Masalah kesehatan merupakan

salah satu alasan utama para perokok beralih ke rokok herbal, karena rokok herbal

diklaim memiliki banyak manfaat bagi kesehatan perokok. Namun belum ada

penelitian secara langsung tentang pengukuran kadar karsinogen dalam rokok

(7)

dihisap, unsur herbal didalamnya cenderung mengalami perubahan fisika dan

kimia secara kompleks. Belum ada literatur yang mengevaluasi tentang manfaat

rokok herbal sebagai rokok yang lebih aman (Glanzt, 2009)

Berdasarkan uraian diatas, peneliti bermaksud ingin mengetahui apakah

terdapat perbedaan kerusakan histologis paru antara mencit yang terpapar asap

rokok konvensional dengan rokok herbal. Penelitian ini dilakukan dengan cara

membandingkan struktur paru mencit yang terpapar asap rokok konvensional

dengan rokok herbal.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian eksperimental dengan

menggunakan rancangan penelitian post test only control group design.

Subyek penelitian berupa rokok herbal, merk herbal Nano® dan rokok konvensional, merk djarum 76®. Jenis rokok yang digunakan yaitu kretek. Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan galur webster (Mus

Musculus)), dengan berat badan antara 20-30 gr, dan berusia antara 2-3 bulan.

Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah purposive sampling

yaitu pengambilan yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat

oleh penelitian sendiri dengan melihat berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi.

Data analisis statistik pada penelitian ini menggunakan uji oneway ANOVA

(8)

HASIL PENELITIAN

Tabel 2. Data Hasil Pengamatan pada Masing-Masing Kelompok

Kelompok Normal Kerusakan Ringan

Kerusakan

Sedang

Kerusakan

Berat

K 1 8 1 0 10

P1 0 1 9 0 10

P2 0 7 3 0 10

ANALISA DATA

Pengasapan 2 Batang Rokok djarum 76® Selama

14 hari

(9)

Data yang diperoleh dari penelitian diolah dalam program SPSS 16,

kemudian dianalisis. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik

Oneway ANOVA. Uji statistik ini dilakukan untuk mengetahui bahwa paling

sedikit satu populasi menunjukkan nilai yang lebih besar daripada populasi

lainnya, kemudian untuk mengetahui adanya perbedaan yang bermakna diantara

dua kelompok perlakuan dilakukan uji statistik post-hoc test.

Dari perhitungan statistik menggunakan uji oneway ANOVA didapatkan

nilai p = 0,000. Oleh karena nilai p < 0,05, maka dapat diambil simpulan bahwa

paling tidak terdapat satu kelompok menunjukkan nilai-nilai yang lebih besar

daripada kelompok lainnya. Karena uji statistik oneway ANOVA menunjukkan

hasil yang signifikan, maka uji statistik dilanjutkan dengan uji statistik post-hoc

test.

Tabel 3. Hasil Analisis Uji Statistik Oneway ANOVA

ANOVA

Kerusakan Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 4.200 2 2.100 11.340 .000

Within Groups 5.000 27 .185

Total 9.200 29

Pada pengujian dengan uji post-hoc test dapat dilihat pada Tabel 4, bahwa

antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan I hipotesis nol ditolak karena

nilai p = 0,000, berarti p < 0,05 dan ada perbedaan bermakna antara kelompok

kontrol dengan kelompok perlakuan I. Kelompok kontrol dan kelompok perlakuan

II hipotesis nol diterima karena nilai p = 0,392, berarti p > 0,05 dan tidak ada

perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan II.

Sedangkan kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II hipotesis nol ditolak

karena nilai p = 0,013, berarti p < 0,05 dan ada perbedaan bermakna antara

(10)

Tabel 4. Hasil Analisis Uji Statistik post-hoc test

Kelompok

Sampel

Kelompok Sampel

Pembanding P Signifikansi

Kontrol Perlakuan I 0,000 Signifikan

Kontrol Perlakuan II 0,392 Tidak Signifikan

Perlakuan I Perlakuan II 0,013 Signifikan

PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang diperoleh, terlihat adanya perbedaan tingkat

kerusakan histologis paru pada tiap kelompok setelah diberi perlakuan. Kerusakan

histologis paru dinilai berdasarkan adanya destruksi septum alveolar, edema paru,

dan infiltrasi sel radang. Untuk mengetahui apakah perbedaan itu mempunyai

tingkat signifikansi atau tidak, dilakukan analisa statistik dengan uji oneway

ANOVA.

Perbedaan bermakna pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan I

disebabkan karena pada kelompok perlakuan I mendapat paparan asap rokok

konvensional merk djarum 76®. Hasil pembakaran rokok tersebut dapat memicu

terjadinya stress oksidatif yang dapat menimbulkan kerusakan pada muccociliary

clearance. Muccociliary clearance adalah bulu-bulu getar, reflek batuk, dan

makrofag alveolar yang sudah tidak berfungsi dengan baik dalam membuang

partikel-partikel asing yang masuk ke dalam paru-paru, sehingga meningkatkan

resiko terjadinya infeksi dan inflamasi dalam paru-paru.

Penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari (2006) juga menunjukkan

hasil yang sejalan, pada penelitian tersebut menyebutkan bahwa merokok

menyebabkan adanya peningkatan jumlah sirkulasi fagosit dan fagosit yang

muncul dapat merangsang timbulnya sistem Reactive Oxygen Species (ROS).

Peningkatan jumlah fagosit yang teraktivasi dapat menjadikan stress oksidatif

(11)

Kelompok kontrol dan kelompok perlakuan II tidak menunjukkan

perbedaan yang bermakna disebabkan karena pada kelompok perlakuan II

mendapat paparan asap rokok herbal merk herbal nano®. Kandungan pada rokok

herbal nano® mampu meminimalisir efek negatif pada rokok itu sendiri.

Kandungan tersebut antara lain kayu siwak, daun sirih, teh hijau, madu dan

srigunggu. Namun belum diketahui secara pasti kandungan mana yang mampu

meminimalisir efek negatif pada rokok tersebut dan masih perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut.

Kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II menunjukkan

perbedaan bermakna. Kerusakan paru juga terjadi pada kelompok perlakuan II

walaupun kerusakan yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan kerusakan

paru pada kelompok perlakuan I. Kerusakan ini terjadi karena ditemukan pula

adanya kandungan nikotin dan tar dalam rokok herbal. Kerusakan paru yang lebih

sedikit dibandingkan dengan kerusakan paru pada mencit (Mus musculus) yang

diberi paparan asap rokok konvensional disebabkan oleh adanya kandungan

nikotin dan tar yang rendah pada rokok herbal (Glanzt, 2009).

Dalam bungkus rokok, kandungan nikotin dan tar pada rokok Herbal

Nano® lebih rendah dari rokok konvensional Djarum 76® yaitu nikotin 0,3 mg

dan tar 33,95 mg untuk rokok Herbal Nano®, sedangkan nikotin 2,4 mg dan tar

38 untuk rokok Djarum 76®. Kandungan nikotin dan tar yang rendah pada rokok

herbal juga menyebabkan stress oksidatif meskipun tidak sebanyak yang

ditimbulkan oleh paparan rokok konvensional. Kandungan dalam rokok herbal

ternyata tidak memberikan pengaruh. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Glanzt

(2009) yang mengatakan bahwa bahan herbal yang dibakar akan kehilangan efek

atau pengaruhnya sebagai anti oksidan.

Berdasarkan hasil penelitian, rokok herbal juga menimbulkan efek

kerusakan histologis paru mencit, seperti destruksi septum alveolar, edema paru

dan infiltrasi sel radang. Pada pengamatan sediaan preparat, destruksi septum

(12)

pada beberapa tempat terdapat kerusakan yang membentuk bula yang disertai

pembesaran duktus dan sakus alveolus. Sedangkan edema paru ditemukan adanya

alveolus berisi cairan, sehingga sangat sulit ditemukan sel dalam cairan tersebut,

dan ditandai dengan bertambah longgarnya septum alveolar. Kemudian infiltrasi

sel radang ditemukan adanya sequestrasi leukosit polimorfonuklear terutama

neutrofil pada mikrovaskuler pulmonal.

Gambaran mikroskopis edema paru dengan pengecatan HE pada perbesaran 400x

(13)

Gambaran mikroskopis destruksi septum alveolar dengan pengecatan HE pada perbesaran 400x

Gambaran mikroskopis infiltrasi sel radang dengan pengecatan HE pada perbesaran 400x

Destruksi septum alveolar

(14)

KESIMPULAN

Dalam penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan kerusakan

histologis paru antara mencit yang terpapar asap rokok konvensional dengan

mencit yang terpapar asap rokok herbal. Rokok herbal menghasilkan sedikit

karsinogen dibandingkan dengan rokok konvensional, namun tetap menimbulkan

kerusakan histologis paru pada mencit, seperti edema paru, destruksi septum

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Ananda, K, S., 2014. 8 Zat kimia berbahaya yang bersembunyi dalam rokok. Jakarta (Di akses Tanggal 28 November 2014)

Aditama T.Y., 2003. Masalah Merokok dan Penanggulangannya. Jakarta: Yayasan Penerbit IDI.

Arkeman D., 2006. Efek Vitamin C dan E Terhadap Sel Goblet Saluran Napas

pada Tikus akibat Pajanan Asap Rokok. Jakarta: Majalah Universa

Medicina. pp: 62-63

Avais M., 2014. Prolonged oral cyanide effects on feed intake, growth rate and

blood parameters in rabbits. Pak J Pharmacology Science. pp:773-777

Bhatia., 2006. Green tea polyphenol EGCG supresses cigarette smoke

condensate-induced NF-kappaB activation in normal human bronchial epithelial cells.

Oncogene. pp: 673–682

Bloom W, Fawcett D., 2002. Buku Ajar Histologi. 12th ed. Jakarta: EGC. pp:

632-635

Buszman E., 2014. Effect of nicotine on melanogenesis and antioxidant status in

HEMn-LP melanocytes. Environmental Research. pp:309-314

Chen N., 2014. Ammonia-induced energy disorders interfere with bilirubin

metabolism in hepatocytes.Archives of Biochemistry and Biophysics.

pp:16-22

Damayanti R., 2003. Khasiat dan manfaat daun sirih: obat mujarab dari masa ke

masa. Jakarta: Penerbit PT Agromedia Pustaka

Eroschenko V.P., 2003. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional.

(16)

Fauzan., 2003. Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok. Jurnal Ekologi

Kesehatan. pp: 273-274.

Feng., 2013. A cigarette component acrolein induces accelerated senescence in

human diploid fibroblast IMR-90 cells. Biogerontology .pp:503-511

Glanzt S., 2009. Chinese herbal cigarettes are as carcinogenic and addictive

asregularcigarettes..Cancer Epidemiol Biomarkers Prev. pp: 3497–3501.

Glanzt S., 2007. Asian herbal-tobacco cigarettes: "not medicine but less

harmful"?.Tob Control2007.

Hansel T.T., Barnes P.J., 2004. An Atlas of Chronic Obstructive Pulmonary

Disease.London: Parthenon Publishing Group. pp: 22-36

Hernani R., 2006. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta: Penebar Swadaya.

pp: 25-26

Joko S., 2010. Herbal penyembuh gangguan sistem pernapasan. Yogyakarta:

Penerbit PT Bentang Pustaka

Junquiera L.C., 1995. Histologi Dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

pp: 341-51.

Khan J.A., 2013. Antioxidant capacity of chewing stick miswak Salvadora

Persica. BMC Complementary and Alternative Medicine.pp:13-40

Marwan. 2005. Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Jinten Hitam (Nigella Sativa)

Terhadap Kadar GSH, MDA, Jumlah Serta Fungsi Sel Makrofag Alveolar

Paru Tikus Wistar Yang Dipapar Asap Rokok Kronis, Jurnal Kedokteran

Brawijaya. pp: 111-120

Mitescher L., 2004. Green tea health: behind green tea’s faint color and mild taste,

lie powerful health benefits. http:// www.findarticles.com/

(17)

Patel J.J., 2014. Clerodendrum serratum (L.)Moon. - A review on traditional uses,

phytochemistry and pharmacological activities. Journal of

Ethnopharmacology. pp: 268-285

Purnamasari Y., 2006. Pengaruh Peraturan Sekolah Terhadap Kebiasaan Merokok

Pada Personalia Sekolah Menengah Pertama di Surakarta. Jakarta:

Universitas Indonesia. Thesis

Ratnasooriya W.D., 2014. Gastroprotective effect of Piper betle, leaves grown in

Sri Lanka. Journal of Ayurveda and Integrative Medicine. pp: 38-42

Reygaert W.C., 2014. The antimicrobial possibilities of green tea.Frontiers in

Microbiology. pp: 434

Riskesdas., 2010. Masalah Merokok di Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia

Siddqui A. A., 2010. Salvadora persica. Pharmacognosy Review.pp: 209–214

Sitepoe M., 2000. Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: PT Gramedia

Widiasarana

Soraya N., 2007. Sehat dan Cantik Berkat Teh Hijau. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sukendro S., 2007. Filosofi Rokok. Yogyakarta: Pinus Book Publisher. pp: 80-84

Tanaka Y., 2014.Acrolein induced both pulmonary inflammation and the death of

lung epithelial cells.Toxicology Letters. pp: 384-392

Taufiqqurohman M.A., 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.

(18)

Tuminah S., 2004. Teh sebagai salah satu sumber antioksidan. Cermin Dunia

Kedokteran. No 144 tahun 2004. pp: 52-54

Vaart H., 2004. Acute effects of cigarette smoke on inflammation and oxidative

stress: a review. Thorax. pp: 713-721

Wahid H, 2012. Standar Kualitas Rokok Herbal. Yogyakarta: PT. Herbal Nano

Internasional

Winarsi H., 2007. Antioksidan Alami & Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius. pp:

138-281

World Health Organization., 2006.Tobacco. http:// www.wpro.who.int/

Gambar

Tabel 2. Data Hasil Pengamatan pada Masing-Masing Kelompok
Tabel 4. Hasil Analisis Uji Statistik post-hoc test

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu pelanggan di hadapkan beberapa pilihan coffee shop asing maupun lokal dengan dukungan fasilitas lengkap, harga bersaing dan kualitas layanan yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan miskonsepsi serta untuk mengetahui tingkat respon siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Karanganyar yang

experiential learning ; 3) signifikansi karakter proaktif siswa sebelum dan sesudah mendapat layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning ;

Metode yang digunakan dalam pengambilan data â data adalah dengan menggunakan studi pustaka yaitu mencari bahan â bahan dengan cara mempelajari buku-buku, bacaan maupun informasi

yang dihasilkan pada pengukuran ini sudah sesuai dengan yang ditetapkan oleh WHO yaitu heart rate&lt;60 disebut bradycardia, heart rateantara 60 sampai 100

Modul aplikasi ini dibuat sedemikian rupa, sehingga pemakai yang belum pernah menyentuh piano sekali pun akan dapat belajar piano dengan baik. Secara urut, menu utama terdiri

Tingkat error yang dihasilkan setelah melakukan pengukuran dan perhitungan untuk rata-rata error heart rate yaitu 0.5%, dengan rata-rata simpangan sebesar 0.38 bpm

Dalam pembuatan aplikasi perhitungan pembagian harta warisan ini, penulis menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 yang terdiri dari beberapa form yaitu form pertama yaitu