• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah aslinya adalah krst / krast yang merupakan nama suatu kawasan di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah aslinya adalah krst / krast yang merupakan nama suatu kawasan di"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kawasan Karst

Istilah karst sebenarnya diadopsi dari bahasa Yugoslavia/Slovenia. Istilah aslinya adalah ‘krst / krast’ yang merupakan nama suatu kawasan di perbatasan antara Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste. Karst adalah sebuah bentukan di permukaan bumi yang pada umumnya dicirikan dengan adanya depresi tertutup (closed depression), drainase permukaan, dan goa, yang terbentuk oleh pelarutan batuan terutama batuan karbonat. Daerah karst juga dapat terbentuk oleh proses cuaca, kegiatan hidrolik, pergerakan tektonik, air dari pencairan salju dan pengosongan batu cair/lava (Ayi et al., 2009).

Topografi adalah ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi dan benda-benda lain, tidak hanya tentang permukaan bumi, tetapi juga vegetasi dan dampak lingkungan sekitar). Menurut Ayi et al.,(2009), syarat-syarat berkembangnya topografi karst antara lain :

a. Batu gamping dengan kemurnian tinggi

b. Berada pada daerah dengan curah hujan tinggi (tropis basah) c. Terdapat batuan yang mudah larut

d. Terdapat banyak retakan (diaklas)

e. Terdapat batuan yang mudah larut (dolomit dan batu gamping) f. Lapisan batuan yang tebal

(2)

Menurut Eko & Tjahyo (2008), ciri-ciri karst meliputi : a. Langkanya atau tidak terdapatnya sungai permukaan. b. Terdapatnya goa dari sistem drainase bawah tanah.

c. Terdapatnya cekungan tertutup dan lembah kering dalam berbagai ukuran dan bentuk.

Sistem drainase/tata air kawasan karst sangat unik karena didominasi oleh drainase bawah permukaan, dimana air permukaan sebagian besar masuk ke jaringan sungai bawah tanah melalui ponor ataupun inlet. Dengan kondisi tersebut pada musim penghujan, air hujan yang jatuh ke daerah karst tidak dapat tertahan di permukaan tanah tetapi akan langsung masuk ke jaringan sungai bawah tanah melalui ponor tersebut. Sumber air di kawasan karst hanya diperoleh melalui telaga dan sumber air dari sungai bawah tanah yang keluar ke permukaan. Daerah penampungan hujan di kawasan karst dapat dijumpai pada telaga-telaga kecil yang mempunyai lapisan kedap air di dasar telaga sehingga mampu menahan air untuk tidak masuk ke jaringan sungai bawah tanah. Telaga ini menjadi sumber air untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat untuk memasak dan juga memandikan hewan ternak (Setiadi, 2002).

Daerah karst merupakan daerah berbukit-bukit dengan mayoritas jenis tanahnya berupa latosol atau tanah lempung yang memiliki kedalaman tanah yang minim (rata-rata < 50 cm). Kondisi tersebut ditambah dengan bentuk topografi yang berbukit menyebabkan kemampuan lahan untuk pertanian sangat sedikit dan lahan sangat rawan terhadap ancaman proses erosi tanah.

(3)

Untuk mengantisipasi hal terebut, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan konservasi tanah untuk mempertahankan keberadaan tanah di daerah karst (Suryatmojo, 2002).

Karst tidak hanya terjadi di daerah bebatuan karbonat, tetapi dapat terjadi juga di batuan lain yang mudah larut dan mempunyai porositas sekunder (kekar dan sesar intensif), seperti batuan gipsum dan batu garam (Eko & Tjahyo, 2008).

2.1.1. Sumber Daya Alam Karst

Menurut Putra (2005), Sumber Daya Alam Karst meliputi :

a. Sumber Daya Mineral

Salah satu sumber daya mineral yang terbesar di kawasan karst Indonesia adalah batuan karbonat. Batuan karbonat merupakan sumber daya mineral yang penting baik sebagai bahan bangunan, batu hias, dan industri.Sebagai bahan bangunan batuan karbonat digunakan untuk fondasi rumah, jalan, jembatan, dan isian bendungan. Batuan karbonat juga digunakan sebagai bahan baku industri dalam pembuatan karbid, peleburan baja, bahan pemutih, penggosok, pembuatan logam magnesium, pembasmi hama, penjernih air, bahan pupuk, dan keramik. Manfaat batuan karbonat terutama marmer yang tidak kalah pentingnya adalah sebagai batu hias.

b. Sumber Daya Lahan

Sumber daya lahan di kawasan karst tidak begitu besar, namun demikian nilai manfaatnya sangat berarti bagi penduduk yang tinggal di tempat

(4)

tersebut sebagai penghasil bahan pangan sehari-hari. Lahan yang berpotensi cukup tinggi di kawasan karst adalah di lembah-lembah atau dolin pada daerah karst. Lahan di kawasan karst, terutama di daerah lembah dapat ditanami tanaman semusim lahan kering atau sawah tadah hujan. Disamping itu, lahan di daerah tersebut sangat sesuai untuk tanaman jati. Beberapa komoditas pertanian lain saat ini banyak diusahakan oleh masyarakat walaupun tidak sebaik di dataran aluvial, seperti jambu mete dan tanaman buah.

c. Sumber Daya Air

Akifer yang berupa lorong konduit, permeabilitas batuan yang tidak seragam, serta banyaknya retakan yang menyebabkan terjadinya kebocoran-kebocoran dalam satuan tubuh perairan karst merupakan suatu hal yang menantang untuk diteliti serta dikaji lebih dalam. Akifer yang unik menyebabkan sumber daya air di kawasan karst terdapat sebagai sungai bawah tanah, mata air, danau dolin/telaga, dan muara sungai bawah tanah (resurgence).

d. Sumber Daya Hayati

Sumber daya hayati kawasan karst terutama yang telah berkembang menjadi karst yang menonjol adalah kehidupan hayati di ekosistem goa. Walaupun tidak melimpah, kehidupan goa memiliki arti penting terutama dalam ilmu pengetahuan. Ekosistem goa telah menjadi obyek kajian yang menarik bagi ahli ilmu biologi untuk mempelajari pola adaptasi fauna dari lingkungan terang ke lingkungan gelap total.

(5)

e. Sumber Daya Lanksekap

Lanksekap di kawasan karst mempunyai nilai keindahan dan keunikan yang tinggi, baik di permukaan (eksokarst ) maupun bawah permukaan (endokarst). Di permukaan, kawasan karst dihiasi oleh ribuan kubah-kubah karst atau menara karst dengan sesekali ditemukan ngarai yang terjal, dolin, dan danau dolin. Keindahan panorama karst juga dapat dijumpai apabila karst berbatasan dengan laut dengan membentuk tebing-tebing terjal (clift).

2.1.2. Permasalahan Karst

Menurut Putra (2005), ada beberapa permasalahan karst yang ditimbulkan diantaranya sebagai berikut :

a. Kegiatan Penambangan

Kegiatan penambangan di kawasan karst sudah dapat dikatakan sangat intensif. Penambangan pada kawasan karst sudah menjadi kegiatan industri, baik itu yang berskala kecil, sedang, dan besar seperti pabrik semen. Umumnya, kegiatan penambangan adalah penambangan terhadap batu gamping yang mengikis kubah-kubah karst. Efek yang terjadi sebagai akibat kegiatan penambangan diantaranya adalah penurunan indeks keanekaragaman hayati, erosi, penurunan tingkat kesuburan tanah, perubahan bentang alam/lahan, serta pencemaran udara dan perairan.

b. Penebangan vegetasi

Kegiatan penebangan di karst sudah terjadi sejak puluhan tahun yang lalu. Hasilnya dapat dilihat bahwa sekarang sebagian besar wilayah ini

(6)

merupakan lahan kritis dan gundul. Beberapa hal yang diakibatkan oleh penebangan vegetasi adalah menurunan penguapan (evapotranspirasi), Peningkatan kadar C02 dalam tanah, Peningkatan permeabilitas tanah permukaan (topsoil), dan menurunnya permeabilitas subsoil. Beberapa akibat ini dapat menyebabkan akibat yang lebih destruktif lagi, yaitu tingkat erosi permukaan yang sangat tinggi, yang pada akhirnya hilangnya lapisan tanah.Pembusukan akar-akar pohon yang terjadi telah mengakibatkan berkurangnya fungsi tanah sebagai pengikat untuk menjaga kestabilan lereng.

2.2. Lingkungan Goa

Menurut Rahmadi (2007), lingkungan goa dapat dibagi menjadi 4 zona yaitu :

a. Mulut goa: merupakan daerah yang menghubungkan luar goa dengan lingkungan goa dan masih mendapatkan cahaya matahari dan kondisi lingkungannya masih sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan luar goa. Temperatur dan kelembaban berfluktuasi tergantung kondisi luar goa. Mulut goa mempunyai komposisi fauna yang mirip dengan komposisi fauna di luar goa. Kondisi iklim mikro di mulut goa masih sangat dipengaruhi oleh perubahan kondisi di luar goa.

b. Zona peralihan atau zonaremang‐remang: dicirikan dengan kondisi yang sudah gelap namun masih dapat terlihat berkas cahaya yang memantul ke dinding goa yang tergantung tipe goa. Di zona peralihan kondisi

(7)

lingkungan masih dipengaruhi oleh kondisi luar goa yaitu masih ditemukan aliran udara. Temperatur dan kelembaban masih dipengaruhi lingkungan luar goa. Komposisi fauna mulai berbeda baik jumlah jenis maupun individu. Kemelimpahan jenis dan individu lebih sedikit dibandingkan di daerah mulut goa.

c. Zona gelap: kondisi temperatur dan kelembaban berfluktuasi tinggi. Jenis fauna yang ditemukan sudah sangat khas dan telah teradaptasi pada kondisi. Fauna yang ditemukan biasanya mempunyai jumlah individu yang kecil namun mempunyai jumlah jenis yang besar.

d. Zona gelap total: dimana sama sekali tidak terdapat aliran udara, kondisi temperatur dan kelembaban berfluktuasi sangat tinggi sekali. Biasanya mempunyai kandungan karbondioksida yang sangat tinggi. Zona ini biasanya terdapat pada sebuah ruangan yang lorongnya sempit dan berkelok‐kelok.

(8)

Gambar 1. Profil goa menunjukkan pembagian berbagai tipe zona gua

(Rahmadi, 2007).

2.2.1. Biota Goa

Goa merupakan sebuah habitat bagi hewan-hewan baik vertebrata maupun invertebrata. Biota goa akan mengalami adaptasi pada lingkungan goa, disertai dengan prubahan troglomorfi, yaitu: perubahan morfologi biota goa (Rahmadi, 2004).

Beberapa ciri troglomorfi menurut Cahya (2004), ditunjukan dengan: a. Mereduskinya atau bahkan hilangnya organ penglihatan yang

digantikan dengan perkembanganya organ perasa seperti memanjangnya antena atau organ lain seperti sepasang kaki depan pada Amblypygi.

b. Hilangnya pigmen tubuh sehingga tubuh berwarna putih meskipun tidak semua yang berwarna putih biota goa atau sebaliknya.

Menurut Rahmadi (2004), biota goa dapat dibagi berdasarkan tingkat adaptasi diantaranya :

1) Trogloxena : merupakan kelompok fauna goa yang menggunakan goa sebagai tempat tinggal dan secara periodik

(9)

keluar dari goa untuk mencari pakan, tidak hanya tergantung pada lingkungan goa contoh : kelelawar.

2) Troglophile : merupakan kelompok fauna goa yang seluruh daur hidupnya dihabiskan di dalam goa namun tidak sepenuhnya tergantung pada lingkungan goa. Kelompok ini beberapa masih hidup dan ditemukan di luar goa. Contoh Amblypygi dan Uropygi.

3) Troglobites : merupakan kelompok fauna goa yang seluruh daur hidupnya tergantung pada lingkungan goa dan hidupnya sangat tergantung pada lingkungan goa. Kelompok ini sudah menunjukan tingkat adaptasi yang tinggi pada lingkungan goa yang dicirikan dengan mereduskinya organ penglihatan, pemanjangan organ perasa (antena) dan depigmentasi.

2.2.2. Ekosistem Goa

Ekosistem goa mempunyai sumber bahan organik yang sangat minim dan bervariasi dari satu goa ke goa yang lain. Sumber bahan organik yang paling penting di dalam goa adalah guano/kotoran kelelawar dan burung karena biasanya terkumpul dalam jumlah yang banyak. Sumber lain yang tidak kalah penting adalah bahan organik dari luar goa yang terbawa masuk ke dalam goa saat sungai bawah tanah banjir atau melalui jendela goa yang ada di atap goa (Rahmadi, 2004).

(10)

Menurut Rahmadi (2004), kemelimpahan bahan organik tife lorong goa dibedakan menjadi:

a. Oligotrofik : yaitu goa atau lorong goa yang mempunyai kemelimpahan bahan organik dari hewan maupun tumbuhan yang sangat rendah.

b. Eutrofik : yaitu goa atau lorong yang mempunyai kemelimpahan bahan organik sangat tinggi umumnya berasal dari hewan khususnya guano kelelawar.

c. Distrofik : yaitu goa atau lorong goa yang kemelimpahan bahan orgaik banyak di suplai oleh bahan organik dari tumbuhan yang terbawa saat banjir.

d. Mesotrofik : yaitu goa atau lorong goa yang kemelimpahan bahan organiknya berada di antara ketiga kategori diatas, yaitu biasanya dicirikan dengan jumlah bahan organik yang kemelimpahanya sedang.

e. Poecilotrofik : yaitu goa yang bahan organiknya berasal dari sumber yang berbeda-beda, dari oligotrofik-eutrofik

2.3. Biologi Kelelawar

Kelelawar adalah satu-satunya anggota binatang menyesui yang bisa terbang.Sayap kelelawar terdiri dari selaput kulit tipis yang membentang di antara tulang-tulang telapak dan jari tangan, sampai sepanjang sisi samping tubuh dan kaki belakang. Ini karena tulang telapak dan jari tangan kelelawar

(11)

mengalami pemanjangan yang luar biasa sehingga berfungsi sebagai kerangka sayap (Suyanto, 2001).

Berdasarkan jenis makanannya, kelelawar di Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu Sub Ordo Megachiroptera yang memakan tumbuhan dan Sub Ordo Microchiroptera yang memakan serangga. Umumnya kelelawar pemakan tumbuhan menggunakan mata untuk mengenali benda-benda di sekitarnya (kecuali Rousettus), sedangkan pemakan serangga menggunakan telinga (ekholokasi) untuk memandu arah gerakanya, caranya yaitu mengeluarkan suara dari mulut atau lubang hidung dengan frekuensi getaran gelombang suara yang sangat tinggi (ultrasonik) rata-rata 50 kilohertz di luar ambang batas pendengaran manusia yang hanya 3-18 kilohertz. Jika gelombang suara mengenai suatu benda maka gelombang tersebut akan dipantulkan kembali sebagai gema suara yang selanjutnya diterima oleh telinga kelelawar. Dengan cara ini jarak dan ukuran benda dapat diukur (Suyanto, 2001).

Kelelawar pemakan buah (Megachiroptera) yang paling kecil (Balionycterischironax dan Aethalops) berbobot 10 gram, dan yang paling besar (Kalong kapauk Pteropus vampyrus) bisa mencapai berat lebih dari 1500 gram, dengan lengan bawah sayapnya 36-228 mm, sedangkan kelelawar pemakan serangga (Microchiroptera) yang paling kecil berbobot 2 gram dan paling besar 196 gram, dan lengan bawah sayapnya 22-115 mm (Suyanto, 2001).

(12)

Kelelawar umumnya aktif pada malam hari, hanya beberapa jenis saja yang aktif pada siang hari, seperti Kalong enggano (Pteropus melanotus). Daerah jelajah kelelawar ketika mencari makan bervariasi seperti pada Cecadu pisang besar (Macroglossus sobrinus) yang mencapai radius 3 km, sedangkan lalai kembang (Eonycteris spelaea) mencapai radius 40 km, sementara kalong kapauk (Pteropus vampyrus) mencapai radius 60 km. tempat tinggal kelelawar pun berbagai macam, ada yang tinggal di goa (umumnya), ada yang tinggal di kolong, atap-atap rumah, terowongan-terowongan, di bawah jembatan, rerimbunan dedaunan, gulungan daun pisang/palem, celah bambu, lubang-lubang batang pohon baik yang masih hidup maupun yang sudah mati dan pohon-pohon besar (Suyanto, 2001).

Pada umumnya kelelawar berkembang biak sekali setahun dengan masa bunting 3-6 bulan, dan setiap melahirkan umumnya hanya seekor anak (yang dapat mencapai bobot 25-30% induknya dibandingkan dengan manusia yang hanya 5% atau kurang bobotnya), kecuali Lasiurus borealis yang bisa menghasilkan sampai lima ekor. Berbeda dengan jenis Mammalia lainya, kelelawar agak lebih lama menyesui anaknya. Kalau Mammalia lain menyapih bayinya jika sudah mencapai 40% ukuran dewasa, penyapihan pada kelelawar terjadi ketika sudah hampir berukuran dewasa (Suyanto, 2001).

2.3.1. Radar Kelelawar

Selain penglihatan, kelelawar lebih mengandalkan pada suaranya yang nyaring untuk menuntunya terbang. Kelelawar mengeluarkan

(13)

bunyi yang dinamakan “Ultrasonic” yang tidak dapat didengar manusia. Getaran bunyi ini mempunyai frekuensi antara 5000-25.000 Hz. Jika menabrak suatu obyak atau benda, getaran suaranya itu mementul kembali, lalu ditangkap telinganya yang lebar yang berfungsi sebagai radar baginya. Proses ini hanya memakan waktu sepersepuluh detik, cukup bagi kelelawar untuk mengetahui apa yang ada dihadapanya, kemana arahnya dan berapa kecepatanya. Hidungnya yang berbentuk aneh seperti misalnya kaki kuda, trisula dengan tonjolan, membuatnya dapat mengeluarkan ultra bunyi. Meskipun dalam kegelapan malam, kelelawar mampu melakukan manuver kompleks untuk menangkap mangsanya karena memiliki kemampuan ekolokasi. Kelelawar menentukan letak dinding, pohon, atau mangsanya melalui pantulan gelombang ultrasonic yang dihasilkanya (Djuri, 2008).

Gambar 2. Pancaran Gelombang Ultrasonik dalam mendeteksi mangsa.

(14)

2.3.2. Cara Terbang Kelelawar

Perbedaan nyata antara sayap kelelawar dengan sayap burung adalah pada perluasan tubuhnya yang berdaging dan sayapnya yang tidak berbulu terbuat dari membran elastis tetapi berotot. Sayapnya sering disebut “ Patagium”, membentang dari tubuhnya sampai jari kaki depan, kaki belakang dan ekornya. Pada kelelawar betina Patagium berfungsi untuk memegang anaknya yang baru dilahirkan dengan posisi kepala dibawah. Selain untuk terbang, sayap kelelawar berfungsi untuk menyelimuti tubuhnya ketika bergelantungan terbalik. Ada dua jenis sayap yang dimiliki kelelawar, yang pertama adalah sayap kecil, biasanya dimiliki oleh kelelawar yang hidup di alam terbuka yang berguna untuk terbang dengan cepat tanpa rintangan di depanya. Sayap lebar dimiliki kelelawar yang hidup ditempat tertutup, yang terbang pelan di antara cabang pohon (Djuri, 2001).

2.3.3. Manfaat Kelelawar

Menurut Suyanto (2001), Kelelawar mempunyai manfaat, diantaranya:

a. Sebagai pemancar biji misalnya terung-terungan, cendana, beringin, karet, kelewih, jambu, duwet, sawo, srikayadan kenari. Pemencaran oleh binatang mutlak diperlukan untuk menjaga keanekaragaman hutan tropis.

(15)

b. Sebagai penyerbuk bunga berbagai tumbuhan, termasuk tumbuhan bernilai ekonomi tinggi misalnya durian, petai, aren, kaliandra, pisang, bakau dan kapuk randu.

c. Sebagi penghasil pupuk guano (Goa Lawa, Nusakambangan ; Goa Ngerong, Tuban; Goa pelabuhan ratu, Sukabumi; Goa Pintu Kuwari, Aceh Timur; Goa Kota Buluh, Sumatra Utara).

Gambar

Gambar 1. Profil goa menunjukkan pembagian berbagai tipe zona gua  (Rahmadi, 2007).
Gambar  2.  Pancaran  Gelombang  Ultrasonik  dalam  mendeteksi  mangsa.

Referensi

Dokumen terkait

Air limbah rumah tangga di dalam kawasan perumahan Budha Tsuzhi dikembangkan dengan tangki septik dan selanjutnya air yang sudah terfilter dialirkan ke saluran

Hasil penelitian kuantitatif menunjukkan mahasiswa kurang memanfaatkan perpustakaan dari segi sarana dan prasarana, koleksi perpustakaan, sistem pelayanan, frekuensi

Kasus tindak pidana kekerasan yang menyebabkan matinya seseorang seperti dalam kasus putusan perkara Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 2462/Pid.B/ 2017/PN.Mdn yang

Pengelolaan keuangan, Perbendaharaan dan Pertanggungjawaban Tahapan Pemilu 1 Laporan Tidak Ada Masalah, Tidak terjadi masalah dalam kegiatan 37 3355.007.001.051

IQE menyediakan informasi lengkap mengenai standardisasi dan penilaian kesesuaian dimana masyarakat bisa berkonsultasi SNI secara gratis di dalam pameran dan benchmark ke

Seperti halnya fisika klasik, apabila kita menjumlahkan dua gelombang dengan ampliudo sama yang bergerak dalam arah berlawanan, maka kita memperoleh sebuah gelombang

Untuk menghindari salah ketik, soal ujian supaya diserahkan kepada kami dalam keadaan sudah diketik, untuk selanjutnya digandakan oleh panitia ujian akhir semester

(1) Kepala Seksi Seni dan Budaya mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang seni dan budaya meliputi :