• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRI RAWAT INAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRI RAWAT INAP"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRI RAWAT

INAP

EVALUATION OF ANTIBIOTICS PEDIATRIC PATIENTS WARD

Avianti Eka Dewi Aditya Purwaningsih1), Fita Rahmawati2) dan Djoko Wahyono2)

1) Magister Farmasi Klinik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 2) Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ABSTRAK

Meluasnya penggunaan antibiotik yang tidak tepat merupakan isu besar dalam kesehatan masyarakat dan keamanan pasien. Masalah utama pemakaian antibiotik pada anak adalah penentuan jenis antibiotik, dosis, interval, dan rute pemberian. Penelitian bertujuan untuk mengetahui persentase antibiotik yang rasional (kategori 0) dan apa saja jenis ketidakrasionalan (kategori II-V), serta untuk mengetahui hubungan rasionalitas penggunaan antibiotik dengan luaran terapi yang di capai. Penelitian merupakan penelitian observasional menggunakan metode cohort. Pengambilan data pada penelitian dilakukan secara retrospektif dan prospektif selama periode November 2014 sampai Februari 2015. Sampel penelitian adalah pasien pediatri di bangsal rawat inap Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, yang memenuhi kriteria inklusi. Evaluasi rasionalitas antibiotik menggunakan metode Van der Meer dan Gyssens kemudian dianalisis secara deskriptif. Hubungan antara rasionalitas antibiotik dengan luaran terapi dianalisis menggunakan Chi-square dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil evaluasi terhadap penggunaan antibiotik pada 385 regimen menunjukkan 23,9% penggunaan antibiotik rasional. Jenis ketidakrasionalan, yaitu kategori V (8,6%); kategori IV A (22,3%); kategori IV C (20%); kategori IV D (1,6%); kategori II A (44,4%); kategori IV B (37,7%). Hasil analisis hubungan rasionalitas dengan luaran terapi menunjukkan tidak ada hubungan antara rasionalitas penggunaan antibiotik dengan luaran terapi (p>0,05).

Kata kunci: antibiotik, pediatri, rasionalitas, Gyssens

ABSTRACT

Widely used of inappropriate antibiotics is a major issue in public health and patient safety. Main problem of the use of antibiotics in children include determining the type of antibiotic, dose, interval, and route of administration. This study aimed to determine the percentage of rational antibiotics (category 0), and what kind of irrational antibiotic uses (category II-V), as well as to determine the relation of the rational antibiotic use and therapeutic outcomes achieved. This study an observational study using the cohort method. Data collected both retrospectively and prospectively during the period November 2014 until Februari 2015. Samples were pediatric patients in inpatient wards Sultan Agung Islamic Hospital Semarang, who met the inclusion criteria. Evaluation the rational antibiotic of using the Van der Meer and Gyssens method then analyzed descriptively. In addition, the relationship between the rational antibiotic use and therapeutic outcomes were analyzed using Chi-square with 95% confidence level. In conclusion, the result showed there 385 antibiotic regimen for 23.9% classified as rational. The type irrational antibiotic use was the category V (8.6%); category IV A (22.3%); category IV C (20.0%); category IV D (1.6%); category II A (44.4%); and category II B (37.7%). There was no relation between the rational antibiotic use and the therapeutic outcome (p>0,05)

Keywords: antibiotics, paediatric, rasionality, Gyssens

PENDAHULUAN

Sebuah penelitian di Kosta Rika menunjukkan 40% dari 500 pasien anak di suatu rumah sakit mendapatkan antibiotik yang tidak rasional (Mora et al., 2002). Secara umum, peresepan antibiotik sering suboptimal, tidak hanya di negara berkembang, namun juga di negara maju (Van der Meer dan Gyssens, 2001; Mettler et al., 2007; Kristiansson et al., 2009; Sahoo et al., 2010).

Korespondensi

Avianti Eka Dewi Aditya Purwaningsih, S. Farm., Apt. Magister Farmasi Klinik, Universitas Gadjah Mada Jl. Sekip Utara Yogyakarta

Email : avianti.ekaaa@gmail.com HP : 085740988112

Pada penelitian tentang kualitas penggunaan antibiotik di berbagai bagian rumah sakit ditemukan 30-80% tidak didasarkan pada indikasi yang tepat (Kemenkes RI, 2011a).

Penelitian tim AMRIN (Antimicrobial

Resistance in Indonesia Prevalence and Prevention)

digunakan sebagai standar untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik secara kualitatif dan kuantitatif pada program pencegahan kejadian resistensi antibiotik (Ciptaningtyas et al., 2014). Evaluasi kualitas antibiotik pada studi AMRIN menggunakan metode Van der Meer dan Gyssens (Kategori 0-V) (Gyssens, 2005). Evaluasi di dua rumah sakit pendidikan di Indonesia

(2)

menunjukkan hanya 21% peresepan antibiotik yang tergolong rasional (Hadi et al., 2008). Penggunaan antibiotik yang rasional diharapkan dapat meningkatkan luaran terapi dan membatasi laju resistensi (ASHP, 1998).

METODE

Penelitian ini dilakukan di bangsal pediatric RSI Sultan Agung Semarang. Pengumpulan data penelitian dilakukan dari November 2014 sampai Februari 2015. Penelitian merupakan penelitian observasional dengan desain cohort. Sampel penelitian adalah sampel yang memenuhi kriteria inkusi, yaitu pasien yang dirawat di bangsal rawat inap pediatri, pasien yang mendapat antibiotik lebih dari 48 jam sebagai terapi empiris dan definitif, dan pasien berusia 0-18 tahun. Kriteria eksklusi, yaitu pasien dengan data rekam medis tidak lengkap, pasien kanker dan HIV yang mendapatkan antibiotik sebagai pengobatannya, pasien yang menjalani operasi (bedah), pasien yang menerima antibiotik selain sediaan parenteral dan peroral, pasien yang menginap kurang dari 48 jam baik karena pasien pulang paksa (atas permintaan sendiri), pasien meninggal, dan pasien pindah rumah sakit.

Analisis data dilakukan secara deskriptif. Identifikasi data demografi pasien (jenis kelamin dan usia), serta pola dan jenis penggunaan antibiotik dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel dan uraian penjelasan. Identifikasi rasionalitas antibiotik menggunakan metode Van der Meer dan Gyssens. Pustaka yang digunakan adalah Standar Pelayanan Medik Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009), Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit (WHO, 2008) dan Drug Information Handbook edisi 20 (Lacy

et al., 2011). Analisis hubungan rasionalitas

dengan luaran terapi menggunakan Chi-square dengan taraf kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari 367 pasien yang masuk kriteria inklusi didapatkan 385 regimen antibiotik. Karakteristik pasien anak berdasarkan jenis

kelamin, kelompok usia, status gizi, dan jenis jaminan kesehatan dapat dilihat pada Tabel I. Penelitian ini sesuai dengan data jumlah penduduk Indonesia menurut jenis kelamin tahun 2010 – 2013 (Kemenkes RI, 2014), dan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan Febiana

et al. (2012).

Anak yang memiliki kekurangan gizi pada usia 2 tahun pertama, pertumbuhan serta perkembangan fisik dan mentalnya akan lambat, selain itu dapat melemahkan daya tahan tubuh terhadap penyakit (Kemenkes RI, 2014). Hasil dari Rikesdas tahun 2013, terdapat 19,6% balita yang kekurangan gizi (Kemenkes RI, 2013). Pada penelitian ini, sebagian besar anak yang menerima antibiotik memiliki gizi baik sebesar 342 pasien (93,2%). Pasien yang dirawat di RSI Sultan Agung mayoritas menggunakan jaminan kesehatan JKN NON PBI sebesar 46,6%.

Pola penyebaran penyakit infeksi bakteri pada pasien rawat inap periode November 2014 sampai Februari 2015 dapat dilihat pada Tabel II. Penyakit infeksi paling banyak yang menyebabkan anak dirawat adalah demam tifoid (57,2%), diikuti dengan diare (24,8%) dan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) (7,6%). Hasil penelitian ini sesuai dengan profil kesehatan kota Semarang tahun 2013 dimana demam tifoid dan diare menjadi dua penyebab paling banyak pada pasien rawat inap (Dinas Kesehatan, 2014).

Demam tifoid disebabkan oleh

Salmonella typhi, bakteri gram negatif. Sebuah

penyakit yang sangat mirip tetapi kurang parah disebabkan oleh Salmonella paratyphi serotipe A, dan kurang umum Salmonella paratyphi serotipe B dan C (Bhutta, 2006; WHO, 2011). Di Indonesia demam tifoid bersifat endemik dan merupakan masalah kesehatan masyarakat. Dari telaah kasus di beberapa rumah sakit besar, kasus demam tifoid menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari tahun ke tahun (Depkes, 2003).

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensi lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari. Penyebab yang sering ditemukan dilapangan adalah diare yang disebabkan oleh

(3)

Tabel I. Karakteristik Pasien Anak yang Mendapatkan Terapi Antibiotik

Karakteristik Pasien Frekuensi Pasien (Persentase)

N=365 Jenis Kelamin Perempuan Laki – Laki 154 (42) 213 (58) Usia (Tahun) 0 bulan – 12 bulan 1 - 4 5 - 11 12 – 18 62 (16,9) 172 (46,9) 115 (31,3) 18 (4,9) Status Gizi Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk 342 (93,2) 18 (4,9) 7 (1,9) Jenis Jaminan Kesehatan

JKN NON PBI JKN PBI JAMKESMASKOT Mandiri Asuransi Swasta JKN Karyawan Ikatan Kerjasama RS 171 (46,6) 29 (7,9) 9 (2,5) 126 (34,3) 21 (5,7) 1 (0,3) 10 (2,7) Tabel II. Pola Penyakit Infeksi Bakteri Pasien Anak yang Mendapatkan Terapi Antibiotik

Penyakit Infeksi Frekuensi Pasien

(Persentase)

Demam Tifoid 210 (57.2)

Diare Persisten 91 (24.8)

Infeksi Saluran Pernafasan Atas 43 (11.7)

Demam Tidak Spesifik 28 (7.6)

Leukositosis 22 (5.9) Bronkitis 19 (5.2) Gastroduodenitis 11 (2.9) Bronkopneumonia 10 (2.7) Sepsis 6 (1.6) Tuberkulosis 5 (1.4) Infeksi Lainnya 29 (7.9)

infeksi dan keracunan (Depkes, 2011; Rathaur et

al., 2014). Bakteri sebagai penyebab diare yaitu Escherichia coli (E. coli), Salmonella, Shigella, Campylobacter jejuni, dan Clostridium difficile

(Guerrant et al., 2001; Talan et al., 2001; Koletzko dan Osterrieder, 2009; Ali et al., 2014; Rathaur et

al., 2014). Karakteristik penggunaan antibiotik

pasien anak di bangsal anak RSI Sultan Agung Semarang dapat dilihat pada Tabel III. Mayoritas jenis antibiotik tunggal dan kombinasi yang digunakan berturut-turut adalah sefotaksim (27,3) dan sefotaksim– tiamfenikol (9,1%). Antibiotik golongan sefalosporin generasi 3 yang sering digunakan

adalah sefotaksim dan seftriakson. Sefotaksim memiliki aktivitas serupa dengan seftriakson, namun memiliki waktu paruh (t ½ ) yang lebih pendek (Lacy et al., 2011). Sefotaksim merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga yang dipilih untuk anak – anak terutama neonatus daripada seftriakson karena sefotaksim tidak mempengaruhi metabolisme bilirubin seperti halnya seftriakson (Reese dan Betts, 1993). Seftriakson merupakan antibiotik yang mengandung cincin beta laktam dan memiliki spektrum aktivitas luas (broad

(4)

maupun negatif dengan toksisitas yang rendah (Gonçalves-Pereira dan Póvoa, 2011).

Pemberian antibiotik sebaiknya dilakukan secara tepat sesuai dengan indikasi, dimana disesuaikan dengan bakteri penyebab infeksi agar tujuan penggunaan antibiotik sesuai hasil terapi yang diharapkan. Keberhasilan penggunaan antibiotik ditentukan oleh beberapa faktor seperti: ketepatan dosis, cara pemberian, frekuensi pemakaian, dan lama pemberian dalam menggunakan obatnya (Dwiprahasto, 1995; Kemenkes RI, 2011b). Evaluasi penggunaan antibiotik serupa yang telah dilakukan sebelumnya menyatakan hasil antibiotik yang digunakan secara rasional (21%) (Hadi et al., 2008). Penelitian lainnya menyebutkan antibiotik rasional yang sesuai kategori 0 berkisar 3,7%-53% (Yuniftiadi et al., 2010; Tampi dan Nugroho, 2011; Soegijanto, 2013; Yuniar et al., 2013). Pada penelitian ini, hasil evaluasi penggunaan antibiotik menggunakan metode Van der Meer dan Gyssens, 23,9% antibiotik rasional (kategori 0) dan 76,1% antibiotik tidak rasional (kategori II – V). Kategori rasionalitas penggunaan antibiotik menurut kategori Van der Meer dan Gyssens ditunjukkan pada Tabel IV.

Permasalahan antibiotik tidak rasional yang paling banyak terjadi adalah kategori II a dan b berturut–turut sebesar 171 (44,4%) dan 145 (37,7%) regimen antibiotik. Secara umum, klinisi telah melakukan penyesuaian dosis dengan berat badan anak, namun masih saja terdapat kasus tidak rasional dilihat dari dosis dan interval. Antibiotik yang tidak sesuai interval pemberian obat paling banyak adalah antibiotik kloramfenikol. Pada regimen antibiotik, kloramfenikol yang diresepkan terbagi menjadi 3 dosis, sedangkan di pustaka dianjurkan penggunaan kloramfenikol terbagi dalam 4 dosis. Hal ini berhubungan dengan t½ kloramfenikol yang singkat yaitu 4 – 6 jam (Lacy

et al., 2011).

Analisa hubungan luaran terapi dengan rasionalitas ditunjukkan pada Tabel V. Penggunaan antibiotik yang rasional diharapkan memberikan luaran terapi yang positif. Penelitian mengenai hubungan rasionalitas dengan luaran terapi yang dilakukan Pamela

(2011), memberikan hasil bahwa penggunaan antibiotik yang rasional sebanyak 76,38% menunjukkan gejala infeksi yang membaik. Rasionalitas penggunaan antibiotik memiliki hubungan positif dengan luaran terapi. Tetapi, pada penelitian ini dari hasil analisis menggunakan Chi-square dengan taraf kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan antara rasionalitas penggunaan antibiotik dengan luaran terapi (p > 0,05). Hal ini disebabkan kerasionalan antibiotik tidak hanya sebatas sesuai pada satu kategori, ditunjukkan pada Tabel VI. Selain itu, luaran terapi juga dipengaruhi oleh jenis penyakit, penyakit penyerta dan status gizi pasien.

Pada kategori V, tidak ada indikasi penggunaan antibiotik maka dengan atau tanpa pemberian

antibiotik pasien akan sembuh.

Ketidakrasionalan penggunaan antibiotik kategori IV A (terdapat antibiotik yang lebih efektif (sesuai dengan guidelines)), IV C (lebih murah), dan IV D (spektrum yang lebih sempit) memberikan luaran terapi sembuh yang lebih banyak. Hal ini karena antibiotik yang seharusnya didapatkan oleh pasien hanya antibiotik tunggal, tetapi pasien menerima antibiotik kombinasi atau antibiotik dengan spektrum yang lebih luas, sehingga pasien memberikan luaran terapi yang positif meskipun tidak rasional.

Antibiotik yang tidak rasional pada kategori II A (dosis tidak tepat) dan II B (interval tidak tepat) memberikan luaran terapi yang mayoritas sembuh. Pada kategori II A, dosis yang tidak tepat dibagi menjadi dosis berlebih dan dosis kurang. Pada dosis berlebih sebanyak 7 regimen dan dosis kurang sebanyak 141 memberikan luaran terapi sembuh. Pada dosis kurang dapat memberikan luaran terapi sembuh karena regimen antibiotik tidak hanya tidak rasional pada kategori II A tetapi juga pada kategori lain seperti kategori IV A, IV C, IV D, dan II B, sedangkan pada kategori II B sebanyak 131 regimen antibiotik memberikan luaran terapi sembuh. Interval ini dipengaruhi sifat farmakokinetika antibiotik, yaitu time dependent

killing dan concentration dependent. Pada

penelitian ini antibiotik yang tidak sesuai interval tergolong dalam kelompok time

(5)

Tabel III. Karakteristik Penggunaan Antibiotik di Bangsal Pediatri RSI Sultan Agung Semarang

Karakteristik Regimen Antibiotik (Persentase)

n = 385 Penggunaan Antibiotik Monoterapi Kombinasi 306 (79,5) 79 (20,5) Jumlah Penggunaan Antibiotik

Antibiotik Tunggal Kombinasi 2 Antibiotik Kombinasi > 2 Antibiotik 306 (79,5) 59 (15,3) 20 (5,2) Jenis Antibiotik Sefuroksim Seftriakson Sefotaksim Amoksisilin Kloramfenikol Tiamfenikol Meropenem Gentamisin Sefadroksil Sefiksim Sefotiam Seftriakson – Metronidazol Sefotaksim – Kloramfenikol Sefotaksim - Tiamfenikol Amoksisilin – Kotrimoksazol Kloramfenikol – OAT Sefuroksim – OAT Seftriakson – Amikasin Kloramfenikol – Metronidazol Sefotaksim – Amoksisilin

Amoksisilin – Metronidazol – Kotrimoksazol Sefotaksim – Kotrimoksazol

Sefotaksim – Amikasin Gentamisin - Sefadroksil

Sefotaksim – Amoksisilin – Kotrimoksazol Sefotaksim – Sefadroksil Gentamisin – Amoksisilin 33 (8,6) 96 (24,9) 105 (27,3) 5 (1,3) 54 (14) 4 (1,0) 3 (0,8) 2 (0,5) 1 (0,3) 2 (0,5) 1 (0,3) 4 (1,0) 1 (0,3) 35 (9,1) 1 (0,3) 1 (0,3) 1 (0,3) 2 (0,5) 1 (0,3) 3 (0,8) 1 (0,3) 3 (0,8) 1 (0,3) 3 (0,8) 17 (4,4) 4 (1,0) 1 (0,3) Lama Pemberian (hari)

2 – 3 4 - 7 > 7 85 (22,1) 295 (76,6) 5 (1,3) Rute Pemberian Intravena Peroral Intravena + Peroral 310 (80,5) 7 (1,8) 68 (17,7) interval tergolong dalam kelompok time

dependent killing yang pemakaiannya melebihi

aturannya sehingga meskipun tidak rasional memberikan luaran terapi sembuh.

KESIMPULAN

Hasil evaluasi penggunaan antibiotik

menggunakan metode Van der Meer dan Gyssens, menunjukkan terdapat 23,9% penggunaan antibiotik rasional (0), 8,6% tidak rasional karena tidak ada indikasi penggunaan antibiotik (V), 22,3% karena ada antibiotik lain yang lebih efektif (IVA), 20% karena ada antibiotik lain yang lebih murah (IVC); 1,6%

(6)

Tabel IV. Kategori Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Menurut Kategori Van der Meer dan Gyssens

Rasionalitas Regimen Antibiotik (Persentase)

n = 385

Rasional 92 (23,9%)

Tidak Rasional

Kategori V (Tidak ada indikasi penggunaan antibiotik) Kategori IV a (Ada antibiotik lain yang lebih efektif) Kategori IV b (Ada antibiotik lain yang kurang toksik) Kategori IV c (Ada antibiotik lain yang lebih murah) Kategori IV d (Ada antibiotik lain yang spektrum sempit) Kategori III a (Pemberian antibiotik terlalu lama)

Kategori III b (Pemberian antibiotik terlalu singkat) Kategori II a (Dosis tidak tepat)

Kategori II b (Interval tidak tepat) Kategori II c (Rute tidak tepat)

293 (76,1%) 33 (8,6 %) 86 (22,3) 0 77 (20,0%) 6 (1,6%) 0 0 171 (44,4%) 145 (37,7%) 0 Tabel V. Hasil Analisis Hubungan Luaran Terapi dengan Rasionalitas

Rasionalitas Luaran Terapi p Tidak Sembuh n (%) Sembuh n (%) Tidak Rasional Rasional 35 (11,9) 6 (6,5) 258 (88,1) 86 (93,5) 0,141 *Chi-square test with odds ratio, signifikansi 95%

Tabel VI. Sebaran Rasionalitas Antibiotik dengan Luaran Terapi Rasionalitas Luaran Terapi Tidak Sembuh n (%) Sembuh n (%) Rasional Tidak Rasional

Kategori V (Tidak ada indikasi penggunaan antibiotik) Kategori IV a (Ada antibiotik lain yang lebih efektif) Kategori IV c (Ada antibiotik lain yang lebih murah) Kategori IV d (Ada antibiotik lain yang spektrum sempit) Kategori II a (Dosis tidak tepat)

Kategori II b (Interval tidak tepat)

6 (6,5) 4 (12,1) 11 (12,8) 9 (11,7) 0 (0) 23 (13,5) 14 (9,7) 86 (93,5) 29 (87,9) 75 (87,2) 68 (88,3) 6 (100) 148 (86,5) 131 (90,3) karena ada antibiotik lain yang lebih spesifik

(IVD); 44,4% karena dosis tidak tepat (IIA); dan 37,7% karena tidak tepat interval pemberian dosis (IIB). Tidak ada hubungan antara rasionalitas penggunaan antibiotik dengan luaran terapi (p > 0,05).

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M.M.M., Ahmed, S.F., Klena, J.D., Mohamed, Z.K., Moussa, T.A., Ghenghesh, K.S., 2014, Enteroaggregative Escherichia Coli in Diarrheic Children in Egypt: Molecular Characterization and Antimicrobial Susceptibility, The Journal of

Infection in Developing Countries, 8: 589–596.

ASHP, 1998, Statement on the Pharmacist's Role in Infection Control, AJHP, 55: 1724–1726. Bhutta, Z.A., 2006, Current Concepts in the

Diagnosis and Treatment of Typhoid Fever, BMJ, 333: 78–82.

Ciptaningtyas, V.R., Sri-Lestari, E., dan Wahyono, H., 2014, The Quality and Quantity Study of Antibiotic Usage at Intensive Care Unit DR. Kariadi Hospital Semarang, Journal of Clinical Microbiology

and Infectious Disease, 1: 21–26.

Depkes RI, 2003, Pedoman Pengendalian Demam

Tifoid Bagi Tenaga Kesehatan, Direktorat

Jenderal Pengendalian Infeksi dan Penyehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan RI, Jakarta.

(7)

Depkes RI, 2011, Buku Saku Petugas Kesehatan

Lintas Diare: Lima Langkah, Direktorat

Jenderal Pengendalian Infeksi dan Penenyehatan Lingkungan, Jakarta. Dinas Kesehatan, 2014, Profil Kesehatan Kota

Semarang 2013, Dinas Kesehatan Kota,

Semarang.

Dwiprahasto, I., 1995, Masalah Penggunaan Antibiotika, dalam: Penggunaan Antibiotika

Rasional, Laboratorium Farmakologi

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Febiana, T., Hapsari, M.M., Hapsari, R., 2012,

Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Di Bangsal Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode Agustus - Desember 2011, Jurnal Media Medika Muda, 1–12. Gonçalves-Pereira, J., Póvoa, P., 2011, Antibiotics

in Critically Ill Patients: a Systematic Review of the Pharmacokinetics of β-lactams, Critical Care, 15: 2–17.

Guerrant, R.L., Gilder, T.V., Steiner, T.S., Thielman, N.M., Slutsker, L., Tauxe, R.V.,

et al., 2001, Practice Guidelines for the

Management of Infectious Diarrhea,

Clinical Infectious Diseases, 32: 331–351.

Gyssens, I.C., 2005, Audits for Monitoring the Quality of Antimicrobial Prescriptions, in Gould, I.M., Meer, J.W.M. van der (Eds.),

Antibiotic Policies, Springer US, 197–226.

Hadi, U., Duerink, D.O., Lestari, E.S., Nagelkerke, N.J., Keuter, M., Huis in’t Veld, D., et al., 2008, Audit of Antibiotic Prescribing in Two Governmental Teaching Hospitals in Indonesia, Clinical

Microbiology and Infection, 14: 698–707.

IDAI, 2009, Pedoman Pelayanan Medis, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.

Kemenkes RI, 2011a, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406 Tahun 2011, Jakarta.

Kemenkes RI, 2011b, Pedoman Pelayanan

Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik,

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Kemenkes RI, 2013, Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Kemenkes RI, 2014, Profil Kesehatan Indonesia

Tahun 2013, Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta.

Koletzko, S., Osterrieder, S., 2009, Acute Infectious Diarrhea in Children, Deutsches

Ärzteblatt International, 106: 539–548.

Kristiansson, C., Grape, M., Gotuzzo, E., Samalvides, F., Chauca, J., Larsson, M.,

dkk., 2009, Socioeconomic Factors and

Antibiotic Use in Relation to Antimicrobial Resistance in the Amazonian Area of Peru,

Scandinavian Journal of Infectious Diseases, 41: 303–312.

Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Lance, L.L., Goldman, M.P., 2011, Drug Information

Handbook with International Trade Names Index, Lexi-Comp.

Mettler, J., Simcock, M., Sendi, P., Widmer, A.F., Bingisser, R., Battegay, M., et al., 2007, Empirical Use of Antibiotics and Adjustment of Empirical Antibiotic Therapies in a University Hospital: A Prospective Observational Study, BMC

Infectious Diseases, 7: 21.

Mora, Y., Avila-Agüero, M.L., Umaña, M.A., Jiménez, A.L., París, M.M., Faingezicht, I., 2002, Epidemiological Observations of The Judicious Use of Antibiotics in a Pediatric Teaching Hospital, International Journal of

Infectious Diseases, 6: 74–77.

Pamela, D.S., 2011, Evaluasi Kualitatif Penggunaan Antibiotika Dengan Metode Gyssens Di Ruang Kelas 3 Infeksi Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM Secara Prospektif, Tesis, Fakultas MIPA Prodi Studi Ilmu Farmasi, Universitas Indonesia, Jakarta.

Rathaur, V.K., Pathania, M., Jayara, A., Yadav, N., 2014, Clinical Study of Acute Childhood Diarrhoea Caused by Bacterial Enteropathogens, Journal of Clinical and

Diagnostic Research, 8: PC01–PC05.

Reese, R.E., M. D., Betts, R.F., M. D., 1993,

Handbook of Antibiotics, 2nd edition, Little Brown & Co, Boston.

Sahoo, K.C., Tamhankar, A.J., Johansson, E., Lundborg, C.S., 2010, Antibiotic Use,

Resistance Development and

(8)

Study Among Healthcare Professionals in Orissa, India, BMC Public Health, 10: 629– 638.

Soegijanto, W.M., 2013, Perbedaan Kualitas Penggunaan Antibiotik pada Anak dengan Demam Tifoid di Kelas III dan Non Kelas III, Jurnal Media Medika Muda.

Talan, D.A., Moran, G.J., Newdow, M., Ong, S., Mower, W.R., Nakase, J.Y., et al., 2001, Etiology of Bloody Diarrhea among Patients Presenting to United States Emergency Departments: Prevalence of Escherichia Coli O157:H7 and Other Enteropathogens, Clinical Infectious Diseases, 32: 573–580.

Tampi, G.G., Nugroho, T., 2011, Rasionalitas

Penggunaan Antibiotika dalam

Penatalaksanaan Konjungtivitis di Bagian Mata RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2010, Karya Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.

Van der Meer, J.W., Gyssens, I.C., 2001, Quality of Antimicrobial Drug Prescription in Hospital, Clinical Microbiology and Infection, 7 Suppl 6: 12–15.

WHO, 2008, Pocket Book of Hospital Care for

Children, Guidelines for the Management of Common Illnesses with Limited Resources, 2005, World Health Organization (WHO),

Indonesia.

WHO, 2011, Guidelines for the Management of

Thypoid Fever, World Health Organization,

Geneva.

Yuniar, I., Karyanti, M.R., Tambunan, T., dan Rizkyani, N.A., 2013, Evaluasi Penggunaan Antibiotik dengan Kartu Monitoring Antibiotik Gyssens, Sari Pediatri, 14: 384–390.

Yuniftiadi, F., Pujo, J.L., Lestari, E.S., 2010, Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik di Intensiv Care Unit RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode Juli - Desember 2009,

Karya Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran

Gambar

Tabel II. Pola Penyakit Infeksi Bakteri Pasien Anak yang Mendapatkan Terapi Antibiotik
Tabel III. Karakteristik Penggunaan Antibiotik di Bangsal Pediatri RSI Sultan Agung Semarang  Karakteristik  Regimen Antibiotik (Persentase)
Tabel IV. Kategori Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Menurut Kategori Van der Meer dan Gyssens  Rasionalitas  Regimen Antibiotik (Persentase)

Referensi

Dokumen terkait

103,90.. Laporan Kinerja Akuntabilitas Instansi Pemerintah 2016 - Ditbinsuslat Berdasarkan data di atas dapat dijelaskan bahwa: Output “Lembaga Kursus yang Tervalidasi”

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul:

Membentuk kemandirian agar masyarakat secara mandiri mempunyai kesadaran akan pentingnya upaya pencegahan untuk menanggulangi penyakit TB Paru dengan membentuk subjektif norm pada

Berdasarkan analisis SWOT, strategi yang perlu dilakukan oleh usaha pembenihan ikan lele di Desa Babakan adalah Progresif, artinya usaha ini dalam kondisi prima

Modal Sosial Dalam Pengintegrasian Etnis Tionghoa Pada.. Masyarakat Di Deso Pakraman Bali.Bali: Jurnal Sosial

Dari data tersebut, dalam satu puisi karangan siswa belum tentu ada diksi atau gaya bahasa kiasan yang terdapat pada puisi karangan siswa tersebut..

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) perbedaan motivasi belajar antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, 2) perbedaan hasil belajar antara kelompok

So the edge of shadow at the sunlight direction can be extracted first, and then building shadow can be extracted by International Archives of the Photogrammetry,