• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini dan juga menjadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini dan juga menjadi"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

9 2.1 Kajian Pustaka

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari studi pustaka, ditemukan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini dan juga menjadi inspirasi serta pedoman untuk melakukan penelitian ini. Beberapa hasil penelitian tersebut dipaparkan sebagai berikut.

Sari (2012) dalam tesisnya yang berjudul Mitos Youkai Dalam Buku Kumpulan Dongeng Jepang “Manga Nippon Mukashi Banashi: Youkai Ga Deruzo-“. Dalam penelitian Sari dibahas tentang mitos youkai dan objek penelitiannya adalah buku kumpulan dongeng Jepang yaitu manga Nippon Mukashi Banashi: Youkai Ga Deruzo. Dalam penelitian Sari digunakan teori semiotika menurut Charles Sander Peirce. Metode dan teknik pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan, dilanjutkan dengan teknik catat. Metode dan teknik pengumpulan data menggunakan metode deskriptif analisis yaitu metode yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta, setelah itu disusul dengan melakukan analisis. Metode dan teknik penyajian analisis data dilakukan secara sistematis, kemudian disajikan secara informal, yaitu melalui kata-kata, kalimat, dan bentuk-bentuk narasi yang lain. Hasil penelitian Sari menyatakan bahwa masyarakat Jepang mempercayai keberadaan youkai tersebut, dongeng yang telah dianalis merupakan dongeng yang diceritakan secara lisan sehingga repetisi berguna agar pendengar lebih memahami cerita. Dongeng tersebut juga

(2)

berfungsi sebagai alat pemaksa atau pengontrol agar norma-norma masyarakat selalu dipatuhi anggota masyarakatnya, serta objek penelitian ini merefleksikan masyarakat Jepang zaman dahulu menciptakan mitos youkai karena mereka mempercayai bahwa di luar daerah yang mereka huni adalah daerah yang berbahaya.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Sari, yaitu sama-sama meneliti tentang kepercayaan masyarakat akan makhluk-makhluk halus, seperti youkai dan yuurei. Dalam tesis milik Sari ini meneliti tentang keberadaan youkai, sedangkan dalam penelitian ini akan meneliti tentang yuurei. Karena youkai sudah diperkenalkan dalam penelitian Sari, dalam penelitian kali ini dibahas mengenai jenis mitos Jepang yang lain, yaitu yuurei, yang masih jarang diteliti. Penelitian Sari dapat digunakan sebagai kajian dalam penelitian.

Yudiawati (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Mitologi Jepang Dalam Komik Naruto Karya Masashi Kishimoto”. Yudiawati meneliti tentang mitologi Jepang yang terdapat dalam komik Naruto. Teori yang digunakan dalam Yudiawati adalah menggunakan teori Antropologi Sastra oleh Endraswara dan teori Semiotika oleh Danesi. Metode dan teknik pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan dan dilanjutkan dengan teknik catat. Metode dan teknik penganalisisan data menggunakan metode deskriptif analisis. Hasil penelitian Yudiawati bahwa dalam komik Naruto terdapat mitologi Jepang berupa Dewa (Kami) yang dituangkan melalui nama-nama dari jurus-jurus ninja serta makhluk supranatural Jepang (youkai) yang digambarkan sebagai monster yang hidup di sekitar penduduk desa. Nama-nama kami atau dewa dalam ajaran Shinto

(3)

digunakan sebagai nama dari jurus ninja. Persamaan penelitian Yudiawati dengan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang mitos Jepang. Penelitian Yudiawati hanya meneliti tentang jenis dan penggambaran dari mitologi di Jepang, namun penelitian ini lebih mengkhusus meneliti makna dari mitos yuurei. Penelitian Yudiawati dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui berbagai jenis mitos dan cara menganalisisnya menggunakan teori antropologi sastra.

Saraswati (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Youkai dalam Komik Inuyasha Karya Takahashi Rumiko”. Penelitian Saraswati menggunakan teori Semiotik milik Marcel Danesi untuk meneliti youkai yang terdapat dalam komik Inuyasha. Metode dan teknik pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan yang didukung dengan teknik catat. Metode dan teknik penganalisisan data menggunakan metode deskriptif analisis. Hasil analisis penelitian milik Saraswati menunjukkan bahwa karakteristik youkai dalam komik Inuyasha memiliki kemiripan dengan youkai yang terdapat dalam mitos masyarakat Jepang. Tidak semua youkai memiliki makna yang sama, terdapat tiga youkai yang bermakna negatif dan tiga youkai yang bermakna positif.

Persamaan penelitian Saraswati dengan penelitian ini sama-sama meneliti tentang mitos Jepang serta teori semiotik Marcel Danesi. Perbedaannya adalah objek yang dikaji, yaitu youkai dengan yuurei. Penelitian Saraswati yang menggunakan teori semiotik Marcel Danesi dapat dijadikan acuan menganalisis makna mitos yuurei pada penelitian ini.

Bravianingrum (2007) dalam jurnal yang berjudul “Perbandingan Mitos yang Terdapat Pada Legenda Ko-sodate Yuurei (Jepang) dan Legenda Kuntilanak

(4)

(Indonesia) (Kajian Sastra Bandingan)”. Dalam jurnal Bravianingrum dibahas mengenai perbandingan legenda Kuntilanak yang berasal dari Indonesia (Pontianak) dan legenda Ko-sodate yuurei yang berasal dari Jepang (Kyoto). Objek penelitian ini adalah Kumpulan Cerita Lama Manga Nihon Mukashi Banashi 100 Banashi volume 3 dan buku cerita Seri Legenda dari Kalimantan Pontianak. Penelitian Bravianingrum adalah penelitian deskriptif kualitatif, sehingga untuk memperoleh data menggunakan metode analisis serta mendeskripsikan legenda Indonesia “Kuntilanak” dan legenda Jepang Ko-sodate yuurei sebagai sumber data utama serta artikel-artikel dari internet dan film Jepang sebagai sumber data penunjang. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pertama, jenis mitos yang terdapat dalam Ko-sodate yuurei (Jepang) dan legenda Kuntilanak (Indonesia) termasuk dalam jenis mitos simbolis. Kedua, pandangan masyarakat Jepang, khususnya masyarakat daerah Kyoto, terhadap Ko-sodate yang dianggap hantu yang baik, karena tidak menakutkan dan mengasihi anak-anak. Sedangkan pandangan masyarakat Indonesia terhadap hantu Kuntilanak dianggap negatif, karena hantu Kuntilanak di Indonesia dianggap sebagai hantu yang jahat, menyeramkan, dan suka menculik anak-anak.

Persamaan penelitian Bravianingrum dengan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti makhluk mitos yuurei. Perbedaannya adalah penelitian Bravianingrum menggunakan teori sastra bandingan, sedangkan penelitian ini menggunakan teori antropologi sastra dan teori semiotik. Kelebihan penelitian ini adalah membahas dengan lebih rinci penggambaran dan makna dari masing-masing yuurei yang terdapat dalam komik Kyoukai No Rinne, sedangkan penelitian Bravianingrum

(5)

hanya membahas makna dan pandangan masyarakat terhadap satu yuurei, yaitu Ko-sodate yuurei.

2.2 Konsep

Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah mitos dan yuurei. Berikut adalah pembahasan mengenai mitos dan yuurei.

2.2.1 Mitos

Mitos adalah cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu, yang mengandung penafsiran tentang asal usul semesta alam, manusia, dan bangsa itu sendiri yang mengandung arti mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib (KBBI, 1991: 660). Mitologi merupakan ilmu yang digunakan untuk menjelaskan mitos, sedangkan mitos adalah objek kajiannya. Ratna mengungkapkan bahwa mitos berarti cerita tentang bangsa, dewa, dan makhluk adikodrati lain, di dalamnya sudah terkandung berbagai penafsiran, bahkan juga alam gaib. Mitos biasanya dibedakan dengan fabel dan legenda (Ratna, 2011: 110).

Istilah bahasa Jepang untuk mitos adalah Shinhwa yang berarti “kisah mengenai para dewa”. Mitos Jepang merupakan gabungan tema-tema pribumi yang berasal dari daratan Asia Timur, dan dipengaruhi oleh ajaran Budhisme dan Taoisme. Bahan untuk menyusun mitologi Jepang pada umumnya bersumberkan pada dua sumber tertulis, yaitu Kojiki (berasal dari 712 M dan merupakan catatan

(6)

mengenai hal-hal kuno), dan Nihon Shoki (720 M; merupakan chronicle Jepang, dan juga terkenal dengan nama Nihongi). Karya-karya ini dibuat atas perintah kekaisaran, dan berasal dari berbagai naskah yang dikumpulkan dari berbagai generasi penguasa dinasti Yamato, dan beberapa generasi keluarga berkuasa lainnya (Dananjaja, 1997: 70-71)

Berdasarkan pandangan beberapa tokoh mengenai mitos, dapat disimpulkan bahwa mitos adalah cerita-cerita mengenai dewa-dewa dan makhluk supernatural lainnya.

2.2.2 Yuurei

Dalam kamus Jepang-Indonesia karya Kenji Matsuura (2005: 1202) mengatakan bahwa yurei (幽霊) adalah hantu; makhluk halus; roh gentayangan.

Yuurei adalah makhluk supernatural dalam cerita rakyat Jepang, yang tidak benar-benar terikat dalam dunia metafisik dan pada umumnya memiliki kekuatan supernatural dan spiritual.

Hiroko Yoda dan Matt Alt (Yurei Attack!, 2012) menyebutkan:

“The Japanese word for ghost is yurei. They are the souls of dead people, unable-or unwilling-to shuffle off this mortal coil for whatever reason. The general concept of similar to that of ghost in the Western world: an ethereal essence of a formerly living being that remains after death. Just as in the West, some yurei haunt a specific person or place; others tend to roam freely” (Yurei Attack!, 2012: 7).

Terjemahan:

‘Dalam bahasa Jepang kata untuk hantu adalah yuurei. Mereka adalah arwah dari orang-orang mati, yang tidak mampu atau tidak ingin keluar dari kehidupan fana ini dengan alasan tersendiri. Konsep umumnya mirip dengan hantu dari kebudayaan dunia barat: sebuah arwah dari mahluk yang pernah hidup yang tetap tinggal setelah kematian. Sama seperti di

(7)

barat, beberapa yurei menghantui tempat atau orang tertentu; beberapa terkadang berkeliaran secara bebas’.

Pada kutipan tersebut disebutkan bahwa kata hantu di Jepang disebut dengan yuurei. Yuurei merupakan hantu yang berasal dari manusia yang sudah mati namun tidak ingin pergi dari dunia ini karena ada hal yang masih mengganjal pikiran mereka. Selain itu disebutkan juga perbedaan antara youkai dan yuurei.

“A yurei is someone and a yokai is a something. Yurei is a specific term. Yokai is quite general. A yurei can cause all sorts of phenomena, from audible and visible manifestations to outright attacks. On the other hand, yokai tend to be personifications of phenomena themselves, attempts to put names and faces to inexplicable happenings. Yurei are human spirits, whereas many yokai are considered lesser gods of the natural world” (Yurei Attack!, 2012: 9).

Terjemahan:

‘Yuurei adalah seseorang dan yokai adalah sesuatu. Yuurei adalah kata yang khusus. Youkai adalah kata yang cukup umum/mencakup ke banyak definisi. Seorang yuurei bisa menyebabkan segala bentuk fenomena, dari yang manifestasinya bersuara dan terlihat sampai dengan yang manifestasinya langsung menyerang. Berbeda dengan youkai, youkai cenderung lebih ke personafikasi dari fenomana itu sendiri, mencoba untuk memberikan nama dan menghadapi sesuatu yang tidak dapat dijelaskan. Yuurei adalah spirit dari manusia, dimana banyak youkai dikategorikan sebagai dewa yang lebih rendah dalam dunia natural’. Dari pernyataan di atas, bahwa di mata orang Jepang, youkai dan yuurei tidaklah sama. Mereka memiliki manifestasinya masing-masing dan tidak dapat disamakan, yuurei merupakan sebutan untuk arwah-arwah manusia yang mati penasaran dan masih terikat dengan keduniawian, sedangkan youkai adalah makhluk supernatural yang memiliki wujud menyerupai binatang, yang bukan hantu, melainkan suatu makhluk jejadian.

(8)

Teori yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua teori, yaitu teori Antropologi Sastra dan teori Semiotik. Berikut adalah pembahasannya.

2.3.1 Antropologi Sastra

Penelitian antropologi sastra adalah celah baru penelitian sastra. Penelitian yang mencoba menghubungkan dua disiplin ilmu ini, masih jarang diminati. Melalui penelitian antropologi sastra dapat mengungkap berbagai hal yang berhubungan dengan kiasan-kiasan antropologis, serta baik sastra maupun antropologi sama-sama berbicara tentang manusia.

Antropologi sastra menyangkut masalah budaya yang merupakan bagian dari unsur ekstrinsik karya sastra. Untuk memahami unsur ekstrinsik, kajian dilakukan melalui unsur intrinsik terlebih dahulu. Pada dasarnya pengkajian unsur ekstrinsik tidak dapat berdiri sendiri atau dilepaskan dari unsur intrinsik. Kedua unsur tersebut bersama-sama membangun struktur karya sastra. Maka untuk memahami unsur antropologi selain melalui penokohan, dapat juga dideteksi melalui latar (Endraswara, 2011: 108—109). Fungsi antropologi sastra sama dengan sosiologi dan psikologi sastra yaitu untuk memperkenalkan khazanah kultural bangsa sehingga masing-masing budaya menjadi milik bagi yang lain.

Teks fiksi dalam hal ini komik Kyoukai No Rinne dapat memperjelas aspek budaya. Menurut Endraswara (2011: 107), aspek budaya dapat tampak setelah dianalisis dari sudut pandang etnografi. Penelitian antropologi sastra menitikberatkan pada dua hal. Pertama, meneliti tulisan-tulisan etnografi yang

(9)

berbau sastra untuk melihat estetiknya. Kedua, meneliti karya sastra dari sisi pandang etnografi, untuk melihat aspek-aspek budaya masyarakat. Antropologi sastra merupakan kajian sastra yang menekankan pada warisan budaya masa lalu. Warisan budaya tersebut dapat terlihat dalam karya sastra klasik dan modern. Oleh karena itu, peneliti antropologi sastra dapat mengkaji keduanya dalam bentuk paparan etnografi yang terdapat pada karya sastra sebagai sumber informasi (Endraswara, 2011: 109).

Analisis antropologi sastra akan mengungkapkan kebiasaan-kebiasaan masa lalu yang berulang-ulang yang masih dilakukan dalam sebuah karya sastra, serta mengungkapkan tradisi dan kepercayaan seorang penulis yang terpantul dalam karya sastra. Selain itu, kajian diarahkan pada unsur-unsur etnografi atau budaya masyarakat yang mengitari karya sastra tersebut, serta perlu juga dilakukan kajian mengenai simbol-simbol mitologi dan pola pikir masyarakat pengagumnya (Endraswara, 2001:109—110).

Penelitian ini menggunakan teori antropologi sastra milik Endaswara, karena komik Kyoukai No Rinne kental dengan unsur warisan budaya masa lalu, yaitu mitos. Sehingga, teori antropologi sastra yang diungkapkan oleh Endaswara sangat cocok digunakan untuk penelitian ini.

2.3.2 Semiotik

Semiotik adalah ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia. Artinya, semua yang hadir dalam kehidupan kita dilihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus kita beri makna. Dalam menganalisis komik, diperlukan teori

(10)

semiotik untuk menganalisis tanda-tanda yang ada dalam komik, seperti ekspresi wajah karakter, gerakan atau bahasa tubuh, pakaian, dan lain-lain. Teori semiotik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotik dari Danesi. Danesi (2012: 223-224) menjelaskan komik adalah narasi yang diceritakan melalui sejumlah gambar yang diatur dalam garis-garis horizontal, strip, kotak, yang disebut panels. Dalam komik, dialog direpresentasikan oleh kata-kata yang dilingkari di dalam balon, yang dikeluarkan dari mulut atau kepala karakter yang berbicara. Sebagian besar gerakan diilustrasikan melalui penggunaan garis, simbol, dan kata. Contohnya, garis-garis tipis yang ditinggalkan oleh kuda yang berlari menunjukkan kecepatan. Komik merupakan suatu bentuk pembuatan teks yang memberikan manusia sarana yang kuat untuk membuat pesan dan makna. Komik telah menjadi sarana pakar semiotika dan juga penting dalam pengembangan budaya.

Teori semiotik milik Danesi digunakan untuk menganalisis tanda-tanda dalam komik Kyoukai No Rinne karya Rumiko Takahashi seperti bentuk fisik, warna, ekspresi wajah, pakaian, bahasa tubuh, maupun kata-kata.

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan tracer study dengan responden jumlah lulusan sebanyak 32 responden menggunakan kuesioner dengan 5 kategori karakteristik yaitu kategori

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi produkstifitas dan kualitas hijauan pastura di BPTUHPT Padang Mengatas melalui menganalisis komposisi botani, produksi

Berbeda dengan bahasa Indonesia yang dapat menyingkat kata dengan satu fonem saja, bahasa Jepang berangkat dari dua fonem yang terdiri dari vokal dan konsonan,

Sebagaimana dalam pendahuluan sebagai pengganti tubuh manusia yang digunakan pada pengujian dilakukan adalah tahanan dengan nilai yang diambil dari pengukuran tahanan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah titik lampu yang dipasang pada tiap ruang kuliah (kondisi eksisting) tidak sesuai dengan jumlah titik lampu pada

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya Skripsi yang berjudul “ Pengaruh Pemberian Ekstrak Kering Daun Sukun

Menurut Notoatmodjo (2007), meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons

Perseroan mengajukan usul kepada RUPST untuk menyetujui Laporan Tahunan Perseroan Tahun 2020 termasuk didalamnya Laporan Pengawasan Dewan Komisaris, Laporan Direksi mengenai