• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN IKET SUNDA DI BANDUNG DAN SUMEDANG PERIODE TAHUN TESIS. S U C I A T I NIM: Program Studi Desain

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DESAIN IKET SUNDA DI BANDUNG DAN SUMEDANG PERIODE TAHUN TESIS. S U C I A T I NIM: Program Studi Desain"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

DESAIN IKET SUNDA DI BANDUNG DAN SUMEDANG PERIODE TAHUN 1968-2006

TESIS

Karya Tulis Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung

Oleh S U C I A T I NIM: 27104019 Program Studi Desain

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2007

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

DESAIN IKET SUNDA DI BANDUNG DAN SUMEDANG PERIODE TAHUN 1968-2006

Oleh

S U C I A T I NIM: 27104019

Program Studi Desain Institut Teknologi Bandung

Menyetujui Tim Pembimbing

Tanggal ……….

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Biranul Anas Zaman NIP. 130 813 587

Dra. Ratna Panggabean, M.Sn NIP. 131 570 012

(3)

LEMBAR PERUNTUKAN

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, (1) Demi masa,

(2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,

(3) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran, nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.

Karya ini ku persembahkan untuk: Suamiku terkasih, Iwan Asyari Munawar Buah hatiku tersayang, Nasywa Ubaidillah

Bapak dan Mama:

Endjang Sugiarto (Alm) dan Hj. Oneh Halimatussa’diah Kakak-kakakku:

Hikmat Sa’dudin dan Ida Rosida Kania Aniati

Saeful Amien (alm) Imawan Arif dan Lia Sulistiawati Nahyar Abdillah dan Lia Herawati

Keponakanku: Redi Rinaldi Cintya Daneswari Harpandi Ramadhan

Marsha Andika D. Andien Tyas Dwiyani

Nenek dan kakekku: Hj. Siti Komariah dan H. Sarbini Hj. Imas Ayisah dan Mas Saddak Triatmodjo

Semoga menjadi sebuah kenangan dan bukti dari semua harapan serta baktiku pada keluarga, guru-guruku, masyarakat, dan negara

(4)

PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS

Tesis S2 yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Institut Teknologi Bandung, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak cipta ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HAKI yang berlaku di Institut Teknologi Bandung. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya.

Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh tesis haruslah seizin Direktur Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung.

(5)

PRAKATA

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Suatu karunia dan berkah yang sangat besar bahwasanya penulis diperkenankan Tuhan Yang Maha Esa untuk dapat menyelesaikan penulisan tesis ini, dengan demikian penulis berkesempatan menyelesaikan studi pada program magister di Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB.

Desain Iket Sunda di Bandung dan Sumedang merupakan topik yang diangkat oleh penulis, dengan pertimbangan iket merupakan salah satu benda tradisional Sunda yang ada dari dulu sampai sekarang di wilayah Parahyangan. Dewasa ini penggalian benda tradisional telah menarik perhatian para pengamat untuk membahasnya dari berbagai segi, antara lain sejarah, sosiologi, antropologi dan budaya. Sebagai urang Sunda (orang Sunda), Tatar Sunda adalah bali geusan ngajadi (kampung halaman, tanah air dan tempat lahir) dan merupakan suatu karunia untuk dapat menggali iket Sunda karena dengan demikian penulis berkesempatan maluruh (menggali dan mengenali) budaya Sunda lebih dalam, khususnya melakukan penelitian mengenai iket dari sisi desain.

Pada kesempatan ini ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada :

1. Dr. Biranul Anas Zaman, selaku pembimbing I 2. Dra. Ratna Panggabean, M.Sn selaku pembimbing II

3. Drs. Widihardjo, M.Sn, selaku Sekretaris Program Studi Desain FSRD ITB 4. Drs. Yan Yan Sunarya, M.Sn selaku reader

5. Drs. Achmad Haldani Destiarman, M.Sn selaku penguji 6. Dian Widiawati, S.Sn, M.Sn selaku penguji

7. Rektor Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberikan kesempatan belajar kepada penulis

(6)

8. Drs. Sabri selaku Dekan FPTK UPI

9. Dra. Herni Kusantati M.Pd selaku Ketua Jurusan PKK FPTK UPI 10. Staf pengajar di Jurusan PKK FPTK UPI

Penulis berharap penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan khususnya dalam bidang busana tradisional Sunda. Penulis menyadari bahwa pada penelitian ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis berharap kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan selanjutnya. Akhir kata, mudah-mudahan penelitian ini dapat dipergunakan sebagai referensi dan dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam ilmu pengetahuan dan mendorong adanya penelitian yang lebih sempurna.

Bandung, Februari 2007

(7)

ABSTRAK

DESAIN IKET SUNDA DI BANDUNG DAN SUMEDANG PERIODE TAHUN 1968-2006

Oleh : S U C I A T I

Iket Sunda merupakan salah satu kelengkapan busana daerah Sunda yang digunakan pria sebagai penutup kepala. Iket Sunda dibuat dari kain batik yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi model-model yang khas sebagai tutup kepala daerah Sunda. Pada umumnya dipakai oleh masyarakat umum yang disebut cacah atau somah. Model-model iket Sunda memiliki nama yang diasosiasikan dengan alam lingkungan masyarakat Sunda seperti Barangbang Semplak atau Mantokan, Parékos atau Paros yang terdiri dari Parékos Nangka atau Kebo Modol, Parékos Jéngkol, Lohen atau Paltén, Tutup Liwet atau Duk Liwet. Selain itu dikenal pula nama Porténg dan Kolé Nyangsang.

Penelitian akan mengemukakan kembali desain iket Sunda yang pernah ada, sistem kehidupan masyarakat Sunda pada masa lalu dan mendata iket Sunda sebagai kekayaan budaya Sunda. Selain itu mengetahui sejauhmana fungsi sosial iket Sunda bagi masyarakat pendukungnya, meningkatkan apresiasi dan pemahaman umum terhadap desain iket Sunda, juga mencari alternatif usaha-usaha pelestarian iket Sunda.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kebudayaan dengan pendekatan kualitatif dan berdasarkan analisis deskriptif. Penelitian mengenai iket Sunda ini berkaitan erat dengan sejarah iket Sunda, estetika pada iket Sunda, perkembangan kebudayaan serta prilaku masyarakat pemakainya yang mempengaruhi perkembangan iket Sunda dari masa ke masa. Metode pendekatan dalam penelitian ini menggunakan teori transformasi budaya dan pergeseran sistem nilai, dengan pertimbangan bahwa iket Sunda dalam pemakaiannya telah terjadi perubahan dalam berbagai segi.

Penelitian ini menemukan bahwa iket Sunda masih digunakan sebagai pelengkap busana sehari-hari pada sebagian kecil masyarakat Sunda khususnya Bandung dan Sumedang. Namun pada umumnya iket Sunda digunakan sebagai pelengkap busana adat, busana tari dan busana pertunjukkan rakyat. Model-model iket Sunda kini sudah hampir tidak dikenal masyarakat Sunda. Walaupun demikian model-model yang masih dipakai dan dikenal sudah mengalami perubahan baik bentuk, penggunaan kain, ukuran kain, ragam hias, warna, cara pakai, kesempatan pemakaian, terlebih fungsinya yang semula sebagai pelengkap busana yang menunjukkan identitas pemakai serta memenuhi nilai tatakrama kini sebagai penanda yang menunjukkan etnik Sunda bagi pemakainya.

Kata-kata kunci: iket Sunda, busana daerah Sunda, tutup kepala, cacah, somah, Barangbang Semplak atau Mantokan, Parékos atau Paros, Parékos Nangka atau Kebo Modol, Parékos Jéngkol, Lohen atau Paltén, Tutup Liwet atau Duk Liwet. Porténg, Kolé Nyangsang.

(8)

ABSTRACT

IKET SUNDA DESIGN IN BANDUNG AND SUMEDANG

PERIOD 1968-2006 BY

S U C I A T I

The Iket Sunda is part of the attire of Sundanese traditional costume worn by men as headwear. Iket Sunda is made of batik cloth formed in such a way into specific styles as head wear from sunda. In general, it is worn by the common people called cacah or somah. The styles of Iket Sunda have names associated with the natural environment of the Sundanese society, such as Barangbang Semplak or Mantokan, Parékos or Paros consisting of Parékos Nangka or Kebo Modol, Parékos Jéngkol, Lohen or Palten, Tutup Liwet or Duk Liwet. Besides that, they are familiar with the name Porténg and Kolé Nyangsang.

The study discusses again the design of Iket Sunda ever existed, the life system of the Sundanese people in the past and the record of Iket Sunda as the wealth of Sundanese culture. Besides that, it is also to understand to what extent the social function of Iket Sunda is to the society supporting it, increase the appreciation and general understand towards the design of Iket Sunda, also finding alternatives of efforts in the preservation of Iket Sunda.

The study uses cultural research method with a qualitative approach and based on descriptive analysis. The research on Iket Sunda is closely related to the history of Iket Sunda, the aesthetic in Iket Sunda, the cultural development as well as the behaviour of the people wearing it which influence the development of Iket Sunda from one period to another. The approach method in the research uses cultural transformation theory and value system shifts, with a consideration that Iket Sunda in the implementation has undergone changes in various aspects.

The research found that Iket Sunda is still worn as part of a complete daily attire in a small part of Sundanese society, especially Bandung and Sumedang. However, in general, Iket Sunda is worn as part of acomplete traditional clothing, dance costume and folklore performance clothing. The styles of Iket Sunda is now almost unknown to the Sundanese people. However, the styles still worn and known have undergone changes either in terms of shape, use of material, size of material, variety of decoration, colour, way of wearing, opportunity to wear it, or even more, the function, initially as part of a complete ettire which showed the identity of the wearer also to fulfill the value of courtesy, and now as an indicator which reflects Sundanese ethnic group to the wearer.

Keywords: iket Sunda, tradisional costume of Sundanese, headgear, cacah, somah, Barangbang Semplak or Mantokan, Parékos or Paros, Parékos Nangka or Kebo Modol, Parékos Jéngkol, Lohen or Paltén, Tutup Liwet or Duk Liwet. Porténg, Kolé Nyangsang.

(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i

LEMBAR PERUNTUKAN ii

PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS iii

PRAKATA iv

ABSTRAK vi

ABSTRACT vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR TABEL xvi

PEDOMAN TRANSLITERASI DALAM BAHASA SUNDA xvii

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang 1

I.2 Rumusan Permasalahan 4

I.3 Pertanyaan Penelitian 4

I.4 Batasan Penelitian 5

I.5 Tujuan Penelitian 6

I.6 Manfaat Penelitian 7

I.7 Asumsi Dasar 7

I.8 Metode Penelitian 7

1.8.1 Obyek Penelitian 8

1.8.2 Pengumpulan Data 9

1.9 Konsep Berfikir 10

1.10 Alur Penelitian 12

1.11 Sistematika Penulisan 13

BAB II TINJAUAN UMUM WILAYAH SUNDA PARAHYANGAN

2.1 Latar Belakang Sejarah 14

2.2 Keadaan Geografis 25

2.3 Batas Wilayah 29

2.3.1 Batas Administrasi Pemerintahan 29

2.3.2 Batas Bahasa 30

2.3.3 Batas Budaya 31

2.4 Kehidupan Masyarakat 31

2.4.1 Penduduk 31

2.4.2 Agama dan Kepercayaan 33

2.4.3 Ekonomi 33

2.4.4 Pendidikan 38

(10)

2.4.6 Folklor Sunda 41

2.4.6.1 Folklor Lisan 41

2.4.6.2 Folklor Sebagian Lisan 46

2.4.6.3 Folklor Bukan Lisan 49

BAB III TINJAUAN UMUM IKET SUNDA DI WILAYAH

PARAHYANGAN

3.1 Pengertian Iket Sunda 55

3.2 Sejarah Iket Sunda 57

3.3 Makna Iket Sunda 68

3.4 Fungsi Iket Sunda 71

3.5 Ukuran Kain yang digunakan untuk Iket Sunda 75

3.6 Ragam Hias pada Kain untuk Iket Sunda 76

3.6.1 Ragam Hias pada Iket Tengahan 77 3.6.2 Ragam Hias pada Iket Blumbungan 82 3.6.3 Ragam Hias pada Iket Byur 83 3.6.4 Ragam Hias pada Iket Kembangan 84 3.7 Pembagian Pola Hiasan di atas Bidang Kain untuk

Iket Sunda

85 3.7.1 Iket dengan Pola Byur 85 3.7.2 Iket dengan Pola Tengahan 86 3.7.3 Iket dengan Pola Blumbungan Membujur 86

3.7.4 Iket dengan Pola Membagi Bidang 87

3.7.5 Iket dengan Pola Pusat Lingkaran 87

3.7.6 Iket dengan Pola Pagi Sore 88 3.8 Warna Tradisional pada Kain Batik di Parahyangan 97 3.9 Iket sebagai Pelengkap Busana Tradisional Sunda 99

3.10 Perkembangan Iket Sunda 102

3.10.1 Masa Pembentukan Kabupaten-kabupaten Di Wilayah Parahyangan Hingga Masa Awal Kekuasaan Eropa di Wilayah Sunda (1620-1808)

103

3.10.2 Masa Awal Kolonial sampai Awal Pendudukan Jepang di Wilayah Sunda (1808-1942)

106 3.10.3 Masa Pendudukan Jepang (1942-1945) 115 3.10.4 Masa Republik Indonesia (1945-1965) 117 3.10.5 Masa Orde Baru Hingga Masa Reformasi

(1968-2006)

126 3.11 Trasformasi Budaya di Wilayah Parahyangan 129

3.12 Bagian-Bagian Iket Sunda 133

3.13 Bentuk-Bentuk Iket Sunda 135

3.13.1 Barangbang Semplak atau Mantokan 136

(11)

3.13.2.1 Parekos Nangka atau Kebo Modol 140

3.13.2.2 Parekos Jengkol 144

3.13.2.3 Lohen atau Palten 147

3.13.2.4 Tutup Liwet atau Duk Liwet 150

3.13.3 Porteng 153

3.13.4 Kole Nyangsang 156

3.14 Perkembangan Pengunaan Iket Sunda sebagai Pelengkap Busana Tradisional Pria di Wilayah Parahyangan

159

BAB IV ANALISIS PERGESERAN DESAIN IKET SUNDA

4.1 Analisis Karakteristik Bentuk Fisik Iket Sunda 172

4.2 Analisis Fungsi Iket Sunda 180

4.3 Analisis Warna Iket Sunda 181

4.4 Analisis Ragam Hias Iket Sunda 182

4.5 Analisis Bahan untuk Iket Sunda 184

4.6 Analisis Ukuran Kain yang digunakan untuk Iket Sunda

184

4.7 Analisis Cara Pakai Iket Sunda 184

4.8 Analisis Kesempatan Pemakaian Iket Sunda 184

BAB V KESIMPULAN 189

DAFTAR LAMPIRAN xviii

DAFTAR ISTILAH xx

(12)

DAFTAR GAMBAR

No.

Gambar Keterangan Hal.

I. 1 Diagram kerangka berfikir 10

I. 2 Diagram alur penelitian 12

II. 1 Naskah Perjanjian Sunda Kelapa tahun 1522 17

II. 2 Peta wilayah Sunda 30

II. 3 Bentuk arsitektur tradisional rumah Sunda 50

II. 4 Berbagai bentuk leuit 51

II. 5 Contoh busana ménak 53

II. 6 Busana Somah Wanita dari Kalangan Petani 53

III. 1 Teregos dan igal yang dipakai oleh orang Arab 56 III. 2 Teregos yang umumnya dipakai oleh masyarakat Sunda,

dibentuk dari samping sarung yang menyerupai cadar

56 III. 3 Dudukuy Toroktok tampak bagian permukaan (A) dan bagian

dalam (B)

60 III. 4 Dudukuy Cetok tampak bagian permukaan (A) dan bagian

dalam (B)

61 III. 5 Dudukuy model topi bergaya Eropa tampak bagian

permukaan(A) dan bagian dalam (B)

61 III. 6 Relief pada dinding Candi Borobudur yang memperlihatkan

penggunaan mahkota kebesaran

63

III. 7 Kuluk 64

III. 8 Higal yang dipakai salah satu ulama Islam 65

III. 9 Iket Wulung 66

III. 10 Contoh bentuk iket lengkap ( dengan ukuran saiket atau satotopong atau sekacu)

75

III. 11 Iket separon 76

III. 12 Tiga jenis hiasan pinggir dari luar ke dalam : sodo sakler, umpak dan modang

78

III. 13 Ragam hias pinggir cemukiran 78

III. 14 Berbagai hiasan Cemukiran yaitu cemukiran Solo, cemukiran Yogya, cemukiran Jawa Timur, cemukiran Yogya dan cemukiran Solo

79

III. 15 Hiasan modang 79

III. 16 Hiasan Kemada Sungging dan hiasan Kemada Satriya Manah

80 III. 17 Berbagai variasi hiasan Kemada yaitu Kemada Salangan, 80

(13)

Kemada Gendulan, Kemada Sekar Tala

III. 18 Berbagai variasi hiasan Kemada dan Poncot 80

III. 19 Contoh motif batik pada Iket Tengahan 81

III. 20 Contoh motif batik pada Iket Blumbungan 82

III. 21 Contoh motif batik pada Iket Byur 83

III. 22 Contoh motif batik Iket kembangan pagi sore atau dua wajah 84

III. 23 Pola dan Contoh Kain Iket Byur 85

III. 24 Pola dan Contoh Kain Iket Tengahan 86

III. 25 Pola dan Contoh Kain Iket Blumbungan Membujur 86 III. 26 Pola dan Contoh Kain iket yang membagi bidang kain 87 III. 27 Pola dan Contoh Kain iket dengan pusat lingkaran 87

III. 28 Pola dan Contoh Kain iket pagi sore 88

III. 29 Persamaan ragam Hias Parang Rusak Barong dengan ragam hias Lereng Barong

90 III. 30 Persamaan ragam hias Lok Chan dengan ragam hias Manuk

Kembang

91 III. 31 Persamaan ragam hias Ceplok dengan ragam hias Kembang

Kapas

92 III. 32 Persamaan ragam hias Kawung Prabu dengan Kawung Écé 92 III. 33 Persamaan ragam hias Fajar Manyingsing dengan ragam

hias Merak Ngibing

93 III. 34 Persamaan ragam Hias Truntum dengan Katuncar Mawur 94 III. 35 Iket dengan warna hitam putih syang berfungsi sebagai tolak

bala

98 III. 36 Berbagai bentuk iket atau totopong di wilayah Sunda 101 III. 37 Macam-macam bendo damelan priyayi se-Tatar Sunda 109 III. 38 Berbagai jenis iket, udeng dan bendo damelan yang dipakai

pegawai urusan desa beserta kepala desa di Kewedanaan Cicalengka tahun 1951

109

III. 39 Busana anak sekolah berdasarkan ilustrasi dari buku Penjaga Diri (1914) yang terdiri dari iket, baju takwa, samping tanpa alas kaki

112

III. 40 Busana pria dewasa pada tahun 1914 berdasarkan ilustrasi dari buku Penjaga Diri, yang terdiri dari iket, baju takwa beuheung nangtung, samping poleng dan tarumpah

113

III. 41 Busana guru dan murid berdasarkan ilustrasi dalam buku Roesdi jeung Misnen (1922)

113 III. 42 Busana yang digunakan para calon menak, murid OSVIA di

Bandung tahun 1913

114 III. 43 Para Pemimpin rakyat menggunakan kopiah atau peci hitam

sebagai pelengkap berbusana

117 III. 44 Busana resmi atau Pakaian Dinas Upacara Besar (PDUB)

Bupati Bandung R. Wiranatakusumah memerintah awal abad

(14)

ke-20

III. 45 Soeria kartalegawa saat berpidato memproklamasikan negara pasundan 4 mei 1947 di alun-alun bandung menggunakan bendo sunda dengan padanan pantalon, jas, kemeja dan dasi

120

III. 46 Bendo Sunda dan bagian-bagiannya 122

III. 47 Busana anak sekolah dari golongan somah berdasarkan ilustrasi dari buku ganda sari (1949)

125 III. 48 Busana guru dan murid-murid pada tahun 1949 berdasarkan

ilustrasi dalam buku matahari terbit i

125 III. 49 Model iket Sunda yang dipakai penari jaipong pria 127 III. 50 Model iket Sunda pada busana tari rakyat kontemporer 127 III. 51 Model iket Sunda yang dipakai para pemain kesenian rakyat 128

III. 52 Iket Sunda dengan bagian-bagiannya 134

III. 53 Langkah ke-1 cara membuat iket Barangbang Semplak 136 III. 54 Langkah ke-2 cara membuat iket barangbang semplak 137 III. 55 Langkah ke-3 dan 4 cara membuat iket barangbang semplak 137 III. 56 Langkah ke-5 cara membuat iket barangbang semplak 138 III. 57 Langkah ke-6 cara membuat iket barangbang semplak 138 III. 58 Langkah ke-7 cara membuat iket barangbang semplak 139 III. 59 Model iket barangbang semplak tampak dari depan 139 III. 60 Langkah ke-1 cara membuat iket parékos nangka 140 III. 61 Langkah ke-2 cara membuat iket parékos nangka 141 III. 62 Langkah ke-3 dan 4 cara membuat iket parékos nangka 141 III. 63 Langkah ke-5 dan 6 cara membuat iket parékos nangka 142 III. 64 Langkah ke-7 cara membuat iket parékos nangka 142 III. 65 Langkah ke-7 dan 8cara membuat iket parékos nangka 143 III. 66 Model iket parekos nangka tampak dari depan, 143 III. 67 Langkah ke-1 cara membuat iket parékos jéngkol 144 III. 68 Langkah ke-2 cara membuat iket parékos jéngkol 144 III. 69 Langkah ke-3 dan 4 cara membuat iket parékos jéngkol 145 III. 70 Langkah ke-5 dan 6 cara membuat iket parékos jéngkol 145 III. 71 Langkah ke-7 cara membuat iket parékos jéngkol 146 III. 72 Langkah ke-8 cara membuat iket parékos jéngkol 146 III. 73 Model iket parékos jéngkol tampak dari depan 147 III. 74 Langkah ke-1 cara membuat iket lohén atau paltén 147 III. 75 Langkah ke-1 cara membuat iket lohén atau paltén 148 III. 76 Langkah ke-3 dan 4 cara membuat iket lohén atau paltén 148 III. 77 Langkah ke-5 dan 6 cara membuat iket lohén atau paltén 149 III. 78 Langkah ke-7 cara membuat iket lohén atau paltén 149 III. 79 Model iket lohen atau palten tampak dari samping dan

belakang

150 III. 80 Langkah ke-1 cara membuat iket tutup liwet 151 III. 81 Langkah ke-2 cara membuat iket tutup liwet 151

(15)

III. 82 Langkah ke-4 cara membuat iket tutup liwet 152 III. 83 Langkah ke-5 cara membuat iket tutup liwet 152 III. 84 Langkah ke-5 dan 6 cara membuat iket tutup liwet 152 III. 85 Langkah ke-7 cara membuat iket tutup liwet 153

III. 86 Model iket tutup liwet tampak dari depan 153

III. 87 Langkah ke-1 cara membuat iket porténg 154

III. 88 Langkah ke-2 cara membuat iket porténg 154

III. 89 Langkah ke-3,4 dan 5 cara membuat iket porténg 155

III. 90 Langkah ke-6 cara membuat iket porténg 155

III. 91 Model iket porténg tampak dari depan 156

III. 92 Langkah ke-1 cara membuat iket kolé nyangsang 156 III. 93 Langkah ke-2 cara membuat iket kolé nyangsang 157 III. 94 Langkah ke-2 cara membuat iket kolé nyangsang 157 III. 95 Langkah ke-5 dan 6 cara membuat iket kolé nyangsang 158 III. 96 Langkah ke-7 cara membuat iket kolé nyangsang 158 III. 97 Model iket kole nyangsang tampak dari depan 159 III. 98 Contoh busana tradisional pria sunda dari kalangan cacah

atau somah cacah atau somah cacah atau somah cacah atau somah yang terdiri dari kampret warna putih atau hitam, celana serewal putih atau hitam, dan totopong

164

III. 99 Contoh alas kaki tradisional sunda (gamparan) yang dipakai cacah atau somah

164 III. 100 A. Kampret, B. Baju kurung atau salontreng 165

III. 101 Baju takwa 165

III. 102 Sampir 166

III. 103 Cara memakai iket apabila duduk di kursi 169 III. 104 Cara memakai iket apabila duduk di lantai kain dijepit

dengan ibu jari kaki

169

IV 1 Berbagai model iket Barangbang Semplak 174

IV 2 Model iket Kole Nyangsang yang dikenal sekarang 175 IV 3 Berbagai bentuk iket sunda model parekos yang digunakan

para saehu pada upacara ngalaksa 6-12 juli 2006 di desa rancakalong sumedang

176

IV 4 Busana yang digunakan salah satu saehu pada upacara ngalaksa 6-12 juli 2006 di desa rancakalong sumedang

177

IV 5 Mahasiswa memakai berbagai iket Sunda 178

IV 6 Beberapa bentuk iket sunda yang digunakan pada busana tari pertunjukan

179 IV 7 Salah satu tari pertunjukan rakyat dimana penari pria

menggunakan iket sebagai kelengkapan busananya

179 IV 8 Busana tari rakyat yang menggunakan iket yang motif

kainnya disesuaikan dengan motif kain sarung

(16)

IV. 9 Model iket siap pakai untuk tokoh ménak dengan hiasan berupa payet dan mute serta penggunaan kain yang mengkilap. Tampak pada gambar iket dilihat dari belakang, depan, dan samping

183

IV 10 Model iket tutup liwet yang dibuat siap pakai dan digunakan oleh tokoh ki lengser dalam upacara adat sunda

(17)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Keterangan Hal.

III.1 Pemetaan motif kain batik untuk iket Sunda berdasarkan topografi wilayah Sunda

96

III.2 Simbol warna bagi masyarakat Sunda 98

III.3 Paduan busana untuk kesempatan sekolah dan bekerja sebagai pegawai pemerintah

14

IV.1 Karakteristik Bentuk Fisik Iket Sunda 173

IV.2 Pemetaan desain iket Sunda berdasarkan pembabakkan waktu 186 IV.3 Pemetaan pemakaian iket Sunda berdasarkan karakteristik

bentuk fisik, fungsi pemakaian, warna, ragam hias, bahan, ukuran, cara pakai dan kesempatan pemakaian

Referensi

Dokumen terkait

sungai yang mengandung lumpur. Bagaimana cara yang Anda lakukan agar dapat menanak nasi?.. 4) Mengapa campuran koloid umumnya memberikan warna, tidak seperti larutan yang sering

daerah pengeboran minyak yang tampak sebagai emisi gas bakar yang dilepas ke lingkungan melalui sebuah pipa yang tingginya sekitar 8 m di atas permukaan tanah. Nyala-api

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id.. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Title Sub Title Author Publisher Publication year Jtitle Abstract Notes Genre URL.. Powered by

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif (mixed methode) dengan metode survei. Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang

Accordingly, the organizational change leading to gender- responsive schools in strategic dimension is not done in the schools’ vision, but in positions, programs

Melihat dari beberapa aspek yang dilakukan di rumah (Frekuensi membaca buku orangtua, strategi membaca ibu, kesenangan atau antusisas anak belajar membaca,

Dari hasil perhitungan dan pengujian terhadap generator tipe aksial fluks 3 fasa kecepatan rendah yang digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga angin yang telah di uji,