• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH PERAN KONSELING TERHADAP PERLINDUNGAN PEREMPUAN. Diajukan memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Genap. Mata kuliah : Bahasa Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH PERAN KONSELING TERHADAP PERLINDUNGAN PEREMPUAN. Diajukan memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Genap. Mata kuliah : Bahasa Indonesia"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

PERAN KONSELING TERHADAP

PERLINDUNGAN PEREMPUAN

Diajukan memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Genap

Mata kuliah : Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Bu Alfu Nikmah,

Oleh : Jarwati (1440110090)

JURUSAN DAKWAH / PRODI BIMBINGAN KONSELING ISLAM KELAS C SEMESTER GENAP

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS TAHUN AKADEMIK 2015/2016

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, rasa syukur penulis kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan baik.

Sholawat serta salam mudah-mudahan tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan umatnya.

Suatu kebahagiaan yang tiada ternilai bagi penulis yang telah mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul : Peran Konseling Terhadap Perlindungan Perempuan.

Pada kesempatan ini tak lupa penulis sampaikan ucapan rasa terima kasih kepada yang terhormat :

1. Ketua Jurusan Dakwah dan Komunikasi Prodi Bimbingan Konseling Islam STAIN Kudus yang telah memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah guna melengkapi Tugas Ujian Akhir Semester genap Mata Kuliah Bahasa Indonesia.

2. Ibu Alfu Nikmah,. selaku Dosen pengampu Mata Kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberi dukungan semangat kepada penulis untuk mengumpulkan data-data, sehingga penulisan karya tulis ilmiah ini dapat terseleaikan dengan baik.

3. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

Oleh karena itu keterbatasan waktu dan kemampuan penulis, kaya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang konstruktif sangat diharapkan demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Akhir dari segalanya ridhlo Allah SWT semoga karya tulis ilmiah ini ada manfaatnya bagi penulis dan para pembacanya.

(3)

DAFTAR ISI COVER DEPAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Pembahasan Masalah 1.5 Manfaat Penelitian BAB II KERANGKA TEORI

2.1 Definisi

2.1.1 Pengertian Gender 2.1.2 Pengertian Konseling 2.1.3 Tentang Feminisme

2.2 Tujuan Konseling Terhadap Perlindungan Perempuan

2.2.1 Deklarasi Penghapusan kekerasan terhadap Perempuan 2.2.2 Kebebasan Perempuan Dari Kekerasan

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 3.2 Saran-Saran DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Adanya perlindungan terhadap perempuan di latar belakangi oleh adanya tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seseorang yang mengalami gejala jiwa negatif. Di samping itu pula, adanya isu dan kesetaraan gender yang menjadi salah satu faktor melindungi perempuan dari berbagai macam intimidasi serta pemenuhan hak-hak perempuan yang belum terwujud.

Dalam perlindungan perempuan, seorang konselor, terapis, psikiater serta praktisi ilmu sosial lainnya, diperlukan ikut berperan dalam perlindungan perempuan. Adanya fakta, data, serta fenomena sosial negatif yang kerap terjadi pada perempuan, menimbulkan gerakan-gerakan dan pembangunan instansi yang mengacu pada perempuan.

Namun, adanya lembaga serta undang-undang perlindungan terhadap perempuan, kurang maksimal. Sebab, mengacu pada fakta yang terjadi di masyarakat, hak-hak kebebasan bersuara serta kekerasan seksual pada perenpuan belum sepenuhnya terhapuskan.

Tindakan-tindakan intimidasi, diskriminasi terhadap perempuan menimbulkan gejala psikis yang miris dan ironis. Maka, dilihat dari fenomena sosial, data serta fakta di masyrakat, dalam pemenuhan tugas Karya Tulis Ilmiah pemenuhan tugas Ujian Akhir Semester genap, penulis mengambil tema sekaligus judul “Peran Konseling Terhadap Perlindungan Perempuan”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana upaya perlindungan terhadap perempuan? 2. Bagaimana data dan fakta kekerasan terhadap perempuan? 3. Bagaimana peran konseling terhadap perlindungan perempuan? 4. Bagaimana Sistem Pembedaan Seks/Gender?

(5)

1.3 Tujuan Penulisan

1. Sebagai pemenuhan tugas Ujian Akhir Semester Genap mata kuliah Bahasa Indonesia Jurusan Dakwah program studi Bimbingan Konseling Islam. 2. Pemberdayaan perempuan melalui konseling.

3. Sebagai upaya maupun rujukan perlindungan perempuan bersama masayarakat secara luas.

4. Mewujudkan Indonesia BERAGAM (Berdaulat, Bersih, Sejahtera, Adil Gender dan Majemuk). Menghargai keberagaman.

1.4 Pembahasan Masalah

Pembahasan masalah dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah mengenai “Peran Konseling Terhadap Perlindungan Perempuan”.

1.5 Manfaat penelitian

1. Menambah wawasan berdasarkan data dan fakta mengenai berbagai macam tindak kekerasan terhadap perempuan.

2. Sebagai bahan referensi dan acuan bagi penulis lain, yang melakukan pengumpulan data maupun penelitian sesuai dengan konteks yang dilakukan oleh penulis.

3. Menjadi bahan pokok bagi konselor, psikiater, terapis, praktisi sosial dalam mengelola perlindungan terhadap perempuan.

(6)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Definisi

2.1.1 Pengertian Gender

Secara bahasa, kata gender (baca jender) berasal dari bahasa Inggris berarti jenis kelamin. Dalam Womens Studies Encyclopedia, sebagaimana dikutip oleh Mufidah Ch, dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep cultural, berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.

Sedangkan pengertian jenis kelamin adalah penafsiran atau pembagian dua jenis kelamin yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya bahwa manusia laki-laki adalah manusia yang memiliki penis, sperma, jakun. Sedangkan perempuan adalah manusia yang memiliki vagina, rahim, dan alat menyusui. Alat-alat tersebut melekat secara biologis yang bersifat permanen dan tidak dapat dipertukarkan dan itu semua merupakan pemberian Tuhan yang kemudian disebut sebagai kodrat.

Pentingnya pemahaman dan pembedaan antara konsep seks dan gender adalah dalam rangka melakukan analisis untuk memahami persoalan-persoalan ketidakadilan sosial khususnya yang menimpa kaum perempuan. Hal ini disebabkan karena ada kaitan yang erat antara perbedaan gender (gender differences) dan ketidakadilan gender (gender

inequalities) dengan struktur ketidakadilan masyarakat secara lebih luas.

2.1.2 Pengertian Konseling

Kata “konseling” mencakup bekerja dengan banyak orang dan hubungan yang muungkin saja bersifat pengembangan diri, dukungan terhadap krisis, psikoterapis, bimbingan atau pemecahan masalah. Tugas konseling adalah memberikan kesempatan pada “klien” untuk

(7)

mengeksplorasi, menemukan, dan menjelaskan cara hidup lebih memuaskan dan cerdas dalam menghaadapi sesuatu. (BAC, 1984).

Konseling mengindikasikan hubungan professional antara konselor terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individu ke individu, walaupun terkadang melibatkan lebih dari satu orang.

Dengan adanya pengertian koonseling, secara otomatis upaya perlindungan terhadap perempuan semakin efektif.

3.1.3 Tentang Feminisme

Pendekatan Beauvoir terhadap penubuhan dan resistensi terhadap sistem pembedaan seks/gender.

Dengan melihat pendekatan Beauvoir terhadap penubuhan, sangatlah sulit melihat bahwa dalam pandangannya perempuan adalah semata-mata objek laki-laki. Juga sangatlah sulit untuk melihat bahwa dalam pendekatan itu subjektivitas yang dialami perempuan harus diatribusikan kepada tubuhnya sebagai fakta biologis yang terlepas dari fakta bahwa seorang perempuan adalah makhluk sosial kultural.

Hubungan antara feminisme dengan pengertian gender serta definisi jenis kelamin, secara teori kita dapat menganalisis bahwa kesetaraan gender pada perempuan hanya mencari keadilan untuk terbebas dari prkatek-praktek kekerasan.

2.2 Tujuan Konseling Terhadap Perlindungan Perempuan

1. Pemahaman. Adanya pemahaman terhadap akar dan perkembangan kesulitan emosional.

2. Berhubungann dengan orang lain. Menjadi lebih mampu membentuk dan mempertahanakan hubungan yang bermakna dan memuaskan dengan orang lain; misalnya, dalam keluarga atau di tempat kerja. 3. Penerimaan diri. Pengembangan sikap positif terhadap diri.

4. Pencerahan. Membantu klien mencapai kondisi kesadaran spiritual yang lebih tinggi.

5. Memiliki ketrampilan sosial. Mempelajari dan menguasai ketrampilan sosial dan interpersonal.

6. Reproduksi (generativity) dan aksi sosial. Menginspirasikan dalam diri seseorang hasrat dan kapasitas untuk peduli terhadap orang lain.

(8)

Adanya tujuan dan peran konseling di atas, dapat meminimalkan terjadinya gejala jiwa secara teoritis maupun prkatis.

2.2.1 Deklarasi Penghapusan kekerasan terhadap Perempuan

(Diadopsi oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa pada tanggal 20 Desember 1993, GA Res 48/104).

Majelis Umum,

Menimbang, bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah penghambat bagi pencampaian persamaan, pembangunan dan perdamaian, sebagaimana dinyatakan dalam strategi Nairobi Menuju Masa Depan untuk kemajuan Perempuan yang merekomendasi seperangkat langakah-tindak untuk memberantas kekerasan terhadap perempuan, serta pelaksanaan menyeluruh Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan.

Menimbang, bahwa kekerasana terhadap perempuan adalah perwujudan dari ketimpangan hubungan kekuasaan antara kaum laki-laki dan perempuan sepanjang sejarah, yang mengakibatkan dominasi dan diskriminasi terhadap perempuan oleh laki-laki dan menghambat kemajuan mereka, dan bahwa kekerasan terhadap perempuan merupakan salah satu mekanisme sosial yang krusial, yang memaksa perempuan ada dalam posisi subordinasi dibandingkan dengan laki-laki.

Menyambut, peran yang dimainkan oleh gerakan perempuan dalam rangka meningkatkan perhatian pada sifat, kepelikan dan luasnya masalah kekerasan terhadap perempuan.

Pasal 1

Dalam Deklarasi ini, yang dimaksud “kekerasan terhadap perempuan” adalah setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat atau mungkin berakibat kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di ranah publik atau dalam kehidupan pribadi.

(9)

Maka jelas bahwa penghapusan tindak kekerasan terhadap perempuan, tidaklah sesuai dengan pasal 1 yang dinyatakan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa pada tanggal 20 Desember 1993, GA Res 48/104.

2.2.2 Kebebasan Perempuan Dari Kekerasan

Berlanjutnya berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan yang disebabkan oleh faktor-faktor sikap dan cara pandang seseorang atau kelompok terhadap orang lain, tafsir agama, adat, budaya, dan kebijakan-kebijakan yang diskriminatif, dibuktikan oleh fakta dan data :

1. Laporan perkembangan kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang diterbitkan oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan, Kepolisian Republik Indonesia serta laporan KOMNAS perempuan yang dikumpulkan dari berbagai organisasi perempuan, menunjukkan bahwa jumlah kasus kekerasan terus meningkat.

2. Tingginya kasus kekerasan seksual semakin mengkhawatirkan. Data KOMNAS Perempuan menyebutkan pada tahun 2013 terdapat 2.521 kasus kekerasan seksual.

3. Berdasarkan data (World Fertility Policies, United Nation) 2011 ada sekitar 16 juta orang yang menikah pada usia dini.

4. Kekerasan terhadap perempuan bersifat cultural. Terjadinya kekerasan akibat adanya tafsir agama yang digunakan sebagai pembenaran tindak kekerasan, praktek-praktek kebiasaan, tradisi dan adat.

5. Akses terhadap keadilan bagi perempuan miskin, dalam bentuk dukungan pendampingan dan bantuan hukum juga masih sangat terbatas.

Jika ditinjau kembali berdasarkan data dan fakta di atas mengenai praktek-praktek kekerasan terhadap perempuan, penanganan atas perlindungan tehadap perempuan, tidak sepenuhnya maksimal. Dengan adanya metode konseling, diharapkan mampu menjadi modal awal perlindungan terhadap perempuan.

*Contoh Studi Kasus Ketidakadilan terhadap perempuan di desa :

Pemberdayaan perempuan dan kaum marginal perempuan di desa-desa sangat minim fasilitas. Terpaksa, perempuan yang hanya berbekal lulusan SD serta SMP merantau menjadi TKI atau menjadi pembantu rumah tangga (PRT) di kota lain. Tidak sedikit perempuan yang pulang ke kampung halaman, pulang dengan

(10)

kondisi sangat tragis. Dari kematian yang masih menjadi misteri hingga hamil di luar nikah.

(11)

BAB III PENUTUP

Syukur Alhamdulillah segala puji bagi Allah, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak sekali kekurangannya meskipun penulis sudah berusaha semaksimal mungkin.

Menyadari akan keterbatasan kemampuan penulis, maka dalam Karya Tulis Ilmiah ini banyak kekurangannya dan penulis berharap saran dan kritikan yang membangun dari semua pihak demi sempurnanya Karya Tulis Illmiah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi diri penulis khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya. Dan dengan hati terbuka kepada semua pihak penulis senantiasa kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

3.1 Kesimpulan

Dari hasil deskripsi teori variabel di atas berdasarkan data serta fakta, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Deklarasi Penghapusan kekerasan terhadap Perempuan

(Diadopsi oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa pada tanggal 20 Desember 1993, GA Res 48/104).

2. Gender adalah suatu konsep cultural, berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.

3. Pengertian jenis kelamin adalah penafsiran atau pembagian dua jenis kelamin yang ditentukan secara biologis.

4. Tujuan Konseling Terhadap Perlindungan Perempuan. Adanya pemahaman terhadap akar dan perkembangan kesulitan emosional.

(12)

5. Berlanjutnya berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan yang disebabkan oleh beberapa faktor-faktor yang dibuktikan oleh data dan fakta.

6. Peran Konseling atau konselor dalam upaya perlindungan perempuan sangatlah efektif dan harus dimaksimalkan.

4.2 Saran

1. Mengedepankan nilai moral dalam upaya perlindungan terhadap perempuan dari berbagai aksi kekerasan maupun ancaman-ancaman dari perilaku yang tidak adil.

2. Tenaga pendidik seperti guru, dosen, doctor, professor, memaksimalkan dan berperan aktif secara sukarela dalam perlindungan perempuan.

3. Gerakan perempuan untuk Indonesia merekomemdasikan agar masyarakat luas tidak semakin mendeskriminasi korban kekerasan.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Ridwan,M.Ag.2006.Kekerasn Berbasis Gender.Pusat Studi Gender STAIN Purwokerto: Purwokerto.

Pusat Kajian Wanita dan Gender, Universitas Indonesia.2004.Hak Azasi Perempuan

Instrumen Hukum untuk Mewujudkan Keadilan Gender.Yayasan Obor Indonesia: Jakarta.

John McLeod.2006.Konseling(Teori dan Studi Kasus).Kencana Prenda Media Group: Jakarta.

Tim Penyusun 10 Agenda Politik Perempuan.2013.10 Agenda politik Perempuan

Mewujudkan Indonesia Beragam.Indonesia Beragam kerjasama Yayasan Kalyanamitra :

Jakarta.

Jarwati.2014.Imaji Kepemimpinan Perempuan: Bunga Rampai Tulisan dalam Jika

Aku Lurah 2020.Indonesia Beragam kerjasama Yayasan Kalyanamitra : Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Ayat 2 Yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi penyelenggara adalah peraturan yang mengatur penyelenggara, misalnya pegawai negeri sipil diatur

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa bakteri kitinolitik yang diisolasi dari cangkang rajungan ( Portunus pelagicus )

dan inspirasi setiap kegiatan, pendidikan akan menempati posisi strategis melampaui pendidikan lainnya yang tidak bersumber pada kitab suci.[82] Konsep ini mempertegas bahwa

Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya upaya pembiasaan karakter cinta tanah air oleh siswa melalui program sekolah yang bertujuan untuk menguatkan dentitas bangsa. Bentuk

Senyawa alelokimia pada ekstrak daun sembung rambat sudah mampu memberikan pengaruh menghambat berat basah maman ungu pada konsentrasi yang rendah (Tabel 5.),

- Kepala Bidang Program DISPERINDAGASKAR RW 29 Rawabadak - Kepala Bidang Perindustrian DISPERINDAGASKAR RW 30 Rawabadak - Kepala Bidang Perdagangan DISPERINDAGASKAR -

Menurut Koentjaraningrat (2009:230) ada empat unsur pokok dari religi pada umumnya ialah: 1) Emosi keagamaan atau getaran jiwa, yang menyebabkan manusia

Atas dasar latar belakang yang dikemukakan di atas, pertanyaan utama yang muncul adalah: “Bagaimana diversifikasi kurikulum di bumi Nusantara tercinta ini diwujudkan?”. Apabila