• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN KARTU PEMBAYARAN ELEKTRONIK Di Propinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN KARTU PEMBAYARAN ELEKTRONIK Di Propinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH SRIDAWATI

H14102014

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

(2)

Jawa Barat (dibimbing oleh RINA OKTAVIANI).

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang sangat berarti terhadap kehidupan dan perilaku masyarakat. Saat ini masyarakat menginginkan semua kegiatan menjadi lebih efisien, cepat, dan akurat. Tuntutan ini juga berlaku pada sistem pembayaran, masyarakat menghendaki sistem pembayaran yang lebih baik dari sistem pembayaran yang dulu seperti pembayaran langsung secara tunai dan paper based (contohnya: cek).

Tuntutan masyarakat ini dapat terjawab dengan adanya teknologi baru yaitu sistem pembayaran elektronik. Pembayaran dengan menggunakan kartu elektronik (kartu kredit, kartu debet, kartu ATM) akan meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan lebih efisien, cepat, akurat, sehingga akan meningkatkan produktivitas. Sebelum menggunakan suatu produk baru biasanya masyarakat akan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari produk tersebut. Perilaku dari masyarakat dalam merespon produk akan berbeda sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya.

Berdasarkan permasalahan perbedaan karakteristik masyarakat tersebut maka penulis tertarik untuk menelitinya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat terhadap penggunaan kartu pembayaran elektronik dan menganalisis berapa besar peluang yang dimiliki oleh masyarakat dengan karakteristik tertentu untuk menjadi pengguna kartu pembayaran elektronik, dibandingkan masyarakat yang tidak mempunyai karakteristik tertentu tersebut.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil survei menggunakan kuesioner. Kuesioner ini disebarkan kepada masyarakat umum yang ditemui di berbagai lokasi seperti pusat perbelanjaan, rumah sakit, perkantoran dan tempat lainnya. Objek dari kuesioner ini adalah 120 orang masyarakat umum yang meliputi 60 orang di propinsi Jakarta dan 60 orang di propinsi Jawa Barat. Usia responden dibatasi dari 18 tahun sampai 60 tahun. Pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan metode stratifikasi (stratified random sampling), dimana responden dibagi-bagi dalam lapisan-lapisan (strata) yaitu menjadi; nasabah bank yang menggunakan kartu pembayaran elektronik; nasabah bank yang tidak menggunakan kartu pembayaran elektronik; dan bukan nasabah bank. Berdasarkan daerah (ibu kota propinsi dan bukan ibu kota propinsi) responden juga dikasifikasikan, yaitu responden yang tinggal di ibu kota propinsi dan responden tidak tinggal di ibu kota propinsi.

Variabel-variabel yang dijadikan peubah bebas adalah jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan rata-rata per bulan, tabungan, pengeluaran rata-rata per bulan, lokasi, teknologi, motivasi, dan sumber informasi.

(3)

elektronik, diantaranya; jenis kelamin, umur, pendidikan, pendapatan rata-rata per bulan, pengeluaran rata-rata per bulan, lokasi, teknologi dan motivasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketiga kartu bervariasi, pada kartu kredit variabel yang mempengaruhi penggunaannya adalah: pendidikan, pengeluaran rata-rata per bulan, dan teknologi. Kartu debet dalam penggunaannya dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, pendapatan dan motivasi, sedangkan faktor-faktor yang terbukti mempengaruhi kartu ATM adalah umur, pendidikan, pendapatan rata-rata per bulan, dan lokasi.

Penelitian ini juga menganalisis peluang antara variabel yang mempengaruhi penggunaan kartu pembayaran elektronik. Diantaranya jenis kelamin yang berarti bahwa peluang masyarakat yang berjenis kelamin perempuan akan lebih besar bila dibandingkan dengan masyarakat yang berjenis kelamin laki-laki untuk menggunakan kartu pembayaran elektronik. Masyarakat yang berumur lebih muda juga terbukti mempunyai peluang yang lebih untuk menggunakan kartu pembayaran elektronik bila dibandingkan dengan masyarakat yang berumur lebih tua. Selain itu pendidikan, pendapatan rata-rata per bulan, pengeluran rata-rata per bulan, lokasi, teknologi dan motivasi yang berbeda juga memberi peluang yang berbeda, dimana masyarakat yang berpendidikan lebih tinggi, pendapatan rata-rata per bulannya lebih besar, pengeluaran rata-rata per bulannya lebih besar, bertempat tinggal di ibu kota propinsi, lebih mengenal teknologi, dan lebih memiliki motivasi akan memiliki peluang yang lebih besar untuk menggunakan kartu pembayaran elektronik bila dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki ciri kebalikannya.

(4)

Oleh SRIDAWATI

H14102014

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

(5)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Sridawati

Nomor Registrasi Pokok : H14102014 Departemen : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Preferensi Masyarakat terhadap Penggunaan Kartu Pembayaran Elektronik di Propinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat

Dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. NIP. 131 846 872

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan :

(6)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2006

Sridawati H14102014

(7)

Bengkulu. Penulis adalah bungsu dari tiga bersaudara, dari pasangan Syafril dan Darmainis. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar hingga SLTA di kampung halaman Sumatera Barat. Pada tahun 1996 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 10 Batangkapas, kemudian melanjutkan ke SLTPN 1 Batangkapas, penulis melanjutkan pendidikannya di SMUN 1 Batangkapas dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM). IPB menjadi pilihan penulis dalam melanjutkan pendidikan formal yang lebih tinggi dengan harapan memperoleh ilmu dan mengembangkan pola pikir, sehingga menjadi pribadi yang lebih baik. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi himpunan profesi (HIPOTESA) sebagai anggota departemen kewirausahaan. Penulis juga aktif di organisasi eksternal yaitu departemen kewirausahaan HMI Cabang Bogor Komisariat FEM, Kepala bidang Eksternal KOHATI HMI Cabang Bogor, dan Bendahara Umum HMI Cabang Bogor.

(8)

mempunyai karunia yang besar

(QS. Ali ‘Imran : 173-174)

Persembahan kecil untuk

Ayah, Mama, Bang Mon, dan Bang Anto

Salam buat sang fajar

Lihatlah hari ini

Sebab ia adalah kehidupan, kehidupan dari kehidupan

Dalam sekejap dia telah melahirkan berbagai hakikat dari wujudmu

Nikmat pertumbuhan

Pekerjaan yang indah

Indahnya kemenangan

Karena dari kemarin tak lebih dari sebuah mimpi

Dan esok harinya hanyalah sebuah bayangan

Namun hari ini ketika kamu hidup sempurna

Telah membuat hari kemarin sebagai impian yang indah

Setiap hari esok adalah bayangan yang penuh harapan

Maka lihatlah hari ini

Inilah salam untuk sang fajar

(Kalidasa)

(9)

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Preferensi Masyarakat terhadap Penggunaan Kartu Pembayaran Elektronik di Propinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat”. Penulisan skripsi ini dilakukan sebagai syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS yang telah memberikan bimbingan, serta dorongan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Noer Azam. A, selaku Penguji Utama, semua saran dan kritikkan beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Ibu Widyastutik, M.Si selaku Komisi Pendidikan, terutama atas perbaikan tata

cara penulisan skripsi ini.

4. Bapak Syamsul Hidayat Pasaribu, M.Si, atas pelajaran teori dan pengolahan data model regresi logistik.

5. Kedua orang tua penulis, Bapak Syafril dan Ibu Darmainis, serta kedua kakak penulis Hendrimon Syadri dan Hendrianto Syadri. Kasih sayang, doa, pengertian, dan dorongan mereka sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Sahabat-sahabat tersayang: Selda, Yeyen, dan Nina yang selama ini telah setia menemani dan berbagi bersama penulis.

7. Jummi Waldi, atas perhatian, pengertian, sharing, kritikan, support dan waktunya yang sangat berarti bagi penulis.

8. Teman-teman satu bimbingan: Yeyen, Galih dan Siera, untuk ide, semangat dan dorongan yang telah diberikan selama penyusunan skripsi ini.

9. Teman-teman IE’39 untuk kekompakan dan keceriaan yang dilalui bersama selama empat tahun di bangku kuliah.

(10)

11. Teman-teman pengurus HMI cabang Bogor yang telah memberi masukan positif, dan dorongan kepada penulis.

12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga karya ini bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2006

Sridawati H14102014

(11)

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi I. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Permasalahan ... 3 1.3 Tujuan Penelitian ... 6 1.4 Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PENELITIAN ... 7

2.1 Pengertian Perbankan ... 7

2.2 Sistem Pembayaran ... 7

2.2.1. Definisi Sistem Pembayaran ... 7

2.2.2. Evolusi Sistem Pembayaran ... 8

2.2.3. Karakteristik Sistem Pembayaran yang Efektif ... 11

2.2.4. Penyelenggara Sistem Pembayaran di Indonesia ... 13

2.3. Sistem Pembayaran Elektronik ... 15

2.3.1. Defenisi dan Karakteristik Sistem Pembayaran Elektronik .... 15

2.3.2. Peraturan Bank Tentang APMK ... 18

2.3.3. Manfaat Sistem Pembayaran Elektronik ... 20

2.4. Perilaku Konsumen dan Faktor yang mempengaruhi Preferensinya .. 22

2.4.1. Perilaku Konsumen ... 22

2.4.2. Proses Pengambilan Keputusan ... 22

2.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian ... 25

2.4.4. Preferensi Konsumen ... 28

2.4.5. Atribut Produk ... 30

2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi dan Penggunaan Elektronic Payment System ... 30

(12)

2.6. Peran Pemerintah dalam Elektronic Payment System ... 34

2.7. Penelitian Terdahulu ... 37

2.8. Kerangka Pemikiran ... 39

III. GAMBARAN UMUM ... 41

3.1. Gambaran Sistem Pembayaran di Indonesia ... 41

3.2. Penyelenggara Jasa Pembayaran ... 41

3.2.1. Bank Indonesia dan Bank-bank Umum ... 42

3.2.2. Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) ... 43

3.3. Perkembangan Kartu Pembayaran Elektronik ... 44

IV. METODE PENELITIAN ... 47

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 47

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 48

4.3. Rancangan Penelitian ... 49

4.4. Metode Regresi Logistik ... 50

4.5. Model Penelitian ... 50

4.6. Uji Multicolinearity ... 51

4.7. Pengujian Keberartian Model ... 51

4.8. Uji Nyata Parameter ... 52

4.9. Interpretasi Koefisien ... 52

4.10. Metode Analisis ... 53

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 59

5.1. Deskripsi Responden ... 59

5.2. Hasil Regresi Logistik ... 63

5.2.1. Kartu Kredit ... 63

5.2.2. Kartu Debet ... 66

5.2.3. Kartu ATM ... 70

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

6.1 Kesimpulan ... 75

6.2 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1. Jumlah Pemegang Kartu Alat Pembayaran Bukan Tunai Elektronis ... 2

3.1. Perkembangan Kartu Kredit, Kartu Debet dan Kartu ATM ... 45

5.1. Jenis Kelamin Responden ... 60

5.2. Alternatif Estimasi Regresi Logistik Kartu Kredit ... 63

5.3. Hasil Akhir Regresi Logistik Kartu Kredit ... 64

5.4. Alternatif Estimasi Regresi Logistik Kartu Debet ... 67

5.5. Hasil Akhir Regresi Logistik Kartu Debet ... 67

5.6. Alternatif Estimasi Regresi Logistik Kartu ATM ... 71

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian ... 23

2.2. Kerangka Pemikiran ... 40

5.1. Persentase Usia Responden ... 60

5.2. Persentase Pendidikan Responden ... 61

5.3. Persentase Pendapatan Responden ... 61

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data yang digunakan dalam penelitian ... 82

2. Hasil Uji multicolinearity Kartu Kredit ... 85

3 Hasil Uji multicolinearity Kartu Debet ... 86

4. Hasil Uji multicolinearity Kartu ATM ... 87

5. Hasil regresi logistik kartu kredit ... 88

6. Hasil regresi logistik kartu debet... 93

(16)

Pembangunan ekonomi nasional yang berhasil di Indonesia memerlukan berbagai prasyarat, salah satunya adalah keterlibatan sektor moneter dan perbankan. Perkembangan sektor perbankan biasanya sejalan dengan kemajuan teknologi. Electronic payment system merupakan penerapan teknologi pada sistem pembayaran agar aktifitas perbankan lebih cepat, tepat, akurat yang akhirnya akan meningkatkan produktifitas perbankan.

Sebelumnya sistem pembayaran yang lazim digunakan adalah paper based

payment, yang merupakan sistem pembayaran yang dilakukan secara manual

dimana pembayar dan penerima bertransaksi secara langsung, contohnya cek dan giro. Sistem pembayaran ini pun berkembang menjadi electronic payment system, dimana sistem pembayaran elektronik ini memanfaatkan teknologi dalam bertransaksi, misalnya kartu debet dan kartu kredit.

Dari penelitian sebelumnya diskusi mengenai electronic payment system berkisar pada potensi kebijakan publik yang difokuskan pada sisi penawaran pasar. Sebaliknya juga dibahas dari sisi permintaan pasar, misalnya; Apakah tipe produk tersebut diminati oleh konsumen? Apa karakteristik produk dan pelayanan yang diharapkan konsumen? Bagaimana caranya agar konsumen dapat mengadopsi teknologi elektronik tersebut dengan cepat? (Kennickell and Kwast, 1997).

Pada tahun 2004, Banksys yang merupakan operator EFTPOS (Electronic

(17)

suatu komisi khusus yang melakukan survei pada 1008 orang konsumen di negara tersebut. Sekarang ini sebagian pengguna paper based payment berdasarkan data survei menunjukkan bahwa mereka mengadopsi dan menggunakan debet cards,

credit cards, electronic money, dan retailer cards.

Di Indonesia juga terjadi peningkatan kebutuhan akan suatu alat pembayaran yang lebih efisien dan cepat. Alat pembayaran elektronik adalah solusinya, berikut Tabel 1.1 akan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pemegang kartu alat pembayaran tunai di Indonesia.

Tabel 1.1. Jumlah Pemegang Kartu Alat Pembayaran Bukan Tunai Elektronik Tahun Kartu Kredit Kartu

Debet Kartu Smart

Kartu ATM EFT/ POS 1998 2.028.442 5.374.376 83.190 13.169.663 46.652 1999 2.043.846 12.110.970 29.918 16.195.251 53.322 2000 2.622.604 13.103.676 25.075 18.786.094 61.934 Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia (2000,2001)

Pada Tabel 1.1 dapat dilihat jumlah pemegang kartu terbesar adalah ATM yaitu sebesar 18.786.094, kemudian kartu debet sebesar 13.103.676, selanjutnya kartu kredit sebesar 2.622.604, serta menyusul EFT/POS dan kartu smart masing-masing sebasar 61.934 dan 25.075. Melihat jumlah pemegang kartu alat pembayaran tunai yang semakin meningkat, menarik untuk dianalisis lebih lanjut perkembangannya. Penelitian mengenai alat pembayaran non tunai elektronik menarik diteliti karena teknologi menyediakan metode pembayaran elektronik yang memudahkan masyarakat, dan metode elektronik ini juga mempengaruhi pendapatan dari institusi keuangan/perbankan (Mantel, 2000).

Penggunaan metode Elektronic Payment System berarti melibatkan

(18)

Amerika Serikat), sehingga perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik masyarakat tersebut (Hayashi dan Klee, 2003).

1.2. Permasalahan

Menurut Bank Indonesia (2004), Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) adalah seluruh instrumen sistem pembayaran yang pada umumnya berbasis kartu antara lain: kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM), kartu kredit, kartu debet, serta jenis kartu lain yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran seperti misalnya kartu smart, e-wallet, serta beberapa alat pembayaran lain yang dapat dipersamakan dengan kartu. Dimana untuk menggunakan kartu-kartu tersebut masyarakat harus mampu dan bersedia untuk mengadopsi teknologi tersebut (Mantel, 2000).

Menurut Global Insight (2003), pengadopsian sistem pembayaran elektronik akan meningkatkan penjualan barang dan jasa, menurunkan penghalang langsung terhadap kredit dan likuiditas uang, serta menurunkan penghalang geografis dalam perdagangan dan transaksi perekonomian.

Dewasa ini kartu pembayaran elektronik di dunia mengalami booming, termasuk di Indonesia. Peningkatan penggunaan kartu pembayaran elektronik dapat dilihat pada Tabel 1.1. Telah banyak penelitian sebelumnya yang meneliti tentang kartu pembayaran elektronik, salah satunya operator EFTPOS di Belgia yang telah melakukan survei pada masyarakat setempat untuk melihat preferensi masyarakatnya terhadap penggunaan kartu pembayaran elektronik saat ini, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi tersebut berdasarkan perbedaan karakteristiknya.

(19)

Penelitian yang dilakukan oleh Kim et.al. (2005) di Amerika Serikat untuk mengidentifikasi masyarakat dalam mengadopsi teknologi baru (sistem pembayaran yang baru: kartu pembayaran elektronik). Penelitian difokuskan pada karakteristik dan perilaku masyarakat sebab masyarakat merupakan konsumen yang akan menggunakan kartu pembayaran elektronik tersebut.

Menurut Listfield dan Montes-Negret (1994), sistem pembayaran elektronik merupakan sistem pembayaran yang paling mendekati sistem pembayaran yang efektif, yang memiliki ciri adanya kecepatan pembayaran, kapastian pembayaran, keamanan, kenyamanan, dan biaya yang rendah. Ketika sebuah negara mengganti sistem pembayarannya secara total ke sistem pembayaran elektronik, diestimasi akan menghemat biaya transaksi sebesar $1,88 per orang per tahun atau 0,6 persen dari GDP per tahun (Humphrey, 2001).

Di Indonesia belum ada penelitian khusus tentang preferensi masyarakat terhadap penggunaan kartu pembayaran elektronik. Untuk itu penulis mencoba meneliti bagaimana preferensi masyarakat Indonesia terhadap penggunaan kartu pembayaran elektronik (kartu atau tunai), mengingat perkembangannya yang cukup pesat dari tahun ke tahun, (Tabel 1.1).

Penelitian ini dilakukan di propinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat. Dengan pertimbangan bahwa DKI Jakarta mempunyai nilai Produk Domestik Bruto (PDRB) paling besar yaitu 16,62 persen pada tahun 2003 dari total 30 propinsi (Biro Pusat Statistik, 2004). Penelitian dilakukan di propinsi DKI Jakarta (Jakarta Pusat dan Jakarta Timur). DKI Jakarta merupakan ibu kota negara Indonesia yang menjadi pusat aktifitas ekonomi masyarakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan

(20)

ekonomi yang baik akan berdampak baik pada kegiatan ekonomi, dengan demikian penggunaan kartu pembayaran elektronik akan meningkat.

Jawa Barat (Bandung dan Sumedang) merupakan propinsi yang mempunyai PDRB terbesar kedua setelah DKI Jakarta, yaitu sebesar 13,72 persen (Biro Pusat Statistik, 2004). Jawa Barat juga merupakan propinsi yang mengalami perkembangan pemakai kartu pembayaran elektronik yang sangat pesat. Menurut catatan Koordinator Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) Jawa Barat, jumlah pemakai kartu kredit di Jawa Barat pada tahun 2005 mencapai 40 persen dari pemakai kartu kredit di seluruh Indonesia yang berjumlah 6,5 juta. Sedangkan nilai transaksi kartu kredit Jawa Barat, antara 30-40 persen dari total nilai transaksi nasional.

Karakteristik masyarakat yang berbeda juga akan dijadikan sasaran penelitian, sebab masyarakat merupakan konsumen yang menentukan perkembangan kartu pembayaran elektronik selanjutnya. Preferensi masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, pada penelitian ini akan diteliti sebelas variabel yaitu: jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, tabungan, pengeluaran, lokasi, teknologi, motivasi, dan sumber informasi. Preferensi masyarakat ini akan mempengaruhi pengadopsian sistem pembayaran elektronik, dimana apabila penggunaan kartu pembayaran elektronik ini meningkat maka akan meningkatkan aktifitas perekonomian dan manfaat efisiensi bagi masyarakat. Penelitian ini dibatasi pada tiga kartu yaitu kartu kredit, kartu debet, kartu ATM, karena ketiga kartu ini paling banyak jumlah pemegangnya di Indonesia (Bank Indonesia, 2001).

(21)

Permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi preferensi masyarakat terhadap penggunaan kartu pembayaran elektronik?

2. Berapa besar peluang yang dimiliki oleh masyarakat dengan karakteristik tertentu untuk menjadi pengguna kartu pembayaran elektronik, dibandingkan masyarakat yang tidak mempunyai karakteristik tertentu tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat terhadap penggunaan kartu pembayaran elektronik.

2. Menganalisis berapa besar peluang yang dimiliki oleh masyarakat dengan karakteristik tertentu untuk menjadi pengguna kartu pembayaran elektronik, dibandingkan masyarakat yang tidak mempunyai karakteristik tertentu tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi otoritas moneter dalam menyusun kebijakan di bidang moneter, dan juga bagi perbankan dan masyarakat sebagai pelaku dari fasilitas sistem pembayaran elektronik. Sedangkan bagi pembaca berguna sebagai bahan referensi penelitian sejenis dan menambah pengetahuan di bidang ekonomi. Bagi penulis sendiri, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan serta menyelaraskan apa yang didapat selama kuliah dengan kenyataan di lapang.

(22)

Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 Pasal 1 tentang pokok-pokok Perbankan adalah, “lembaga keuangan yang usaha pokok-pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang”. Maksud lembaga keuangan menurut undang-undang tersebut adalah semua badan yang kegiatan-kegiatannya dalam bidang keuangan, menarik uang dari dan menyalurkannya ke dalam masyarakat.

Perbankan didefinisikan juga sebagai suatu badan yang memiliki tugas utama menghimpun dana dari pihak ketiga, sedangkan menurut Suyatno et.al. (1994), Perbankan adalah suatu badan yang berfungsi sebagai perantara untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada waktu yang ditentukan. Pengertian Perbankan yang lain yaitu bank adalah suatu lembaga keuangan yang tujuan utamanya adalah mencari keuntungan, keuntungan merupakan selisih antara pendapatan dan biaya. Pendapatan diperoleh dari hasil kegiatan yang berupa pemberian pinjaman dan pembelian surat-surat berharga, sedangkan biayanya berupa pembayaran bunga dan biaya-biaya lain dalam upayanya menarik sumber dana masyarakat (Nopirin, 1992)

2.2. Sistem Pembayaran

2.2.1. Definisi Sistem Pembayaran

Kondisi serta perilaku masyarakat untuk memegang uang terkait dengan sistem pembayaran yang dianut dalam perekonomiannya. Mereka akan lebih

(23)

memilih alat pembayaran yang paling murah biayanya dan paling nyaman digunakan. Carl Menger dalam Global Insight (2003) mengungkapkan bahwa nilai-nilai subjektif juga berperan dalam sistem pembayaran tidak hanya tergantung pada karakteristik objektifnya. Kajian ini merupakan kritikan kepada Adam Smith yang tidak menghitung nilai-nilai preferensi dari masyarakat, yang sebenarnya merupakan dasar dalam seluruh kegiatan perekonomian.

Meskipun terdapat berbagai redaksi yang berbeda, definisi mengenai sistem pembayaran dari berbagai ekonom memiliki makna yang sama. Menurut Listfield dan Montes-Negret (1994), sistem pembayaran adalah prosedur, peraturan, standar, serta instrumen yang digunakan untuk pertukaran nilai keuangan (financial value) antara dua pihak yang terlibat untuk melepaskan diri dari kewajiban. Sementara itu, Mishkin (2001) mengungkapkan secara sederhana bahwa sistem pembayaran adalah metode untuk mengatur transaksi dalam perekonomian.

2.2.2. Evolusi Sistem Pembayaran

Seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan perekonomian, hampir berabad-abad lamanya sistem pembayaran telah berevolusi. Dalam perekonomian yang masih terbelakang, masyarakat mempergunakan cara barter. Transaksi secara barter merupakan akar dari evolusi sistem pembayaran. Karena barter menghadapi masalah kesetaraan nilai, maka dipergunakanlah commodity

money berupa emas atau perak serta koin. Masalah ini muncul setelah adanya

kesadaran masyarakat bahwa transaksi akan semakin efektif dan efisien apabila masyarakat mempergunakan “sesuatu” yang digunakan sebagai alat pembayaran.

(24)

Karena emas dan perak tidak praktis, maka evolusi ini berlanjut dengan penggunaan uang fiat (uang kepercayaan). Uang fiat adalah uang kertas yang diumumkan oleh pemerintah sebagai alat transaksi (Miskhin, 2001). Kelebihan dari uang kertas ini adalah lebih ringan daripada koin emas atau perak.

Pembayaran sistem barter, commodity money, serta uang fiat dapat

dikelompokkan menjadi sistem pembayaran tunai. Sistem pembayaran ini merupakan sistem pembayaran yang paling sederhana, dan paling banyak digunakan untuk sebagian besar transaksi dalam perekonomian, terutama di negara-negara berkembang. Sebab, dalam sistem pembayaran tunai dana dapat dengan mudah ditransferkan secara instan tanpa adanya biaya lain seperti waktu, transaksi, dsb (Listfield dan Montes-Negret, 1994).

Dalam kasus perekonomian Indonesia, untuk menjaga kualitas uang (uang kartal, uang fiat) yang beredar di masyarakat, Bank Indonesia mengeluarkan beberapa kebijakan. Kebijakan yang diambil tersebut adalah pengeluaran dan pengedaran uang emisi baru, serta melanjutkan program public education mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah (Bank Indonesia, 2004). Beberapa standar fisik keaslian uang kartal (fiat) untuk menjaga dari penyalahgunaan dan pemalsuan diantaranya adalah ukuran, bahan, warna kertas yang unik, denominasi uang, serta pengaman (tinta khusus, watermark, benang pengaman, gambar tembus pandang, microtext, dll).

Setelah penggunaan uang fiat semakin meluas, bukan berarti evolusi ini telah berhenti. Penggunaan uang kertas ini juga menyimpan berbagai biaya, dari keamanan, biaya transportasi, hingga biaya transaksi (pengenaan tarif dalam

(25)

transaksi). Uang fiat hanya bisa digunakan sebagai alat transaksi sepanjang adanya kepercayaan kepada lembaga yang berwenang mengeluarkannya dan pencetakannya sudah dalam tahap sukar untuk dipalsukan (Miskhin, 2001).

Oleh karena itu, pengembangan sistem pembayaran berlanjut dengan penggunaan cek. Alat pembayaran ini sempat meluas penggunaannya terutama di Amerika Serikat. Namun, seperti uang fiat ternyata penggunaan cek juga membutuhkan biaya. Beberapa jenis cek hanya bisa dicairkan dalam jangka waktu tertentu. Penggunaan cek juga memerlukan keterlibatan satu atau lebih bank, yaitu transfer dana deposito dari rekening bank pihak pembayar ke rekening bank penerima pembayaran. Dalam sistem pembayaran non tunai seperti cek, jumlah nominal dana yang ditransaksikan harus secara spesifik ditulis, begitupun juga nama pihak pembayar dan penerima pembayaran. Tidak seperti sistem pembayaran tunai, dalam penggunaan cek terjadi dua proses, yaitu aliran cek secara fisik, serta transfer dana yang digunakan dalam transaksi tersebut (Listfield dan Montes-Negret, 1994). Kedua proses ini membutuhkan biaya, waktu dan transportasi, karena cek bersifat front-office payments, yang hanya bisa dicairkan di kantor bank yang bersangkutan.

Berdasarkan hambatan biaya tersebut maka evolusi ini berlanjut hingga dikembangkannya sistem pembayaran yang berdasarkan elektronik. Perkembangan ini ditunjang pula dengan kemajuan teknologi komputer yang sedemikian cepat. Secara umum, penggunaan uang fiat serta cek yang berdasarkan kertas ternyata tidak praktis, tidak nyaman untuk dipegang, dibutuhkan biaya transportasi untuk melangsungkan transaksi antara pembayar (payer) dan

(26)

penerima pembayaran (payee). Sedangkan, sistem pembayaran elektronik terjadi antar bank tanpa adanya biaya pemrosesan seperti pada alat pembayaran berdasarkan kertas. Sistem pembayaran elektronik memiliki efektifitas khususnya dalam transaksi yang bervolume tinggi dengan nilai transaksi yang kecil, terutama dalam perekonomian yang sedang berkembang yang memiliki akses teknologi yang terbatas (Listfield dan Montes-Negret, 1994).

Pada dekade 1970-an dan 1980-an elektronifikasi dalam sistem pembayaran mulai berkembang. Alat pembayaran yang menggunakan kartu yang memudahkan masyarakat bertransaksi langsung di tempat penjualan (Point Of

Sale, POS) menjadi fenomena. Varian pertama dari alat pembayaran ini yang

mulai dikenal masyarakat adalah kartu kredit. Berawal dari kajian pemasaran yang cukup mendalam pada tahun 1958 Bank Of America mengenalkan kartu kredit (Global Insight, 2003). Untuk kepentingan ekspansi bisnis maka para penerbit Bank Americards mendirikan Visa pada tahun 1977. Penggunaan kartu kredit memungkinkan nasabah mendapatkan barang dan jasa secara kredit, dan melunasinya dengan cek atau rekeningnya yang berada pada bank pemegang lisensi penerbit kartu kredit tersebut (Visa, Mastercard, dll). Perkembangan ini terus berlanjut dengan penemuan varian-varian alat pembayaran elektronik lain seperti kartu debet, smart cards, internet banking, dll.

2.2.3. Karakteristik Sistem Pembayaran yang Efektif

Efektifitas dari suatu sistem pembayaran telah menjadi unsur yang sangat penting dalam perekonomian sekarang ini. Sistem pembayaran yang paling mendekatinya adalah sistem pembayaran elektronik. Berikut ini merupakan

(27)

kriteria umum efisiensi tersebut dapat dikatakan tercapai (Listfield dan Montes-Negret, 1994).

1. Kecepatan pembayaran. Setiap transaksi pembayaran memerlukan transfer dana yang efektif dan seketika, sebab kini waktu telah menjadi biaya yang sangat berpengaruh juga dalam transaksi pembayaran. Keterlambatan yang terjadi membuat ketidakpastian dalam penyelesaian transaksi, transfer dana, serta biaya imbangan dari penginvestasian modal untuk kegiatan perekonomian lain.

2. Kepastian pembayaran (certainty payments). Para pengguna suatu alat pembayaran harus yakin, bahwa pembayaran yang dilakukannya akan sampai pada tangan yang berhak. Jika keyakinan ini tidak ada maka mereka akan kembali pada sistem pembayaran tunai menggunakan uang koin dan uang fiat, daripada menggunakan sistem pembayaran non-tunai.

3. Keselamatan dan keamanan (safety and security)

ƒ Pengawasan dari penggelapan. Sistem pembayaran harus didesain sedemikian rupa dengan adanya pengawasan yang cukup untuk menjamin dari adanya penggelapan dan akses yang tak resmi terhadap data sistem pembayaran.

ƒ Pengawasan resiko kredit. Dalam beberapa kejadian sehari-hari, sering kali didengar adanya penguna kartu kredit tidak memiliki saldo yang cukup di bank. Keadaan ini terjadi karena pihak penerima pembayaran (ritel, dsb) tidak mengetahui apakah pihak pembayar (pemilik kartu kredit)

(28)

memiliki rekening yang cukup untuk membayar barang dan jasa yang ditransaksikan. Seharusnya resiko kredit harus diantisipasi semenjak awal. ƒ Kepercayaan. Masyarakat luas harus percaya bahwa data sistem

pembayaran terlindungi dan tidak akan diakses informasinya oleh sumber yang tidak resmi. Data tersebut seharusnya terlindungi baik selama transaksi maupun sesudahnya.

4. Kenyamanan (convenience). Suatu sistem pembayaran harus membuat para pengguna menjadi lebih nyaman, baik untuk memegang maupun melakukan transaksi dengan alat pembayaran tersebut.

5. Biaya. Perekonomian membutuhkan sistem pembayaran yang memiliki biaya paling rendah pada semua aspek.

2.2.4. Penyelenggara Sistem Pembayaran di Indonesia

Secara umum sistem pembayaran di Indonesia masih didominasi oleh pembayaran berbasis warkat (paper-based payment system). Seiring dioperasikannya sistem BI-RTGS/ Bank Indonesia – Real Time Gross Settlement (sistem transfer dana bernilai besar yang harus melalui proses settlement di BI) pada bulan November 2000 maka sistem pembayaran elektronik menjadi lebih berkembang dan mengambil peranan penting. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya penggunaan pembayaran melalui EFTPOS pada berbagai pusat perbelanjaan dan ritel, serta makin maraknya penggunaan fasilitas ATM dibandingkan dengan penarikan secara tunai pada counter bank.

Dasar hukum dari sistem pembayaran nasional Indonesia adalah KUHD (Kitab Undang-undang Hukum Dagang) dan UU No. 3 tentang Bank Sentral

(29)

tahun 2004. Ditegaskan dalam undang-undang tersebut bahwa tugas dan peran Bank Indonesia adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Ketiga tugas pokok tersebut merupakan tujuan perantara dalam merealisasikan tujuan utama Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

Lembaga yang melayani jasa pembayaran di Indonesia dapat digolongkan sebagai bank dan lembaga keuangan bukan bank. Kondisi dan karakteristik dari masing-masing lembaga tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bank Indonesia dan Bank-Bank Umum

Perbankan Indonesia terdiri dari Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral di Indonesia, bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Meskipun demikian, jasa pembayaran hanya disediakan oleh BI dan bank umum.

Saat ini BI adalah penyedia utama dari fasilitas kliring dan setelmen antar-bank. Sistem kliring di BI ini terbagi atas sistem elektronik, otomasi, semi otomasi, dan manual. Sistem kliring elektronik memungkinkan bank untuk mengirimkan data transaksinya secara elektronik dari komputer yang ada di peserta kepada komputer penyelenggara (BI); sistem ini diterapkan di Jakarta. Sistem kliring elektronik memproses warkat kliring dengan mesin baca pilah

(reader sorter), diterapkan di Medan, Surabaya, dan Bandung. Sistem semi

otomasi menggunakan disket berisi rekaman data warkat dan diterapkan di kantor-kantor Bank Indonesia penyelenggara kliring selain Medan, Surabaya, dan Bandung. Pada kota-kota dimana tidak terdapat kantor BI, sebuah kantor bank

(30)

komersil yang beroperasi di kota atau daerah dimaksud dapat berfungsi sebagai agen penyelenggara kliring. BI menyediakan jasa setelmen kepada bank-bank umum serta jasa-jasa transfer dana kepada pemerintah pusat dan daerah melalui rekeningnya yang berada di BI. Adapun semua kantor BI dihubungkan dengan suatu sistem jaringan transfer dana on-line.

2. Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)

Sejak terjadinya liberalisasi pada sektor keuangan, Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) memegang peranan penting sebagai salah satu sumber pembiayaan. Lembaga-lembaga yang termasuk dalam LKBB adalah perusahaan pembiayaan, perusahaan asuransi, dana pensiun dan pegadaian. Sesuai ketentuan peraturan yang berlaku pada saat ini, LKBB dapat pula menyediakan jasa kartu kredit (telah dilakukan oleh beberapa LKBB).

Kegiatan PT POS Indonesia juga terkait dengan penyelenggaraan jasa pembayaran, khususnya pada produk “Buku Giro” untuk pengiriman uang dan penyetoran pajak. Jasa pengiriman uang ini dijalankan sebagai sistem yang mandiri, diluar dari perbankan.

2.3. Sistem Pembayaran Elektronik

2.3.1. Definisi dan Karakteristik Sistem Pembayaran Elektronik

Electronic Payment System dapat didefinisikan sebagai layanan perbankan

modern dengan memanfaatkan teknologi yang dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat, sehingga akhirnya akan meningkatkan produktifitas (Wardiana, 2002).

(31)

Kartu pembayaran elektronik terdiri dari kartu kredit (credit card), charge

card, kartu debet (debet card), dan cash card. Ada perbedaan signifikan antara

kartu-kartu tersebut, baik fungsi maupun konsekuensi penggunaannya. Kartu kredit merupakan salah satu alat pembayaran dengan cara kredit konsumen dapat berbelanja meskipun pada saat itu tidak mempunyai uang. Prinsipnya, konsumen berbelanja dengan cara utang. Lebih dari itu, konsumen diperkenankan membayar utang itu dengan mencicil sejumlah minimum tertentu dari total transaksi. Jumlah pembayaran minimum itu biasanya sebesar 10-20 persen dari saldo tagihan. Tetapi, konsekuensinya terhadap sisa kredit yang belum dilunasi akan dikenakan bunga yang besarnya tergantung pada bank penerbit kartu (issuer). Umumnya tingkat bunga kartu kredit saat ini berkisar antara 3-4 persen per bulan. Selain mesti membayar bunga, jika terlambat membayar konsumen juga akan dikenai denda keterlambatan (late charge).

Berbeda dengan charge card, bila pembayaran utang kartu kredit bisa

dicicil, hal itu tidak berlaku bagi charge card. Setiap bulannya konsumen harus membayar penuh semua transaksi yang telah dilakukan dengan menggunakan

charge card. Jika tidak dapat membayar penuh, konsumen akan dikenakan denda

keterlambatan sebesar persentase tertentu. Tetapi pengguna charge card tidak dikenakan bunga apa pun. Jadi, bila konsumen berbelanja, katakanlah tanggal 8 Juli ini, dan kemudian membayar pada tanggal 8 Agustus mendatang, maka jumlah yang ia bayarkan adalah sebesar nilai transaksi yang dilakukan. Artinya konsumen mendapatkan keleluasaan untuk berutang selama 30 hari tanpa dikenakan biaya apa pun.

(32)

Cash card adalah kartu untuk menarik uang tunai baik langsung melalui teller bank atau melalui Anjungan Tunai Mandiri dan belakangan ini juga sudah

dapat dipergunakan pada toko-toko tertentu. Kartu plastik jenis ini pada dasarnya bukanlah alat pembayaran melainkan hanya mempermudah nasabah agar tidak perlu membawa uang terlalu banyak.

Sementara itu kartu debet merupakan alat pembayaran, seperti juga kartu kredit dan charge card. Hanya saja yang membedakan adalah pola penggunaannya. Kartu debet mensyaratkan pemiliknya memiliki rekening di bank. Ketika pemilik berbelanja dengan menggunakan kartu debet, maka simpanan dalam rekeningnya akan terdebet otomatis sebesar nilai transaksi yang ia lakukan. Dengan kata lain, kartu debet juga kerap didefinisikan sebagai pembayaran tunai tanpa perlu membawa uang tunai.

Saat ini ada dua jenis kartu debet. Pertama, kartu debet yang mengharuskan pemiliknya menggunakan personal identification number (PIN) ketika bertransaksi. Jadi, misalnya pemilik berbelanja di sebuah toko dengan menggunakan kartu debet, maka untuk dapat mendebet rekeningnya, terlebih dahulu ia harus memasukkan PIN dan baru kemudian pendebetan bisa dilakukan. Kedua, kartu debet yang mekanisme penggunaannya mirip seperti menggunakan kartu kredit. Artinya, pemilik cukup menyerahkan kartu debetnya kepada pramuniaga dan ia menggesekkannya pada alat elektronik yang on-line dengan bank. Pada saat itu juga rekening pemilik bisa dikurangi sebesar nilai transaksi yang dilakukan. Hal ini bisa terjadi, karena di kartu debet pemilik ada semacam sistem magnet sebagai alat verifikasi (Masassya, 2001)

(33)

2.3.2. Peraturan Bank Indonesia tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu

1. Bank adalah Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998, termasuk pula kantor cabang bank asing.

2. Lembaga selain bank adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia atau badan usaha yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri yang melakukan kegiatan yang berkaitan dengan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu di Indonesia.

3. Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu adalah alat pembayaran yang berupa Kartu Kredit, Kartu Automated Teller Machine (ATM), Kartu Debet, Kartu Prabayar, dan atau yang dipersamakan dengan itu.

4. Kartu Kredit adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan atau untuk melakukan penarikan tunai dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh penerbit atau acquirer, dan pemegang kartu berkewajiban melakukan pelunasan kewajiban pembayaran tersebut pada waktu yang disepakati baik secara sekaligus ataupun secara angsuran.

5. Kartu ATM adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan penarikan tunai dan atau pemindahan dana dimana kewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi

(34)

secara langsung simpanan pemegang kartu pada bank atau lembaga selain bank yang mendapatkan persetujuan untuk menghimpun dana.

6. Kartu Debet adalah adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan, penarikan tunai, dan atau pemindahan dana, dimana kewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi secara langsung simpanan pemegang kartu pada bank atau lembaga selain bank yang mendapat persetujuan untuk menghimpun dana.

7. Kartu Prabayar adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan, penarikan tunai, dan atau pemindahan dana, dimana pemegang kartu menyetorkan terlebih dahulu sejumlah dana tertentu kepada penerbit, dan kewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi secara langsung nilai dana tersebut.

8. Pemegang kartu adalah pengguna sah dari alat pembayaran dengan menggunakan kartu.

9. Penyelenggara adalah bank atau lembaga selain bank yang melakukan kegiatan alat pembayaran dengan menggunakan kartu baik sebagai prinsipal, penerbit, dan atau acquirer.

10. Prinsipal adalah bank atau lembaga selain bank yang menjadi pemilik tunggal hak atas merek dalam kegiatan alat pembayaran dengan menggunakan kartu.

(35)

11. Penerbit adalah bank atau lembaga selain bank yang menerbitkan alat pembayaran dengan menggunakan kartu untuk pemegang kartu dengan menggunakan merek tertentu atas persetujuan prinsipal.

12. Acquirer adalah bank atau lembaga selain bank yang melakukan kegiatan alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat berupa Financial

Acquirer, dan atau Technical Acquirer.

13. Financial Acquirer adalah Acquirer yang melakukan pembayaran terlebih dahulu atas transaksi yang dilakukan oleh pemegang kartu dengan penyedia barang dan atau jasa.

14. Technical Acquirer adalah Acquirer yang menyediakan sarana yang diperlukan dalam pemrosesan alat pembayaran dengan menggunakan kartu berdasarkan perjanjian dengan penyedia barang dan atau jasa.

2.3.3. Manfaat Sistem Pembayaran Elektronik

Sistem pembayaran elektronik merupakan bagian dari hasil kemajuan teknologi informasi yang sangat berpengaruh bagi perekonomian suatu negara. Secara tidak langsung, manfaatnya ini bisa dirasakan bagi kesejahteraan masyarakat negara tersebut. Dalam bagian ini penulis menguraikan manfaat tersebut yang dikumpulkan dari berbagai literatur yang menunjang.

1. Meningkatkan aktifitas perekonomian negara. Sistem pembayaran yang efektif mempunyai peran yang semakin penting karena erat kaitannya dengan transaksi serta perputaran alat pembayaran dalam perekonomian. Secara teoritis, kebijakan moneter dipengaruhi oleh jumlah uang yang beredar serta kecepatan perputaran uang. Di sisi lain, menurut hasil penelitian Global

(36)

Insight (2003), di Amerika Serikat sistem pembayaran elektronik telah menambah $6,5 triliun dari pengeluaran konsumsi masyarakat. Dengan pertumbuhan sebesar 0,5 persen per tahun dan manfaat kumulatif sebesar $10 triliun, ini berarti penyediaan 1,3 juta lapangan kerja baru. Lalu, berdasarkan hasil analisis data-panel pada 50 negara di dunia, peningkatan share bagi sistem pembayaran elektronik sebesar 10 persen akan meningkatkan 0,5 persen dari pengeluaran konsumsi.

2. Mengurangi biaya transaksi. Sistem pembayaran elektronik berpotensi untuk mengurangi biaya transaksi dalam perekonomian sebesar 1 persen dari GDP nasional sutau negara (Humphrey, Kim, dan Vale, 2001).

3. Pengembangan sektor keuangan dan perbankan. Sistem pembayaran yang efektif menuntut kompetisi yang sehat dan efektif antara lembaga keuangan peningkatan dalam penyediaan jasa, fasilitas, produk. Kondisi ini perlu diimbangi dengan penciptaan kondisi perekonomian yang kondusif termasuk peraturan yang mendukung.

Meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada lembaga keuangan. Faktor keamanan serta pencegahan dari pemalsuan alat pembayaran merupakan prasyarat utama dalam sistem pembayaran yang efektif. Modal utama perbankan adalah kepercayaan masyarakat untuk menyimpan dananya dalam rekening bank.

(37)

2.4. Perilaku Konsumen dan Faktor yang Mempengaruhi Preferensinya 2.4.1. Perilaku Konsumen

Menurut Engel et. al. (1994) perilaku konsumen adalah tindakan yang

langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Perilaku konsumen merupakan suatu aspek yang penting yang harus diperhatikan oleh produsen dengan tujuan memberikan kepuasan kepada konsumen. Mempelajari perilaku konsumen berarti mempelajari bagaimana konsumen membuat keputusan dengan menggunakan sumberdaya yang dimiliki (waktu, uang dan usaha) untuk memperoleh produk atau jasa yang mereka inginkan. Dimana didalamnya tercakup pembahasan mengenai jenis alasan, waktu, tempat dan frekuensi pemakaian suatu produk atau jasa. Perilaku konsuman mencerminkan tanggapan mereka terhadap berbagai rangsangan dari produk dan dari mereka sendiri yang berupa pengaruh lingkungan, perbedaaan individu dan proses psikologis (Januarti, 2005).

2.4.2. Proses Pengambilan Keputusan

Dalam membuat suatu keputusan, ada beberapa tahap yang harus diperhatikan. Tahapan tersebut diawali dengan pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan hasil pembelian konsumen terhadap produk yang telah dibeli. Pada Gambar 2.1 dapat dilihat tahap-tahap tersebut.

(38)

Gambar 2.1. Tahap-Tahap Proses Keputusan Pembelian

Sumber : Engel; et. al. (1994)

Tahapan-tahapan pada proses pengambilan keputusan tersebut adalah : 1. Pengenalan Kebutuhan dan Pencarian

Proses pembelian suatu produk oleh konsumen dimulai ketika suatu kebutuhan mulai dirasakan dan dikenali. Adanya kebutuhan tersebut disebabkan konsumen merasakan adanya ketidaksesuaian antara keadaan yang nyata dengan yang diinginkan. Ketika ketidaksesuaian itu melebihi tingkat tertentu maka kebutuhan dikenali (Engel et. al., 1994). Pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen menghadapi suatu masalah, yaitu suatu keadaan yang sebenarnya terjadi. Timbulnya kebutuhan tersebut dapat dipicu oleh stimuli intern, yaitu kebutuhan dasar seseorang seperti lapar dan haus. Stimuli yang timbul pada suatu tingkat tertentu dan menjadi sebuah dorongan yang memotivasi konsumen untuk segera memuaskannya.

2. Pencarian Informasi

Setelah konsumen tergerak oleh suatu stimuli maka kemungkinan mereka akan berusaha untuk mencari lebih banyak informasi. Menurut Engel et. al (1994)

Pencarian Informasi Pengenalan Kebutuhan

Evaluasi Alternatif

Pembelian

(39)

pencarian informasi yang merupakan tahap kedua dari proses keputusan pembelian merupakan aktivitas yang termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan dan perolehan informasi dari lingkungan. Pada tahap ini sumber informasi konsumen terdiri dari (1) sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga), (2) sumber komersil (iklan, penjualan), (3) sumber pengalaman.

3. Evaluasi Alternatif

Evaluasi alternatif merupakan proses dimana suatu alternatif pilihan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Untuk memilih alternatif, konsumen menggunakan atribut tertentu yang disebut sebagai kriteria evaluasi. Kriteria yang sering digunakan oleh konsumen antara lain harga, merek, dan kriteria yang bersifat hedonik (prestise, status). Kriteria-kriteria ini biasanya bervariasi sesuai dengan kepentingan relatif mereka.

Setelah menentukan kriteria yang akan digunakan untuk alternatif , maka konsumen memutuskan alternatif mana yang akan dipertimbangkan. Menurut Engel et. al. (1994) tahap ini terdiri dari menentukan alternatif pilihan, menilai alternatif pilihan dan terakhir menyeleksi dari alternatif pilihan.

4. Pembelian dan Hasil

Menurut Engel et. al. (1994) pembelian merupakan fungsi dari dua

determinan, yaitu niat pembelian dan pengaruh lingkungan. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap atas pendirian orang lain. Pendirian orang lain dapat dipengaruhi alternatif yang disukai seseorang tergantung pada dua hal, yaitu (1) intensitas dari pendirian

(40)

negatif yang disukai konsumen, dan (2) motivasi konsumen untuk memenuhi keinginan orang lain.

Proses keputusan pembelian akan berlanjut pada penilaian terhadap kinerja produk berdasarkan keinginan dan harapan konsumen. Apabila pembeli merasa puas terhadap produk tersebut maka akan mengukuhkan kesetiaan (loyalitas) pembeli, dan akan menimbulkan keluhan apabila pembeli merasa tidak terpuaskan.

2.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses keputusan Pembelian Menurut Engel et. al. (1994) terdapat determinan yang mempengaruhi variasi dalam perilaku konsumen dan determinan tersebut di bagi menjadi tiga kategori yaitu :

1. Pengaruh lingkungan, konsumen di dalam lingkungan yang kompleks. Perilaku mereka dipengaruhi oleh (1) budaya ; (2) kelas sosial ; (3) pengaruh pribadi ; (4) sikap ; dan (5) situasi.

Budaya adalah sekumpulan nilai, persepsi, preferensi serta perilaku keluarga dan lembaga-lembaga penting lainnya. Budaya menentukan keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Menurut Kotler (2002) kelas sosial adalah pembagian didalam masyarakat yang terdiri atas individu yang berbagai nilai, minat, dan perilaku yang sama, atau kelompok-kelompok yang relatif homogen dalam suatu masyarakat secara hierarki. Kelas sosial yang berbeda cenderung memunculkan perilaku konsumsi yang berbeda.

Pengaruh pribadi adalah tekanan yang dirasakan untuk menyesuaikan dengan norma dan harapan yang diberikan oleh orang lain.

(41)

Orang-orang yang berhubungan erat atau dekat dengan konsumen akan menjadi kelompok acuan dan pemimpin opininya. Menurut Kotler (2002), kelompok acuan terdiri dari kelompok-kelompok yamg mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap ataupun perilaku seseorang seperti keluarga, organisasi formal dan lainnya. Pemimpin opini adalah orang yang dapat dipercaya, memberi pengaruh dan sebagai sumber informasi mengenai pembelian dan pemakaian produk. Para pemimpin opini dapat menjadi pemimpin dalam pembelian suatu produk, sehingga produsen dapat mengarahkan pesan kepada para pemimpin opini ini agar dapat diteruskan kepada konsumen yang lain.

2. Perbedaan individu, faktor internal ini yang menggerakkan dan mempengaruhi perilaku. Perilaku mereka dipengaruhi oleh (1) sumberdaya konsumen; (2) motivasi dan keterlibatan; (3) pengetahuan; (4) sikap; dan (5) kepribadian, gaya hidup dan demografi.

Menurut Engel et. al. (1994) perbedaan yang paling penting pada individu adalah sumberdaya. Konsumen menilai tiga sumberdaya utama yang mereka gunakan dalam proses pertukaran dan melalui proses ini pemasar memberikan barang dan jasanya. Ketiga sumberdaya tersebut adalah (1) sumberdaya ekonomi atau pendapatan dan kekayaan, (2) sumberdaya temporal atau waktu, dan (3) sumberdaya kognitif atau kapasitas konsumen untuk mengolah informasi. Umumnya konsumen mempunyai keterbatasan pada setiap sumberdaya, sehingga dalam pengalokasiannya dilakukan dengan cermat.

(42)

Menurut Engel et. al. (1994) motivasi dan keterlibatan merupakan kebutuhan variabel utama dalam motivasi. Kebutuhan didefinisikan sebagai perbedaan yang disadari antara keadaan ideal dengan keadaan yang sebenarnya sehingga dapat mengaktifkan perilaku. Keterlibatan mengacu pada tingkat relevansi yang disadari dalam tindakan pembelian. Bila keterlibatan tinggi, ada motivasi lebih kuat untuk memperoleh dan mengolah informasi serta kemungkinan yang jauh lebih besar dari pemecahan kebutuhan yang diinginkan.

Menurut Engel et. al. (1994) secara umum pengetahuan dapat didefinisikan sebagai informasi yang disimpan di dalam ingatan. Pengetahuan konsumen dibagi menjadi tiga kategori, yaitu (1) pengetahuan produk mencakup atribut produk dan kepercayaannya, (2) pengetahuan membeli yaitu dimana dan kapan membeli dan, (3) pengetahuan pemakaian (dari ingatan konsumen dan iklan).

Menurut Engel et. al. (1994) sikap merupakan keseluruhan evaluasi yang dilakukan konsumen. Sikap ini dilakukan konsumen berdasarkan pandangannya terhadap produk dan proses belajar baik dari pengalaman maupun dari yang lain. Intensitasnya, dukungan dan kepercayaannya adalah sikap penting dari sikap konsumen. Masing-masing sikap ini akan bergantung pada kualitas pengalaman konsumen sebelumnya dengan objek sikap.

Kepribadian merupakan karakteristik psikologis yang berbeda dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan tahan lama terhadap lingkungannya. Kepribadiannya biasanya dijelaskan dengan

(43)

menggunakan ciri-ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, ketaatan dan yang lainnya. Kepribadian dapat menjadi variabel yang sangat berguna dalam menganalisis perilaku konsumen. Jelas kepribadian tersebut dapat diklasifikasikan dengan akurat dan terdapat korelasi yang kuat antara jenis kepribadian tertentu dengan pilihan produk.

3. Proses Psikologis yaitu adanya proses pengolahan informasi, pembelajaran dan perubahan sikap atau perilaku.

Pengolahan informasi yaitu cara-cara informasi ditransformasikan, dirinci, disimpan, didapatkan kembali dan digunakan. Faktor-faktor tersebut dipengaruhi oleh dua jenis utama determinan, yaitu pribadi dan stimulus. Determinan pribadi adalah karakteristik individual seperti motivasi, sikap, adaptasi dan rentang perhatian. Efek dari pengaruh pribadi adalah membuat perhatian sangat selektif, sedangkan faktor stimulus adalah karakteristik dari stimulus itu sendiri.

2.4.4. Preferensi Konsumen

Preferensi konsumen diartikan sebagai pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap suatu produk barang atau jasa yang dikonsumsi. Menurut Kotler (2002) preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada. Teori preferensi digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan bagi konsumen, misalnya bila seseorang ingin mengkonsumsi produk dengan sumberdaya terbatas maka ia harus memilih alternatif sehingga nilai guna atau utilitas yang diperoleh mencapai optimal.

(44)

Preferensi konsumen berhubungan erat dengan permasalahan penetapan pilihan. Hubungan preferensi ini biasanya diasumsikan memiliki tiga sifat dasar, yaitu :

1. Kelengkapan (Completeness)

Jika A dan B merupakan dua kondisi, maka tiap orang selalu harus bisa menspesifikasikan apakah :

a. A lebih disukai daripada B b. B lebih disukai daripada A c. A dan B sama-sama disukai 2. Transifikasi (Transivity)

Jika seseorang mengatakan bahwa ia lebih menyukai A daripada B, dan lebih menyukai B daripada C.

3. Kontinuitas (Continuity)

Jika seseorang mengatakan A lebih disukai daripada B maka situasi yang mirip dengan A harus disukai daripada B.

Dalam ketiga proporsisi diatas diasumsikan tiap orang dapat membuat atau menyusun rangking semua kondisi atau situasi hingga yang paling disukai hingga yang paling tidak disukai (Nicolson, 1999). Dari sejumlah alternatif yang ada, orang lebih cenderung memilih yang memaksimumkan kepuasannya.

Preferensi konsumen dapat diketahui dengan mengukur tingkat kegunaan dan nilai relatif penting setiap atribut yang terdapat pada suatu produk. Atribut fisik yang ditampilkan pada suatu produk dapat menimbulkan daya tarik pertama yang dapat mempengaruhi konsumen. Penilaian terhadap produk menggambarkan

(45)

sikap konsumen terhadap produk tersebut dan sekaligus dapat mencerminkan perilaku konsumen dalam membelanjakan dan mengkonsumsi suatu produk. 2.4.5. Atribut Produk

Menurut Engel et. al. (1994) atribut produk adalah karaktristik suatu produk yang berfungsi sebagai atribut evaluatif selama pengambilan keputusan dimana atribut tersebut tergantung pada jenis produk dan tujuannya. Produsen perlu mengetahui sikap konsumen yang mendukung atau tidak mendukung produk mereka. Produsen perlu sekali untuk mengetahui alasan sikap ini, terutama pada atribut yang dinginkan konsumen seperti tipe ciri dan tipe manfaat. Atribut pada tipe ciri dapat berupa ukuran, karakteristik suatu produk (rasa, harga, warna), sementara manfaat non material seperti kesehatan.

Sementara menurut Kotler (2002) yang dimaksud dengan atribut adalah ciri mutu dan model produk, penampilan, pilihan gaya, merek, pengemasan dan jenis produk.

2.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Adopsi dan Penggunaan Electronic

Payment System

Perkembangan zaman menuntut manusia untuk mengerjakan segala urusan dengan cepat, tepat dan akurat. Sehingga dibutuhkan suatu teknologi baru untuk mempermudah dan membuat urusan tersebut menjadi lebih efektif dan efisien. Bidang perbankan juga memerlukan penerapan teknologi untuk mempermudah aktivitas perbankan seperti transfer, kredit, layanan konsumen, dan lainnya. Penerapan teknologi elektronik dirasa tepat untuk menjadi solusinya, sehingga diperlukan sosialisasi kepada konsumen untuk ikut menggunakannya.

(46)

Saat ini kartu plastik (kartu kredit, kartu debet. ATM, dan lainnya) sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya transaksi masa kini. Uang plastik yang menjanjikan banyak kemudahan ini, sudah menjadi alat bantu pembayaran bagi sebagian masyarakat. Kartu kredit juga sudah berhasil mengubah image berutang menjadi gengsi.

Dari penelitian sebelumnya mencatat bahwa biaya yang harus dikeluarkan dengan paper based transaction mencapai tiga persen dari GDP. Sejak beralih ke sistem pembayaran elekronik biaya yang dikeluarkan hanya satu per tiga hingga setengah dari biaya transaksi paper based (cek dan giro). Hal ini jelas menguntungkan jika sistem pembayaran diubah ke electronic payment system. Ketika sebuah negara mengganti sistem pembayarannya secara total ke sistem pembayaran elektronik, diestimasi akan menghemat biaya transaksi sebesar $1,88 per orang per tahun atau 0,6 persen dari GDP per tahun (Humphrey, 2001).

Terdapat beberapa kategori yang dapat digunakan sebagai alat untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam mengadopsi dan menggunakan electronic payment system, yaitu sebagai berikut (Ellen et. al., 2005):

1. Socio-demographic yang terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, dan bahasa.

2. Financial (dengan menanyakan berapa penghasilan per bulan responden setelah dikurangi pajak).

3. Teknologi (frekuensi penggunaan mobile phone, komputer pribadi, intenet, PDA, dan pengunaan pelayanan bank melalui telepon).

(47)

4. Supply-side [menghitung jumlah POS (Point Off Sale) terminals dan ATM (Automatic Teller Machine) per ZIP code].

Pengaruh dari keempat kategori ini akan bervariasi berdasarkan jenis kartu plastik tersebut, misalnya pada debet cards, cerdit cards, electronic purses, dan

retailer cards.

Debet Cards, berdasarkan variabel socio-demographi umur memiliki

pengaruh yang negatif (orang yang berumur lebih tua akan cenderung lebih sedikit memiliki dan menggunakan kartu debet), jenis kelamin, pendidikan dan besar keluarga, employment hanya akan mempengaruhi besarnya penggunaan dan frekuensi penggunaan. Financial akan mempengaruhi intensitas penggunaan kartu debet, orang yang memiliki penghasilan yang lebih tinggi akan menggunakan lebih baik dari segi besarnya maupun frekuensinya. Technology, seseorang yang cenderung sedikit menggunakan teknologi akan berpengaruh pada rendahnya kecenderungan untuk memiliki dan menggunakan kartu debet. Terakhir yaitu Supply-side, ada dua hal yang mempengaruhi yaitu yang pertama, daerah dimana responden tinggal, dan yang kedua adalah jumlah ATM per perduduk dalam kelompok yang hidup bersama dimana responden tinggal, memiliki dampak yang negatif pada kepemilikan dan penggunaan kartu debet, besarnya jumlah ATM per penduduk akan menyebabkan rendahnya kepemilikan dan penggunaan kartu debet.

Credit Card, pada variabel socio-demographi hanya bahasa dan

pendidikan yang mempengaruhi kesadaran untuk memiliki dan menggunakan kartu kredit. Pendidikan memiliki pengaruh yang positif terhadap kepemilikan, besarnya penggunaan maupun frekuensinya. Employment juga memiliki pengaruh

(48)

yaitu orang yang memiliki pekerjaan yang mapan seperti manager ataupun seorang self-employed akan memiliki dan lebih sering menggunakan kartu kredit.

Financial dimana semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin besar

kepemilikan, dan intensitas penggunaannya. Selanjutnya technology, mempunyai pengaruh yang positif yaitu semakin sering seseorang menggunakan teknologi akan berpengaruh pada tingginya kecenderungan untuk memiliki dan menggunakan kartu kredit. Supply-side, tempat tinggal responden tidak berpengaruh signifikan, hanya jumlah ATM per perduduk dalam kelompok yang hidup bersama dimana responden tinggal, memiliki dampak yang negatif pada kepemilikan dan penggunaan kartu kredit.

Electronic purses, dilihat dari variabel socio-demographi, umur memiliki

pengaruh yang negatif (orang yang berumur lebih tua akan cenderung lebih sedikit memiliki dan menggunakan e-purse), pendidikan memiliki pengaruh yang positif dimana orang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih cenderung memiliki dan menggunakan e-purse. Financial tidak mempengaruhi kepemilikan dan penggunaan e-purse, sedangkan technology, mempunyai pengaruh yang positif terhadap kepemilikan dan intensitas penggunaan e-purse. Variabel

supply-side, propinsi dimana responden tinggal akan memberi pengaruh, dan juga jumlah

ATM per perduduk dalam kelompok yang hidup bersama dimana responden tinggal, memiliki dampak yang negatif pada kepemilikan dan penggunaan e-purse.

Retailer Cards, didasarkan pada variabel socio-demographi, jenis kelamin

mempengaruhi terhadap penggunaan retailer cards, frekuensi penggunaan retailer

(49)

Pendidikan memiliki pengaruh yang positif, dan employment serta besar keluarga juga mempengaruhi kepemilikan dan pengunaan retailer cards. Financial memiliki pengaruh yang positif, sedangkan technology tidak memiliki pengaruh yang berarti pada retailer cards. Terakhir, tidak seperti payment cards yang lain, beberapa variabel supply-side membuktikan bahwa ia mempunyai pengaruh yang signifikan. Propinsi dimana responden tinggal mempengaruhi kepemilikan dan intensitas penggunaan retailer cards, sedangkan jumlah ATM per perduduk dalam kelompok yang hidup bersama dimana responden tinggal, dan jumlah ATM per km persegi dalam kelompok yang hidup bersama dimana responden tinggal, memiliki dampak yang negatif pada kepemilikan dan penggunaan retailer cards.

2.6. Peran Pemerintah dalam Electronic Payment System

Perkembangan sistem pembayaran secara elektronik menunjukkan peningkatan, hal ini ditandai dengan meningkatnya penggunaan kartu kredit, kartu debet dan kartu ATM. Perubahan pandangan masyarakat terhadap sistem pembayaran dalam melakukan transaksi perbankan juga menyebabkan dunia perbankan meningkatkan pelayanan melalui transaksi elektronik sehingga memberikan kenyamanan, kecepatan dan keamanan bagi pengguna jasa layanan elektronik dan lebih dikenal dengan Electronic Funds Transfer (EFT) atau

Electronic Payment System.

Pemerintah telah melakukan perubahan peraturan penyelenggaraan kegiatan alat pembayaran dengan menggunakan kartu. Dimana Bank Indonesia menetapkan berlakunya Peraturan Bank Indonesia (PBI) tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK) No.

(50)

7/52/PBI/2005 tanggal 28 Desember 2005, menggantikan PBI No.6/30/PBI/2004 tgl 28 Desember 2004 yang mengatur perihal yang sama.

PBI baru ini meliputi pengaturan yang lebih lengkap atas kegiatan kartu prabayar (stored value card) dari pengaturan APMK yang sudah ada seperti untuk kartu kredit, kartu debet dan kartu ATM. Penyelenggara kegiatan APMK diwajibkan memenuhi persyaratan dalam rangka memperoleh calon pemegang kartu kredit yang lebih berkualitas, serta juga memperhatikan aspek perlindungan kepada masyarakat pengguna, seperti halnya transparansi atas informasi produk serta hak dan kewajiban para pemegang kartu. Selain itu penyelenggara APMK juga diwajibkan memenuhi aspek peningkatan keamanan teknologi pada kartu dan aplikasi pendukungnya dalam rangka mengurangi tingkat kejahatan dan penyalahgunaan kartu, seperti adanya kewajiban secara bertahap untuk migrasi ke teknologi kartu dengan menggunakan chips dari teknologi magnetic stripes yang saat ini telah berjalan.

PBI ini juga mempertegas jenis-jenis kartu prabayar yang memerlukan persetujuan dari Bank Indonesia. Latar belakang diperlukannya persetujuan tersebut adalah karena kartu-kartu tersebut pada dasarnya bernilai dan bersifat seperti uang tunai yang dibelakangnya akan ada kegiatan penagihan dari merchant kepada penerbit kartu ketika pemegang kartu prabayar telah menggunakan untuk kepentingan transaksi pembayaran. Diperlukannya persetujuan tersebut terkait dengan aspek perlindungan kepada masyarakat pengguna, untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap alat pembayaran serta terkait dengan tugas Bank Indonesia dalam memonitor uang beredar.

(51)

Dalam waktu dekat akan dikeluarkan pula peraturan pelaksanaan dari PBI baru tersebut yang mengatur tentang aspek perlindungan kepada nasabah, peningkatan keamanan teknologi kartu dan sistem pendukungnya, serta petunjuk pelaksanaan atas penyelenggaraan kegiatan APMK. Pengaturan yang lebih lengkap dalam bidang APMK ini dimaksudkan pula sebagai peletakan legal basis secara bertahap guna mendukung pengembangan instrumen pembayaran non tunai di masyarakat menuju less cash society.

PBI APMK tersebut juga memberikan ketegasan sanksi administratif berupa teguran tertulis sampai dengan penghentian kegiatan penyelenggara kegiatan APMK. Adanya pelanggaran dalam penerapan prinsip perlindungan nasabah, tidak memenuhi kewajiban tukar menukar informasi oleh penerbit kartu kredit, dan pelanggaran tidak memenuhi kewajiban peningkatan keamanan teknologi pada kartu dan sistem pendukungnya.

Kebijakan untuk memenuhi persentase minimum pembayaran sebesar 10 persen dari total tagihan sudah harus diterapkan oleh seluruh penerbit kartu kredit setelah berlangsungnya masa transisi satu tahun. Dasar pertimbangan kebijakan tersebut adalah untuk melindungi nasabah sendiri mengingat cukup banyak pemberian kartu kredit yang tidak dilakukan secara selektif sementara itu banyak masyarakat yang kurang menyadari bahwa tingkat bunga kartu kredit yang diberikan relatif tinggi. Disamping itu kebijakan tersebut dimaksudkan pula untuk melindungi bank atau lembaga selain bank selaku penerbit kartu kredit, mengingat pemberian kredit melalui kartu kredit pada hakikatnya adalah pemberian kredit konsumtif tanpa adanya agunan. Dengan demikian, untuk masa yang akan datang

(52)

penerbit kartu kredit diharapkan lebih selektif dalam menjaring calon-calon pemegang kartu kredit baru serta menempatkan kartu kredit benar benar sebagai alat pembayaran non tunai untuk memudahkan transaksi, yang tidak hanya sebagai alat untuk berhutang (Bank Indonesia, 2004).

2.7. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang menganalisis perilaku masyarakat terhadap non cash

payment, Ellen et. al. (2005) melakukan penelitian pada persepsi masyarakat

Belgia terhadap sistem pembayaran yang baru, yaitu sistem pembayaran elektronik. Pendekatan analisis logit pada penelitian ini menggunakan metode statistik SPSS13. Penelitian ini menggunakan empat kategori yaitu; (1) socio

demographic yang terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, dan bahasa; (2) financial (dengan menanyakan berapa penghasilan per bulan responden setelah

dikurangi pajak); (3) technology (frekuensi penggunaan mobile phone, komputer pribadi, intenet, PDA, dan pengunaan pelayanan bank melalui telepon); (4) supply

side (menghitung jumlah POS (Point of Sale) terminals dan ATM ( Automatic Teller Machine) per ZIP code). Keempat kategori ini digunakan sebagai variabel

untuk melihat kecenderungan perferensi masyarakat terhadap sistem pembayaran elektronik. Berdasarkan penelitian ini dihasilkan bahwa semua variabel eksogen di atas mempengaruhi kecenderungan preferensi masyarakat untuk menggunakan kartu pembayaran elektronik.

Penelitian yang lain juga dilakukan oleh Scheft (2005), pada tulisan ini dibahas bagaimana dan mengapa konsumen memilih metode pembayarannya. Data dari POS (Point of sale) digunakan untuk menentukan tipe pembayaran yang

Gambar

Gambar 2.1. Tahap-Tahap Proses Keputusan Pembelian  Sumber : Engel; et. al. (1994)
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran X6
Tabel 3.1. Perkembangan kartu kredit, kartu debet dan kartu ATM
Tabel 5.1 Jenis kelamin responden
+6

Referensi

Dokumen terkait

Contoh: untuk mengetahui kemampuan peserta didik terhadap materi tertentu, alat evaluasi yang berbentuk isian (objektif), setelah dianalisis dan dibandingkan ternyata lebih baik

Namun begitu, terdapat banyak responden tidak terlibat dalam program kerajaan disebabkan oleh masalah pihak kerajaan. Antaranya termasuklah, 1) kekurangan kemahiran

Berdasarkan hasil olah data dimana nilai probabilitas (p) ≤ 0,05 dapat disimpulkan bahwa karakteristik kategori produk Dimoderasi Oleh Kebutuhan Mencari Variasi

Spesifikasi produk yang dikembangkan didasarkan pada rancangan awal dari hasil studi pustaka dan kebutuhan guru dan siswa dari hasil studi lapangan, meliputi (1)

Penambahan alfa-tokoferol dalam pengencer susu skim - kuning telur terhadap kualitas spermatozoa domba Sapudi yang disimpan pada suhu 5°C.. Addition of alpha-tocopherol in

Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT), juga merupakan suatu kemajuan penting terutama dalam bidang hukum perdata yang

Univerza v Ljubljani, Biotehniška fakulteta, Oddelek za gozdarstvo in obnovljive gozdne vire 2011 ZASNOVA POSKUSA REDČENJ BUKOVIH DROGOVNJAKOV V RAZISKOVALNEM OBJEKTU PIŠECE..

Admin mendata ruang Adanya pergantian tahun ajaran dan memasuki tahun ajaran baru Wakil kepala sekolah , Kepala sekolah Mendata ruang Data ruangan Kepala