• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN ZEOLIT UNTUK MEMPERTAHANKAN VIABILITAS BENIH PALA (Myristica fragrans Houtt) SELAMA DI PENYIMPANAN MAISAROH TANJUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN ZEOLIT UNTUK MEMPERTAHANKAN VIABILITAS BENIH PALA (Myristica fragrans Houtt) SELAMA DI PENYIMPANAN MAISAROH TANJUNG"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGGUNAAN ZEOLIT UNTUK MEMPERTAHANKAN

VIABILITAS BENIH PALA (Myristica fragrans Houtt)

SELAMA DI PENYIMPANAN

MAISAROH TANJUNG

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

ii

2 2

(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penggunaan Zeolit untuk Mempertahankan Viabilitas Benih Pala (Myristica fragrans Houtt) Selama di Penyimpanan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015 Maisaroh Tanjung NIM A24110021

(4)

ii

2 2

ABSTRAK

MAISAROH TANJUNG. Penggunaaan Zeolit untuk Mempertahankan Viabilitas Benih Pala (Myristica fragrans Houtt) Selama di Penyimpanan. Dibimbing oleh ENY WIDAJATI dan FAIZA C.SUWARNO.

Benih pala termasuk kelompok benih rekalsitran yang membutuhkan kondisi lembab selama penyimpanan. Zeolit adalah endapan vulkanik yang dimanfaatkan sebagai bahan pelembab. Kondisi lingkungan periode penyimpanan merupakan faktor penting yang mempengaruhi viabilitas benih. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan zeolit dalam mempertahankan viabilitas benih pala selama di penyimpanan. Percobaan disusun dalam Split Plot dengan Rancangan Acak Lengkap menggunakan tiga ulangan. Petak utama adalah kondisi simpan yaitu H0 = kondisi kering (tanpa zeolit) dan H1 = kondisi lembab (dengan zeolit). Anak petak adalah periode simpan (P) terdiri dari enam taraf: P0 = tanpa penyimpanan (0 hari), P1 = penyimpanan 3 hari, P2 = penyimpanan 6 hari, P3 = penyimpanan 9 hari, P4 = penyimpanan 12 hari, P5 = penyimpanan 15 hari. Tiga puluh benih digunakan untuk setiap perlakuan dan ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi simpan dengan zeolit lebih baik dibandingkan dengan kondisi simpan tanpa zeolit dalam mempertahankan viabilitas benih pala. Kondisi simpan dan periode simpan terbukti berpengaruh nyata terhadap parameter viabilitas potensial dengan tolok ukur daya berkecambah, viabilitas total dengan tolok ukur potensi tumbuh maksimum, serta vigor benih dengan tolok ukur kecepatan tumbuh dan indeks vigor. Penyimpanan dengan zeolit meningkatkan kadar air benih dari 34.61% menjadi 39.69%, sedangkan penyimpanan tanpa zeolit mempertahankan kadar air benih dari 27.83% menjadi 22.86%. Kondisi kadar air yang tinggi dapat mempertahankan viabilitas tetap tinggi yang ditunjukkan pada viabilitas benih tetap tinggi hingga periode simpan hari-15.

Kata kunci: zeolit, kondisi simpan, periode penyimpanan, benih rekalsitran.

ABSTRACT

MAISAROH TANJUNG. The Use of Zeolite for Maintaining the Viability of

Nutmeg (Myristica fragrans Houtt) Seed During Storage. Supervised by ENY

WIDAJATI and FAIZA C.SUWARNO.

Nutmeg seeds belong to the recalcitrant groups, which require humid

condition during storage. Zeolite is a volcanic deposit proven to be utilized as

moisturizing ingredients. Environment condition during storage period is

important factor affecting seed viability. The objective of the study was to determine the effect ofthe use of zeolite for maintaining the viability of nutmeg seed during storage. The experiment was arranged in a Split Plot according to Completely Randomized Design with 3 replications. The main plot was the humidity levels including H0 = dry condition (without zeolite) and H1= humid

(5)

iii

condition (with zeolite). The Subplot was storage period (P) consisted of six levels : P0 = 0 day, P1 = 3 days, P2 = 6 days, P3 = 9 days, P4 = 12 days, and P5 = 15 days. Thirty seeds were used for each treatment and replications. The results showed that the addition of zeolite during storage could maintain nutmeg seed viability better than without zeolite. Storage conditions and storage period proved to be significantly affected on potential viability parameters with variabel germination, total viability parameters with maximum growth potential and seed vigor with speed of growth and vigor index. Storage condition of zeolite to increased the seed moisture content from 34.61% to 39.69%, whereas it was maintained from 27.83 % to 22.86 % in the storage without zeolite. High moisture content to able maintain the viability, which are show the seed viability remain high until a storage periode was 15 days.

(6)

iv

2 2

(7)

v

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PENGGUNAAN ZEOLIT UNTUK MEMPERTAHANKAN

VIABILITAS BENIH PALA (Myristica fragrans Houtt)

SELAMA DI PENYIMPANAN

MAISAROH TANJUNG

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)

vi

2 2

(9)
(10)

viii

2 2

(11)

ix

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 hingga April 2015 ialah Penggunaan Zeolit untuk Mempertahankan Viabilitas Benih Pala (Myristica fragrans Houtt) Selama di Penyimpanan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Eny Widajati, MS dan Ibu Dr Ir Faiza C.Suwarno, MS selaku pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam pembuatan karya ilmiah ini. Terima kasih pula kepada Ibu Dr Ani Kurniawati, SP,Msi selaku pembimbing akademik, serta ucapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta keluarga dan temen – temen dandelions 48 atas do’a dan dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015

(12)

x

2 2

(13)

xi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Tanaman Pala 2

Karakteristik Benih Pala 2

Pengertian dan Manfaat Zeolit 3

METODE 3

Waktu dan Tempat 3

Bahan dan Alat 3

Rancangan Percobaan Penelitian 4

Pelaksanaan Penelitian 4

Metode Pengecambahan Benih 5

Pengamatan 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Kondisi Umum Percobaan 7

Faktor Kondisi Simpan dan Periode Simpan 7

Pengamatan Vigor Benih 11

KESIMPULAN DAN SARAN 12

DAFTAR PUSTAKA 12

(14)

xii

2 2

DAFTAR TABEL

1 Rekapitulasi hasil analisis ragam pada pengaruh kondisi simpan dan

periode simpan terhadap perkecambahan benih pala 7

2 Pengaruh kondisi simpan dan periode simpan benih terhadap kadar air (%)

benih pala 8

3 Persentase benih yang telah muncul apokol selama masa penyimpanan 9 4 Pengaruh kondisi simpan dan periode simpan benih terhadap daya

berkecambah (%) benih pala 10

5 Pengaruh kondisi simpan dan periode simpan benih terhadap potensi

tumbuh maksimum (%) benih pala 10

6 Pengaruh kondisi simpan dan periode simpan benih terhadap kecepatan

tumbuh (% etmal-1) benih pala 11 7 Pengaruh kondisi simpan dan periode simpan benih terhadap indeks

vigor (%) benih pala 11

DAFTAR GAMBAR

1 Kondisi penyimpanan tanpa zeolit (a) dan dengan zeolit (b) 5 2 Munculnya apokol saat penyimpanan hari ke-9 9

DAFTAR LAMPIRAN

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan tanaman rempah asli Indonesia yang berasal dari Banda dan Maluku (BAPPENAS 2000). Tanaman pala juga dikenal sebagai tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan multiguna. Hampir semua bagian batang maupun buahnya dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri. Biji, fuli dan minyak pala merupakan komoditas ekspor dan digunakan dalam industri makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetik (Nurdjannah 2007).

Indonesia merupakan negara pengekspor pala terbesar di dunia, dengan memasok sekitar 60 - 75% kebutuhan pangsa pasar dunia. Potensi ini tidak diiringi dengan mutu pala Indonesia yang masih rendah dibandingkan Grenada dan negara lain. Rendahnya mutu pala tersebut disebabkan beberapa faktor diantaranya umur tanaman pala yang sudah tidak produktif, pemeliharaan jarang dilakukan, belum menggunakan bibit unggul, kelembagaan petani masih lemah dan mutu produksi rendah (Dirjenbun 2012). Hal tersebut juga didukung dengan pernyataan Deptan (2001) bahwa komoditas pala Indonesia sebagian besar dihasilkan oleh perkebunan rakyat, yaitu sekitar 98.84% dengan pemeliharaan yang tidak intensif.

Deptan (2001) mengadakan kegiatan pengembangan subsistem agribisnis hulu dengan kegiatan utama pengembangan industri perbenihan serta adanya perbaikan mutu bahan tanaman pada tahun 2001 – 2004. BPS (2013) juga menunjukkan data produksi pala tertinggi terjadi pada tahun 2001 yang mencapai nilai produksi sebesar 76.9 ribu ton. Tahun 2005 hingga tahun 2013 Indonesia mengalami fluktuasi produksi pala. Penurunan produksi pala menjadi kendala untuk memenuhi permintaan dan standar pasar internasional. Oleh sebab itu, perlu adanya teknologi yang dapat meningkatkan pengusahaan produksi pala. Salah satu komponen terpenting dalam peningkatan produksi pala adalah ketersedian benih bermutu.

Ketersediaan benih bermutu dapat diupayakan dengan menjaga viabilitas benih tetap tinggi selama di penyimpanan. Kendala ketersediaan pala yaitu benih pala termasuk benih rekalsitran. Benih rekalsitran sangat cepat mengalami penurunan viabilitas. Hal ini menjadi kendala dalam pemilihan kondisi simpan dan lama penyimpanan (Justice dan Bass 2002).

Kondisi simpan yang optimum diharapkan dapat mempertahankan viabilitas benih tetap tinggi selama di penyimpanan. Penambahan zeolit pada kemasan merupakan salah satu solusi untuk mempertahankan kodisi simpan yang optimum. Hal ini disebabkan dengan penggunaan zeolit, RH lingkungan penyimpanan lebih terkendali sehingga kadar air benih dipertahankan tetap tinggi. Keunggulan lain dari zeolit yaitu sifat porous sehingga memungkinkan pertukaran oksigen lebih baik sehingga menjamin benih tetap melakukan respirasi dengan baik selama di penyimpanan (Hartati et al. 2001). Hasil penelitian Mira (1999) menunjukkan bahwa zeolit dimanfaatkan sebagai media pelembab dalam penyimpanan benih lengkeng dengan persentase daya berkecambah 81.20% dibandingkan dengan media serbuk gergaji dengan daya berkecambah 74.13%.

(16)

2

2 2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan zeolit dalam mempertahankan viabilitas benih pala selama di penyimpanan.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Pala

Tanaman pala (Myristica fragrans Houtt) adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari pulau Banda. Tanaman pala merupakan tanaman keras yang dapat berumur hingga lebih dari 100 tahun. Tanaman pala tumbuh dengan baik di daerah tropis (Rismunandar 1990). Suhu udara lingkungan 20-300 C, sedangkan curah hujan terbagi secara teratur sepanjang tahun. Tanaman pala tergolong tanaman yang tahan terhadap musim kering selama beberapa bulan (BBPPTP 2013).

Tanaman pala dapat berbuah pada umur 7 tahun dan umur 10 tahun telah berproduksi. Tanaman pala akan mencapai puncak produksi pada umur 25 tahun. Masa produksi tanaman pala sampai 60–70 tahun. Buah pala dapat dipanen setelah cukup masak fisiologinya yaitu sekitar 6-7 bulan setelah berbunga. Buah pala yang telah masak ditandai dengan buah merekah dan terlihat biji serta fulinya berwarna merah menyala (kecuali varietas tertentu ada yang berwarna putih). Buah yang digunakan untuk benih, maka buah dibiarkan merekah di pohon hingga 2-3 hari agar pembelahan buah sempurna dan memastikan benih masak sempurna (BBPPTP 2013)

Karakteristik Benih Pala

Karakterisasi masak fisiologis benih pala mempunyai ciri warna kulit benih keras berwarna coklat hitam dan glosi. Bentuk benih antara bulat sampai agak lonjong, sedangakan bentuk buah antara oblat sampai oval dengan warna kuning kecoklatan. Hasil karakteristik pada fuli benih pala Banda menunjukkan bahwa fuli yang berwarna merah merupakan salah satu ciri bahwa benih pala telah masak fisiologis (Pramudita 2014).

Benih pala memiliki karakteristik benih keras dengan sifat benih rekalsitran. Benih pala tidak memiliki masa dormansi, namun masa perkecambahan yang cukup lama sekitar 1–3 bulan (BBPPTP 2013). Menurut Kartasapoetra (1986), kulit benih yang kedap air dan udara karena terlalu keras menyebabkan terjadinya dormansi mekanis sehingga embrio terhambat pertumbuhannya.

Salah satu upaya mempercepat pertumbuhan benih pala adalah dengan merusak kulit benih dengan melakukan skarifikasi untuk memudahkan masuknya air dan udara ke embrio benih. Kajian Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon melakukan penelitan pada tahun 2011 tentang teknik pembibitan pala dengan skarifkasi biji pala tanpa tempurung dan biji pala dengan tempurung. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa daya berkecambah benih pada perlakuan biji pala dengan tempurung hanya 60%, sedangkan perlakuan biji pala tanpa tempurung menghasilkan perkecambahan

(17)

3

100% (BBPPTP 2013). Hasil penelitian Febriyan (2014) menunjukkan perlakuan skarifikasi dua lubang (pangkal dan ujung benih pala) mempengaruhi perkecambahan benih pala yaitu dengan adanya pemunculan akar lebih cepat dari perlakuan tanpa skarifikasi dan skarifikasi satu lubang.

Menurut Pramudita (2014) kriteria kecambah normal pala yaitu apabila kecambah sudah memiliki panjang akar 3 cm – 4 cm dan panjang tunas 0.3 cm – 1 cm. Kriteria kecambah normal ini berdasarkan hasil penelitian dengan korelasi antara ukuran benih dengan bibit normalnya.

Kecambah pala yang ditanam pada media pasir memiliki tunas yang nyata lebih tinggi dibandingkan pada media arang sekam, media campuran pasir dan kompos. Perkecambahan benih pala pada media pasir menunjukkan tunas yang tinggi, diduga karena kecambah tersebut telah berkembang menjadi kecambah normal dan memiliki jumlah akar lateral yang cukup baik. Hal tersebut dikarenakan bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya batang (Febriyan 2014).

Pengertian dan Manfaat Zeolit

Zeolit merupakan suatu kelompok mineral yang dihasilkan dari proses hidrotermal pada batuan beku basa. Mineral ini biasanya dijumpai mengisi celah - celah ataupun rekahan dari batuan tersebut. Selain itu zeolit juga merupakan endapan dari aktivitas vulkanik yang banyak mengandung unsur silika (Sarno 1983). Bentuk zeolit yang biasa digunakan berupa butiran yang tidak mudah hancur dan tidak mudah menggumpal. Hal ini dapat membantu pertumbuhan jaringan akar tanaman. Zeolit berwarna putih dalam keadaan kering dan kehijauan dalam keadaan basah sehingga dapat digunakan sebagai indikator jumlah air yang terdapat di dalamnya (Fahmi 2013).

Hasil penelitian Hartati et al. (2001) menunjukkan bahwa media zeolit paling baik digunakan sebagai media pengujian viabilitas dan vigor benih duku. Media zeolit memberikan nilai daya berkecambah (83.6%) dan kecepatan tumbuh (68.6% KN etmal-1) tertinggi bila dibandingkan dengan media pasir dan media campuran tanah : pupuk kandang : pasir.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai dengan bulan April 2015. Lokasi percobaan bertempat di green house Kebun Percobaan Leuwikopo dan Laboratorium Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih pala yang dipanen 2 hari sebelum penyimpanan. Benih dipanen dari pohon induk pala Banda di daerah Wakal, Ambon. Kemasan untuk penyimpanan benih menggunakan plastik mika

(18)

4

2 2

transparan berukuran 22 cm x 11 cm x 9 cm, zeolit, fungisida dithane berbahan aktif mankozeb 80 %, dan pasir Cimangkok sebagai media kecambah.

Alat yang digunakan adalah scarifier MD-150 untuk skarifikasi benih, mesin pengiris benih pala, staples, cawan kadar air, desikator, gembor, oven, timbangan digital, bak pengecambah ukuran 38 cm x 32 cm x 10 cm, alat tulis, dan label.

Rancangan Percobaan Penelitian

Percobaan ini menggunakan Split Plot dengan Rancangan Acak Lengkap menggunakan tiga ulangan. Kondisi simpan sebagai petak utama dan lamanya periode simpan sebagai anak petak dengan masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Petak utama yaitu kondisi simpan (K) terdiri dari dua taraf yaitu H0 = kondisi kering (tanpa zeolit), H1 = kondisi lembab (dengan zeolit). Anak petak yaitu periode penyimpanan (P) terdiri dari enam taraf taraf: P0 = tanpa penyimpanan (0 hari), P1 = penyimpanan 3 hari , P2 = penyimpanan 6 hari, P3 = penyimpanan 9 hari, P4 = penyimpanan 12 hari, P5 = penyimpanan 15 hari. Percobaan ini terdiri dari 36 satuan percobaan dan tiap satuan percobaan terdiri dari 30 benih, sehingga total benih yang dibutuhkan untuk tiga ulangan yaitu 1080 benih. Analisis data dengan menggunakan rumus :

Model linier :

Yijk = µ + αi + βj + γik + θjk + (αβ)ij + єijk

Yijk : pengamatan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan taraf ke-i dari faktor kondisi simpan dan taraf ke-j dari faktor periode simpan µ : nilai rataan umum percobaan

αi : pengaruh perlakuan kondisi simpan ke-i βj : pengaruh perlakuan periode simpan ke-j

γik : galat percobaan dari kondisi simpan ke-i (galat a) θjk : galat percobaan dari periode simpan ke-j (galat b)

(αβ)ij : pengaruh interaksi kondisi simpan ke-i dan periode simpan ke-j єijk : galat percobaan dari kondisi simpan ke-i dan periode simpan ke-j

Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F untuk melihat ada tidaknya perbedaan antar perlakuan. Apabila terdapat pengaruh yang nyata pada taraf 5 % maka dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) untuk mengetahui perlakuan yang terbaik. Pengolahan data menggunakan software SAS dan Microsoft Excel.

Pelaksanaan Penelitian

Benih yang masih berfuli didistribusikan dari daerah Wakal,Ambon ke Bogor. Benih pala dipisahkan dari fuli buah, kemudian disortir untuk memilih benih yang terbaik secara visual. Hasil dari benih yang disortir tersebut kemudian direndam dengan fungisida dithane dengan konsentrasi 10 gL-1 selama 30 menit. Benih kemudian dihamparkan untuk diangin-anginkan selama 24 jam. Benih kembali dilakukan pemberian fungisida dithane dalam bentuk bubuk sebanyak 10 g yang dicampur dengan 5 g talek untuk pengenceran fungisida. Dosis fungisida tersebut cukup untuk seluruh benih percobaan yaitu 1080 benih. Benih yang telah

(19)

5

dikering anginkan dan diberi fungisida dithane kemudian dikemas dalam plastik mika transparan.

(a) (b)

Gambar 1 Kondisi penyimpanan tanpa zeolit (a) dan dengan zeolit (b) Kemasan plastik mika transparan berukuran 22 cm x 11 cm x 9 cm dapat menyimpan 30 benih dengan tambahan 1450 g zeolit. Kadar air zeolit awal dari toko pertanian yaitu 14-15 %, kemudian kadar air zeolit ditingkatkan 20% atau sesuai dengan kapasitas jenuh daya serap zeolit tersebut. Zeolit dengan kadar air 20% dibuat dengan cara menambahan air 200 ml kg-1 zeolit. Zeolit dengan kadar air 20% kemudian ditambahkan pada kemasan. Kemasan kemudian diberi 13 lubang udara pada bagian tutup kemasan guna melancarkan sirkulasi oksigen dalam kemasan. Benih yang telah dikemas disimpan selama periode simpan yang telah ditentukan.

Metode Pengecambahan Benih

Benih yang telah disimpan kemudian diukur kadar airnya. Benih yang digunakan untuk pengukuran kadar air yaitu 5 butir dan 25 butir untuk dikecambahkan pada setiap ulangan. Benih yang akan dikecambahkan terlebih dahulu diberi perlakuan skarifikasi dua lubang dan diinkubasi. Perlakuan skarifikasi ini dilakukan dengan mesin grinder listrik dengan putaran 2950 rpm. Pada saat proses skarifikasi diusahakan agar tidak merusak embrio benih. Benih yang telah diskarifikasi kemudian direndam selama 4 jam. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan imbibisi secara maksimal. Benih kemudian diinkubasi pada media zeolit berkadar air 50% selama 5 hari. Selanjutnya benih dikecambahkan pada media pasir yang telah diberi fungisida 2 gL-1 seminggu sebelumnya. Pengecambahan dan pengamatan viabilitas dan vigor benih dilakukan di green house Kebun Percobaan Leuwikopo.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan dengan mengukur kadar air, viabilitas dan vigor benih. Tolok ukur pengamatan viabilitas benih yaitu daya berkecambah dan potensi tumbuh maksimal, dan vigor benih yaitu kecepatan tumbuh dan indeks vigor.

1. Potensi tumbuh maksimal (PTM), diamati dengan menghitung jumlah benih yang berkecambah baik berkecambah normal maupun abnormal hingga akhir waktu pengamatan (hari ke-100).

(20)

6

2 2

2. Daya berkecambah benih (DB), diamati dengan menghitung jumlah kecambah normal (KN) pada hitungan pertama (hari ke-50) dan hitungan kedua (hari ke- 100).

Keterangan :

DB : Daya Berkecambah (%)

∑KN I : jumlah kecambah normal pada hari ke-50 ∑KN II : jumlah kecambah normal pada hari ke-100

3. Kecepatan tumbuh benih (KCT), diamati dengan menghitung jumlah tambahan perkecambahan harian atau etmal selama kurun waktu perkecambahan. Pengamatan dimulai saat hari ke-10 setelah benih ditanam hingga 100 hari dengan interval pengamatan 5 hari sekali.

KCT (% etmal-1) = Keterangan :

Ni : persentase kecambah normal setiap pengamatan ke- i (%)

ti : waktu pengamatan ke- i (etmal)

4. Indeks vigor (IV), diamati dengan menghitung persentase kecambah normal yang tumbuh pada hitungan hari ke-75. Indeks vigor dihitung dengan rumus:

Keterangan :

IV : Indeks Vigor (%)

∑KN I : jumlah kecambah normal pada hari ke-75

5. Kadar air (KA), diukur dengan menggunakan metode langsung, yaitu dengan metode oven pada suhu 103±2 ºC selama 17±1 jam. Benih yang sudah dikeringkan dimasukkan ke dalam desikator selama 30 – 45 menit. Kemudian KA dihitung menggunakan rumus:

Keterangan :

KA : Kadar Air (%)

M1 : berat cawan (g)

M2 : berat cawan + benih sebelum dioven (g)

(21)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Percobaan

Benih pala disimpan dalam dua kondisi simpan yang berbeda yaitu kondisi simpan dengan tambahan zeolit dan kondisi simpan tanpa zeolit. Penyimpanan dilakukan pada suhu kamar berkisar antara 25oC hingga 28oC selama periode simpan yang telah ditentukan. Benih dalam kondisi simpan tanpa zeolit terinfeksi oleh cendawan sebanyak 96% dari total benih tiap kemasan selama masa penyimpanan, namun sebaliknya untuk benih dalam kondisi dengan zeolit. Benih dalam kondisi simpan dengan zeolit hanya terinfeksi 4% dari total benih yang disimpan. Hal ini dapat disebabkan suhu yang tinggi dengan kelembaban yang rendah mengakibatkan benih dalam kondisi simpan tanpa zeolit bercendawan. Penggunaan air kran untuk melembabkan zeolit diduga tidak steril sehingga zeolit terkontaminasi cendawan.

Benih yang telah disimpan kemudian ditanam untuk dilakukan pengamatan selanjutnya. Penanaman dilakukan di green house selama 100 hari. Pada bulan pertama perkecambahan (Januari 2015), media perkecambahan berlumut akibat kelembaban yang tinggi antara 85 – 88%. Curah hujan pada bulan Januari 2015 juga meningkat 209 - 250 mm bulan-1 (BMKG 2015). Benih kemudian pindah tanam pada media baru dengan kondisi benih sudah berakar. Selama masa perkecambahan, benih berkecambah normal dan tidak terserang hama maupun penyakit hingga akhir pengamatan.

Faktor Kondisi Simpan dan Periode Simpan

Pada dasarnya, benih akan mengalami kemunduran atau deteriorasi selama masa penyimpanan yang disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang sangat memperngaruhi penyimpanan benih rekalsitran yaitu kadar air benih sebelum disimpan, suhu, kelembaban serta kemasan yang digunakan. Proses deteriorasi tersebut tidak dapat dicegah atau dihindari, melainkan hanyalah mengurangi kecepatannya. Salah satu usaha untuk mengurangi kecepatan deteriorasi tersebut dapat dilakukan dengan cara mengoplimalisasikan kondisi simpan dan periode simpan yang tepat. Kondisi simpan optimal dan lama periode simpan yang tepat dapat mempertahankan viabilitas benih selama masa simpannya. Rekapitulasi hasil sidik ragam semua tolok ukur yang diamati berdasarkan hasil percobaan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis ragam pada pengaruh kondisi simpan dan periode simpan terhadap perkecambahan benih pala

Tolok ukur Kondisi Periode Interaksi

KA (%) 155.48** 4.64** 17.69**

DB (%) 12.29* 3.74* 4.80**

PTM (%) 18.07* 6.59** 9.74**

KCT (% 5 hari-1) 8.64* 3.51* 3.87*

IV (%) 7.05* 2.98* 4.36**

Keterangan : KA: kadar air. DB: daya berkecambah. IV: indeks vigor. KCT: kecepatan tumbuh.

(22)

8

2 2

Kondisi simpan dan periode simpan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air benih. Kondisi simpan dan periode simpan juga berpengaruh nyata terhadap parameter viabilitas benih. Tolok ukur yang diamati untuk parameter viabilitas benih yaitu daya berkecambah (DB) dan potensi tumbuh maksimum (PTM). Kondisi simpan dan periode simpan berpengaruh nyata terhadap parameter vigor kekuatan tumbuh yang diukur dengan tolok ukur indeks vigor (IV) dan berpengaruh nyata terhadap kecepatan tumbuh (KCT). Interaksi antar perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap semua tolok ukur yang diamati.

Pengamatan Kadar Air

Kadar air merupakan suatu peubah yang sangat mempengaruhi viabilitas benih selama masa penyimpanan karena kadar air berbanding lurus dengan laju respirasi benih. Kadar air dan kandungan cadangan makanan selama dalam penyimpanan akan mengalami penurunan seiring dengan metabolisme yang berkelanjutan. Hasil rekapitulasi pengaruh kondisi simpan dan periode simpan terhadap kadar air benih dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Pengaruh kondisi simpan dan periode simpan terhadap kadar air (%) benih pala

Kondisi simpan Periode simpan (hari)

0 3 6 9 12 15

Dengan zeolit 25.96ef 33.3bcd 34.61bc 37.4ab 35.5ab 39.69a

Tanpa zeolit 27.83def 29.21cde 24.25ef 24.84ef 22.77f 22.86f

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Berdasarkan pada Tabel 2 terlihat bahwa kadar air benih yang disimpan menggunakan zeolit menunjukkan hasil yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi simpan tanpa zeolit mulai dari hari ke-3 penyimpanan. Benih yang disimpan dalam kondisi dengan zeolit mengalami peningkatan kadar air. Peningkatan kadar air benih disebabkan kondisi simpan yang tetap lembab. Hal tersebut diharapkan karena dapat menjaga kadar air benih tetap tinggi selama di penyimpanan. Kondisi kadar air yang tinggi menghasilkan nilai daya berkecambah yang tinggi pula (Tabel 4). Kadar air benih dalam kondisi simpan dengan zeolit stabil pada periode hari ke-9 hingga hari ke-15. Sementara untuk kadar air pada kondisi simpan tanpa zeolit semakin menurun hingga periode hari ke-15 dan menghasilkan daya berkecambah nyata lebih rendah dibandingkan dengan kondisi simpan dengan zeolit (Tabel 4).

Pengamatan Viabilitas Potensial dan Viabilitas Total

Pada Tabel 3 terlihat bahwa selama penyimpanan dengan tambahan zeolit, beberapa benih mengalami pertumbuhan apokol. Apokol (Gambar 2) mulai muncul pada periode penyimpanan hari ke-9. Munculnya apokol tersebut terjadi karena kadar air benih meningkat akibat tingginya kelembaban dan benih menyerap air dari zeolit. Kondisi simpan yang optimum seperti inilah yang mengakibatkan benih berkecambah selama penyimpanan. Oleh karena itu perlu percobaan lebih lanjut dengan metode benih yang disimpan tidak kontak langsung dengan zeolit dalam satu kemasan selama peyimpanan. Benih yang disimpan

(23)

9

dengan kondisi kering tidak mengalami pemunculan apokol dan bahkan menurunkan viabilitas benih yang ditunjukkan pada rendahnya daya berkecambah dan indeks vigor.

Gambar 2 Munculnya apokol saat penyimpanan hari ke-9

Hasil penelitian menunjukkan bahwa zeolit dapat digunakan sebagai media simpan maupun media perkecambahan. Hasil penelitian Hartati et al. (2001) menunjukkan bahwa zeolit merupakan media yang terbaik untuk perkecambahan benih duku karena zeolit memiliki kapasitas tukar kation (KTK) paling tinggi dibanding dengan media campuran dan pasir. Tingginya nilai KTK zeolit mengakibatkan proses pertukaran ion cepat terjadi. Semakin cepat pertukaran ion maka akan semakin cepat pula terjadi proses metabolisme benih. Sementara hasil penelitian Mira (1999) menunjukkan zeolit digunakan sebagai media simpan menunjukkan hasil yang lebih baik dengan daya berkecambah 81.20% dibandingkan dengan media serbuk gergaji dengan daya berkecambah 74.13%. Selain itu dengan media zeolit memberikan vigor kekuatan benih terbaik dibandingkan dengan media serbuk gergaji.

Tabel 3 Persentase benih yang telah muncul apokol selama masa penyimpanan

Kondisi simpan Periode simpan (hari)

0 3 6 9 12 15

Dengan zeolit 0 0 0 16 16 24

Tanpa zeolit 0 0 0 0 0 0

Pada umumnya benih rekalsitran tidak tahan kering karena kelemahan fisiologi benih untuk mengembalikan organel sel yang telah mengalami perubahan akibat menurunnya kadar air benih. Ketidakmampuan ini berdampak pada kegagalan sel melakukan metabolisme untuk keperluan pemeliharaan dirinya maupun proses perkecambahan. Hal tersebut terlihat pada kondisi tanpa zeolit, daya berkecambah dan potensi tumbuh maksimum tidak berbeda nyata pada setiap periode. Daya berkecambah pada periode simpan hari ke-9 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan periode simpan lainnya yaitu 5.89% (Tabel 4).

Interaksi antara kondisi simpan dan periode simpan berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah dan potensi tumbuh maksimum. Hasil daya berkecambah dan potensi tumbuh maksimum yang ditampilkan pada Tabel 4 dan Tabel 5 merupakan data hasil transformasi akar kuadrat yang menggunakan rumus

(24)

10

2 2

Tabel 4 Pengaruh kondisi simpan dan periode simpan terhadap daya berkecambah (%) benih pala

Kondisi simpan Periode simpan (hari)

0 3 6 9 12 15 Dengan zeolit 1.44b (2.67) 3.84ab (14.67) 0.71b (0.00) 5.89a (34.67) 3.24ab (10.67) 4.07ab (22.67) Tanpa zeolit 1.65b (4.00) 1.18b (1.33) 1.65b (2.67) 1.65b (2.67) 0.71b (0.00) 0.71b (0.00)

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Angka-angka dalam kurung “( )” merupakan angka asli persentasi daya berkecambah benih sebelum ditransformasi akar kuadrat

Hasil daya berkecambah benih pada setiap kondisi simpan dengan zeolit dan tanpa zeolit pada periode hari ke-0 dan hari ke-6 tidak berbeda nyata. Daya berkecambahan benih tertinggi terdapat pada kondisi simpan dengan zeolit dengan periode penyimpanan hari ke-9, persentase kecambah rataan 5.89%. Berbeda dengan hasil daya kecambah pada kondisi simpan tanpa zeolit tidak berbeda nyata pada setiap periode simpan. Hasil data diatas masih jauh untuk mencapai daya berkecambah 50% dari total benih yang ditanam. Hal tersebut erat kaitannya pada kadar air benih selama di penyimpanan, namun terbukti bahwa zeolit mampu mempertahankan viabilitas benih hingga penyimpanan hari ke-15. Tabel 5 Pengaruh kondisi simpan dan periode simpan terhadap potensi tumbuh

maksimum (%) benih pala

Kondisi simpan Periode simpan (hari)

0 3 6 9 12 15

Dengan zeolit 1.45b

(2.67b) (14.67)3.96ab (0.00)0.71b (34.67) 5.68a (16.00) 3.79ab (29.33) 4.92a

Tanpa zeolit 1.65b (4.00) 1.65b (1.33) 1.18b (2.67) 1.65b (2.67) 0.71b (0.00) 0.71b (0.00)

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Angka-angka dalam kurung “( )” merupakan angka asli persentasi daya berkecambah benih sebelum ditransformasi akar kuadrat

Pada Tabel 2 terlihat bahwa kadar air stabil dari periode hari ke-9 hingga hari ke-15. Semakin optimum kondisi simpan akan berpengaruh pada kadar air dan berkaitan erat dengan hasil daya berkecambah benih dan potensi tumbuh maksimum benih. Hasil potensi tumbuh maksimum pada Tabel 5 menunjukkan bahwa dengan menggunakan zeolit, benih masih berpotensi untuk berkecambah hingga penyimpanan hari ke-15. Kendala yang dihadapi dalam perkecambahan tersebut yaitu karena adanya beberapa faktor pada saat kondisi di lapang, seperti suhu, kondisi RH, curah hujan serta kondisi green house selama masa perkecambahan. Hasil penelitian Febryan (2014) terkait pengaruh media tanam dan teknik skarifikasi benih juga masih menunjukkan angka daya berkecambah pala tertinggi yaitu hanya 2.67% dari total hasil percobaan.

(25)

11

Pengamatan Vigor Benih

Kecepatan tumbuh benih merupakan indikator untuk mengetahui vigor benih. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan kecepatan berkecambah sejalan dengan waktu penyimpanan. Semakin lama benih disimpan menyebabkan kecepatan tumbuh semakin rendah. Kecepatan tumbuh benih mulai terlihat nyata tanpa zeolit yang menurun pada periode hari ke-15. Pada Tabel 2, zeolit mampu mempertahankan kadar air tetap tinggi hingga hari ke-15 penyimpanan. Kadar air yang tinggi tersebut juga dapat menghasilkan indeks vigor yang tinggi pula.

Tabel 6 Pengaruh periode simpan dan kondisi simpan terhadap kecepatan tumbuh benih (% etmal-1)

Kondisi simpan Periode simpan (hari)

0 3 6 9 12 15

Dengan zeolit 0.0154c 0.0162c 0.0152c 0.0183a 0.0162c 0.0178b

Tanpa zeolit 0.0155c 0.0153c 0.0154c 0.0154c 0.0152c 0.0152c

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Kecepatan tumbuh benih pada kondisi simpan tanpa zeolit tidak berbeda nyata dari periode hari ke-0 hingga hari ke-15 penyimpanan. Hal ini disebabkan kondisi benih dengan kadar air menurun seiring bertambahnya periode penyimpanan. Benih rekalsitran yang telah mengalami penurunan kadar air mengakibatkan penurunan viabilitas, sehingga kecepatan viablitasnya juga mengalami penurunan.

Hasil penelitian Suzanna (1999) pada benih karet menunjukkan bahwa pada tingkat kadar air awal 39-41% kecepatan tumbuh 5.4% etmal-1 dan laju pertumbuhan kecambah 488 mg kecambah-1. Terjadinya penurunan kecepatan tumbuh 4.68% etmal-1 dan laju pertumbuhan kecambah benih (382 mg kecambah -1) dimulai pada kadar air 26-29%. Pada kadar air 21-24% kecepatan tumbuh dan laju pertumbuhan kecambah menurun menjadi 3.94% etmal-1 dan 326 mg kecambah-1.

Tabel 7 Pengaruh kondisi simpan dan periode simpan terhadap indeks vigor (%) benih pala

Kondisi simpan Periode simpan (hari)

0 3 6 9 12 15 Dengan zeolit 1.18cd (1.33) 2.18bcd (5.33) 0.71d (0.00) 5.28a (28.00) 3.06bc (9.33) 4.06ab (22.67) Tanpa zeolit 1.65cd (4.00) 1.65cd (2.67) 1.65cd (2.67) 1.65cd (2.67) 0.71d (0.00) 0.71d (0.00)

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Angka-angka dalam kurung “( )” merupakan angka asli persentasi daya berkecambah benih sebelum ditransformasi akar kuadrat

Indeks vigor juga merupakan indikator penentu vigor benih. Indeks vigor tidak berbeda jauh dengan tolok ukur KCT yang dipengaruhi oleh kadar air benih.

(26)

12

2 2

Semakin cepat benih mengalami penurunan kadar air maka semakin rendah indeks vigor benih yang dihasilkan.

Nilai indeks vigor pada Tabel 7 merupakan hasil transformasi kuadrat seperti halnya dengan nilai daya berkecambah serta nilai potensi tumbuh maksmum. Indeks vigor benih pada kondisi tanpa zeolit tidak berbeda nyata pada setiap periode simpan. Indeks vigor pada periode hari ke-9 dan hari ke-12 pada kondisi simpan dengan zeolit berbeda nyata dengan kondisi simpan tanpa zeolit. Indeks vigor yang tinggi menunjukkan benih berkecambah lebih cepat. Hal tersebut terlihat pada Tabel 7 yang menunjukkan indeks vigor pada penyimpanan zeolit hari ke-9 nyata lebih tinggi dibandingkan periode lainnya dan berkecambah lebih cepat dari periode lainya (Tabel 6). Hal tersebut didukung karena apokol benih telah muncul pada penyimpanan periode hari ke-9.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kondisi simpan dengan zeolit lebih baik dibandingkan dengan kondisi simpan tanpa zeolit dalam mempertahankan viabilitas benih pala. Kondisi simpan dan periode simpan terbukti berpengaruh nyata terhadap parameter viabilitas potensial dengan tolok ukur daya berkecambah, viabilitas total dengan tolok ukur potensi tumbuh maksimum, serta vigor benih dengan tolok ukur kecepatan tumbuh dan indeks vigor. Penyimpanan dengan zeolit mempertahankan kadar air benih tetap tinggi dari 34.61% menjadi 39.69%, sedangkan penyimpanan tanpa zeolit menurunkan kadar air benih dari 27.83% menjadi 22.86%. Kondisi kadar air yang tinggi dapat mempertahankan viabilitas tetap tinggi yang ditunjukkan pada viabilitas benih tetap tinggi hingga periode simpan hari-15.

Saran

Penelitian penyimpanan benih pala perlu dilakukan kembali dengan media dan kemasan yang lebih beragam serta adanya penambahan tolok ukur pengamatan lainnya untuk mengetahui metode terbaik dalam menangani perbenihan khususnya benih pala.

DAFTAR PUSTAKA

[BAPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2000. Pala (Myristica fragan Houtt). Prihatman K, editor. Jakarta (ID): Bapenas.

[BBPPTP] Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan. 2014. Kriteria Pembibitan Pala. Ambon (ID): Direktorat Jendral Perkebunan. _____2013. Pembibitan Pala. Ambon (ID): Direktorat Jendral Perkebunan.

_____2013. Skarifikasi untuk Benih Pala. Ambon (ID): Direktorat Jendral Perkebunan.

(27)

13

[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2015. Data Iklim Bulanan Tahun 2015. Bogor (ID): BMKG

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Perkebunan Rakyat menurut Jenis Tanaman. www.bps.go.id

[Deptan] Departemen Pertanian. 2001. Penjabaran Program dan Kegiatan Pertanian tahun 2001-2004. Subsektor Perkebunan Bab V. Jakarta (ID): Departemen Pertanian.

[Dirjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan. 2012. Pedoman Teknis Perluasan Tanaman Pala Tahun 2012. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Perkebunan. Kementrian Pertanian.

Fahmi ZI. 2013. Media Tanam Sebagai Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman. Surabaya (ID): Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya.

Febriyan DG. 2014. Pengaruh teknik skarifikasi fisik dan media perkecambahan terhadap daya berkecambah benih pala (Myristica fragrans Houtt) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hartati U, Faiza CS, Suwardi. 2001. Pengaruh zeolit terhadap perkecambahan benih duku (Lansium domesticum Correa). Prosiding Seminar Nasional Zeolit II “Peningkatan Pendayagunaan Zeolit dalam Industri, Agribisnis, dan Lingkungan. 21 Agustus 2001. Bandung. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hartawan R dan Yulistiati N. 2012. Penetapan peubah utama kualitas benih karet dalam penyimpanan dengan metode sidik lintas. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Edisi Kuhusus. Hal: 71-76.

Justice OL dan Bass LN. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Roesli R. penerjemah. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada. Terjemahan dari: Principle and Practices of Seed Storage

Kartasapoetra AG. 1986. Teknologi Benih. Jakarta (ID): PT Bina Aksara

Mira FR. 1999. Pengaruh suhu simpan, media simpan dan periode konservasi terhadap viabilitas benih lengkeng (Nephelium longan Cambess.) [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Nurdjannah N. 2007. Teknologi Pengolahan Pala. Bogor (ID): Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Penanganan Pascapanen Pertanian.

Pramudita L. 2014. Karakterisasi morfologi benih dan penentuan kriteria kecambah normal pala (Myristica fragrans Houtt) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rismunandar. 1990. Budidaya dan Tataniaga Pala. Cetakan Kedua. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Samjaya ZR, ZR Djafar, ZP Negara, M Hasmeda dan H Suryaningtiyas. 2010. Respirasi dan penurunan mutu benih karet selama penyimpanan. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Bidang Pertanian “Pertanian Terintegrasi untuk Mencapai Millenium Development Goals (MDGs)”. Volume I Bidang Agroekoteknologi. Fakultas Pertanian Universitas Sriwiaya. Hal 421 – 434. Palembang (ID): Universitas Sriwiaya.

Sarno H 1983. Endapan Zeolit. Penggunaan dan sebarannya di Indonesia. Bandung (ID): Direktorat Sumberdaya Mineral Departemen Pertambangan dan Energi.

(28)

14

2 2

Sukarman dan Rusmin D. 2000. Penanganan Benih Rekalsitran. Buletin Plasma Nutfah 6 (1): 7 – 15.

Suzanna E. 1999. Pengaruh Penurunan Kadar Air dan Penyimpanan Terhadap Perubahan Fisiologi dan Biokimiawi Benih Karet (Hevea brasiliensis) [tesis]. Program Pascasarjana. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(29)

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel Anova pada Tolok Ukur yang Diamati Anova Variabel Kadar Air (KA

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

Kondisi 1 750.7600 750.7600 155.48 0.0002 ** Galat (a) 4 19.3153 4.8288 Periode 5 90.9482 18.1896 4.64 0.0057 ** Interaksi 5 346.7771 69.3554 17.69 0.0000 ** Galat (b) 20 78.4140 3.9207 Total 35 1286.2146

Anova Variabel Daya Berkecambah (DB)

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

Kondisi 1 33.8336 33.8336 12.29 0.0248* Galat (a) 4 11.0137 2.7534 Periode 5 24.5935 4.9187 3.74 0.0149* Interaksi 5 31.5689 6.3138 4.80 0.0048** Galat (b) 20 26.3132 1.3157 Total 35 127.3229

Anova Variabel Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

Kondisi 1 45.1360 45.1360 18.07 0.0131* Galat(a) 4 9.9896 2.4974 Periode 5 26.9730 5.3946 6.59 0.0009** Interaksi 5 39.8874 7.9775 9.74 0.0001** Galat (b) 20 16.3808 0.8190 Total 35 138.3668

Anova Variabel Kecepatan Tumbuh (KCT)

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

Kondisi 1 0.0000 0.0000 8.64 0.0424 * Galat (a) 4 0.0000 0.0000 Periode 5 0.0000 0.0000 3.51 0.0193 * Interaksi 5 0.0000 0.0000 3.87 0.0129 * Galat(b) 20 0.0000 0.0000 Total 35 0.0001

Anova Variabel Indeks Vigor (IV)

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

Kondisi 1 17.9070 17.9070 7.05 0.0567* Galat (a) 4 10.1640 2.5410 Periode 5 19.9097 3.9819 2.98 0.0363* Interaksi 5 29.1781 5.8356 4.36 0.0076** Galat (b) 20 26.7683 1.3384 Total 35 103.9271

(30)

16

2 2

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Patiluban Hilir, Mandailing Natal, Sumatera Utara pada tanggal 6 Mei 1993 dari Bapak Khadwan Tanjung dan Ibu Yusmiannur Nasution. Penulis adalah putri kedua dari empat bersaudara. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Plus Sipirok dan melanjutkan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama masa perkuliahan. Penulis juga aktif dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian 2012-2013 dan berbagai kepanitiaan Departemen seperti Festival Buah dan Bunga Nusantara 2013. Penulis pernah mengikuti kegiatan IPB Goes to Field tahun 2013 dengan tema Pengembangan Cyber Extension di Sentra Hortikultura Tegal, Desa Bojong. Kegiatan lainnya yaitu penulis juga aktif mengajar private diluar jadwal perkuliahannya hingga sekarang.

Gambar

Gambar 1 Kondisi penyimpanan tanpa zeolit (a) dan dengan zeolit (b)  Kemasan  plastik  mika  transparan  berukuran  22  cm  x  11  cm  x  9  cm  dapat  menyimpan  30  benih  dengan  tambahan  1450  g  zeolit
Gambar 2 Munculnya apokol saat penyimpanan hari ke-9

Referensi

Dokumen terkait

Total hasil skoring pada Tabel 7 menje- laskan bahwa hasil penilaian terhadap keselu- ruhan aspek menghasilkan bahwa teknologi pe- nangkapan yang paling tepat (prioritas

Sedangkan golongan ulama Zaidiah menerima hadis mudallas karena hadis ini eksistensinya sama dengan hadis Mursal (Hadis mursal diterima oleh jumhur). Sedangkan ulama

Dari pelaksanaan kompetensi tersebut hasil penelitian menunjukan pembentukan soft skill siswa yaitu siswa yang sebelumnya pasif menjadi aktif, yang sebelumnya tidak

Pada cluster masalah yang telah diolah dan dianalisa, didapatkan nilai kesepakatan dari kelima responden secara keseluruhan dengan tingkat kesepakatan W=0.36 yang menyatakan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh parameter perautan terhadap kekasaran permukaan hasil perautan menggunakan mesin bubut CNC dan mendapatkan

Terkait dengan pengertian PTK yang diartikan dengan ada beberapa definisi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut pendapat para ahli. 2) mendefinisikan penelitian

Hasil analisis kajian menunjukkan pemantauan aktiviti pertanian komuniti berada di bawah purata skor min yang sederhana iaitu 3.56. Analisa berkaitan i) pihak

Tinggi tanaman kontrol lebih rendah daripada perlakuan lain, penyebab pertumbuhan tanaman tomat terhambat karena serangan nematoda puru akar ( Meloidogyne spp.)