• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2004

TENTANG

LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SLEMAN,

Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah serta upaya dalam memberdayakan masyarakat desa dapat dibentuk lembaga-lembaga ke-masyarakatan sesuai kebutuhan dan atas prakarsa masyarakat;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara tanggal 14 Agustus 1950);

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999, Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunya Undang-undang 1950 Nomor 12, 13, 14 dan 15 Dari Hal Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di Jawa Timur/Tengah/Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara tanggal 14 Agustus 1950);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001, Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara

(2)

5. Keputusan Presiden Nomor 49 Tahun 2001 tentang Penataan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau Sebutan Lain;

6. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2000 tentang Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga;

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SLEMAN,

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional.

2. Badan Perwakilan Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah Badan Perwakilan yang terdiri atas pemuka-pemuka masyarakat yang ada di desa yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

3. Lembaga kemasyarakatan desa adalah organisasi kemasyarakatan yang ada di desa yang dibentuk dalam upaya memberdayakan masyarakat desa dan merupakan mitra yang membantu pemerintahan desa di bidang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

BAB II PEMBENTUKAN

Pasal 2

(3)

kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat.

(2) Nama lembaga kemasyarakatan desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah: a. lembaga pemberdayaan masyarakat desa;

b. pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga; c. karang taruna; dan

d. rukun tetangga.

(3) Pembentukan lembaga kemasyarakatan desa ditetapkan dengan peraturan desa.

BAB III

KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI

Pasal 3

Lembaga kemasyarakatan desa berkedudukan sebagai mitra pemerintah desa dalam penyelenggaraan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat.

Pasal 4

Tugas lembaga kemasyarakatan desa adalah membantu pemerintah desa dalam rangka merencanakan dan melaksanakan pembangunan serta pemberdayaan masyarakat desa.

Pasal 5

Lembaga kemasyarakatan desa dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 mempunyai fungsi sebagai wadah dan penyalur aspirasi masyarakat desa berkaitan dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat dalam bidang perencanaan, pelaksanaan, pengendalian pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

BAB IV

JENIS LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Bagian Kesatu

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Paragraf 1

Pengertian

Pasal 6

(4)

dibentuk dalam rangka upaya pemberdayaan masyarakat desa atas prakarsa masyarakat sebagai mitra pemerintah desa dalam menampung dan mewujudkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan.

Paragraf 2 Tugas dan Fungsi

Pasal 7

(1) Tugas Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa: a. menyusun rencana pembangunan yang partisipatif; b. menggerakkan swadaya dan gotong royong masyarakat; c. melaksanakan dan mengendalikan pembangunan. (2) Fungsi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa:

a. penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat desa; b. pengkoordinasian perencanaan pembangunan;

c. pengkoordinasian perencanaan lembaga kemasyarakatan;

d. perencanaan kegiatan pembangunan secara partisipatif dan terpadu;

e. penggalian dan pemanfaatan sumber daya kelembagaan untuk pembangunan di desa.

Paragraf 3 Susunan Pengurus

Pasal 8

(1) Susunan pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa tingkat desa: a. ketua dan wakil ketua;

b. sekretaris; c. bendahara; d. seksi.

(2) Seksi sebagaimana dimaksud dalam huruf d ayat (1) dapat terdiri atas: a. seksi prasarana fisik;

b. seksi ekonomi; c. seksi sosial budaya; d. seksi agama;

e. seksi pendidikan dan perpustakaan; f. seksi pemuda dan olah raga;

(5)

g. seksi lain sesuai kebutuhan.

Paragraf 4

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Tingkat Padukuhan

Pasal 9

(1) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya dapat membentuk Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa tingkat padukuhan.

(2) Kedudukan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa tingkat padukuhan adalah sebagai sub unit dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa tingkat desa.

(3) Susunan pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa tingkat padukuhan: a. ketua;

b. sekretaris; c. bendahara; dan d. kelompok kegiatan.

(4) Kelompok kegiatan sebagaimana dimaksud dalam huruf d ayat (3) dapat terdiri atas: a. kelompok kegiatan prasarana fisik;

b. kelompok kegiatan ekonomi; c. kelompok kegiatan sosial budaya; d. kelompok kegiatan agama;

e. kelompok kegiatan pendidikan dan perpustakaan; f. kelompok kegiatan pemuda dan olah raga; dan g. kelompok kegiatan lain sesuai kebutuhan.

Paragraf 5 Tata Kerja

Pasal 10

(1) Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa tingkat desa dalam menjalankan tugas dan fungsinya bertanggung jawab dan melaporkan pelaksanaan tugas kepada lurah desa.

(6)

(2) Setiap pengurus LPMD wajib menyampaikan laporan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.

Bagian Kedua

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Paragraf 1

Pengertian

Pasal 11

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga adalah gerakan nasional yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat, dengan perempuan sebagai motor penggeraknya menuju terwujudnya keluarga bahagia, sejahtera, maju dan mandiri.

Paragraf 2 Tugas dan Fungsi

Pasal 12

(1) Tugas Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga:

a. menggerakkan dan membina pelaksanaan program pemberdayaan kesejahteraan keluarga; dan

b. mengkoordinasikan kegiatan masyarakat dalam pelaksanaan program pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga.

(2) Fungsi Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga:

a. merencanakan dan melaksanakan program kerja pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga;

b. menghimpun, menggerakkan dan membina potensi masyarakat, khususnya keluarga dalam rangka terlaksananya program pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga; dan

c. memberikan bimbingan, motivasi dan petunjuk kepada penggerak pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga di tingkat bawahnya.

Paragraf 3 Susunan Pengurus

(7)

(1) Susunan pengurus Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga tingkat desa: a. ketua dan wakil ketua;

b. sekretaris; c. bendahara; dan d. kelompok kerja.

(2) Kelompok kerja sebagaimana dimaksud dalam huruf d ayat (1) dapat terdiri dari: a. Kelompok kerja I meliputi bidang:

1. penghayatan dan pengamalan Pancasila; dan 2. gotong royong.

b. Kelompok kerja II meliputi bidang: 1. pangan;

2. sandang; dan

3. perumahan dan tata laksana rumah tangga. c. Kelompok kerja III meliputi bidang:

1. pendidikan dan keterampilan; dan 2. pengembangan kehidupan berkoperasi. d. Kelompok kerja IV meliputi bidang:

1. kesehatan;

2. kelestarian lingkungan hidup; dan 3. perencanaan sehat.

Paragraf 4

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Tingkat Padukuhan, Rukun Tetangga dan Kelompok Dasa Wisma

Pasal 14

(1) Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga tingkat desa dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya dapat membentuk:

a. Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga tingkat padukuhan;

b. Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga tingkat rukun tetangga; dan c. Kelompok dasa wisma.

(2) Kedudukan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga tingkat padukuhan, Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga tingkat rukun tetangga, dan kelompok dasa wisma adalah sebagai sub unit dari Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga tingkat desa.

(8)

terdiri dari: a. ketua; b. sekretaris; c. bendahara;

d. kelompok kerja; yaitu:

1. Kelompok kerja I meliputi bidang:

a) penghayatan dan pengamalan Pancasila; dan b) gotong royong.

2. Kelompok kerja II meliputi bidang: a) pangan;

b) sandang; dan

c) perumahan dan tata laksana rumah tangga. 3. Kelompok kerja III meliputi bidang:

a) pendidikan dan keterampilan; dan b) pengembangan kehidupan berkoperasi. 4. Kelompok kerja IV meliputi bidang:

a) kesehatan;

b) kelestarian lingkungan hidup; dan c) perencanaan sehat.

(4) Susunan pengurus Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga tingkat rukun tetangga dan kelompok dasa wisma, terdiri dari:

a. ketua; b. sekretaris; dan c. bendahara. Paragraf 5 Tata Kerja Pasal 15

(1) Ketua Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga tingkat desa dalam menjalankan tugas dan fungsinya bertanggung jawab dan melaporkan pelaksanaan tugas kepada lurah desa sebagai pembina Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga dan ketua tim penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga tingkat kecamatan.

(2) Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga tingkat desa dalam menjalankan tugas melakukan koordinasi program kegiatan dengan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa tingkat desa.

(9)

(3) Setiap pengurus Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga wajib menyampaikan laporan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.

Bagian Ketiga Karang Taruna

Paragraf 1 Pengertian

Pasal 16

Karang taruna adalah wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda yang tumbuh atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda wilayah desa, bergerak terutama dalam bidang kesejahteraan sosial, yang secara fungsional dibina dan dikembangkan oleh instansi di bidang sosial.

Paragraf 2 Tugas dan Fungsi

Pasal 17 (1) Tugas karang taruna:

a. bersama pemerintah desa menanggulangi masalah kesejahteraan sosial; dan b. memberdayakan dan mengembangkan potensi generasi muda di lingkungannya. (2) Fungsi karang taruna:

a. memelihara dan memupuk kesadaran dan tanggung jawab sosial, semangat kebersamaan, jiwa kekeluargaan dan rasa kesetiakawanan sosial;

b. memupuk kreativitas generasi muda untuk dapat mengemban tanggung jawab sosial kemasyarakatan; dan

c. melaksanakan usaha pencegahan kenakalan remaja, penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya.

Paragraf 3 Susunan Pengurus

Pasal 18 (1) Pengurus karang taruna, terdiri atas:

(10)

b. sekretaris; c. bendahara; dan d. seksi.

(2) Seksi sebagaimana dimaksud dalam huruf e ayat (1) dapat terdiri atas: a. seksi organisasi;

b. seksi pendidikan dan latihan;

c. seksi pelayanan kesejahteraan sosial; d. seksi pengabdian masyarakat;

e. seksi usaha;

f. seksi kerohanian/pembinaan mental; g. seksi kesenian;

h. seksi olah raga; dan

i. seksi lain sesuai dengan kebutuhan.

Paragraf 4 Tata Kerja

Pasal 19

(1) Ketua karang taruna dalam menjalankan tugas dan fungsinya bertanggung jawab dan melaporkan pelaksanaan tugas kepada Lurah Desa.

(2) Karang taruna dalam menjalankan tugas melakukan koordinasi program kegiatan dengan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa tingkat desa.

(3) Setiap pengurus karang taruna wajib menyampaikan laporan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Bagian Keempat Rukun Tetangga Paragraf 1 Pengertian Pasal 20

(1) Rukun tetangga adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka membantu penyelenggaraan pembangunan dan kemasyarakatan.

(11)

(2) Rukun tetangga beranggotakan sebanyak-banyaknya 50 (lima puluh) kepala keluarga dan dibentuk di tingkat padukuhan.

Paragraf 2 Tugas dan Fungsi

Pasal 21 (1) Tugas rukun tetangga:

a. memelihara kerukunan hidup warga;

b. menggerakkan gotong royong, swadaya, dan partisipasi masyarakat; c. membantu menyebarluaskan program pemerintah; dan

d. membantu terciptanya ketentraman dan ketertiban masyarakat.

(2) Fungsi rukun tetangga:

a. menjembatani hubungan antar sesama anggota masyarakat dengan pemerintah; dan

b. penanganan masalah-masalah kemasyarakatan yang dihadapi warga. Paragraf 3

Susunan Pengurus

Pasal 22 Susunan pengurus rukun tetangga terdiri atas: a. ketua; b. sekretaris; dan c. bendahara. Paragraf 4 Rukun Warga Pasal 23

(1) Rukun tetangga dalam menjalankan tugas dan fungsinya dapat dikoordinasikan oleh rukun warga.

(2) Kedudukan rukun warga sebagai forum koordinasi rukun tetangga.

(12)

masyarakat.

(4) Susunan pengurus rukun warga terdiri atas: a. ketua;

b. sekretaris; dan c. bendahara.

BAB V

MASA KERJA, PENGANGKATAN DAN PEMILIHAN PENGURUS

Pasal 24

Masa kerja pengurus lembaga kemasyarakatan desa adalah 5 (lima) tahun.

Pasal 25

Pengangkatan pengurus lembaga kemasyarakatan desa ditetapkan dengan Keputusan Lurah Desa.

Pasal 26

Pemilihan pengurus lembaga kemasyarakatan desa dilaksanakan secara demokratis dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat melalui musyawarah.

BAB VI SUMBER DANA

Pasal 27

Sumber dana lembaga kemasyarakatan desa dapat diperoleh dari: a. swadaya dan partisipasi masyarakat desa;

b. bantuan dari pemerintah desa sesuai dengan kemampuan keuangan desa; c. bantuan pemerintah kabupaten;

d. bantuan pemerintah propinsi; e. bantuan pemerintah; dan

f. bantuan lainnya yang sah dan tidak mengikat.

BAB VII FASILITASI

(13)

Pasal 28

(1) Pemerintah, pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten dapat memfasilitasi tumbuh berkembangnya lembaga kemasyarakatan desa.

(2) Fasilitasi pemerintah, pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten berupa pemberian pedoman, bimbingan dan pelatihan, arahan, bantuan dan supervisi.

BAB VIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 29

Lembaga kemasyarakatan desa yang ada sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini, tetap diakui keberadaannya dan dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu) tahun wajib menyesuaikan berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP Pasal 30

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 31

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sleman.

Ditetapkan di Sleman

Pada tanggal 14 Januari 2004 BUPATI SLEMAN,

Cap/Ttd. IBNU SUBIYANTO

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sleman: Nomor : 1/K.DPRD/2004

(14)

Tentang : Persetujuan Penetapan 7 (Tujuh) Peraturan Daerah tentang:

1. Perubahan Pertama Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 3 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,

2. Kedudukan Keuangan Bupati dan Wakil Bupati, 3. Lembaga Kemasyarakatan Desa,

4. Dana Alokasi Desa,

5. Sumber Pendapatan Desa, 6. Izin Pramuwisata,

7. Perizinan di Bidang Usaha Minyak dan Gas Bumi.

Diundangkan di Sleman. Pada tanggal 21 Januari 2004 PLH. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SLEMAN, Cap/Ttd.

Ir. S. RIYADI MARTOYO, MM.

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan dan memperoleh desain pembelajaran pada materi fungsi kuadrat dengan visual scaffolding untuk dapat mengembangkan kemampuan

Kurang te r dapatnya ra lasi yang lnik antara llparat yang ber- wenang dalnm pe laksrulaan Ipeda!. ~1 nya unsur pem ungut Ipeda yang satu menyalahkan unaur pemungut

Matriks SWOT dapat menggambarkan dengan jelas bagaimana strategi pemasaran perusahaan yang sesuai berdasarkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dalam rangka

Bentik (tutupan karang) yang paling dominan ditemukan pada ketiga lokasi adalah karang keras (HC) dengan persentase lebih dari 50% pada setiap lokasi dengan genus yang paling

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran berbasis ketrampilan proses dengan e-portofolio assessment online pada mata kuliah Technique

Jika Formulir Penjualan Kembali Unit Penyertaan FORTIS KOMODITAS PLUS yang telah dipenuhi sesuai dengan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak Investasi Kolektif

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat peneliti paparkan maksud dari Bapak B.H.R bahwa strategi pemasaran yang di lakukan oleh Bank Muamalat Indonesia KC

Hasil analisis data menunjukkan bahwa Kendala dalam menaggulangi penyalahgunaan narkotika kurang peran serta masyarakat, masyarakat kurang memahami tugas dari BNN,