SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI TERAPAN 2014 (SNTT 2014)
SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA (SV UGM)
“Membangun Kedaulatan Bangsa Melalui Budaya, Sains, dan Teknologi”
Yogyakarta, 15 November 2014
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI TERAPAN (SNTT) 2014
ISBN
978-602-1159-06-4
© 2014 oleh:
Sekolah Vokasi
Universitas Gadjah Mada
Hak Publikasi dilindungi oleh Undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan
sebagian maupun seluruh isi prosiding ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.
SUSUNAN PANITIA
Penanggung Jawab
Ir. Hotma Prawoto S., M.T. (Direktur Sekolah Vokasi)
Ma’un Budiyanto, ST., MT. (Wakil Direktur Bidang Penelitian Pengabdian Masyarakat dan
Kerjasama)
Wikan Sakarinto, ST., M.Sc., Ph.D. (Wakil Direktur bidang Akademik dan Kemahasiswaan)
Ir. Heru Budi Utomo, MT. (Wakil Direktur bidang SDM dan Keuangan)
Tim Penelitian dan Pengabdian (PPM) SV UGM Tahun 2014
Andhi Akhmad Ismail, ST., M.Eng
Alif Subardono, ST., M.Eng.
drh. Fatkhanuddin Aziz, M.Biotech
Ketua Panitia
Ir. F. Eko Wismo Winarto, M.Sc., Ph.D.
Tim Pelaksana
Ihda Arifin Faiz, SE., M.Sc (Koordinator)
Sekretaris
: Dwinda Meilia Rizqi
Perkap
: Achmad Bakhtiar
: Wiwid Haryunika
: Ryanda Dwi Nindya
Bendahara
: Peni Purnawati
: Putra Diyan N
Tim Kreatif
: Almas Barliyan
: Luhur Wasisa
: Mohammad Tsalatsa Rizal
Edit
: Aditya Rikky S
Acara
: Adin Putri Wijaya
: Aldryn Lazari
: Nurul Wulandari
: Rofi Addy Nugroho
: M. Bagus Gading
: Indra Lukmana
Humas
: Joni Iskandar
: Liana Nurlita Sari
: Sri Kusumastuti
: Ja’far
Pertumbuhan Ekonomi dan Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia
2014: Modifikasi Kurva Kutznet
Anggi Rahajeng1 1
Prodi Ekonomika Terapan Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada
anggi.rahajeng@ugm.ac.id
Intisari-Penelitian ini mencoba untuk memberikan
informasi hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan hidup yang ada di Indonesia dengan menggunakan Kurva Kutznet yang telah dimodifikasi. Kurva Kutznet menunjukkan hubungan pendapatan per kapita dengan kondisi lingkungan hidup tetapi ukuran pembangunan ekonomi modern tidak hanya mempertimbangkan pendapatan perkapita yang tercermin dalam PDRB saja tetapi juga aspek kesehatan, pendidikan yang terangkum dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sehingga Kurva Kutznet dimodifkasi dengan memasukkan satu indikator tambahan IPM. Kualitas manusia penting bagi terwujudnya pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan lingkungan hidup. Penelitian ini menggunakan data sekunder PDRB perkapita, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) dianalisis menggunakan panel data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas lingkungan hidup secara negatif dipengaruhi oleh pendapatan perkapita dan menarik karena IPM pun mempengaruhi kualitas lingkungan secara negatif.
Kata kunci: Environmental Kuznets Curve (EKC); Indeks Kualitas Lingkungan (IKLH); Indeks Pembangunan Manusia (IPM); Pertumbuhan Ekonomi; PDRB; Indonesia
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu isu penting dalam pembangunan ekonomi dalam beberapa dekade ini adalah isu keterkaitan antara pertumbuhan-pembangunan ekonomi dan perubahan kualitas lingkungan yang cenderung menurun, salah satu bukti adalah terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim ekstrim di beberapa wilayah termasuk Indonesia.
Pembangunan ekonomi untuk meningkatkankesejahteraan masyarakat perlu dilakukan di semua bidang, seluruh kegiatan ekonomi memerlukan sumber alam/lingkungan sehingga antara kegiatan ekonomi dan lingkungan tidak dapat dipertukarkan. Lingkungan dapat dioptimalkan untuk mendukung pembangunan ekonomi, suatu negara harus dapat memanfaatkan sumber daya alam untuk mendukung pertumbuhan ekonomi sehingga penggunaan sumber daya alam diarahkan untuk melindungi lingkungan dan menumbuhkan perekonomian.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) setelah program Target Pembangunan Milenium (MDG`s) berakhir 2015 akan segera membentuk program
pembangunan berkelanjutan mulai 2015 hingga 2030 dengan fokus utama adalah pengentasan kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga bumi dan lingkungan.KTT APEC 2013 di Nusa Dua Bali, mencoba untuk mensinergikan antara pembangunan ekonomi dan lingkungan karena selama ini pembangunan ekonomi selalu dinilai berdampak negatif bagi lingkungan. Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan untuk mengintegrasikan pertumbuhan ekonomi dan lingkungan terutama aspek ekologi dalam perspektif yang lebih panjang. Dunia telah kehilangan 30% keragaman hayati sejak tahun 1970 – 2012 (IPB, 2013), kerusakan ekosistem terbesar adalah di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia yaitu sekitar 60% keragaman hayati di kawasan ini punah akibat pembukaan lahan untuk pembuatan jalan, pembagunan pemukiman, kegiatan ekonomi di bidang penambangan, perkebunan dan kehutanan. Dalam KTT APEC 2013 ini Indonesia menawarkan konsep harmonisasi kehidupan masyarakat dan alam di Bali yang dikenal dengan Tri Hita Karana, konsep tersebut dapat digunakan untuk pembangunan berkelanjutan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dalam pertumbuhan ekonomi.
Data PDRB Indonesia menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun namun apakah pertumbuhan ekonomi tersebut meningkatkan kualitas lingkungan, atau pada suatu kondisi tertentu pertumbuhan ekonomi justru menurunkan kualitas lingkungan seperti yang disampaikan Kutznet (Panayouto, 2003). Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kualitas manusia sebagai salah satu modal penting dalam pembangunan ekonomi. Manusia yang berkualitas tentunya akan lebih mengerti pentingnya kualitas lingkungan/sumber daya alam terhadap pertumbuhan ekonomi dan kualitas hidup. Bagaimana kualitas lingkungan di Indonesia tahun 2004 dari segi kualitas air sungai, udara dan tutupan hutan menurut Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH, 2011), dan bagaimana gambaran kondisi lingkungan hidup seperti keanekaragaman hayati Indonesia saat ini.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang hubungan antara pendapatan perkapita (PDRB) dan kualitas manusia (IPM) dengan kualitas lingkungan hidup (IKLH), dan mencoba memberikan gambaran kondisi lingkungan hidup di Indonesia tahun 2014.
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini meliputi kondisi ekonomi, manusia dan lingkungan. Kondisi ekonomi diwakili oleh data PDRB 9 sektor yang dikeluarkan oleh BPS, sedangkan kualitas hidup manusia ditunjukkan dari data IPM yang meliputi pendapatan/pengeluaran per kapita, tingkat usia harapan hidup (kesehatan), angka partisipasi kasar pendidikan, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah (pendidikan) yang ditunjukkan dengan data PDRB, IPM dan IKLH Indonesia (33 Provinsi). Kualitas lingkungan meliputi kualitas air sungai, udara dan tutupan hutan selain itu kualitas lingkungan dapat dilihat dari aspek keanekaragaman hayati dan kondisi lingkungan di wilayah pesisir yang kebanyakan berada di wilayah yang termasuk dalam 3 T (terdepan, terluar dan terpencil).
II. Tinjauan Pustaka
2.2.1 Landasan Teori
Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, meratakan pembagian pendapatan masyarakat. Salah satu cara untuk mengetahui peningkatan kesejahteraan penduduk adalah dengan melihat hasil perhitungan Produk Domestik Regional Bruto yang ditetapkan berdasarkan pada Harga Berlaku dan Harga Konstan.Ada dua komponen utama dalam penyusunan PDRB, yaitu pertumbuhan PDRB dan PDRB per kapita (BPS, 2012).
Ekonomi tidak hanya perlu tumbuh terus menerus tetapi perlu tumbuh secara berkualitas artinya pertumbuhan ekonomi disertai dengan pengurangan kemiskinan, pengurangan pengangguran, peningkatan kualitas hidup masyarakat yang tercermin dalam peningkatan kesehatan-pendidikan sebagaimana yang tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah Pusat sejak tahun 2008. Dalam RKP Pemerintah pusat dan dijabarkan dalam RKP Pemerintah Daerah dinyatakan bahwa target pelaksanaan pembangunan ekonomi adalah untuk mempercepat pertumbuhan (pro growth) yang berkualitas, mengurangkan kemiskinan (pro-poor) dan mengurangkan pengangguran (pro-job).
Perekonomian Indonesia pada tahun 2010 tumbuh 6,1 persen dan tahun 2011 pertumbuhan ekonomi 6,5 persen. Kini Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan tertinggi kedua setelah China. Akan tetapi pertumbuhan yang tinggi ini dibarengi dengan tingginya angka kemiskinan dan tingkat pengangguran yang baru sedikit menurun. Di sisi lain ketimpangan pendapatan masyarakat semakin tinggi, yang digambarkan oleh rasio gini. Rasio gini 2009 sebesar 0,37 meningkat menjadi 0,38 pada 2010 dan menjadi 0,41 tahun 2011. Selain itu kondisi IPM, pendidikan, dan indeks daya saing global Indonesia semakin menurun. Forum Ekonomi Dunia menyebutkan, indeks daya
saing Indonesia yang pada 2011 di peringkat ke-46, kini turun ke peringkat ke-50 pada 2012. Sementara itu, Organisasi Buruh Internasional (ILO) menyebutkan, proporsi pekerja lulusan universitas terhadap total pekerja di Indonesia pada 2011 sebesar 7 persen, jauh lebih rendah dibandingkan dengan Thailand (17 persen), Filipina (29 persen), dan Singapura (28,3 persen).
Pembangunan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perlu dilakukan di semua bidang, seluruh kegiatan ekonomi memerlukan alam sehingga antara kegiatan ekonomi dan lingkungan tidak dapat dipertukarkan. Lingkungan dapat dioptimalkan untuk mendukung pembangunan ekonomi, suatu negara harus dapat memanfaatkan sumber daya alam untuk mendukung pertumbuhan ekonomi sehingga penggunaan sumber daya alam diarahkan untuk melindungi lingkungan dan menumbuhkan perekonomian.
Kerusakan lingkungan dan penurunan kuantitas maupun kualitas sumber daya alam merupakan akibat pembangunan ekonomi yang mengabaikan lingkungan, tidak ramah lingkungan. Kerusakan lingkungan bukan saja mengurangi kemampuan sumber daya alam dan jasa lingkungan dalam memenuhi kebutuhan manusia tetapi memiliki konsekuensi yang lebih yaitu menimbulkan penderitaan bagi manusia akibat kerusakan lingkungan seperti kekeringan, banjir, kekurangan pangan belum lagi jika dihitung biaya sosial yang begitu besar ditanggung masyarakat akibat kerusakan lingkungan. Contoh polusi udara, air dan tanah dapat menimbulkan terjadinya penurunan kualitas kesehatan masyarakat dan kualitas hidup masyarakat.
Pengelolaan sumber daya alam-lingkungan kaitannya dengan pembangunan ekonomi tidak terlepas kebijakan ekonomi yang market friendly dan enviromental friendly (Fauzi, 2009). Kebijakan ekonomi yang bersifat market friendly merupakan necessary condition sementara kebijakan ekonomi yang environmental friendly merupakan sufficient condition bagi pembangunan ekonomi masa sekarang dan mendatang karena kebijakan ekonomi yang hanya bertujuan memenuhi kebutuhan pasar pada akhirnya akan mengorbankan kualitas sumber daya dan lingkungan. Manakala sumber daya alam dan lingkungan terdegradasi maka akan menjadi bumerang bagi pertumbuhan ekonomi itu sendiri.
2.2.2 Penelitian-penelitian sebelumnya
Sacchi and Debashis (2009) dampak restrukturisasi ekonomi selama tahun 1990-an ternyata mempengaruhi kualitas lingkungan yang berbeda sehingga pertumbuhan ekonomi dengan kualitas lingkungan tidak menunjukkan gambaran secara jelas bergantung pada lokasi beserta atributnya. Sedangkan kualitas lingkungan dengan nilai IPM (individually) menunjukkan adanya
hubungan non-linier. George Halkos (2011) menggunakan data panel menemukan bahwa ada hubungan antara pembangunan ekonomi dan tingkat polusi (dalam bentuk emisi CO2), keadaan ini dapat diminimalisasi dengan adanya kebijakan. Senada dengan penelitian Halkos (2011), Sherry Bartz dan David L. Kelly (2006) juga menemukan penurunan emisi polusi meningkat manakala pendapatan meningkat. bahwa adanya peningkatan dan kemudian penurunan emisi polusi ketika pendapatan meningkat. Ryo Horii dan Masako Ikefuji (2014) jika perekonomian hanya memperluas skala produksi saja maka akan meningkatkan polusi dan memperburuk lingkungan. Terdapat tiga efek negatif yang ditimbulkan, yaitu degradasi lingkugan, polusi lokal, dan polusi global, di mana jika efek ini terlalu besar, maka perekonomian tidak akan mampu lagi mengakumulasikan modal fisik dan manusia (limits to growth).Menurut Swarup Santra (2014) Kualitas lingkungan juga dipengaruhi oleh kualitas manusia yang dapat diukur dengan IPM (indeks pembangunan manusia) dan sebaliknya kualitas hidup manusia dipengaruhi oleh kualitas lingkungan.
2.2.3 Faktor-faktor dalam studi literatur
dan model penelitian
Dalam penelitian ini terdapat 3 (tiga) faktor yang akan diteliti pengaruhnya terhadap kualitas lingkungan hidup di Indonesia, yakni IKLH dengan PDRB; IKLH dengan PDRB dan Dummy; dan IKLH dengan IPM. Jadi, model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Yit ȕ1ȕ2X2itȝit
Yit ȕ1ȕ2Z2itȝit
Di mana i adalah i unit cross sectional dan t adalah tahun periode waktu.
2.2.4 Hipotesis
1. Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi besarnya kualitas lingkungan hidup.
2. Kualitas pembangunan manusia mempengaruhi besarnya kualitas lingkungan hidup.
III. Metodologi
3.2.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data dan informasi diperoleh dari Data Sekunder, yaitu data dan informasi yang diperoleh dari dokumen/publikasi/laporan penelitian dari dinas/instansi maupun sumber data lainnya yang menunjang dari berbagai instansi seperti BPS, Kementerian Lingkungan Hidup dan Bappenas. Sebagai contoh PDRB Indonesia per provinsi diperoleh dari BPS, IKLH (Indeks Kualitas Lingkungan Hidup) dan SLH (Status Lingkungan Hidup) diperoleh dari Kementerian Lingkungan Hidup, data IPM (Indeks Pembangunan Manusia) diperoleh dari BPS.
3.2.2 Alat Analisa
Alat analisa yang digunakan adalah panel data. Dengan menggunakan pendekatan panel data, maka salah satu manfaatnya adalah dapat mengeluarkan unobserve variabel (variabel yang sukar untuk diukur) atau yang sering sebut sebagai individual effect sehingga model dapat menjadi lebih baik. Di mana individual effect ini dikategorikan menjadi dua macam efek, yakni fixed effect dan random effect. Secara hipotesis menunjukkan bahwa jika sumber data berasal dari sample maka dugaan model panel ialah random effect, sementara jika sumber datanya adalah data bersifat agregat maka kecenderungannya adalah fixed effect. Akan tetapi, dengan menggunakan uji Hausman dapat diputuskan bahwa apakah model panel tersebut
datanya fixed effect ataukah random effect
(Widarjono, 2005; Gujarati & Porter, 2009).
IV. PEMBAHASAN
4.2.1 IKLH dan PDRB
Berdasarkan hasil running uji Hausmann,
didapatkan bahwaprobabilita pada Chi-Squarenya ialah sebesar 0,8592 pada Į , yang mana p YDOXH ! Į atau 0,8592 > 0,05, sehingga keputusannya hipotesis alternatif (H1) ditolak, maka model fixed lebih baik dibanding model random. Jadi, model regresi hubungan antara IKLH dengan PDRB adalah:
IKLH = 74,07101 – 7,10E-05 PDRB Model regresi di atas dengan nilai konstanta sebesar 74,07101 berarti bahwa jika PDRB dianggap konstan maka rata-rata nilai IKLH adalah sebesar 74,07101 sementara koefisien regresi PDRB sebesar -7,10E-05 menunjukkan bahwa jika PDRB naik sebesar satu milyar, maka akan menurunkan nilai IKLH sebesar -7,10E-05. Dengan kata lain, adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan menurunkan kualitas lingkungan hidup.
4.2.2 IKLH dan IPM
Berdasarkan hasil running uji Hausmann,
diperoleh bahwaprobabilita pada Chi-Squarenya ialah sebesar 0,9135 pada Į , yang mana p YDOXH ! Į atau0,9135 > 0,05, sehingga keputusannya hipotesis alternatif (H1) ditolak, maka model fixed lebih baik dibanding model random. Jadi, model regresi hubungan antara IKLH dengan IPM adalah
IKLH = 135,7920 – 0,922104 IPM
Model regresi di atas dengan nilai konstanta sebesar 135,7920 berarti bahwa jika IPM dianggap konstan maka rata-rata nilai IKLH adalah sebesar 135,7920 sementara koefisien regresi IPM sebesar -0,922104 menunjukkan bahwa jika IPM naik sebesar satu satuan, maka akan menurunkan nilai IKLH sebesar 0,922104. Dengan kata lain, adanya peningkatan kualitas pembangunan manusia di Indonesia yang dicerminkan melalui IPM akan
menurunkan kualitas lingkungan hidup, hal ini cukup mengherankan karena bertentangan dengan kepercayaan populer. Meskipun tidak signifikan berdasarkan definisi operasional penghitungan IPM dan IKLH Perilaku manusia yang dianggap berkualitas dilihat dari segi pendidikan, kesehatan dan pendapatan di Indonesia ternyata justru memberikan dampak negatif terhadap kualitas air, udara dan tutupan lahan.
4.2.3 IKLH dan PDRB
Gambar 1 IKLH vs PDRB tahun 2011 – 2012 *note: IKLH merujuk pada Indeks Kualitas Lingkungan Hidup, semakin tinggi nilainya akan mencerminkan tingginya kualitas lingkungan hidup sementara PDRB merujuk pada Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan 33 provinsi di Indonesia.
Gambar 1 yang memplotkan nilai IKLH dan
PDRB selama dua periode (2011 – 2012)
menunjukkan hubungan yang landai antara keduanya. Sudut kiri atas merupakan provinsi dengan nilai IKLH yang tinggi tetapi dengan PDRB yang rendah, seperti provinsi Gorontalo yang memiliki nilai IKLH tertinggi dibandingkan provinsi lainnya namun nilai PDRB justru sebaliknya –terendah. Sementara sudut kiri bawah mencirikan provinsi dengan nilai IKLH dan PDRB yang tidak terlalu tinggi sedangkan sudut kanan bawah menunjukkan provinsi dengan nilai PDRB yang tinggi tetapi dengan rendahnya nilai IKLH, misalnya pada provinsi DKI Jakarta yang menempati peringkat tertinggi nilai PDRB sementara nilai IKLH justru terletak pada posisi terendah.
4.2.4 IKLH dan IPM
Gambar 2 IKLH vs IPM tahun 2011 – 2012
*note: IKLH merujuk pada Indeks Kualitas Lingkungan Hidup, semakin tinggi nilainya mencerminkan tingginya kualitas lingkungan hidup sementara IPM merujuk pada Indeks Pembangunan Manusia 33 provinsi di Indonesia.
Gambar 2 yang memplotkan nilai IKLH dan
IPM selama dua periode (2011 – 2012)
menunjukkan hubungan yang cembung antara keduanya. Provinsi yang berada di arah utara merupakan provinsi dengan nilai IKLH yang tinggi dan nilai IPM yang sedang, misalnya pada provinsi Bengkulu dan Sulawesi Tengah. Sementara pada arah timur merupakan provinsi dengan nilai IPM dan IKLH yang rendah, sedangkan pada arah tenggara menunjukkan bahwa pada area ini cenderung memiliki nilai IPM yang tinggi namun dengan nilai IKLH yang rendah, seperti pada provinsi DKI Jakarta.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.2.1 Kesimpulan
Pengujian formal atas EKC yang menggunakan pendekatan panel data menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi dengan kualitas lingkungan di Indonesia. Hubungan antara kedua variabel ini berbentuk landai. Meskipun IPM mempengaruhi kualitas lingkungan di Indonesia tetapi dalam model hasil kajian ini menunjukkan tidak signifikan yang artinya IPM berpengaruh tetapi tidak signifikan, ada faktor lain yang mempengaruhi kualitas lingkungan di Indonesia misalnya pembangunan ekonomi seperti yang terjadi di provinsi DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta IPMnya tinggi tetapi karena aktivitas ekonomi dan pembangunan ekonomi yang terlalu tinggi menyebabkan kualitas lingkungannya menurun terus menerus.
5.2.2 Saran
Terdapat beberapa saran yang diajukan terutama berkaitan tentang empat pilar strategi pembangunan sosial ekonomi Indonesia, yang cenderung hanya lebih pro-growth, ketimbang pro-job, pro-poor, dan lebih-lebih pada pro-environment. Seharusnya kebijakan pemerintah juga harus mengedepankan dan menerapkan secara penuh usaha pelestarian lingkungan dan pengurangan degradasi lingkungan mengingat besarnya jasa lingkungan terhadap kehidupan manusia. Dan terakhir yang tidak kalah pentingnya untuk meningkatkan kualitas lingkungan tidak hanya dibutuhkan peran pemerintah namun juga keterlibatan masyarakat lokal.
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. 2012. Laporan Perekonomian
Indonesia Tahun 2011.
Bran, Florina & Popa, Christian., 2009. Integration
of Environment Protection Requirements in Other Community Policies. Journal
0 20 40 60 80 100 120 - 50.000,00 100.000,00 150.000,00 200.000,00 250.000,00 300.000,00 350.000,00 400.000,00 450.000,00 500.000,00 IKLH PDRB 2011 2012 0 20 40 60 80 100 120 64 66 68 70 72 74 76 78 80 IKLH IPM 2011 2012
Knowledge Horizons – Economics, Vol.1, pages 144-151
Cole, M. A. 2003, Development, trade and the
environment: how robust is the environmental Kuznets curve?Environment
and Development Economics, 8(4): 557-580. Cole, M. A. 2004, Trade, the pollution haven
hypothesis and the environmental Kuznets curve: examining the linkages. Ecological
Economics, 48: 71-81.
Cole, M. A., & Neumayer, E. 2005, Environmental
policy and the environmental Kuznets curve: can developing countries escape the detrimental consequences of economic growth? . In P. Dauvergne (Ed.), International Handbook of Environmental Politics: 298-318. Cheltenham and Northampton: Edward Elgar.
Cole, M. A., Rayner, A. J. and Bates, J. M. (1997),
The environmental Kuznets Curve: An Empirical Analysis. Environment and Development Economics, 2: 401-416
Dasgupta, S., Laplante, B., Wang, H., and Wheeler, D. (2002), Confronting the Environmental
Kuznets Curve. Journal of Economic
Perspectives, 16: 147 168.
Ghozali, Imam & Ratmono, Dwi. 2013. Analisis
Multivariat dan Ekonometrika: Teori Konsep, dan Aplikasi dengan Eviews 8.
Badan Penerbit Universitas Dipenogoro: Semarang.
Gujarati, Damodar N & Porter, Dawn C. 2009.
Basic Econometrics: Fifth Edition.
McGraw-Hill International Edition: Singapore.
Halkos, George. 2011. Environment and Economic
Development: Determinants of an EKC Hypothesis. MPRA Paper No. 33262,
http://mpra.ub.uni-muenchen.de/33262/
Hughes, Barry B., et.al., 2011. Forecasting the
Impacts of Environmental Constraints on Human Development. UNDP: Human
Development Research Paper 2011/08
Ikefuji, M., Horii, R., 2014. Environment and
Growth. Forthcoming in: Handbook of Environmental Economics in Asia (2014),
http://mpra.ub.uni-muenchen.de/id/eprint/53624
Kelly., David L., Bartz, Sherry., 2006. Economic
Growth and the Environment: Theory and Facts. Forthcoming, accepted by the
Resource and Energy Economics,
http://moya.bus.miami.edu/~dkelly/papers/kc al4_24_06.pdf
Listyarini Sri., et.al. 2012, Kurva Lingkungan
Kutznet: Relasi antara Pendapatan Penduduk Terhadap Polusi Udara,
Universitas Terbuka
Mukherjee, Sacchidananda & Chakraborty, Debashis. 2009. Is there any relationship
between Environmental Quality Index,
Human Development Index and Economic Growth? Evidences from Indian States.
MPRA Paper No. 17207,
http://mpra.ub.uni-muenchen.de/17207/
Pineda, Jose. 2012. Sustainability and human
development: a proposal for a sustainability adjusted HDI (SHDI). MPRA Paper No.
39656,
http://mpra.ub.uni-muenchen.de/39656/
Santa, Swarup. 2014. Is Human Development Index
(HDI) a Reflector of Quality of Air? a Comparative Study on Developed and Developing Countries. International Journal
of Scientific and Research Publications 2.4(2014): pp. 1-6
Stern, David I (003, The Environmental Kutznet
Curve, The International Society for
Ecological Economics, Internet Encyclopaedia of Ecological Economics,
Department of Economics, Rensselaer Polytechnic Institute, Troy, NY 12180,USA
Susandi, A. 2004) The impact of international
greenhouse gas emissions reduction on Indonesia. Hamburg: Reports on Earth