• Tidak ada hasil yang ditemukan

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PERKULIAHAN

MODUL PERKULIAHAN

MODUL PERKULIAHAN

MODUL PERKULIAHAN

Psikologi

Psikologi

Psikologi

Psikologi

K

K

K

Kepribadian I

epribadian I

epribadian I

epribadian I

Psikologi Kepribadian I

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Psikologi

0

0

0

04

4

4

4

61101 Agustini, M.Psi., Psikolog

Abstract

Kompetensi

Dalam perkuliahan ini akan

didiskusikan pembahasan teori dari tokoh-tokoh Ego Psychology: Anna Freud, Robert White, & Heinz Hartmann mengenai ciri-ciri khusus, struktur & dinamika kepribadian manusia.

Mampu memahami tokoh-tokoh Ego

Psychology dan mengenai struktur &

(2)

Latar Belakang

Pendahuluan

Ketika Freud meninggal, psikoanalisis mulai memusatkan pada sifat kekuatan ego dalam membimbing kemampuan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan bukan hanya sekedar muncul ketika ada kebutuhan hidup. Psikologi ego muncul dari ketidakkonsisten antara teori dorongan bersaing melalui teori observasi klinik. Manusia berjuang tidak hanya untuk memuaskan insting, tetapi juga memberi makna pada pengalamnnya. Kepuasan bukan berasal dari berkurangnya tegangan, namun dari perasaan aktif menguasai hambatan kehidupan. Dalam kehidupan banyak yang tidak bisa mengontrol ego, oleh sebab itu psikologi ego lebih menjelaskan tentangnya.

Anna Freud menjadi pelopor psikoanalisis kepada anak-anak yang dengan cermat menyiapkan metodologi dam sistematik psikoanalis anak. Sistem itu tampaknya juga dipakai psikoanalisis orang dewasa karena lebih menjadi pemahaman yang komperhensif. Anna Freud juga memberikan peringatan kemungkinan analisis terhadap anak yang "keterlaluan" yang justru membahayakan anak itu sendiri. Hartmann dan White banyak memberi masukan tentang ego dan konsep-konsep psikologi ego sangat membantu usaha mengembangkan konpetensi ego menguasai intersistem dan intrasistem.

Freud mulai memperhatikan bahwa tidak semua fenomena bawah sadar dapat dikaitkan dengan id, tampak seolah-olah ego memiliki aspek sadar juga. Hal ini menimbulkan masalah yang signifikan untuk teori topografi yang diselesaikan dalam monografi The Ego and Id (1923). Yang kemudian disebut teori struktural, ego itu menjadi komponen formal sistem tiga cara yang juga termasuk id dan superego. Ego masih diselenggarakan di sekitar kapasitas persepsi sadar, namun sekarang memiliki fitur sadar bertanggung jawab atas represi dan operasi defensif lainnya. Ego Freud pada tahap ini relatif pasif dan lemah. Freud menggambarkan sebagai pembalap tak berdaya diatas kuda id (ke mana id ingin pergi). Dalam Freud 1926 monografi, inhibition, gejala, dan kecemasan, Freud merevisi tentang kecemasan serta digambarkan ego lebih kuat. Freud berpendapat bahwa insting drive (id), moral dan nilai penilaian (superego), dan persyaratan realitas eksternal semua membuat tuntutan pada individu. Hal tersebut memberikan tekanan yang saling bertentangan dan menciptakan kompromi terbaik. Alih-alih menjadi pasif dan reaktif terhadap id, ego menjadi penyeimbang tangguh, bertanggung jawab untuk mengatur impuls id serta

(3)

mengintegrasikan fungsi individu menjadi satu kesatuan yang koheren. Modifikasi yang dilakukan oleh Freud di inhibition, gejala, dan kecemasan membentuk dasar psikologi psikoanalisis tertarik pada sifat dan fungsi ego.

Perkembangan yang paling mencolok dalam teori psikoanalistik sejak kematian Freud ialan munculnya teori mengenai ego yang biasa di sebut psikologi ego. Meskipun Freud menganggap ego sebagai eksekutif dari keseluruhan kepribadian pada individu yang sehat namun ia tidak pernah memberinya suatu posisi otonom, ego tetap mengabdi pada kemauan-kemauan id. Freud berpendapat bahwa bagian id mental ini merupakan yang terpenting sepanjang hidup. Id dan insting-instingnya mencerminkan tujuan organisme tunggal.

Dasar psikologi ego berputar di sekitar titik bahwa ego yang sehat adalah independen terhadap perbedaan mental dan sudah termasuk fungsi-fungsi ego otonom seperti realitas pengujian dan memori berfungsi tanpa gangguan dari benturan emosional. Psikologi ego juga bertujuan meningkatkan lingkaran konflik bebas dari fungsi ego. Ini akan membawa sebuah adaptasi yang lebih baik dan juga merupakan peraturan yang efektif lingkungan dan ego.

Anna Freud (Ego sebagai Partner)

Anna Freud pendekatannya pada pemahaman perkembangan anak ego, focus ego, mekanisme pertahanan diri, lebih tertarik dalam dinamika jiwa daripada struktur dan terutama tertarik oleh tempat ego dalam semua ini, sehingga ia memusatkan perhatiannya pada sadar, operasi defensif ego, dan memperkenalkan banyak pertimbangan teoritis dan klinis yang penting.

Diantara kontribusi penting dari Anna Freud pada psikologi ego adalah usahanya yang mengintegrasikan penemuan baru dan teori dalam psikologi anak pada terapi psikoanalistik anak. Anna mempelajari anak-anak sekolah perawat dan juga anak-anak yang sedang dalam terapi psikoanlisis pada klinik Hamstead miliknya. Tulisan-tulisan Anna memberikan pengaruh yang kuat pada terapi psikoanalisis anak, pada pendidikan anak, dan pada teknik memandirikan anak (child rearing). Dua kontribusi penting pada teori kepribadian Anna yaitu pendekatannya pada pemahaman perkembangan anak dan perluasannya dari mekanisme pertahanan diri. Anna Freud yakin bahwa perkembangan anak akan menjadi bahan pertimbangan dalam konteks yang lebih luas dan bahwa penyelidkannya tidak terbatas pada gejala aspek seksual dan perilaku agresif. Anna Freud telah memberikan kontribusi pada deskripsi mekanisme pertahanan diri yang dikembangkan Sigmund Freud sebagai konseptor aslinya. Berbeda dengan Freud, Anna (1946) menyusun sepuluh mekanisme

(4)

pertahanan diri: regresi, represi, formasi reaksi, isolasi, undoing atau kehancuran, proyeksi, introyeksi, turning agains the self (melawan diri sendiri), reversal (memutarbalikkan fakta), dan sublimasi atau pengalihan (diplacement). Anna Freud juga telah memberikan kontribusi yang signifikan pada teori tentang bagaimana perkembangan pertahanan diri.

Anna Freud mulai mengadakan perubahan dalam usahanya melakukan psikoanalisis pada anak. Secara bertahap ia mengubah teori ego sebagai tumpangan yang tak berdaya dan id sebagai kudanya sebagaimana dikemukakan oleh Freud. Menjadi joki (tumpangan) intelektal yang mampu memilih jalan terbaik untuk dilewati.

Teori Anna Freud terdapat dalam tiga konsep sebagai berikut: 1. Terapi Gabungan: Kekaguman dan Kepercayaan

Teknik psikoanalissis seperti asosiasi bebas, interpretasi mimpi, dan analisis transferensi tidak dapat dikenakan bagitu saja pada anak-anak. Prosedurnya harus dimodifikasi atau digabung dengan teknik yang lebih langsung agar dapat langsung membantu anak berjuang untuk tumbuh, masak, berubah, dan menguasai realitas di dalam dan diluar dirinya. Disini, Anna Fred belajar pentingnya persiapan yang panjang yang dirancang untuk menempatkan analisis sebagai orang yang penting, dapat dipercaya, sungguh-sungguh, sangat dibutuhkan dalam kehidupan saat ini. Sebagai guru yang khusus, seorang ahli dalam pengetahuan mengenai diri dan sebagai teman melawan serangan dunia luar yang tidak terfahami.

2. Melampui Konflik Struktural: Bahaya Perkembangan

Kelenturan anak dan perkembangan menuju kematangan yang berkelanjutan, analisis anak memfokuskan diri bukan pada sismtom neurotik yang tampak sekarang, tetapi lebih kepada tujuan agar berfungsi sehat pada masa yang akan datang. Menurutnya, kristalisasi sindrom neurotik hanya bagian kecil dari masalah anak-anak. Gangguan perkembangan, ancaman kematangan berkelanjutan fisik maupun psikis harus banyak lebih diperhatikan. Bahkan kalau simtom neurotik jelas-jelas muncul pada tingkah laku anak. Indikator patologi mempunyai dinamika makna yang berbeda degan gejala yang sama pada orang dewasa. Anna Freud mengembangkan sistem diagnosis yang mementingkan pembentukan kepribadian dalam tahap-tahap perkembangan dan ancaman-ancaman serius terhadap penyelesaian perkembangan kepribadian serta memperkecil integritas anak. Dampaknya, Anna keluar dari konsep klasik neurosis dan salah satunya sebagai perang yang tidak disadari antara id, ego, dan super ego. Anak mengalami gangguan yang berkenaan dengan kerentanan alami dalam usaha mengembangkan diri.

(5)

3. Assesmen Metapsikologi

Persiapan psikoterapi anak cukup panjang begitu pula dengan pengumpulan data dan assesmen juga membutuhkan waktu yang panjang. Agar semua data dapat terangkum dengan baik, Anna Freud memakai profil metapsikologi semacam penuntun yang mengorganisasi informasi dalam kategorisasi yang komprehensif. Anna mengemukakan dengan memakai profil assesmen metapsikologi dapat diperoleh sekurang-kurangnya tiga keuntungan:

a. Profil metapsikologi memberi arahan yang kongkrit dan seragam, data yang ada harus diungkap klien. Terapis tidak perlu lagi memakai "intuisis" untuk menetapkan data yang signifikan.

b. Profil mengharuskan terapis untuk mengintegrasikan hasil observasi dengan data sejarah kehidupan klien menjadi gambaran yang utuh bagaimana kepribadian anak berfungsi dan berkembang.

c. Profil metapsikologi membutuhkan kecanggihan penerapan teori perkembangan psikoanalistik, teori dorongan, dan teori ego, untuk memperoleh makna dari data hasil observasi. Dengan kata lain, profil memakai konsep-konsep psikoanalisis mengintegrasikan teori-teori yang ada untuk memperoleh peta psikologi.

Pentingnya Realitas Sosial

Tidak seperti orang dewasa, anak-anak lebih bergantung dan lebih mudah dipengaruhi oleh realitas saat itu. Psikoanalisis anak harus siap menerima proposisi bahwa ketergantungan anak pada orangtuanya, konflik anak dengan saudaranya, hubungannya dengan saudara dan lain sebagainya yang terjadi saat itu tercemin dalam gangguan yang mereka alami. Sementara gangguan neurotik pada orang dewasa umumnya bersifat internal dan sumbernya ada pada masa lalu atau konflik yang belum terselesaikan. Pada anak, suatu simtom bisa disebabkan oleh peristiwa yang baru saja terjadi.

Ego

Konsep ego plasticity dalam development vulnerability: Ego bersifat fokus masa depan (tujuan untuk membuat anak sehat), bukan membahas gejala-gejala yang tampak pada saat ini. Berbeda dengan konsep Freud yang menekankan membebaskan pasien dari cengkraman ketidakberdayaan pengalaman masa lalu.

(6)

Menurut Anna Freud, jarang ada anak yang memakai hanya satu defence mechanism untuk melindungi diri dari kecemasan. Umumnya setiap anak memakai beberapa defence

mechanism, baik secara bersama-sama atau secara bergantian sesuai dengan bentuk

ancaman.

Mekanisme pertahanan yang bertujuan untuk menguragi kecemasan yang timbul dari tiga skenario yang berbeda:

1. Danger super ego dissatisfaction - moral anxiety (neurotic dewasa). 2. Danger the ouside world - reality anxiety (belum menyusun super ego).

3. Danger the strenght of unconscious impulses - neurotic anxiety (pengalaman masa lalu - otoritas orangtua).

Konsep biologis id impuls berasal dari model struktur Sigmund Freud. Impuls id didasarkan pada prinsip kesenangan. Kepuasan instan dari keinginan dan kebutuhannya sendiri. Freud percaya bahwa id merupakan dorongan naluriah dalam diri kita sendiri yaitu: agresi dan seksual. Dorongan seks adalah upaya untuk hidup, berkembang, dan tumbuh. Garis Perkembangan

Interaksi antara id dengan ego, dimulai dari dominasi id untuk memperoleh kepuasan secara bertahap akan bergeser ke ego pada akhirnya ego dapat menguasai realitas internal maupun eksternal. Interaksi tersebut oleh Anna Freud disebut garis perkembangan. Suatu urutan tahap-tahap kematangan anak dari ketergantungan menjadi mandiri, dari isolasi menjadi rasional, dari hubungan yang pasif dengan realita menjadi aktif. Garis perkembangan menunjukkan usaha ego untuk menghadapi situasi hidup. Tanpa menarik diri dan tanpa menggunakan mekanisme pertahanan secara berlebihan.

Anna Freud mengemukakan enam garis perkembangan masing-masing bergerak dari dominasi id menuju realitas ego:

A. Dari Kertegantungan menjadi Percaya Diri

1. Ketergantungan biologis kepada ibu, tidak mengenal bahwa dirinya terpisah dari orang lain.

2. Membutuhkan hubungan memuaskan, ibu dianggap sebagai pemuas dari luar. 3. Tahap objek tetap, gambaran ibu tetap ada meskipun tidak hadir.

(7)

4. Pre odipus tahap memeluk, ditandai dengan mendominasi orang yang dicintai. 5. Fase odipus felis, ditandai dorongan memiliki orangtua lain sejenis dan bersaing dengan orangtua sejenis.

6. Fase laten dengan menurunnya dorongan, transfer libido ke teman, kelompok, dan figur otoritas.

7. Fase pre adolesen, kembalinya kebutuhan hubungan yang memuaskan dengan objek yang dicintai.

8. Fase adolesen, berjuang untuk mandiri, memutus cinta dengan orangtua, kebutuhan kepuasan seksual.

B. Dari Mengisap menjadi Makan-Makanan Keras 1. Disusui teratur sesuai jadwal atau kalau membutuhkan.

2. Disapih dari botol atau susu ibu, mengalami kesulitan makan-makanan baru. 3. Peralihan dari disuapi menjadi makan sendiri, makan masih indentik dengan ibu. 4. Makan sendiri, berbeda pendapat dengan ibu mengenai banyaknya makanan. 5. Seksual infatil membentuk sikap terhadap makanan, fantasi takut gemuk. 6. Senang makan, memiliki kebiasaan makan yang ditentukan sendiri. C. Dari Mengompol menjadi dapat Mengontrol Urinasi / Defakasi 1. Bebas membuang kotoran tubuh.

2. Fase anal, menolak kontrol orang lain dalam hal pembuangan kotoran.

3. Identifikasi dengan urutan, mengontrol sendiri pembuagan kotoran. Minat kebersihan dan keteraturan didasarkan pada keteraturan anal.

4. Kepedulian dengan kebersihan tanpa tekanan orangtua, ego dan superego mengontrol dorongan anal secara otonom.

(8)

D. Dari yang Tidak Bertanggung Jawab menjadi Bertanggung Jawab Mengatur Tubuh

1. Agresi diubah dari diri sendiri menjadi kepada dunia luar.

2. Ego semakin memahami prinsip sebab akibat, meredakan keinginannya yang berbahaya, mengenali bahaya eksternal seperti api, ketinggian, dan air.

3. Sukarela menerima aturan kesehatan, menolak makanan yang tidak sehat, kebersihan tubuh, melatih kebugaran tubuh.

E. Dari Egosentrik menjadi Kerjasama

1. Mementingkan diri sendiri, narsistik, anak kecil tidak ada atau dipandang sebagai pengganggu dan saingan memperoleh cinta orangtua.

2. Anak kecil didekatnya dipandang sebagai benda mati atau mainan yang dapat diperlakukan kasar tanpa tanggung jawab.

3. Anak kecil didekatnya dianggap sebagai teman untuk mengerjakan sesuatu, lamanya kerjasama tergantung pada tuntutan tugas.

4. Teman dipandang sebagai partner sederajat, memilii kemauan sendiri, dapat

dihormati, ditakuti, dijadikan saingan, saling dicintai, dibenci atau ditiru. Membutuhkan sahabat sejati.

F. Dari Tubuh menjadi Mainan dan dari Bermain menjadi Bekerja

1. Permainan bayi adalah perasaan tubuh, kepekaan jari, kulit, dan mulut, tidak dibedakan antara tubuh sendiri dengan tubuh ibu.

2. Sensasi tubuh ibu berpindah dari objek lembut seperti beruang mainan.

3. Memeluk obyek yang lembut, menyenangi barang yang lembut dan menyukai benda mati.

(9)

5. Permainan sekolah untuk bekerja melalui hobi, lamunan, permainan, dan olahraga. Anak dapat menahan impuls dirinya.

Robert White

Teori White merupakan rekonseptualisasi dari tahap perkembangan psikoseksual, memakai tema belajar tuntas. Pada setiap fase perkembangan psikoseksual Freud, ada elemen penting yang ikut berkembang. Elemem ini harus dipelajari namun terkait dengan kepuasan instingtif. Ego dimotivasi bukan hanya kebutuhan memuaskan dorogan biologis tetapi juga kebutuhan eksplorasi, belajar, dan menguasai lingkungan. Kecenderungan untuk memperoleh rangsangan, aktif berusaha mempengaruhi lingkungan disebut effecttance

motivation. Apabila usaha tersebut berhasil, orang merasa kompeten (competence) yang

membuat orang itu tumbuh dan siap menghadapi tantangan hidup. Perasaan bisa menguasai realitas lingkungan semacam itu disebut efikasi diri (self effication).

1. Effectance Motivation

Konsep pokok dari White adalah effectance motivation. Manusia mempunyai dorongan instingtif untuk belajar, memahami lingkungan, kompeten mempengaruhi lingkungan untuk kepentingan kesehjahteraan dirinya. Insting ini melengkapi insting hidup dan insting mati dari Freud. Fenomena motif belajar dapat dilihat pada aktivitas uji realitas, pemisahan diri dan non diri serta penyimpangan perkembangan ego.

a. Uji Realita: Kompetensi melalui Kegiatan

Teori klasik reality testing menempatkan ego dalam posisi sentral yang menggabungkan kebutuhan kepuasan obyektif dengan realita. Bayi semakin banyak berpaling ke realita untuk memuaskan kebutuhannya tetapi cara untuk memperoleh kebutuhan itu hanya dengan menangis, mengharapkan bantuan pengasuhnya. Kepuasan tidak dapat selalu diperoleh sehingga bayi kemudian mengembangkan kemampuan untuk menunda kepuasan dan penundaan bisa dilakukan kalau ia mampu mengantisipasi realita yang akan datang. Menurut White, kemampuan mengantisipasi dan menunda kepuasan merupakan hasil dari aktivitas bayi dilingkungannya. Ego mempunyai kemampuan menunda dan mengantisipasi karena bayi belajar dari aktivitas yang dilakukannya. Mereka menjadi kompeten untuk memperpanjang penundaan karena melihat ke depan bahwa penundaan bersifat sementara. Pada mulanya bayi hanya marah , mengeliat, menangis, dan memukul ketika lapar. Semuanya adalah aksi yang membuat ibunya berlari mendekat. Jika menangis

(10)

dapat sealu dan segera memperoleh peredaan dan makanan, bayi belajar untuk mempercayai lingkungan sekaligus mempercayai kemampuannya membuat sesuatu terjadi. Bayi mengembangkan efikasi diri.

b. Memisahkan Diri dan Non Diri

Salah satu kemampuan yang dikembangkan ego sejak awal perkembangan adalah memisahkan bagian diri dan yang bukan bagian diri. Pada mulanya puting susu dan puting botol sebagai sumber kepuasan dipahami sebagai bagian dari diri bayi sama halnya dengan jempolnya sendiri yang memberi kepuasan ketika diisap seperti mengisap puting. Secara bertahap dari pengalaman tingkah lakunya sendiri dan dampak dari tingkah laku. Bayi belajar membedakan mana bagian dari self dan yang bukan dari self.

Menurut White, hubungan bayi dengan realitas tidak pasif yang timbul akibat ada dorongan yang harus dipuaskan dengan realita. Gambaran tentang realita dibangun oleh bayi itu sendiri, mulai belajar bertahap yang mungkin mereka kerjakan dan yang tidak mungkin dipenuhi. Bayi belajar memahami yang biasa diperoleh ketika melihat dunia luar yang ternyata tidak sesuai dengan kemauannya.

c. Perkembangan Ego menjadi Patologi

Konsep asli dari teori Freud menyatakan bahwa patologi adalah kegagalan ego berkembang normal. Mengikuti konsep ini banyak ahli psikoanalisis yang meneliti yang dimaksud kegagalan ego, yang menyebabkan ego gagal mengembangkan tanggung jawab sosial secara normal dan yang menyebabkan kapasitas uji realitasnya berkembang. Umumnya mereka menyalahkan ibu, pengasuh yang tidak tepat, dingin, penanganan mekanis atau terlalu melindungi yang dimotivasi oleh perasaan berdosa, semuanya menjadi penyebab utama kegagalan ego dan psikosis. White dengan kompetensi dan motivasi, mengubah fokus perhatian yang menyebabkan kapasitas ego gagal menangani energi id menjadi salah dari perkembagan perasaan efikasinya.

White mengemukakan tiga penyebab kerusakan motivasi efektan, yaitu:

1. Insting lapar dan insting bebas dari rasa sakit terus-menerus muncul karena pengasuhan yang kurang baik. Bayi menghabiskan seluruh waktunya untuk menangani insting lapar dan rasa sakit itu hingga tidak mempunyai waktu untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan efikasi.

2. Bayi tidak memperoleh reinforsemen dari usaha pengembangan efikasi dirinya. Ibu tidak mau terpengaruh aktivitas bayinya, tidak mampu menterjemahkan bahasa tubuh dan

(11)

tangis bayinya akan membuat bayi berhenti berusaha memanipilasi dunianya. Motivasi efektan menjadi tidak berkembang.

3. Gangguan dan hambatan langsung terhadap aktivitas bermain. Anak yang dilarang melakukan aktivitas, kehilangan kemampuan menstimulasi lingkungan dan ego tidak dapat berkembang melalui ekspresi kegiatan bebas. Dampaknya adalah kecemasan, malu, ragu, dan hilangnya minat eksporasi semuanya mengarah kerusakan efikasi diri.

Heinz Hartmann

Heinz Hartmann mengemukakan ego memiliki energi dan motif dalam dirinya sendiri. Hartmann dikenal sebagai bapak psychology. Psikologi ego Hartmann mencakup perkembangan prinsip kenyataan (reality principle) dalam masa kanak-kanak, fungsi ego yang integrative, konsep otonomi ego, proses-proses tambahan pada ego berupa mempersepsikan, mengingat, berfikir, dan bertindak serta pertahanan-pertahanan ego. Ego tidak muncul sebagai bagian dari id yang bersifat bawaan, tetapi masing-masing sistem bersumber pada predisposisi-predisposisi tertentu yang bersifat alami dan masing-masing memiliki arah perkembangannya sendiri secara mandiri. Ego tidak hanya dimotivasi oleh tujuan instingtif (seksual dan agresif menurut konsep Freud) tetapi lebih responsive pada realitas atau dunia luar dan difungsikan secara independen dari id.

Ada proses-proses tertentu dari ego tidak bisa bertentangan satu sama lain sehingga individu harus memutuskan diantara beberapa cara yang terbaik untuk memecahkan masalah atau mengadakan adaptasi. Ego beroperasi dalam suasana bebas konflik yang mengikuti setiap proses sebagai kegiatan merasa, mengingat, berpikir, dan memecahkan masalah dalam penyesuaian dirinya pada situasi atau lainnya. Pertahanan-pertahanan ego tidak harus bersifat negatif atau patologis. Ego dapat melayani tujuan sehat dalam pembentukan kepribadian, yakni pilihan untuk mencari suatu pendidikan membaktikan diri pada seni atau kemanusiaan, bukan mengacu pada defensive dari sublimasi yang dikemukakan oleh Freud.

Menurut Hartmann, realitas luar juga menjadi faktor penentu dalam fungsi ego. Ego bersifat otonom (ego memiliki energi dan motif-motif dalam dirinya sendiri) dan mencari aktifitas untuk menyesuaikan diri dengan dunia sekitarnya. Ego juga bersifat adaptif yaitu melakukan adaptasi yang efektif terhadap dunia, memiliki konsep kognitif berupa mempersepsikan, mengingat, dan berpikir.

(12)

Menurut Hartmann istilah ranah bebas konflik diadaptasi dari psikoanalisis untuk merancang kegiatan ego yang terjadi diluar ranah konflik mental. Menurutnya, fungsi ego tergantung kepada tujuan yang akan diselesaikan, ada tujuan yang menyelesaikan konflik ada tujuan yang tidak berlatar belakang konflik. Misalnya ingatan dan belajar mungkin terperangkap dalam usaha ego mengatasi konflik tetapi ingatan dan belajar itu berkembang sebelum usaha mengatasi konflik. Ingatan, pikiran, asosiasi dan fungsi ego lainnya merupakan bagian dari ego sehingga bisa berkomunikasi dengan id, bukan interaksi dari ego dengan id. Ego bukan berasal dari id yang dimunculkan id agar dapat melayani insting tak sadar tetapi ego dan id muncul bersamaan, berfungsi independen dan sikron dengan insting. masing-masing sistem berasal dari disposisi dan berkembang secara independen. Ego bukan di dorong oleh insting seks dan agresi, tetapi juga ditentukan faktor luar. Ego bersifat otonom dan aktif mencari penyesuaian dengan dunia luar.

2. Otonomi Primer dan Otonomi Sekunder Ego: Adaptasi

Ada dua jenis otonomi ego yaitu: otonomi primer mengacu ke sumber biological, kemasakan fungsi persepsi, belajar, ingatan, dan gerakan membuat ego mampu berfungsi otonom. Fungsi-fungsi ini berasal dari keturunan dan berperan sebagai adaptasi dengan lingkungan. Otonom sekunder merupakan kemampuan ego untuk mengubah fungsi-fungsi yang dikembangkan dalam konflik id menjadi sarana yang membantu adaptasi yang sehat dengan kehidupan. Yang berarti otonom sekunder produk dari interaksi kemasakan fisik dengan belajar.

Otonomi sekunder mirip dengan otonomi fungsional dari Allport. Antara lain dampak dari konsep Hartmann bahwa ego dapat menetralisir dorongan seks dan agresi untuk berfungsi yang bukan mendapatkan kenikmatan dan merusak untuk mengejar selain peredaan dorongan. Netralisasi mengubah energi libido dan agresi menjauh dari insting. Ini terjadi ketika fungsi ego semakin independen dari id dan melakukan aktivitas untuk dirinya sendiri. Adaptasi merupakan hasil dari otonomi ego primer dan sekunder yakni hasil dari usaha ego untuk mempertahankan keseimbangan id dalam kepribadiannya dan keseimbangan antara dirinya dengan lingkungan. Kemampuan adaptasi menjadi sangat penting karena setiap orang selalu berusaha untum menyesuaikan diri dengan dunia semacam kerelaan sosial.

3. Fungsi Ego dan Prinsip Realita

Ego relatif independen dari id, sejak awal dan perkembangan beroperasi untuk membantu diri bertahan bahkan ketika hal itu menyakitkan dan menunda kepuasan. Ego

(13)

memakai prinsip realita dalam arti yang luas yakni kemampuan untuk mengantisipasi kebutuhan aksi pada masa yang akan datang. Tujuan utamanya terus-menerus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang diharapkan, selain memberi kepuasan id. Untuk mencapai tujuan itu ada empat harmoni di dalam dan di luar diri yang harus dipertahankan ego yakni:

a. Mempertahankan keseimbangan yang indah antara keseluruhan individu dengan realitas eksternal sosial dan fisik.

b. Karena id mempunyai beberapa drive instingtif yang semuanya menuntut kepuasan, ego harus memantapkan harmoni keseimbangan didalam ranah id.

c. Ego harus menyeimbangkan tiga unsur mental yang saling bersaing, id-ego-super ego. d. Ego harus menjadi harmoni diantara berbagai tujuannya sendiri yang saling berbeda yakni: keseimbangan antara peran membantu id dengan peran sebagai ego

independen yang tujuannya tidak untuk memuaskan drive.

(14)

Daftar Pustaka

Alwisol (2008). Psikologi Kepribadian. Edisi Revisi. Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.

Referensi

Dokumen terkait

Kelebihan lain dari teorema green adalah tidak harus memper-hatikan arah positif seperti halnya secara langsung jika dengan cara lang-sung arah positif tersebut

Bahwa Terdakwa pada waktu-waktu dan di tempat-tempat seperti tersebut di bawah ini, yaitu sejak tanggal delapan belas bulan Mei tahun dua ribu sebelas berturut-turut

Sebagai guru kimia yang dalam jiwanya telah terinternalisasi nilai-nilai afektif yang baik yang berupa sikap ilmiah, seperti jujur, objektif, tidak mudah percaya

8 Za kat yan g diberikan melalui pembiayaan mikro kepada satu penerima zakat dalam jumlah tertentu dimaksudkan untuk memberika n kese mpatan kepada mereka untuk

Tokoh anak pada novel seri anak Hwaiting dan Little Ballerina memiliki empat tipe kepribadian yakni ekstrover-pikiran yang berupa objektif, ekstrover-perasaan

Parameter abiotik yang diukur antara lain parameter Fisika Kimia, diantaranya derajat keasaman (pH), kekeruhan (turbiditas) dalam satuan mg/L, suhu dalam satuan ˚C, dan

pemikiran atau aliran pembaruan atau modernisasi Islam yang intinya adalah memperbarui pemikiran dalam Islam agar sesuai dengan perubahan-perubahan yang dibawa perkembangan

Cases of suspected child maltreatment were identified from state-based child protection records, along with the date of each episode of substantiated harm or risk, the subtypes