Dapat menjadi bahan bacaan dan refrensi untuk penelitian lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2002), pengetahuan merupakan
hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga berhubungan dengan faktor internal dan eksternal. Menurut Roger (1974, dikutip dari Notoatmodjo, 2002), faktor internal yakni karakteristik orang yang bersangkutan seperti pendidikan, motivasi, persepsi dan pengalaman, yang bersifat given atau bawaan. Faktor eksternal yakni lingkungan, ekonomi, kebudayaan, informasi. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Menurut Suhartono (2005), sumber dari pengetahuan
didapat melalui kepercayaan berdasarkan tradisi dan kesaksian
orang lain.
Kepercayaan berdasarkan tradisi yaitu pengetahuan itu
diperoleh dengan cara mewarisi apa saja yang hidup dan
berlaku dalam adat istiadat, kebiasaan dan kehidupan yang
dianut atau diyakini. Lalu sumber pengetahuan dapat diperoleh
melalui kesaksian orang lain yaitu melalui suasana yang
terdahulu terhadap orang yang dapat dipercaya, karena telah
dianggap memiliki pengetahuan yang benar, sehingga dapat
menjadi panutan bagi orang-orang pada umumnya dalam hal
bagaimana memandang, bersikap, cara hidup, dan bagaimana
bertingkah laku.
2.1.4 Tingkatan Pengetahuan
Menurut Suhartono (2005), pengetahuan adalah proses untuk menghasilkan sesuatu, pengetahuan merupakan hasil usaha manusia untuk tahu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over
behavior) sehingga pengetahuan (Sunaryo, 2004) yang tercakup dalam 6 (enam)
tingkatan, yaitu : a. Tahu (Know)
Tahu artinya sebagai mengikat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat dijelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
d. Analisa (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi,
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
e. Sintetis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya : dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
e. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan disesuaikan dengan tingkat-tingkat
tersebut di atas (Notoatmodjo, 2003).
2.2 Sikap
2.2.1 Pengertian Sikap
Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap yang objek (Purwanto, 1999). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek
(Notoatmodjo, 2003). Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi atau perasaan (Azwar, 2007).
2.2.2 Ciri-ciri Sikap
Menurut Sunaryo (2004) adapun ciri-ciri sikap adalah :
a. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari.
b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek.
d. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
e. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan.
2.2.3 Struktur Sikap
Menurut Notoatmodjo (1997, dikutip dari Sunaryo, 2004) bahwa struktur sikap terdiri dari 3 komponen pokok yaitu :
a. Komponen kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
b. Komponen yang meliputi kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c. Komponen predisposisi/kecenderungan individu untuk bertindak (tend to behave).
2.2.4 Tingkatan Sikap
Menurut Sunaryo (2004), adapun tingkatan sikap adalah : a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap
a. Faktor internal yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri seperti fisiologis, psikologis, dan motif (Sunaryo, 2004)
b. Faktor eksternal merupakan faktor diluar manusia, yaitu : sifat objek yang dijadikan sasaran sikap, kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap, sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut, media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap, situasi pada saat sikap dibentuk (Purwanto, 1999).
2.2.6 Sikap Dapat Dibentuk Atau Berubah
Menurut Purwanto (1999), sikap dapat dibentuk atau
berubah melalui 4 (empat) macam cara, yaitu :
a. Adopsi
Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.
b. Diferensiasi
Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. c. Integrasi
Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu.
d. Trauma
Pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.
2.2.7 Skala Sikap
Mengukur sikap seseorang adalah mencoba untuk menempatkan posisinya pada suatu kontinum afektif berkisar dari “sangat positif” hingga “sangat negatif” terhadap suatu objek sikap. Dalam teknik skala Likert kuantifikasi ini dilakukan
dengan mencatat (tally) penguatan respon dan untuk pernyataan kepercayaan positif dan negatif tentang objek sikap (Mueller, 1996).
Sikap ditunjukkan oleh luasnya rasa suka atau tidak suka terhadap objek sikap. Pengukuran sikap dibedakan di antara kepercayaan atau bulir kognitif,
perasaan atau bulir afektif dan kecenderungan perilaku atau bulir konatif. Bulir-bulir positif adalah bulir-bulir yang menyatakan kepercayaan yang baik tentang perasaan terhadap objek sikap (Mueller, 1996).
Dalam pernyataan bulir-bulir Likert menggunakan kategori jawaban berkisar dari “selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah”. Jadi, jawaban-jawaban yang menunjukkan sikap positif terhadap objek sikap (jawaban-jawaban selalu dan sering untuk bulir positif ; jawaban kadang-kadang dan tidak pernah untuk bulir negatif). Jawaban-jawaban yang menunjukkan sikap positif terhadap objek sikap
menghasilkan skor-skor skala tinggi. Jawaban-jawaban yang menunjukkan sikap negatif terhadap objek sikap menghasilkan skor-skor skala rendah (Mueller, 1996).
2.3 Pengertian Remaja
Remaja dikenal sebagai satu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya.WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja, dengan membagi kurun usia tersebut dalam dua bagian, yaitu remaja awal berusia 10-14 tahun dan remaja akhir berusia 15-20 tahun. Indonesia menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah sebagai pedoman batasan usia remaja (Sarwono, 2002).
Daradjat mendefenisikan remaja sebagai anak yang berbeda dalam masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Sedangkan menurut Hasan Basri, remaja sebagai kelompok manusia yang tengah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa pembentukan yang penuh tanggung jawab (Ghifari, 2004).
Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan
organ-organ fisik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak
seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental emocional).
Terjadinya perubahan besar ini umumnya membingungkan
remaja yang mengalaminya. Dalam hal inilah bagi para ahli
dalam bidang ini, memandang perlu akan adanya pengertian
bimbingan dan dukungan dari lingkungan sekitarnya, agar
dalam sistem perubahan tersebut terjadi pertumbuhan dan
perkembangan yang sehat secara jasmani, rohani dan sosial
(Tuti, 2009).
Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem reproduksi, merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga diperlukan perhatian khusus, karena bila timbul dorongan-dorongan seksual yang tidak sehat akan menimbulkan perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab. Inilah sebabnya maka para ahli dalam bidang ini berpendapat bahwa kesetaraan perlakuan terhadap remaja pria dan wanita diperlukan dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja, agar dapat ditangani dengan tuntas (Tuti, 2009).
Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu mengenal perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap, yaitu:
1. Masa remaja awal (10-12 tahun)
a. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya. b. Tampak dan merasa ingin bebas
c. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak)
2. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)
a. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.
b. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis c. Timbul perasaan cinta yang mendalam.
d. Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang e. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.
3. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)
a. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri b. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif
c. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya d. Dapat mewujudkan perasaan cinta
2.5. Pubertas Pada Anak Perempuan
Pubertas merupakan proses saat seorang individu yang belum dewasa akan mendapatkan ciri-ciri fisik dan sifat yang memungkinkannya untuk mampu bereproduksi. Pada anak perempuan, pubertas sebagian besar merupakan respon tubuh terhadap kerja estrogen yang meluas, yang disekresi oleh ovarium yang baru aktif di bawah pengaruh gonadotropin yang disekresi oleh hipófisis anterior. Walaupun progresi perubahan pada pubertas dapat diprediksi, namun onset usia sangat berbeda-beda di berbagai tempat di dunia atau bahkan pada anak-anak dengan latar belakang etnik yang berbeda dalam wilayah yang sama. Perbedaan ekonomi juga dapat mempengaruhi onset usia reproduksi.
Perubahan fisik pada pubertas anak perempuan dibagi menjadi lima tahap menurut sistem yang dikembangkan oleh Marshal dan Tenner,yang memeriksa sekelompok anak perempuan Inggris saat mengalami pematangan seksual.
a. Adrenarke
Istilah ini menggambarkan peran kelenjer adrenal pada pubertas. Pada
adrenarke terdapat penigkatan síntesis dan sekresi anandrogen, yaitu;
androstenedion, dehidroepianandrosteron (DHEA), dan dehidropian drosteron sulfat
(DHEA-S).DHEA dan DHEA-S bertanggung jawab terhadap awal pertumbuhan rambut pubis dan aksila. Rambut aksila dan pubis tumbuh bersamaan dengan dimulainya perkembangan payudara dan menandai onset pubertas pada anak perempuan.
b. Menarke
Istilah ini digunakan untuk menggambarkan siklus menstruasi. Ini merupakan puncak dari rangkaian peristiwa yang kompleks yang meliputi pematangan
hipotalamus-hipofisis-ovarium (H-H-O) untuk memproduksi ovum sehingga dapat
mengundang zigot jika terjadi pembuahan. Yang meliputi : [i] peningkatan pelepasan FSH dan LH dari kelenjar hipofisis; [ii] pengenalan dan respon ovarium terhadap
gonadotropin sehingga memungkinkan terjadinya produksi steroid ovarium (estrogen
dan progesteron); [iii] terbentuknya pengaturan umpan balik positif pada kelenjer hipotalamus dan hipofisis oleh estrogen. Kombinasi dari peristiwa-peristiwa pematangan ini akan menyebabkan terjadinya ovulasi.
c. Perkembangan payudara (telarke)
Kelenjar mammae, atau payudara, merupakan turunan lapisan ektoderm. Jaringan payudara ini sangat sensitif terhadap hormon. Efek hormonal paling jelas terlihat selama perkembangan embrionik dan setelah pubertas. Setiap kelenjar
mammae terdiri atas massa jaringan yang berlobul. Setiap lobus mengandung lobulus-lobulus alveoli, pembuluh darah, dan duktus laktiferus. Pada saat pubertas, estrogen ovarium menginduksi pertumbuhan duktus laktiferus. Duktus-duktus ini
bercabang-cabang selama pertumbuhannya dan ujung duktus ini membentuk massa sel kecil dan padat. Struktur ini akan membentuk alvaeoli lobular. Payudara dan
alvaeoli kemudian membesar. Payudara terus membesar selama beberapa waktu
setelah menarke akibat timbunan lemak dan jaringan ikat tambahan. Diferensiasi dan pertumbuhan akhir payudara tidak akan terjadi sampai kehamilan.
d. Ciri-Ciri Seks Sekunder
Estrogen ovarium menghasilkan perubahan pada anak perempuan yang
mengalami pubertas sebagai berikut: 1. Rambut pubis
3. Pembesaran labia minor dan mayor
4. Peningkatan timbunan lemak di pinggul dan paha.
e. Pertumbuhan Somatik
Percepatan pertumbuhan pubertas pada anak perempuan biasanya dimulai 2 tahun sebelum anak laki-laki, yang menyebabkan terdapat sekitar 50% perbedaan tinggi rata-rata antara pria dan wanita sebanyak 12 cm .Mekanisme yang menyebabkan steroid seks menginduksi pertumbuhan tulang pada anak perempuan, dan berhenti pada usia 17 tahun (Heffner, 2008).
2.6. Perkembangan Organ Reproduksi Remaja
Sistem organ reproduksi merupakan bagian sistem organ tubuh yang menyokong fungsi tubuh sebagimana sistem organ pencernaan, pernafasan, pembuangan, dan lainnya. Untuk dapat berfungsi optimal memerlukan masa penyempurnaan pertumbuhan dan perkembangan.
Secara fisik organ reproduksi remaja perempuan (pubertas) dimulai dengan awal berfungsinya ovarium (kandung telur) sampai pada saat ovarium sudah berfungsi dengan sempurna dan teratur (memasuki usia reproduksi). Masa ini berkisar 4 tahunan (kira-kira umur 8-14 tahun). Awal usia pubertas di pengaruhi bangsa, iklim, gizi, dan kebudayaan. Peristiwa penting pada masa ini adalah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarke dan perubahab psikis. Sedangkan indung telur (ovarium) mulai aktif mengeluarkan estrogen yang dipengaruhi hormon gonadotropin yang diproduksi kelenjer bawah otak. Pada saat
yang sama kortek kelenjar supra renal mulai membentuk hormon androgen yang memegang peranan penting dalam pertumbuhan badan. Pengaruh hormon-hormon inilah yang menyebabkan pertumbuhan genetalia interna,eksterna dan ciri kelamin sekunder. Genetalia interna dan eksterna akan tumbuh terus untuk mencapai bentuk dan sifat seperti usia reproduksi (Muzayyanah, 2009).
2.7. Anatomi Alat Reproduksi Wanita 2.7.1. Alat Kelamin Luar
a) Mons Veneris
Disebut juga gunung venus, menonjol kebagian depan menutup tulang kemaluan
b) Labia Mayora (Bibir besar)
Berasal dari mons veneris, bentuknya lonjong menjurus kebawah dan bersatu dibagian bawah. Bagian luar labia mayora terdiri dari kulit berambut.
c) Labia Minora (Bibir kecil)
Merupakan lipatan kecil dibagian dalam labia mayora. Bagian depannya mengelilingi klitoris. Kedua labia ini mempunyai pembuluh darah, sehingga dapat menjadi besar saat keingginan seks bertambah.
d) Klitoris
Merupakan bagian yang erektil, seperti penis pada pria. Mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf, sehingga sensitif saat berhubungan seks. e) Vestibulum
Bagian kelamin ini dibasahi oleh kedua labia kanan-kiri dan bagian atas oleh klitoris serta bagian belakang pertemuan labia minora. Pada bagian vestibulum terdapat liang senggama, saluran kencing, kelenjer Bartholini dan skene (kelenjar-kelenjar ini akan mengeluarkan cairan pada saat memulai permainan sehingga memudahkan penetrasi penis).
2.7.2. Alat Kelamin Wanita Bagian Dalam
a) Vagina
Saluran senggama mempunyai fungsi penting sebagai jalan lahir, sebagai sarana hubungan seksual, saluran untuk mengalirkan lendir dan darah menstruasi. b) Rahim
Bentuk rahim seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gr. Terletak di panggul kecil antara rektum.
c) Tuba faloopii
Merupakan ujung ligamentum latum berjalan kearah lateral, dengan panjang sekitar 12 cm. Dan menjadi saluran spermatozoa dan ovum dan tempat terjadinya pembuahan.
d) Indung telur
Terletak antara rahim dan dinding panggul, digantung ke rahim oleh
ligamentum dan merupakan sumber hormonal wanita.
e) Parametrium (penyangga rahim)
Merupakan lipatan peritonium dengan berbagai penebalan, yang menghubungkan rahim dengan tulang panggul (Manuaba, 1999).